Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA

Dosen Pembimbing: Bayu Budi Laksono, M.kep


    Disusun Oleh:
AGNES DWI NINGTYAS SANTOSO
(15.1.064)
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
 

● Latar Belakang

Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama
sirkardian. Mengenai batasan suhu tubuh “normal” terdapat beberapa pendapat.
umumnya, suhu tubuh normal berkisar antara 36,5˚C. Tentunya didalam suhu tubuh
manusia tidak selalu terjadi normal seterusnya, adakalanya suhu tubuh manusia
meningkat dan juga menurun. Suhu tubuh meningkat atau disebut juga hipertermi, adalah
keadaan suhu tubuhseseorang yang meningkat diatas rentang normalnya (NIC NIC,
2007). Sedangkan menurut Potter & Perry,2010 hipertermi adalah peningkatan suhu
tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas
ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C.
Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu
pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut.

● Rumusan Masalah

Bagaimana konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan tentang hipertermi ?

● Tujuan

Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:

● Tujuan Umum

Menerapkan konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan tentang  Hipertermi

● Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hipertermi
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan hipertermi
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan hipertemi
4. Mampu membuat intervensi  atau rencana keperawatan pada klien dengan
hipertermi
5. Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada klien dengan
hipertermi
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan  hipertermi
● Manfaat

● Bagi Profesi perawat

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus
hipertermi.

● Klien

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani, merawat,
dan mencegah kasus hipertermi.

● Keluarga

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga tentang cara menangani,


merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota keluarga yang
mengalami kasus hipertermi.

● Penulis

Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan keperawatan


medika bedah  khususnya pada klien dengan kasus hipertermi
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1 Konsep Dasar Hipertermi
2.1.1 Definisi
            Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu
hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
            Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh seseorang
yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena pelepasan pirogen
dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
bersala dari mikrooganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Noer,2004).
            Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah peningkatan
suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi,
sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau
infeksi oleh mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau
pelepasan bahan-bahan tertentu seperti leukimia. demam diasosiasikan sebagai bahan dari
respon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalan patologis dari suatu penyakit
yang mengakibatkan kenaikan set-point pusat pengaturan suhu tubuh (Sugarman,2005).
            Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia adalah
keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu
untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya suhu
tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.
2.1.2 Etiologi
            Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas
oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:

1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metaolisme meningkat
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan

2.1.3 Proses Terjadinya


Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen
maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik,
pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama
monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus.
          Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam
metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
          Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-
elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan caiaran
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
2.1.4 Pathway
2.1.5 Klasifikasi
Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:

1. Hipertermia maligna

                   Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.


Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal
dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka
sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus
normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.

1. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

                   Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan
dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300°C atau lebih
dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin
tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan
menyerap keringat.

1. Endocrine Hyperthermia (EH)

                          Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang


dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering
dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus,
phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang
diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen
leukosit).
Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.

1. Hipertermia Neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa
disebabkan oleh:
1)    Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu
kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga
setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena
hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain
dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2)    Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari
langsung dalam waktu yang lama.
3)   Trauma lahir
               Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi
yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan
menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus
termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan
memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C
dilakukan tepid sponged 35°C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37°C.
4)   Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau sedikit lebih rendah, kulit
teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi
yang  bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal
ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus
mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan
sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera
dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses
sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
5)   Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
               Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga
berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-
1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun
(sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE
didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah
sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan).
Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 41°C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga
terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul
hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE
tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke
dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan
gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
6)   Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan
tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas
akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan
SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang
dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-
development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap
pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.
Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS,
tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya
sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.
2.1.6 Manifestasi Klinis
1) Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)
2) Takikardia
3) Hangat pada sentuhan
4) Mengigil
5) Dehidrasi
6) Kehilangan nafsu makan
7) Pernafasan cepat
8) Mulut kering
2.1.7 Komplikasi

1. Kerusakan sel-sel dan jaringan


2. Kematian

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboraturium

● Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko


infeksi
● Pemeriksan urine
● Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien hypoid
● Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl
● Iji torniquet

2.1.9 Penatalaksaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:

1. Observasi keadaan umu pasien

Rasional: mengetahui perkembangan keadaan umum dari psien

2. Observasi tanda-tanda vital

Rasional: mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien

3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis

Rasional: membantu mempermudah penguapan panas


4. Anjurkan pasien banyak minum

Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas

5. Anjurkan pasien banyak istirahat

Rasional: meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh

6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang

Rasional: mempercepat dalam penurunan produksi panas

7. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,


penanganan,dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya

Rasional: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan keluarganya


Penatalaksanaan Medis

1. Beri obat penurun panas seperti paracetamol,asetaminofen

Rasional: membantu dalam penurunan panas


 
2.1.10 Asuhan Keperawatan Hipertermi

1. Pengkajian

                               Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan
data, analias data, merumuskan masalah, analisa masalah.

1. Data subjektik

● Pasien mengeluh panas


● Pasien mengatakan badannya teraa lemas/lemah

1. Data subjektif

● Suhu tubuh >37 °C


● Takikardia
● Mulut bibir kering

1. Diagnosa Keperawatan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan
suhu tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap
usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.
4. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitasyang berat
yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan mukosa
bibir kering.
5. Perencanaan

            Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan,


tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasakan analisa
pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya. Tahap awal
perencanaan adalah priorotas masalah. Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa
pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.

1. Prioritas masalah

Hipertermi

1. Tujuan

Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi teratasi

1. Kriteria hasil
2. Menunjukkan penurunan suhu tubuh
3. Akral pasien tidak teraba hangat/panas
4. Pasien tampak tidak lemas
5. Mukosa bibir lembab
6. Rencana tindakan

 
No. INTERVENSI RASIONAL

Mengetahui
Observasi keadaan perkembangan
1.
umum pasien keadaan umum dari
pasien

2. Observasi tanda-tanda Mengetahui perubahan


tanda-tanda vital
vital
pasien

Mencegah terjadinya
Anjurkan pasien untuk
3. dehidrasi sewaktu
banyak minum
panas

Meminimalisir
Anjurkan pasien untuk
4. produksi panas yang
banyak istirahat
diproduksi oleh tubuh

Anjurkan pasien untuk Membantu


5. memakai pakaian yang mempermudah
tipis penguapan panas

Mempercepat dalam
Beri kompres hangat di
6. penurunan produksi
beberapa bagian
panas

Beri Health Education


ke pasien dan
Meningkatkan
keluarganya mengenai
pengetahuan dan
7. pengertian, penanganan,
pemahaman dari
dan terapi yang
pasien dan keluarganya
diberikan tentang
penyakitnya

Kolaborasi/delegatif
dalam pemberian obat Membantu dalam
8.
sesuai indikasi, penurunan panas
contohnya: paracetamol

 
 
 

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan melaksanaan


berbagi strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah diberikan.
 

1. Evaluasi

Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu:

● Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal


● Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
● Pasien tampak tidak lemas
● Mukosa bibir lembab

 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
 

● Asuhan Keperawatan Hipertermi

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN


 
Nama mahasiswa      :
NIM                     :
PENGKAJIAN
Dilaksanakan tgl                : 27 Maret 2017
Ruang                                     : Teratai
No kamar/ TT                        : 201116

1. Biodata

Nama                                      : Tn. A
Umur                                       : 40 tahun
Jenis kelamin                        : laki-laki
Agama                                    : Islam
Alamat                                    : Ijen nirwana Green Leaf D7, no 5.
Pendidikan                            : SMA
Pekerjaan                               : Tidak bekerja
Status perkawinan              : Menikah
Tgl. MRS                                   : 27 Maret 2017
Diagnosa medis                    : DHF
No. reg                                    : 201116
Keluarga yang mudah dihubungi
Nama                                      : Ny. A
Pekerjaan                              : Guru
Alamat                                    :  Ijen Nirwana Green Leaf D7, no 5.
Hubungan Keluarga          : Suami
Keluhan

1. Alasan masuk rumah sakit :

Demam, pusing cekot-cekot mual muntah nafsu makan menurun dari 7 hari yang lalu.

1. Keluhan saat pengkajian :

px mengatakan demam, pusing cekot-cekot, mual muntah dan nafsu makan menurun
sejak dari 7 hari yang lalu.

1. Riwayat penyakit sekarang :

Px mengatakan demam pusing cekot-cekot mual muntah dan nafsu makan menurun sejak
7 hari yang lalu,sebelunya px sudah berobat ke pukesmas terdekat dan rak kunjung
sembuh-sembuh kemudian px datang ke UGD RS dr soepraoen malang dan kemudian
mendapatkan perawatan diruangan TERATAI pada tanggal 27 maret 2017.

4. Riwayat penyakit masa lalu :

Pasien mngatakan tidak pernh MRS seblomnya dan hanya mempunyai penyakit masa
lalu seperti batuk pilek biasa.

1. Riwayat kesehatan keluarga :

Px mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, DM, Jantung, dll.
Dan tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, SCABIES, dll.

6. Riwayt Psikososial Spiritul :


7. Psikologis

Citra diri : Px terlihat Gelisah, dan cemas.


Ideal diri : px merasa tidak bisa berkumpul dengan teman-temanya.
1. Sosial

Hubungan px dengan perawat kooperatif.


Hubungan px dengan keluarga baik.
 

1. Spiritual

px beribadah selama sakit.

7. Pola Aktifitas Sehari-hari (di rumh & di RS ) :

DIRUMAH
No KEBIASAAN DIRUMAH
SAKIT

Di Rs px
Dirumah px
mengatakan
makan
makan 3x/hari
3x/hari
dengan
dengan
1. Makan kompisisi
komposisi
bubur ayam
nasi dan lauk
hanya 2
pauk di
suapan setiap
makan habis.
kali makan.

Di rumah px Di Rs Px
mengatakan mengatakan
2. Minum minum air minum air
putih 9 gelas putih ± 1,5
perhari. liter/hari.

3. Eliminasi Di rumah px Di Rs px
BA.B mengatakan mengatakan
BAB 1x/hari, tidak bisa
dengan BAB.
konsistensi
lembek, bau
khas fecces,
warna
kuning.

Di rumah px
Di Rs px
mengatakan
mengatakan
BAK       4-
BAK 4-5x/hari
5x/hari
Eliminasi dengan
4. dengan
BAK konsistensi
konsistensi
warna kuning,
warna
bau khas
kuning, bau
urine.
khas Urine.

Di rumah px Di Rs px
mengatakan mengatakan
Istirahat tidak bisa tidur
5. Istirahat/tidur
malam cukup karena nyeri
pada kepalah
20.00-04.00 dan kaku pada
wib tengkuk

Aktifitas
Di rumah px
/latihan/
rajin olaraga Di rs px hanya
 
6. senam berbaring
Olahraga
aerobic setiap ditempat tidur.
 
hari minggu.
Lain-lain
 
Pemeriksaan fisik :

1. Kesadaran :

Samnolen

1. Tanda-tanda vital : °c                                               Respirasi         : 20x/menit

Denyut nadi   : 94x/menit                                    TB / BB             :  55 kg


Tensi darah   : 130/90 mmhg
Suhu               : 39°c
1. Pemeriksaan Kepala dan Leher :

Kepala           : Nyeri pada kepalah,nyeri tekan,tidak ada lesi tidak ada lesi.
Rambut         : Normal, rambut lurus, warna hitam dan bersih.
Wajah           : wajah nampak grimace
Mata             : simetris kanan, dan kiri, tidak anemis.
Hidung        : Simetris kanan dan kiri, hidung nampak bersih dan tidak ada secret, tidak
ada lesi dan nyeri tekan.
Telinga        : kedua telingga simetris kanan dan kiri nampak bersih tidak aada lesi dan
nyeri tekan.
Mulut & tenggorokan : Mukasa bibir nampak kering, tidak ada lesi, tidak sianosis tidak
ada gangguan penelanan dan bicara
Leher            :  Nyeri tekan pada leher, bentuk leher normal, tidak terdapat benjolan, tidak
ada lesi, dan tidak nampak pembengkakan pada kelenjar thiroid.

1. pemeriksaan Integumen/kulit dan kuku :

Tugor kulit normal elastis 1 detik, kuku nampak bersih.

1. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

Payudarah kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan. Kuku nampak bersih
tugor kulit elastis.

1. Pemeriksaan Thorak/Dada :

Thorax       : (Inspeksi) bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada gerakan nafas
tambahan.
Paru          : (Inspeksi,Perkusi,Palpasi,Auskultasi)
Tidak ada nyeri tekan tidak ada lesi, suara nafas versikuler.
Jantung     : (Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi)
Bentuk dada normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, bunyi jantung pekak.

1. Pemeriksaan Abdomen(Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi)

Bentuk abdomen flat/rata, terdapat nyeri tekan d ulu hati, tidak ada lesi, bising usus
24x/menit, suara perut hipertimpani.

1. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan)

Genetalia :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………
Anus       : ………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
i      Pemeriksaan Muskulo (Ekstremitas) :
ektermitas atas : kanan normal, kiri 4 terpasan inf.
Ektermitas bawah : kanan normal, kiri normal

1. Pemeriksaan Neurologi :

GCS : 4/5/6

1. Pemeriksaan Penunjang medis :

Tanggal 27 Maret 2017


 

1. Penatalaksanan / Therapi

 
 
 
 
 
Malang, ……………….
Perawat
 
ANALISA DATA
1. DS: Klg pasien Proses infeksi Hipertermi
mengatakan    
  pasien demam    
  selama 7 hari    
  DO:    
  Kulit teraba    
  hangat    
. Pusing cekot-    
  cekot    
  TTV    
  TD: 130/90    
  mmhg
  N: 94 x/menit
  RR: 23 x/menit
  S: 39° C
   
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
 
Nama / Usia    : Tn. A/40 tahun                                                          Dx / No.Reg    : DHF/
201116
Dx Tujuan &
No Tgl Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

Hipetermi Setelah 1.    Monitor 1.    Untuk


berhubungan dilakukan suhu tubuh mengetahui
dengan tindakan 2.    Monitor suhu tubuh
perjalanan asuhan warna kulit dan pasien
penyakit keperawatan suhu tubuh. 2.    Untuk
selama 2×24 3.    Berikan mengetahui
  jam kompres dingin adanya
  diharapkan pada aksila dan perubahan
  suhu tubuh lipatan paha, warna kulit
  dalam rentang seka dengan air 3.    Untuk
  normal (36ᵒC- hangat. membantu
  37ᵒC) dengan 4.    Kolaborasi menurunkan
suhu tubuh
yang panas.
4.    Untuk
membantu
pemberian menurunkan
antipiretik suhu tubuh
sesuai anjuran dengan
kriteria hasil:
5.    Kolaborasi teknik
  1.    Tidak ada
pemberian farmakologi
  perubahan
cairan 5.    Untuk
  warna kulit
intravena membantu
  2.    Suhu
6.    Anjurkan pemenuhan
  tubuh tidak
pasien kebutuhan
melebihi 37ᵒC
menggunakan nutrisi
pakaian yang 6.    Agar
tipis pasien lebih
nyaman dan
mengurangi
suhu tubuh
yang panas.
 

 
CATATAN KEPERAWATAN
Nama / Usia   :           Tn. A/40 tahun                                    Dx / No.Reg   :Meningitis/
201116
 
NO
TGL TINDAKAN
NO. DX. T.T
. JAM KEPERAWATA
.
N
KEP

  I 08.00  
    wib 1)  Memonitor
      suhu tubuh
      2)  Memonitor
      warna kulit dan
      suhu tubuh.
      3)  Memberikan
      kompres dingin
pada aksila dan
lipatan paha, seka
dengan air hangat.
4)  Melakukan
kolaborasi
 
  pemberian
 
  antipiretik sesuai
 
  anjuran
 
    5)  Melakukan
 
    kolaborasi
 
    pemberian cairan
 
    intravena
 
  6)  Menganjurkan
 
  pasien
 
  menggunakan
 
pakaian yang tipis
 
 
 
 
 
FORMAT CATATAN PRKEMBANGAN
Nama / Usia         :      Tn. A/40 tahun                                    Dx / No.Reg   :Meningitis
 
CATATAN
PERKEMBANGAN
 
S:
Klg pasien
NO. mengatakan pasien
TANGGAL
DX. masih demam.
/
O :Kulit teraba hangat
JAM TTD
TTVTD: 130/80
KE 28 maret .
mmhg
P 2017
N: 94 x/menit RR: 21
I 14.00 wib
x/menit
S: 38,ᵒ C
A :Masalah teratasi
sebagain
P : lanjutkan
intervensi no. 1-4
 
BAB IV
PENUTUP
 
4.1 Kesimpulan
      Hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan
tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas.
Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C. Secara umum
penyebab hipertermi yaitu: Dehidrasi, Penyakit atau trauma, Ketidakmampuan atau
menurunnya kemampuan untuk berkeringat, Pakaian yang tidak layak, Kecepatan
metaolisme meningkat, Pengobatan/ anesthesia, Terpajan pada lingkungan pada
lingkungan panas (jangka panjang), Aktivitas yang berlebihan. Hipertermi disebut juga
demam serta dapat menyerang siapa saja dari bayi hingga dewasa.
4.2 Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
hipertemi maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak
berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar menjaga atau
menghindarkan anak-anak dari bahan – bahan  yang menyebabkan hipertemi.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di Intensive
Care Unit”.Jakarta:  Jurnal Majalah Kedokteran Terapi Intensif. Vol, 2 No,2:94-98
Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa: Huriwati
Hartanto. Jakarta: EGC
Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi. Pendidikan
MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universias Muhammadiyah
Palembang
Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru
Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Masalah
Hipertermi”. www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Kepera
watan_pada_Pasien_dengan_Masalah_HipertermiDiakses pada 29 Maret 2017 pukul
14.04 am
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7.Jakarta: Salemba
Medika
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan NOC. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai