Anda di halaman 1dari 12

PENENTUAN MODEL DAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

(STUDI KASUS : BAGIAN REFINERY PT. LOUIS DREYFUS COMPANY INDONESIA


DI BANDAR LAMPUNG)

Dr. Ir. Agus Purnomo, MT 1), Rendy Febrian 2)


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
Email1) : Rendyfbrn@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan utama yang sering terjadi di perusahaan besar adalah bagaimana cara mengatur
persediaan agar produski dapat berjalan dengan lancar dan tidak tersendat akibat kurangnya bahan
baku atau bahan baku yang habis tiba-tiba karena tidak dilakukannya perencanaan terlebih dahulu, hal
seperti itu berakibat sangat fatal apabila terjadi pada saat banyak pesanan, dimana perusahaan harus
memenuhi pesanan tersebut karena apabila tidak dipenuhi, pelanggan atau konsumen akan beralih ke
perusahaan yang lain dan akan mengakibatkan lost sales. Terutama pada perusahaan PT. Louis
Dreyfus Company Indonesia di Bandar Lampung, bagaimana perusahaan harus harus dapat memenuhi
pesanan yang selalu datang setiap bulannya, dengan mengukur antara waktu kedatangan, kapan
prusahaan harus produksi, dan kapasitas terpasang dari perusahaan, sehingga akan di dapat ongkos
total dari persediaan yang lebih baik.
Untuk mencegah terjadinya lost sales di PT. Louis Dreyfus Company Indonesia maka hal pertama
yang harus dilakukan adalah mengecek model dari persediaan yang tepat untuk PT. Louis Dreyfus
Company Indonesia, dengan beberapa hipotesis pendukung untuk menetukan model, ada 2 model
persediaan yang akan menjadi pertimbangan yakni model deterministik dan probabilistik, keduanya
memiliki kriteria yang berbeda-beda. Maka setelah dilakukan uji hipotesis model persediaan
probabilistik adalah model persediaan yang tepat untuk diterapkan, selanjutnya model probabilistik
sendiri memiliki 2 cabang untuk menentukan ongkos total yang terbaik, yakni dengan model Q atau
model P, yang dimana kedua model tersebut akan di uji dengan biaya-biaya yang di keluarkan oleh
perusahan pada tahun 2016, sehingga pada akhirnya kebijakan persediaan yang tepat untuk digunakan
oleh perusahaan adalah model Q lost sales, karena sangat sesuai dengan apa yang perusahaan
butuhkan saat ini.
Pada akhirnya kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan sekian banyak pengujian adalah model
probabilistik Q lost sales adalah yang terbaik untuk diterapkan pada perusahaan, karena memiliki
ongkos total lebih rendah dibandingkan dengan model probabilistik P lost sales dan ongkos total yang
perusahaan keluarkan pada tahun 2016.

Kata Kunci : mengatur persediaan, memenuhi pesanan, lost sales, model persediaan, kebijakan
persediaan, ongkos total.

1. PENDAHULUAN kerja, meningkatkan kesejahteraan


1.1 Latar Belakang masyarakat dan sektor penghasil devisa
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu negara. Pemerintah terus mendorong
komoditi ekspor yang sudah lama di tanam di pembukaan lahan baru untuk perkebunan.
Indonesia. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit Sampai pada tahun 1980, luas lahan
di Indonesia adalah Adrien Hallet, kemudian mencapai 294.560 Ha dengan produksi
budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172
yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di ton. Sejak itu lahan perkebunan sawit
Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa Indonesia berkembang pesat terutama
sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh
(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai kebijakan pemerintah yang melaksanakan
5.123 Ha. program Perusahaan Inti Rakyat
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Perkebunan (PIR-BUN).
Pembangunan perkebunan diarahkan PT. LDC baru masuk ke Indonesia pada tahun
dalam rangka menciptakan kesempatan 2001 dan memiliki pabrik pengolahan CPO atau
2
minyak kepala sawit yang berlokasi di daerah komoditi gas bumi.
Lampung dimana pabrik tersebut memiliki mesin-
mesin berteknologi tinggi yang di atur didalam satu 1.4 Batasan Masalah dan Asumsi
control room yang menjadikan kapasitas produksi Dari permasalahan yang dihadapi
yang terpasang adalah 2.000 ton/hari. Pabrik saat ini untuk mendukung dalam
pengolahan CPO yang berdomisili di daerah melakukan penelitian dengan batasan
Lampung ini baru beroprasi sejak tahun 2014. masalah sebagai berikut :
Walaupun terbilang baru PT. LDC memiliki sistem 1. Objek penelitian dilakukan pada
Plant dengan teknologi yang saling bagian reciving dan refinery plant
berkesinambungan untuk menghasilkan RBDPO di PT.Louis Dreyfus Company
(Refined Bleached and Deodorized Palm Oil) Lampung.
kualitas ekspor (Grade A, Grade B, dan Grade E). 2. Penelitian hanya dilakukan pada
hal-hal yang menjadi tugas dan
1.2 Perumusan Masalah tanggung jawab setiap pekerja pada
1. Bagaimana menentukan model persediaan yang bagian reciving dan refinery plant.
tepat untuk PT. Louis Dreyfus Company?
2. Bagaimana menentukan kebijakan persediaan Sedangkan asumsi-asumsi yang
yang tepat untuk PT. Louis Dreyfus Company? digunakan adalah sebagai berikut :
1. Proses Produksi berlangsung
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian selama 1 bulan yakni 30 atau 31
1.3.1 Tujuan Penelitian hari.
Berdasarkan perumusan masalah yang 2. Tidak ada kendala pengiriman
telah dijelaskan di atas, maka tujuan dari berupa bencana alam, kesalahan
penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai dokumen dan kesalahan
berikut: pengirman.
3. CPO yang diterima dari suplier
1. Menentukan model persediaan yang tepat untuk tidak ada reject sehingga semua
digunakan di PT. Louis Dreyfus Company raw material langsung di terima
2. Menghitung dan merencanakan kebijakan oleh bagian reciving.
persediaan yang tepat untuk PT. Louis Dreyfus 4. Lead time pemesanan CPO
Company adalah 1 hari dan dianggap tetap.
5. Harga CPO dianggap tetap
1.3.2 Manfaat penelitian selama masa perencanaan.
Dengan dilakukannya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada 1.5 Lokasi
perusahaan dan sekaligus dengan Lokasi penelitian yang dilakukan
tercapainya produksi yang optimal dan adalah di Kawasan Berikat Kota
ongkos total yang minimalis dari PT. Lampung tepatnya di PT. Louis
LDC diharapkan dapat membantu Dreyfus Company Indonesia Jln.
meningkatkan komoditi ekspor di Soekarno-Hatta Rt.23 LK 2 Kel.
daerah Lampung yang dewasa ini Waylunik Kec. Panjang provinsi
sedang digalakan oleh pemerintah Bandar Lampung.
khususnya untuk ekspor pengganti

2. LANDASAN TEORI CPO (Crude Palm Oil) adalah


2.1 Tinjauan Pustaka minyak kelapa sawit mentah yang
Berdasarkan dengan judul tugas akhir berwarna kemerah-merahan yang di
mengenai “Strategi Penentuan Model dan peroleh dari hasil ekstraksi atau dari
Implementasi Kebijakan Persediaan Bahan Baku proses pengempaan daging buah
Untuk Menunjang Kelancaran Proses Produksi kelapa sawit. Produk CPO (Crude
pada Bagian Refinery PT. Louis Dreyfus Company Palm Oil) memiliki banyak kegunaan
Indonesia di Bandar Lampung” maka diperlukan di berbagai industri antara lain :
penjelasan mengenai pengertian CPO, proses 1. Industri sabun sebagai bahan penghasil
pengolahannya dan hasil akhirnya. busa.
2. Industri baja berupa bahan pelumas.
2.1.1 Pengertian CPO (Crude Palm Oil)
3
3. Industri pangan sebagai bahan minyak aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
goreng, margarin, shortening, dan normal, dalam proses produksi, dan atau dalam
vegetable ghee. perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan
4. Industri kimia berupa fatty acids, fatty (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau
alcohol, dan glyscerin. pemberian jasa (PSAK no 14 tahun 2007 ).
Teori persediaan menurut Kusuma (2009:132)
mengatakan persediaan didefinisikan sebagai barang
Berikut ini adalah pohon industri dari kelapa sawit yang
yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada
didalamnya terdapat hasil akhir berupa RBDPO yang
periode mendatang.
akan di ekspor oleh PT. LDC Indonesia :
Menurut pendapat dari Muslich (2009:391) yang
Biodisel mengatakan bahwa persediaan barang mempunyai
Minyak Goreng
fungsi yang sangat penting bagi perusahaan.
RBDPO
Pada prinsipnya persediaan adalah suatu sumber
Minyak Salad
Crude Palm Oil (CPO) Olein daya menganggur (idle resources) yang keberadaannya
Margarin
menunggu proses lebih lanjut, maksud proses lebih
Stearin
Sabun lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti
PFAD
Asam Lemak
dijumpai pada kegiatan manufaktur, kegiatan
pemasaran yang dijumpai pada sistem distribusi,
Asam Strearat
ataupun kegiatan konsumsi seperti dijumpai pada
Alkohol berlemak
sistem rumah tangga, perkantoran, dan sebagainya
Tandan Buah Gliserin (Senator Nur Bahagia, 2006).
Biji Palem Minyak Inti Sawit
Segar
Asam Laurat Keberadaan persediaan dalam kegiatan usaha
tidak dapat dihindarkan. Salah satu penyebab utamanya
Cangkang Kelapa Arang Karbon Aktif adalah barang-barang tersebut tidak dapat diperoleh
Bahan Bakar Perebusan
secara instan, tetapi diperlukan tenggang waktu untuk
Serat Kelapa memperolehnya. Tenggang waktu tersebut dimulai dari
Bahan Bangunan
saat melakukan pemesanan, waktu untuk
Pupuk
memproduksinya, dan waktu untuk mengantarkan
Gambar 2. 1 Pohon Industri Kelapa Sawit barang ke distributor bahkan sampai dengan waktu
Dari pohon industri kelapa sawit diatas akan dibuat untuk memproses barang di gudang hingga siap
lebih rinci lagi proses pembuatan RBDPO dari bahan digunakan oleh pemakainya. Interval waktu antara saat
baku CPO dengan gambar dibawah ini: pemesanan dilakukan sampai dengan barang siap
digunakan disebut waktu ancang-ancang (lead time)
CPO
(Senator Nur Bahagia,2006).
Persediaan dalam suatu unit usaha dapat
dikategorikan sebagai modal kerja yang berbentuk
Degumming H3PO4
barang. Keberadaannya tidak saja dianggapsebagai
beban (liability) karena merupakan pemborosan
(waste), tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai
kekayaan (asset) yang dapat segera dicairkan dalam
Spent Clay
Bleaching
Bleaching Clay bentuk uang tunai (cash). Dalam aktivitas unit usaha
Filtration
baik industri maupun bisnis, nilai persediaanbarang
yang dikelola pada umumnya cukup besar bahkan ada
Steam yang sangat besar, tergantung pada jenis serta skala
Palm Fatty
Deodorization
Acid Distillate
industri dan bisnisnya. (Bahagia, 2006).
Volatiles Permasalahan yang dihadapi di dalam sistem
persediaan pada umumnya dapat dibedakan menjadi
dua jenis permasalahan, yaitu: permasalahan kebijakan
RBDPO persediaan dan permasalahan operasional.
Gambar 2. 2 Proses Pembuatan RBDPO 1. Permasalahan Kebijakan Persediaan
Permasalahan kebijakan persediaan (inventory
2.2 Landasan Teori policy) adalah permasalahan dalam sistem
2.2.1 Persediaan (Inventory) persediaan yang berkaitan dengan bagaimana
Pengertian persediaan dalam akuntansi adalah menjaminagar setiap permintaan pemakai dapat
4
dipenuhi dengan ongkos yang minimal. Masalah pemesanan (Q) dan waktu pemesanan sesuai dengan
ini terkait dengan penentuan besarnya operating kebutuhan serta waktu kebutuhan tersebut dibutuhkan.
stock dan safety stock, yaitu: berapa jumlah barang Penggunaan teknik ini bertujuan untuk
yang akan dipesan/dibuat, kapan saat meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan
pemesanan/pembuatan dilakukan, dan berapa teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Least Unit Cost
jumlah persediaan pengamannya. Jenis (LUC) teknik ini mempunyai ukuran kuantitas
permasalahan ini pada hakikatnya dapat pemesanan dan interval pemesanannya bervariasi. Pada
dikuantifikasikan dan jawabannya akan terkait teknik LUC ini ukuran kuantitas pemesanan ditentukan
dengan jenis metode pengendalian persediaan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan
terbaikyang digunakan. mempertanyakan apakah ukuran lot disuatu periode
sebaiknya sama dengan ukuran bersihnya atau
3.Model Pemecahan Masalah bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode
Dalam tugas akhir ini, ditetapkan model untuk berikutnya, keputusan ditentukan berdasarkan ongkos
pemecahan masalah yang terjadi di perusahaan dan per unit (ongkos pengadaan per unit ditambah ongkos
telah dirumuskan. Model dari pemecahan masalah yang simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot
akan digunakan adalah sebagai berikut : yang akan dipilih. Silver Meal pada teknik ini
menentukan rata-rata biaya per periode adalah jumlah
Input Proses Output
periode dalam penambahan pesanan yang meningkat.
1. Jumlah vendor CPO Penambahan pesanan dilakukan ketika rata-rata biaya
2. Penerimaan CPO
3. Data Demand
1. Jenis model persediaan yang digunakan di periode pertama meningkat. Jika pesanan datang pada
1. Klasifikasi penerimaan CPO berdasarkan jumlah CPO dan transportasi yang digunakan PT. LDC Lampung
4. Biaya Pembelian
3. Uji Hipotesis tentang permintaan
awal periode pertama dan dapat mencukupi kebutuhan
5. Biaya pemesanan
6. Biaya Simpan
3. Model Persediaan Probabilistik / Model Persediaan Deterministrik 2. Kebijakan persediaan yang sebaiknya hingga akhir periode. lot size yang dipilih harus dapat
digunakan di PT. LDC Lampung meminimasi ongkos total per perioda. Permintaan
7. Biaya Kekurangan
8. Waktu ancang-ancang dengan perioda-perioda yang berurutan
Gambar 3. 1 Model Pemecahan Masalah diakumulasikan ke dalam suatu bakal ukuran lot
(tentative lot size) sampai jumlah carrying cost dan
Input data berupa jumlah vendor CPO, tenaga setup cost dari lot tersebut dibagi dengan jumlah
kerja, dan kedatngan bahan baku di PT. LDC Lampung, perioda yang terlibat meningkat.
digunakan untuk menentukan klasifikasi penerimaan
Terdapat 2 tipe model persediaan probabilistik
bahan baku CPO. Setelah didapat jumlah vendor CPO
yaitu model probabilistik P dengan kasus lost sales,
untuk selanjutnya di klasifikasikan kedalam proses
dalam hal ini konsumen tidak mau menunggu barang
penerimaan bahan baku CPO dimana terdapat 2 jalur yang diminta sampai dengan tersedia di gudang,
penerimaan dan 2 alat transportasi yang digunakan konsumen akan pergi dan mencari barang kebutuhan di
sebelum bahan baku CPO masuk kedalam tanki bahan
tempat lain. Dengan menggunakan model probabilistik
baku. P, mekanisme pengendalian dilakukan dengan
Input data berupa penerimaan CPO, biaya memesan menurut interval waktu yang tetap (T)
simpan dan waktu ancang-ancang digunakan untuk sehingga ukuran ukuran lot pemesanan (Q) antara satu
menentukan model persediaan yang digunakan, apakah pemesanan dengan pemesanan lain berubah-ubah,
model persediaan deterministik atau model persediaan kekurangan persediaan mungkin terjadi selama T dan
probabilistik. Dalam menentukan bahwa model selama ancang-ancangnya (L), oleh sebab itu, cadangan
persediaan di PT. LDC perlu melakukan uji hipotesis pengaman (ss) yang diperlukan untuk meredam
untuk fluktuasi penerimaan bahan baku CPO, fluktuatif fluktuasi kebutuhan selama T dan selama waktu
tidaknya waktu ancang-ancang. ancang-ancang. Sedangkan pada model persediaan
Setelah di dapat model persediaan di PT. LDC probabilistik Q dengan kasus lost sales, dalam hal ini
selanjutnya adalah menentukan kebijakan persediaan konsumen tidak mau menunggu barang yang diminta
sesuai dengan model persediaan yang diperoleh. sampai dengan tersedia di gudang, konsumen akan
Terdapat 2 tipe model persediaan deterministik yaitu pergi dan mencari barang kebutuhan di tempat lain.
model persediaan deterministik statis dan model Dengan menggunakan model persediaan probabilistik
persediaan deterministik dinamis. Dalam hal ini di Q, mekanisme pengendalian yaitu jumlah pemesanan
fokuskan kepada deterministik dinamis dan
(Q) selalu tetap sehingga interval waktu antar
probabilistik, dikarenakan pembelian bahan baku pemesanan (T) akan berubah-ubah, kekurangan
bersifat dinamis atau tidak tetap teknik pada model persediaan mungkin terjadi selama T dan selama
persediaan deterministik dinamis sendiri menggunakan
ancang-ancangnya (L), oleh sebab diperlukan cadangan
Teknik Lot For Lot (LFL) teknik ini merupakan lot pengaman (ss).
sizing yang mudah dan paling sederhana yaitu kuantitas
5
4. Pengumpulan Data dari pembelian CPO lalu menentukan model persediaan
Hubungan antara volume penjualan RBDPO dan yang digunakan menggunakan uji hipotesis. Adapun uji
volume produksi CPO yang berkualitas sangatlah kuat, hipotesis yang akan dilakukan serta kriteria yang
maka rencana atau target produksi yang hendak dicapai menjurus ke model persediaan yang akan digunakan
sesuai dengan kapasitas terpasang pada PT. Louis dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Dreyfus Company Indonesia, akan mempengaruhi
besar kecilnya persediaan bahan baku yang harus Tabel 4. 2 Perbedaan antar model persediaan
disediakan. Model Model
Atas dasar pembelian bahan baku yang dilakukan Perbedaan Persediaan Persediaan
oleh perusahaan pada tahun 2016 untuk memproduksi Deterministik Probabilistik
RBDPO yang berkualitas di peroleh sumber bahan Kriteria 1 Kriteria 2
baku dari daerah Lampung dan beberapa kota lainnya Tidak ada
di Indonesia. Dimana presentase pembelian bahan baku fluktuasi
CPO yang diperoleh PT. LDC adalah 75% diperoleh Fluktuasi Ada fluktuasi
permintaan
dari perkebunan kepala sawit di daerah Lampung, dan Permintaan permintaan
(diketahui
25% di peroleh dari daerah lainnya. secara pasti)
Dengan demikian pembelian CPO pada tahun
Lead Time Lead Time
2016 yang berasal dari daerah Lampung, dan daerah Lead Time
Konstan Konstan
lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. 1 Pembelian bahan baku CPO dari daerah Dari tabel 4.2 diatas maka akan dilakukan uji
lampung dan daerah lainnya, pada tahun 2016 hipotesis fluktuasi pemesanan CPO, lead time
untuk mengetahui model persediaan yang
sebaiknya digunakan di PT. Louis Dreyfus
No Bulan Jumlah CPO (ton)
Company Indoneisa.
1 Januari 57.374
2 Februari 57.857 a. Uji Hipotesis Fluktuasi Pemesanan CPO
3 Maret 58.892 Uji hipotesis fluktuasi pemesanan CPO ini
4 April 58.658 dilakukan untuk menentukan terdapat atau tidak
5 Mei 57.265 terdapatnya fluktuasi dalam pemesanan CPO pada
6 Juni 59.758 tahun 2016.
7 Juli 57.958 Tabel 4. 3 Pemesanan bahan baku CPO dari
daerah lampung dan daerah lainnya, pada tahun
8 Agustus 58.758 2016
9 September 59.748
10 Oktober 58.879 No Bulan Jumlah CPO (ton)
11 November 57.811 1 Januari 57.374
12 Desember 59.479 2 Februari 57.857
Total 702.437 3 Maret 58.892
Sumber: Data PT. Louis Dreyfus Company 4 April 58.658
5 Mei 57.265
Dari Pengumpulan data pemesanan CPO 6 Juni 59.758
diduga terdapat fuluktuasi pembelian CPO pada tahun 7 Juli 57.958
2016. Lalu dalam pengolahannya dilakukan uji
8 Agustus 58.758
hipotesis untuk menentukan model persediaan yang
digunakan. Dan terakhir menentukan kebijakan 9 September 59.748
persediaan sesuai dengan model persediaan terpilih. 10 Oktober 58.879
11 November 57.811
i. Uji Hipotesis
12 Desember 59.479
Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan
model persediaan yang sebaiknya digunakan. Adapun Total 702.437
uji hipotesis yang dilakukan yaitu uji hipotesis fluktuasi
pembelian CPO, uji hipotesis lead time, dan uji
hipotesis keterlambatan CPO. Setelah diperoleh data
6
Jumlah keseluruhan (j) = 12
Derajat kebebasan (v) = k-1 = 12-1 = 11
Jumlah data (k) = 12
Rata-rata lead time (𝑋̅) = j/k = 12/12 = 1
minggu
Jumlah keseluruhan (j) = 702.437 Data Lead Time (/minggu)
Jumlah data (k) = 12
No Bulan Lead Time
Derajat kebebasan (v) = k-1 = 12-1 = 11
Rata-rata pemesanan (𝑋̅) = j/k = 702,437/12 = 58.536 1 Januari 1
ton 2 Februari 1
∑(𝑥𝑖 −𝑥̅ )2 3 Maret 1
Standar deviasi (s) = √ = 876,28
𝑘
𝑋̅
4 April 1
Rata-rata pemesanan/hari (μo) = 30 =1.951 ton/hari 5 Mei 1
6 Juni 1
Berikut langkah pengujian fluktuasi permintaan:
1. Menentukan hipotesis 7 Juli 1
H0 = Tidak terdapat fluktuasi pemesanan CPO 8 Agustus 1
(𝑋̅ = μo) 9 September 1
H1 = Terdapat fluktuasi pemesanan CPO (𝑋̅ ≠ μo) 10 Oktober 1
2. Menentukan taraf signifikansi 11 November 1
α = 10% = 0.1 , maka: 12 Desember 1
-t α = -1.363 (tabel t-student) atau Total 12
t α = 1.363 (tabel t-student) ∑(𝑥𝑖 −𝑥̅ )2
Standar deviasi (s) = √ =0
𝑘
3. Kriteria pengujian Rata-rata lead time (μo) = 1 minggu
▪ H0 diterima jika -t α ≤ to atau to ≤ t α
▪ H0 ditolak jika -t α > to atau to > t α Berikut langkah pengujian lead time:
1. Menentukan hipotesis
4. Uji statistik H0 = Terdapat lead time (𝑋̅ = μo)
̅ −𝜇0
𝑋
H1 = Tidak terdapat lead time (𝑋̅ ≠ μo)
to = 𝑠
√𝑘
58.536−1.951 2. Menentukan taraf signifikansi
to = 838,97 α = 10%, α/2 = 5%, 0.05 , maka:
√12
56575 -t α/2 = -2,201 (tabel t-student)
to = 242.2 t α/2 = 2,201 (tabel t-student)
to = 233,6
3. Kriteria pengujian
5. Kesimpulan • H0 diterima jika -t α/2 ≤ to ≤ t α/2
Karena to = 233.6 > t α = 1.363 maka Ho ditolak. Jadi • H0 ditolak jika -t α/2 > to atau to >
data pemesanan bahan baku CPO pada tahun 2016 t α/2
terdapat fluktuasi pemesanan. 4. Uji statistik
̅ − 𝜇0
𝑋
to = 𝑠
b. Uji Hipotesis Lead Time √𝑘
Uji hipotesis lead time ini dilakukan untuk 1−1
to = 0
menentukan terdapat atau tidak terdapatnya √12
fluktuasi lead time pada tahun 2016. Berikut to = 3,464
data lead time tahun 2016:
Tabel 4. 4 Data lead time tahun 2016 5. Kesimpulan
Karena t α/2 = 2.201 ≤ to = 3,464 ≤ -tα/2 =
-2.201 maka Ho diterima. Jadi terdapat
Dari data diatas dapat diketahui: lead time konstan yaitu sebesar 1 minggu
7
di PT. Louis Dreyfus Company H1 = Data tidak berdistribusi normal (Dhit <
Indonesia. Dα)

c. Uji Distribusi Normal 2. Menentukan taraf signifikansi


α = 10% = 0,1 , maka :
Uji Distribusi Normal ini dilakukan untuk Dα = 0,338 (table kolmogorv-smirnov)
menunjukan bahwa data PT. Louis Dreyfus
Company Indonesia berdistribusi normal 3. Kriteria pengujian
pada tahun 2016. Berikut pengolahan data • H0 diterima jika Dhit ≥ Dα
demand menggunakan uji hipotesis • H0 ditolak jika Dhit < Dα
Kolmogorov-Smirnov PT. LDC tahun 2016:
4. Uji statistik
Tabel 4. 5 Uji distribusi normal Dhitung = |Fr1 – P(z)1|
Bulan Xi fi Fi Fr Z P(z) D Dhitung = |0,083 – 0,0734|
1 57.265 1 1 0,083 -1,45 0,0734 0,010 Dmax = 0,835
2 57.374 1 2 0,083 -1,33 0,0923 0,009
3 57.811 1 3 0,083 -0,83 0,2039 0,121 5. Kesimpulan
4 57.857 1 4 0,083 -0,78 0,2191 0,136 Karena Dhit ≥ Dα = 0,835 ≥ 0,338 jadi Ho
5 57.958 1 5 0,083 -0,66 0,2546 0,171 diterima. Maka data di PT. Louis
6 58.658 1 6 0,083 0,14 0,5552 0,472 Dreyfus Company Indonesia
7 58.758 1 7 0,083 0,25 0,5998 0,516 berdistribusi normal.
8 58.879 1 8 0,083 0,39 0,6521 0,569
9 58.892 1 9 0,083 0,41 0,6576 0,574 Dari Uji hipotesis diatas dapat diketahui bahwa
10 59.479 1 10 0,083 1,08 0,8590 0,776 PT. Louis Dreyfus Company Indonesia:
11 59.748 1 11 0,083 1,38 0,9166 0,833 • Terdapat fluktuasi pemesanan
12 59.758 1 12 0,083 1,39 0,9184 0,835 • Lead time konstan
Total 702.437 12 0,835 • Berdistribusi normal
Sehingga model persediaan yang cocok adalah
Dari data diatas dapat diketahui : model persediaan probabilistik
Jumlah keseluruhan (j) = 702.437
Derajat kebebasan (v) = k-1 = 12-1 = 11 1. Model dan Kebijakan Persediaan
Jumlah data (k) = 12 Dari uji hipotesis diatas diketahui bahwa model
Rata-rata pemesanan (𝑋̅) = j/k = 702.437/12 persediaan pada PT. Louis Drayfus Company
= 58.536 adalah model persediaan probabilistik. Model
persediaan probabilistik sendiri terbagi menjadi 2
∑(𝑥𝑖 −𝑥̅ )2
Standar deviasi (s) = √ =876,28 model persediaan yaitu Model Q dan Model P.
𝑘
𝑋̅ Adapun data yang digunakan untuk
Rata-rata pemesanan/hari (μo) = 30 =1.951 menyelesaikan model persediaan sebagai berikut:
ton/hari
Frekuensi (fi) = banyaknya 1) Permintaan CPO
kemunculan/bulan = 1 Untuk menentukan permintaan CPO pada tahun
Frekuensi kumulatif ke-i (Fi) = Fi + fi = 1+1 2017 digunakan rata-rata dari demand 2016
=2 sebagai demand untuk permintaan 2017. Maka
𝑓𝑖 demand permintaan yang digunakan yaitu
Frekuensi relative (Fr) = ∑ 𝑓𝑖 = 1/12 = 0,083
dengan menggunakan hasil dari perhitungan
Distribusi normal (Z) = (Xi - 𝑋̅)/s = (57.265- pada table 4. 3 sebagai berikut:
58.536)/876,28
Probabilitas P(z) = (dari tabel normal)

Berikut langkah uji hipotesis kolmogorv-


smirnov:
1. Menentukan hipotesis
H0 = Data berdistribusi normal (Dhit ≥ Dα)
8
Berikut merupakan perhitungan model persediaan
model Q lost sales:

➢ Iterasi 1
1. Hitung q0 dengan menggunakan formula Wilson
Tabel 4. 6 Pemesanan bahan baku CPO dari q* = Ukuran lot pemesanan optimal
daerah lampung dan daerah lainnya, pada tahun 2𝐴𝐷
2016 q*01= √ ℎ
=
2(9000000)(58536)
No Bulan Jumlah CPO (ton) √ = 811,498 atau 812 ton
1600000
1 Januari 57.374
2 Februari 57.857 2. Hitung α dan r*1
3 Maret 58.892 ℎq∗01 (1600000)(812)
𝛼 = 𝐶𝑢𝐷+ℎq∗01 = 7000000(58536)+1600000(812) =
4 April 58.658
0,003
5 Mei 57.265
6 Juni 59.758 Dari Tabel B untuk α = 0,003; diperoleh 𝑧𝛼
7 Juli 57.958 = 2,75;
8 Agustus 58.758 f(zα) = 0,0091 dan Ψ(zα) = 0,0009 maka :
9 September 59.748
r* = Kebutuhan selama waktu ancang-ancang (L)
10 Oktober 58.879 r*1 = DL + zα S√L = (58536)0,0192 + 2,75
11 November 57.811 (876,28√0,0192)
12 Desember 59.479 = 1458 ton
Total 702.437
Permintaan demand untuk tahun 2017 (D) = 58.536 3. Hitung nilai q*02
2) Standar deviasi - N = SL [f(zα) − zα Ψ(zα)]
S = 876,28 N = (876,28√0,0192)[0,0091 −
2,75(0,0009)]
3) Biaya pemesanan, biaya pembelian, biaya simpan = 1 ton
& biaya kekurangan
Tabel 4. 7 Data biaya pemesanan, biaya q* = Ukuran lot pemesanan optimal
pembelian, biaya simpan dan biaya kekurangan √
2 (58536)(9000000+7000000 𝑥 1)
- q*02= 1600000
=
Biaya Pembelian (p) Rp 8,000,000 / ton 1082 ton
Biaya Pemesanan (A) Rp 9,000,000 / 1 kali pesan
Biaya Simpan (h) Rp 1,600,000 / ton 4. Hitung kembali α dan r*2
Biaya Kekurangan (Cu)Rp 7,000,000 / ton ℎq∗02
𝛼 = 𝐶𝑢𝐷+ℎq∗02 =
1600000(1082)
4) Lead time 7000000(58536)+1600000(1082)
= 0,004
L = 1 minggu Z𝛼 = 2,65
1 tahun = 52 minggu
L dalam setahun = 1 / 52 minggu = 0,0192 tahun r* = Kebutuhan selama waktu ancang-
ancang (L)
5) Tingkat signifikansi r*2 = DL + zα S√L = (58536)0,0192 + 2,65
α = 0,1 (876,28√0,0192)
Zα = 1,281 = 1446 ton
a. Model Q Lost Sales 5.Bandingkan r*1 dan r*2 (1458 dengan
Model Q merupakan model persediaan 1446), di sini keduanya hampir sama, iterasi
probabilistik dengan karakteristik pemesanan selesai.
ekonomis (q) selalu sama. Model Q lost sales Dengan demikian maka dapat diperoleh kebijakan
digunakan karena apabila RBDPO tidak tersedia inventori optimal, tingkat pelayanan dan
maka konsumen dapat membeli di tempat lain. ekspektasi ongkos total inventori sebagai berikut
9
: = 0,0009
c. Hitung R
a. Kebijakan inventori optimal, yaitu : R = Inventori maksimum yang diharapkan
q* = Ukuran lot pemesanan optimal R = DT + DL + ZαS√𝑇 + 𝐿
q*0 = q*2 = 1082 ton R = (58536)(0,0139) + (58536)(0,0192) +
(2,75)(876,28)√0,0139 + 0,0192
r* = Kebutuhan selama waktu ancang- R = 2376 ton
ancang (L)
r* = r*2 = 1446 ton d. Ongkos Total
N = S√𝑇 + 𝐿 [f(Zα)-Zα x ψ(Zα)]
ss = zα S√L
N = 876,28√0,0139 + 0,0192 [0,0091 –
ss = 2,65 x 876,28√0,0192 = 322 ton 2,75 x 0,0009]
N = 1 ton
b. Tingkat pelayanan η :
𝑁 1
η = 1- 𝐷𝐿 𝑥 100% = 1- 58536 𝑥 0,0192 𝑥 100% 𝐴 𝐷𝑇 𝑐𝑢
OT = Dp +𝑇 + h ( R – DL + 2 ) + ( 𝑇 +
= 99 % ℎ)N
9000000
Ekspektasi ongkos total per tahun : OT = (58536)(8000000) + 0,0139 + 1600000
𝐴𝐷 1 (58536)(0,0139)
OT = 𝐷𝑝 + + ℎ ( 𝑞0 + 𝑟 − 𝐷𝐿) + ( 2376 – 58536 x 0,0192 +
𝑞0 2 2
𝐷 ∞ 7000000
𝐶𝑢 ∫ (𝑥 − 𝑟)𝑓(𝑥)𝑑𝑥 )+( 0,0139
+ 1600000)𝑥 1
𝑞0 𝑟1
OT = (58536 𝑥 8000000) + OT = Rp 47.209.497.350
(9000000)(58536) 1
+ 1600000 (2 1082 +
1082 Disini akan dicoba dengan penambahan T0
1446 − 58536 𝑥 0,0192) + sebesar 0,005 tahun sehingga T0 = 0,0189,
58536 selanjutnya kembali ke langkah b
7000000 1082 𝑥1 e. Hitung α
=Rp 47.053.457.110 𝑇ℎ
α=
𝑇ℎ+ 𝑐𝑢
(0,0189)(1600000)
Kesimpulan jumlah pemesanan ekonomis (q*) CPO α= (0,0189)(1600000)+7000000
1082 ton, cadangan pengaman (ss) CPO sebesar α = 0,004; Zα = 2,65; f(Zα) = 0,0119; ψ(Zα)
322 ton, kebutuhan selama watu acing-ancang = 0,0012
(r*) sebesar 1446 ton, tingkat pelayanan 99 %
dan total ongkos Rp 47.053.457.110 /tahun f. Hitung R
R = Inventori maksimum yang diharapkan
b. Model P Lost Sales R = DT + DL + ZαS√𝑇 + 𝐿
Model P merupakan model persediaan dengan R = (58536)(0,0189) + (58536)(0,0192) +
karakteristik waktu antar pemesanan (T) selalu
(2,65)(876,28)√0,0189 + 0,0192
sama. Model P lost sales digunakan karena apabila
R = 2683 ton
RBDPO tidak tersedia maka konsumen dapat
g. Ongkos Total
membeli di tempat lain. Berikut merupakan
perhitungan model persediaan model P lost sales: N = S√𝑇 + 𝐿 [f(Zα)-Zα x ψ(Zα)]
N = 876,28√0,0189 + 0,0192 [0,0119 –
a. Hitung T0 2,65 x 0,0012]
2𝐴
N = 1 ton
T0 = √𝐷ℎ
𝐴 𝐷𝑇 𝑐𝑢
2(9000000) OT = Dp +𝑇 + h ( R – DL + 2 ) + ( 𝑇 +
T0 = √(58536)(1600000) ℎ)N
9000000
T0 = 0,0139 tahun OT = (58536)(8000000) + 0,0189 + 1600000
b. Hitung α (58536)(0,0189)
𝑇ℎ ( 2683 – 58536 x 0,0192 +
α= 2
𝑇ℎ+ 𝑐𝑢 7000000
(0,0139)(1600000) )+( + 1600000)𝑥 1
α= (0,0139)(1600000)+7000000
0,0189
OT = Rp 47.251.579.920
α = 0,003; Zα = 2,75 ; f(Zα) = 0,0091; ψ(Zα)
10
(3,10)(876,28)√0,0039 + 0,0192
Iterasi penambahan tidak dilanjutkan sebab ongkos R = 1765 ton
lebih besar dari ongkos sebelumnya. Dengan
demikian akan dilakukan iterasi pengurangan T0 m. Ongkos Total
sebesar 0,005 sehingga T0 = 0,0089 , selanjutnya N = S√𝑇 + 𝐿 [f(Zα)-Zα x ψ(Zα)]
kembali ke langkah e N = 876,28√0,0039 + 0,0192 [0,0033 –
3,10 x 0,00027]
h. Hitung α N = 1 ton
𝑇ℎ
α = 𝑇ℎ+ 𝑐𝑢
(0,0089)(1600000)
α = (0,0089)(1600000)+7000000
α = 0,002; Z α = 2,90; f(Zα) = 0,0059; ψ(Zα)
= 0,0005 𝐴 𝐷𝑇
OT = Dp +𝑇 + h ( R – DL + 2 ) + ( 𝑇 +
𝑐𝑢

i. Hitung R ℎ)N
9000000
R = Inventori maksimum yang diharapkan OT = (58536)(8000000) + 0,0039 + 1600000
R = DT + DL + ZαS√𝑇 + 𝐿 ( 1765 – 58536 x 0,0192 +
(58536)(0,0039)
R = (58536)(0,0089) + (58536)(0,0192) + 2
7000000
(2,90)(876,28)√0,0089 + 0,0192 )+( 0,0039
+ 1600000)𝑥 1
R = 2071 ton OT = Rp 47.360.057.050

j. Ongkos Total Iterasi pengurangan tidak dilanjutkan sebab ongkos


N = S√𝑇 + 𝐿 [f(Zα)-Zα x ψ(Zα)] lebih besar dari ongkos sebelumnya. Dengan
N = 876,28√0,0089 + 0,0192 [0,0059 – demikian hasilnya dapat disajikan pada tabel
2,90 x 0,0005] berikut :
N = 1 ton
𝐴 𝐷𝑇 𝑐𝑢 Tabel 4. 8 hasil perhitungan model P lost sales
OT = Dp + + h ( R – DL + ) + ( +
𝑇 2 𝑇
ℎ)N T R SS N OT Keterangan
9000000 0,0039 1765 376 1 Rp 47.360.057.050
OT = (58536)(8000000) + 0,0089 + 1600000
(58536)(0,0089) 0,0089 2071 332 1 Rp 47.201.950.320 Optimal
( 2071 – 58536 x 0,0192 + 0,0139 2376 334 1 Rp 47.209.497.350
2
7000000
)+( 0,0089
+ 1600000)𝑥 1 0,0189 3683 321 1 Rp 47.251.579.920
OT = Rp 47.201.950.320 Ket :T = waktu antar pemesanan (/tahun)
α = tingkat pelayanan yang tidak terpenuhi
Iterasi pengurangan akan dilanjutkan sebab R = inventori maksimum yang diharapkan (/ton)
ongkos yang dihasilkan lebih kecil dari ss = cadangan pengaman (/ton)
ongkos sebelumnya. Dengan demikian N = jumlah kekurangan (/ton)
dilakukan iterasi pengurangan T0 sebesar OT = ongkos total
0,005 tahun sehingga T0 = 0,0039,
selanjutnya kembali ke langkah h. Dari tabel diatas dapat diketahui
T = 0,0089 tahun atau 3 hari
k. Hitung α R = 2071 ton
𝑇ℎ ss = 332 ton
α = 𝑇ℎ+ 𝑐𝑢
(0,0039)(1600000)
α = (0,0039)(1600000)+7000000 untuk mengetahui jumlah pemesana optimal (q)
α = 0,0009; Z α = 3,10; f(Zα) = 0,0033; perlu menentukan waktu pemesanan ulang (r).
ψ(Zα) = 0,00027 Berikut perhitungan waktu pemesanan ulang (r)
dan jumlah pemesana optimal (q):
l. Hitung R r = DL + zα S√L+T
R = Inventori maksimum yang diharapkan = (58536)(0,0192) + (2,90)(876,28)
√0,0192+0,0089
R = DT + DL + ZαS√𝑇 + 𝐿
= 1549 ton
R = (58536)(0,0039) + (58536)(0,0192) +
11
q = R-r Indonesia selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
= 2071 – 1549 menentukan ongkos total yang terbaik dengan
= 522 ton membandingkan model P dan model Q pada
Kesimpulan waktu antar pesan (T) 0,0089 tahun probabilistik pada kebijakan perusahaan.
atau 3 hari, cadangan pengaman (ss) sebesar 332
ton, inventori maksimum yang diharapkan (R) 6.1 Kesimpulan
sebesar 2071 ton, perkiraan jumlah pemesanan 1. Dari hasil pengolahan data dapat diketahui
optimal (q) sebesar 522 ton, perkiraan waktu bahwa PT. Louis Dreyfus Company Indonesia
pemesanan ulang (r) sebesar 1549 ton dan total yang berada di Bandar Lampung akan sesuai
ongkos Rp 47.201.590.320 /tahun apabila menggunakan model persediaan
probabilistik. Model probabilistik lost sales
5. Analisis dan Pembahasan Uji Hipotesis digunakan karena apabila RBDPO tidak tersedia
Demand, Lead Time, dan Distribusi Normal maka konsumen akan beralih untuk membeli di
Seperti telah diketahui, bahwa pengawasan tempat lain
persediaan bahan baku merupkan kegiatan yang 2. Adapun kebijakan persediaan optimal yang di
berhubungan dengan mengatur bahan-bahan agar peroleh untuk pemesanan CPO dengan model
menjamin kelancaran proses produksi secara efektif persediaan probabilistik Q lost sales di PT. LDC
dan efisien. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka Indonesia yaitu ukuran lot pemesanan optimal
kita harus memperkirakan produksi CPO rakyat (q*) sebesar 1082 ton, cadangan pengaman (ss)
terutama daerah-daerah yang terdekat dengan lokasi sebesar 322 ton, kebutuhan selama waktu
perusahaan pengolah atau pabrik pengolah CPO ancang-ancang (r*) sebesar 1446 ton, dan total
kualitas ekspor PT. Louis Drayfus Company Indonesia. ongkos Rp 47.053.457.110 / tahun. Sedangkan
Sebelum mencari tahu apakah ongkos total yang perbandingannya dengan kebijakan persediaan
dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan yang sudah CPO dengan model persediaan probabilistik P
dilakukan oleh perusahaan, maka pertama-tama adalah lost sales yang memiliki ongkos total lebih besar
mencari tahu apakah model persediaan yang cocok agar yaitu, waktu antar pesan (T) 0,0089 tahun/3 hari,
tidak salah pada saat mengimplemantasikan kebijakan cadangan pengaman (ss) sebesar 332 ton, jumlah
untuk perusahaan. Pada pengolahan data, tingkat persediaan maksimum (R) sebesar 2071 ton,
ketidaksesuaian atau α (alfa) yang digunakan untuk perkiraan jumlah pemesanan optimal (q) sebesar
pembelian bahan baku CPO pada PT. LDC adalah 522 ton, perkiraan waktu pemesanan ulang (r)
sebesar 10%, dan tujuan pengolahan data yang pertama sebesar 1549 ton dan total ongkos Rp
adalah untuk mengetahui apakah data demand PT. LDC 47.201.950.320 /tahun.
Indonesia merupakan model deterministik atau 3. Maka dengan hasil uji hipotesis dan perhitungan
probabilistik dengan kriteria-kriteria. PT. Louis Dreyfus Company Indonesia di
Bandar Lampung, akan tepat apabila
Dapat diketahui Ho demand ditolak yang
menggunakan model persediaan probabilistik
berarti demand pada PT. Louis Dreyfus Company
dengan kebijakan persediaan Q lost sales.
Indonesia memiliki Demand pemesanan CPO yang
fluktuatif. Untuk kesimpulan dari Lead Time adalah Ho
6.2 Saran
diterima yang berarti Lead Time pada PT. Louis
Berikut saran yang diberikan untuk PT. Louis
Dreyfus Company Indonesia konstan atau tidak
Dreyfus Company Indonesia di Bandar Lampung :
berubah segnifikan selama tahun 2016. Dan untuk uji
▪ Sebaiknya menggunakan kebijakan
distribusi normal data pemesanan CPO memiliki
persediaan yang telah diteliti.
kesimpulan yaitu Ho diterima yang berarti data
▪ Sebaiknya PT. Louis Dreyfus Company
pemesanan CPO PT. Louis Dreyfus Company
Indonesia menggunakan model
Indonesia pada tahun 2016 berdistrbusi normal.
persediaan probabilistik Q lost sales
Ketiga kriteria di atas adalah syarat utama
karena mempunyai total ongkos yang
untuk menentukan model persediaan, dan yang terpillih
lebih kecil.
adalah model probabilistik, karena sesuai dengan
▪ Sebaiknya memperbaiki sistem
kritaria yang telah di jabarkan sebelumnya, yaitu
persediaan pada perusahaan.
memiliki demand pemesanan CPO probabilistik,
▪ Sebaiknya perusahaan memiliki sistem
memiliki Lead Time konstan dan berdistribusi normal.
informasi (software) untuk mengatur
Dengan demikian setelah model persediaan
persediaan dengan berbagai perubahan-
probabilistik terpilih untuk menjadi model persediaan
perubahan parameter persediaan agar
yang cocok untuk PT. Louis Dreyfus Company
selalu didapat hasil yang optimal.
12
dan Rantai Pasokan), Edisi 11. Salemba
Empat, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Pahan, Iyung. (2007) : Panduan Lengkap Kelapa


Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu
Adlin U, Lubis. (1992) : Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis hingga Hilir, Penebar Swadaya, Jakarta.
Jacq) di Indonesia, Pusat Penelitian Perkebunan
Marihat, Pematang Siantar, Sumatra Utara.
Rangkuit, Freddy. (2000) : Manajemen
Persediaan, Edisi Keenam, Pt. Raja
Ahyari Agus, Drs. (1983) : Manajemen Produksi Grafindo Persada, Jakarta.
PengendalianProduksit, FE-UGM,Yogyakarta.

Wapole, Ronald E. (1995) : Pengantar Statistika,


Bahagia, Senator Nur. (2006) : Sistem Inventori, Gramedia Pustaka Utama, Bandung.
Institut Teknologi Bandung.

Handoko T. Hani. (1984) : Dasar-dasar Manajemen


Produksi dan Operasi, BPFE UGM, yogyakarta.

Heizer, Jay dan Barry Render. (2014) : Manajemen


Operasi (Manajemen Keberlangsungan

Anda mungkin juga menyukai