Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN

OLEH:

NAMA: M. ANDI MAULANA

NPM: 0204191113834321

KELAS: 4D MANAJEMEN
BAB I

PENDAHULUAN.

Latar Belakang

Internasional perekonomian atau globalisasi, dengan perdaganganbebas antar


negara dan pergerakan modal bebas sebagai ujung tombak,memang mencita-citakan
peningkatan kesejahteraan dan pemerataan keadilanbagi umat manusia. Serangkaian
pertemuan dan perundingan dalam acaraakbar, berskala global, berusaha merumuskan dan
mewujudkan skema terbaikataupun mendekati sempurna. Untuk proses globalsiasi,
sembari tetapberpegang pada prinsip-prinsip keadilan tidak dapat dipungkiri
bahwascenario global tersebut memang menjanjikan hal-hal yang luar biasamanfaatnya
bagi masyarakat negara dunia yang tentunya juga tidak gratis.Aplikasi dari sebuah proses itu
terkadang tidak seadil yang kita kira,bahkan efek yang terjadi sebagai harga yang
harus kita bayar untuknya.Namun negara Indonesia yang termasuk negara dunia ketiga,
sering di paksamenelan pil pahit, bahkan timbangan terkadang berat sebelah, globalsiasi
viapasar bebasnya hanya sebatas masalah yang datang dari negara maju ke negarake
negara belum maju. Dewasa ini utang luar negeri (LN) pemerintah (PublicForeign Dabt)
sudah menjadi salah satu sumber ancaman bagi stabilitasekonomi makro kita, baik
melalui rekaandeficit fiscal, ketimpangan distribusisosial dalam APBN maupun tekanan
atas cadangan devisa. Sayangnya,manajemen uang Indonesia tetap tidak berubah.
Keberhasilan menyajinkankreditor untuk mengucurkan ataupunmenjadwal-ulangkan utang
seolaholah tolok ukur “Keberhasilan”. Padahal, tingkat utang yang terlalu besaradalah
pertanda negeri ini mempunyai beban yang berat di masa mendatang(Drajad H. Wibowo,
2002).

Setelah satu dekade pertumbuhan yang cepat, system keuanganinternasional


dicoba dengancapital flightdan krisis moneter. Keuangankembang memindahkan
modalnya ke negara lain dengan jumlah yang besar.Peningkatan dana pribadi dalam
jangka pendek mengalir dari dana gotongroyong, tunjangan dan perusahaan asuransi
meninggalkan bangsa-bangsasedang berkembang yang terkemuka, yang sangat tanggap
akan kondisi pasar,maka modal mengalir ke luar negeri dalam waktu yang relatif singkat,
dikawasan Asia yang muncul, sebagai contoh, modal yang di dalam tahun waktusingkat sekitar
$ 100 milyar dalam tahun 1996 dan dipertengahan tahun 1997dana tersebut mengalir
keluar dengan tingkat jumlah yang yang pelaku bisnisyang rakus, karena pengaruh
sistem keuangan internasional yang telahmenjalankan hasil liberalisasi arus keuangan
internasional transaksi mata uangasing sekarang sudah mendekati $ 1,5 trilyun per
hari dan spekulunmemanfaatkan dengan melihat mata uang mana yang paling kuat yang
perluke destabilisasi (Anderson, 1998).Fenomena yang menarik pada waktu krisis 1997
kemarin adalah krisisutang yang melanda negara-negara Asia, negara-negara berkembang
di benuaAfrika dan negara-negara Amerika Latin telah menciptakan suatu masalahekonomi
serta konflik tersendiri, setelah terakumulasi terlalu banyak. Dibeberapa negara
adanyadebt traptersebut mengakibatkantwin gapyaitu

3saving insvestment gapyang semakin besar sertacurrent account gapyangjuga semakin


besar. Investasi yang sangat tergantung dari utang luar negeriuntuk menutupinya.
Demikian pula dengan export– import gap yang jugaberasal dari utang luar negeri–
kenyataanya, tanpa banyak di duga, beberapaNegara berkembang memiliki dana di luar
negeri yang sebenarnya cukupuntuk meng-offset utang-utang Negara mereka. Seperti
penelitian pastor(1990) dalam Razaq (2003) dana sejumlah 151 milyar dolar AS telah
keluardari Amerika latin sepanjang 1973– 1985. Ituberarti hamper 40% dari jumlahutang
digunakan hanya untuk dipindahkan ke luar negeri. Di Indonesia jikaseluruhCapital Flight
kembali dalam negeri, kalangan ekonomi berpendapatbahwa pemerintah tidak lagi
membutuhkan bantuan luar negeri, karena selamaperiode krisis 1997– 1999 telah terjadi
pelarian modal sekitar 80 milyar dolarAS. Sementara nilai-nilai komitment bantuan IMF
Indonesia untuk Indonesiahanya 43 miluar dollar AS dan pencairannya di angsur selama 5
tahun (Rozaq,2003).Penelitian mengenaiCapital Flightyang dilakukan oleh
BenuSchineider dari Overseas Development London mulai tahun 1981 sampaidengan
tahun 2004 di beberapa Negara, menunjukkan angka yang fantastis.Salah satunya adalah
Indonesia yang disebut-sebut sebagai “Macan Asia”pada tahun 1990-an

Gejolak pasar keuangan yang dialamiemerging marketspada tahun1990-an membuka


mata dunia bahwa dibalik besarnya manfaat dari integrasisystem keuangan dunia dan
meningkatnya global financial flows, terdapatresiko-resiko yang perlu di waspadai, khususnya
oleh Negara-negaraberkembang yang infrastruktur sector keuangannya masih
lemah.Kecenderungan derasnya aliran masuk modal jangka pendek ke Negara-negara
berkembang pada awal tahun 1990-an telah merumitkan pelaksanaankebijakan moneter, terlebih
aliran modal jenis ini seringkali didasarkan atasmotif spekulasi. Dampak buruk dari aliran modal
jangka pendek yang seringdihadapi oleh Negara-negara berkembang adalah fenomena arus balik
modal(capital reversal) secara mendadak alam jumlah besar sehingga mengangggustabilitas
keuangan dan membuat perekonomian terpuruk dalam krisisperbankan dan keuangan
(Hermawati, 1990 : 6).

Tiga penelitian yang berhubunganCapital Flight Sarah Anderson(1998) dariInstitute For


Policy Studies yang sering dikampanyekan NAFTAadalah:1.Mobilitas yang meningkat memberi
korporasi para pekerja dan masyarakatlebih berkuasa.2.Kasino keuangan global3.Reformasi
MAI dan IMFCapital Flightadalah suatu konsep yang licik, dimana proses tersebutmerupakan
terminal uang dan bias diputar sejauh mana keinginan si pemeganguang. Pelarian modal
berhubungan erat dengan ketidakpastian dan bebanresiko berkaitan dengan kas atau pemegang
modal pada suatu wilayah.Penduduk mengambil uang mereka dan melarikan ke luar negeri
karenaketakutan akan resiko yang tinggi atas modal-modal mereka.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Risiko Nilai Tukar

Risiko Nilai Tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai
tukar  pada saat bank memiliki posisi terbuka. Risiko Nilai Tukar merupakan risiko inherent
dalam semua posisi atau transaksi dalam fx (foreign exchange). Dengan demikian pemilik dari
risiko nilai tukar adalah setiap satuan kerja yang terlibat dalam kegiatan pembentukan posisi
maupun satuan kerja yang terlibat dalam  pelaksanaan transaksi fx. Satuan kerja tersebut terdiri
dari Satuan Kerja Tresuri (Terasury  Department/Division) , Credit Department khususnya dalam
pemberian kredit dalam valuta asing ,  International Divisiondi Kantor Pusat bank
danInternationan Trade and Services  Department (Bagian Eksport/Import dan Jasa Valuta
Asing) di Cabang-Cabang serta unit  penjualan dan pembelian valuta asing di semua gerai bank.
Risiko Nilai Tukar terdiri dari tiga jenis risiko:

1.Risiko Transaksi Merupakan potensi naik turunnya arus kas perusahaan (berkaitan
dengan valuta asing) akibat nilai tukar. Risiko transaksi nilai tukar berlaku untuk: (1)Transaksi
Masukan adalah transaksi yang menyebabkan masuknya uang perusahaan. Contoh; penjualan &
investasi sekuritas. (2) Transaksi Keluaran adalah transaksi yang menyebabkan perusahaan
berkewajiban membayar. Contoh; pembayaran impor bahan baku & pembayaran kewajiban.

2.Risiko Akuntansi ( Risiko transaksi atau risiko konsolidasi) Merupakan potensi


fluktuasi laba perusahaan. Perusahaan yang bisa terkena risiko akuntansi ada dua macam:
(1)Perusahaan jenis pertama adalah mereka yang memiliki pinjaman/ asets dalam mata uang
asing. (2)Perusahaan jenis kedua yang terkena risiko akuntansi adalah mereka yang memiliki
cabang/ anak perusahaan di luar negeri.

3.Risiko Ekonomi Risiko ekonomi merupakan potensi fluktuasi nilai perusahaan atau
kekayaan pemegang saham akibat perubahan nilai tukar. Dengan kata lain, risiko ekonomi
berkaitan dengan  potensi fluktuasi pada eksposur korporat. Eksposur korporat berupa nilai
perusahaan atau kekayaan pemegang saham. Bagi perusahaan yang telah go public, eksposur
korporat tercermin pada harga saham. Karena harga saham merupakan objek yang perlu dikukur,
dimonitor, dan dikendalikan terhadap resiko dan objek tersebut mencerminkan kinerja
perusahaan secara keseluruhan.  Nilai perusahaan atau harga saham tergantung pada dua
variabel: ekspektasi arus kas dan factor diskon. Perubahan nilai tukar bias menyebabkan
perubahan arus kas. Dampak perubahan nilai tukar terhadap ekspektasi arus kas sangat beragam,
tergantung dari aktivitas perusahaan. Bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku impor dan
pembayaran dalam US$, sedangkan penjualan produk hanya di dalam negeri dalam  pembayaran
Rupiah, melemahnya Rupiah terhadap US$ berdampak sangat buruk. Ini sudah terbukti selama
krisis sejak pertengahan tahun 1997. Karena beban pembayaran bahan baku impor meningkat,
sedangkan nilai jual tidak meningkat seperti naiknya biaya bahan baku tersebut. Sebaliknya,
menguatnya Rupiah terhadap US$ menguntungkan pengguna bahan baku impor. Perusahaan
dapat menghemat Rupiah untuk membayar bahan baku sementara penjualan konstan, atau
bahkan meningkat. Akibatnya, ekspektasi keuntungan membaik dan ekspektasi arus kas juga
membaik.  

5 Berbeda bagi eksportir. Melemahnya Rupiah terhadap US$ justru menguntungkan


perusahaan. Dengan penjualan yang sama dalam US$, pendapatan dalam Rupiah meningkat.
Akibatnya, ekspektasi keuntunan meningkat dan ekspektasi arus kas juga meningkat. Dan  juga
sebaliknya. Faktor diskon mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Semakin tinggi persepsi
mengenai tingkat risiko perusahaan, semakin tinggi juga faktor diskon. Dampaknya, nilai
perusahaan atau harga saham semakin kecil. Melemahnya Rupiah cenderung menyebabkan
faktor diskon meningkat. Depresiasi Rupiah terjadi karena memburuknya kondisi ekonomi,
bahkan juga memburuknya kondisi politik dan pemerintahan, keamanan, dan potensi ekonomi.
Hal-hal tersebut menyebabkan hilangnya daya tarik investasi karena investor takut. Ketakutan
tersebut kemudian tercermin dalam faktor diskon.

2.2 Pengukuran Risiko Nilai Tukar :

1. Dalam menilai eksposur risiko nilai tukar yang melekat pada beberapa aktivitas fungsional,
Bank sekurang-kurangnya dapat mengukur beberapa parameter, antara lain:

(1) coverage potential loss


karena fluktuasi nilai tukar, dari sisi penanaman dana termasuk transaksi rekening
administratif;
(2) potential loss

karena fluktuasi nilai tukar, dari sisi penghimpunan dana termasuk komitmen pada
transaksi rekening administratif.

2. Disamping parameter tersebut di atas, dalam pengukuran risiko nilai tukar maka Bank harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

(1) Faktor Struktural, yang meliputi:

 tingkat permodalan Bank yang memperhitungkan risiko nilai tukar sebagaimana yang
diwajibkan oleh ketentuan yang berlaku;
 b. potensi volatilitas rasio permodalan Bank berdasarkan perhitungan nilai tukar terhadap
rekening/posisi dalam denominasi mata uang asing;

c. eksposur risiko nilai tukar, seperti:

a.volume dan stabilitas portofolio yang mengandung risiko nilai tukar;  

b pos pendapatan dan biaya dalam denominasi mata uang asing;

c.mismatching antara asset dan liabilities dalam mata uang asing.

(2) Faktor Strategik

a. efektivitas lindung nilai untuk mengendalikan eksposur risiko nilai tukar, seperti

matching arus kas, lindung nilai pendapatan yang diproyeksikan, dan  penggunaan
kontrak finansial, seperti  futures dan options

 b.volume dan jangka waktu posisi yang berdenominasi mata uang asing;

c.volume dan jangka waktu cross currency mismatches

d. dampak perubahan strategi usaha Bank.

(3) Faktor Eksternal,

seperti dampak dari kondisi ekonomi , perubahan ketentuan, dan persaingan pasar
terhadap eksposur risiko nilai tukar.

2.3 Manajemen Nilai Tukar

Dalam melakukan manajemen resiko nilai tukar, terdapat dua informasi penting yaitu:

1.Informasi mengenai kondisi ekonomi berbagai negara yang sedang terjadi saat ini dan kita
antisipasi dan informasi historis mengenai pergerakan nilai. 

2.Informasi mengenai arus kas dalam tiap mata uang yang sedang terjadi saat ini dan diantisipasi
dalam setiap anak perusahaan. Kedua informasi tersebut diatas diperlukan untuk me-
manage pengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar dimana informasi pertama dapat kita gunakan
untuk meramalkan nilai tukar di masa yang akan datang, sedangkan informasi yang kedua dapat
kita gunakan untuk mengukur pengaruh fluktuasi nilai mata uang terhadap arus kas perusahaan.

Cara me-manage pengaruh fluktuasi nilai tukar adalah dengan melakukan analisa terhadap:

1.Bagaimana eksposur dapat mempengaruhi arus kas berdasarkan berbagai scenario nilai tukar.
2.Perlu atau tidak dilakukan batasan terhadap eksposur dan teknik batasan mana yang dipilih
untuk meminimalisir risiko. Ada saatnya dimana perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs.
Ini disebut dengan eksposur. Secara khusus, perusahaan multinasional menghadapi eksposur
transaksi, translasi dan ekonomi, yang berubah akibat kurs valas dan mempengaruhi perusahaan
dalam cara yang berbeda dan memerlukan teknik manajemen yang berbeda.

2.4 Struktur transaksi perdagangan internasional

Transaksi ekspor-impor barang antarnegara dicatat dalam suatu neraca perdagangan


(balanceoftrade). Neraca ini memuat nilai ekspor dan impor barang yang biasanya
dinyatakan dalam dolar AS. Pencatatan ini dilakukan dalam kurun waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Denganneraca ini dapat diketahui kondisi perdagangan ekspor
impor yang dilakukan; mana yang lebih besar, nilai perdagangan ekspor ataukah nilai
perdagangan impor? Pada umumnya, pedagang menginginkan keuntungan karena
itu dalam transaksi perdagangan internasional ini setiap negara menginginkan neraca
perdagangannya aktif. Apakah yang dimaksud dengan neraca perdagangan aktif? Artinya,
nilai ekspor lebih besar daripada impor. Dengan demikian, cadangan devisa negara dapat
terus bertambah. Dalam neraca ini biasanya dibedakan antara ekspor dan impor primer (produk
pertambangan dan pertanian) dengan ekspor dan impor nonprimer. Di Indonesia, dikenal
menjadi dua kategori, yaitu ekspor dan impor migas serta ekspor dan impor nonmigas

1. neraca perdagangan
2. neraca jasa-jasa
3. transaksi berjalan
4. neraca modal
5. selisi perhitungan cadangan devisa
6. jumlah nilai transaksi berjalan, neraca modal, dan SDR

BAB III

KESIMPULAN & SARAN


3.1.Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Setiap bank yang termasuk dalam kategori
bank-bank berskala internasional memiliki stategi masing-masing yang khusus untuk
memenangkan persaingan pasar. Bagaimanapun juga, strategi merupakan penentuan langkah-
langkah yang seharusya dilakukan oleh lembaga keuangan dalam mencapai target.
Denganmelaksanakan strategi pemasaran bank dengan maksimal, maka bank akan lebihmudah
mencapai tujuan.

3.2.Saran
Makalah yang penulis susun semoga menjadi bahan kajian pembelajaran d bidang Mata
Kuliah “Manajemen Keuangan Internasional “ sehingga dengan adanya makalah ini, mahasiswa
bisa lebih menambah wawasannya, semogapembaca bisa lebih apresiasif dari kandungan kajian
makalah ini, Makalah inimasih jauh dari kesempurnaan saran dan kritik sangat penulis harapkan
dari pembaca, khususnya teman-teman mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai