Anda di halaman 1dari 22

ASESMEN AUTENTIK

Naskah disiapkan untuk materi acuan pada


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15
Universitas Negeri Malang

Oleh
Prof. Dr. AD. Corebima, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 15
2008
DAFTAR ISI
Hal
A. Asesmen, Tes dan Evaluasi ..................................................................... 1
B. Pengertian Asesmen Autentik ................................................................. 1
C. Bentuk Penerapan Autentik ..................................................................... 3
D. Prosedur Untuk Merancang Suatu Tugas Asesmen Autentik
(diambil dari Susilo, 2003) ...................................................................... 5
E. Penyekoran Asesmen Autentik (diambil dari Susilo, 2003) ..................... 6
F. Asesmen Autentik dan Asesmen non Autentik ........................................ 16
G. Asesmen Autentuk dan Asesmen Alternatif ............................................ 17
H. Asesmen Alternatif dan Asesmen Tradisional ......................................... 18

Penutup ........................................................................................................ 19

Daftar Rujukan ............................................................................................. 19


MATERI

A. Asesmen, Tes, dan Evaluasi


Barangkali banyak diantara kita membaurkan asesmen, tes, dan evaluasi.
Ketiga konsep tersebut tidak sama.
Asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta didik,
berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat lakukan
(Hart, 1994). Dalam hal ini banyak cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi tersebut, misalnya dengan mengamati peserta didik
belajar, menguji apa yang mereka hasilkan, menguji pengetahuan dan
keterampilan mereka. Pertanyaan kunci tentang asesmen adalah bagaimana kita
dapat menemukan apa yang sedang dipelajari peserta didik? Dalam hal ini tes
adalah suatu instrumen pengukuran untuk mengases dan mendokumentasikan
pembelajaran siswa (Hart, 1994).
Evaluasi adalah proses penafsiran (interpretasi) serta pembuatan keputusan
berkenaan dengan informasi asesmen (Hart, 1994). Dengan demikian dalam batas
asesmen itu sendiri, data asesmen tidak dapat dinyatakan baik atau tidak baik.
Secara sederhana data asesmen itu mencerminkan apa yang berlangsung di dalam
kelas. Data asesmen itu baru bermakna hanya bilamana kita memutuskan bahwa
informasi itu mereflesikan sesuatu yang kita nilai, misalnya seberapa jauh seorang
peserta didik sudah menguasai materi pembelajaran. Pertanyaan kunci pada
evaluasi adalah apakah para peserta didik belajar tentang apa yang kita inginkan
agar mereka pelajari?

B. Pengertian Asesmen Autentik


Arti AA dapat kita lihat pada berbagai sumber. Berikut ini dicuplik
beberapa pengertian terhadap AA dari berbagai sumber.
1. AA adalah soal-soal tes atau latihan yang sangat mendekati hasil pendidikan
sains yang diinginkan. Latihan-latihan informasi dan penalaran ilmiah pada
situasi-situasi semacam yang akan mereka hadapi di luar kelas, sebagaimana
halnya kerja para ilmuwan (The National Science Education Standards, 1995,
dalam Voss, tanpa tahun).

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 1


2. Suatu asesmen dinyatakan autentik bilamana asesmen itu melibatkan peserta
didik pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting, serta bermakna (Hart, 1994).
Asesmen semacam itu terlihat sebagai aktivitas pembelajaran, yang
melibatkan keterampilan berpikir tinggi serta koordinasi tentang pengetahuan
yang luas.
3. AA menantang peserta didik untuk menerapkan informasi maupun
keterampilan akademik baru pada suatu situasi riil untuk suatu maksudyang
jelas. AA memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan
seluruh kemampuannya sembari memperlihatkan apa yang telah dipelajarinya
(Johnson, 2002). Lebh lanjut dinyatakan bahwa AA mendorong peserta didik
untuk menggunakan pengetahuan ilmiah pada suatu konteks riil untuk suatu
maksud yang jelas.
4. AA yang terkait presentasi pendidikan secara langsung mengukur perbuatan
atau penampilan yang sebenarnya pada suatu mata pelajaran (Anonim, tanpa
tahun).
5. AA adalah suatu cara pengukuran penguasaan peserta didik terhadap suatu
mata pelajaran dengan cara yang lain dibanding regugitasi sederhana dari
pengetahuan. AA harus mengukur proses pemahaman dan bukan sederhana
potongan-potongan informasi yang dihafal
(http://www.cast.org/neac/AnchoredInstruction1663.cfm).
6. AA memeriksa atau menguji kemampuan kolektif seseorang, dalam rangka
mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya. AA memberikan
tantangan dunia nyata kepada peserta didik, menuntut mereka untuk
menerapkan keterampilan dan pengetahuannya yang relevan (Anonim, 2001).
Dalam hubungan ini AA mengarah kepada tiap tujuan seperti di bawah
ini.
a. Menuntut peserta didik mengembangkan respon dan bukan sekedar
memiliki opsion yang telah ditetapkan.
b. Menggugah pemikiran tingkat tinggi disamping keterampilan dasar.
c. Secara langsung mengevaluasi proyek (tugas) yang holistik.
d. Menyatu dengan pengajaran.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 2


e. Menggunakan contoh-contoh kerja peserta didik (portofolio) yang
dikumpulkan dalam periode yang lama.
f. Berasal dari kriteria yang jelas untuk peserta didik.
g. Memungkinkan munculnya banyak pendapat.
h. Berhubungan lebih dekat dengan pembelajaran di kelas.
i. Mengajarkan peserta didik untuk mengevaluasi kerjanya sendiri.
7. Suatu asesmen dikatakan autentik jika asesmen itu memeriksa/menguji secara
langsung perbuatan atau prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas
intelektual yang layak (Grant, 1990).
Dalam hal ini AA menuntut peserta didik untuk menjadi pelaku
(orang) yang efektif yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkan. Asesmen
menjadi autentik bilamana pembelajaran yang diukur oleh asesmen itu
memiliki nilai di luar kelas serta bermakna bagi peserta didik (Kerka, 1995).
AA mengamanatkan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas yang sesungguhnya.
8. Asesmen dinyatakan autentik bilamana peserta didik mendemonstrasikan apa
yang mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan riil (Anonim, tanpa
tahun).
Berikut ini dikemukakan pula karakteristik AA yang menunjuk pada
sumber tertentu (anonim, tanpa tahun). Adapun karakteristik AA tersebut adalah
bahwa asesmen itu:
a. merupakan suatu bagian tak terpisahkan dari pembelajaran di kelas,
b. merupakan cerminan dari dunia nyata bukan sebagai macam kerja sekolah
yang memecahkan masalah,
c. menggunakan banyak ukuran/metode/kriteria,
d. bersifat komprehensif dan holistik.

C. Bentuk Penerapan Asesmen Autentik


Berikut ini dikemukakan bentuk-bentuk penerapan AA yang dicuplik dari
berbagai sumber.
1. Pada umumnya para pendidik mengenal empat macam asesmen autentik, yaitu
portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis
secara luas (Johnson, 2002). Dikatakan lebih lanjut bahwa peluang macam
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 3
tugas-tugas asesmen autentik adalah sebanyak atau seluas imaginasi
seseorang.
2. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara
lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994).
Dalam paparannya yang lebih lanjut dinyatakan bahwa asesmen autentik tes
hanyalah satu dari antara sekian banyak cara asesmen. Dalam cara lain
dinyatakan pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga
kategori besar, yaitu observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes dan
prosedur serupa tes atau pengukuran prestasi peserta didik pada suatu waktu
maupun tempat tertentu.
3. Peserta didik untuk mengilustrasikan informsasi akademis yang telah
dipelajarinya, misalnya dalam bidang sains, pendidikan kesehatan,
matematika, dan bahasa Inggris, dengan cara merancang sebuah mobil atau
membuat sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).
4. AA memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas
pembelajaran yang paling baik seperti melakukan penelitian, menulis,
merevisi, dan mendiskusikan masalah, mengadakan analisis lisan yang
menraik terhadap suatu kejadian politik yang sedang berlangsung,
berkolaborasi terlibat dalam debat, dan sebagainya. AA juga mengikuti (attend
to) apakah peserta didik dapat terampil memberikan jawaban perbuatan atau
produk yang seksama dan yang dapat dipertanggung jawabkan. AA menjadi
valid dan reliabel dengan cara menekankan dan membakukan kriteria
penskoran produk yang sesuai (Grant, 1990).
5. Atas dasar Custer (1994), Lazar dan Bean (1991), Rerf (1995), serta Rudner
dan Boston (1994), dinyatakan bahwa beberapa alat yang digunakan pada AA
adalah seperti di bawah ini.
a. Ceklist (tentang tujuan pebelajar, kemajuan menulis/membaca, kelancaran
menulis dan membaca, kontak pembelajaran, dan sebagaimana).
b. Simulasi
c. Essei dan contoh penulisan lain.
d. Demonstrasi atau perbuatan.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 4


e. Wawancara masuk dan kemajuan.
f. Presentasi lisan.
g. Evaluasi oleh instruktur sejawat ataupun yang lainnya baik informal
maupun formal.
h. Asesmen sendiri.
i. Pertanyaan-pertanyaan untuk respon yang tergagas.
Dalam hubungan ini peserta didik dapat diminta mengevaluasi studi kasus,
menulis definisi serta mempertahankannya secara lisan, bermain peran serta
membaca dan merekam bacaannya pada tape recorder; para peserta didik juga
dapat mengumpulkan berkas tulisan yan berisi draft serta revisi yang
memperlihatkan perubahan ejaan maupun hal-hal yang bersifat mekanis, revisi
strategis, serta sejarah perkembangannya menjadi seorang penulis. Dalam hal ini
barangkali teknik yang paling banyak digunakan adalah asesmen portofolio
(Kerka, 1995).
Berkenaan dengan asesmen kinerja yang tergolong (bersifat) AA, Frazee
dan Rudnitski (1995) mengemukakan beberapa cara implementasi asesmen
tersebut, yaitu:
a. menulis sampel,
b. berbicara,
c. essay (yang dapat memperlihatkan kemampuan analisis, sintesis, serta
meringkas informasi),
d. proyek penelitian,
e. pameran,
f. portofolio.

D. Prosedur untuk Merancang Suatu Tugas Asesmen Autentik (diambil dari


Susilo, 2003)

Dalam menciptakan suatu tugas asesmen autentik, tidak peduli pada saja
macamnya. Menurut Johnson (2002), guru CTL (contextual teaching learning)
menemukan bahwa prosedur berikut ini bermanfaat:

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 5


a. Mendeskripsikan secara tepat apa yang harus diketahui siswa dan paa yang
dapat mereka demonstrasikan. Beritahukan pada mereka standar yang harus
mereka kuasai.
b. Berusaha mengkaitkan kegiatan akademis secara bermakna dengan konteks
dunia sehari-hari atau mengajak untuk mensimulasi konteks dunia nyata yang
mengandung makna.
c. Meminta siswa untuk menunjukkan apa yang mereka dapat lakukan dengan
apa yang mereka dapat ketahui, untuk menunjukkan pengetahuan dan
keterampilan yang mendalam, dengan memperoduksi suatu hasil, misalnya
suatu produk yang nyata, prsentasi, koleksi karya.
d. Menentukan tingkat kecakapan/keahlian yang harus dikuasai.
e. Mengekspresikan tingkat kecakapan/keahlian dalam bentuk rubrik, yaitu suatu
pedoman penialaian yang memberikan kriteria untuk emnilai tugas (Lewin &
Shoemaker, 1998).
f. Mengenalkan siswa dengan rubrik tersebut. Mengajak siswa utnuk terus
menerus melakukan evaluasi diri sementara mereka menilai kualitas pekerjaan
mereka sendiri dalam asesmen ini.
g. Melibatkans eorang audiens/penilai lain selain guru untuk merespon asesmen
itu (Lewin & Shoemaker, 1998).

E. Penyekoran Asesmen Autentik (diambil dari Susilo, 2003)


Dalam hal penyekoran, menurut Hart (1994), asesmen autentik itu sebagai
berikut.
a. Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar yang digunakan bersama
sebagai lawan dari yang mudah sekali menghitung jumlah butirnya yang
dijawab salah.
b. Mengungkap dan megidentifikasi kekuatan siswa dan bukannya menunjukkan
kelemahan mereka.
c. Disekor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan kurva normal
atau acuan norma.
d. Mengases proses dan kompetensi secara luas.
e. Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri sendiri.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 6


Alat yang dipakai untuk membantu guru melakukan penyekoran adalah
rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah suatu set kriteria yang digunakan
untuk menyekor atau menempatkan posisi siswa pada tes, portofolio, atau kinerja.
Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai
siswa secara relatif bila dibandingkan dengan standar pencapaian yang diinginkan.
Jadi deskriptor, atau deskripsi kinerja-kinerja siswa dan bagaimana menempatkan
kinerja tersebut dalam suatu rentangan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berikut ini diberikan contoh rubrik penyekoran yang dirancang guru untuk
mengukur dan menyekor kinerja siswa dalam IPA SD yaitu dalam menarik
kesimpulan berdasarkan data eksperimen.
Contoh rubrik: Menarik kesimpulan
Tabel 1. Contoh Rubrik Menarik Kesimpulan
Angka Karakteristik
0 Gagal mencapai kesimpulan
1 Menarik kesimpulan yang tidak didukung data
2 Menarik kesimpulan yang didukung data, tetapi gagal menunjukkan bukti-
bukti untuk kesimpulan tersebut.
3 Menarik kesimpulan yang didukung data dan memberi bukti-bukti
pendukung untuk kesimpulan tersebut.

Rubrik sederhana semacam ini mengkombinasikan beberapa kelebihan.


Rubrik ini mengkomunikasikan secara jelas standar pemerolehan yang bagaimana
yang diinginkan. Rubrik ini juga menciptakan suatu sistem penyekoran yang
mudah dipelajari dan digunakan. Dengan mendeskripsikan karakteristik kinerja
yang khusus dan dapat diamati, akan dikurantgi kemungkinan menyekor
sembarangan. Rubrik juga membantu siswa mengases di tingkat mana mereka
pada skala pencapaian dan bagaimana mereka mungkin meningkatkan kinerjanya.
Akhirnya, rubrik juga dapat digunakan berulang-ulang sepanjang tahun untk
mendokumentasikan suatu pola atau kinerja atau progres.
Seringkali rubrik dilengkapi dengan benchmark, atau contoh kinerja yang
berfungsi sebagai standar konkrit sebagai pembanding. Umumnya benhmark ini
diberikan untuk setiap tingkat pencapaian pada rubrik penyekoran.
Penilai dapat melakukan rubrik penyekoran dan benchmark dengan
menggunakan salah satu dari dua cara, yaitu secara holistik (menyeluruh) yaitu
berdasarkan kesan menyeluruh terhadap salah satu contoh karya siswa.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 7


Penyeloran secara holistik umumnya menghasilkan satu nilai dari skala 0-4 atau
0-5, dan digunakan apabila diinginkan penyekoran yang cepat tetapi konsisten,
seperti pada asesmen skala luas. Cara kedua adalah penyekoran analitis, yang
meliputi pemberian skor terpisah untuk berbagai ciri atau dimensi hasil karya
siswa. Cara ini menuntut lebih banyak waktu tetapi menghasilkan informasi yang
lebih rinci. Cara ini umumnya digunakan untuk tujuan diagnostik atau apabila
siswa membutuhkan balikan khusus mengenai kekuatan dan kelemahan mereka.
Penyekoran analitis juga digunakan untuk mengevaluasi kurikulum dan program
pembelajaran dan untuk menunjukkan dengan tepat bidang-bidang yang
memerlukan perbaikan.
Contoh penggunaan penyekoran analitis ini adalah di negara bagian
Vermont yaitu untuk meneykor asesmen portofolio untuk kemampuan menulis.
Penilai menggunakan pedoman asesmen analitis yang rinci untuk mengevaluasi
karya yang dikumpulkan dalam portofolio berdasarkan lima dimensi kemampuan
menulis, yaitu 1) kejelasan tujuan dan kesadaran mengenai jenis audiens, 2)
organisasi dan koherensi, 3) ketepatan penggunaan rincian, 4) kejelasan
pembedaan nada dan irama, 5) penggunaan tata penulisan tanda baca dan tata
bahasa secara benar. Semuanya diskor berdasarkan apakah portofolio itu
menunjukkan setiap ciri secara luar biasa, sering, kadang-kadang, atau jarang.
Setelah diperoleh skor dari asesmen autentik (misalnya portofolio,
asesmen kinerja, jurnal, hasil pengamatan guru tentang keaktifan siswa di kelas,
dan lain-lain. Guru sendiri ataupun guru bersama siswa dapat berunding untuk
menetapkan berapa bobot untukmasing-masing hasil asesmen dan bagaimana
mengolah seluruh hasil menjadi nilai akhir atau nilai kesimpulan.
Contoh penyekoran dengan rubrik lain akan dikemukakan lebih lanjut di
bawah ini.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 8


Contoh
Rubrik untuk Mengasses Sebuah Pidato
Tugas Kinerja :
Tujuan/Standar :
Siswa :
Skor akhir
Skala 0 1 2 3
tiap kriteria
Kriteria
Organisasi
· Awal Tidak ada Menyampaikan Menyita Menemukan ....
topik perhatian pendengar
· Isi Tidak ada Menggunakan Aliran ide ....
kata-kata untuk Membuat kunci mulus
menghubungkan penghubung
· Penutup Tidak ada ide antar ide ....
Tidak berkesan Mengacu Bertenaga dan
kepada dramatik
pembukaan
Isi pidato
· Akurat Ada 3 atau Ada 2 kesalahan Ada 1 kesalahan Semua ....
lebih faktual faktual informasi akurat
· Dokumentasi kesalahan 1 sumber yang 2 sumber yang 3 atau lebih ....
faktual disebut disebut sumber yang
· Kutipan Tidak ada 1 kutipan 2 kutipan disebut ....
sumber yang pendukung pendukung 3 kutipan
disebut pendukung
Tidak ada utama
kutipan
Cara Berpidato
· Kontak mata Membaca Pada waktu Sepanjang Sepanjang ....
pidato tertentu melihat waktu melihat waktu melihat
ke beberapa ke beberapa ke semua orang.
· Volume suara orang. orang. Dapat didengar ....
Tak dapat Tidak dapat Dapat didengar jelas oleh semua
didengar. didengar oleh oleh sebagian orang.
· Gerak orang di deretan besar orang. Menggunakan
depan. Menggunakan banyak gerakan ....
Tidak ada. Melakukan beberapa secara efektif.
sedikit gerakan. gerakan dengan
tepat.
Visual Aid
· Diagram/ Tidak ada Sangat sedikit Berwarna Menggunakan ....
Gambar gambar kreatif
Ilustrasi untuk
memperkuat
· Daya tarik Tidak ada Daya tarik visual Menyita pidato. ....
sedikit. perhatian. Secara visual
merangsang
· Relevansi Tidak ada Kaitan dengan pendengar. ....
topik sangat Berkaitan Relevan dan
kurang. dengan topik mempertegas
secara spesifik. topik.
... ..
Skor akhir seluruh kriteria = ....
12
Nilai Akhir .....
Sumber: Burke, 1999

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 9


Catatan:
1. Skala A:
B:
C:
D:
2. Kriteria dan deskripsinya dapat dikembangkan sendiri.
3. Bobot tiap kriteria ditetapkan sendiri.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 10


Kriteria Tugas Tes Kinerja
· Dapat digeneralisir.
· Antensitas.
· Fokus banyak.
· Terbuka dan jujur kepada semua siswa.
· Fleksibilitas.
· Dapat diskor untuk kepentingan evaluasi.
(Sumber: Burke, 1999)

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 11


Contoh
Rubrik Skoring Portofolio
Siswa: ..................................................... Subyek: ...........................................
Tanggal:...................
Tujuan/Standar: ......................................
Skor Skor akhir
Indikator
Kriteria 1 2 3 4 tiap
Kriteria
kriteria
Kemampuan · Urutan
bahasa paparan. 0 kesalahan
2-3 1-2 ...
· Gramatika. 0 kesalahan dan mutu
kesalahan kesalahan
· Struktur tulisan tinggi
kalimat.
Tampilan · Kulit depan Ketiga unsur
visual · Kemenarikan ada dan
2 unsur 1 unsur Ketiga unsur
· Kejelasan memiliki daya ....
tidak ada tidak ada ada
tarik kreatif
dan visual.
Organisasi · Kelengkapan. Ketiga unsur
· Ketepatan memperlihat-
2 unsur 1 unsur Ketiga unsur
waktu. kan tingkat ....
tidak ada tidak ada ada
· Daftar isi organisasi
tinggi
Penguasaan · Konsep Ada pertanda
Ada Ada
konsep utama. Konsep memiliki
pertanda pertanda
utama · Bukti utama kemampuan
tingkat awal tingkat
pemahaman tercakup menerapkan ....
pemahaman pemahaman
· Aplikasi. pada kemampuan
konsep konsep
portofolio. pada situasi
utama. tinggi.
baru.
Refleksi · Satu refleksi
per tiap Ada refleksi
2 atau Ada refleksi
tugas. sangat
lebih Satu refleksi mendalam ....
· Kedalaman mendalam dan
refleksi tidak ada pada tiap
refleksi. kemampuan
tidak ada tugas.
· Kemampuan asses diri.
asses diri.
... ....
Skor akhir seluruh kriteria = ....
5
Nilai Akhir ..........
(Sumber: Burke, 1999)

Catatan:
1. Skala A:
B:
C:
D:
2. Kriteria dan indikator maupun deskripsinya dapat dikembangkan sendiri.
3. Bobot tiap kriteria ditetapkan sendiri.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 12


Contoh
Daftar Cek Pengamatan

Guru: ............................ Kelas: ............................ Tanggal:


..............................
Keterampilan: Sosial
Penilaian:
+ : sering
Ö : kadang-kadang
0 : belum
Mendengarkan

Mau berubah

Mendorong

.......dst.
Berbagi
No. Nama siswa 1 2 3 4 5 Skor Komentar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
.
.
.
.
.

dst.
Sumber: Burke, 1999

Catatan:
1. Pembobotan tiap kriteria ditetapkan sendiri; bobot yang ada bersifat tentatif.
2. Penilaian sering di beri skor 4, kadang-kadang diberi skor 1, dan belum diberi
skor 0.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 13


Contoh
Rubrik Keterampilan Presentasi

Skala Skor akhir


1 2 3 4 tiap kriteria
Kriteria
Menyampaikan
informasi ....
utama
Penggunaan
media ....
Cara/pola
presentasi ....
Bahasa
presentasi ....
... ..
Skor akhir seluruh kriteria = ....
......
Skala
Sumber: Burke, 1999

Catatan:
1. Kriteria dapat dikembangkan sendiri.
2. Untuk tiap kriteria dibuat pembobotan sendiri.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 14


Contoh
Rubrik Untuk Proyek Kelompok
Proyek :
Tujuan/Standar :
Skala Skor akhir
0 1 2 3 tiap kriteria
Kriteria
Kerja sama
(atau yang
lain)
Hasil yang
dicapai (atau
yang lain)
Ketelitian
kerja (atau
yang lain)
......
Skor akhir seluruh kriteria .....
Skala .....
Sumber: Burke, 1999

Catatan: untuk tiap kriteria dibuat pembobotan sendiri

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 15


Manfaat Asesmen Autentik
Berikut ini dikemukakan manfaat AA bagi para peserta didik yang
dicuplik dari Johnson (2002) atas dasar Newmann dan Wehlage (1993). Dalam
hal ini terhadap peserta didik AA:
a. menunjukkan secara lengkap seberapa baik pemahaman terhadap materi
akademik;
b. menunjukkan dan memperkuat kompetensi-kompetensi seperti pengumpulan
informasi, pemanfaatan sumber penanganan teknologi, dan pemikiran
sistematik;
c. menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka, dunia mereka
maupun dengan masyarakat yang lebih luas;
d. meningkatkan keterampilan berpikir tinggi seperti analisis, sintesis,
identifikasi permasalahan, menemukan solusi, serta mengikuti hubungan
sebab-akibat;
e. menerima tanggungjawab dan membuat pilihan-pilihan;
f. menghubungkan mereka dengan orang lain, termasuk berkolaborasi dalam
tugas;
g. belajar mengevaluasi tingkat kinerja (performance) mereka sendiri.

F. Asesmen Autentik dan Asesmen Non Autentik


Berbicara tentang AA, sebenarnya kita juga sedang berbicara tentang
asesmen non autentik, ”lawan” dari AA bukan asesmen lain, tetapi asesmen non
autentik, karena sudut pandangnya memang demikian. Oleh karena itu adalah
tidak tepat membayangkan ”lawan” dari AA adalah asesmen yang menggunakan
alat paper and pencil test; tidak semua paper and pencil test secara otomatis
bersifat non autentik. Sumber referensi tertentu semacam Hart (1994), Grant
(1990), dan sebagainya mempertentangkan AA dan traditional test ataupun
traditional assesment. Di lain pihak saya berpendapat dikotomi semacam inipun
tidak tepat. Traditional test tidak serta merta menjadi alat ukur pada asesmen non
autentik; demikian pula traditional assesment tidak sekaligus tergolong asesmen
non autentik.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 16


Betapapun demikian berikut ini dikemukakan juga perbandingan antara
asesmen tradisional dan AA menurut Frazee dan Rudnitski (1995).
Tabel 2. Perbandingan antara asesmen tradisional dan AA (Frazee dan Rudnitski,
1995)
Asesmen Tradisional AA
Periode waktu khusus Waktu ditentukan oleh guru dan siswa
Mengukur kecakapan tingkat rendah Mengukur kecakapan tingkat tinggi
Asesmen Tradisional AA
Menerapkan driil dan latihan Menerapkan strategi-strategi kritis dan
kreatif
Memiliki perspektif sempit Memiliki perspektif menyeluruh
Mengungkap fakta Mengungkap konsep
Menggunakan strandar kelompok Menggunakan standar individu
Bertumpu pada ingatan (memorisasi) Bertumpu pada internalisasi
Hanya satu solusi yang benar Solusi yang benar banyak
Mengungkap kecakapan Mengungkap proses
Mengajar untuk ujian Mengajar demi kebutuhan

G. Asesmen Autentik dan Asesmen Alternatif


Asesmen alternatif adalah asesmen yang lain dari yang lazimnya. Bentuk-
bentuk asesmen alternatif antara lain asesmen kinerja (performance), observasi,
dan kegiatan bertanya, presentasi dan diskusi, proyek dan investigasi, portofolio
dan jurnal, wawancara dan konferensi, asesmen diri sendiri (Glencoe/McGrow-
Hill, tanpa tahun). Jelaslah bahwa asesmen alternatif bukan ”lawan” dari AA.
Demikian pula AA bukan tergolong ke dalam asesmen alternatif sekalipun sumber
tertentu seperi Frazee dan Rudnitski (1995) menyatakan bahwa AA adalah suatu
strategi asesmen alternatif.
Contoh asesmen alternatif antara lain mencakup pertanyaan terbuka,
pameran, demonstrasi, eksperimen, hands-on, penciptaan produk baru, kinerja,
simulasi komputer dan portofolio (Frazee dan Rudnitski, 1995). Dalam hal ini
dinyatakan lebih lanjut bahwa asesmen alternatif mendorong siswa menguasai
bukan hanya kecakapan-kecakapan dasar.
Apakah asesmen alternatif tergolong AA? Pada pendapat saya asesmen
alternatif tidak otomati tergolong AA. Bagaimanapun suatu asesmen alternatif
tergolong AA atau tidak, ditentukan oleh manajemen pelaksanaan asesmen
alternatif tersebut. Sebagai contoh misalnya portofolio seorang peserta didik yang
hanya sekedar hasil editing dari portofolio temannya, tentu saja sama sekali tidak

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 17


merupakan bagian dari AA. Demikian pula kegiatan bertanya seorang peserta
didik yang hanya sekedar memamerkan bahwa ”saya” rajin bertanya, dan
sebagainya.

H. Asesmen Alternatif dan Asesmen Tradisional


Pada pendapat kami ”lawan” dari asesmen alternatif adalah asesmen
tradisional. Hal ini mudah dipahami jika kita memperhatikan contoh-contoh
asesmen tradisional yang sangat kuta bertumpu pada tes terutama ”paper and
pencil test”. Dalam hal ini masih perlu digarisbawahi lagi bahwa asesmen
alternatif tidak otomatis tergolong AA; dan asesmen tradisional juga tidak
langsung tergolong non autentik.

I. AA dan Tes Standar


Munculnya AA bukan menyingkirkan penggunaan tes standar. Frazee dan
Rudnitski malahan menyatakan bahwa penggunaan AA berkombinasi dengan tes
standar secara berimbang. Dinyatakan lebih lanjut, bahwa penggunaan kedua
macam startegi asesmen itu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
tingkat dan mutu pembelajaran kepada guru, serta memberikan suatu penilaian
komprehensif terhadap pembelajaran siswa; bahkan menempatkan demikian
banyak tekanan maupun tuntutan akuntabilitas di pundak guru, maka AA
seharusnya digunakan sebagai suatu teknik yang melengkapi tes standar.

ASESMEN
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen autentik (AA)?
2. Bandingkan AA dengan:
a. asesmen alternatif
b. asesmen tradisional
3. Rancanglah suatu asesmen alternatif yang juga tergolong sebagai asesmen
autentik!
4. Rancanglah suatu asesmen alternatif yang juga tergolong sebagai suatu
asesmen autentik!

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 18


PENUTUP
Telah dipaparkan tentang pengertian seputar AA dan sedikit informasi
tentang operasionalisasinya. Dipaparkan pula macam asesmen lain seperti
asesmen non autentik tradisional dan sebagainya. Dalam hal ini dijelaskan
hubungan antara macam-macam asesmen lain itu dengan AA.

Daftar Rujukan
Anonim. Tanpa tahun. Diakses dari internet pada tanggal 5 November 2003.

Anonim. Tanpa tahun. http://www.cast.org/ncac/AnchoredInstruction1663.cfm

Anonim.2001. Understanding Authentic Assesment. Diakses dari internet pada


tangal 5 September 2003

Anonim. Tanpa tahun. Diakses dari internet pada tanggal 5 September 2003

Anonim. Tanpa tahun. Alternate Assesment in the Science Classroom.


Glencoe/McGrow-Hill.

Burke, K. 1999. How to Assess Authentic Learning. America: SkyLight Training


and Publishing Inc.

Corebima, Duran. 2004. Pemahaman tentang asesmen autentik. Makalah


disajikan dalam seminar dengan tema “Upaya peningkatan pembelajaran
di National School Buin Batu Town Site NTT” pada Desember 2004.

Grant, Wiggins. 1990. The Case for Authentic Assesment. Diakses dari internet
pada tanggal 5 Oktober 2003

Frazee, Bruce, M., dan Rose A. Rudnitski. 1995. Integrated Teaching Method:
Theory, Classroom Amplications, and Fields-Based Connections. Albany:
Delmar Publishers.

Hart, Diane. 1994. Authentic Assesment: A Handbook for Educators. Addison-


Wesley Publishing Company.

Johnsons, Elaine, B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin


Press Inc.

Kerka, Sandra. 1995. Technique for Authentic Assesment. Diakses dari internet
pada tanggal 5 Oktober 2003.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 19


Susilo, Herawati. 2003. Asesmen Autentik pada Pembelajaran IPA Biologi.
Makalah dipresentasikan dalam rangka Pertemuan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran Biologi di Malang pada tanggal 30 Agustus 2003.

Voss, Burton. 1995. The National Science Education Standards: Alternative


Assesment in K-12 Science Education.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 20

Anda mungkin juga menyukai