HALAMAN JUDUL...........................................................................................................................i
PRAKATA.........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
MATERI KULTUM
1.1. Keutamaan Membaca, Mempelajari dan Mengamalkan Al-Qur'an............................1
1.2. Niat Dalam Kebaikan dan Keburukan........................................................................5
1.3. Sebab-Sebab Tidak Diterimanya Amal.......................................................................5
1.4. Orang-orang yang Didoakan Malaikat........................................................................6
1.5. Golongan yang Pertama Masuk Neraka......................................................................6
1.6. Kerugian di Bulan Romadhon.....................................................................................7
1.7. Bicara Tanpa Pahala....................................................................................................7
1.8. Ancaman dan Hukuman untuk Orang-orang Sombong..............................................7
1.9. Mengobati Penyakit Hati............................................................................................7
1.10. Hati Yang Mati (Qalbun Mayyit)................................................................................7
1.11. Pesan (Nasihat) Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam...............................................7
1.12. Cara Rasulullah Menjaga Kesehatan..........................................................................6
1.13.
PENUTUP
2.1 Kesimpulan……………….......................................................................................47
3.1 Saran………………..................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................49
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Azza Wajalla yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya,
serta telah menurunkan ayat-ayat Al Qur'an yang tidak ada keraguan di dalamnya, yang
menciptakan alam semesta dengan segala kesempurnaannya. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu'alaihi Wa Sallam, yang senantiasa kita
nantikan syafaatnya di yaumil qiyamah.
Alhamdulillah atas izin Allah kami selaku Pengelola Asrama Universitas Negeri
Semarang dapat menyelesaikan penyusunan Materi Dakwah selama ramadhan. Dakwah ini
disusun secara kontekstual yang mengaitkan materi dengan nilai islam (Al Qur'an dan
Hadist), contoh kehidupan Para Sahabat Nabi dan keterkaitan dengan masyarakat pada
umumnya. Selain itu, materi dakwah ini juga terintegrasi karakter untuk pembacanya.
Karakter yang diintegrasikan antara lain religius, disiplin, tanggung jawab, dan bernilai
konservasi.
Penyusunan bahan ajar ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Baidhowi, S.Ag., M. Ag. selaku Bapak Manajer Asrama serta semua teman
pengelola asrama Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan, sehingga
materi dakwah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Semoga materi dakwah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa penghuni
Universitas Negeri Semarang. Bahan ajar ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar bahan ajar ini dapat disusun
menjadi lebih baik lagi. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga bahan ajar ini
bermanfaat.
ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه،ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا َ َم ْن
َ صا َم َر َم
()رواه البخاري
Maknanya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena dilandasi oleh
iman dan niat semata mengharap ridla Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
(H.R. al-Bukhari). Beliau juga bersabda:
ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِهK،ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا
َ َم ْن قَا َم َر َم
()رواه البخاري
Maknanya: “Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan
shalat-shalat sunnah (dan ibadah-ibadah yang lain) karena dilandasi oleh iman dan niat
semata mengharap ridla Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (H.R. al-
Bukhari)
Hadirin yang dirahmati Allah, Marilah kita lakukan berbagai ibadah di bulan
Ramadhan dengan iman yang benar, niat yang benar dan tata cara yang benar. Kebenaran
iman, kebenaran niat dan kebenaran tata cara hanya dapat terwujud jika kita berilmu. Oleh
karena itu, jangan bosan mengkaji ilmu agama. Karena ilmu agamalah yang akan menuntun
kita untuk menapaki jalan kehidupan di dunia ini dengan selamat dan menunjukkan kepada
kita jalan untuk meraih derajat takwa. Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah
yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin
Ya Rabbal ‘Alamin.
ِ إِنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر الر،ُ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه،أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم
َّح ْي ُم
2. Lima Keistimewaan bagi Umat Islam di Bulan Ramadhan
ُذو، أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل اِلَهَ إِاَّل هللا َوحْ َدهُ ال َش ِريك لَه،ريم ِ َوأَ ْفهَ َمنَا بِ َش ِر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك،لح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسب َُل ال ّسالَ ِم َ ْا
بار ْك َعلَى َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد ِ صلِّ و َسلِّ ْم َو َ اللّهُ َّم، َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه،الل َواإل ْكرام ِ لج َ ْا
ِم َو نَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاKْ ص ْي ُك ُ ْ أو،اإل ْخ َوان ِ K فَيَايُّهَا: أَ َّما بَ ْع ُد،سان إلَى يَوْ ِم الدِّين ِ َْو َعلَى الِه َوأصْ حابِ ِه َوالتَّابِعينَ بِإح
ِ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم،َّجيْم
ان ِ أَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ الَّش ْيطَا ِن الر:ان ْال َك ِري ْم ِ ْ قَا َل هللاُ تَ َعال َى فِي ْالقُر،َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ْن
يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللا، قَوْ اًل َس ِديدًاK يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا:ال َّر ِح ْي ْم
.َق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن
َّ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا َع ِظي ًما وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح
ق هللاُ ال َع ِظي ْمَ ص َد َ
Teman-teman sekalian,
Rasulullah ﷺbersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwa umat Islam mendapatkan lima keistimewaan dengan datangnya bulan
Ramadhan sebagaimana beliau tegaskan berikut ini:
َ ضانَ لَ ْم تُ ْعطَه َُّن أ َّمةٌ من األُ َم ِم قَ ْبلَها
َ ال في َر َم
ٍ صَ خمس ِخ
َ ت أُ َّمتِي
ْ َأُ ْع ِطي
Artinya: “Di bulan Ramadhan umatku diberi lima keistimewaan yang tidak diberikan kepada
umat-umat sebelumnya.” Kelima keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama,
ُ َصائِ ِم أَ ْطي
ِ ب ِع ْن َد هللاِ ِمنْ ِر ْي
ْ ح ْال ِم
س ِك َّ ُخلُ ْوفُ فَ ِم ال
Artinya: “Bau mulut orang yang berpuasa di hadapan Allah lebih baik dari pada minyak
misik.”
Secara jujur kita mengakui bahwa bau mulut orang berpuasa tidak sedap. Hal ini
terjadi karena produksi air liur dalam mulut dan dalam saluran pencernaan berkurang
sehingga menjadi lebih kering. Akibatnya timbul halitosis atau bau mulut yang khas yang tak
jauh berebeda dengan ketika kita baru bangun tidur. Salah satu kiat untuk mengatasinya
adalah perbanyak konsumsi air putih selama berbuka hingga sahur. Kiat lain adalah
menggosok gigi sehabis sahur atau paling akhir sebelum masuk waktu dzuhur. Setelah
dzuhur, menggosok gigi ataupun siwak tidak dianjurkan karena hukumnya makruh. Oleh
karena itu setelah dzuhur bau mulut yang tak sedap itu tidak perlu dirisaukan karena bagi
Allah ﷻbau seperti itu lebih baik dari pada bau minyak misik/kasturi.
Selain itu, perlu kita sadari bahwa bau mulut yang tak sedap itu sesungguhnya
memiliki hikmah atau manfaat tertentu. Misalnya, bau itu menjadi salah satu pembeda antara
orang berpuasa dengan yang tidak berpuasa. Dengan bau seperti itu orang yang berpuasa
akan cenderung lebih banyak diam dari pada bicara yang tidak perlu. Apalagi berkata jorok
atau misuh-misuh, jelas hal seperti itu sangat tidak pantas keluar dari mulut orang yang
berpuasa karena hanya akan mengurangi kualitas ibadah puasanya.
Maka dengan bau tak sedap seperti itu orang-orang berpuasa diharapkan dapat
menyadari keadaanya sehingga bisa menjaga mulutnya dengan baik dari kata-kata kotor,
misalnya dengan memperbanyak tadarus Al-Qur’an, membaca dzikir, istighfar, shalawat dan
sebagainya. Dengan memperbanyak ibadah lisan seperti itu sudah pasti bau tak sedap itu akan
mendapat perimbangan dan kemudian diganti oleh Allah dengan bau-bau wangi yang bahkan
lebih wangi dari pada minyak misik atau yang juga dikenal dengan minyak kasturi yang
berasal dari rusa jantan.
Kedua,
َوالَ ي ُْخلِصُوْ نَ فِ ْي ِه إِلَى َما كاَنُوْ ا ي ُْخلِصُوْ نَ فِي َغي ِْره، صفَّ ُد فِ ْي ِه َم َر َّدةُ ال َّشيا َ ِطي ِْن
َ ُوت
َ
Artinya: “Di bulan ini para setan dibelenggu yang semuanya tidak bisa lepas seperti
di bulan lainnya.”
Kita semua tentu merasakan di bulan Puasa kita menjadi seperti malas untuk berbuat
apa saja kecuali ibadah. Semangat kita untuk beribadah meningkat dibandingkan dengan
diluar Ramadhan. Hal ini terjadi karena setan-setan dibelenggu hingga selesainya Ramadhan.
Ini semua merupakan kemurahan Allah ﷻdalam rangka memberi kesempatan kepada
kita untuk menambah pundi-pundi amal ibadah kita. Di luar Ramadhan mungkin kita lebih
banyak berpikir dan melakukan hal-hal yang bersifat duniawi saja.
Dengan dibelenggunya setan-setan di bulan Ramadhan, maka secara teori setidaknya
kemaksiatan bisa ditekan serendah-rendahnya. Kemaksiatan-kemaksiatan yang ada tentu sulit
dikaitkan dengan keterlibatan setan. Mereka alibi dalam hal ini. Jika demikian halnya, maka
kemaksiatan-kemaksiatan itu timbul karena kesalahan kita yang tidak mampu mengendalikan
nafsu yang ada dalam diri kita sendiri.
Keempat,
ك ِعبَا ِديْ الصَّائِ ُموْ نَ أَ ْن ي ُْلقُوْ ا َع ْنهُ ْم ْال َمئُونَةَ َو ْاألَ َذى
ُ يُوْ ِش: ثُ َّم يَقُوْ ُل،َُويُزَ يِّنُ هللاُ لَهُ ْم ُك َّل يَوْ ٍم َجنَّتَه
َص ْيرُوْ نَ إِلَ ْيك
ِ ََوي
Artinya: “Setiap hari di bulan Ramadhan Allah memperindah surga untuk orang-
orang yang berpuasa.”
Kemudian Allah berfirman: “Para hamba-Ku yang melakukan puasa hampir
menemukan hasil dan jerih payahnya hingga sampai kepadamu (wahai surga).”
Keistimewaan keempat ini dimana Allah menghiasai surga dengan indahnya untuk
menyambut para hamba-Nya yang berpuasa menunjukkan bahwa ibadah puasa memiliki nilai
spiritualitas yang sangat tinggi. Kepada surga Allah berfirman, “Para hamba-Ku yang
berpuasa hampir menemukan hasil dari jerih payahnya hingga sampai kepadamu.” Kalimat
ini mengandung arti bahwa tak ada balasan bagi orang-orang berpuasa kecuali surga karena
ibadah puasa memang untuk Allah sehingga Allah sendiri yang akan membalasnya
sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari:
K ْال َعا ِم َل إِنَّ َما ي َُوفَّى َولَ ِك َّن، َ ال: قَا َل، َر ؟ ِ اَ ِه َي لَ ْيلَةُ ْالقَد: ِ يَا َرسُوْ َل هللا: قِي َْل، آخ ِر لَ ْيلَ ٍة
ِ َويَ ْغفِ ُر لَهُ ْم فِ ْي
ُضى َع َملَه َ َأَجْ ُرهُ إِ َذا ق
Artinya: “Dan di akhir malam bulan Ramadhan Allah memberikan ampunan.
Kemudian Rasul ditanya apakah itu malam Lailatul Qodar? Beliau. menjawab: “Bukan,
hanya saja bagi orang yang beramal maka akan mendapatkan pahala ketika sudah usai
mengerjakannya.”
Dalam keistimewaan kelima ini, Allah mengampuni orang-orang berpuasa pada setiap
akhir malam, dan itu bukan merupakan lailatul qadar. Lailatul qadar adalah satu hal dan
ampunan Allah pada setiap akhir malam di bulan Ramadhan merupakan hal lainnya. Artinya
Orang-orang berpuasa berhak mendapatkan ampunan sebagai imbalan ibadahnya kepada
Allah. Sedangkan Lailatul qadar diberikan kepada orang-orang tertentu sesuai dengan pilihan
Allah sendiri. Maka beruntunglah mereka yang selain mendapatkan ampunan dari Allah
tetapi juga mendapatkan kebaikan lailatul qadar yang nilainya lebih tinggi dari pada kebaikan
seribu bulan.
Jika keistimewaan kelima ini dihubungkan dengan keistimewaan kedua diatas, yakni
Malaikat memintakan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang berpuasa, maka
menjadi klop dan jelas bahwa orang-orang berpuasa diampuni dosa-dosanya sebagaimana
juga disabdakan Rasulullah ﷺdalam hadits beliau yang diriwayatkan dari Abi
Hurairah:
ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِهKضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا َ َم ْن
َ صا َم َر َم
Artinya: “Barang siapa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan semata-mata
karena Allah dan mengharap ganjaran dari pada-Nya, maka diampunilah dosa-dosanya
yang telah lewat.”
Kelima hal diatas sebagaimana telah diuraikan merupakan keistimewaan bulan
Ramadhan yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad ﷺ. Kita
bersyukur bahwa kita semua menjadi umat beliau. Untuk itu semoga kita semua dapat
menjalankan ibadah puasa tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan sebaik-baiknya
sehingga kelima keistimewaan diatas dapat kita raih seluruhnya. Amin ya rabbal alamin.
َ َوأ ْد َخلَنَا وإِيَّاكم فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُم ْؤ ِمنِ ْين، ِمنَ الفَائِ ِزين اآل ِمنِينKَج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم
يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل:مان ال َّر ِحي ْم
ِ ْ بِس ِْم هللاِ الرَّح،أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشيْطا ِن ال َّر ِجي ْم
ك َ ت و ِذ ْك ِر
ٌ ِ إنّهُ تَعاَلَى َجوّا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل.الح ِكي ِْم ِ ْك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُر
ِ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيّا ُك ْم بِاآليا،آن ال َع ِظي ِْم َ با َ َر.َس ِديدًا
Kٌ ْبَ ٌّر َر ُؤو
ف َر ِح ْي ٌم
3. Yang Semestinya Dilakukan di Siang Ramadhan
هّٰلِل
صحْ بِ ِه َوتَابِ ِع ْي ِه َعلَى َم ِّر
َ َو َعلَى آلِ ِه َو، َصاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِد َولَ ِد َع ْدنَان ِ ِال َح ْم ُد ِ ْال َمل
َّ َوال،ك ال َّديَّا ِن
َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن،انِ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَّل إِلهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَهُ ْال ُمنَـ َّزهُ َع ِن ْال ِج ْس ِميَّ ِة َو ْال ِجهَ ِة َوال َّز َما ِن َو ْال َم َك،ال َّز َما ِن
ِ ْ فَإنِّي أُو، ِعبَا َد الرَّحْ مٰ ِن،َُسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ الَّ ِذيْ َكانَ ُخلُقَهُ ْالقُرْ آنُ أَ َّما بَ ْعد
ِ بِتَ ْق َوى هللاKم َونَ ْف ِسيKْ ص ْي ُك
ْاجدًا َوقَائِ ًما يَحْ َذ ُر اآْل ِخ َرةَ َويَرْ جُو َرحْ َمةَ َربِّ ِه قُلْ هَل ِ ت آنَا َء اللَّي ِْل َس ٌ ِ أَ َّم ْن هُ َو قَان: ْالقَائِ ِل فِي ِكتَابِ ِه ْالقُرْ آ ِن،ان
ِ َّال َمن
ِ يَ ْست َِوي الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمونَ إِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر أُولُو اأْل َ ْلبَا
ب
(٩ :)الزمر
Alhamdulillah, kita dipertemukan kembali dengan bulan tobat, bulan zuhud dan
melawan nafsu, bulan menyucikan jiwa, bulan tadarus Al-Qur’an, bulan qiyamullail dan
memperbanyak kebaikan. Oleh karena itu, marilah kita bersegera menyibukkan hari-hari dan
hembusan-hembusan nafas kita dengan ketaatan kepada Allah. Karena orang yang tidak
mengisi dan menyibukkan waktu senggangnya dengan sesuatu yang bermanfaat baginya
maka ia akan disibukkan oleh waktu luangnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
Teman-teman sekalian,
Apa yang semestinya kita lakukan di siang hari bulan Ramadhan?
Pertama, ketika fajar tiba, kita buka hari dengan memperbanyak membaca dzikir. Di antara
dzikir yang semestinya kita baca setiap pagi dan petang sebanyak tiga kali adalah:
()رواه مسلم
Maknanya: “Barang siapa mengerjakan shalat Isya’ secara berjamaah, maka seakan ia
menghidupkan separuh malam dan barang siapa mengerjakan shalat Shubuh secara
berjamaah, maka seakan ia menghidupkan malam seluruhnya” (HR Muslim)
Ketiga, bergabung dengan orang-orang yang ikut serta dalam halaqah dan kajian serta tadarus
Al-Qur’an di pagi hari, karena Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Kita hadiri juga majelis-
majelis ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada sahabat Abu Dzarr
radhiyallallhu ‘anhu dan kepada kita semua:
صلِّ َي ِمائَةَ َر ْك َع ٍة َوأَل َ ْن تَ ْغد َُو فَتَ َعلَّ َم بَابًا ِمنَ ْال ِع ْل ِم
َ ُك ِم ْن أَ ْن ت َ َب هللاِ خَ ْي ٌر لِ يَا أَبَا َذ ٍّر أَل َ ْن تَ ْغ ُد َو فَتَ َعلَّ َم َءايَةً ِم ْن ِكتَا
صلّ ِي أَ ْلفَ َر ْك َع ٍة
َ َُخ ْي ٌر لَكَ ِم ْن أَ ْن ت
()رواه ابن ماجه
Maknanya: “Wahai Abu Dzarr, sungguh jika engkau pergi lalu belajar satu ayat Al-Qur’an
itu lebih baik bagimu daripada shalat sunnah seratus rakaat, dan jika engkau pergi lalu
belajar satu bab ilmu agama maka itu lebih baik bagimu daripada shalat sunnah seribu
rakaat” (HR. Ibnu Majah)
Ketiga, ketika kita berangkat bekerja, maka jangan lupa berniat yang baik agar kita senantiasa
mendapatkan pahala ketika bekerja dan agar kita tidak menyia-nyiakan waktu demi waktu
yang kita lalui dalam bekerja tanpa pahala. Kita bertakwa kepada Allah dalam menunaikan
pekerjaan kita. Kita jaga lisan kita dari kata-kata dusta dan menipu. Kita terapkan hadits yang
disabdakan Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
َ ث َوالَ يَجْ هَلْ َوإِن ا ْم ُر ٌؤ قَاتَلَهُ أَوْ َشاتَـ َمهُ فَ ْليَقُلْ إِنِّي
َ صائِ ٌم إِنِّي
صائِ ٌم ْ ُصا َم أَ َح ُد ُك ْم فَالَ يَرْ ف
َ صيَا ُم ُجنَّةٌ فَإِ َذا
ِّ اَل
" ()رواه مالك في الموطأ
Maknanya: “Puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang di antara kalian berpuasa,
janganlah berkata buruk dan melakukan perbuatan-perbuatan yang bodoh, jika ada orang
yang mengajak bertengkar atau mencacinya (janganlah melayaninya dan) hendaklah ia
mengatakan: Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa” (HR Malik dalam al-Muwaththa’)
Keempat, ketika adzan ‘Ashar berkumandang, kita upayakan untuk mengajak orang lain
bersama kita ke majelis ilmu, majelis yang penuh kebaikan dan keberkahan, agar bertambah
dan semakin besar pahala yang kita peroleh. Kita ajak anak kita, teman kita dan tetangga kita
untuk melaksanakan shalat ‘Ashar berjamaah di masjid. Lalu kita simak kajian keagamaan
yang disampaikan oleh para guru yang terpercaya, agar kita tahu bagaimana cara yang benar
dalam menaati Allah dan mencari bekal dari dunia yang fana ini untuk akhirat yang kekal.
Kelima, setelah kajian selesai, kita pulang kembali ke rumah dan kita ajarkan apa yang kita
pelajari kepada segenap anggota keluarga kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
ًبَلِّ ُغوْ ا َعنِّ ْي َولَوْ َءايَة
Kّ )رواه البخار
(ي وغيره
Maknanya: “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat” (HR al-Bukhari dan lainnya)
Keenam, jika istri dan keluarga membutuhkan bantuan kita, maka bergegaslah membantu.
Jadilah penolong bagi mereka, selalu hadapi mereka dengan senyum gembira serta perkataan
yang baik. Dan ringankanlah keletihan mereka dengan perkataan yang indah. Ingatlah selalu
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Ketujuh, betapa besar pahala yang kita raih jika kita memberikan sebagian makanan dan
minuman kepada tetangga kita yang fakir dan membutuhkan. Kita memuliakannya karena
Allah. Kita beri makanan atau minuman untuk orang yang akan berbuka sehingga kita
memperoleh pahala yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
صائِ ًما َكانَ لَهُ ِم ْث ُل أَجْ ِر ِه َغ ْي َر أَنَّهُ اَل يَ ْنقُصُ ِم ْن أَجْ ِر الصَّائِ ِم َش ْيئًا
َ رKَ ََّم ْن فَط
()رواه الترمذي
Maknanya: “Barang siapa memberi makan berbuka kepada orang yang berpuasa maka ia
memperoleh pahala yang menyerupai pahalanya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala
orang yang berpuasa tersebut” (HR at Tirmidzi)
Artinya, kita memperoleh pahala yang menyerupai pahala orang yang berpuasa tersebut.
Bukan pahala yang sama persis dengan pahalanya dari semua segi, karena orang yang
berpuasa Ramadhan tengah melakukan puasa wajib dan kita yang memberinya makan
berbuka tengah melakukan perkara sunnah. Perkara sunnah tentu tidak akan menyamai
perkara yang wajib.
Kedelapan, menyegerakan berbuka setelah betul-betul yakin bahwa waktu Maghrib telah
masuk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ْ ِالَ يَزَ ا ُل النَّاسُ بِـ َخي ٍْر َما َع َّجلُوْ ا الف
ط َر
()رواه البخاري ومسلم
Maknanya: “Orang-orang selalu berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka” (HR al-Bukhari dan Muslim)
ُق َوثَبَتَ األَجْ ُر إِ ْن َشا َء هللا ِ ََّب الظَّ َمأ ُ َوا ْبتَل
ُ ْت ال ُعرُو ُ ْك أَ ْفطَر
َ ت َذه Kَ ِت و َعلَى ِر ْزق
ُ ص ْم َ َاَللّهُ َّم ل
ُ ك
“Ya Allah, karena Engkaulah aku berpuasa dan dengan rezeki dari-Mu aku berbuka,
hilanglah hausku, basahlah urat-uratku dan semoga aku peroleh pahalaku insya-a Allah.”
Kita berbuka dengan kurma. Jika tidak ada, maka kita berbuka dengan air sebagaimana
disabdakan oleh Baginda Nabi:
ر َعلَى َما ٍء فَإِنَّهُ طَهُو ٌرKْ ر َعلَى تَ ْم ٍر فَإِنَّهُ بَ َر َكةٌ فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد فَ ْليُ ْف ِطKْ إِ َذا أَ ْفطَ َر أَ َح ُد ُك ْم فَ ْليُ ْف ِط
()رواه الترمذي
Maknanya: “Jika salah seorang di antara kalian berbuka maka hendaklah ia berbuka
dengan kurma karena kurma itu penuh berkah, barangsiapa tidak mendapatkannya maka
hendaklah ia berbuka dengan air karena air itu sesuatu yang suci dan menyucikan” (H.R. at-
Tirmidzi)
Teman-teman asrama sekalian, Janganlah kita jadikan Ramadhan sebagai waktu untuk
memperbanyak makanan serta berganti-ganti menu yang berbeda-beda. Karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada salah seorang sahabatnya:
َم فَإِ َّن ِعبَا َد هللاِ لَ ْيسُوْ ا بِ ْال ُمتَنَ ِّع ِم ْينKَ ك َوالتَّنَ ُّع
َ إِيَّا
(K)رواه أحمد وأبو نعيم والبيهقي
Maknanya: “Janganlah engkau bermewah-mewah dan bernikmat-nikmat, karena
sesungguhnya para hamba Allah yang shaleh tidak bergaya hidup mewah” (HR Ahmad, Abu
Nu’aim dan al Baihaqi).
Teman-teman asrama sekalian, Demikian kultum singkat pada kesempatan yang penuh
keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Aamiin.
ُ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه،أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم،
ِ الر ْال َغفُوْ ُر هُ َو ُإِنَّه
َّح ْي ُم
MATERI KULTUM
Teman-teman jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji syukur atas
segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya adalah nikmat islam, kesehatan,
kekuatan dan kesempatan.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallahu 'alaihi wassalam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
senantiasa istiqomah melaksanakan ajarannya. Aamin yaa robbal ‘alamiin.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan sebuah
kultum dengan tema:
Keutamaan Membaca, Mempelajari dan Mengamalkan Al-Qur’an
Merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif
dengan Al Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak.
Membaca Al Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya.
Berikut ini adalah beberapa keutamaan membaca, mempelajari dan mengamalkan Al Qur`an.
1. Manusia yang terbaik
Dari `Utsman bin `Affan, Nabi SAW bersabda :
Teman-teman jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji syukur atas
segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya adalah nikmat islam, kesehatan,
kekuatan dan kesempatan, sehingga pada malam hari ini kita masih diperkenankan
berkumpul untuk mengkaji ayat-ayat Allah.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
Shollahu 'alaihi wassalam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah
melaksanakan ajarannya. Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
Sebab-Sebab Tidak Diterimanya Amal
Setiap muslim pasti berharap agar amal-amal yang telah mereka kerjakan akan
diterima oleh Allah. Namun ada amalan-amalan yang tidak diterima oleh Allah, atau amalan-
amalan yang sebenarnya diterima, akan tetapi karena kita melakukan hal tertentu, menjadikan
amalan itu tidak diterima di sisi-Nya. Diantara sebab-sebab tidak diterimanya amal ibadah
yang kita kerjakan adalah:
1. Syirik
Secara umum syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dalam definisi lain,
syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak
khusus bagi Allah, seperti hak diibadahi, mencipta, memberi manfaat dan madharat.
Sedangkan pelakunya disebut musyrik.
Dalam agama Islam syirik merupakan kezaliman yang sangat besar. Allah berfirman: “Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)
Orang yang melakukan kesyirikan amalnya akan terhapus. Sebagaimana telah dijelaskan oleh
Allah dalam firman-Nya: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)
Juga firman-Nya: “Seandainya mereka berbuat syirik, niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88)
2. Kufur terhadap ayat-ayat Allah
Ayat-ayat Allah adalah firman yang pasti kebenarannya, serta tidak ada keraguan di
dalamnya. Sebagaimana Allah berfirman: “Kitab ini tidak ada keraguan di dalamnya,
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 2)
Sehingga hanya orang yang tidak beriman sajalah yang mengkufuri dan mengingkari ayat-
ayat yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya. Orang seperti itu mendapatkan ancaman
berupa hilangnya amalanamalan yang telah mereka kerjakan. Hal ini telah dijelaskan oleh
Allah dalam QS. Al-Kahfi ayat 103 – 106: Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan
kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat
Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan
mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan
disebabkan mereka menjadikan ayatayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.”
3. Beramal, akan tetapi tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW.
Rasulullah diutus untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Baik teladan dalam
berakhlak maupun teladan dalam beribadah. Allah berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-
Ahzab: 21)
Rasulullah telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Allah
secara benar. Oleh karena itu beribadah haruslah menurut petunjuk Rasulullah, dan umatnya
dilarang untuk mengada-adakan hal-hal yang baru dalam ibadah. Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang mengada-adakan amalan baru pada urusan agama kami, yang tidak ada
perintahnya, maka amalan itu tertolak.” (HR. Bukhari Muslim). Dan dalam riwayat lain
disebutkan, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang tidak ada
perintahnya dari kami maka ia tertolak.” (HR. Muslim).
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan. Semoga semua amal ibadah kita adalah
amal yang senantiasa diterima oleh Allah. Aamiin.