Ahmad
Dahlan
Muqoddi
mah
Bertalian dengan pelajaran pertma ini, didekat meja tulis K.H. Ahmad
Dahlan tertpampang papan tulis. Pada papan tersebut suatu peringatan yang
khusus untuk beliau yang selalu diperhatikan siang dan malam. Peringatan itu
berbunyi demikian :
ﻦﻣ ﻚﻟ ﺪﺑﻻﻭ ﻚﻣﺎﻣﺍ ﺕﺎﻌﻈﻔﳌﺍ ﺭﻮﻣﻻﺍﻭ ﺎﻣﺍﻭ ﺓﺎﺠﻨﺎﻟﺑ ﺎﻣﺍ ﻚﻟﺫ ﺓﺪﻫﺎﺸﻣﻢﹶﻈﻋﺍﹶ ﻝﹶ ﻮ ﻬـﻟﺍ،ﻥﹶﻼﺣﺩﹶﺎ
ﻥﺍ ﱠ ﻳ
ﺏﺎﻄﻌﺎﻟﺑ
ﺭﺎﻨﻟﺍﻭ ﺔﻨﳉﺍﻭ ﺏﺎﺴﳊﺍﻭ ﺽﺮﻌﻟﺍﻭ ﺕﻮﳌﺍ ﻚﻳﺪﻳ ﲔﺑﻭ ﻙﺪﺣﻭ ﷲﺍ ﻊﻣ ﻚﺴﻔﻧ ﺭﺪﻗ ﺎﻤﻴﻓ ﻞﻣﺎﺗﺍﻭ،ﻥﹶﻼﺣﺩﹶﺎ
ﻳ
ﻩﺍﻮﺳﺎﻣ ﻚﻨﻋ ﻉﺩﻭ ﻚﻳﺪﻳ ﲔﺑ ﺎﳑ ﻚﻴﻧﺪﻳ
Artinya: “Hai Dahlan!! Sungguh bahaya yang menyusahkan itu terlalu besar
demikian pula perkara–perkara yang mengejutkan di depanmu, dan pasti kau
akan menemui kenyataan demikian itu, mungkin engkau selamat tetapi juga
mungkin tewas menemui bahaya.
***
ﻚ ﱠﻪﻠﻟﺍ ﻦﻳﺬ ﱠﻟﺍﻚ ﻥﹶ ﻮ ﺌﹶﻟ ﻌﺒﹺﺘ ﻴ ﻓﹶ ﹶﻝﻮ ﻳ ﹶ ﻦﻳﺬ )١٧( ﺮ ﱠﻟﺍ .........
ﺌﹶﻟﻭﺃﹸﻭ ﻢﻫ ﻢ ﻫﺍﺪ ﻭﺃﹸ ﻫﻪﻨ ﺴﺣ ﻘﻟﹾﺍ ﹶﻥﻮﻌ ﹶﺃ ﻤ ﺘ ﺴ ﺩﺎﺒ ﻋ ﺸ
ﺒﹶﻓ
[ﺮﻣﺰﻟﺍ/١٧، ١٨] (١٨) ﹺﺏﺎﺒﻟﹾﹶﺄﻟﹾﺍ
“ ﻮﹸﻟﻭﹸﺃMaka berilah kabar gembira kepada hambaku yang (mereka itu) mau
mendengarkan ucapan, kemudian mereka itu menganut yang lebih baik
(benar). Orang–orang yang demikian ialah orang–orang yang mendapat
petunjuk dari Allah. Dan orang-orang itulah yang mempunyai hati (akal yang
sempurna)”.
Keterangan: manusia itu perlu sekali mendengarkan segala fatwa
ucapan. Dari siapa saja harus didengar. Jangan sampai menolak, tidak mau
mendengarkan suara dari pihak lain. Selanjutnya suara–suara tadi harus difikir
sedalam–dalamnya dan ditimbang– timbang, disaring dan dpilih mana yang
benar.
Manusia perlu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Manusia yang tahu caranya mencuri, tidak bisa ditetapkan sebagai pencuri
kecuali kalau memang benar–benar dia itu mencuri. Begitu juga Kristen yang
faham seluk beluk tentang agama Islam, belum tetap menjadi orang kecuali
kalau dia itu benar–benar mengamalkan agama islam. Dan begitu pula
sebaliknya orang islam pun yang tahu seluk beluk agama Kristen juga tidak
lalu ditetapkan menjadi orang Kristen, kecuali kalau memang
mengamalkannya tersebut dalam hadits, nabi Muhammad saw berdo’a
demikian :
ﻪ ﺑﺎﻨﺘﺟﺍ ﹶﺎﻨﻗﺯﺭﺍﻭ ﹰﻼ ﻃﺎﺑ ﹶﻞ ﻃﺎﺒﻟﺍ ﺎﻧﹺﺭﹶﺍ ﻭ ﻖ ﺤـﻟﺍ ﺎﻢ ﱠﻬﻠﻟ ﺍﹶ
ﻪ ﻋﺎﺒﺗﺍ ﺎﻨﻗﺯﺭﺍﻭ ﺎﻘ ﺣ ﻧﹺﺭ ﺍﹶ
“Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami akan barang yang hak sehingga
kami dapat benar–benar mengetahui kebenarannya. Dan kami berharap
karunia dari pada engkau supaya dapat kami mengikuti dan menetapi barang
yang hak itu. Ya Tuhan Allah, kami mengharap agar engkau memperlihatkan
kepada kami akan barang yang batal (salah), sehinga kami dapat benar–benar
mengetahui kebathilannya dan kami mengharap karunia dari engkau supaya
kami dapat menjauhinya”
keterangan: Manusia pada biasanya kalau menerima fatwa orang yang
dianggap guru besar, lalu taqlid, menurut tanpa mengetahui dalil dan tergesa–
gesa menolak fatwa dari pihak lain. Lebih– lebih kalau pihak lain itu dianggap
musuh. Pernyataan sayidina Ali r.a :
ﻝﹺ ﺎﺟ ﺮﺎﻟﹺﺑ ﹶﻻﻖ ﻖ ﺤـﻟﺍ * ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦ ﻣ ﻰﹶﻟ ﹶﻻ ﺍ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﺎ ﻣ ﻰﹶﻟﺍ ﺮﹸﻈﻧﹸﺍ
ﻑﹺﺮﻋ ﺍﹶ ﺤـﻟﺎﹺﺑ ﺮﹸﻈﻨ ﺗ ﻭ
“Fikirlah apa yang diucapkan, jangan melihat kepada orang yang
mengucapkan. Kenalilah kebenaran itu dengan pengetahuan yang benar,
jangan dengan memandang orang.”
Kesimpulannya demikian: “Apa saja seperti pengetahuan, kepercayaan,
perasaan, kehendak, tingkah laku, yang kau miliki, yang tumbuhnya dari
kebiasaan jangan tergesa – gesa diputus sendiri lalu dianggap benar.
Hendaklah dipikir dahulu dibanding dan dikoreksi, apakah sungguh sudah
benar.
Manusia belum memperoleh barang hak adalah sebab karena masih
bodoh akan apa sebenarnya barang yang hak, atau sebab menolak barang yang
hak, karena yang membawa yang hak itu dianggap musuh atau bodoh.
ﹺﻢﻴﺣ ﺮ ﻟﺍ ﹺﻦ ﻤﺣ ﺮ ﻟﺍ ﱠﻪﻠﻟﺍ ﹺﻢﺴ ﹺﺑ
ﺎﻧﺪ )( ﻫﺍ ﻧ ﺪ ﺒﻌ ﻧ ﻙﺎﻳ ﹺﻢﻴﺣ )( ﺇﹺ () ﹺﻦﻳﺪ ﺮ ﺮ ﻟﺍ )( ﻟﺍﲔ ﻤﹶﻟﺎ ﺪ ﹾﻟﺍ
ﲔﻌ ﺘﺴ ﻙﺎﻳ ﺇﹺ ﻟﺍ ﹺﻡﻮ ﻳﻚ ﻟﺎﻣ ﹺﻦ ﻤﺣ ﻌ ﻟﹾﺍ ﺏﺭ ﻪﱠﻠ ﻤﺤ
ﻭ ﻟ
)( ﲔﻣﺁ ﻟﺍ ﹶﻻ ﻢ ﹺﻬﻴﹶﻠﻐ ﻋ ﻤ ﻢ ﻟﹾ ﹺﻬﻴﹶﻠ ﻋ ﺖﻤ ﻌﻧﻢ )( ﹶﺃ ﻴﻘﺘﺴ ﻤﹾﻟﺍ ﹶﻁﺍﺮ ﺼ
ﲔﱢﻟﺎﻀ ﹺﺏﻮﻀ ﻭ ﺍ ﹺﺮ ﻴﻏﹶ ﻦﻳﺬ ﱠﻟﺍ ﹶﻁﺍﺮ ﺻ ﻟﺍ
“Dengan nama Allah yang Maha pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi
Allah yang mengasuh semua alam; yang maha pemurah dan penyayang; yang
memegang pengadilan pada hari kemudian; hanya kepada engkau kami menyembah dan
hanya kepada engkau kami memohon pertolongan; berilah petunjuk kepada hamba jalan
yang lapang; jalan orang – orang yang telah engkau beri kenikmatan yang tidak
dimurkai dan tidak tersesat lagi.”
ﹰﻻﻮﺳ ﺭ ﻭ ﺎﻴﹺﺒ ﻧ ﺪﻤ ﺤﻤﹺﺑ ﻭ ﺎﻨﻳ ﺩ ﹺﻡﹶﻼﺳﻻ ﺎﹺﺑﻭ ﺎﺑﺭ
ِﷲﺍﺎﹺﺑ ﺖﻴﺿ ﺭ
“Saya ridho ber-Tuhan kepada ALLAH, beragama kepada ISLAM,
bernabi kepada MUHAMMAD rasulullah saw.”
Amma ba’du , bahwa sesungguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah
semata – mata. Bertuhan dan beribadah serta tunduk dan ta’at kepada Allah
adalah satu – satunya ketentuan yang wajib atas tiap – tiap makhluk, terutama
manusia.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hokum qudrat) Allah atas
kehidupan manusia di dunia ini.
Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia hanyalah
dapat diwujudkan diatas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan and gotong –
royong bertolong – tolongan dengan bersendikan hokum Allah yang
sebenarnya, lepas daripada pengaruh syaitan dan hawanafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian nabi yang
bijaksana dan berjiwa suci adalah satu – satunya pokok hukum dalam
masyarakat yang utama dan sebaik – baiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang mana pun
juga, ada kewajiban mutlak bagi tiap – tiap orang yang mengaku bertuhan
kepada Allah.
Agama islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian nabi, sejak
nabi adam a.s sampai nabi Muhammad saw dan diajarkan kepada umatnya
masing – masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.
SYAHDAN, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa
sebagai yang tersebut diatas itu, tiap – tiap orang terutama orang islam, umat
yang percaya akan Allah dan hari kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian
nabi yang suci; beribadah kepada Allah dan berusaha segiat – giatnya
mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan
masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang murni, tulus dan ikhlas karena
Falsafah Ajaran KH. Ahmad
Dahlan
***