Anda di halaman 1dari 3

SANG PENCERAH

Create : PRM Pontang Timur


Event : Triwulan Cabang Muhammadiyah

Narasi : (Tarian Pembuka Unsur Jawa) Kauman adalah sebuah kampung Islam terbesar di Yogyakarta,
dengan masjid besar sebagai kiblat kegiatan agama dan dipimpin oleh seorang penghulu bergelar,
Kamandiningrat. Pada saat itu, Islam sedang terpengaruh dengan ajaran Sech Siti Jenar, yang meletakkan
Raja sebagai Tuhan. Syari’at Islam bergeser kearah tahayul dan mistik, sementara kemiskinan dan
kebodohan merajalela akibat politik tanam paksa pemerintah Belanda. Agama tidak bisa menghadapi
keadaan karena sibuk dengan tahayul yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunah Rasul Muhammad
SAW. Sampai tiba suatu masa, lahirlah seorang bayi laki-laki dari keluarga Abu Bakar pada tanggal 1
Agustus 1868 di Kauman Yogyakarta, Muhammad Darwis namanya. Setelah usia 15 tahun, Muhammad
Darwis pergi ke Mekkah. Keluargapun mantabkan kepergian Muhammad Darwis untuk menuntut ilmu ke
Mekkah. Setelah sepulangnya dari Mekkah 5 tahun lalu, Darwis mengganti namanya dengan Ahmad
Dahlan.
Berikut adalah kisah perjuangan KH. Ahmad Dahlan.

(Latar 1) : (Abu Bakar masuk Stage dan duduk kemudian Darwis masuk membawa biola, menemui Abu
Bakar bapaknya)
Ahmad Dahlan: Assalamualaikum
Abu Bakar : Waalaikumsalam
Ahmad Dahlan: Pak, pak, kulo Darwis Pak…
Abu Bakar : Hahaha, Darwis, Darwis, mulih teko Mekkah ora gowo kitab malah gowo bedil…hahaha
Ahmad Dahlan: Ini biola pak, dapat dari kapal besama teman-teman dari bugis.
Abu Bakar : Jadi sekarang namamu Ahmad Dahlan?
Ahmad Dahlan: Enggeh, kalau bapak mengijinkan, saya akan memakai nama itu.
Abu Bakar : InsyaAllah le, InsyaAllah (Sambil menepuk bahu Ahmad Dahlan)

Narasi : Beberapa waktu kemudian Abu Bakar telah wafat, dan ketib Masjid Agung Kraton
Ngayogyakartohadiningrat, diamanahkan kepada KH. Ahmad Dahlan.
(Latar 2) : Ahmad Dahlan, Kiai Kholil dan sejumlah warga masuk untuk melihat pelantikan KH.Ahmad
Dahlan). Setelah itu dilantikklah KH. Ahmad Dahlan oleh Kiai Kholil.

Kiai Kholil : Kanti pengucap bismillahirrohmanirrohiim, dalu meniko, Kiai Ahmad Dahlan bin Haji Abu Bakar,
katetepaken dados ketib masjid agung ngayoyakartohadiningrat.
Narasi : (Setelah solat ashar KH. Ahmad Dahlan memberi pecerahan kepada jamaah sholat.)
Ahmad Dahlan: Islam adalah agama Rohmatan lil alamiin, merohmati siapa saja yang bernaung
dibawahnya. Orang islam maupun bukan Islam. Merohmati artinya mengayomi, melindungi,
dan membuat damai. Tidak mengekang, membuat takut, dan membuat rumit dengan
upacara-upacara dan sesaji. Dalam hadits Allah berfirman, Bahwa sesungguhnya aku begitu
dekat dengan makhlukku maka berdoalah kepadaku dengan sungguh-sungguh dan mohon
ampun, maka niscaya aku akan mengabulkan. Jadi yang dibutuhkan dalam berdoa hanyalah
sabar dan ikhlas bukan melalui kiai, imam, ketib apalagi sesaji tapi langsung kepada Allah
SWT.
Orang 1 : Saya kira adimas, panjengan niku butuh nasihat
Orang 2 : Sepulangnya dari tanah suci, pemikirannya terpengaruh
Orang 3 : Saya tidak menolak ijtihat, tapi hati-hati. Disuatu yang baru belum tentu benar bagi kita.
(Latar 3) : Ahmad Dahlan terdiam sejenak karena para saudaranya tidak sepakat dengan pemikiran
ahmad dahlan. Para saudaranya keluar stage. Ahmad Dahlan memainkan biola dengan lagu
sangsurya, kemudian datanglah seorang pemuda dan pemudi melihat KH Ahmad Dahlan.
Narasi : Dan pada saat inilah beberapa pemuda datang.
Pemuda 1 : Heeh…enek music londo ning langgar rek
Pemuda 2 : Heh! Iki urung pernah kuwalat cah iki!
Pemuda 3 : Aku Tak Bali yoo…
Pemuda 2 : Heh! Sek, sek, ape ning ndi kowe?
Pemuda 3 : Aku arep bali aku, ate pengajian ning tempat liyo wae!
Pemuda 2 : Halah! Piye too!
Pemuda 1 : Yo wes, Jajal melbu ae yoo
Semua pemuda : Yowes Ayo…!
(Latar 4) : Kemudian para pemuda masuk menemui KH. Ahmad Dahlan.
Pemuda 2 : Kulo nuwun pak kiai
Ahmad Dahlan : Oh iyo yo masuk masuk
Pemuda 1 : Pengajiane sampun pak kiai?
Ahmad Dahlan: Saya menunggu kalian
Pemuda 1 : kira-kira kita mau ngaji apa nggih pak kiai?
Ahmad Dahlan : La kalian maunya ngaji apa?
Pemuda 2 : biasanya kalau pengajian itu, pembahasannya dari guru ngajinya lo pak kiai
Ahmad Dahlan: Nanti yang pintar gurunya, muridnya hanya mengikuti gurunya. Pengajian disini, kalian
yang menentukan, dimulai dari kalian yang bertanya, ayo siapa yang mau bertanya?
Pemuda 2 : Hmmm agama itu apa pak kiai?
Narasi : Ketika pemuda bertanya, KH Ahmad Dahlan pun sejenak terdiam. Kemudian dia mengambil
biolanya lalu memainkannya dengan begitu lembut dan indah. Sehingga Ketika pemuda
itupun hampir terlelap dalam buaian alunan biola tersebut.
Ahmad Dahlan : Apa yang kalian rasakan?
Pemuda 2 : keindahan
Ahmad dahlan : Kamu gra?
Pemuda 1 : Kayak mimpi
Pemuda 3 : sepertinya semua masalah itu hilang kyai
Ahmad Dahlan : Itulah agama, orang yang beragama akan merasakan keindahan, tentram , damai dan
cerah. Nah sekarang ayo coba kamu mainkan biola ini (sambal menyerahkan biola ke salah
satu pemuda)
Pemuda 1 : Ah mboten pa kyai,ndak bisa
Ahmad Dahlan: sebisanya, ayo mainkan!
Narasi : Dahlan meminta salah satu pemuda untuk memainkan biola tersebut, meskipun dahlan tahu
pemuda tersebut tidak lihai memainkannya.
Latar : Kemudian pemuda memainkan biola dengan fals
Ahmad Dahlan : bagaimana rasanya?
Pemuda 1 : Kacau ya pa kyai, hehehe
Ahmad Dahlan : itulah agama, kalau kita tidak mempelajari dengan benar, itu akan membuat resah
lingkungan kita dan jadi bahan tertawaan tertawaan.
Narasi : Penjelasaan KH Ahmad Dahlan tidak mudah diterima oleh warga kauman, apalagi pada saat
membenarkan arah kiblat, hamper semua menolak termasuk kiai kholil. Dan beliau yang
mempelopori warga masjid gede untuk membongkar paksa langgar kidul KH Ahmad Dahlan. KH
Ahmad Dahlan merasa tidak nyaman lagi tinggal dikauman. Akhirnya beliau pergi Bersama
istrinya. Di stasiun KH ahmad dahlan beserta istri bertemu dengan pakde dan budenya.
Latar 4 : Di stasiun akan pergi meninggalkan kauman.
Pakde : Heh Dahlan! arep neng ndi kowe? Ayo muleh! Jere ngrungokne aku! Ayo muleh
Bude : Rungokno kangmasmu to dahlan, ayo muleeh…
Ahmad Dahlan : Jangan paksa saya kangmas…
Pakde : Dahlan, keluarga masih butuh kamu.
Ahmad dahlan : Sudah tidak ada tempat lagi untuk orang seperti saya dikauman kangmas.
Pakde : sopo sing omong? Sopo? Keluargamu masih sangat menghargaimu muridmu juga, ojo ngawur
kowe!
Bude : yo wes…langgarmu iso dibangun maneh,,,iso…aku sing mbangun…demi allah dahlan, sekali ini saja,
mbakyumu minta sama kamu…mulehh…Seorang pemimpin yang baik di mata Allah tidak akan
pernah meninggalkan keluarganya apalagi umatnya.
Narasi : Akhirnya KH ahmad dahlan pun terbujuk untuk Kembali ke kauman. Setelah sampai dirumah (bude
memberikan uang tabungannya)
Bude : Ini bangun lagi langgarmu. Ora usah dipikir, iki uang tabunganku.
Narasi : beberapa keluarga turut mendukung KH Ahmad Dahlan.Pakde bude bahkan sang istri tercinta siti
walidah selalu setia disampingnya. Setelah langgar kidul berdiri, murid-murid KH Ahmad dahlan di
ajari mengaji surat Al Maun.
Latar : semua murid berkumpul dan persiapan membaca surat al maun
Ahmad Dahlan : Mari kita buka pengajian hari ini dengan membaca surat Almaun. Di Surat ini membahas
tentang menyantuni yatim piatu dan orang miskin
Murid : ngapunten pak kiai, sudah 4 kali pertemuan, yang selalu kita bahas pasti surat al maun padahal di
alquran ini ada 114 surat pa kyai.
Ahmad Dahlan : Sudah berapa banyak yatim piatu dan fakir miskin yang kamu santuni le?? Untuk ap akita
mengaji banyak tapi Cuma dihafalkan tetapi tidak diamalkan…
Semua murid : membaca surat Al Maun
Ending : semua berkumpul mengibarkan bendera Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan di tengah
mengibarkan bendera Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai