Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya

maupun yang tidak berbahaya. Bakteri E. coli tersebut dominan terdapat dalam

tinja. Salah satu strain E. coli yang berbahaya dan bersifat zoonosis yaitu E. coli

O157:H7 yang pertama kali diketahui patogen terhadap manusia pada tahun 1982

di Amerika Serikat (Sanchez et al., 2002). Sapi merupakan reservoir utama dari

Verocytotoxin-producing Escherichia coli (VTEC) dan merupakan sumber

penularan utama dari hewan ke manusia. Infeksi ke manusia dapat terjadi karena

penularan dari makanan yang berasal dari hewan yang telah tercemar atau

terkontaminasi misalnya dari daging sapi mentah maupun susu mentah (Sumiarto,

2004b).

Escherichia coli O157:H7 diketahui bersifat zoonosis terhadap manusia

karena mampu mengeluarkan racun yang dapat menimbulkan kerusakan pada

lapisan usus (Gastroenteritis) dengan beberapa gejala mulai dari diare ringan

sampai hemolytic uremic syndrome (HUS), gagal ginjal dan yang lebih parah lagi

dapat menyebabkan kematian (Andriani, 2005; Irshad et al., 2012). Sedangkan

pada ternak sapi berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui sapi yang berumur

muda yang diinokulasikan bakteri E. coli O157:H7 dengan dosis 1010 CFU

memiliki gejala seperti diare berlendir hingga diare berdarah setelah 18 jam pasca

infeksi bakteri tersebut (Naylor et al., 2005). Pada sapi yang telah berumur tua

1
2

hanya bersifat asimptomatis atau tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali

(Meyer-Broseta, et al., 2001). Faktor virulen dari E. coli O157:H7 adalah Shiga

toxin yang dihasilkan dari E. coli. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

McGee et al (2004) mengatakan bahwa kulit hewan merupakan sumber penting

dari penularan E. coli O157:H7 antar hewan ke hewan.

Negara berkembang seperti Indonesia ada banyak faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan bakteri E. coli, salah satunya yaitu faktor sanitasi

yang masih kurang terutama pada hewan ternak khususnya sapi. Pertumbuhan

bakteri E. coli ini harus diwaspadai karena dapat menular dari satu hewan ke yang

lainnya dengan cepat. Kejadian infeksi E. coli pada ternak sapi dapat disebabkan

oleh berbagai faktor secara umum dapat berupa faktor pakan, stress, kondisi

geografis, kepadatan ternak serta musim (Kudva et al., 1996). Selain itu beberapa

variabel yang perlu diperhatikan seperti; sistem pemeliharaan, sumber air minum,

kebersihan lantai kandang dan kebersihan sapi, serta keadaan cuaca. Keadaan

cuaca juga sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri E. coli karena

pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kelembaban, pH dan suhu (temperatur).

Penelitian yang dilakukan oleh Sumiarto (2002a) menjelaskan bahwa Prevalensi

infeksi VTEC di Indonesia pada sapi perah di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada

tingkat ternak sebesar 27,4% dan pada peternak 53,5%. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Hanif et al., (2003) prevalensi VTEC pada ternak

di Kabupaten Sleman Yogyakarta sebanyak 35%. Di Indonesia sendiri pada

manusia pernah dilaporkan dari Rumah Sakit Ciptomangun kusumo terjadi


3

sembilan kasus VTEC dimana empat diantaranya meninggal dunia (Tambunan et

al., 2001).

Gambar 1. Wilayah Kecamatan Petang

Sumber : Dikes Badung (2002)

Kecamatan Petang merupakan salah satu Kecamatan yang terletak terletak

di bagian utara Kabupaten Badung Provinsi Bali dengan luas wilayah 115,00 km².

Secara geografis terletak di antara 8º14’17”-8º28’25” ls dan 115º11’01”–

115º15’09” bt dan terletak di ketinggian 275-2.075 mdpl (Badan Pusat Statistik

Badung., 2012a) yang sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan dengan

tebing-tebing curam dan menjadi hulu dari beberapa sungai yang ada di Badung.

Selain itu, wilayah Petang memiliki curah hujan yang tinggi setiap tahunnya

sekitar 180,3 mm dengan jumlah hari hujan sekitar 159 hari pertahun hingga akhir
4

tahun 2012 dengan suhu rata-rata 28,5OC dan kelembaban sekitar 75 - 85%

(Badan Pusat Statistik Badung., 2012a). Kondisi geografis tersebut sangat

memadai untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri E. coli O157:H7 ini. Dengan

memperhatikan kondisi geografis di Kecamatan Petang tersebut maka penelitian

dengan judul “Analisis Faktor Resiko Infeksi Escherichia coli O157 Pada Sapi Di

Kecamatan Petang Kabupaten Badung” menarik untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah faktor resiko yang berperan dalam infeksi agen E. coli O157:H7

pada ternak sapi di Kecamatan Petang?

2. Bagaimana asosiasi diantara faktor-faktor resiko terhadap infeksi E. coli

O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Petang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor resiko yang berperan dalam infeksi agen E.

coli O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Petang.

2. Untuk mengetahui asosiasi diantara faktor-faktor resiko terhadap infeksi

E. coli O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Petang.


5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

faktor apa saja yang berperan dalam infeksi agen E. coli O157:H7 dan bagaimana

asosiasi dari faktor yang beresiko terhadap infeksi E. coli O157:H7 pada ternak

sapi di Kecamatan Petang Kabupaten Badung, sehingga dapat membantu

identifikasi lebih dini terhadap penularan E. coli O157:H7 dari hewan ke hewan

maupun dari hewan ke manusia yang dapat terjadi karena Foodborne Disease.

1.5 Kerangka Konsep

Escherichia coli O157:H7 diketahui merupakan bakteri yang bersifat

zoonosis pada hewan dan manusia. Heuvelink et al., (1999) menyebutkan bahwa

sapi merupakan reservoir utama dari E. coli O157:H7 di samping babi maupun

domba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi yang berumur muda yang

diinokulasikan bakteri E. coli O157:H7 dengan dosis 1010 CFU memiliki gejala

seperti diare berlendir hingga diare berdarah setelah 18 jam pasca infeksi bakteri

tersebut (Naylor et al., 2005). Pada sapi yang telah berumur tua hanya bersifat

asimptomatis atau tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali (Meyer-Broseta, et

al., 2001). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McGee et al (2004)

mengatakan bahwa kulit hewan merupakan sumber penting dari penularan E. coli

O157:H7 antar hewan ke hewan.


6

E. coli O157:H7

Zoonosis
Sapi Manusia

Asimptomatis Collitis hemorrhagic

Diare berlendir Hemolitic uremic syndrom

Diare berdarah Gagal ginjal

Faktor Resiko

Infeksi

Gambar 2. Bagan Kerangka Konsep E. coli O157:H7

Kejadian E. coli pada ternak sapi secara umum dapat disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya faktor pakan, stress, kondisi geografis, kepadatan

ternak serta musim (Kudva et al., 1996). Selain itu beberapa variabel yang perlu

diperhatikan seperti; sistem pemeliharaan, sumber air minum, kebersihan lantai

kandang dan kebersihan sapi, serta keadaan cuaca. Keadaan cuaca sangat

mempengaruhi pertumbuhan bakteri E. coli karena pertumbuhannya sangat

dipengaruhi oleh kelembaban, pH dan suhu (temperatur). Kisaran suhu untuk


7

pertumbuhan E. coli berkisar 7-80C sampai 460C dengan suhu optimun

pertumbuhan 35OC-40OC. E. coli tumbuh pada kisaran pH dari 4,4-10,0 dengan

pH optimun 6-7 dengan kelembaban relatif 10% (Yates, 2011). E. coli letaknya

dalam tubuh berada di distal traktus intestinal.

Hasil penelitian Sumiarto (2004b) pada sapi perah menunjukkan bahwa

pada sapi yang kotor beresiko 3,22 kali terinfeksi VTEC jika dibandingkan

dengan sapi yang bersih karena tinja yang menempel pada badan sapi merupakan

tempat pertumbuhan yang baik untuk E. coli O157:H7. Selain kebersihan sapi,

kebersihan dari lantai kandang juga merupakan faktor utama dari pertumbuhan

bakteri E. coli O157:H7. Hal ini dikarenakan bakteri E. coli O157:H7 dapat

bertahan hidup dalam tinja sapi pada suhu 370C dengan kelembaban relatif 10%

selama 42-49 hari dan dapat bertahan hidup selama 49-56 hari di dalam tinja pada

suhu 220C dengan kelembaban relatif 10% (Wang et al., 1996). Selain faktor

kebersihan sapi dan kandang, faktor lain yang memungkinkan tumbuhnya bakteri

E. coli adalah umur dari sapi tersebut. Tokhi et al., (1993) menjelaskan dalam

penelitiannya bahwa tidak ada asosiasi antara kejadian VTEC dengan diare pada

ternak, tetapi VTEC mempunyai asosiasi dengan diare pada ternak yang berumur

kurang dari 10 minggu dengan perkiraan bahwa distribusi E. coli O157:H7 dapat

menyerang sebagian besar ternak umur antara 4 sampai 12 bulan. Namun, pada

penelitian yang dilakukan oleh Hancock et al., (1994) menyatakan bahwa ternak

yang berumur kurang dari 4 bulan lebih banyak menumpahkan E. coli O157:H7.

Kecamatan petang merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di bagian

utara dari Kabupaten Badung dan wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan
8

ketinggian 275-2.075 mdpl. Curah hujan di Kecamatan Petang juga tergolong

tinggi pertahunnya yaitu 173 mm sehingga sangat memungkinkan bakteri E. coli

O157:H7 untuk tumbuh baik dengan suhu dan kelembaban relatif di kecamatan

Petang. Berdasarkan kondisi geografis Kecamatan Petang tersebut maka sangat

menarik untuk dilakukan penelitian mengenai faktor apa saja yang berpengaruh

terhadap resiko infeksi bakteri E. coli O157:H7 di Kecamatan Petang Kabupaten

Badung.

1.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut;

1. Terdapat perbedaan nilai faktor resiko yang berperan dalam infeksi

agen E. coli O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Petang.

2. Ditemukan signifikansi dari asosiasi diantara faktor-faktor yang

beresiko terhadap infeksi E. coli O157:H7 pada ternak sapi di

Kecamatan Petang.

Anda mungkin juga menyukai