Map Rot

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 295

TESIS

AKTIVITAS FISIK, STRES, MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP), ROLL


OVER TEST (ROT) DAN KORTISOL SEBAGAI PREDIKTOR
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

PHYSICAL ACTIVITY, STRESS, MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP),


ROLL OVER TEST (ROT) AND CORTISOL AS HYPERTENSION
PREDICTORS IN PREGNANCY

RUMELIA LUBINA SEMBIRING


P4400216017

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
TESIS

AKTIVITAS FISIK, STRES, MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP), ROLL


OVER TEST (ROT) DAN KORTISOL SEBAGAI PREDIKTOR
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

PHYSICAL ACTIVITY, STRESS, MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP),


ROLL OVER TEST (ROT) AND CORTISOL AS HYPERTENSION
PREDICTORS IN PREGNANCY

RUMELIA LUBINA SEMBIRING


P4400216017

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i

AKTIVITAS FISIK, STRES, MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP), ROLL


OVER TEST (ROT) DAN KORTISOL SEBAGAI PREDIKTOR
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Tesis
Sebagai Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi
Kebidanan

Disusun dan diajukan oleh

RUMELIA LUBINA SEMBIRING


P4400216017

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii
iv

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa berkat Rahmat, Hidayah dan Ridha Nya maka penulis dapat

menyusun tesis ini sampai dengan selesai

Ide berupa gagasan yang diperoleh untuk melatar belakangi

permasalahan ini timbul dari hasil pengamatan penulis terhadap

pentingnya suatu metode prediktor hipertensi dalam kehamilan melihat

meningkatnya angka kematian ibu yang diakibatkan oleh komplikasi dari

hipertensi dalam kehamilan tersebut. Penulis bermaksud menyumbangkan

kombinasi metode prediktor baru yang dianggap mampu membuat para

petugas kesehatan lebih mudah, efektif dan terampil dalam mendeteksi

secara dini hipertensi dalam kehamilan sehingga komplikasi yang

kemungkinan akan ditimbulkan olehnya dapat dicegah yang pada

akhirnya akan menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka

penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka

tesis ini selesai pada waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Ali, S.E,. M.S sebagai Dekan Sekolah

Pascasarjana Universitas Hasanuddin

2. Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc, Sp.GK(K) sebagai Plt. Ketua

Program Studi Kebidanan


v

3. Dr. dr. Nasrudin AM, Sp.OG, MARS. sebagai Ketua Komisi

Penasehat

4. Dr. Andi Nilawati, SKM, M.Kes. sebagai Sekretaris Komisi Penasehat

5. Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D sebagai Anggota Komisi

Penasehat

6. Dr. Mardiana Ahmad, S.SiT., M.Keb sebagai Anggota Komisi

Penasehat

7. Dr. dr. Prihantono, Sp.B(Onk)(K) sebagai Anggota Komisi Penasehat

Atas bantuan, arahan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari

tehap pengembangan minat sampai ditemukannya permasalahan ini,

sampai dengan terselesaikannya penulisan tesis ini. Terimakasih juga

penulis sampaikan kepada yang tekah banyak membantu dalam

pengumpulan data dan informasi dan tak lupa juga ucapan terima kasih

kepada mereka yang namanya tidak tercantum tetapi telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian tesis ini.

Makassar, Mei 2018

Rumelia Lubina Sembiring


vi

ABSTRAK

RUMELIA LUBINA SEMBIRING. Aktivitas Fisik, Stres, Mean Arterial


Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) dan Hormon Kortisol sebagai
Prediktor Hipertensi pada Kehamilan (dibimbing oleh Nasrudin AM dan
Andi Nilawati).

Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan aktivitas fisik, stres,


MAP, ROT dan hormon kortisol serta membuat model prediktor hipertensi
pada kehamilan.
Tempat penelitian di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar dengan
metode cross sectional study. Subyek penelitian terdiri dari 50 ibu hamil
normal tensi dan 50 hipertensi, sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Data
karakteristik, riwayat obstetri, aktivitas fisik dan stres diukur menggunakan
kuesioner baku. Untuk menilai kortisol, 2 ml darah diambil oleh petugas
laboratorium. MAP dan ROT diukur 3 kali (usia kehamilan 27, 28 dan 32
minggu). Analisis data menggunakan Chi Square, Binary Logistik dan
Area Under Curve.
Hasil penelitian menunjukkan, umumnya sampel berpendidikan
tinggi (57%), tidak bekerja (51%), usia risiko rendah (80%). Riwayat
preeklampsia, olahraga, stres, MAP, ROT dan kortisol signifikan
berhubungan (OR 10,3; 95% CI 2,21–47,9; p = 0,001), (OR 5,7; 95% CI
2,14-14,99; p = 0,001), (OR 4,2; 95% CI 1,75-9,9; p = 0,002), (OR 3,4;
95% CI 2,36-4,84; p = 0,001), (OR 19,94; 95% CI 5,47-72,71; p = 0,001),
(OR 7,52; 95% CI 2,87-19,67; p = 0,001). Prediktor utama hipertensi 27
minggu yaitu olahraga >1,6Met-h/w, kortisol tinggi dan MAP positif (AUC
0,892; 95% CI 0,826 – 0,957; p = 0,001) dan pada 32 minggu yaitu
olahraga >1,6Met-h/w, ada riwayat preeklampsia, kortisol tinggi, MAP
positif dan ROT positif (AUC 0,952; 95% CI 0,910 – 0,994; p = 0,001).
Aktivitas fisik olahraga, kortisol, MAP dan ROT mampu menjadi
prediktor hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu, tetapi ROT tidak
mampu menjadi prediktor pada usia kehamilan 27 minggu.

Kata Kunci : Aktivitas fisik, MAP, ROT, stres, kortisol, hipertensi pada
kehamilan
vii

ABSTRACT

RUMELIA LUBINA SEMBIRING. Physical Activity, Stress, Mean Arterial


Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) and Cortisol Hormone as
Hypertension Predictiors in Pregancy. (Supervised by Nasrudin AM and
Andi Nilawati).

The aims of this study were to assess the relationship of physical


activity, stress, MAP, ROT and cortisol hormones and to make predictive
models of hypertension in pregnancy.
The study was conducted at RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar with
cross sectional study method. The subjects of this study were 50 normal
pregnant women and 50 hypertensions selected according to inclusion
and exclusion criteria. Characteristics of data were obstetric history,
physical activity and stress were measured with standardized
questionnaire. To assess cortisol, 2ml of blood was taken by laboratory
personnel. MAP and ROT were measured 3 times (gestational age 27, 28
and 32 weeks). Data were analyzed with Chi Square, Binary Logistics and
Area Under Curve.
The results indicated generally high-educated samples (57%), did
not work (51%), low risk age (80%). History of preeclampsia, exercise,
stress, MAP, ROT and cortisol were significantly associted (OR 10.3; 95%
CI 2.21 – 47.9), (OR 5.7; 95% CI 2.14 – 14.99), (OR 4.2; 95% CI 1.75 –
9.9), (OR 3.4; 95% CI 2.36 – 4.84); (OR 19.94; 95% CI 5.47 – 72.71), (OR
7.52; 95% CI 2.87 – 19.67). Predictors of 27 week hypertension were
exercise > 1.6Met-h/w, high cortisol and positive MAP (AUC 0.892; 95%
CI 0.826 – 0.957; p = 0.001) and at 32 weeks of exercise > 1.6Met-h/w,
history of preeclampsia, high cortisol, positive MAP and positive ROT
(AUC 0.952; 95% CI 0,91 – 0,994; p = 0,001). Physical activity of sports,
cortisol, MAP and ROT was able to predict hypertension at 32 weeks
gestation, but ROT was not able to predict at 27 weeks gestation.

Keywords : Physical activity, MAP, ROT, stress, cortisol, hypertension in


pregnancy
viii

DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA ............................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 10

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 11

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 11

F. Sistematika dan Organisasi ............................................ 12

BAB II TINJAUN PUSTAKA ........................................................... 13

A. Hipertensi dalam Kehamilan ........................................... 13

1. Definisi ........................................................................ 13

2. Klasifikasi .................................................................... 14

3. Etiologi ........................................................................ 17

4. Patofisiologi................................................................. 26

5. Faktor Risiko ............................................................... 29

6. Diagnosis .................................................................... 39
ix

7. Penatalaksanaan ........................................................ 42

8. Pencegahan ................................................................ 47

B. Aktivitas Fisik .................................................................. 48

1. Definisi ........................................................................ 48

2. Klasifikasi .................................................................... 49

3. Intensitas .................................................................... 50

4. Kaitan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi dalam

Kehamilan ................................................................... 52

5. Pengukuran Aktivitas Fisik .......................................... 54

C. Stres ............................................................................... 59

1. Definisi ........................................................................ 56

2. Tahapan Stres ............................................................ 56

3. Respon Tubuh Terhadap Stres ................................... 58

4. Gejala Stres ................................................................ 60

5. Kaitan Stres dengan Hipertensi dalam Kehamilan ...... 61

6. Pengukuran Tingkat Stres .......................................... 62

D. Kortisol ........................................................................... 64

1. Definisi ........................................................................ 64

2. Regulasi Kortisol ......................................................... 64

3. Peran dan Fungsi Kortisol dalam Tubuh ..................... 66

4. Kaitan Kortisol dengan Hipertensi dalam

kehamilan ................................................................... 66

5. Pengukuran Kortisol .................................................... 71


x

E. Mean Arterial Pressure (MAP) ........................................ 75

1. Definisi ........................................................................ 75

2. Rumus MAP ................................................................ 76

3. Fisiologi Tekanan Darah ............................................. 77

4. Penentuan Tekanan Darah ......................................... 80

5. Kaitan Mean Arterial Pressure (MAP)

dengan Hipertensi dalam kehamilan ........................... 81

F. Roll Over Test (ROT) ...................................................... 84

1. Definisi ........................................................................ 84

2. Kaitan Roll Over Test (ROT) dengan

Hipertensi dalam Kehamilan ....................................... 85

G. Patofisiologi Aktivitas Fisik, Stres, Mean Arterial

Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) dan Kortisol

dengan Hipertensi dalam kehamilan .............................. 86

H. Kerangka Teori ............................................................... 91

I. Kerangka Konseptual ....................................................... 92

J. Hipotesis Penelitian ......................................................... 92

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 93

A. Desain Penelitian ............................................................ 93

B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 93

C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 93

D. Alur Penelitian ................................................................ 96

E. Instrumen Pengumpul Data ............................................ 97


xi

F. Teknik Pengambilan Data ............................................... 102

G. Pengelolaan dan Analisa Data ....................................... 104

H. Etika Penelitian ............................................................... 108

I. Definisi Operasional ....................................................... 109

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................... 113

A. Hasil ................................................................................ 113

1. Karakteristik Sampel ................................................... 114

2. Hubungan Riwayat Obstetri dengan Hipertensi pada

Kehamilan ................................................................... 115

3. Hubungan Aktivias Fisik dengan Hipertensi pada

Kehamilan ................................................................... 117

4. Hubungan Stres dengan Hipertensi pada Kehamilan . 120

5. Hubungan MAP dengan Hipertensi pada Kehamilan .. 121

6. Hubungan ROT dengan Hipertensi pada Kehamilan .. 122

7. Hubungan Kortisol dengan Hipertensi pada

Kehamilan ................................................................... 124

8. Pemilihan Kandidat Multivariat .................................... 125

9. Model Prediktor Hipertensi pada Kehamilan ............... 126

10. Simulasi Model Prediktor Hipertensi pada Kehamilan 144

B. Pembahasan................................................................... 150

1. Karakteristik Sampel ................................................... 150

2. Hubungan Riwayat Obstetri dengan Hipertensi pada

Kehamilan ................................................................... 153


xii

3. Hubungan Aktivias Fisik dengan Hipertensi pada

Kehamilan ................................................................... 156

4. Hubungan Stres dengan Hipertensi pada Kehamilan . 161

5. Hubungan MAP dengan Hipertensi pada Kehamilan .. 162

6. Hubungan ROT dengan Hipertensi pada Kehamilan .. 164

7. Hubungan Kortisol dengan Hipertensi pada

Kehamilan ................................................................... 165

8. Aktivitas fisik, stres, MAP, ROT dan Hormon Kortisol

Sebagai Prediktor Hipertensi pada kehamilan ............ 167

C. Jawaban Hipotesis ......................................................... 175

D. Ringkasan Penelitian ...................................................... 176

E. Keterbatasan Penelitian .................................................. 177

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 178

A. Kesimpulan ..................................................................... 178

B. Saran .............................................................................. 179

Sumber Pustaka .................................................................................. 180


xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai METs Spesifik Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis dan

Intensitas ....................................................................................... 55

2. Rumus Menilai Aktivitas Fisik ........................................................ 55

3. Klasifikasi kadar kortisol dalam darah............................................ 71

4. Karakteristik Sampel Penelitian ..................................................... 114

5. Hasil analisis hubungan riwayat obstetri dengan hipertensi pada

usia kehamilan 27 minggu ............................................................. 115

6. Hasil analisis hubungan riwayat obstetri dengan hipertensi pada

usia kehamilan 32 minggu ............................................................. 116

7. Hasil analisis kurva ROC untuk menentukan cut off point aktivitas

fisik ................................................................................................ 117

8. Hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada

usia kehamilan 27 minggu ............................................................. 118

9. Hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada

usia kehamilan 32 minggu ............................................................. 119

10. Hasil analisis hubungan stres dengan hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu..................................................................... 120

11. Hasil analisis hubungan stres dengan hipertensi pada usia

kehamilan 32 minggu..................................................................... 120


xiv

12. Hasil analisis hubungan MAP dengan hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu..................................................................... 121

13. Hasil analisis hubungan MAP dengan hipertensi pada usia

kehamilan 32 minggu..................................................................... 121

14. Hasil analisis hubungan ROT dengan hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu..................................................................... 122

15. Hasil analisis hubungan ROT dengan hipertensi pada usia

kehamilan 32 minggu..................................................................... 123

16. Hasil analisis hubungan Kortisol dengan hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu..................................................................... 124

17. Hasil analisis hubungan Kortisol dengan hipertensi pada usia

kehamilan 32 minggu..................................................................... 124

18. Hasil analisis pemilihan kandidat multivariat 27 minggu ................ 125

19. Hasil analisis pemilihan kandidat multivariat 32 minggu ................ 126

20. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel

pendapatan, stres, aktivitas olahraga, aktivitas menetap, kortisol,

riwayat PE/E, MAP dan ROT dengan terjadinya hipertensi pada

usia kehamilan 27 minggu ............................................................. 127

21. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel stres,

aktivitas olahraga, aktivitas menetap, kortisol, riwayat PE/E, MAP

dan ROT dengan terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 27

minggu ........................................................................................... 128


xv

22. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel aktivitas

olahraga, aktivitas menetap, kortisol, riwayat PE/E, MAP dan

ROT dengan terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 27

minggu ........................................................................................... 128

23. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel aktivitas

olahraga, aktivitas menetap, kortisol, MAP dan ROT dengan

terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu ................... 129

24. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel aktivitas

olahraga, kortisol, MAP dan ROT dengan terjadinya hipertensi

pada usia kehamilan 27 minggu .................................................... 129

25. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel aktivitas

olahraga, kortisol dan MAP dengan terjadinya hipertensi pada

usia kehamilan 27 minggu ............................................................. 130

26. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara

variabel aktivitas olahraga, aktivitas menetap, stres dan MAP

dengan terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu ...... 131

27. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara

variabel stres dan MAP dengan terjadinya hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu..................................................................... 132

28. Hasil analisis perbandingan model 1, model 2 dan model 3

sebagai prediktor hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu ....... 133

29. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan, jarak

kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, stres, hormon


xvi

kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32, ROT UK27, ROT

UK28 dan ROT UK32 dengan terjadinya hipertensi dalam usia

kehamilan 32 minggu..................................................................... 134

30. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan,

jarak kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, stres, hormon

kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32, ROT UK28 dan

ROT UK32 dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan

32 minggu ...................................................................................... 135

31. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan,

jarak kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, hormon

kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32, ROT UK28 dan

ROT UK32 dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan

32 minggu ...................................................................................... 136

32. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan,

jarak kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, hormon

kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32 dan ROT UK28

dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan 32 minggu .... 137

33. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara jarak kehamilan,

aktivitas olahraga, riwayat PE/E, hormon kortisol, MAP UK27,

MAP UK28, MAP UK32 dan ROT UK28 dengan terjadinya

hipertensi dalam usia kehamilan 32 minggu .................................. 138

34. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara olahraga, riwayat

PE/E, hormon kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32 dan
xvii

ROT UK28 dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan

32 minggu ...................................................................................... 139

35. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara olahraga, riwayat

PE/E, hormon kortisol, MAP UK27, MAP UK28 dan ROT UK28

dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan 32 minggu .... 139

36. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara

olahraga, riwayat PE/E, hormon kortisol, MAP UK27 dan ROT

UK28 dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan 32

minggu ........................................................................................... 140

37. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara

aktivitas olahraga, stres, MAP UK27 dan ROT UK28 dengan

terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu ................... 141

38. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara aktivitas olahraga,

stres, MAP UK27 dan ROT UK28 dengan terjadinya hipertensi

pada usia kehamilan 32 minggu .................................................... 142

39. Hasil analisis perbandingan model 1, model 2 dan model 3

sebagai prediktor hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu ....... 143


xviii

DAFTAR GAMBAR

nomor halaman

Gambar 1. Remodelling Arteri Spiralis ................................................. 19

Gambar 2. Skala Pengeluaran Tenaga dari Borg ................................ 51

Gambar 3. Representasi Sistematis Sistem Kardiovaskular Saat

Istirahat dan Selama Latihan Dinamis ................................ 53

Gambar 4. Rantai Hirarki Komodo dan Umpan Balik Negatif dalam

Kontrol Endokrin................................................................. 65

Gambar 5. Efek Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatis terhadap

Tekanan Darah .................................................................. 69

Gambar 6. Renin Angiotensin Aldostreson System ............................. 70

Gambar 7. Vena, Pengambilan Darah dan Tabung Darah .................. 73

Gambar 8. Arterial Blood Pressure ...................................................... 76

Gambar 9. Aliran Darah dan Aksi Pompa Jantung .............................. 77

Gambar 10. Fungsi Katup Vena........................................................... 78

Gambar 11. Perubahan Curah Jantung antara Duduk dan Terlentang 80

Gambar 12. Posisi Ibu Hamil terlentang dan Miring Kiri terhadap

Vena Cava Inferior ........................................................... 85

Gambar 13. Plasental Bed pada Kehamilan Normal dan

Preeklampsia ................................................................... 86

Gambar 14. ROC perbandingan model 1, 2, 3 dan 4........................... 133

Gambar 15. ROC perbandingan model 1, 2 dan 3 ............................... 143


xix

DAFTAR LAMPIRAN

nomor halaman

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden ............... 188

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ......................... 190

Lampiran 3. Kuesioner Data Demografi ............................................... 191

Lampiran 4. Pregnancy Physical Activity Questionnaire Kessler ......... 193

Lampiran 5 Kessler Psychological Distress Scale (K10)...................... 198

Lampiran 6. Master Data Karakteristik ................................................. 199

Lampiran 7. Master Data MAP dan ROT ............................................. 204

Lampiran 8. Master Data Stres, Kortisol dan Aktivitas Fisik ................. 208

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ................................................... 213

Lampiran 10. Output SPSS .................................................................. 216


xx

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

PE Preeklampsia

E Eklampsia

ASSHP Australian Society For The Study of

Hypertention in Pregnancy

NHBPEP The National High Blood Pressure Educational

Program

ACOG American College of Obtetricians and

Gynecologists

RAAS Renin Angiosintesin Aldosteron System

O2 Oksigen

PGE2 Prostasiklin

TXA2 Tromboxan

HLA-G Human Leucocyte Antigen Protein G

NK Natural Killer

IMT Indeks Massa Tubuh

KB Keluarga Berencana

WHO World Health Organization

HELLP Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low

Platelet

SGPT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGOT Serum Glutamic Pyruvate Transaminase


xxi

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

DIC Disseminated Intravascular Coagulation

MgSO4 Magnesium Sulfate

ICU Intensive Care Unit

DPL Darah Perifer Lengkap

Rh Rhesus

LDH Lactate Dehydrogenase

PT Prothrombin Time

APTT Activated Partial Thromboplastin Time

USG Ultrasonography

IV Intra Vena

IPAQ International Physical Activity Questionnaire

MET Metabolic Equivalent

CRF Corticotropin-releasing Factor

CRH Corticotropin-releasing Hormone

ACTH Adenocorticotropin hormone

IL-a Interlukin 1

IL-6 Interlukin 6

HPA Hipotalamus Pituitari Adrenal

GFR Glomerular Filtration Rate

ACE Angiotensin Converting Enzyme

ADH Antidiuretik Hormone


xxii

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

CBG Corticosteroid binding globulin

MAP Mean Arterial Pressure

PGI2 Prostaglandin

ROT Roll Over Test

VCI Vena Cava Inferior

ANC Antenatal Care

SPSS Statistical Product and Service

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

AKI Angka Kematian Ibu

KH Kelahiran Hidup

DEX Glukokortikoid dexamethasone


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komplikasi utama penyebab hampir 75% kematian maternal adalah

perdarahan hebat, infeksi nifas dan tekanan darah tinggi selama

kehamilan. Secara global, hampir 99% kematian Ibu terjadi di negara

berkembang. Rasio kematian ibu di negara berkembang pada tahun 2015

adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup versus 12 per 100.000 kelahiran

hidup di negara maju, hal ini masih jauh dari target 2030 yaitu 70 per

100.000 kelahiran hidup (WHO et al., 2015).

Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pembangunan secara

nasional telah berhasil dan merata dengan derajat kesehatan masyarakat

sebagai tolak ukurnya. Pembangunan kesehatan memegang peran yang

sangat penting dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

khususnya kesehatan ibu dan anak yang setinggi – tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini

sesuai dengan poin pertama Keputusan Menteri Kesehatan (2015)

perihal sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

2015 – 2019 yaitu meningkatnya status kesehatan ibu dan anak, dalam

arti lain adalah berupaya menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu

dan anak dengan dengan 3 pilar utama yaitu penguatan pelayanan

kesehatan primer (primary health care), penerapan pendekatan


2

keberkelanjutan mengikuti siklus hidup manusia (continuum of care) dan

intervensi berbasis resiko kesehatan (helath risk) (Kemenkes RI, 2016).

Sampai saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih terbilang

tinggi, yaitu tercatat pada tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka tersebut masih jauh dari target SDG’s tahun 2030 sebesar

yang 70 per 100.000 kelahiran hidup. 3 penyebab utama tingginya AKI di

Indonesia adalah perdarahan, hipertensi dan infeksi. Berdasarkan Profil

kesehatan Indonesia tahun 2015, hipertensi merupakan penyumbang

angka kematian ibu terbesar ke dua dan bahkan menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2010 (21,5%), pada

tahun 2011 (24,7%), pada tahun 2012 (26,9%) dan pada tahun 2013

(27,1%). Ketiga penyebab utama ini mengalami perubahan proporsi,

dimana perdarahan dan infeksi cenderung menurun sedangkan hipertensi

meningkat.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015

menunjukkan angka kematian ibu maternal masih mengalami fluktuatif

dari tahun 2009 – 2014 yaitu pada tahun 2009 sebesar 79 per 100.000

Kelahiran Hidup (KH) menurun pada tahun 2010 menjadi 77 per 100.000

KH, tahun 2011 meningkat menjadi 79 per 100.000 KH, tahun 2012

secara drastis meningkat menjadi 110 per 100.000 KH kemudian menurun

kembali pada tahun 2013 menjadi 78 per 100.000 KH dan pada tahun

2014 mengalami peningkatan kembali menjadi 93 per 100.000 KH.

Penyebab utama kematian ibu di kota Makassar secara berurutan adalah


3

pendarahan 42,4%, hipertensi 33,3% dan infeksi 18% (Sukfitriany et al.,

2016). Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Ibu dan Anak

(RSIA) Sitti Khadijah 1 Makassar terdapat 127 kasus preeklampsia dan 2

kasus eklampsia dari 3813 ibu hamil normal yang berkunjung pada

periode bulan Januari – Desember tahun 2017.

Hipertensi adalah komplikasi medis yang paling sering pada

kehamilan (5-10% kehamilan). Sekitar 30% hipertensi diakibatkan oleh

hipertensi kronis dan 70% disebabkan oleh pre eklampsia – hipertensi

gertasional. Pemahaman terhadap proses penyakit dan dampaknya

terhadap kehamilan merupakan hal yang paling penting, karena hipertensi

masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan

perinatal di seluruh dunia. Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat

mencakup solusio plasenta, Disseminated Intravascular Coagulopathy

(DIC), eklamsia, gagal ginjal, perdarahan atau gagal hati, perdarahan

intraserebral, hipersensitif enselopati, edema paru dan kematian.

Sementara itu, komplikasi yang terjadi pada janin dan neonatal antara lain

retardasi retardasi berat pertumbuhan intra – uterin, oligohdroamnion,

persalinan prematur, hipoksia-asidosis, gangguan neurologis dan

kematian (Sabarudin, 2015).

Secara umum, hipertensi disebabkan oleh banyak faktor atau

multifaktorial. Multifaktorial yang dihubungkan dengan patogenesis

hipertensi terdiri dari 3 elemen penting, yaitu : faktor genetik, rangsangan

lingkungan (terutama asupan garam, stress dan obesitas) serta adaptasi


4

struktural yang membuat pembuluh darah dan jantung membutuhkan

tekanan yang lebih tinggi dari fungsi normalnya. Ketiga elemen ini saling

terkait dimana pengaruh lingkungan dapat menjadi pencetus faktor

predisposisi genetik sedangkan untuk perubahan struktural akan dicetus

oleh faktor genetik (Majid, 2005).

Sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, apa yang menjadi

penyebab langsung terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan

teori faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan adalah

primigravida, hiperplasentosis, molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes

melitus, hidrops fetalis, bayi besar, umur yang ekstrim, riwayat keluarga

yang pernah mengalami pre eklampsia/eklampsia, penyakit ginjal dan

hipertensi yang sudah ada sebelum hamil dan obesitas (Prawirohardjo,

2009). Ada juga yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh

kalianan pembuluh darah, faktor diet, faktor keturunan dan lain

sebagainya (Kemenkes RI, 2014).

Spracklen (2016) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa

wanita dengan mean aktif (> 25 jam/hari) memiliki risiko yang rendah

terhadap preeklampsia dibandingan dengan wanita yang kurang aktif (4,2

jam/hari). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sahafayi (2012) yang

mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan mean skor aktivitas fisik

pada kelompok ibu hamil yang normal tensi dengan yang hipertensi dalam

kehamilan, ibu hamil dengan hipertensi memiliki rerata skor aktivitas fisik

lebih rendah yaitu 54,6 dibandingkan kelompok ibu hamil dengan normal
5

tensi yaitu 57,3. Virginia et al (2016) juga ikut mendukung temuan yang

lainnya, dimana hasil penelitiannya mendapatkan hasil bahwa ibu hamil

yang tidak berolah raga berisiko 3 kali lebih besar untuk terjadi hipertensi

dalam kehamilannya.

Pada tahun 2017, American College of Obstetricians and Ginekolog

(ACOG) bahkan menerbitkan panduan olah raga untuk ibu hamil. Ibu

hamil yang melakukan aktivitas aerobik intensitas sedang setidakanya 150

menit setiap minggu kemungkinan mengalami penurunan risiko

preeklampsia. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Departement of Physical and Sport Sciences et al. (2011) yang

mengatakan bahwa kerja otot mempengaruhi pasokan volume darah pada

bagian otot yang bergerak (yang melakukan aktivitas fisik) sehingga

menyebabkan gangguan sirkulasi darah utero plasenter. Volume darah

ke plasenta berkurang dan kadar oksigen yang dibawa ke uterus

menurun, sehingga terjadi perfusi arteri spiralis menyebabkan hipoksia

plasenta. Hipoksia ini menyebabkan terjadinya disfungsi endotel sehingga

terjadi ketidakseimbangan vasokontriktor (endotelium I, Tromboksan, dan

Angiosintesin II). Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan vasokontriksi

meningkat dalam sprektrum yang luas sehingga terjadi hipertensi dalam

kehamilan. Bahkan Vollebregt et al (2011) dalam penelitian mereka

mengatakan tidak ada kaitan antara besarnya waktu atau intensitas

aktivitas fisik waktu luang dengan risiko preeklampsia atau hipertensi

gestasional. Moura (2012) mengatakan aerobik pada ibu hamil lebih


6

mungkin menyebabkan terjadinya preeklampsia dibandingkan dengan

aktivitas fisik yang normal. Kesenjangan ini menimbulkan pertanyaan

peneliti apakah peran aktivitas fisik pada ibu hamil untuk mencegah atau

menjadi faktor penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan,

mengingat angka kematian dan kesakitan yang diakibatkan olehnya setiap

tahun semakin meningkat.

Taslim, et al (2016) dalam penelitiannya pada ibu hamil yang

mengalami hipertensi mendapatkan hasil bahwa 28,6% responden stress

pada kejadian hipertensi Grade 2 dan tidak ada responden yang stress

pada kejadian hipertensi Grade 1. Begitu juga dengan penelitian Qiu

(2007) yang mengungkapkan bahwa ibu hamil yang mengalami depresi

sedang 2,3 kali lebih mungkin untuk menyebabkan terjadinya

preeklampsia dan untuk ibu hamil yang mengalami depresi berat

kemungkinan terjadinya preeklampsia lebih besar lagi yaitu 3,2 kali

dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak depresi atau depresi sedang.

Vahed et al. (2017) mengatakan adanya hubungan kecemasan ibu hamil

dengan kejadian preeklampsia, dimana ibu yang mengalami cemas

berisiko 2,9 kali mengalami preeklamsia dibandingkan dengan yang tidak

cemas. Nasr et al (2016) ikut mendukung hasil temuan sebelumnya, yaitu

adanya korelasi yang signifikan antara depresi dan tingkat stres serta

tingkat pendidikan perempuan dengan hipertensi dalam kehamilan. Hasil

temuan tersebut sejalan dengan teori cemas/stres dimana stres dapat

meningkatkan hormon kortisol, epinefrin & steroid lainnya, sehingga darah


7

ke ginjal menurun maka produksi renin meningkat. Renin akan

merangsang pembentukan angiotensin I kemudian berubah menjadi

angiotensi II, kemudian gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Sehingga terjadi retensi natrium dan air di tubulus ginjal,

maka volume intra vaskuler akan meningkat, terjadilah hipertensi. Vianna

et al (2011) dalam medical hipotesisnya juga mengatakan hal yang sama

yatu kegelisahan yang berlangsung terus menerus mengubah

hipotalamus melalui hipofisis untuk memerintah adrenal (HPA)

mengeluarkan hormon kortisol, pengeluaran hormon ini menyebabkan

penurunan sensitivitas sintesis glukokortikoit dexamethasone (DEX)

sehingga kekebalan seluler menjadi berubah maka terjadilah

preeklampsia dan bahkan dapat memberikan efek sampai pasca

melahirkan. Reetu (2017) juga mengatakan respon neuroendokrin

terhadap stres menyebabkan pelepasan sekresi kortikotropin (CRF) lalu

merangsang hipofisis ke adenokortikotropin (ACTH), 8-lipotropin dan 3-

endorphin, tingkat hormon ini meningkat 2-3 kali selama stres masuk ke

manusia.

Kenny et al. (2014) dalam penelitian mereka berusaha menemukan

suatu metode yang tepat untuk memprediksi kejadian hipertensi pada ibu

hamil dengan menggunakan pengukuran mean arterial pressure (MAP)

dimana hasilnya menunjukkan bahwa pada ibu hamil dengan

preeklampsia nilai MAP lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil

dengan normal tensi. Begitu juga dengan Akoleker (2012) dalam


8

penelitiannya mengadapatkan hasil bahwa terdapat korelasi linier antara

Mean Arterial Pressure (MAP) dengan preeklampsia. Taslim et al (2016)

juga mendapatkan hasil penelitian yang sama dimana MAP secara

signifikan berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan dan MAP

yang tidak normal berisiko 11,69 kali untuk terjadi hipertensi dalam

kehamilan.

Ghojazedeh dkk (2013) dalam penelitian mereka juga ikut berusaha

menemukan suatu metode baru dengan menggunakan pengukuran roll

over test (ROT) dan hasilnya mengungkapkan secara siginifikan nilai ROT

positif lebih tinggi pada kelompok yang ibu hamil yang mengalami

preeklampsia. Sejalan dengan temuan Walia dkk (2015) dimana nila ROT

lebih dari 15 mmHg pada ibu hamil normal berisiko 2,191 kali lebih

mungkin untuk terjadi preeklampsia. Suprihatin (2016) bahkan melakukan

penelitian yang mengkombinasi IMT, MAP dan ROT untuk memprediksi

hipertensi dalam kehamilan dan hasilnya menunjukkan bahwa dari 90%

sampel yang jatuh kedalam kondisi preeklampsia 85% diantaranya

mampu di diagnosa positif melalui kombinasi ini yaitu apabila ibu hamil

memiliki 2 atau lebih tanda positif diantara IMT, MAP dan ROT.

Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi akibat dari

komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi dalam kehamilan menjadi

indikasi betapa pentingnya untuk menemukan suatu metode yang mampu

memprediksi secara akurat hipertensi dalam kehamilan sehingga

komplikasi yang kemungkinan akan ditimbulkannya dapat dicegah sedini


9

mungkin. Sampai saat ini belum ditemukannya prediktor yang sesuai

dengan standart yang dibutuhkan. Melihat banyaknya penelitian tentang

aktivitas fisik, stres, kortisol, MAP dan ROT yang dikaitkan dengan

hipertensi dalam kehamilan namun belum pernah ada peneliti yang

mecoba mengkombinasi kelima variabel ini untuk menjadi metode dalam

memprediksi hipertensi dalam kehamilan maka penting untuk diteliti

apakah kombinasi dari aktivitas fisik, stres, mean atrerial pressure (MAP),

roll over test (ROT) dan kortisol mampu menjadi prediktor hipertensi dalam

kehamilan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data dan hasil penelitian tentang hipertensi dalam

kehamilan menunjukkan bahwa sangat pentingnya ditemukan suatu

metode atau prediktor yang kuat untuk bisa mencegah secara dini

terjadinya komplikasi yang diakibatkan olehnya. Berdasarkan hal tersebut

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah aktivitas fisik berhubungan dengan hipertensi pada

kehamilan?

2. Apakah stres berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan?

3. Apakah mean arterial pressure berhubungan dengan hipertensi pada

kehamilan?

4. Apakah roll over test berhubungan dengan hipertensi pada

kehamilan?

5. Apakah kortisol berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan?


10

6. Apakah aktivitas fisik, stres, mean arterial pressure, roll over test dan

kortisol dapat digunakan sebagai prediktor hipertensi pada

kehamilan?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai aktivitas fisik, stres, mean

arterial pressure, roll over test dan kortisol sebagai prediktor hipertensi

pada kehamilan.

2. Tujuan Khusus

a. Menilai hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada

kehamilan.

b. Menilai hubungan stres dengan hipertensi pada kehamilan.

c. Menilai hubungan mean arterial pressure dengan hipertensi

pada kehamilan.

d. Menilai hubungan roll over test dengan hipertensi pada

kehamilan.

e. Menilai hubungan kortisol dengan hipertensi pada kehamilan.

f. Membuat model prediktor hipertensi pada kehamilan dengan

kombinasi dari aktivitas fisik, stres, mean arterial pressure, roll

over test dan kortisol.


11

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan keilmuan khususnya faktor risiko yang

berperan dalam peningkatan kadar hormon kortisol pada ibu hamil dengan

hipertensi pada kehamilan dan metode prediktor hipertensi pada

kehamilan sehingga mampu menjadi data penunjang dalam patogenesis

penyebab dan prediktor hipertensi pada kehamilan.

2. Manfaat Klinis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dipergunakan sebagai masukan

dan menjadi bahan pertimbangan bagi pegambil kebijakan dalam upaya

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dalam bidang kebidanan

khususnya dalam menggunakan prediktor yang kuat untuk hipertensi pada

kehamilan.

3. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan dalam mengembangkan metode, sarana

dan peralatan serta sumber daya manusia terutama dalam menggunakan

serta mengembangkan yang pada akhirnya mampu menemukan prediktor

yang kuat untuk hipertensi pada kehamilan.

E. Ruang Lingkup

Jenis penelitian ini adalah hibrid dengan desain follow up prevalence

study mengenai prediktor hipertensi dalam kehamilan di Rumah Sakit Ibu

dan Anak Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar wilayah

Sulawesi Selatan tahun 2018. Penelitian ini menggabunggan dua metode


12

pendekatan waktu (cross sectional dan kohort prospektif). Tujuan

penelitian ini adalah untuk menilai hubungan aktivitas fisik, stress, MAP,

ROT dan kortisol (variabel independen) dengan hipertensi pada kehamilan

(variabel dependen) serta membuat model prediktor. Lokasi penetian di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang

Makassar wilayah Sulawesi Selatan tahun 2018.

F. Sistematika dan Organisasi

Secara garis besar pembahasan pada penelitian ini terbagi dalam

beberapa bagian, antara lain :

BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang; rumusan masalah;

tujuan penelitian; manfaat penelitian; lingkup penelitian; dan

sistematika.

BAB II Tinjauan Pustaka, berisi tentang hipertensi dalam kehamilan,

aktivitas fisik, stres, mean arterial pressure (MAP), roll over test

(ROT) dan kadar kortisol serta kaitannya dengan hipertensi dalam

kehamilan.

BAB III Metode Penelitian, dikemukakan mengenai jenis penelitian;

lokasi dan waktu penelitian; populasi dan sampel; jenis dan

sumber data; teknik pengumpulan data; dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari tahapan dari analisis

statistik

BAB V Penutup berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

terkait dengan penelitian.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi Pada Kehamilan

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi itu sendiri sebagai suatu

peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran lengan

selang lima menit pada lengan yang sama dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014; POGI, 2016). Hipertensi dalam

kehamilan adalah tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg

sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4 – 6

jam pada wanita yang sebelumnya normotensi (Kemenkes RI, 2013)

Australian Society For The Study of Hypertention in Pregnancy

(ASSHP) and The National High Blood Pressure Educational Program

(NHBPEP) dalam Sastrawinata et al., (2003) menyatakan bahwa definisi

hipertensi selama kehamilan adalah dimana tekanan darah sitolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg. King Edward

Memorial Hospital Obstetric and Gynecology (2016) dalam standart

operasional prosedur manajemen klinis penanganan hipertensi dalam

kehamilan juga mendefinisikan hipertensi dalam kehamilan adalah

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90
14

mmHg atau dengan kata lain terjadi peningkatan tekanan sistolik ≥ 30

mmHg dan diastolik 15 mmHg dari ukuran normal.

2. Klasifikasi

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013)

mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan kedalam 3 kategori, yaitu :

a. Hipertensi Kronis

Hipertensi kronik didefinisikan sebagai hipertensi dengan

tekanan darah melebihi 140/90 mmHg dan tanpa proteinurin

yang timbul sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan

menetap setelah persalinan (Roberts et al., 2012; Kemenkes

RI, 2013; Edward, 2016; Patricia Medeiros Falcao et al., 2016).

Hipertensi kronis terdeteksi sebelum usia kehamilan 20

minggu. Tekanan darah tinggi dengan sistolik ≥ 140 mmHg dan

diastolik ≥ 90 mmHg, apaila terdiagnosis selama kehamilan dan

tak kunjung sembuh setelah melahirkan, kondisi tersebut

merupakan hipertensi kronis.

Komplikasi hipertensi pada kehailan dianggap kronis jika

pasien yang bersangkutan telah terdiagnosis hipertensi

sebelum kehamilan terjadi, jika hipertensi terjadi sebelum

minggu ke-20 kehamilan, atau jika hipertensi masih terjadi

selama lebih dari enam minggu setelah persalinan. Wanita

hipertensi kronis berisiko mengalami superimposed

preekclampsia. Superimposed preekclampsia adalah kondisi


15

perpanjangan hipertensi yang disertai timbulnya proteinuria

(Sabarudin, 2015).

b. Hipertensi Gestasional

Definisi hipertensi gestasional adalah hipertensi tanpa

preoteinurin yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dan

menghilang setelah persalinan (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang baru timbul saat

usia kehamilan 20 minggu dengan tanpa gejala preekampsia

dan kembali normal 3 bulan setelah melahirkan (Roberts et al.,

2012; Edward, 2016).

Falcao et al (2016) mendifinisikan hipertensi gestasional

apabila tekanan darah ibu hami ≥ 140/90 mmHg, tidak disertasi

dengan protein urin dan keadaan ini dijumpai pertama sekali

pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Hipertensi akibat

kehamilan adalah peningkatan tekanan darah tanpa proeinurin

dan tidak ada patologi yang berhubungan dengan kehamilan.

Kejadian hipertensi akibat kehamilan sekitar tiga kali lebih

sering dari pada pre eklampsia (Dalmaz et al, 2011).

Hipertensi gertasional atau hipertensi yang sesaat, jika

hipertensi yang pertama sekali ditemukan pada usia kehamilan

20 minggu, selama persalinan dan atau dalam 48 jam post

partum. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam

penanganan hipertensi dalam kehamilan, karena tekanan


16

diastolik merupakan tekanan tahanan perifer dan tidak

tergantung pada keadaan emosional pasien. Diagnosis

hipertensi dibuat jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 kali

pengukuran berjarak 4 – 6 jam atau lebih (Kriebs & Carolyn,

2010).

c. Pre Eklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia paling sering diartikan sebagai kombinasi dari

hipertensi dan proteinuria dan defenisi dari NHBPEP terdiri

onset baru hipertensi (sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan

darah diastolik ≥ 90 mmHg) setelah 20 minggu kehamilan

dengan proteinuria yang didefenisikan sebagai penampilan ≥

0.3 gr/24 jam protein urin atau ≥ 1 + membaca di dipstik yang

berkolerasi dengan ≥ 0.3 gr/24 jam. Jika protein urin negatif

tetapi salah satu gangguan organ spesifik positif mampu

menegakkan diagnosa. Preeklampsia berat didefenisikan

sebagai tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan

darah diastolik ≥ 110 mmHg ditambah dengan proteinuria ≥ 0.3

gr/24 jam dan jika proteinuria negatif tetapi salah satu

gangguan organ spesifik positif maka mampu menegakkan

diagnosa(Peterson, 2010; Kemenkes RI, 2013; Patricia

Medeiros Falcao et al., 2016; POGI, 2016; Achadiat, 2003).

Jika terjadi tanda – tanda preeklampsia yang lebih berat

disertai dengan adanya kejang maka digolongkan kedalam


17

eklampsia (Roberts et al., 2012; Kemenkes RI, 2013; Edward,

2016; Achadiat, 2003).

3. Etiologi

Hingga saat ini etiologi dari preeklampsia masih belum diketahui

dengan pasti. Berbagai hipotesis yang diajukan untuk mencari etiologi dari

penyakit ini, namun hingga saat ini belum cukup membuktikan sehingga

Zweifel menyebut pre eklampsia sebagai the diseases of theories. Adapun

teori – teori tersebut antara lain :

a. Faktor Imunologis

Pre Eklampsia/Eklampsia lebih sering terjadi pada kehamilan

pertama dan cenderung tidak akan timbul pada kehamilan

berikutnya. Hal ini terjadi karena pada kehamilan pertama

terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen

plasenta tidak sempurna dan semakin sempurna pada

kehamilan berikutnya (Peterson, 2010).

b. Teori Genetik

Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan turut

berperan dalam preeklampsia. Beberapa bukti yang

menunjukkan bahwa peran faktor genetik pada kejadian

preeklampsia/eklampsia antara lain :

1) Preeklampsia/eklampsia hanya terjadi pada manusia

2) Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi PE/E pada

anak – anak dari ibu yang mengalami PE/E


18

3) Kecenderungan meningkatnya frekuensi PE/E pada anak

dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE/E dan bukan pada

ipar mereka

4) Peran Renin Angiosintesin Aldosteron Sytem (RAAS)

(Peterson, 2010; Brown and Garovic, 2011)

c. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapatkan

aliran darah dari cabang – cabang arteri uterina dan arteri

ovarika yang menembus miometrium dan menjadi arteri

arkuata, yang akan bercabang menjadi arteri radialis. Arteri

radialis menembus endometrium manjadi arteri basalis dan

arteri basalis memberi cabang arteri spiral (Reslan and Khalil,

2010)

Pada kehamilan, terjadi invasi trofoblas kedalam lapisan

otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot

tersebut sehingga terjadi distensi dan vasodilatasi arteri spiralis

yang akan memberikan dampak penurunan tekanan darah,

penurunan resitensi vaskular dan peningkatan aliran darah

pada utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup

banyak dan perfusi jaringan juga meningkat sehingga menjamin

pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan

remodelling arteri spiralis (Brown and Garovic, 2011).


19

Gambar 1. Remodelling arteri spiralis normal dan


preeklampsia (Cunningham, 2013)

Pada PE/E terjadi kegagalan remodelling yang akan

menyebabkan arteri spiralis menjadi kaku dan keras sehingga

tidak mengalami distensi dan vasodilatasi sehingga aliran darah

ke utero plasenta menurun dan terjadilah iskemia dan hipoksia

plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan

perubahan yang dapat mengakibatkan hipertensi dalam

kehamilan. Diameter rerata arteri spiralis pada hamil normal

adalah 500 mikron sedangkan pada preeklampsia 200 mikron

(Reslan and Khalil, 2010).

Pada implantasi yang normal, arteriol spiralis uteri

mengalami remodelling yang sempurna oleh invasi trifoblas


20

enovaskular. Sel ini menggantikan lapisan endotel dan otot

pembuluh darah untuk memperbesar diameter pembuluh

darah. Akan tetapi pada preeklampsia terjadi invasi trofoblas

yang tidak sempurna dan sangat dangkal, trofoblas

endovaskular hanya melapisi pembuluh darah desidua dan

tidak melapisi pembuluh darah miometrium oleh karena itu

arteriol di miometrium tidak kehilangan lapisan endotel dan

jaringan muskuleolastis yang menyebabkan diameter pembuluh

darah hanya setengah dari pembuluh darah plasenta normal.

Besarnya infasi trofoblas yang tidak sempurna ke arteri spiralis

berhubungan dengan beratnya hipertensi (Cunningham, 2010).

Sebuah penelitian pada tahun 1980 melakukan

pemeriksaan pada arteri yang diambil dari implantasi plasenta

dengan menggunakan mikroskop elekron melaporkan hasil

bahwa perubahan awal preeklampsia meliputi kerusakan

endotel, insudasi konstituen plasma ke dalam dinding

pembuluh darah, proliferasi sel miointimal dan nekrosis medial

(Cunningham, 2010).

d. Teori Iskemik Plasenta dan Pembentukan Radikal Bebas

Karena kegagalan remodelling arteri spiralis akan berakibat

plasenta mengalami iskemia, yang akan merangsang

pembentukan radikal bebas yaitu radikal hirdoksil (-OH) yang

dianggap sebagai toksin. Radikal hodroksil akan merusak


21

membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak

jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak ini akan

merusak membran sel, nukleus dan protein sel endotel,

sehingga menyebabkan terganggunya fungsi endotel bahkan

rusaknya seluruh struktur sel endotel (Dharma, Wibowo and

Ratana, 2005; Brown and Garovic, 2011; Prawirohardjo, 2010).

Manuaba (2007) mengemukakan hipotesis tentang

hipertensi dalam kehamilan yang menyatakan bahwa terdapat

“toksin” yang menyebabkan terjadinya gejala preeklampsia dan

eklampsia. Dugaan tersebut ada benarnya mengingat saat itu

belum dilakukan penelitian yang menemukan penyebab

pastinya. Pada kehamilan normal arteri spiralis yang terdapat

pada desidua mengalami pergantian sel dengan trofoblas

endovaskular yang akan menjamin lumennya tetap terbuka

untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi cukup dan O 2

seimbang. Destruksi pergantian ini seharusnya pada trimester

pertama yaitu pada minggu ke 16 dengan perkiraan

pembentukan plasenta telah berakhir.

Invasi endovaskular trofoblas terus berlangsung pada

trimester kedua dan masuk ke dalam arteri miometrium. Hal ini

menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga

kelangsungan aliran darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin.


22

Pada kehamilan normal terjadi pembentukan prostasiklin

(PGI.2) dominan oleh plasenta khususnya endotelium

pembuluh darah dan korteks renalis. Dengan dominannya

prostasiklin (PGI.2), vasodilatasi pembuluh darah akan terjadi

sehingga aliran darah menuju sirkulasi retroplasenter terjamin

untuk memberikan nutrisi dan O2.

Invasi trimester kedua pada preeklampsia dan eklampsia

tidak terjadi sehingga terjadi hambatan pada saat memerlukan

tambahan aliran darah untuk memberikan nutrisi dan O2 dan

menimbulkan situasi “iskemia regio uteroplasenter” pada

sekitaran minggu ke 20. Keadaan ini dapat menerangkan

bahwa preeklampsia/eklampsia baru akan terjadi mulai minggu

ke 20 kehamilan.

e. Disfungsi Endotel

Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya

fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel

yang akan menyebabkan terjadinya :

1) Gangguan metabolisme prostaglandin, yaitu menurunya

produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu

vasodilatator kuat.

2) Agregasi sel – sel trombosit pada daerah endotel yang

mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi

trombosan (TXA2) yaitu vasokontriktor kuat. Dalam keadaan


23

normal, kadar prostasiklin lebih banyak dari pada

tromboksan, sedangkan pada preeklampsia kadar

tromboksan lebih banyak dari prostasiklin, sehingga

menyebabkan vasokontriksi yang akan menyebabkan

peningkatan tekanan darah.

3) Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus

(glomerular endotheliosis).

4) Peningkatan permeabilitas kapiler

5) Peningkatan produksi bahan – bahan vasopresor yaitu

endotelin

6) Peningkatan faktor koagulasi (Peterson, 2010; Reslan and

Khalil, 2010; Prawirohardjo, 2010).

f. Teori Intoleransi Imunologis Antara Ibu Dan Janin

Pada perempuan normal, respon imun tidak menolak adanya

hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya

human leucocyte antigen protein G (HLA-G) yang melindungi

trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer (NK) ibu. HLA-G

juga akan mempermudah invasi sel trofoblas kedalam jaringan

desidua ibu (Peterson, 2010; Prawirohardjo, 2010).

Pada plasenta ibu yang mengalami preeklampsia, terjadi

penurunan ekspresi HLA-G yang akan mengakibatkan

terlambatnya invasi trofoblas ke dalam desidua. Kemungkinan


24

terjadi immune-maladaptation pada preeklampsia (Reslan &

Khalil, 2010; Prawirohardjo, 2010).

g. Teori Adaptasi Kardiovaskular

Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter terhadap

bahan vasopresor. Pembuluh darah tidak peka terhadap

rangsangan vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor

yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokontriksi.

Bahan ini dibutuhkan untuk melindungi sintesis prostaglandin

yang terjadi pada sel endotel pembuluh darah pada kehamilan

yang normal.

Pada kejadian hipertensi dalam kehamilan terjadi

kehilangan kemampuan refrakter terhadap bahan vasopresor,

sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap

vasopresor dan akan mudah mengalami vasokontriksi dan

mengabatkan hipertensi dalam kehamilan (Prawirohardjo,

2010).

h. Teori Defisiensi Gizi

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensi gizi

berperan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian

menunjukkan bahwa konsumsi miyak ikan yang mengandung

banyak asam lemak tidak jenuh dan dapat menghambat

produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan

mencegah vasokontriksi pembuluh darah sehingga dapat


25

mengurangi risiko preeklampsia. (Sato and Fujimori, 2012;

Prawirohardjo, 2010).

i. Teori Stimulus Inflamasi

Teori ini berdasarkan bahwa lepasnya debris trofoblas didalam

sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses

inflamasi. Pada kehamilan nornal pelepasan debris trofoblas

masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga masih

dalam batas wajar. Berbeda dengan proses apoptosis pada

preeklamsia, dimana pada preeklampsia terjadi peningkatan

stres oksidatif sehingga prosuksi debris trofoblas dan nekrotik

trofoblas juga meningkat. Keadaan ini juga meningkatkan

respon inflamasi yang besar juga. Respon inflamasi akan

mengaktivasi sel endotel dan sel makrofag/granulosit yang

lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi inflamasi sistemik yang

menimbulkan gejala – gejala preeklamsia (Reslan & Khalil,

2010).

j. Obesitas

Prevalensi obesitas meningkat diseluruh dunia. Di Amerika

Serikat 28% dari wanita berusia 20 – 39 tahun mengalami

obesitas. Risiko preeklamsia meningkat dengan peningkatan

indeks massa tubuh (IMT) pra-kehamilan (Reslan & Khalil,

2010). Dibandingkan dengan wanita dengan IMT 21, risiko

preeklamsia dua kali lipat pada wanita dengan IMT 26, tiga kali
26

lipat pada wanita dengan IMT 30 dan meningkat lebih lanjut

dengan obesitas berat. Dalam sebuah penelitian yang menilai

faktor risiko PE berat, obesitas berat (IMT > 32,2) adalah faktor

risiko utama ibu (Cnossen et al., 2008; Reslan and Khalil,

2010).

Kegemukan dikaitkan dengan peradangan tingkat rendah

dan meningkatkan sirkulasi penanda inflamasi. Tanda

peradangan yang juga meningkat pada pembuluh darah

perempuan obesitas dan ini dapat berkontribusi untuk trget

vaskular dan perubahan vaskular yang terkait dengan

preeklampsia. Pada wanita dengan berat badan normal,

peningkatan adinopektin dapat menekan ekspresi molekul

adhesi dalam pembuluh darah dan produksi sitokin dari

makrofag untuk meminimalkan proses inflamasi yang terkait

dengan pre eklampsia. Namun, pada wanita obesitas dengan

PE, peradangan ini meminimalkan mekanisme dan konsentrasi

adinopektin berkurang (Reslan & Khalil, 2010).

4. Patofisiologi

ACOG (2013) mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir telah

terjadi perkembangan yang begitu pesat dalam memahami patofisiologi

hipertensi dalam kehamilan. Kemajuan penelitian klinis telah membuktikan

bahwa preeklampsia adalah penyakit multisistemik yang mempengaruhi

semua sistim organ dan jauh lebih besar daripada tekanan darah yang
27

tinggi saja dan disfungsi ginjal. Plasenta terbukti sebagai akar penyebab

penyakit ini.

Pertumbuhkan plasenta adalah perubahan yang dimulai secara

imunologis pada fungsi trofoblas dan pengurangan invasi trofoblast

menyebabkan remodelling vaskular yang gagal pada arteri spiral ibu yang

seharusnya menyempurnakan plasenta. Penurunan perfusi yang terjadi

dan peningkatan kecepatan yang melarutkan ruang intervilus

menyebabkan perubahan fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang berubah

inilah yang menyebabkan penyakit akut melalui mediator primer yang

objektif (stres retikulum oksidatif dan peradangan endoplasma) dan

mediator sekunder (perubahan fungsi endotel dan angio-angiogenesis).

Pemahaman ini belum diterjemahkan ke dalam prediktor atau pencegahan

preeklampsia atau perawatan klinis yang lebih baik.

Reslan dan Khalil (2010) menjelaskan bahwa patofisiologi

preeklamsia juga tidak diketahui secara pasti tetapi banyak bukti

mengatakan bahwa gangguan ini disebabkan oleh gangguan imunologik

dimana produksi antibodi penghambat berkurang. Hal ini dapat

menyebabkan invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu

hingga mengganggu fungsi plasenta. Ketika kehamilan lanjut, hipoksia

plasenta menginduksi proliferasi sitotrofoblas dan penelaban membran

basalis trofoblas yang mungkin menganggu fungsi metabolik plasenta.

Sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel – sel endotel plasenta

berkurang dan sekresi trombosan oleh trombosit bertambah, sehingga


28

timbul vasokontriksi generalista dan sekresi aldosteron menurun. Akibat

perubahan ini terjadilah pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%

hipertensi ibu, penurunan volume plasma ibu. Jika vasopasme menetap,

mungkin akan terjadi cedera sel epitel trofoblas dan fragmen – fragmen

trofoblas dibawah ke paru – paru dan mengalami destruksi sehingga

melepaskan tromboplastin. Selanjutnya tromboplastin menyebabkan

koagulasi intravaskular dan deposisi fibrin di dalam glumerulus dan secara

tidak langsung meningkat vasokontriksi.

Pada preeklamsia ada dua tahap perubahan yang mendasari

patogenesisnya. Tahap pertama adalah : hipoksia plasenta yang terjadi

karena berkurangnya aliran darah dalam aretri spiralis. Hal ini terjadi

karena kegagalan invasi sel trofoblas pada dinding arteri spiralis pada

awal kehamilan dan awal trimstes kedua kehamilan sehingga arteri

spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan

aliran darah dalam ruangan intervilus di plasenta sehingga terjadi hipoksia

plasenta (Reslan & Khalil, 2010)

Tahap kedua adalah stress oksidatif bersama dengan zat toksin

yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endotel

pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel yang dapat terjadi pada

seluruh permukaan endotel pembuluh darah pada organ – organ

penderita preeklampsia. Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan

produksi zat – zat yang bertindak sebagai vasokontriktor seperti


29

endotelium I, tromboksan dan angiosintesin II sehingga akan terjadi

vasokontriksi yang luas dan terjadilah hipertensi (Reslan & Khalil, 2010).

5. Faktor Risiko

Melalui pendekatan safe motherhood terdapat determinan yang

dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi kehamilan seperti

preeklampsia/eklampsia yang menjadi faktor utama penyebab angka

kematian ibu tinggi disamping perdarahan dan infeksi. Determinan

tersebut dapat dilihat dari determinan dekat (proximate determinants),

determinan antara (intermediate determinants) dan determinan

konstekstual (contextual determinants) (Maine D dan McCarthy J, 1992).

a. Determinan dekat

Wanita yang hamil memiliki risiko untuk megalami komplikasi

hipertensi dalam kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil

tidak memiliki risiko tersebut.

b. Determinan antara

1) Status Reproduksi

a) Usia

Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang

penting. Usia berkaitan dengan peningkatan atau

penurunan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi

status kesehatan seseorang. Insiden tertinggi pada

kasus preeklampsia pada usia remaja, tetapi

prevalensi meningkat pada wanita diatas 35 tahun.


30

Hubungan peningkatan usia terhadap

preeklampasia dan eklampsia adalah sama dan

meningkat lagi pada wanita yang berusia diatas 35

tahun. Usia yang baik untuk hamil berkisar antara 20

– 35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi

wanita telah berkembang dan berfungsi secara

maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun tidak

baik untuk hamil. Karena memiliki resiko tinggi

seperti terjadinya keguguran atau kegagalan

persalinanm bahkan bisa menyebabkan kematian.

Wanita hamil yang usianya lebih tua memiliki

tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih tinggi

dibandingkan yang lebih muda. Bagi wanita yang

usia diatas 35 tahun selain fisik mulai melemah, juga

kemungkinan munculnya berbagai risiko gangguan

kesehatan seperti hipertensi, diabetes dan berbagai

penyakit lainnya.

Wanita yang lebih tua yang dengan

bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan

insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko yang

lebih besar untuk menderita hipertensi karena

kehamilan. Jadi wanita yang berada pada awal atau


31

akhir usia reproduksi dianggap rentan (Cunningham,

2013).

Agustin (2014) melaporkan bahwa dari 218 ibu

hamil yang preeklampsia, 66% diantaranya berusia

lebih dari 35 tahun. Agudelo dalam Rozikhan (2007)

menyatakan terdapat peningkatan risiko terjadinya

preeklampsia pada ibu yang berusia kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun.

Peningkatan risiko preeklampsia hampir dua

kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau

lebih baik pada primipara (RR 1,68 95% CI 1,23 –

2,29) maupun multipara (RR 1,96 95% CI 1,34 –

2,87). Usia muda tidak meningkatkan risiko

preeklampsia secara bermakna (POGI, 2016).

b) Paritas

Pada umumnya preeklampsia diperkirankan sebagai

penyakit pada kehamilan pertama. Bila kehamilan

sebelumnya normal, maka insiden preeklampsia

akan menurun. Hal ini disebabkan pada primigravida

pembentukan antobodi penghambat belum

sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya

preeklampsia. Peterson (2010) menyebutkan bahwa

preeklampsia merupakan gangguan yang terutama


32

terjadi pada primigravida. Dari kejadian 80% semua

kasus hipertensi kehamilan (3-8%) pasien terjadi

pada primgravida trimester kedua. Statistik

menunjukkan dari seluruh insiden di dunia 5 – 8%

preeklampsia dari semua kehamilan terdapat 12%

pada primigravida (Pauline, 1993). Tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Agustin (2014)

bahwa ibu hamil nullipara mengalami preeklampsia

terbanyak yaitu 59% dari total sampel dan sejalan

dengan data dari POGI (2016) bahwa nullipara

memiliki risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat (RR

2,91 95% CI 1,28 – 6,61).

c) Jarak antar kehamilan

Studi yang melibatkan 760.901 wanita di Norwegia

memperlihatkan bahwa wanita multipara dengan

jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih

memiliki risiko preeklampsia hampir sama dengan

nulipara. Risiko preeklampsia meningkat semakin

meningkat sesuai dengan lamanya interval dengan

kehamilan pertama (1,5 setiap 5 tahun jarak

kehamilan pertama dan kedua dengan nilai p <

0,0001) (POGI, 2016).


33

d) Kehamilan Ganda

Pada kehamilan ganda risiko terjadinya

preekalmpsia tiga kali lebih besar dibandingkan

dengan kehamilan tunggal. Pada 105 kehamilan

ganda, 28,6% diantaranya menyebabkan

preeklampsia dan satu kematian dikarenakan

eklampsia. Agustin (2014) menyatakan ibu dengan

kehamilan ganda mengalami kejadian preekalmpsia

tersebar yaitu 86% dari total sampel.

Studi yang melibatkan 53.028 wanita hamil

menunjukkan kehamilan kembar meningkatkan risiko

preeklampsia hampir 3 kali lipat (RR 2,93 95% CI

2,04 – 4,21). Analisa lebih lanjut menunjukkan

kehamilan triplet memiliki risiko hampir 3 kali lipat

dibandingkan kehamilan duplet (RR 2,83 95% CI

1,25 – 6,40) (POGI, 2016).

e) Faktor Genetik

Terdapat bukti bahwa preeklampsia merupakan

penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering

ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita

preeklampsia atau mempunyai riwayat preeklampsia

dalam keluarga (Manuaba, 1998; Ben-zion, 1994;

UNPAD, 1984).
34

Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak

peremuan, saudara perempuan, cucu perempuan

dari seorang ibu hamil, maka ia akan berisiko 2 – 5

kali lebih mengalami preeklampsia dibandingkan bila

riwayat tersebut terdapat pada ibu mertua atau

saudara ipar perempuanny (Peterson, 2010; Brown

and Garovic. 2011; POGI, 2016).

2) Status Kesehatan

a) Riwayat Preeklampsia

Rozikhan (2007) menyatakan ibu hamil yang

memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan

sebelumnya memiliki risiko 15.506 kali untuk terjadi

preeklampsia berat pada kehamilannya yang akan

datang. POGI (2016) juga mengatakan risiko

preeklampsia meningkat 7 kali lipat pada wanita

dengan riwayat preeklampsia sebelumnya. Agustin

(2014) yang menemukan 59,7% dari total sampel

yang mengalami preekalmpsia adalah mereka yang

mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan

sebelumnya.

b) Riwayat Hipertensi

Salah satu faktor predisposisi terjadinya

preeklampsia/eklampsia adalah riwayat hipertensi


35

kronis atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya

atau hipertensi esensial (Derek, 2001; UNPAD,

1984). Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi

esensial berlangsung normal sampai cukup bulan.

20% diantaranya menunjukkan kondisi yang

memburuk dan disertai gejala preeklampsia atau

lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri

epigastrum, muntah, bahkan dapat timbul eklampsia

dan perdarahan otak (Cunningham, 2013).

c) Riwayat penderita diabetes melitus

Selama kehamilan normal, wanita hamil mengalami

resistensi insulin singkat dan glikemia setelah

makan. Peningkatan konsumsi gula pada wanita

hamil meyebabkan hiperglikemia. Risiko

preeklampsia meningkat pada wanita dengan riwayat

keluarga diabetes tipe 2 atau pra kehamilan

hiperinsulinemia dan resistensi insulin. Risiko

preeklampsia meningkat 4 kali lipat pada wanita

penderita diabetes melitus (POGI, 2016).

d) Status Gizi

Sudah diketahui secara umum bahwa wanita

obesitas mempunyai risiko mengalami

preeklampsia/eklampsia 3,5 kali lebih tinggi


36

dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal.

Wanita hail dengan IMT obesitas berisiko lima kali

lebih besar untuk menderita preeklampsia

dibandingkan dengan wanita hamil dengan IMT

normal (Reslan & Khalil, 2010).

Obesitas meningkatkan risiko preekalmpsia

sebanyak 2,47 kali lipat (95% CI, 1,66 – 3,67),

sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil > 35

dibandingkan dengan IMT 19 – 27 memiliki risiko

preeklampsia 4 kali lipat (POGI, 2016).

e) Stres/Cemas

Manifestasi fisiologis dari stres diantaranya dapat

meningkatkan tekanan darah yang berhubungan

dengan kontraksi pembuluh darah resevoir kulit,

ginjal dan organ lain, sekresi urin meningkat sebagai

efek dari nirepinefrin, retensi air dan garam

meningkat oleh karena produksi mineralkortikoid

dikarenakan volume darah meningkat serta

peningkatan curah jantung (Kelliat, 1998).

Wanita yang hamil, secara fisiologi akan

mengalami perubahan pada dirinya, baik itu fisik

ataupun psikologisnya hal ini menyebabkan semua

ibu hamil rentan mengalami stres. Stres yang terjadi


37

pada ibu hamil akan menstimulasi aktivasi sistem

safat simpatis, aktivasi ketokolamin (epinefrin)

peningkatan kadar kortisol sehingga terjadi

vasokontriksi arteri dan pada akhirnya meningkatkan

tekanan darah (Sherwood, 2014).

c. Determinan Kontekstual

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

meningkatkan kepribadian sehingga proses

perubahan perilaku menuju kepada kedewasaan dan

penyempurnaan kehidupan manusia (Soekidjo,

1983). Semakin banyak pendidikan yang didapat

seseorang maka kedewasaannya semakin matang,

mereka dengan mudah untuk menerima dan

memahami suatu informasi yang positif. Kaitannya

dengan masalah kesehatan, buku safe motherhood

menyebutkan bahwa wanita yang mempunyai

pendidikan lebih tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan dirinya.

2) Tingkat Sosial Ekonomi

Sosial Ekonomi berhubungan dengan angka

kenaikan preeklampsia. Wanita dari keluarga mampu

tetap berisiko eklampsia dan sama halnya dengan


38

wanita di daerah kumuh (Cunningham, 2013). Status

sosial memiliki risiko yang sama untuk preeklampsia,

namun kelompok masyarakat miskin lebih tidak

mampu untuk memperoleh pelayanan kesehatan

yang sesuai dengan standart dan bahkan beberapa

dari mereka tidak percaya dengan perawatan medis,

sehingga lebih meningkatkan risiko ekmlampsia

(Royston, 1989).

3) Pekerjaan

Aktivitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi

kerja otot dan peredaran darah. Peredaran darah

dalam tubuh ibu hamil akan mengalami perubahan

seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat

adanya tekanan dari pembesaran rahim. Kerja

jantung semakin bertambah untuk memenuhi

kebutuhan selama proses kehamilan. Oleh sebab itu,

ibu hamil diperbolehkan untuk bekerja dengan

beban yang tidak terlalu berat dan melelahkan tubuh


39

6. Diangnosis

KEMENKES RI (2013) mengatakan diagnosis hipertensi dalam

kehamilan dapat ditegakkan sesuai klasifikasi hipertensi dalam kehamilan

dengan melihat tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien. Adapun

tanda penegak diagnosis tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hipertesnsi Kronik

1) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

2) Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil atau diketahui

adanya hipertensi pada usia kehamilan < 20 minggu

3) Tidak ada protein urin (diperiksa dengan tes celup urin)

4) Dapat disertakan pemeriksaan organ lain (mata, jantung dan

ginjal) (Kemenkes RI, 2013; ACOG, 2014; Edward, 2016).

b. Hipertensi Gertasional

1) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

2) Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah

normal di usia kehamilan < 12 minggu

3) Tidak ada protein urin (diperiksa dengan tes celup urin)

4) Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri

uluh hati dan trombositopenia

5) Diagnosis pasti ditegakkan pasca persalinan

c. Preeklampsia dan Eklampsia

1) Preeklampsia
40

(a) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan

> 20 minggu

(b) Tes celup urin memperlihatkan protein urin +1 atau

pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil >

300 mg/24 jam (Kemenkes RI, 2013; Edward, 2016)

Jika protein urin negatif, salah satu gejala dan

gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan

diagnosa, yaitu :

(1) Trombositopenia : trombosit <

100.000/mikroliter

(2) Kreatinin serum > 1,1 mg/dL atau didapatkan

peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi

dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya.

(3) Peningkatan konsentrasi transamine 2 kali

normal dan atau adanya nyeri di daerah

epigastrik/regio kanan atas abdomen.

(4) Edema paru

(5) Didapatkan gejala neurologis : Stroke, nyeri

kepala, gangguan visus

(6) Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi

tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :

Oligohidramnion, Fetal Growth Retriction (FGR)


41

atau didapatkan absent or reversed end

diastolic velocity (ARDV) (POGI, 2016).

2) Preeklampsia Berat

a) Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg pada usia

kehamilan > 20 minggu

b) Tes celup urin memperlihatkan protein urin ≥ +2 atau

pemeriksaan kuantitatif menunjukkan hasil > 5 g/24

jam dimana tidak ada gangguan ginjal lain.

c) Disertai keterlibatan organ lain:

(1) Trombositopenin (< 100.000 sel/µL), hemolisis

mikroangiopati

(2) Peningkatan konsentrasi transamine 2 kali

normal dan atau adanya nyeri di daerah

epigastrik/regio kanan atas abdomen.

(3) Didapatkan gejala neurologis : Stroke, nyeri

kepala, gangguan visus

(4) Edema paru dan/atau gagal jantung kongesif

(5) Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi

tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :

Oligohidramnion, Fetal Growth Retriction (FGR)

atau didapatkan absent or reversed end

diastolic velocity (ARDV) (Kemenkes RI, 2013;

Edward, 2016; POGI, 2016).


42

3) Superimposed Preeklampsia pada Hipertensi Kronik

a) Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum

usia kehamilan 20 minggu)

b) Tes celup urin menunjukkan protein urin > +1 atau

trombosit < 100.000 sel/µL pada usia kehamilan > 20

minggu

4) Eklampsia

a) Kejang umum dan/atau koma

b) Ada tanda dan gejala preeklampsia

c) Tidak ada kemungkinan penyebab lain (epilepsi,

perdarahan subarakhinoid dan meningitis) (Roberts et

al., 2012; Kemenkes RI, 2013).

7. Penatalaksanaan

Tatalaksana hipertensi dalam kehamilan bertujuan untuk

menghindari kelanjutan menjadi preeklampsia dan eklampsia pada

pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal

dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pengobatan hanya

dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia dan faktor apa

dalam kehamilan yang menyebabkannya belum diketahui. Pada dasarnya

penanganan hipertnsi dalam kehamilan terdiri atas pengobatan medik dan

penanganan obstetrik.

Pada Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan

Dasar Dan Rujukan Untuk Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan yang


43

dikeluarkan oleh KEMENKES RI (2013) mengatakan bahwa tetalaksana

hipertensi dalam kehamilan disesuaikan dengan jenis hipertensi yang

didiagnosa pada ibu hamil tersebut. Adapun tatalaksana tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Hipertensi Kronik

1) Anjurkan istihat lebih banyak

2) Penurunan TD ibu akan mengganggu perfusi serta tidak ada

bukti bahwa TD yang normal akan memperbaiki keadaan

janin dan ibu. Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat

obat antihipertensi dan terkontrol dengan baik, lanjutkan

pengobatan tersebut. Ibu yang sebelumnya sudah

mengonsumsi antihipertensi, berikan penjelasan bahwa

antihipertensi golongan ACE inhibitor (kaptopril), ARB

(valsartan) dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu

hamil. Untuk itu minta ibu untuk berdiskusi dengan dokternya

mengenai jenis antihipertensi yang cocok selama

kehamilannya. Jika tekanan diastole ≥ 110 mmHg atau

sistolik ≥ 160 mmHg berikan antihipertensi. Jika ditemukan

proteinurin atau tanda lain, pertimbangkan superimposed

preeklampsia dan tangani seperti preeklampsia.

3) Berikan suplementasi Kalsium 1,5 – 2 gr/hari dan aspirin 75

mg/hari sejak usia kehamilan 20 minggu

4) Pantau pertumbuhan dan kondisi janin


44

5) Jika ada komplikasi, tunggu sampai aterm

6) Jika denjut jantung janin (DJJ) < 100 kali/menit, tangani

seperti gawat janin

7) Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan

terminasi kehamilan

b. Hipertensi Gestasional

1) Pantau tekanan darah, urin dan kondisi janin setiap minggu

2) Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai

preeklampsia

3) Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin

terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin

4) Beritahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala

preeklampsia dan eklampsia.

5) Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara

normal.

c. Preeklampsia dan eklampsia

1) Tatalaksana Umum

a) Preeklampsia

Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada

kasus preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia

kehamilan kurang dari 37 minggu yaitu dengan

melakukan evaluasi ketat pada ibu dan janin.

Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap


45

hari oleh pasien, evaluasi tekanan darah 2 kali dalam

seminggu, evaluasi jumlah trombosit dan fungsi hati

setiap minggu, evaluasi kesejahteraan janin (USG) 2

kali seminggu dan jika terdapat tanda pertumbuhan

janin terhambat lakukan pemeriksaan doppler

velocimetry arteri umbilikal (POGI, 2016).

b) Preeklampsia Berat

Manajemen ekspektatif diekomendasikan dengan

usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat

kondisi ibu dan janin stabil. Melakukan perawatan di

fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedianya

perawatan intensif. Pemberian kortikosteroid untuk

membantu pematangan paru janin. Ibu hamil di

rawat inap selama melakukan perawatan ekspektatif

(POGI, 2016).

Pemberian Magnesium Sulfat :

(1) Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai

terapi lini pertama eklampsia.

(2) Dosis penuh baik intravena maupun

intramuskuler magnesium sulfat

direkomendasikan sebagai prevensi dan terapi

eklampsia.
46

(3) Pemberian magnesium sulfat tidak

direkomendasikan untuk diberikan secara rutin

ke seluruh pasien preeklampsia, jika tidak

didapatkan gejala pemberatan (preeklampsia

tanpa gejala berat) (POGI, 2016)..

Pemberian Antihipertensi :

(1) Antihipertensi direkomendasikan pada

preeklampsia dengan hipertensi berat, atau

tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau

diastolik ≥ 110 mmHg.

(2) Target penurunan tekanan darah adalah sistolik

< 160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg.

(3) Pemberian antihipertensi pilihan pertama

adalah nifedipin oral short acting, hidralazine

dan labetalol parenteral.

(4) Alternatif pemberian antihipertensi yang lain

adalah nitogliserin, metildopa, labetalol (POGI,

2016).

2) Tatalaksana Khusus

a) Edema Paru

Apabila ibu ditemukan sesak napas, hipertensi,

batuk berbusa, ronkhi basah halus pada basal paru

ibu dengan PE berat, maka lakukan :


47

(1) Posisikan ibu dalam posisi tegak

(2) Berikan oksigen

(3) Berikan furosemide 40 mg IV

(4) Bila produksi urin masih rendah (<30 ml/jam

dalam 4 jam), berikan kembali furosemid

(5) Ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan

masuk.

b) Sindroma HELLP

Jika ditemukan tanda hemolisis, peningkatan kadar

enzim hati dan trombositopeni, lakukan terminasi

kehamilan.

8. Pencegahan

Prinsip pencegahan hipertensi dalam kehamilan dalah untuk

mencegah terjadinya kondisi ibu hamil terjadi preeklampsia dan

eklampsia. Adapun pencegahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari) dan kalsium

pada kelompok risiko tinggi (riwayat PE, hamil gemelli,

hipertensi kronis, DM tipe 1 dan 2, penyakit ginjal, penyakit

autoimun) untuk menurunkan risiko preeklampsia dan diberikan

sebelum usia kehamilan 20 minggu.

b. Suplementasi kalsium minimal 1 gr/hari direkomendasikan pada

wanita dengan asupan kalsium yang rendah (POGI, 2016).


48

B. Aktivitas Fisik

1. Definisi

Aktivitas fisik (Physical activity) adalah gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot-otot rangka yang hasilnya sebagai suatu pengeluaran

tenaga (dinyatakan sebagai kilo-kalori), mencakup aktivitas yang

dilakukan pada waktu luang, aktivitas yang berkaitan dengan rumah

tangga, aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan, dan aktivitas fisik yang

berkaitan dengan kegiatan transportasi (perjalanan dari satu tempat

ketempat lain) (KEMENKES RI, 2015, 2011; Adisapoetra, 2015; WHO

dalam Welis dan Rifki, 2013).

Wanita hamil direkomendasikan setidaknya melakukan aktivitas

aerobik intensitas sedang 150 menit setiap minggu. Kegiatan aerobik

adalah menggerakkan otot – otot besar tubuh seperti di kaki dan lengan.

Intensitas sedang diharapkan cukup meningkatkan denyut jantung dan

berkeringat. Contoh intenstas sedang aktivitas aerobik termasuk jalan

cepat dan berkebun umum (menyapu dan menggali). Ibu hamil dapat

membagi 150 menit dalam latihan 30 menit pada 5 hari dalam seminggu

(ACOG, 2017).

Ibu hamil yang baru berolahraga selama kehamilan dan tidak pernah

aktif sebelum hamil diharapkan untuk mulai secara perlahan secara

bertahap dalam meningkatkan aktivitas fisik yaitu 5 menit perhari.

Tambahkan 5 menit setiap minggu sampai bisa tetap aktif selama 30

menit. Bagi ibu yang sudah aktif sebelum hamil tetap bisa melakukan
49

latihan yang sama di bawah pengawasan petugas kesehatan yang

profesional (ACOG, 2017).

2. Klasifikasi

a. Tidak Aktif (Ringan)

Jenis ini merupakan level terendah dari aktivitas fisik karena

tidak memenuhi kriteria aktivitas fisik sedang dan berat (The

IPAQ Group, 2015).

b. Cukup Aktif (Sedang)

Aktivitas fisik sedang adalah tingkat menengah dari aktivitas

fisik dan masuk dalam kategori 2 (dua) dan direkomendasikan

untuk kesehatan. Aktivitas ini bukan hanya aktivitas sehari-hari

yang dilakukan biasanya, melainkan aktivitas di waktu luang

seperti rekreasi (Kemenkes RI, 2011; The IPAQ Group, 2015).

Sesorang dikategorikan cukup aktif apabila memenuhi 3 kriteria

berikut ini :

1) Melakukan aktivitas fisik 3 hari dalam satu minggu dengan

intensitas kuat minimal 20 menit per hari atau

2) Melakukan aktivitas fisik 5 hari atau lebih dalam satu minggu

dengan intensitas sedang atau berjalan minimal 30 menit per

hari atau,

3) Melakukan aktivitas fisik 5 hari atau lebih dalam satu minggu

berjalan dengan kombinasi intensitas sedang atau intensitas

kuat yang mencapai minimal 600 MET (Metabolic


50

Equivalent) - menit/ minggu (The IPAQ Group, 2015).

c. Aktif Tinggi (Berat)

Adalah tingkat tertingi dari aktivitas fisik dan masuk dalam

kategori 3 (tiga), seseorang dklasifikasikan sebagai kategori ini

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Melakukan aktivitas fisik setidaknya dilakukan 3 hari dengan

intensitas tinggi dengan total minimal 1500 MET-

menit/minggu atau

2) Melakukan aktivitas fisik selama 7 hari/ minggu kombinasi

berjalan, dengan intensitas aktivitas sedang atau intensitas

berat dengan total minimal 3000 MET-menit/minggu (The

IPAQ Group, 2015)

3. Intensitas

Intensitas berarti “keadaan tingkatan atau ukuran intensnya”.

Sedangkan “intens” sendiri berarti hebat atau sangat kuat (kekuatan,

efek), tinggi (tentang mutu), bergelora, penuh semangat, berapi-api,

berkobar-kobar (tentang perasaan), sangat emosional (tentang orang).

Atau dengan kata lain dapat diartikan dengan sungguh-sungguh dan terus

menerus mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal

(Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005).

Intensitas aktivitas fisik dapat dibagi tiga antara lain sebagai berikut :

a. Intensitas Sedang

Suatu aktivitas intensitas sedang merujuk pada suatu tingkatan


51

dari usaha yang setara dengan 3-6 METs (setiap aktivitas yang

yang membakar 3,5-7 Kilo Kalori per menit), atau suatu

pengerahan tenaga 11 sampai 14 pada skala Borg

(Adisapoetra, 2015).

b. Intensitas Berat

Suatu aktivitas intensitas berat merujuk pada suatu tingkatan

dari usaha pada satu aktivitas yang setara dengan lebih dari 6

METs atau setip aktivitas yang membakar > 7 kilo kalori per

menit atau pengerahan tenaga > 15 pada skala Brog

(Adisapoetra, 2015).

Gambar 2. Skala Pengerahan Tenaga dari Borg Adisapoetra, 2015


52

4. Kaitan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi dalam kehamilan

Banyak variasi norma yang mengatur aktivitas fisik pada ibu hamil.

Beberapa kelompok menganjurkan ibu untuk aktif berjalan dan terlibat

dalam aktivitas normal namun tidak boleh melelahkan agar kondisi ibu dan

janin tetap dalam keadaan normal. Wanita yang melakukan aktivitas fisik

secara teratur sebelum hamil sebaiknya mengurangi kegiatannya selama

hamil. Sedangkan wanita yang tidak terbiasa aktivitas fisik selama tidak

hamil maka dianjurkan untuk beraktivtas fisik secara bertahap pada saat

hamil (Bobak et al., 2004).

Beberapa peneliti menganjurkan agar ibu hamil melakukan latihan

fisik yang teratur selama kehamilan. Akan tetapi fisik yang dilakukan

secara berlebihan dan membuat ibu hamil lelah dapat menyebabkan

terganggunya aliran darah uteroplasenta sehingga berisiko terjadi hipoksia

plasenta. Diharapkan ibu hamil beraktivitas dalam ambang batas normal

dan tidak membuat ibu kelelahan (Bobak et al., 2004).

Kerja otot mempengaruhi pasokan volume darah pada bagian otot

yang bergerak (yang melakukan aktivitas fisik) sehingga menyebabkan

gangguan sirkulasi darah utero plasenter. Volume darah ke plasenta

berkurang dan kadar oksigen yang dibawa ke uterus menurun, sehingga

terjadi perfusi arteri spiralis menyebabkan hipoksia plasenta. Hipoksia ini

menyebabkan terjadinya disfungsi endotel sehingga terjadi

ketidakseimbangan vasokontriktor (endotelium I, Tromboksan, dan

Angiosintesin II). Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan vasokontriksi


53

meningkat dalam sprektrum yang luar pada terjadinya hipertensi dalam

kehamilan. (Departement of Physical and Sport Sciences et al., 2011;

Shrewood, 2014).

Gambar 3. Representasi sitematis sistem


kadriovaskular saat istirahat dan selama latihan
dinamis (Sherwood, 2014)

Moura (2012) mengatakan aerobik pada ibu hamil lebih mungkin

untuk menyebabkan terjadinya preeklampsia di bandingkan dengan ibu

hamil yang beraktivitas fisik normal dengan nilai RR 0,31 (95% CI 0,01 –

7,09). Penemuan ini bertentangan dengan penemuan terbaru yang

mengatakan bahwa wanita hamil yang tidak berolah raga 3 kali berisiko

terjadinya hipertensi dalam kehamilannya serta wanita hamil yang

memiliki rerata skore aktif lebih dari 8,25 jam/hari memiliki risiko yang

rendah untuk terkena preeklampsia (Virginia, 2012; Sparcklen, 2016).


54

5. Pengukuran Aktivitas Fisik

Pengukuran aktivitas fisik ibu hamil menggunakan intrumen PPAQ

(Pregnancy Phisical Activity Questionnaire). PPAQ adalah instrumen

semukuantitatif yang dirancang untuk mengukur aktivitas fisik selama

kehamilan. PPAQ dapat mengukur jenis, durasi dan frekuensi aktivitas

fisik yang dilakukan dalam 7 hari terakhir di berbagai kondisi yaitu aktivitas

fisik yang dilakukan pada waktu olahraga, rumah tangga, pekerjaan dan

kegiatan transportasi. Satuan nilai aktivitas fisik adalah MET-jam/minggu.

Masing – masing jawaban diberi skor untuk durasi dan nilai MET yang

spesifik sesuai dengan pertanyaan dan jawaban sebagai berikut :

Skor dari kuesioner adalah sebagai berikut:

Untuk menghitung durasi:

Pertanyaan : 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 20, 21, 22, nilai durasi

sesuai dengan kategori durasi: 0, 0.25, 0.75, 1.5, 2.5, 3.0. Kalikan nilai

dengan 7 hari per minggu.

Pertanyaan : 12, 13, 32, 33, 34, 35, 36, nilai durasi sesuai dengan kategori

durasi: 0, 0.25, 1.25, 3.0, 5.0, 6.0. Kalikan nilai dengan 7 hari per minggu.

Pertanyaan : 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 skor durasi

sesuai kategori durasi 0, 0,25, 0,75, 1,5, 2,5, 3,0. Nilai ini adalah sudah

dalam bentuk mingguan.


55

Tabel 1. Nilai MET Spesifik Aktivitas Fisik berdasarkan Jenis dan


Intensitas
Nomor Soal Nilai MET Spesifik Nomor Soal Nilai MET Spesifik
4 2,5 21 4
5 2 22 1,5
6 3 23 3,2
7 2,7 24 4,6
8 4 25 6,5
9 3 26 7
10 4 27 3,5
11 1,8 28 6
12 1 29 4,5
13 1,1 30 Sesuai Kompendium
14 3,2 31 Sesuai Kompendium
15 2,3 32 1,6
16 2,3 33 3
17 2,8 34 2,2
18 2,8 35 4
19 4,4 36 3,3
20 2,5

Untuk mengetahui nilai aktivitas fisik ibu hamil berdasarkan intensitas,

menggunakan rumus sebagai berikut :

Tabel 2. Rumus Menilai Aktivitas Fisik


Klasifikasi Rumus
Aktivitas Total ∑ (durasi x intensitas) soal nomor 4 – 36
Aktivitas Menetap ∑ (durasi x intensitas) soal nomor 11, 12, 13,
22, 32
Aktivitas Ringan ∑ (durasi x intensitas) soal nomor
4,5,7,15,16,17,18,20,34, (30,31 jika < 2,9
METs)
Aktivitas Sedang ∑ (durasi x intensitas) soal nomor
6,8,9,10,14,19,21,23,24,27,28,29,33,35,36
(30,31 jika > 3 dan < 6 METs)
Aktivitas Berat ∑ (durasi x intensitas) soal nomor 25, 26
(30,31 jika > 6 METs)
Aktivitas Rumah Tangga ∑ (durasi x intensitas) soal nomor
4,5,6,7,8,9,10,15,16,17,18,19
Pekerjaan ∑ (durasi x intensitas) soal nomor
32,33,34,35,36
Olahraga ∑ (durasi x intensitas) soal nomor
23,24,25,26,27,28,29,30,31
56

C. Stres

1. Definisi

Stres merupakan respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap

tuntutan yang diterimanya, suatu fenomena universal dalam kehidupan

sehari – hari dan tidak dapat disadari setiap orang yang mengalaminya.

Sehingga definisi stres terdiri dari dua komponen yaitu tuntutan (bersifat

eksternal) dan respons atau tanggapan yang sifatnya internal (Pedak,

2009).

Stres merupakan situasi yang cenderung mengganggu ekuilibrium

antara organisme hidup dan lingkungan hidupnya. Dalam kehidupan

sehari – hari ada banyak tekanan seperti tekanan kerja, ujian dan stres

psikososial dan tekanan fisik akibat trauma, operasi dan gangguan

kesehatan lainnya. Stres menyebabkan terjadinya perubahan hormon dan

berdampak pada sistem endokrin (Ranabir and Reetu, 2011).

2. Tahapan Stres

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai

perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu

menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang

dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti

bangun pagi tidak segar atau letih, lekas lelah pada saat

menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,


57

lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk

dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga

tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapa stres dengan keluhan seperti

defekasi tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, imsomsia,

mudah terjaga dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi,

koordinasi tubuh terganggu dan jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti

tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan

terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan

rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan

konsentrasi dan daya ingat menurun serta timbul ketakutan dan

kesemasan.

e. Stres tahap kelima yaitu tahapan stres yang ditandai dengan

kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan

pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan

berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam yaitu tahapan stres dengan tanda – tanda

seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar,

dingin dan banyal keluar keringat, loyo, serta pingsan (Sunaryo,

2004).
58

3. Respon Tubuh Terhadap Stres

a. Respon neurotransmitter terhadap stres

Stressor mengaktifkan sistem noradregenik pada otak

(khususnya pada locus serelus) dan menyebabkan

pengeluaran ketokolamin dari sistim saram otonomik. Selain itu,

stresor juga mengaktifkan sistem serotogenik di otak dengan

peningkatan ambilan kembali seronim. Juga terjadi peningkatan

dopaminergik pada mesoprefrontal. Akibat peningkatan sistem

saraf otonom adalah meningkatnya denyut jantung dan tekanan

darah.

b. Respon endokrin terhadap stress

Respon terhadap stres corticotropin-releasing factor (CRF)

sebagai neurotransmitter, disekresikan dari hipotalamus ke

sistim portal hipose-pituitari (ACTH). ACTH yang di lepas ini

menstimulasi sintesis dan pelepasan glukokortikoid yang

mempunyai banyak efek dalam tubuh, yang secara umum

adalah meningkatkan penggunaan energi, meningkatkan

aktivitas kardiovaskular sebagai respon flight atau fight dan

menghambat fungsi seperti pertumbuhan, reproduksi dan

imunitas.

c. Respon imun terhadap stres

Respon terhadap stres juga dapat menghambat fungsi imun

oleh glukokortikoit. Akan tetapi penghambatan ini dapat


59

merupakan kompensasi dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal

(HPA) untuk meredakan efek fisiologis lain dari stres. Stres

dapat meningkatkan aktfitas imun melalui berbagai jalan. CRF

sendiri dapat menstimulasi pelepasan norefineprin melalui

reseptor CRF yang berada di locus seruleus yang mengaktifasi

sistem saraf simpatis, keduanya secara sentral dan periferal

dan meningkatkan pelepasan efineprin dari medula adrenal.

Adanya hubungan yang langsung neuron norefineprin yang

bersinap pada target sel imun, sehingga ketika berhadapan

dengan stresor juga menjadi aktivas imun yang sangat besar,

termasuk pelepasan faktor imun humoral (sitokin) seperti

interlukin-1 (IL-a) dan IL-6. Sitokin ini sendiri dapat melepaskan

SRF yang secara teori menyebabkan peningkatan efek

glukokortikoid dan membatasi aktivitas imun (National Safety

Council, 2004).

4. Gejala Stres

Gejala stres bervariasi, tergantung pada beratnya stresor dan waktu.

Istilah respons melawan atau menghindar dipakai untuk mendeskripsikan

mekanisme yang terlibat dalam respons tubuh untuk bertahan terhadap

ancaman fisik. Dalam kondisi stres tubuh mempersiapkan diri untuk

melakukan satu dari dua tindakan berikut : melawan dan

mempertahankan diri sendiri dari ancaman yang menghadang atau lari

mengindari bahaya yang menghadang. Respon melawan dipicu oleh rasa


60

marah. Sebaliknya, respons menghindar diawali oleh rasa takut. Secara

khusus, kedua respons tubuh menyebabkan jantung berdebar – debar,

pernafasan menjadi cepat, denyut jantung meningkat, tekanan darah

meningkat, eluar keringat berlebihan, ketegangan otot dan laju metabolik

tubuh meningkat. Jika stres terjadi dalam waktu jangka panjang, walaupun

tidak diungkapkan tubuh akan tetap aktif sampai beberapa waktu. Pada

akhirnya, kinerja berbagai macam organ akan terganggu (National Safety

Council, 2004). Gejala stres dibedakan berdasarkan berikut ini:

a. Gejala Fisik, antara lain : jantung berdebar – debar, lebih cepat,

tidak teratur, pernafasan lebih cepat dan pendek, berkeringat,

muka merah, otot-otot tegang, nafsu makan berubah, sulit tidur,

gugup, sakit kepala, tangan dan kaki lemas, gangguang

pencernaan, sering buang air kecil, dada sesak, rasa nyeri

yang tidak jelas, susah buang air besar dan sebaliknya diare,

kesemutan dan nyeri ulu hati.

b. Gejala mental, antara lain : merasa tertekan, menarik diri,

bingung, kehilangan kesadaran, depresi, kecemasan tak bisa

rileks, kemarahan, kekecewaan, over aktif dan agresif.


61

5. Kaitan Stres dengan Hipertensi dalam Kehamilan

Menurut Greenberg (1999) dalam Saputri (2007) stres akan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas syaraf simpatis. Oleh karena stres

maka tubuh akan bereaksi, termasuk antara lain berupa meningkatnya

ketegangan otot, meingkatnya denyut jantung dan meningkatnya tekanan

darah. Reaksi ini dipersiapkan tubuh untuk bereaksi secara cepat yang

apabila digunakan makanakan dapat menimbulkan penyakit termasuk

hipertensi. Stres mengubah hipotalamus – hipofisis- adrenal (HPA)

menyebabkan peningkatan kortisol dan perubahan kekebalan seluler

terkait. Stress tinggi, cemas atau depresi mempengaruhi secara langsung

atau tidak langsung kehamilan dan dapat menyebabkan hipertensi dalam

kehamilan (Vianna et al., 2011).

Stres selama kehamilan secara langsung ataupun tidak langsung

dapat menyebabkan komplikasi kehamilan. Stres meningkatkan aktivasi

sistem saraf simpatis. Stres menyebabkan aktifnya sistem saraf simpatis

untuk menstimulasi hipotalamus agar melepaskan hormon corticotropin-

releasing- faktor (CRF), hipofisis melepaskan hormon adenocorticotropin

(ACTH) dan ACTH menstimulasi kelenjar adrenal untuk melepaskan

adrenain (epinefrin) untuk menghasilkan kortisol. Overaktif sistem saraf

simpatis menjadi faktor risiko preeklampsia (Vahed et al., 2017)

Gambaran patofisiologi terjadinya hipertensi diakibatkan oleh adanya stres

adalah sebagai berikut (Prabancono, 1997)


62

Stres

Hipotalamus

Impuls Saraf Simpati

Sekresi Medula Adrenalin

Denyut Jantung ↑ Tekanan Darah ↑

Hipertensi

Dari hasil penelitian yang dilakukan Nasr (2016) pada ibu hamil yang

mengalami hipertensi mendapatkan hasil bahwa depresi dan tingkat stres

memiliki korelasi yang signifikan. Stres selama hamil meningkatkan risiko

1,6 kali lebih besar untuk terjadi hipertensi dan 2,9 kali berisiko

preeklampsia pada kehamilannya (Leeners et al., 2007; Vahed et al.,

2017). Ibu hamil yang mengalami depresi berat akan berisiko

preeklampsia lebih besar (OR = 3,2) dibandingkan dengan ibu hamil yang

depresi sedang (OR = 2,3) (Qiu et al., 2007).

6. Pengukuran Tingkat Stres

Tingkat stres merupakan hasil penilaian terhadap berat ringannya

stress yang dialami seseorang. Tingkatan stres pada penelitian ini diukur

dengan menggunakan Kessler Psychological Distress Scale (K10) oleh

Kessler R. Professor of Health Care Policy dari Harvard Medical School

yang terdiri dari 10 item pertanyaan tentang gejala cemas dan depresi
63

yang dialami seseorang dalam periode 4 minggu terakhir untuk melihat

ukuran stres. Masing – masing pertanyaan diberi penilaian angka (score)

antara 1 – 5, yang artinya adalah :

Nilai Keterangan

1= tidak pernah

2= hanya sesekali

3= terkadang

4= sering

5= setiap waktu

Penilaian dan alat ukur ini dilakukan oleh peneliti dan untuk

menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing – masing

nilai score dari ke 10 gejala tersebut dijumlahkan sehingga dapat diketahui

tingkat stres seseorang, yaitu :

Total Score Interpretasi

< 20 = Normal

20 – 24 = Stres ringan

25 – 29 = Stres serang

>30 = Stres

jika hanya sekali, 3 jika terkadang, 4 jika sering, 5 jika hapir setiap waktu.

Maka untuk satu kuesioner memiliki score maksimal 50 dan nilai minimal

10.
64

D. Kortisol

1. Definisi

Hormon kortisol adalah penanda kimia dalam tubuh terhadap respon

stres. Kortisol dikenal sebagai titik akhir respon Hipotalamus-Hipofisis-

Adrenal (HPA) yang diakibatkan karena adanya stres (Yu et al., 2013;

Henderson and Dipietro, 2014; Li et al., 2016).

2. Regulasi Kortisol

Kortisol disekresi oleh koreteks adrenal dalam bentuk glukokortikoid

utama. Regulasi sekresi kortisol dan mekanisme kerjanya dikenal dengan

sebutan tiga komodo hirarki, yaitu corticotrophin releasing hormone (SRH)

yang berasal dari hipotalamus akan merangsang hipofisis anterior untuk

mengeluarkan adenocorticotropic releasing hormone (ACTH). ACTH ini

akan merangsang korteks adrenal yaitu zona fasikulata dan retikularis

untuk mengeluarkan kortisol. Proses ini dipengaruhi oleh sistem diurnal

(kadar tertinggi saat pagi hari sekitar jam 08.00–09.00 atau saat mulai

beraktivitas dan terendah saat malam hari atau saat istirahat) dan stress

(Sherwood, 2014).
65

Gambar 4. Rantai Hirarki Komodo dan Umpan Balik


Negatif dalam Kontrol Endokrin (Sherwood, 2014)

Zona fasikulata dan retikularis sangat sensitif terhadap ACTH yang

dikeluarkan oleh hipofisis anterior. ACTH yang bersifat tropik terhadap

kedua zona ini menimbulkan rangsangan pertumbuhan dan sekresi

lapisan korteks pada kedua zona ini. Lapiran kedua zona ini akan
66

mengerut atau mengecil jika kadar ACTH berkurang dan pada ahkirnya

sekresi kortisol akan menurun. Sistem umpan balik negatif merupakan

proses sekresi kortisol dari korteks adrenal yang melibatkan hipotalamus

dan hipofisis anterior. Sistem umpan balik negatif ini bertujuan untuk

mempertahankan kadar kormon kortisol tetap konstan pada titik normal.

3. Peran dan Fungsi Kortisol dalam Tubuh

Kortisol berperan sebagai glukokortikoid dalam proses metabolisme

glukosa, metabolisme protein dan lemak melalui proses glukoneogenesis

di hati. Kortisol juga berperan dalam proses adaptasi terhadap stres.

Proses glukoneogenesis menyebabakan peningkatan sekresi gula darah

dan perubahan asam amino (non karbohidrat) menjadi karbohidrat. Kirtisol

ini menyebabkan pemecahan lemak (lipolisis) sehingga asam lemak

bebas meningkat dan terjadi deposit lemak sentripental (Sherwood, 2014).

Kortisol juga berperan dalam mengatur tonus arteriol dan menjaga

tekanan darah (merangsang sekresi angiotensi II), meningkatkan

glomerular filtration rate (GFR), ekskresi air, ekskresi kalium, retensi

natrium dan menekan uptake kalsium di tubulus renal dan usus (Arini &

Aridiana, 2016; Li et al., 2016). Hal ini terjadi karena terdapat efek permisif

dari hormon kortisol terhadap aktivitas hormon lainnya. Kinerja

ketokolamin (epinefrin dan norepinefrin) yang berperan sebagai

vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah) sangat tergantung kepada

jumlah hormon kortisol. Tubuh yang dalam sedang dalam kondisi stres

akan meningkatkan sekresi ketokolamin khususnya epinefrin hingga 300


67

kali lipat dari kadar normalnya, tergantung jenis dan intensitas stres

tersebut. Peningkatan ketokolamin akan menyebabkan terjadinya

peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah. Kortisol memiliki efek

positif bagi tubuh saat stres. Kortisol menyebabkan seseorang mampu

untuk bertahan dalam masa kritis seperti stres fisik ataupun psikologis,

tetapi jika stres berkepanjangan akan menyebabkan efek negatif yaitu

kerusakan pada tubuh (Sherwood, 2014; Arini & Aridiana, 2016).

4. Kaitan Kortisol dengan Hipertensi dalam Kehamilan

Wanita yang hamil akan mengalami perubahan anatomi dan fisiologi

pada seluruh tubuhnya. Perubahan tersebut terjadi akibat respon adaptasi

tubuh untuk mendukung proses kehamilan tetap berjalan normal sehingga

pertumbuhan dan perkembangan janin tetap dalam keadaan normal.

Perubahan pada tubuh ibu hamil diawali sejak terjadinya proses

pembuahan dan akan terus berlanjut sampai proses menyusui selesai

(Prawirohardjo, 2010; Meah et al., 2016; Priya et al., 2016).

Salah satu perubahan yang terjadi pada kehamilan normal yaitu

adanya remodelling arteri spiralis dan peningkatan daya refrakter terhadap

bahan – bahan vasopresor pada pembuluh darah. Remodeling arteri

spiralis dan peningkatan daya refrakter pada pembuluh darah ini

menyebabkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan vasodilatasi

(Prawirohardjo, 2010), sehingga memberi dampak penurunan tekanan

darah pada trimester pertama dan mencapai titik terendah pada


68

pertengahan kehamilan, biasanya akan kembali dalam kondisi normal

pada trimester ketiga (Prawiohardjo, 2010; Brown, 2011).

Kortisol yang tinggi pada ibu hamil terkait dengan disfungsi endotel,

gagalnya remodelling arteri spirail pada akhirnya menyebabkan hipertensi

dalam kehamilan. Limposit dari pasien dengan kadar kortisol tinggi

memiliki sensitivitas yang kurang terhadap sintesis glukokortikoit

dexamethasone. Resistensi steroid terkait stres dapat mengganggu

sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal sehingga meningkatan indeks

resistensi arteri uterina. Kebutuhan oksigen dalam tubuh meningkat maka

terjadi peningkatan tekanan arteri dan frekuensi jantung sehingga

pembuluh darah perifer mengalami vasokontriksi maka terjadi peningkatan

tekanan darah pada ibu hamil (Vianna, 2011). Kegagalan remodelling

arteri spiralis dan aktivasi sistem saraf simpatis akibat adanya stres

menyebabkan hilangnya kemampuan refrakter pembuluh darah terhadap

bahan vasopresor, sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka dan

mudah untuk mengalami vasokontriksi.

Kemampauan refrakter pembuluh darah juga dipengaruhi oleh

hormon yang dihasilkan oleh medula adrenal yaitu epinefrin dan

norepinefrin yang tergolong ketokolamin. Sekresi epinefrin akan memicu

aktivasi saraf simpatis secara kuat. Aktivias ketokolamin dalam tubuh

dipengaruhi oleh kadar hormon kortisol dimana kadar kortisol yang

meningkat akan menyebabkan peningkatan aktivasi ketokolamin pula

sehingga akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah (Vollebregt et al.,


69

2008) . Vasokontriksi arteriol aferen ginjal sebagai efek dari ketokolamin

akan merangsang sekresi renin sebagai akibat dari penurunan aliran

darah yang kaya O2 ke ginjal (Sherwood, 2014).

Gambar 5. Efek saraf simpatis dan saraf parasimpatis terhadap tekanan


Darah (Sherwood, 2014)

Renin merupakan enzim proteolitik akan memecah angiotensinogen

(α-globulin yang disintesis dalam hati dan beredar dalam darah) menjadi

angiotensin I (Srivastava and Dwivedi, 2016) . Angiotensin I yang (tidak

aktif) akan diubah menjadi angiotensin II (aktif) oleh Angiotensin

Converting Enzyme (ACE) dan disekresi ke paru-paru, jantung, ginjal dan

kemudian akan terikat pada endotel yang menghadap lumen di seluruh

sistem pembuluh darah. Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai

menjadi angiotensin II dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron

System (RAAS). Angiotensin II ini bekerja pada reseptor di otot polos

pembuluh darah, korteks adrenal, jantung dan sistem saraf pusat (SSP)

untuk menimbulkan kontriksi arteriol dan venula, stimulasi sintesis dan


70

sekresi aldosteron, stimulasi jantung dan simpatis dan efek di SSP berupa

konsumsi air dan peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH).

Sehingga terjadilah peningkatan resistensi perifer, reabsorbsi natrium dan

air, peningkatan denyut dan curah jantung serta peningkatan tekanan

darah (Vianna et al., 2011; Muñoz-Durango et al., 2016; Boron, 2016)

Gambar 6. Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS)

Kadar glukokortikoid yang berlebihan pada ibu hamil berhubungan

dengan komplikasi dari kelainan pembuluh darah di masa kecilnya dan

akan menjadi faktor pemungkin atau predisposisi penyakit kardiovaskular

pada kemudian hari (Rondó et al., 2010).


71

5. Pengukuran Hormon Kortisol

Hormon kortisol dapat diukur melalui darah (serum), saliva dan urine.

95% kortisol yang dikeluarkan oleh korteks adrenal akan terikat dengan

protein besar yang dikenal dengan sebutan corticosteroid binding globulin

(CBG) dan almunin. Protein ini akan dibawa keseluruh tubuh dalam darah.

Sebagian kecil kortisol yang tidak terikat dikenal dengan kortisol bebas

dan tetap aktif secara biologis. Berat molekul kortisol sangat rendah dan

sifatnya lipofilik sehingga kortisol masuk secara difusi pasif kedalam sel

sehingga mungkin untuk mengukur jumlah kortisol dari semua cairan

tubuh. Nilai normal kadar hormon kortisol serum adalah 3,95-27,23g/dL,

sedangkan kadar normal kortisol saliva adalah 0,5-2,16g/dL (Adisty,

Hutomo and Indramaya, 2015). Adapun klasifikasi kadar kortisol dalam

darah adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Klasifikasi kadar kortisol dalam darah


Pagi Hari
1. Low (Rendah) < 5: micrograms per deciliter (mcg/dl) atau <138
nanomoles per liter (nmol/L)
2. Normal 5-23
: micrograms per deciliter (mcg/dL) atau
138-635 nanomoles per liter (nmol/L)
3. High (tinggi) >23
: micrograms per deciliter (mcg/dl) atau
>635 nanomoles per liter (nmol/L)
Sore Hari
Normal 3-16
: mcg/dL or 83-441 nmol/L

Untuk mengetahui kadar hormon kortisol serum darah ibu hamil,

maka peneliti berencana melakukan uji laboratorium dengan

menggunakan metode ELISA dengan tahap sebagai berikut :


72

a. Volume darah yang akan diambil

Volume sampel fleksibel antara 150 -750 μl untuk in-vitro

diagnostik dan 50-750 μl untuk penelitian aplikasi dapat

digunakan dengan pengujian ini. Namun pada umumnya darah

yang diambil dari pasien adalah 2 ml atau cc.

b. Tempat Pengambilan Darah

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal

istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah.

Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara

memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena

(venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri

atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum

dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan

dengan venipuncture.

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh

darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior

lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan

permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf

besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena

basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada

vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya

berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.


73

Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa

digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di

daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan

dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang

ukurannya lebih kecil.

Gambar 7. Vena, Pengambilan Darah dan


Tabung Darah

c. Prosedur kerja pengambilan darah

Pengambilan darah dilakukan oleh orang yang dianggap ahli

dalam bidangnya dengan prosedur sebagai berikut :

1) Alat yang diperlukan disiapkan diatas meja dekat pasien.

2) Usahakan pasien tenang begitu pula petugas (Phlebotomis).

3) Mencari vena yang akan ditusuk.

4) Perhatikan daerah vena yang akan ditusuk dengan seksama

terhadap adanya peradangan, dermatitis atau bekas luka,

karena mempengaruhi hasil pemeriksaan.

5) Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal

lengan) 6 – 7 cm dari lipatan tangan.


74

6) antiseptik tempat penusukan dengan alkohol 70 % dan

biarkan kering.

7) Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri

supaya vena tidak bergerak

8) Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk

dengan sudut 450 – 600 sampai ujung jarum masuk lumen

vena yang ditandai dengan berkurangnya tekanan dan

masuknya darah keujung semprit.

9) Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang

diinginkan.

10) Lepaskan torniquet dan letakkan kapas diatas jarum dan

tekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.

11) Instruksikan pasien untuk menekan kapas selama 1 – 2

menit, setelah itu beri plester hansaplas pada bekas luka

tusukan.

12) Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah

dimasukkan kedalam botol atau tabung penampung melalui

dinding secara perlahan. Bila menggunakan anti coagulant,

segera perlahan- lahan dicampur.


75

E. Mean Arterial Pressure (MAP)

1. Definisi

Tekanan arteri rata – rata adalah tekanan yang mendorong darah

maju menuju jaringan siklus jantung. MAP didefinisikan sebagai tekanan

darah arteri rata – rata selama satu siklus jantung yang mencerminkan

tekanan perfusi hemodinamik dari organ vital. Tekanan ini harus dijaga

karena jika terlalu lemah, aliran darah tidak akan adekuat ke organ atau

jaringan. Sementara apabila berlebih jantung akan bekerja terlalu keras

serta peningkatan risiko kerusakan vaskular maupun rupturnya pembuluh

darah kecil (Sherwood, 2014).

Arterial Pressure (MAP) adalah nilai rata-rata tekanan arteri yang

dinilai dengan mengukur tekanan diastole dan sistol, kemudian

menentukan nilai rata-rata arteri. MAP dikatakan positif jika hasilnya > 90

mmHg, negatif jika hasilnya <90 mmHg (Suprihatin and Norontoko, 2015).
76

Gambar 8. Arterial Blood Pressure : tekanan darah sistolik adalah tekanan


puncak arteri saat ventrikel mengalami sistole. Tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang diberikan arteri saat darah mengalir kepembuluh
darah kecil saat ventrikel diastole. Tekanan nadi adalah perbedaan
anatara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan rata – rata adalah tekanan
rerata 1 siklus jantung (Sherwood, 2014).

Mean aerteril pressure (MAP) adalah nilai rata – rata tekanan arteri

yang dinilai dengan mengukur tekanan diastole dan sistol dan kemudian

dihitung dengan menggunakan rumus MAP. MAP dikatakan positif jika

hasilnya > 90 mmHg dan negatif jika hasilnya < 90 mmHg (Suprihatin and

Norontoko, 2015).

2. Rumus menghitung MAP

Tekanan arteri rerata dapat ditentukan dengan rumus berikut

(Sherwood, 2014):

Tekanan arteri rerata (mmHg) = tekanan sistole + 2 tekanan diastole


3
77

3. Fisiologi Tekanan Darah

Arteri dibentuk khusus untuk berfungsi sebagai saluran transit cepat

bagi darah dari jantung ke berbagai organ (karena jari – jarinya yang

besar, arteri tidak banyak menimbulkan resistensi terhadap aliran darah)

dan berfungsi sebagai resevoir (penampung) tekanan untuk menghasilkan

gaya pendorong bagi darah ketika jantung dalam keadaan relaksasi.

Gambar 9. Aliran darah dan Aksi Pompa Jantung


(Sherwood, 2014)

Jantung berkontraksi secara bergantian untuk memompa darah

kedalam arteri dan kemudian melemas untuk dapat di isi oleh darah vena.

Ketika jantung melemas dan terisi tidak ada lagi darah yang dipompa

keluar, namun aliran darah kapiler tidak berfluktuatif antara sistole dan

diastole jantung, darah terus mengalir melalui kapiler dan organ – organ.

Gaya pendorong bagi aliran darah yang terus menerus ke organ sewaktu

relaksasi jantung ini dihasilkan oleh sifat elastik dinding arteri.


78

Gambar 10. Fungsi Katup


Vena (Sherwood, 2014)

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap

dinding pembuluh, tergantung pada volume darah yang tergantung di

dalam pembuluh dan distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah

pembuluh tersebut direnggangkan). Jika volume darah yang masuk ke

dalam arteri sama dengan volume darah yang keluar dari aretri selama

periode yang sama maka tekanan darah arteri akan konstan. Namun

kenyataan tidak terjadi demikian, pada saaat sistole ventrikel, darah

masuk ke arteri dari ventrikel sementara hanya sekitar sepertiga dari

jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama

distol, tidak ada darah yang msuk ke arteri sementara darah terus keluar

arteri, di dorong oleh recoil elastik. Tekanan masksimal yang ditimbulkan

pada arteri sewaktu darah dialirkan ke dalam pembuluh tersebut selama

sistol disebut tekanan sistolik, rerata adalah 120 mmHg. Tekanan minimal

yang lebih kecil sewaktu diastole disebut tekanan diastolik dengan rerata
79

80 mmHg. Meskipun tekanan ventrikel turun 0 mmHg sewaktu diastole

namun arteri tidak turun hingga 0 mmHg karena terjadi kontraski jantung

berikutnya untuk mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar dari

sistem arteri (Sherwood, 2014).

Setiap wanita yang hamil pada umumnya akan mengalami

perubahan fisiologis yang terjadi untuk mempertahankan kondisi

kehamilan tetap berjalan dengan normal. Salah satu perubahan fisik yang

terjadi adalah perubahan sistem kardiovaskular. Curah jantung akan

meningkat 20% pada usia kehamilan 8 minggu sehingga memungkinkan

untuk terjadi vasodilatasi perifer. Hal dipengaruhi oleh sel endotel,

termasuk sintesis oksidat nitrat, yang diregulasi oleh estradiol dan

prostaglandin (PGI2). Vasodilatasi perifer menyebabkan 25 – 30% jatuh

kedalam kondisi resistensi vaskular sistemik dan untuk mengimbangi hal

ini curah jantung akan meningkat 40% selama kehamilan. Ini dicapai

terutama melalui peningkatan volume stroke yang rendah dan

peningkatan denyut jantung. Maksimal curah jantung ditemukan pada usia

kehamilan sekitar 20 – 28 minggu (Priya, 2016). Pada kenyataannya tidak

semua ibu hamil mampu beradaptasi dengan perubahan fisiologis yang

terjadi akibat kehamilannya, sehingga proses perubahan yang seharusnya

fisiologis terjadi menjadi terganggu dan jatuh kedalam kondisi yang

patologis.
80

Gambar 11. Perubahan curah jantung antara duduk dan terlentang


(Manuaba, 2007)

4. Penentuan Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur secara tidak langsung dengan

menggunakan spimomanometer yaitu alat yang dapat dikembungkan dan

dipasang secara eksternal. Teknik ini memerlukan keseimbangan pada

tekanan manset dan tekanan arteri. Ketika tekanan manset lebih dari

tekanan pembuluh maka pembuluh akan tertekan dan menutup sehingga

tidak ada darah yang mengalir. Sebaliknya jika tekanan darah lebih besar

dari tekanan manset maka pembuluh darah akan terbuka dan darah akan

mengalir.

Untuk mengukur tekanan darah, stetoskop diletakkan diatas arteri

brahkhialis tepatnya dalam siku sisi di bawah manset. Jika tidak terdengar

suara detakan artinya darah tidak sedang mengalir melalui pembuluh

darah, tetapi jika terdengar artinya darah sedang mengalir turbulen


81

menciptakan getaran. Bunyi yang terdengar saat memeriksa tekanan

darah dikenal dengan bunyi korotkoff.

Pada saat menentukan tekanan darah, manset akan dikembungkan

sampai tekanan manset lebih besar dari tekanan arteri sehingga arteri

brakhialis akan kolaps, aliran darah berhenti dan akhirnya bunyi detakan

dari stetoskop akan berhenti. Kemudian tekanan udara manset perlahan

dikeluarkan sehingga tekanan akan turun. Ketika tekanan manset turun

tepat dibawah tekanan sistolik puncak, arteri secara transien terbuka. Dan

kembali kolaps saat tekanan arteri lebih besar dari tekanan manset. Aliran

atau semburan darah turbulen dapat terdengar. Bunyi pertama yang

didengar sangat tinggi saat manset dalam keadaan tekanan tinggi

perlahan diturunkan menunjukkan tekanan darah sistolik. Sewaktu

tekanan manset terus turun dan lebih rendah dari tekanan arteri dibawah

tekanan diastol arteri brakhialis tidak lagi terjepit dan darah mengalir tanpa

hambatan sehingga aliran darah nonturbulen kembali pulih dan tidak ada

lagi suara terdengar. Bunyi yang didengar terakhir saat tekanan manset

terus menurun menunjukkan tekanan diastolik.

5. Kaitan MAP dengan Hipertensi dalam kehamilan

MAP merupakan cermin tekanan perfusi hemodinamik dari organ

vital. Apabila MAP terlalu lemah maka artinya aliran darah tidak berjalan

secara adekuat ke organ atau jaringan. Tekanan darah berasal dari gaya

yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah dan

tergantung pada volume darah di dalam pembuluh tersebut serta


82

tergantung pada distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah

pembuluh tersebut direnggangkan). Tekanan darah arteri akan konstan

jika volume darah masuk ke dalam arteri sama dengan volume darah

keluar dari aretri selama periode yang sama. Jika terjadi gangguan pada

faktor gaya dan volume darah masuk arteri tidak sama dengan darah

keluar arteri maka akan mengakibatkan perubahan nilai rerata atrerial

dalam satu siklus jantung (Sherwood, 2014).

Pada keadaan normal, secara fisiologis ibu hamil akan mengalami

peningkatan volume darah sebesar 50% sampai usia 34 minggu di ikuti

dengan peningkatan curah jantung sebesar 40%, hal ini untuk mencegah

terjadinya resistensi vaskular sistemik dikarenakan peningkatan

vasodilatasi perifer sebesar 25 – 30% (Priya et al., 2016). Namun pada

kenyataannya tidak semua ibu hamil mampu beradaptasi secara fisiologis

terhadap kehamilannya, ketidakmampuan inilah yang menjadi penyebab

jatuhnya keadaan ibu hamil fisiologi menjadi patologis. Dalam penelitian

ini seorang ibu hamil yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan

sistem kardiovaskular secara fisiologis akan menyebabkan

ketidakseimbangan antara volume darah dan curah jantung terhadap

vasodilatasi perifer yang terjadi, sehingga akan menyebabkan

terganggunya gaya darah terhadap dinding pembuluh darah dan pada

akhirnya nilai MAP meningkat, diikuti dengan meningkatnya tekanan

darah.
83

Mean Arterial Pressure mampu menjadi prediktor hipertensi dalam

kehamilan, dimana Kuc, et al. (2013) mengatakan MAP adalah alat yang

ampuh untuk memprediksi preeklampsia pada trimester awal kehamilan

dan menghasilkan tingkat detekesi yang tinggi (72%). Sesuai dengan teori

Nokele, et al. (2014) tentang MAP yaitu tekanan arteri rata – rata normal

sepanjang siklus jantung adalah 95 mmHg. MAP ditentukan oleh volume

stroke, jika volume stroke tinggi maka nilai MAP akan meningkat dan bila

volume stroke munurun maka akan di ikuti dengan turunnya nilai MAP.

MAP paling prediktif untuk menjadi parameter jika pemeriksaan

dilakukan pada trimester kedua kehamilan. Ini disebabkan karena pada

trimester pertama, tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami

peningkatan yang fisiologis sehingga menunjukkan akurasi yang buruk

sebagai prediktor preeclampsia (Daiv and Sawant, 2014; Kane, Da Silva

Costa and Brennecke, 2014). Sejalan dengan penelitian Walsh (2008)

bahwa kombinasi riwayat ibu dan MAP pada usia kehamilan 13-20 minggu

mampu menjadi prediktor preeclampsia.


84

F. Roll Over Test (ROT)

1. Definisi

Roll Over Test (ROT) adalah pengukuran tekanan darah pada dua

posisi yang berbeda, yaitu pada posisi tidur sisi kiri dan posisi tidur

terlentang. ROT dikatakan positif jika terjadi perubahan/peningkatan

tekanan darah diastolik antara posisi tidur samping dan terlentang ≥ 15

mmHg dan negatif saat perubahan diastol < 15 mmHg (Suprihatin and

Norontoko, 2015).

Tes ini dikenal dengan nama Roll–Over Test yang pertama sekali

diperkenalkan oleh Gant dan dilakukan pada usia kehamilan 28 – 32

minggu (Kaytri, 2016) dan Ghojazadeh (2013) melakukannya pada usia

24 – 28 minggu. Pasien berbaring dalam sikap miring ke kiri, kemudian

tekanan darah diukur, dicatat dan diulangi sampai tekanan darah tidak

berubah. Kemudian penderita tidur terlentang dan dicatat kembali tekanan

darahnya. Tes dianggap positif bila selisih tekanan darah menunjukkan 20

mmHg atau lebih (Walia, D and Gupta, 2015; Kaytri, 2016).

2. Kaitan Roll Over Test dengan Hipertensi dalam Kehamilan

Pada umumnya ibu hamil akan mengalami perubahan hematologi

yang fisiologis. Dimana terdapat efek yang mendalam antara posisi ibu

terhadap profil hemodinamik pada ibu dan janin. Pada posisi terlentang

tekanan dari Vena Cava Inferior (VCI) menyebabkan penurunan aliran

balik Vena ke jantung dan mengakibatkan volume stroke dan kardiac

output menurun. Berbalik dari lateral ke posisi terlentang dapat


85

mengakibatkan penurunan curah jantung sebesar 25%, sehingga

menyebabkan terganggunya aliran darah uteroplasenta (Sherwood,

2014). Terganggaunya aliran uteroplasenta menyebabkan terjadinya

perubahan nilai profil hemodinamik antara ibu dan janin seiring dengan

meningkatnya tekanan darah.

Gambar 12. Posisi Ibu Hamil terlentang dan miring


kiri terhadap Vena Cava Inferior (Sherwood, 2014)

Adanya respon hipertensif yang terjadi pada perubahan posisi ibu

hamil 28 – 32 minggu dari miring menjadi terlentang merupakan prediktor

terjadinya hipertensi gestasional. Pasien dengan test positif juga

menunjukkan kepekaan yang tidak normal terhadap angiostensin II.


86

Gambar 13. Placental bed pada kehamilan normal dan preeklampsia.

Pada preeklampsia, perubahan fisiologi pada arteri uteroplasenta

tidak melewati desiduamiometrial junction sehingga terdapat segmen yang

menyempit antara arteri radialis dengan desidua (Brosen, 1977).

G. Patofisiologi Aktivitas Fisik, Stress, Kortisol, Mean Arterial

Pressure (MAP) dan Roll Over Test (ROT) dengan Hipertensi

dalam Kehamilan

Aktivitas fisik akan menyebabkan otot rangka menggerakkan tulang

sehingga terjadi kontraksi tetanik yang dapat meningkatkan aliran darah

15 – 25 kali per 1000 gram otot (dalam keadaan istirahat normalnya 3 – 4

ml/menit dan kapiler yang terbuka 20 – 25). Aktivitas fisik memicu

terjadinya pembukaan kapiler sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh

darah dan menyebabkan defisiensi oksigen pada otot rangka yang

bergerak. Kekurangan oksigen ini menjadi pencetus aktifnya susunan

saraf simpatis untuk memberikan isyarat ke otak kemudian diteruskan ke


87

otot, pusat vasomotor dan jantung untuk meningkatkan frekuensi jantung

dan kekuatan pompa jantung agar menyuplai darah kebagian otot yang

sedang bergerak. Guyton (1996) menyatakan apabila otot bergerak

secara keseluruhan maka pembukaan kapiler darah juga akan merata

secara keseluruhan sehingga menyebabkan terjadinya aliran darah

normal dan stabil pada bagian otot dan tidak menyebabkan aliran darah

pada bagian tertentu.

Isyarat dari otak ke jantung menyebabkan aliran darah yang bukan

ke otot aktif dikurangi sementara untuk menyuplai otot yang sedang aktif

(2,5 liter darah ekstra ke otot). Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan

sirkulasi darah uteroplasenta sehingga terjadi iskemik dan hipoksia

plasenta. Hipoksia ini menyebabkan terjadinya disfungsi endotel yang

pada akhirnya akan menyebabkan ketidakseimbangan bahan

vasokontriktor (endotelium I, Tromboksan, dan Angiosintesin II).

Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan vasokontriksi meningkat

dalam sprektrum yang luas sehingga terjadilah hipertensi dalam

kehamilan. (Departement of Physical and Sport Sciences et al, 2011;

Shrerwood, 2012).

Disfungsi endotel menyebabkan perubahan tekanan perfusi

hemodinamik dari organ vital ibu hamil. Gaya yang ditimbulkan oleh darah

terhadap dinding pembuluh menjadi tidak konstan sehingga aliran darah

tidak berjalan secara adekuat ke organ atau jaringan. Hal ini


88

menyebabkan rerata nilai arterial menjadi meningkat dari nilai normalnya

(<90 mmHg) (Sherwood, 2014; Suprihatin, 2016).

Stres juga menyebabkan aktifnya sistem saraf simpatif secara

berlebihan untuk menstimulasi hipotalamus – hipofisis - adrenal (HPA)

agar hipotalamus melepaskan hormon SFR (corticotropin-releasing

factor), hipofisis melepaskan hormon ACTH (adrenocorticotropin hormone)

ke dalam darah. Kemudian ACTH menstimulasi kelenjar adrenal untuk

melepaskan adrenalin (epineprin) untuk menghasilkan kortisol (Vahed et

al., 2017).

Iskemik dan hipoksia plasenta serta meningkatnya kadar kortisol

pada tubuh ibu hamil mengakibatkan terganggunya proses perubahan

yang seharusnya fisiologis terjadi pada kehamilan. Salah satu perubahan

itu adalah remodelling arteri spiralis dan peningkatan daya refrakter pada

pembuluh darah sehingga lumen arteri spiralis mengalami distensi dan

vasodilatasi (Prawirohardjo, 2010). Perubahan ini bertujuan untuk

mendukung proses kehamilan tetap dalam keadaan normal walaupun

akan menimbulkan dampak penurunan tekanan darah pada trimester I

dan mencapai titik terendah pada pertengahan kehamilan namun

biasanya akan kembali dalam keadaaan normal pada trimester III

(Prawirohardjo, 2010; Brown, 2011). Karena adanya iskemik, hipoksia

plasenta dan kortisol yang tinggi pada ibu yang menyebabkan disfungsi

endotel akan berdampak kepada gagalnya proses remodelling arteri

spiralis akhirnya menyebabkan hipertensi dalam kehamilan (Cunningham,


89

2010). Kegagalan remodelling arteri spiralis menyebabkan hilangnya

kemampuan refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor

sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka dan mudah untuk

mengalami vasokontriksi.

Kegagalan remodelling arteri spiralis juga menyebabkan perubahan

fisiologis pada arteri uteroplasenta tidak melewati desiduamiometrial

junction sehingga terdapat segmen yang menyempit antara arteri radialis

dengan desidua (Brosen, 1977). Penyempitan segmen ini menyebabkan

perubahan nilai profil hemodinamik yaitu tekanan Vena Cava Inferior (VCI)

saat posisi lateral (miring kiri) dengan posisi terlentang (Sherwood, 2014)

dan dianggap negatif jika nilainya kurang dari 15 mmHg (Suprihatin and

Norontoko, 2015).

Kemampuan refrakter pembuluh darah sangat dipengaruhi oleh

hormon yang dilhasilkan oleh medula adrenal (epinefrin dan norepinefrin)

yang tergolong jenis katekolamin. Adanya epnefrin akan memicu sistem

saraf simpatis secara kuat. Aktivasi ketokolamin ini disebabkan oleh

hormon kortisol dimana kadar kortisol yang tinggi akan menyebabkan

aktivasi ketokolamin yang tinggi pula sehingga akan mudah untuk terjadi

vasokontriksi pembuluh darah (Vollebregt et al., 2008) .Vasokontriksi yang

terjadi pada arteriol ginjal akibat efek dari ketokolamin meyebabkan aliran

darah kaya O2 ke ginjal menjadi berkurang sehingga akan merangsang

ginjal untuk mensekresi renin (Sherwood, 2014).


90

Renin merupakan enzim proteolitik akan memecah angiotensinogen

(α-globulin) yang disintesis dalam hati dan beredar dalam darah menjadi

angiotensin I (Srivastava and Dwivedi, 2016). Angiotensin I (cenderung

tidak aktif) akan diubah menjadi Angiotensin II (aktif) oleh Angitensin

Converting Enzyme (ACE) dan disekresi ke paru – paru, jantung, ginjal

dan kemudian terikat pada endotel yang menghadap lumen di seluruh

sistem pembuluh darah. Rangkaian dari sistem renin sampai menjadi

angiotensin II dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron System

(RAAS). Angiotensin II bekerja pada reseptor pembuluh darah, korteks

adrenal, jantung dan sistem saraf pusat (SSP) untuk menimbulkan

kontriksi arteriol adrenal dan venula, stimulasi sintesis dan sekresi

aldosteron, stimulasi jantung dan simpatis dan efek pada SSP berupa

konsumsi air dan peningkatan sekresi antidiuretik hormone (ADH).

Sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer, reabsorbsi natrium dan air,

peningkatan denyut jantung dan curah jantung serta peningkatan tekanan

darah (Vianna et al., 2011; Muñoz-Durango et al., 2016; Boron, 2016).


91

H. Kerangka Teori

Aktifivitas Fisik Status Reproduksi Status Kesehatan Stres


1. Usia 1. Riwayat Preeklampsia
2. Pritas 2. Riwayat Hipertensi
Darah ke Otot Aktif ↑ 3. Hamil Gemelli 3. Riwayat DM
Darah ke Otot Tidak Aktif ↓ 4. Faktor Genetik 4. Status Gizi Korteks
Adrenal

Kortisol ↑

Kelainan Plasenta :
ROT ↑ Remmodelling Arteri
Spiralis Gagal Ketokolamin ↑
(Iskemik, Hipoksia dan
Stres Oksidatif)

Disfungsi
Endotel

Vasodilatator ↓
Vasokontriktor ↑

Tonus Vaskular ↑
MAP ↑ Vasokontriksi
Spektrum Luas

Hipertensi pada Kehamilan

Kerangka Teori Peterson (2010), Brown & Garovic (2011), Reslan &
Khalil (2010), Cunningham (2013), Dharma (2005), Prawiohardjo (2010),
Manuaba (2007), Paula (2012), Cnossen (2007), ACOG (2013), Agustin
(2014), Rozikhan (2007), Sherwood (2014)
92

I. Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Aktivitas Fisik

Stres

Kortisol Kelainan Hipertensi dalam


Plasenta Kehamilan

Mean Arterial Pressure

Roll Over Test

1. Umur
2. Paritas
3. Interval Kehamilan
4. Riwayat PE/E
Variabel yang diteliti

Variabel antara

Variabel Confonding

J. Hipotesis Penelitian

1. Aktivitas fisik berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan

2. Stres berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan

3. Mean arterial pressure berhubungan dengan hipertensi pada

kehamilan

4. Roll over test berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan

5. Kortisol berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan

6. Aktivitas fisik, stres, mean arterial pressure, roll over test adalah

prediktor hipertensi pada kehamilan


93

K. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Kriteria Objektif Skala


Variabel Dependen
1 Ibu Ibu hamil dengan usia Pemeriksaan Ordinal
Hamil kehamilan > 20 minggu menggunakan
Normal yang datang ke RSIA spigmomamometer &
Tensi Sitti Khadijah 1 stetoskop yang
Makassar untuk dilakukan pada minimal
memeriksakan dua kali pengukuran
kehamilan. dengan rentang waktu
15 menit istirahat pada
lengan yang sama.
Dengan tekanan :
Sisolik: 90 – 139 mmHg
Diastolik:60– 89 mmHg
2 Ibu Ibu dengan usia Pemeriksaan Ordinal
Hamil kehamilan lebih dari 20 menggunakan
dengan minggu yang datang ke spigmomamometer &
Hiperten RSIA Sitti Khadijah 1 stetoskop yang
si pada Makassar untuk dilakukan pada minimal
kehamil memeriksakan dua kali pengukuran
an kehamilannya dengan dengan rentang waktu
tekanan darah sistolik ≥ 15 menit istirahat pada
140 mmHg dan diastolik lengan yang sama
≥ 90 mmHg dengan kategori :
1. Kronik
 Timbul saat usia
kehamilan < 20
minggu.
 Protein Urin (-)
2. Hipertensi
Gestasional
 Timbul saat usia
kehamilan > 20
minggu.
 Protein Urin (-)
 Tidak disertai
gangguan organ
spesifik
3. PE
 Timbul saat usia
kehamilan > 20
minggu.Protein
Urin ≥ +1
94

No Variabel Definisi Kriteria Objektif Skala


 Disertai
gangguan organ
spesifik
4. PEB
 Tekanan darah
>160/110 mmHg
 Protein Urin ≥ + 2
 Disertai
gangguan organ
spesifik
5. Superimposed
Preeklampsia
 Timbul saat usia
kehamilan < 20
minggu.
 Protein Urin >+1
 Disertai
gangguan organ
spesifik
6. Eklampsia
 Gejala
Preeklampsia
 Kejang atau koma
3 Aktivitas Gerakan tubuh ibu Pemeriksaan Ordinal
Fisik hamil yang dihasilkan menggunakan PPAQ
oleh otot-otot rangka (Pregnancy Phisical
dengan hasil sebagai Activity Questionnaire)
suatu pengeluaran dengan kriteria :
tenaga. 1. Normal : Kurang
dari cut off point
2. Berlebih : Lebih dari
cut off point
4 Stres Perasaan yang Variabel ini diukur Ordinal
dirasakan ibu dengan dengan menggunakan
lingkungannya kuesioner Kessler
Psychological Distress
Scale (K10) dengan
kriteria :
1. Normal :
score < 20
2. Stres Ringan :
Score 20 – 24
95

No Variabel Definisi Kriteria Objektif Skala


5 Kortisol hormon yang diproduksi Variabel ini diukur Ordinal
oleh kelenjar adrenal dengan mengambil
ibu hamil sebagai sampel darah ibu
respon stres. hamil sebanyak 1 ml
pada pagi hari yang
dikerjakan
menggunakan ELISA
Kit di laboratorium
RSP. Unhas
1. Normal :
5 – 23 mcg/dl
2. Tinggi :
> 23 mcg/dl
6 Mean Tekanan darah arteri Pemeriksaan Ordinal
Arterial rata – rata ibu hamil menggunakan
Pressur selama satu siklus spigmomamometer &
e jantung. Diukur 3 kali. 1 stetoskop pada lengan
kali usia 27 minggu, 1 dengan kategori :
kali usia 28 minggu dan 1. Negatif :
1 kali usia 32 minggu. ≤ 90 mmHg
2. Positif :
> 90 mmHg
7 Roll Selisih tekanan darah Pemeriksaan Ordinal
Over ibu hamil pada posisi menggunakan
Test tidur sisi kiri dan posisi spigmomamometer &
tidur terlentang. Diukur stetoskop pada lengan
3 kali. 1 kali usia 27 dengan kategori :
minggu, 1 kali usia 28 1. Negatif :
minggu dan 1 kali usia < 20 mmHg
32 minggu. 2. Positif :
≥ 20 mmHg
8 Umur Usia ibu hamil yang 1. Risiko Rendah :20 Ordinal
diukur sejak lahir – 35 tahun
hingga waktu penelitian 2. Risiko Tinggi : < 20
berlangsung tahun dan > 35
tahun
9 Gravida Frekuensi ibu pernah 1. Primigravida : Ordinal
hamil melahirkan 1 kali
2. Multigravida :
melahirkan > 1 kali
10 Interval Jarak antara kehamilan 1. Baik : ≥ 24 bulan Ordinal
Kehamil yang lalu dengan 2. Tidak Baik : < 24
an kehamilan ibu saat ini bulan
96

No Variabel Definisi Kriteria Objektif Skala


11 Riwayat Informasi tentang PE/E 1. Normal : tidak ada Ordinal
PE/E yang pernah dialami ibu riwayat PE/E
hamil pada kehamilan dikehamilan
sebelumnya sebelumnya
2. Risiko Tinggi : ada
riwayat PE/E
dikehamilan
sebelumnya
97

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis hibrid dengan desain cross sectional

dan kohort prospektif. Penilaian aktivitas fisik, stres, MAP, ROT dan

kortisol serum ibu hamil normal tensi dan hipertensi diukur dalam waktu

yang sama. MAP dan ROT diukur sebanyak 3 kali, yaitu saat usia

kehamilan 27, 28 dan 32 minggu pada ibu normal tensi dan hipertensi

pada kehamilan.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dan Anak Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Cabang Kota Makassar. Alasan peneliti mengambil

tempat penelitian tersebut karena memiliki jumlah kunjungan ibu hamil

normal dan preeklampsia yang paling tinggi di Kota Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018 sampai Maret

2018.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu hamil dengan usia

kehamilan lebih dari 20 minggu yang melakukan kunjungan ANC di


98

Rumah Sakit dan Anak Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Kota

Makassar.

2. Sampel

a. Besar sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus (Dahlan,

2009) sebagai berikut :

Zα2 pq
n =
d2

Keterangan :

n = Besar sampel
Zα = 1,96 (α = 0,05)
P = 5 % (Prevalensi)
Q = 95 (100 - P)
d = 10% (Penyimpangan absolute penelitian)

Sehingga apabila dimasukkan rumus didapatkan :


1,962 x 5 x 95
n =
(10)2

n = 18,24 (dibulatkan menjadi 18)

Maka jumlah sampel untuk setiap kelompok adalah 18 sampel,

sehingga total sampel menjadi 36 sampel. Tetapi untuk

meningkatkan power sampel maka kelompok kontrol ditambah

menjadi 50 sampel ibu hamil normal dan kelompok kasus

ditambah menjadi 50 sampel ibu hamil hipertensi dalam

kehamilan, sehingga total sampel menjadi 100 sampel. Uji


99

laboratorium dilakukan pada 44 sampel ibu hamil normal dan

44 sampel ibu hamil hipertensi dalam kehamilan.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti mengambil sampel dengan cara accidental sampling.

Pasien yang kebetulan datang melakukan pemeriksaan pada

saat dilakukannya penelitian di tempat penelitian dan

disesuaikan dengan kriteria sampel. Adapun kriteria inklusi dan

ekslusi sampel adalah:

Kriteria Inklusi :

1) Ibu hamil normal tensi

2) Ibu hamil hipertensi dalam kehamilan

3) Usia kehamilan lebih dari 20 minggu

4) Mampu membaca dan menulis

Kriteria Eksklusi :

1) Hipertensi esensial

2) Diabetes

3) Hamil Gemelli

4) Hamil Molahidatidosa

5) Sakit Ginjal
100

D. Alur Penelitian

Populasi dan Sampel di RS Khadijah 1 Makassar

Informed Consent dan Persetujuan responden

Ibu Hamil UK > 20 Minggu

50 Ibu Hamil Normal Tensi 50 Ibu Hamil Hipertensi

Pengambilan data : Pengambilan data :


1. Karakteristik 1. Karakteristik
2. Aktivitas Fisik 2. Aktivitas Fisik
3. Stres 3. Stres
4. MAP 4. MAP
5. ROT 5. ROT

Pengambilan Sampel Pengambilan Sampel


darah 1 ml. darah 1 ml.
44 Ibu Hamil 44 Ibu Hamil

Uji Kadar Kortisol di Lab. Uji Kadar Kortisol di Lab.


Mikrobiologi RS. UNHAS Mikrobiologi RS. UNHAS

Ibu Hamil diikuti sampai Ibu Hamil diikuti sampai


usia kehamilan 32 minggu usia kehamilan 32 minggu
minggu minggu

Pengambilan data : Pengambilan data :


1. MAP 1. MAP
2. ROT 2. ROT

Analisis data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan
101

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Instrumen A

Intrumen A adalah kuesioner untuk mengukur karakteristik dan

riwayat obstetri dengan kuesioner terstruktur yang berisikan data umum

tentang umur, status pekerjaan, penghasilan, penghasilan suami, status

kepemilikan rumah, anggota dalam rumah tangga, rencana kehamilan,

paritas, riwayat abortus, jarak kehamilan dan riwayat PE/E.

2. Instrumen B

Intrumen B adalah kuesioner untuk mengukur aktivitas fisik ibu hamil

dan sudah baku yaitu PPAQ (Pregnancy Phisical Activity Questionnaire)

berisikan 36 pertanyaan untuk menggali intensitas aktivitas fisik selama 7

hari terakhir sebelum waktu penelitian. Intensitas aktivitas fisik yang ingin

di ukur menggunakan data rasio dan menggunakan nilai yang sudah

ditetapkan oleh PPAQ dan MET Values for Activities American.

3. Instrumen C

Intrumen C adalah intrumen yang digunakan untuk mengukur

kecemasan ibu hamil menggunakan kuesioner yang sudah baku yaitu

Kessler Psychological Sitress Scale (K10) oleh Kessler R. Professor of

Health Care Policy dari Harvard Medical School Boston USA terdiri dari 10

pertanyaan tentang gejala cemas dan depresi yang dialami seseorang

dalam periode 4 minggu terakhir untuk melihat ukuran stres. Intensitas

stres yang diukur menggunakan data rasio. Dengan penilaian :


102

1 = tidak pernah

2 = hanya sesekali

3 = terkadang

4 = sering

5 = setiap waktu

Jumlah score setiap jawaban ditambahakan sehingga 1 kuesioner akan

memiliki nilai minimal 10 dan maksimal 50.

4. Instrumen D

Intrumen D adalah intrumen yang digunakan untuk mengukur kadar

kortisol dengan menggunakan Human Corticol Serum ELISA Kit dengan

merk 96-Well Plate Diagnostic Biochem Canada di laboratorium RS

Universitas Hasanuddin Makassar. Intensitas kadar kortisol diukur

menggunakan data rasio dalam satuan pikogram per desiliter (µg/dL).

a. Jumlah darah

Darah yang diambil dari ibu hamil adalah 1 ml dari vena.

b. Tempat pengambilan darah

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah

umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior

lengan (sisi dalam lipatan siku).

c. Prosedur kerja pengambilan darah

Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga laboran dengan

prosedur sebagai berikut :

1) Mendapatkan persetujuan klinis


103

2) Menjelaskan prosedur kepada ibu hamil

3) Menyiapkan alat yang diperlukan diatas meja dekat pasien.

4) Mencari vena yang akan di tusuk.

5) Memasang tourniquet pada lengan atas (bagian proximal

lengan) 6 – 7 cm dari lipatan tangan.

6) Antiseptik tempat penusukan dengan alkohol 70 % dan biarkan

kering.

7) Meregangkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri

supaya vena tidak bergerak.

8) Dengan lubang jarum menghadap keatas, menusukkan jarum

ke lumen vena dengan sudut 450 – 600 sampai ujung jarum

masuk yang ditandai dengan berkurangnya tekanan dan

masuknya darah keujung semprit.

9) Menarik holder perlahan-lahan sampai volume darah 1 ml.

10) Melepaskan torniquet dan meletakkan kapas diatas jarum dan

menekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.

11) Menginstruksikan pasien untuk menekan kapas selama 1 – 2

menit, setelah itu beri plester hansaplas pada bekas luka

tusukan.

12) Menutup jarum lalu dilepaskan dari sempritnya, memasukkan

darah kedalam tabung penampung melalui dinding secara

perlahan.
104

13) Memasukkan sampel kedalam coolbox untuk kemudian

dilakukan pemeriksaan kadar kortisol di Laboratorium UNHAS.

5. Instrumen E

Instrumen E adalah alat pengukur tensi Spignomanometer untuk

mengukur Mean Arterial Pressure (MAP) dan Roll Over Test (ROT).

Intensitas MAP dan ROT diukur menggunakan data rasio satuan milimeter

air raksa (mmHg). Adapun prosedur kerja pengukuran MAP adalah

sebagai berikut :

a. Memastikan ibu hamil dalam keadaan relaks, punggung

bersandar, kaki harus nyaman dan menapak ke lantai.

b. Memastikan bahwa angka sphygmomanometer dapat terlihat, dan

posisi pemeriksa juga harus nyaman.

c. Memasang manset pada lengan kiri ibu hamil dengan pipa

sejajar dengan arteri brakhialis.

d. Memastikan denyut nadi pada arteri brakhialis dan memulai

memompa sampai tidak terabanya denyut dan tandai tekanan

yang didapat.

e. Meletakkan bell stetoskop di atas arteri brakhialis.

f. Memutar klep searah jarum jam, sampai klep pada pemompa

karet tertutup rapat.

g. Manset dipompa sampai tekanan 30 mmHg hingga denyut arteri

brakhialis tidak lagi teraba.


105

h. Selanjutnya secara perlahan memutar klep balon pemompa

karet dan mendengarkan tekanan sistole dan diastole.

i. Mencatat hasil dan menghitung nilai MAP dengan menggunakan

rumus : MAP= [Tekanan Sistole + 2 (Diastole)] : 3

Prosedur kerja pengukuran ROT adalah sebagai berikut :

a. Mempersilahkan ibu hamil untuk naik keatas tempat tidur dan

mengarahkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri dan

dalam keadaan relaks selama 15 menit.

b. Memastikan bahwa angka sphygmomanometer dapat terlihat dan

posisi pemeriksa juga harus nyaman.

c. Memasang manset pada lengan kiri ibu hamil dengan pipa

sejajar dengan arteri brakhialis.

d. Memastikan denyut nadi pada arteri brakhialis dan memulai

memompa sampai tidak terabanya denyut dan tandai tekanan

yang didapat.

e. Meletakkan bell stetoskop di atas arteri brakhialis.

f. Memutar klep searah jarum jam, sampai klep pada pemompa

karet tertutup rapat.

g. Manset dipompa sampai tekanan 30 mmHg hingga denyut arteri

brakhialis tidak lagi teraba.

h. Selanjutnya secara perlahan memutar klep balon pemompa

karet dan mendengarkan tekanan sistole dan diastole.

i. Mencatat hasil pengukuran tekanan darah miring kiri.


106

j. Mempersilahkan ibu hamil untuk mengubah posisi tidur menjadi

posisi terlentang dan dalam keadaan relaks selama 15 menit.

k. Memastikan denyut nadi pada arteri brakhialis dan memulai

memompa sampai tidak terabanya denyut dan tandai tekanan

yang didapat.

l. Meletakkan bell stetoskop di atas arteri brakhialis.

m. Memutar klep searah jarum jam, sampai klep pada pemompa

karet tertutup rapat.

n. Manset dipompa sampai tekanan 30 mmHg hingga denyut arteri

brakhialis tidak lagi teraba.

o. Selanjutnya secara perlahan memutar klep balon pemompa

karet dan mendengarkan tekanan sistole dan diastole.

p. Mempersilahkan dan mendapingi ibu untuk turun dari atas

tempat tidur.

q. Mencatat hasil pengukuran tekanan darah terlentang.

r. Menghitung dan mencatat selisih tekanan darah diastole posisi

miring kiri dengan posisi terlentang.

F. Teknik Pengambilan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur

pengumpulan data sebagai berikut:


107

1. Prosedur Administratif

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat ijin dari lokasi

penelitian dan Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

2. Prosedur Teknik

Peneliti melakukan pertemuan dengan pihak terkait di lokaso

penelitian dan menjelaskan kepada pimpinan lokasi penelitian secara lisan

alur penelitian yang akan dilakukan. Peneliti melakukan penelitian setelah

mendapatkan persetujuan dari pihak lokasi penelitian. Prosedur yang

dilakukan peneliti adalah:

a. Menetukan subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian meliputi tujuan,

hak dan kewajiban subjek serta manfaat penelitian kepada subjek.

c. Memberikan lembar informed consent atau lembar persetujuan

untuk ditandatangani oleh subjek, jika subjek bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian.

d. Menjelaskan prosedur dari rangkaian pemeriksaan yang akan

dilakukan.

e. Mengukur tekanan darah subjek dengan menggunakan

spigmomanometer sebanyak 3 kali, yaitu pada saat posisi duduk,

tidur miring kiri setelah itu 15 menit kemudian pada saat posisi tidur

terlentang.
108

f. Melakukan wawancara secara langsung untuk mengisi kuesioner

tentang aktivitas fisik yang dilakukan subjek.

g. Melakukan wawancara langsung terkait tentang stres yang dialami

subjek.

h. Mendampingi subjek ke ruangan laboratorium untuk pengambilan

sampel darah. Menempatan sampel pada tabung khusus darah dan

memberikan kode pada tabung.

i. Mensentrifugasi sampel darah selama 15 menit pada 1500 rpm dan

menyimpan sampel dalam lemari pendingin dengan temperatur ≤ -

20o C. Setiap 3 hari sekali, sampel dibawa menggunakan cool box

ke laboratorium Mikrobiologi Universitas Hasanuddin Makassar

untuk diperiksa kadar kortisolnya menggunakan ELISA kit.

j. Melakukan kontrak pertemuan pemeriksaan ulangan dan

melakukan pemeriksaan MAP dan ROT pada usia kehamilan 28

dan 32 minggu.

k. Mencatat semua data pada lembar observasi.

G. Pengelolaan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS (Statistical

Product and Service) dengan melalui beberapa tahap yaitu :

a. Editing

Penyuntingan data dimulai di lapangan dan setelah data


109

terkumpul maka diperiksa kelengkapannya.

b. Koding

Apabila semua data telah terkumpul dan selesai di edit di

lapangan, kemudian akan dilakukan pengkodean data

berdasarkan kode lembar pengumpulan data yang telah

disusun sebelumnya dan telah dipindahkan ke format aplikasi

program SPSS komputer.

c. Entry Data

Data selanjutnya diinput ke dalam lembar kerja SPSS untuk

masing- masing variable. Urutan input data berdasakan nomor

responden dalam lembar pengumpulan data.

d. Cleaning data

Dilakukan pada semua lembar kerja untuk membersihkan

kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input data.

Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada semua

variable. Adapun data missing dibersihkan dengan menginput

data yang benar.

2. Analisis Data

Metode statistik untuk analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Analisa Univariat

Analisa ini adalah suatu prosedur pengolahan data dengan

menggambarkan data dalam bentuk tabel meliputi data yang


110

bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsinya yaitu data

demografi responden. Data yang telah di olah akan disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi. Untuk analisi univariat disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan

penjelasan tabel.

2. Analisa Bivariat

Data yang didapatkan secara cros sectional dan kohort

prospektif digunakan analisis statsitik uji Chi-Square untuk

melihat hubungan aktivitas fisik stres, mean arterial pressure,

roll over test dan kortisol dengan hipertensi pada kehamilan.

Kekuatan hubungan data yang diperoleh dengan cros sectional

diketahui berdasarkan perhitungan ukuran asosiasi Odds Ratio

(OR) dan kekuatan hubungan data yang diperoleh melalui

pendekatan kohort prospektif diketahui berdasarkan

perhitungan Relative Risk (RR) . Bila OR/RR sama dengan 1

artinya tidak ada hubungan variabel independen dengan

dependen. Bila OR/RR lebih dari 1 artinya ada hubungan

variabel independen dengan dependen yang bersifat faktor

risiko. Bila OR/RR lebih kecil dari 1 artinya ada hubungan

variabel independen dengan dependen yang bersifat protektif

untuk terjadinya efek. Selain nilai OR/RR, diperhatikan pula

nilai dari confifence interval (CI) dan p-valuenya. Bila CI

melewati angka 1 maka nilai OR/RR tidak bermakna. Seleksi


111

kandidat dilakukan pada variabel independen yang memiliki

nilai p < 0,25, maka variabel akan masuk menjadi kandidat ke

uji multivariat dan bila p > 0,25, variabel tidak dimasukkan ke

dalam uji multivariabel kecuali bida secara substansi variabel

tersebut mempunyai hubungan yang kuat dengan hipertensi

pada kehamilan.

3. Analisa Multivariat

Analisa multivariat dilakukan untuk mengetaui apakah variabel

independen berhubungan dengan variabel dependen juga

dipengaruhi oleh variabel lain. Uji statisik yang digunakan pada

analisis multivariat adalah regresi logistik metode Backward LR.

Variabel yang memiliki nilai p > 0,05 akan dikeluarkan satu per

satu berdasarkan nilai yang paling besar. Uji multivariat akan

berhenti saat semua variabel sudah memiliki nila p < 0,05,

kemudian dijadikan model untuk prediktor hipertensi pada

kehamilan.

H. Etika Penelitian

Penelitian ini mendapatkan kelayakan etik (Ethical clearance) dan

mendapat persetujuan etik (exempted) dari komisi etik penelitian

Biomedis Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar dengan

nomor registrasi 1074/H4.8.4.5.31/PP36-KOMETIK/2017.

Setiap subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini :

1. Diberikan penjelasan tentang latar belakang, maksud dan tujuan


112

penelitian.

2. Diberikan kebebasan untuk memilih, apakah bersedia mengikuti

penelitian atau tidak.

3. Dipersilahkan untuk mengisi formulir persetujuan, bagi subjek yang

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan

mengembalikan formulir kepada peneliti.

4. Menutamakan dan mengindahkan aturan-aturan yang berlaku.

5. Semua biaya pelayanan yang bersangkutan dengan penelitian

ditanggung oleh peneliti.

6. Segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan pada ibu dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.


113

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit

Ibu dan Anak Sitti Khadijah 1 Makassar mulai tanggal 03 Januari – 30

Maret 2018 untuk mencari faktor risiko dan keeratan hubungan aktivitas

fisik, stres, mean arterial pressure, roll obver test dan hormon kortisol

terhadap hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu dan 32 minggu.

Menggunakan analisis bivariat yang kemudian dilanjutkan analisis

multivariat.
114

1. Karakteristik Sampel

Tabel 4. Karakteristik sampel penelitian

Normal Tensi HDK OR


Variabel p
n (%) n (%) (95% CI)
Usia
Risiko Rendah 41 51,3 39 48,8 0,803 1,285
Risiko Tinggi 9 45 11 55 (0,480 - 3,437)

Status Bekerja
Bekerja 23 46,9 26 53,1 0,689 0,786
Tidak Bekerja 27 52,9 24 47,1 (0,358 – 1,725)

Pendidikan
Tinggi 30 52,6 27 47,7 0,686 1,278
Rendah 20 46,5 23 53,5 (0,578 – 2,825)

Pendapatan RT
≥ 2,7 Juta 39 51,3 37 48,7 0,815 1,246
< 2,7 Juta 11 45,8 13 54,2 (0,496 – 3,127)

Gaji
≥ 2,7 Juta 8 36,4 14 63,6 0,227 0,490
< 2,7 Juta 42 53,8 36 46,2 (0,185 – 1,3)

Gaji Suami
≥ 2,7 Juta 32 49,2 33 50,8 0,999 0,916
< 2,7 Juta 18 51,4 17 48,6 (0,403 – 2,084)

Anggota RT
Anak & Suami 21 43,8 27 56,3 0,317 0,617
Orang 29 55,8 23 44,2 (0,280 – 1,360)
Tua/Mertua/Se
pupu

Status Rumah
Pribadi 44 51,2 42 48,8 0,773 1,397
KPR/Kontrak 6 42,9 8 57,1 (0,447 - 4,367)
Chi Square

Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan status bekerja, pendidikan,

usia, pendapatan rumah tangga, gaji istri, gaji suami, anggota dalam

rumah tangga, status kepemilikan rumah, riwayat abortus, paritas,


115

rencana hamil dan jarak kehamilan tidak ada perbedaan yang bermakna

antar kelompok ibu hamil normal tensi dengan kelompok hipertensi dalam

kehamilan. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian

ini bersifat homogen.

2. Hubungan Riwayat Obstetri Dengan Hipertensi Pada Kehamilan

Tabel 5. Hasil analisis hubungan riwayat obstetri dengan hipertensi


pada usia kehamilan 27 minggu

Normal Tensi HDK OR


Variabel p
n (%) n (%) (95% CI)
Riwayat PE/E
Tidak ada 47 56,6 36 43,4 0,001 10,286
Ada 3 17,6 14 82,4 (2,209–47,901)

Riwayat Abortus
Tidak Ada 44 51,8 41 48,2 0,575 1,61
Ada 6 40 9 60 (0,527 – 4,920)

Paritas
Primi 17 47,2 19 52,8 0,835 0,841
Multi 33 51,6 31 48,4 (0,371 – 1,904)

Rencana Hamil
Ya 44 48,9 46 51,1 0,739 0,638
Tidak 6 60 4 40 (0,168 – 2,413)

Jarak Kehamilan
≥ 24 Bulan 40 47,6 44 52,4 0,413 0,545
< 24 Bulan 10 62,5 6 37,5 (0,182 – 1,637)
Chi Square

Tabel 5 menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada riwayat

preeklampsia dan eklamsia dengan nilai p = 0,001; OR = 10,286; 95% CI

2,209-47,9. Artinya, ibu hamil yang memiliki riwayat PE/E memiliki

kecenderungan untuk mengalami hipertensi pada usia kehamilan 27

minggu sebesar 10 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak


116

memiliki riwayat PE/E.

Tabel 6. Hasil analisis hubungan riwayat obstetri dengan hipertensi


pada usia kehamilan 32 minggu

Normal Tensi HDK RR


Variabel p
n (%) n (%) (95% CI)
Riwayat PE/E
Tidak ada 42 50,6 41 49,4
1,667
Ada 3 17,6 14 82,4 0,026
(1,223 – 2,272)
Riwayat Abortus
Tidak Ada 34 43 45 57
0,836
Ada 11 52,4 10 47,6 0,604
(0,513 – 1,362)
Paritas
Primi 17 47,2 19 52,8
1,066
Multi 28 43,8 36 56,3 0,900
(0,731 – 1,554)
Rencana Hamil
Ya 39 43,3 51 56,7
0,706
Tidak 6 60 4 40 0,503
(0,323 – 1,54)
Jarak Kehamilan
≥ 24 Bulan 34 40,5 50 59,5 0,525
0,070
< 24 Bulan 11 68,8 5 31,3 (0,249–1,109)
Chi Square

Tabel 6 menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada riwayat

preeklampsia dan eklamsia dengan nilai p = 0,026; RR = 1,667; 95% CI

1,223–2,272. Artinya, ibu hamil yang memiliki riwayat PE/E memiliki

kecenderungan untuk mengalami hipertensi pada usia kehamilan 32

minggu sebesar 2 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki

riwayat PE/E.
117

3. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Kehamilan

Dikarenakan intrumen PPAQ tidak memiliki ketetapan nilai yang

dikategorikan untuk setiap aktivitas pada ibu hamil, maka peneliti

melakukan uji analisis nilai untuk menentukan cut off point untuk setiap

jenis aktivitas ibu hamil. Adapun hasil ketetapan tersebut tertuang pada

tabel berikut ini.

Tabel 7. Hasil analisis kurva ROC (Receiver Operation Characteristic)


untuk menentukan cut off point optimal aktivitas fisik

Cut Off
Aktivitas sensitivitas spesifitas p 95% CI
Point
Total 180 0,58 0,52 0,23 0,454 - 0,685
Menetap 44 0,56 0,6 0,011 0,540 – 0,754
Ringan 94 0,56 0,6 0,238 0,452 – 0,685
Sedang 23 0,54 0,5 0,491 0,424 – 0,656
Rumah Tangga 90 0,52 0,48 0,627 0,412 – 0,645
Pekerjaan 142 0,34 0,68 0,667 0,411 – 0,639
Olah raga 1,6 0,6 0,58 0,011 0,538 – 0,757
Chi Square

Berdasarkan tabel 7 didapatkan nilai cut off point untuk setiap jenis

aktivitas fisik. Setiap aktivitas fisik dikategorikan kedalam dua jenis yaitu

yang > dari nilai COP dan ≤ dari nilai COP. Setelah itu maka diuji

hubungannya dengan hipertensi pada kehamilan. Hasil tabulasi silang

tersebut tertuang pada tabel 8 dan tabel 9.


118

Tabel 8. Hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada


usia kehamilan 27 minggu

Aktivitas Normal Tensi HDK OR


p
(MET-h/w) n (%) n (%) (95% CI)
Total
≤ 180 26 55,3 21 44,7 0,423 1,496
>180 24 45,3 29 54,7 (0,679 – 3,294)

Menetap
≤ 44 30 57,7 22 42,3 0,161 1,909
>44 20 41,7 28 58,3 (0,862 – 4,227)

Ringan
≤ 94 28 56 22 44 0,317 1,62
>94 22 44 28 56 (0,735–3,568)

Sedang
≤ 23 25 51,2 23 47,9 0,841 1,174
>23 25 48,1 27 51,9 (0,535–2,574)

Rumah Tangga
≤ 90 29 54,7 24 45,3 0,423 1,496
>90 21 44,7 26 55,3 (0,679 – 3,294)

Pekerjaan
≤ 142 34 50,7 33 49,3 0,999 1,095
>142 16 48,5 17 51,5 (0,475 – 2,520)

Olahraga
≤ 1,6 43 62,3 26 37,7 0,001 5,670
>1,6 7 22,6 24 77,4 (2,144 – 14,997)
Chi Square

Tabel 8 menunjukkan bahwa aktivitas olah raga secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu. Ibu hamil yang beraktivitas

olah raga lebih dari 1,6 Met-h/w memiliki kecenderungan untuk mengalami

hipertensi sebesar 6 kali dibandingkan ibu hamil yang olahraga ≤ 1,6 Met-

h/w.
119

Tabel 9. Hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada


usia kehamilan 32 minggu

Aktivitas Normal Tensi HDK RR


p
(MET-h/w) n (%) n (%) (95% CI)
Total
≤ 180 21 44,7 26 55,3 0,999 0,986
>180 24 45,3 29 54,7 (0,694 – 1,411)

Menetap
≤ 44 26 50 26 50 0,398 1,208
>44 19 39,6 29 60,4 (0,847 – 1,724)

Ringan
≤ 94 24 48 26 52 0,688 1,115
>94 21 42 29 58 (0,781 - 1,592)

Sedang
≤ 23 20 41,7 28 58,3 0,658 0,89
>23 25 48,1 27 51,9 (0,625 – 1,269)

Rumah Tangga
≤ 90 26 49,1 27 50,9 0,506 1,169
>90 19 40,4 28 59,6 (0,821 – 1,666)

Pekerjaan
≤ 142 29 43,3 38 56,7 0,781 0,908
>142 16 48,5 17 51,5 (0,614 – 1,344)

Olahraga
≤ 1,6 37 53,6 32 46,4 0,018 1,6
>1,6 8 25,8 23 74,2 (1,153 – 2,22)
Chi Square

Tabel 9 menunjukkan bahwa aktivitas olah raga secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu. Ibu hamil yang beraktivitas

olah raga lebih dari 1,6 Met-h/w memiliki kecenderungan untuk mengalami

hipertensi sebesar 2 kali dibandingkan ibu hamil yang olahraga ≤ 1,6 Met-

h/w.
120

4. Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Kehamilan

Tabel 10. Hasil analisis hubungan stres dengan hipertensi pada usia
kehamilan 27 minggu

Normal Tensi HDK OR


Kategori p
n (%) n (%) (95% CI)
Normal 39 62,9 23 37,1 4,162
0,002
Stres Ringan 11 28,9 27 71,1 (1,744-9,935)
Chi Square

Tabel 10 menunjukkan bahwa stres ringan secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu. Ibu hamil yang mengalami

stres ringan memiliki kecenderungan untuk mengalami hipertensi pada

sebesar 4 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak stres. Pada analisis ini

yang diuji adalah kategori normal dan stres ringan saja, dikarenakan tidak

ada sampel yang mengalami stres sedang ataupun berat (skor diatas 25).

Tabel 11. Hasil analisis hubungan stres dengan hipertensi pada usia
kehamilan 32 minggu

Normal Tensi HDK RR


Kategori p
n (%) n (%) (95% CI)
Normal 37 59,7 25 40,3 1,958
0,001
Stres Ringan 8 21,1 30 78,9 (1,387 – 2,763)
Chi Square

Tabel 11 menunjukkan bahwa stres ringan secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu. Ibu hamil yang mengalami

stres ringan memiliki kecenderungan untuk mengalami hipertensi pada

usia kehamilan 32 minggu sebesar 2 kali dibandingkan ibu hamil yang

tidak stres.
121

5. Hubungan Mean Arterial Pressure (MAP) Dengan Hipertensi


Pada Kehamilan

Tabel 12. Hasil analisis hubungan mean arterial pressure dengan


hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

Normal Tensi HDK OR


Kategori p
n (%) n (%) (95% CI)
Negatif 29 100 0 0 3,381
0,001
Positif 21 29,6 50 70,4 (2,361-4,841)
Chi Square

Tabel 12 menunjukkan bahwa mean arterial pressure secara statistik

memiliki hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan

kelompok hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu. Ibu hamil dengan

MAP positif memiliki kecenderungan untuk mengalami hipertensi pada

sebesar 3 kali dibandingkan ibu hamil dengan MAP negatif.

Tabel 13. Hasil analisis hubungan mean arterial pressure dengan


hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu

Normal Tensi HDK RR


Variabel p
n (%) n (%) (95% CI)
MAP UK27
Negatif 20 69 9 31
2,088
Positif 25 35,2 46 64,8 0,004
(1,182 – 3,688)
MAP UK28
Negatif 16 76,2 5 23,8 0,003
2,658
Positif 29 36,7 50 63,3
(1,215 – 5,818)
MAP UK32
Negatif 14 100 0 0 0,001 0,360
Positif 31 36 55 64 (0,272– 0,478)
Chi Square

Tabel 13 menunjukkan bahwa MAP secara statistik memiliki hubungan

yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok hipertensi

pada usia kehamilan 32 minggu. Ibu hamil dengan MAP UK27 positif dan
122

UK28 positif lebih mungkin untuk mengalami hipertensi pada usia

kehamilan 32 minggu sebesar 2 kali dan 3 kali dibandingkan ibu hamil

dengan MAP UK27 negatif dan MAP UK28 negatif. Ibu hamil dengan MAP

pada usia kehamilan 32 minggu positif juga memiliki kecenderungan untuk

mengalami hipertensi sebesar dibandingkan dengan ibu hamil.

6. Hubungan Roll Over Test (ROT) Dengan Hipertensi Pada


Kehamilan

Tabel 14. Hasil analisis hubungan roll over test dengan hipertensi pada
usia kehamilan 27 minggu

Normal Tensi HDK OR


Kategori p
n (%) n (%) (95% CI)
Negatif 47 68,1 22 31,9 19,939
0,001
Positif 3 9,7 28 90,3 (5,468-72,714)
Chi Square

Tabel 14 menunjukkan bahwa roll over test secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu. Ibu hamil dengan ROT positif

memiliki kecenderungan untuk mengalami hipertensi pada kehamilan

sebesar 20 kali dibandingkan ibu hamil dengan ROT negatif.


123

Tabel 15. Hasil analisis hubungan roll over test dengan hipertensi pada
usia kehamilan 32 minggu

Normal Tensi HDK RR


Variabel p
n (%) n (%) (95% CI)
ROT UK27
Negatif 40 58 29 42
1,996
Positif 5 16,1 26 83,9 0,001
(1,453 – 2,740)
ROT UK28
Negatif 39 72,2 15 27,8 0,001
3,13
Positif 6 13 40 87
(2,007 – 4,882)
ROT UK32
Negatif 44 72,1 17 27,9 0,001 98,353
Positif 1 2,6 38 97,4 (12,498 – 773,965)
Chi Square

Tabel 15 menunjukkan bahwa roll over test secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu. Ibu hamil dengan ROT KUK27

positif dan ROT UK28 positif berisiko mengalami hipertensi pada

kehamilan sebesar 2 kali dan 3 kali dibandingkan ibu hamil dengan ROT

UK27 dan ROT UK28 negatif. Terlihat dari ibu hamil yang memiliki ROT

positif pada usia kehamilan 32 minggu cenderung mengalami hipertensi

98 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang ROT negatif.


124

7. Hubungan Hormon Kortisol Dengan Hipertensi Pada Kehamilan

Tabel 16 Hasil analisis hubungan hormon kortisol dengan hipertensi


pada usia kehamilan 27 minggu

Normal Tensi HDK OR


Kategori p
n (%) n (%) (95% CI)
Normal 29 76,3 9 23,7 7,519
0,001a
Tinggi 15 30 35 70 (2,873-19,672)

Kortisol (mean±S.D) 21,38±9,4 28,68±10,1 0,001b


aChi Square; bMann-Whitney U

Tabel 16 menunjukkan bahwa hormon kortisol secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu. Ibu hamil yang mengalami

dengan kada hormon kortisol tinggi memiliki kecenderungan untuk

mengalami hipertensi sebesar 7 kali dibandingkan ibu hamil dengan kadar

hormon kortisol normal. Pada analisis ini yang diuji hanya kategori normal

dan tinggi saja dikarenakan tidak ada sampel yang memiliki kadar hormon

kortisol rendah (kurang dari 5 mcg/dl). Uji beda rerata menunjukkan

rerata kostisol kelompok hipertensi lebih tinggi (28,68mcg/dl)

dibandingkan dengan kelompok normal tensi (21,38mcg/dl).

Tabel 17. Hasil analisis hubungan hormon kortisol dengan hipertensi


pada usia kehamilan 32 minggu

Normal Tensi HDK RR


Kategori p
n (%) n (%) (95% CI)
Normal 30 78,9 8 21,1 3,705
0,001
Tinggi 11 22 39 78 (1,967 – 6,978)
Chi Square

Tabel 17 menunjukkan bahwa hormon kortisol secara statistik memiliki

hubungan yang bermakna antara kelompok normal tensi dan kelompok


125

hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu. Ibu hamil yang dengan kada

hormon kortisol tinggi lebih mungkin untuk mengalami hipertensi sebesar

4 kali dibandingkan ibu hamil dengan kadar hormon kortisol normal.

8. Pemilihan Kandidat Multivariat

Variabel yang pada saat dilakukan uji statistik memiliki nilai p<0,25

dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan kandidat

yang dimasukkan kedalam model multivariat (Dahlan, 2016). Hasil analisis

bivariat antara variabel independen dengan dependen disajikan dalam

tabel berikut :

Tabel 18. Hasil analisis pemilihan kandidat multivariat usiak kehamilan


27 minggu

Variabel Nilai p
Gaji 0,227
Riwayat PE/E 0,001
Aktivitas Menetap 0,161
Aktivitas Olah Raga 0,001
Stres 0,002
Hormon Kortisol 0,001
MAP K1 0,001
ROT K1 0,001

Dari 8 variabel yang nilai p < 0,25 diatas akan masuk pada model

multivariat pada usia kehamilan 27 minggu.


126

Tabel 19. Hasil analisis pemilihan kandidat multivariat usiak kehamilan


32 minggu

Variabel Nilai p
Gaji 0,227
Olahraga 0,018
Riwayat PE/E 0,026
Jarah kehamilan 0.07
Stres 0,001
Kortisol 0,001
MAP UK27 0,004
MAP UK28 0,003
MAP UK32 0,001
ROT UK27 0,001
ROT UK28 0,001
ROT UK32 0,001

Dari 12 variabel yang nilai p < 0,25 diatas akan masuk pada model

multivariat 32 minggu.

9. Model Prediktor Hipertensi Pada Kehamilan

Untuk memperoleh jawaban faktor mana yang berhubungan dengan

terjadinya hipertensi pada kehamilan maka dilakukan uji mulltivariat

dengan metode Backward. Tahapan uji multivariat meliputi : pemilihan

variabel kandidat multivariat, pembuatan model dan analisis interaksi.

a. Pembuatan model prediktor hipertensi pada usia kehamilan 27

minggu

Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik

dalam menentukan determinan hipertensi dalam kehamilan. dalam

pemodelan ini semua variabel kandidat dicobakan secara

bersama – sama. Pemilihan model dilakukan secara hirarki

dengan cara semua variabel independen yang telah lolos sensor

dimasukkan ke dalam model, kemudian yang nilainya p tidak


127

signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari

yang terbesar.

Hasil analisis model pertama hubungan dari 8 variabel

independen ditunjukkan pada tabel 4.20

Tabel 20. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel


pendapatan, stres, aktivitas olahraga, aktivitas menetap,
kortisol, riwayat PE/E, MAP dan ROT dengan terjadinya
hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Pendapatan 0,924 1,091 0,179 6,643
Stres 0,687 0,697 0,121 4,025
Olah raga 0,003 10,51 2,232 49,477
Aktivitas Menetap 0,116 3,198 0,75 13,633
Kortisol 0,008 11,239 1,901 66,44
Riwayat PE/E 0,097 9,446 0,664 134,304
MAP 0,015 7,588 1,490 38,633
ROT 0,062 4,947 0,923 26,507
Binary Logistik

Dari tabel 20 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah pendapatan, sehingga proses model selanjutnya tidak

mengikutkan variabel pendapatan. Model ini mempunyai nilai AUC

sebesar 0,929 IK 95% 0,880 – 0,978; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer

dan Lemeshow 0,4 menunjukkan model ini terkalibasi dengan baik.


128

Tabel 21. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel stres,
aktivitas olahraga, aktivitas menetap, kortisol, riwayat PE/E,
MAP dan ROT dengan terjadinya hipertensi pada usia
kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Stres 0,690 0,7 0,122 4,029
Olah raga 0,003 10,511 2,233 49,484
Aktivitas Menetap 0,099 3,118 0,808 12,033
Kortisol 0,007 11,135 1,904 65,129
Riwayat PE/E 0,097 9,455 0,666 134,209
MAP 0,015 7,572 1,488 38,529
ROT 0,058 4,862 0,946 24,983
Binary Logistik

Dari tabel 21 terlihat bahwa variabel yang mempunyai nilai p > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel stres, sehingga proses model selanjutnya tidak

mengikutkan variabel stres. Model ini mempunyai nilai AUC sebesar

0,929 IK 95% 0,880 – 0,978; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer dan

Lemeshow 0,619 menunjukkan model ini terkalibasi dengan baik.

Tabel 22. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel


aktivitas olahraga, aktivitas menetap, kortisol, riwayat PE/E,
MAP dan ROT dengan terjadinya hipertensi pada usia
kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olah raga 0,003 10,343 2,225 48,084
Aktivitas Menetap 0,086 3,235 0,847 12,361
Kortisol 0,002 8,928 2,287 34,844
Riwayat PE/E 0,092 9,731 0,690 137,293
MAP 0,015 7,464 1,476 37,737
ROT 0,064 4,680 0,915 23,940
Binary Logistik

Dari tabel 22 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel riwayat PE/E, sehingga proses model selanjutnya


129

tidak mengikutkan variabel riwayat PE/E. Model ini mempunyai nilai AUC

sebesar 0,907 (IK 95% 0,880 – 0,978; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer

dan Lemeshow 0,772 menunjukkan model ini terkalibasi dengan baik.

Tabel 23. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel


aktivitas olahraga, aktivitas menetap, kortisol, MAP dan ROT
dengan terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olah raga 0,003 9,862 2,235 43,520
Aktivitas Menetap 0,134 2,644 0,741 9,430
Kortisol 0,000 10,861 2,847 41,431
MAP 0,003 11,138 2,299 53,963
ROT 0,077 4,068 0,860 19,235
Binary Logistik

Dari tabel 23 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel aktivitas menetap, sehingga proses model

selanjutnya tidak mengikutkan aktivitas menetap. Model ini mempunyai

nilai AUC sebesar 0,907 (IK 95% 0,846 – 0,967; p = 0,001). Nilai p pada

uji Hosmer dan Lemeshow 0,706 menunjukkan model ini terkalibasi

dengan baik.

Tabel 24. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel


aktivitas olahraga, kortisol, MAP dan ROT dengan terjadinya
hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olahraga 0,002 9,456 2,224 40,196
Kortisol 0,001 10,214 2,769 37,671
MAP 0,002 11,291 2,465 51,709
ROT 0,065 4,239 0,913 19,687
Binary Logistik

Dari tabel 24 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan
130

tertinggi adalah variabel ROT, sehingga proses model selanjutnya tidak

mengikutkan ROT. Model ini mempunyai nilai AUC sebesar 0,907 (IK

95% 0,846 – 0,967; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow

0,923 menunjukkan model ini terkalibasi dengan baik.

Tabel 25. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara variabel


aktivitas olahraga, kortisol dan MAP dengan terjadinya
hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olahraga 0,003 8,332 2,053 33,819
Kortisol 0,001 9,773 2,802 34,084
MAP 0,001 17,585 4,046 76,438
Binary Logistik

Dari tabel 25 terlihat bahwa semua variabel memiliki hubungan dengan

hipertensi pada kehamilan dengan nilai p < 0,05, sehingga prosedur

berhenti pada step ini. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

variabel olah raga, kortisol dan MAP mempunyai nilai prognostik terhadap

hipertensi pada kehamilan dan hasil ini ditetapkan sebagai Model 1. Nilai

p pada uji Hosmer dan Lemeshow 0,678 menunjukkan model ini

terkalibasi dengan sangat baik karena p > 0,05. Model ini mempunyai nilai

AUC sebesar 0,892 (IK 95% 0,826 – 0,957; p = 0,001), sensitivitas 81,8%,

spesifisitas 84,1, nilai duga positif 83,7% dan nilai duga negatif 82,2%.

Persamaan logistik dari model 1 adalah sebagai berikut :

y = - 3,979 + 2,120*olahraga + 2,280*kortisol + 2,867*MAP

Model ini memiliki kualitas yang baik dari segi statistik, yaitu mempunyai

kalibrasi dan diskriminasi yang baik. Dari aspek kemampulaksanaan,


131

model 1 belum mampu laksana bagi rumah sakit dan klinik praktek bidan

mandiri yang tidak tersedia pemeriksaan hormon kortisol. Oleh karena itu,

peneliti mencari model aternatif lain tanpa mengikutsertakan variabel

kortisol.

Tabel 26. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara
variabel aktivitas olahraga, aktivitas menetap, stres dan MAP
dengan terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olahraga 0,001 8,024 2,317 27,791
MAP 0,001 14,922 3,610 61,685
Stres 0,002 6,016 1,924 18,812
Aktivitas Menetap 0,016 3,919 1,288 11,923
Binary Logistik

Dari tabel 26 terlihat bahwa semua variabel memiliki hubungan dengan

hipertensi pada kehamilan dengan nilai p < 0,05. Dengan demikian

diperoleh Model 2. Kualitas aspek kalibrasi model 2 termasuk baik karena

nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow tidak ada perbedaan antara nilai

observed dengan expected (p = 0,272). Model ini mempunyai nilai

diskriminasi atau AUC sebesar 0,884 (IK 95% 0,816 – 0,951; p = 0,001),

sensitivitas 50%, spesifisitas 92%, nilai duga positif 86,2% dan nilai duga

negatif 64,8%. Nilai ini sedikit lebih rendah dari model 1. Persamaan

logistik dari model 3 adalah sebagai berikut :

y = - 4,001 + 1,366*Aktivitas menetap + 2,082*olahraga + 2,703*MAP


+ 1,794*Stres
132

Dari aspek kemampulaksanaan, model 2 ini mampu dilaksanakan

diseluruh tempat fasilitas pelayanan kesehatan ibu hamil.

Tabel 27. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara
variabel stres dan MAP dengan terjadinya hipertensi pada
usia kehamilan 27 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
MAP 0,001 11,933 3,506 40,615
Stres 0,004 4,365 1,608 11,851
Binary Logistik

Dari tabel 27 terlihat bahwa semua variabel memiliki hubungan dengan

hipertensi pada kehamilan dengan nilai p < 0,05. Dengan demikian

diperoleh Model 3. Kualitas aspek kalibrasi model 3 termasuk baik karena

nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow tidak ada perbedaan antara nilai

observed dengan expected (p = 0,286). Model ini mempunyai nilai

diskriminasi atau AUC sebesar 0,803 (IK 95% 0,716 – 0,889; p = 0,001),

sensitivitas 42%, spesifisitas 90%, nilai duga positif 80,8% dan nilai duga

negatif 60,8%. Nilai ini lebih rendah model 1 dan 2. Persamaan logistik

dari model 4 adalah sebagai berikut :

y = - 2,405 + 2,479*MAP + 1,474*Stres

Dari aspek kemampulaksanaan, model 3 ini mampu dilaksanakan

diseluruh tempat fasilitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan sangat

mudah utuk dilakukan.


133

Untuk melihat perbandingan antara setiap model prediktor hipertensi

pada usia kehamilan 27 minggu maka peneliti melakukan uji

perbandingan model, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 28. Hasil analisis perbandingan model 1, model 2 dan model 3


sebagai prediktor hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

95% CI
Model Area S.E p
Minimal Maksimal
1. olahraga, kortisol dan
MAP 0,892 0,033 0,001 0,826 0,957
2. aktivitas menetap,
olahraga, stres dan 0,883 0,037 0,001 0,811 0,956
MAP
3. MAP dan stres 0,800 0,048 0,001 0,706 0,893

Tabel 28 menununjukkan bahwa tidak ada selisih nilai AUC sebesar 15%

antara ke empat model prediktor. Dengan demikian, secara klinis tidak

terdapat perbedaan AUC antara ke empat model prediktor. Sehingga ke

tiga model prediktor layak untuk digunakan.

Gambar 14. ROC perbandingan model 1, 2, 3 dan 4


134

b. Pembuatan model prediktor hipertensi pada usia kehamilan 32

minggu

Tabel 29. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan,


jarak kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, stres,
hormon kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32, ROT
UK27, ROT UK28 dan ROT UK32 dengan terjadinya
hipertensi dalam usia kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Pendapatan 0,499 0,448 0,044 4,590
Jarak Kehamilan 0,320 0,219 0,011 4,371
Olahraga 0,020 19,399 1,580 238,143
Riwayat PE/E 0,023 0,017 0,001 0,566
Stres 0,883 0,841 0,083 8,502
Kortisol 0,009 66,373 2,799 1574,070
MAP UK27 0,022 56,119 1,806 1744,080
MAP UK28 0,098 0,037 0,001 1,838
MAP UK32 0,100 31,904 0,514 1980,126
ROT UK27 0,976 0,964 0,089 10,394
ROT UK28 0,003 94,505 4,743 1882,994
ROT UK32 0,637 1,577 0,238 10,446
Binary Logistik

Dari tabel 29 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel ROT UK27, sehingga proses model selanjutnya

tidak mengikutkan variabel ROT UK27. Model ini mempunyai nilai AUC

sebesar 0,999 (IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer

dan Lemeshow 0,988 menunjukkan model ini terkalibasi dengan sangat

baik karena p > 0,05.


135

Tabel 30. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan,


jarak kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, stres,
hormon kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32, ROT
UK28 dan ROT UK32 dengan terjadinya hipertensi dalam
usia kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Pendapatan 0,463 0,455 0,055 3,732
Jarak Kehamilan 0,306 0,217 0,012 4,035
Olahraga 0,018 19,534 1,651 231,097
Riwayat PE/E 0,022 0,017 0,001 0,552
Stres 0,854 0,826 0,109 6,272
Kortisol 0,007 67,215 3,137 1440,093
MAP UK27 0,020 55,578 1,893 1631,661
MAP UK28 0,093 0,036 0,001 1,729
MAP UK32 0,096 32,198 0,540 1918,758
ROT UK28 0,003 93,797 4,906 1793,395
ROT UK32 0,628 1,585 0,246 10,198
Binary Logistik

Dari tabel 30 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel stres, sehingga proses model selanjutnya tidak

mengikutkan variabel stres. Model ini mempunyai nilai AUC sebesar 0,952

(IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow

0,999 menunjukkan model ini terkalibasi dengan sangat baik karena p >

0,05.
136

Tabel 31. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan,


jarak kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, hormon
kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32, ROT UK28 dan
ROT UK32 dengan terjadinya hipertensi dalam usia
kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Pendapatan 0,441 0,441 0,055 3,538
Jarak Kehamilan 0,308 0,221 0,012 4,037
Olahraga 0,018 19,670 1,659 233,209
Riwayat PE/E 0,020 0,016 0,001 0,528
Kortisol 0,006 61,616 3,338 1137,386
MAP UK27 0,019 56,344 1,932 1643,168
MAP UK28 0,092 0,036 0,001 1,727
MAP UK32 0,095 29,712 0,554 1592,797
ROT UK28 0,003 95,477 4,938 1845,890
ROT UK32 0,627 1,588 0,246 10,248
Binary Logistik

Dari tabel 31 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel ROT UK32, sehingga proses model selanjutnya

tidak mengikutkan variabel ROT UK32. Model ini mempunyai nilai AUC

sebesar 0,952 (IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer

dan Lemeshow 0,999 menunjukkan model ini terkalibasi dengan sangat

baik karena p > 0,05.


137

Tabel 32. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendapatan,


jarak kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, hormon
kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32 dan ROT UK28
dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Pendapatan 0,505 0,500 0,065 3,836
Jarak Kehamilan 0,277 0,207 0,012 3,543
Olahraga 0,021 19,515 1,570 242,496
Riwayat PE/E 0,014 0,013 0,000 0,421
Kortisol 0,003 75,694 4,175 1372,353
MAP UK27 0,016 65,045 2,183 1938,007
MAP UK28 0,083 0,032 0,001 1,563
MAP UK32 0,081 34,711 0,650 1854,101
ROT UK28 0,001 119,806 6,618 2168,948
Binary Logistik

Dari tabel 32 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah pendapatan, sehingga proses model selanjutnya tidak

mengikutkan variabel pendapatan. Model ini mempunyai nilai AUC

sebesar 0,952 (IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer

dan Lemeshow 0,813 menunjukkan model ini terkalibasi dengan sangat

baik karena p > 0,05.


138

Tabel 33. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara jarak


kehamilan, aktivitas olahraga, riwayat PE/E, hormon kortisol,
MAP UK27, MAP UK28, MAP UK32 dan ROT UK28 dengan
terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Jarak Kehamilan 0,229 0,176 0,010 2,977
Olahraga 0,021 19,833 1,583 248,447
Riwayat PE/E 0,013 0,013 0,000 0,399
Kortisol 0,003 74,919 4,221 1329,597
MAP UK27 0,014 70,358 2,361 2096,799
MAP UK28 0,076 0,029 0,001 1,444
MAP UK32 0,088 29,645 0,606 1450,368
ROT UK28 0,001 130,387 7,309 2325,893
Binary Logistik

Dari tabel 33 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel jarak kehamilan, sehingga proses model

selanjutnya tidak mengikutkan variabel jarak kehamilan. Model ini

mempunyai nilai AUC sebesar 0,952 (IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001).

Nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow 0,997 menunjukkan model ini

terkalibasi dengan sangat baik karena p > 0,05.


139

Tabel 34. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara olahraga,


riwayat PE/E, hormon kortisol, MAP UK27, MAP UK28, MAP
UK32 dan ROT UK28 dengan terjadinya hipertensi dalam usia
kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olahraga 0,026 12,862 1,352 122,327
Riwayat PE/E 0,012 0,019 0,001 0,425
Kortisol 0,002 44,085 3,861 503,371
MAP UK27 0,016 43,785 2,013 952,269
MAP UK28 0,125 0,091 0,004 1,953
MAP UK32 0,155 11,529 0,396 335,825
ROT UK28 0,001 101,949 7,473 1390,735
Binary Logistik

Dari tabel 34 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan

tertinggi adalah variabel MAP UK32, sehingga proses model selanjutnya

tidak mengikutkan variabel MAP UK32. Model ini mempunyai nilai AUC

sebesar 0,952 (IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer

dan Lemeshow 0,936 menunjukkan model ini terkalibasi dengan sangat

baik karena p > 0,05.

Tabel 35. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara olahraga,


riwayat PE/E, hormon kortisol, MAP UK27, MAP UK28 dan
ROT UK28 dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan
32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olahraga 0,025 8,548 1,301 56,167
Riwayat PE/E 0,010 0,021 0,001 0,394
Kortisol 0,001 33,740 4,040 281,776
MAP UK27 0,014 39,650 2,109 745,494
MAP UK28 0,238 0,217 0,017 2,741
ROT UK28 0,000 119,179 10,901 1302,920
Binary Logistik

Dari tabel 35 terlihat bahwa nilai p yang mempunyai nilai > 0,05 dan
140

tertinggi adalah variabel MAP UK28, sehingga proses model selanjutnya

tidak mengikutkan variabel MAP UK28. Model ini mempunyai nilai AUC

sebesar 0,952 (IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001). Nilai p pada uji Hosmer

dan Lemeshow 0,993 menunjukkan model ini terkalibasi dengan sangat

baik karena p > 0,05.

Tabel 36. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara
olahraga, riwayat PE/E, hormon kortisol, MAP UK27 dan ROT
UK28 dengan terjadinya hipertensi dalam usia kehamilan 32
minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olahraga 0,031 6,759 1,188 38,464
Riwayat PE/E 0,011 0,028 0,002 0,438
Kortisol 0,001 21,525 3,467 133,629
MAP UK27 0,016 13,618 1,623 114,269
ROT UK28 0,000 81,792 9,832 680,459
Binary Logistik

Dari tabel 36 terlihat bahwa semua variabel mempunyai nilai p < 0,05,

sehingga prosedur berhenti sampai step ini. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa olahraga > 1,6 Mets/minggu, riwayat PE/E,

kortisol, MAP UK27 dan ROT UK28 mempunyai nilai prognostik terhadap

hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu dan hasil ini ditetapkan sebagai

Model 1. Nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow 0,986 menunjukkan

model ini terkalibasi dengan baik karena p > 0,05. Model ini mempunyai

nilai AUC sebesar 0,952 (IK 95% 0,910 – 0,994; p = 0,001), sensitivitas

85,1%, spesifitas 90,2%, nilai duga positif 90,9% dan nilai duga negatif

84,1%. Persamaan logistik dari model 1 ini adalah sebagai berikut :

y = -5,451 + 1,911*olahraga – 3,560*riwayatPE/E + 3,069*Kortisol +

2,611*MAP UK27 + 4,404*ROT UK28


141

Model ini memiliki kualitas yang baik dari segi statistik, yaitu mempunyai

kalibrasi dan diskriminasi yang baik. Dari aspek kemampulaksanaan,

model 1 belum mampu laksana bagi rumah sakit dan klinik praktek bidan

mandiri yang tidak tersedia pemeriksaan hormon kortisol. Oleh karena itu,

peneliti mencari model aternatif lain tanpa mengikutsertakan variabel

kortisol.

Tabel 37. Hasil analisis multivariat regresi logistik model prediktor antara
aktivitas olahraga, stres, MAP UK27 dan ROT UK28 dengan
terjadinya hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Olahraga 0,036 3,907 1,096 13,924
Stres 0,043 3,931 1,043 14,816
MAP UK27 0,001 24,249 6,786 86,660
ROT UK28 0,014 4,501 1,362 14,877
Binary Logistik

Dari 37 terlihat bahwa semua variabel memiliki hubungan dengan

hipertensi pada kehamilan dengan nilai p < 0,05. Dengan demikian

diperoleh Model 2. Kualitas aspek kalibrasi model 2 termasuk baik karena

nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow tidak ada perbedaan antara nilai

observed dengan expected (p = 0,965). Model ini mempunyai nilai

diskriminasi atau AUC sebesar 0,905 (IK 95% 0,844 – 0,966; p = 0,001),

sensitivitas 78,2%, spesifitas 86,7%, nilai duga positif 87,8% dan nilai

duga negatif 76,5%. Nilai ini sedikit lebih rendah dari model pertama.

Persamaan logistik dari model 2 adalah sebagai berikut :

y = - 2,985 + 1,363*olahraga + 1,369*MAPUK27 + 3,188*ROTUK28


+1,504*Stres
142

Dari aspek kemampulaksanaan, model 2 ini mampu laksana bagi

rumah sakit dan klinik praktek bidan mandiri yang tidak tersedia

pemeriksaan hormon kortisol.

Tabel 38. Hasil analisis multivariat regresi logistik antara aktivitas


olahraga, stres, MAP UK27 dan ROT UK28 dengan terjadinya
hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu

95% CI
Variabel p OR
Minimal Maksimal
Stres 0,047 3,352 1,017 11,051
ROT UK28 0,001 16,741 5,156 54,351
ROT UK 32 0,049 3,364 1,008 11,230
Binary Logistik

Dari tabel 38 terlihat bahwa semua variabel memiliki hubungan dengan

hipertensi pada kehamilan dengan nilai p < 0,05. Dengan demikian

diperoleh Model 3. Kualitas aspek kalibrasi model 2 termasuk baik karena

nilai p pada uji Hosmer dan Lemeshow tidak ada perbedaan antara nilai

observed dengan expected (p = 0,758). Model ini mempunyai nilai

diskriminasi atau AUC sebesar 0,879 (IK 95% 0,844 – 0,966; p = 0,001),

sensitivitas 74,5%, spesifitas 88,9%, nilai duga positif 89,1 dan nilai duga

negatif 74,1%. Nilai ini sedikit lebih rendah dari model 1 dan model 2.

Persamaan logistik dari model 3 adalah sebagai berikut :

y = - 1,786 + 1,209*Stres + 2,818*ROT UK28 + 1,213*ROT UK 32

Dari aspek kemampulaksanaan, model 3 ini mampu laksana

diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan sangat mudah untuk

dilakukan. Untuk melihat perbandingan antara setiap model prediktor


143

hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu maka peneliti melakukan uji

perbandingan model, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 39. Hasil analisis perbandingan model 1, model 2 dan model 3


sebagai prediktor hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu

95% CI
Model Area S.E p
Minimal Maksimal
1. Olahraga, riwayat PE/E,
kortisol, MAP UK27 dan 0,952 0,021 0,001 0,910 0,994
ROT UK28
2. Olahraga, stres, MAP
UK27 dan ROT UK28 0,906 0,033 0,001 0,842 0,970
3. stres, ROT UK28 dan
ROT UK32 0,875 0,039 0,001 0,799 0,952

Tabel 39 menununjukkan bahwa tidak ada selisih nilai AUC sebesar 15%

antara ke tiga model prediktor. Dengan demikian, secara klinis tidak

terdapat perbedaan AUC antara ke tiga model prediktor hipertensi pada

usia kehamilan 32 minggu, sehingga setiap model layak untuk digunakan.

Gambar 15. ROC perbandingan model 1, 2 dan 3


144

10. Simulasi Model Prediktor Hipertensi Pada Kehamilan

Nilai variabel bebas adalah sebagai berikut :

 Olahraga bernilai 1 jika “lebih dari 1,6 Met-h/w” dan bernilai 0 jika

“kurang atau sama dengan 1,6 Met-h/w”

 Aktivitas menetap bernilai 1 jika “lebih dari 44 Met-h/w” dan

bernilai 0 jika “kurang atau sama dengan 44 Met-h/w”

 Kortisol bernilai 1 jika “lebih dari 23 mcg/dl” dan bernilai 0 jika

“kurang dari atau sama dengan 23 mcg/dl”

 MAP bernilai 1 jika “lebih dari 90 mmHg” dan bernilai 0 jika

“kurang atau sama dengan 90 mmHg”

 ROT bernilai 1 jika “lebih atau sama dengan 20 mmHg” dan

bernilai 0 jika “kurang dari 20 mmHg”

 Stres bernilai 1 jika “lebih dari skore 20 – 24” dan bernilai 0 jila

“kurang dari 20mmHg”

 Riwayat PE/E bernilai 1 jika “pernah mengalami PE/E pada

kehamilan sebelumnya” dan bernilai 0 jika “tidak pernah

mengalami PE/E pada kehamilan sebelumnya”

Aplikasi dari setiap model untuk memprediksi probabilitas seorang

pasien untuk mengalami hipertensi pada kehamilan dengan

menggunakan rumus :

di mana :
145

p = probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian (hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu)

y = konstanta + a1x1 + a2x2 + ......... + aixi

a = nilai koefisien tiap variabel

x = nilai variabel bebas

a. Contoh Soal 1:

Seorang perempuan usia 30 tahun, G2P1A0 dengan usia kehamilan

27 minggu datang ke BPM untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu

mengeluh susah tidur pada saat malam hari, sering gelisah dan lelah

tanpa sebab dan pernah mengalami hipertensi pada kehamilan

pertama. Hasil anamnesa menunjukkan bahwa skor stres 22, aktivitas

olahraga sebesar 2,4 Met-h/w dan aktivitas menetap sebesar 65,10

Met-h/w. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan MAP sebesar 96,7 mmHg

dan ROT sebesar 20 mmHg. Pemeriksaan laboratorium untuk kortisol

sebesar 25.316 mcg/dl. Berapakah probabilitas pasien untuk

mengalami hipertensi?

Jawab :

Model 1

1) Menghitung nilai y

y = - 3,979 + 2,120(olahraga) + 2,280(kortisol) + 2,867(MAP)

= - 3,979 + 2,120(1) + 2,280(1) + 2,867(1)

= 3,288
146

2) Menghitung probabilitas

= 1/ 1+ exp(-3,288)

= 1/1 + 0,03732843165

= 1/1, 03732843165 = 0,964

Dengan demikian, probabilitas pasien tersebut untuk menderita

hipertensi adalah 96,4%.

Model 2

1) Menghitung nilai y

y = - 4,001 + 1,366(aktivitas menetap) + 2,082(olahraga) +

2,703(MAP) + 1,794(stres)

= - 4,001 + 1,366(1) + 2,082(1) + 2,703(1) + 1,794(1)

= 3,944

2) Menghitung probabilitas

= 1/ 1+ exp(-3,944)

= 1/1 + 0,01937057726

= 1/1,01937057726 = 0,981

Dengan demikian, probabilitas pasien tersebut untuk menderita

hipertensi adalah 98,1%.


147

Model 3

1) Menghitung nilai y

y = - 2,405 + 2,479(MAP) + 1,474(stres)

= - 2,405 + 2,479(1) + 1,474(1)

= 1,548

2) Menghitung probabilitas

= 1/ 1+ exp(-1,548)

= 1/1 + 0,21267289455

= 1/1,21267289455 = 0,825

Dengan demikian, probabilitas pasien tersebut untuk menderita

hipertensi adalah 82,5%.

b. Contoh Soal 2:

Seorang perempuan usia 24 tahun, G2P1A0 dengan usia kehamilan

32 minggu datang ke BPM untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu

mengeluh susah tidur pada saat malam hari, sering gelisah dan lelah

tanpa sebab. Tidak memiliki riwayat PE/E. Hasil anamnesa menunjukkan

bahwa skor stres 21, aktivitas menetap sebesar 47,78 Met-h/w dan

tidak pernah olahraga. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan MAP UK27

yang lalu sebesar 93,3 mmHg dan ROT UK28 yang lalu sebesar 10

mmHg dan ROT saat ini 20mmHg. Pemeriksaan laboratorium untuk

kortisol sebesar 23.116 mcg/dl. Berapakah probabilitas pasien untuk

mengalami hipertensi?
148

Jawab :

Model 1

1) Menghitung nilai y

y = - 5,451 + 1,911(olahraga) – 3,560(riwayatPE/E) +

3,069(kortisol) + 2,611(MAP UK27) + 4,404 (ROT UK28).

= - 5,451 + 1,911(0) - 3,560(0) + 3,069(1) + 2,611(1) + 4,404

(0)

= 2,14

2) Menghitung probabilitas

= 1/ 1+ exp(- 2,14)

= 1/1 + 0,11765484302

= 1/1,11765484302 = 0,895

Dengan demikian, probabilitas pasien tersebut untuk menderita

hipertensi adalah 89,5%.

Model 2

1) Menghitung nilai y

y = - 2,985 + 1,363(olahraga) + 1,369(MAP UK27) +

3,188(ROT UK28) + 1,504(stres)

= - 2,985 + 1,363(0) + 1,369 (1) + 3,188(0) + 1,504(1)

= - 0,112
149

2) Menghitung probabilitas

= 1/ 1+ exp(0,112)

= 1/1 + 1,11851286065

= 1/ 2,11851286065 = 0,472

Dengan demikian, probabilitas pasien tersebut untuk menderita

hipertensi adalah 47,2%.

Model 3

1) Menghitung nilai y

y = - 1,786 + 1,209(stres) + 2,818(ROT UK28) + 1,213(ROT

UK32)

= - 1,786 + 1,209(1) + 2,818(0) + 1,213(1)

= 0,636

2) Menghitung probabilitas

= 1/ 1+ exp(-0,636)

= 1/1 + 0,529058177

= 1/1,529058177 = 0,654

Dengan demikian, probabilitas pasien tersebut untuk menderita

hipertensi adalah 65,4%.


150

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Sampel

Usia berdasarkan faktor risiko hipertensi pada penelitian ini antara

ibu hamil normal tensi dan hipertensi tidak berbeda. Sejalan dengan

penelitian Ahmed et al. (2018) yang meilbatkan 200 wanita hamil di Sudan

dan mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan usia ibu hamil

yang preeklamsia (rerata 28 tahun) adalah dan yang normal tensi (rerata

27 tahun). Berhe et al. (2018) dalam penelitian meta analisisnya terhadap

5 hasil penelitian tentang risiko usia terhadap hipertensi dalam kehamilan

mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan kejadian hipertensi pada

kehamilan untuk kelompok wanita usia muda (<20 tahun) dan kelompok

wanita usia dewasa (20 – 34 tahun). Tetapi risiko untuk terjadi hipertensi

lebih tinggi pada wanita usia tua (> 34 tahun) sebesar 2 kali dibandingkan

dengan usia muda. Zhang et al. (2017) dalam penelitiannya terhadap

1263 ibu hamil juga tidak menemukan adanya perbedaan usia antara

kelompok ibu hamil normal tensi (mean 32 tahun) dan ibu hamil yang

mengalami hipertensi (mean 33 tahun) dengan nilai p 0,108. Vahed et al.

(2017) juga mengatakan dari 150 ibu hamil normal tensi dan 150 ibu hamil

hipertensi di Mashadd, tidak terdapat perbedaan usia diantara kedua

kelompok dengan nilai p = 0,310.

Namun temuan bertentangan dengan penelitian Khader et al. (2017)

yang meilbatkan 21.928 di Jordan dan membagi usia kedalam 6 kategori,

yaitu 14-19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun
151

dan ≥ 40 tahun. Hasilnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan

signifikan dalam usia ibu hamil yang diamati pada kelompok normal tensi

dan hipertensi pada kehamilan. Hal ini disebabkan karena terjadi

perubahan fisiologis termasuk vasopasme, aktivasi sistem koagulasi dan

gangguan kardiovaskular yang berhubungan dengan penuaan pembuluh

darah uterus dan arteri yang kaku.

Selain usia, tingkat pendidikan juga tidak menunjukkan perbedaan

antara kelompok normal tensi dan hipertensi. Sejalan dengan penelitian

Ahmed et al. (2018) yang membagi pendidikan kedalam dua kelompok

yaitu ≤ SMP dan > SMP mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan

tingkat pendidikan antara kelompok normal tensi dan hipertensi pada

kehamilan. Begitu juga dalam penelitian Zhang et al. (2017) yang

membagi tingkat pendidikan dalam 3 kategori yaitu < 13 tahun, 13 – 16

tahun dan ≥ 16 tahun mengatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat

pendidikan yang signifikan antara ibu hamil normal tensi dengan ibu hamil

hipertensi (p = 0,216). Vahed et al. (2017) dalam penelitiannya juga

mengatakan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan

hipertensi pada kehamilan dengan nilai p = 0,083. Penelitian Kenny et al.

(2014) juga mendapatkan hasil yang sama, yaitu tidak ada perbedaan

tingkat pendidikan (< 12 tahun) pada kelompok normal tensi dan

hipertensi dalam kehamilan.

Status bekerja juga tidak berbeda antara kedua kelompok. Sejalan

dengan penelitian Vahed et al. (2017) yang menemukan hasil bahwa


152

status pekerjaan ibu hamil normal tensi tidak memiliki perbedaan dengan

status pekerjaan ibu hamil preeklampsia (p = 0,827). Kenny et al. (2014)

dalam penelitiannya yang mengelompokkan status pekerjaan sebagai

pekerja paruh waktu dan full time juga mengatakan bahwa tidak ada

perbedaan pekerjaan antara ibu hamil yang preeklampsia dan yang tidak

preekalmpsia dengan nilai p = 0,14. Ghojazadeh et al. (2013) yang

melibatkan 739 ibu hamil mendapatkan hasil bahwa status pekerjaan ibu

rumah tangga dan yang bekerja diluar rumah pada ibu hamil normal tensi

tidak memiliki perbedaan proporsi dengan ibu hamil yang mengalami

hipertensi. Nugteren et al. (2012) dalam penelitiannya yang melibatkan

4465 wanita hamil juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan

antara risiko terkait pekerjaan, seperti : berdiri terlalu lama, berjalan kaki,

angkat berat, shift malam dan jam kerja dengan gangguan hipertensi

dalam kehamilan.

Selain pendidikan, pendapatan suami, pendapatan ibu hamil,

pemasukan rumah tangga (pendapatan suami ditambah pendapatan ibu

hami), status kepemilikan rumah dan anggota dalam rumah tangga tidak

memiliki perbedaan antara kelompok ibu hamil normal tensi dan kelompok

hipertensi. Sejalan dengan penelitian Zhang et al. (2017) tentang

preeklampsia dan mengelompokkan pendapatan rumah tangga < 5000

Yuan (Rp 11.000.000), 5000 – 8000 Yuan dan ≥ 8000 Yuan (Rp

17.600.000). Hasil penelitiannya mengatakan tidak ada perbedaan

pendapatan rumah tangga pada kelompok ibu hamil normal tensi dan
153

preeklamsia. Vahed et al. (2017) dalam penelitiannya tentang hipertensi

pada kehamilan yang melibatkan 300 ibu hamil membagiakan status

pekerjaan suami ke dalam 5 kategori, yaitu bekerja, pengusaha, pensiun,

karyawan dan tidak bekerja. Dalam hasil penelitiannya dia mengatakan

bahwa tidak ada hubungan antara status bekerja suami dengan kejadian

hipertensi pada kehamilan. Yu et al. (2013) yang meneliti tentang

hipertensi pada kehamilan, membagikan pendapatan rumah tangga

menjadi 3 kategori, yaitu < 15.000 dollar hongkong (Rp. 26.250.000),

15.000-29.000 dan ≥ 30.000 (52.500.000). Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pendapatan rumah tangga

dengan kejadian hipertensi kronik dan preeklampsia dengan nilai p =

0,308.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa sampel dalam penelitian ini bersifat homogen

dikarenakan tidak adanya perbedaan proporsi kejadian hipertensi

berdasarkan karakteristik.

2. Hubungan Riwayat Obstetri Dengan Hipertensi Pada Kehamilan

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa riwayat hipertensi

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kehamilan. Ibu hamil yang

memiliki riwayat PE/E cenderung mengalami hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu sebesar 10 kali dan pada usia kehamilan 32 minggu

sebesar 2 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat PE/E.

Sejalan dengan temuan sebelumnya yang mendapatkan hasil bahwa


154

adanya hubungan riwayat hipertensi dengan hipertensi pada kehamilan

saat ini dan ibu hamil yang memiliki riwayat preeklampsia memiliki

kecenderungan untuk mengalami hipertensi atau preeklampsia pada

kehamilan saat ini sebesar 7 kali (Khader et al., 2017; Peres et al., 2018;

Quan et al., 2018).

Peneliti lain yaitu Ye et al. (2014) yang melibatkan 112.386 wanita

hamil di Cina mendapatkan hasil bahwa ibu hamil yang memiliki riwayat

keluarga hipertensi menjadi faktor yang besar untuk menyebabakan

hipertensi pada ibu hamil dengan kecenderungan 3 kali dibandingkan

yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

tekanan darah sistolik ditentukan oleh volume stroke dan elastisitas aorta

dan arteri besar, sementara tekanan darah diastolik mencerminkan

resistensi perifer yang pada dasarnya tergantung pada tekanan arteri kecil

yang kinerjanya menurun jika terjadi kekakuan pada aorta (Lai et al.,

2013). Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklamsia/eklamsia sudah

mengalami kerusakan pada sel endotelnya dan merupakan faktor risiko

terjadinya kelainan plasentasi yang pada akhirnya akan berdampak

meningkatkan tekanan darah pada kehamilan saat ini (Sava et al., 2018).

Selain itu, ibu yang memiliki riwaya hipertensi juga di indikasi

membawa gen angiotensinogen M235T dan T174M. Frekuensi Gen

M235T alel minor yang tinggi secara signifikan meningkatkan risiko

preeklampsia (p = 0,001). Sementara penurunan frekuensi pembawa

genotipe heterozigot T174M pada normaltensi memberikan efek


155

perlindungan terhadap PE (p = 0,015). Sehingga varian gen berkontribusi

terhadap peningkatan risiko preeklampsia dan komplikasinya (Zitouni et

al., 2018).

Dalam penelitian ini, riwayat abortus tidak memiliki perbedaan antara

kelompok normal tensi dan hipertensi pada kehamilan. Sejalan dengan

penelitian Vahed et al. (2017) terhadap ibu hamil yang preeklampsia

mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan riwayat abortus dengan

preeklampsia (p = 0,097). Ye et al. (2014) dalam penelitiannya juga

mengatakan bahwa riwayat abortus tidak memiliki perbedaan yang

bermakna pada ibu hamil normal tensi dengan hipertensi.

Selain riwayat abortus, paritas juga tidak berhubungan dengan

hipertensi pada kehamilan. Sejalan dengan penelitian meta analisis Berhe

et al. (2018) terhadap 7 artikel penelitian tentang hipertensi pada

kehamilan mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara paritas primi dan multi dengan hipertensi pada kehamilan. Hal ini

terjadi karena paritas memberikan efek yang berbeda terhadap setiap ibu

hamil yang mengalami hipertensi pada kehamilan. Ahmed et al. (2018)

juga ikut mendukung temuan ini, dari 200 ibu hamil di Sudan ia

mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pada kelompok

normal tensi dan preeklampsia berdasarkan paritas. Perry et al. (2018)

dalam temuannya mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara paritas dengan hipertensi pada kehamilan (p = 0,871). Begitu juga

Vahed et al. (2017) dalam hasil temuannya mengatakan bahwa tidak ada
156

hubungan paritas dengan kejadian preeklampsia (p = 0,118).

Rencana kehamilan dan jarak kehamilan dalam penelitian ini tidak

menunjukkan perbedaan antaran kelompok normal tensi dan hipertensi.

Saat wawancara mendalam dilakukan terhadap ibu hamil yang tidak

merencanakan hamil saat ini mengatakan, walaupun tidak direncanakan

ia tetap bersyukur dengan rejeki yang diberikan dan tetap menikmati

proses kehamilannya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa walaupun riwayat abortus, paritas, rencana kehamilan

dan jarak kehamilan tidak memiliki pengaruh atau hubungan terhadap

kejadian hipertensi pada kehamilan tetapi jika ibu hamil mempunyai

riwayat preekampsia/eklampsia maka kemungkinan besar ibu akan jatuh

kedalam kondisi hipertensi pada kehamilannya.

3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi pada Kehamilan

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa aktivitas total, aktivitas

menetap, aktivitas ringan, aktivitas sedang, aktivitas berat, aktivitas rumah

tangga dan aktivitas pekerjaan tidak memiliki perbedaan proposi terhadap

kejadian hipertensi pada kehamilan. Aktivitas yang secara statistik

bermakna dan memiliki perbedaan antara kedua kelompok adalah

aktivitas olaraga. Ibu hamil yang olahraga melebihi 1,6 Met-h/w

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

dengan nilai p = 0,017 dan cenderung mengalami hipertensi sebesar 6 kali

dibandingkan dengan ibu hamil yang olahraga kurang dari 1,6


157

METs/minggu. Begitu juga dengan hipertensi pada usia kehamilan 32

minggu, olahraga berlebih memiliki proposi yang berbeda terjadap

kejadian hipertensi dengan kecenderungan 2 kali lebih besar untuk

mengalami hipertensi dibandingan dengan ibu hamil olahraga kurang dari

1,6 Met-h/w.

Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

berjalan pelan kesuatu tempat, berjalan cepat ke suatu tempat, berjalan

cepat dan menaiki buki, jogging, senam ibu hamil, berenang dan menari,

dimana semua kegiatan tersebut dilakukan untuk liburan ataupun

olahraga. Sejalan dengan penelitian Nugteren et al. (2012) tentang risiko

pekerjaan terhadap hipertensi mendapatkan hasil bahwa aktivitas yang

dilakukan dalam pekerjaan seperti lama berdiri, berjalan kaki, angkat

berat, shift malam dan jam kerja tidak memiliki hubungan dengan kejadian

hipertensi pada kehamilan. Hal ini terjadi karena ibu hamil yang memiliki

komplikasi biasanya akan mengambil cuti lebih awal daripada ibu hamil

normal. Analisis yang dilakukan pada ibu hamil yang mengambil cuti lebih

awal menunjukkan bahwa mereka memang memiliki risiko yang lebih

tinggi untuk mengalami hipertensi, tetapi memiliki mengambil cuti lebih

cepat sehingga tidak melakukan aktivitas dalam hal pekerjaan. Begitu juga

dengan penelitian yang dilakukan Sehati Shafayi et al. (2012) terhadap

440 ibu hamil mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan

aktivitas fisik pada ibu hamil yang normal tensi dan hipertensi pada

kehamilan dimana rerata aktivitas fisik ibu hamil normal tensi adalah 57,3
158

dan 54,6 pada kelompok hipertensi dengan nilai p = 0,06. Hal ini terjadi

karena karakteristik ibu hamil yang tidak berbeda antara kedua kelompok.

Vollebregt et al. (2010) yang melakukan penelitian terhadap 12.377 hamil

di Amsterdam mendapatkan hasil bahwa level aktivitas fisik saat usia

kehamilan < 34 minggu dan ≥ 34 minggu tidak memiliki perbedaan yang

bermakna antara kelompok normal tensi dan preeklampsia. Artinya

aktivitas fisik di waktu luang tidak mengurangi kejadian preeklampsia pada

wanita nullipara.

Banyak variasi norma yang mengatur aktivitas fisik pada ibu hamil.

Beberapa kelompok menganjurkan ibu untuk aktif berjalan dan terlibat

dalam aktivitas normal namun tidak boleh melelahkan agar kondisi ibu dan

janin tetap dalam keadaan normal. Wanita yang melakukan aktivitas fisik

secara teratur sebelum hamil sebaiknya mengurangi kegiatannya selama

hamil. Sedangkan wanita yang tidak terbiasa aktivitas fisik selama tidak

hamil maka dianjurkan untuk beraktivtas fisik secara bertahap pada saat

hamil (Bobak et al., 2004). Kerja otot yang berlebihan mempengaruhi

pasokan volume darah pada bagian otot yang bergerak (yang melakukan

aktivitas fisik) sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi darah utero

plasenter. Volume darah ke plasenta berkurang dan kadar oksigen yang

dibawa ke uterus menurun, sehingga terjadi perfusi arteri spiralis

menyebabkan hipoksia plasenta. Hipoksia ini menyebabkan terjadinya

disfungsi endotel sehingga terjadi ketidakseimbangan vasokontriktor

(endotelium I, Tromboksan, dan Angiosintesin II). Ketidakseimbangan


159

tersebut menyebabkan vasokontriksi meningkat dalam sprektrum yang

luas sehingga terjadi hipertensi pada kehamilan (Departement of Physical

and Sport Sciences et al., 2011; Shrewood, 2014). Sejalan dengan

temuan Bezerra et al. (2012) bahwa aktivitas olahraga khususnya aerobik

pada ibu hamil lebih mungkin untuk menyebabkan terjadinya

preeklampsia di bandingkan dengan ibu hamil yang beraktivitas fisik

normal dengan nilai RR 0,31 (95% CI 0,01 – 7,09).

Temuan tersebut tidak sejalan dengan temuan sebelumnya

Cassandra (2017) yang menyatakan bahwa peningkatan aktivitas fisik

saat waktu luang berhubungan dengan penurunan risiko preeklampsia (p

= 0,02). Selain itu peningkatan jumlah waktu aktif setiap hari dikaitkan

dengan penurunan risiko terjadinya preeklamsia (p = 0,03). Perempuan

yang rata – rata aktif 8,25 jam per hari signifikan menurunkan risiko

preeklampsia dibandingkan perempuan yang kurang aktif (4,2 jam/hari).

Hal ini terjadi karena aktivitas fisik bermanfaat untuk pertumbuhan dan

perkembangan plasenta karena mengalirkan aliran darah ke kulit dan otot.

Aktivitas fisik juga merangsang pertahanan antioksidan dan meningkatkan

jumlah mitokondria dalam tubuh, memungkinkan tubuh menjadi lebih

tahan terhadap stres oksidatif. Penanda stres oksidatif, seperti peroksida

lipid akan dikurangi dengan aktivitas fisik sehingga aktivitas fisik

meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan stres oksidatif. Disfungsi

endotel yang menjadi ciri klasik preeklampsia disebabkan oleh banyak

faktor seperti dislipidemia, sitokin proinflamasi dan spesies oksigen reaktif


160

dapat dikurangi dengan aktivitas fisik. Aparicio et al. (2016) dalam

artikelnya mengatakan bahwa ibu hamil yang tidak olahraga 3 kali lebih

berisiko mengalami komplikasi akibat hipertensi pada kehamilan dan 1,5

kali cenderung mengalami hipertensi pada kehamilan. Kasawara et al.

(2013) mengatakan bahwa meskipun aktivitas fisik dan olahraga

bermanfaat untuk ibu hamil, tetapi belum ada kepastian olahraga seperti

apa yang mampu menurunkan risiko hipertensi pada kehamilan, apakah

aktivitas fisik pekerjaan, aktivitas fisik yang tinggi (Sehati Shafayi et al.,

2012). Mengingat hipotesis ini masih belum cukup bukti dan masih belum

ada ketetapan cutt of point aktivitas dan olahraga yang bermanfaat untuk

ibu hamil baik yang normal tensi ataupun hipertensi. Sehingga masih

dibutuhkan penelitian tentang aktivitas fisik dan olahraga terhadap ibu

hamil yang hipertensi yang diharapkan mampu mendapatkan nilai batas

aktivitas fisik dan olahraga yang bermanfaat untuk ibu hamil normal tensi

dan hipertensi.

4. Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Kehamilan

Dalam penelitian ini stres pada ibu hamil normal tensi berbeda

dengan stres ibu hamil hipertensi pada kehamilan. Ibu hamil yang

mengalami stres berisiko 4 kali untuk mengalami hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak stres.

Risiko terjadi hipertensi pada ibu hamil yang mengalami stres menjadi 2

kali pada usia kehamilan 32 minggu untuk mengalami hipertensi. Nasr

(2016) dalam penelitiannya juga menemukan adanya tingkat stres yang


161

parah dan depresi pada ibu hamil yang mengalami hipertensi. Begitu juga

dengan penelitian Garza-Veloz et al. (2017) yang melibatkan 321 wanita

di Mexico mendapakan hasil bahwa stres (disfungsi sosial, somatik akut,

kegelisahan dan insomsia) pada ibu hamil normal dapat meningkatkan

risiko 5 – 26 kali untuk mengalami hipertensi gestasional dan berkembang

menjadi preekampsia. Vahed et al. (2017) yang meneliti 300 ibu hamil

mendapatkan bahwa ada hubungan signifikan antara cemas dengan

preeklampsia. Ibu hamil yang mengalami kecemasan memiliki

peningkatan risiko preeklampsia sebesar 3 kali lipat dibandingkan yang

tidak cemas. Stres selama kehamilan secara langsung ataupun tidak

langsung dapat menyebabkan komplikasi kehamilan. Stres meningkatkan

aktivasi sistem saraf simpatis. Stres menyebabkan aktifnya sistem saraf

simpatis untuk menstimulasi hipotalamus agar melepaskan hormon

corticotropin-releasing- faktor (CRF), hipofisis melepaskan hormon

adenocorticotropin (ACTH) dan ACTH menstimulasi kelenjar adrenal untuk

melepaskan adrenain (epinefrin) untuk menghasilkan kortisol. Overaktif

sistem saraf simpatis menjadi faktor risiko preeklampsia (Vahed et al.,

2017)

Temuan Omidvar et al. (2018) juga ikut mendukung temuan ini,

dalam penelitiannya tentang gaya hidup sehat ibu hamil mengatakan

bahwa gaya hidup ibu hamil sangat dipengaruhi oleh stres, ibu hamil yang

mengalami stres cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat, tidak

terlalu memperhatikan kondisi kehamilannya yang pada akhirnya akan


162

menyebabakan ibu hamil jatuh kedalam kondisi yang tidak sehat termasuk

hipertensi dalam kehamilan.

Begitu juga dengan Yu et al. (2013) dalam temuannya bahwa ibu

hamil yang mengalami stres selama kehamilan cenderung mengalami

preeklampsia sebesar 2 kali dibandingkan yang tidak mengalami stres.

Hal ini diakibatkan karena stres psikologis dapat mengaktifkan sumbu

hipotalamus-hipofisis adrenalis (HPA) yang pada akhirnya akan

meningkatkan kadar kortikosteroid dan ketokolamin dalam darah, hormon

ini akan menekan produksi kelenjar adrenal dan menyebabkan

vasokontriksi pembuluh darah. Stres juga mengaktifkan sistem saraf

simpatis dan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Efek stres selama

mempengaruhi proses pembentukan plasenta sebagai organ endokrin

yang secara signifikan sensitif terhadap stres.

5. Hubungan Mean Arterial Pressure (MAP) Dengan Hipertensi

Pada Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa MAP positif (> 90 mmHg)

secara signifikan berbeda pada kelompok normal tensi dengan kelompok

hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu dan 32 minggu. Peluang ibu

hamil dengan MAP positif untuk menderita hipertensi pada usia kehamilan

27 minggu sebanyak 3,381 kali (95% CI : 2,361 – 4,841) dibandingkan

dengan MAP negatif. Peluang terjadinya hipertensi pada usia kehamilan

32 minggu pada MAP K1 positif sebesar 2,088 (95% CI : 1,182 – 3,688),

MAP K2 positif sebesar 2,658 (95% CI : 1,215 – 5,818) dan MAP K3


163

positif sebesar 0,360 (95% CI : 0,272 – 0,478). Sejalan dengan penelitian

Chan et al. (2017) dalam penelitiannya yang melibatkan 12.915 wanita

(326 hipertensi gestasional dan 82 preeklampsia) menemukan hasil

bahwa MAP trimester 1 dan karakteristik ibu hamil mampu menjadi

prediktor hipertensi gestasional dan preeklampsia dengan tingkat deteksi

76%. Gasse et al. (2017) dalam hasil penelitiannya juga mengatakan

bahwa MAP trimester 1 yang diukur dengan perangkat otomatis secara

signifikan terkait dengan risiko PE dengan tingkat deteksi 72%. (Nokele et

al. (2014) dalam penelitian mereka mendapatkan hasil bawah MAP

berbeda secara signifikan antara kelompok normal tensi dan kelompok

hipertensi (p<0,05) dan memiliki korelasi yang kuat (r=0,38). Kuc et al.

(2013) juga menemukan hasil penelitian bahwa MAP ampuh untuk

memprediksi preeklampsia pada trimester awal kehamilan dan

menghasilkan tingkat detekesi yang tinggi (72%). Sejalan dengan temuan

Nokele et al. (2014) bahwa nilai MAP lebih tinggi pada wanita

preeklampsia dibandingkan yang tidak.

Hal tersebut terjadi ketika ibu hamil tidak mampu beradaptasi

terhadap perubahan sistem kardiovaskular secara fisiologis akan

menyebabkan ketidakseimbangan antara volume darah dan curah jantung

terhadap vasodilatasi perifer yang terjadi, sehingga akan menyebabkan

terganggunya gaya darah terhadap dinding pembuluh darah. Wanita yang

mengalami preekalmpsia akan mengalami sensitivitas terhadap

angiotensin II karena adanya perubahan konfomasi reseptor angiotensi II


164

tipe-1. Peningkatan kepekaan terhadap angiotensin II ini menyebabkan

meningkatnya pelepasan aldosteron, meningkatnya vasokontriksi otot

polos, meningkatnya rearbsorbsi Na dan retensi air sehingga tekanan

darah akan meningkat termasuk tekanan sistole, diastole dan MAP

(Nokele et al., 2014).

6. Hubungan Roll Over Test dengan Hipertensi pada Kehamilan

Dalam penelitian ini, nilai ROT secara signifikan berbeda pada

kelompok normal tensi dengan kelompok hipertensi pada kehamilan.

Perbedaan ini juga memiliki hubungan positif yang sangat kuat terhadap

hipertensi pada kehamilan. Ibu hamil dengan ROT positif berisiko 20 kali

lipat untuk mengalami hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu

dibandingkan dengan kelompok ROT negatif. Pada usia kehamilan 32

minggu risiko terjadinya hipertensi meningkat pada ibu hamil dengan ROT

K1 positif sebesar 2 kali, ROT K2 positif sebesar 2 kali dan risiko terbesar

apabila ROT pada saat usia kehamilan 32 minggu positif sebesar 98 kali

dibandingkan ibu hamil dengan ROT negatif. Sejalan dengan penelitian

Walia (2015) yang melibatkan 200 ibu hamil, menyatakan bahwa ROT

positif pada usia kehamilan 28 dan 30 minggu berisiko 2 kali untuk terjadi

preeklampsia.

Temuan Kaytri (2016) dalam penelitiannya yang melibatkan 54 ibu

hamil trimester 1 mendapatkan hasil bahwa ROT mampu memprediksi

hipertensi pada kehamilan dengan spesifitas 77,77% dengan prediktif

positif 64,7%. Pada umumnya ibu hamil akan mengalami perubahan


165

hematologi dan anatomi yang fisiologis. Dimana terdapat efek yang

mendalam antara posisi ibu terhadap profil hemodinamik pada ibu dan

janin. Pada posisi terlentang tekanan dari Vena Cava Inferior (VCI)

menyebabkan penurunan aliran balik Vena ke jantung dan mengakibatkan

volume stroke dan kardiac output menurun. Berbalik dari lateral ke posisi

terlentang dapat mengakibatkan penurunan curah jantung sebesar 25%,

sehingga menyebabkan terganggunya aliran darah uteroplasenta

(Sherwood, 2014). Perubahan anatomi juga memberikan dampak

terhadap nilai ROT, dimana semakin tua usia kehamilan, maka proses

perubahan anataomi akan semakin besar dan menekan pembuluh darah

vena dan aorta saat posisi terlentang sehingga menyebabkan aliran utero

plasenta terganggu. Terganggaunya aliran uteroplasenta menyebabkan

terjadinya perubahan nilai profil hemodinamik antara ibu dan janin seiring

dengan meningkatnya tekanan darah. Pasien dengan test ROT positif

juga menunjukkan kepekaan yang tidak normal terhadap angiostensin II.

7. Hubungan Hormon Kortisol dengan Hipertensi pada Kehamilan

Hormon kortisol wanita hamil dalam penelitian ini menunjukkan

adanya perbedaan signifikan antara kelompok normal tensi dengan

kelompok hipertensi. Kecenderungan ibu hamil yang memiliki hormon

kortisol yang tinggi (> 23 nmol/dl) untuk mengalami hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu adalah 7 kali dibandingkan dengan hormon kortisol

normal. Ibu hamil dengan hormon kortisol yang tinggi pada usia kehamilan

27 minggu 4 kali lebih mungkin untuk mengalami hipertensi pada saat usia
166

kehamilan 32 minggu dibandingkan dengan ibu hamil dengan kortisol

normal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yu et al. (2013) mengatakan

bahwa ibu hamil yang mengalami peningkatan stres psikososial dapat

meningkatkan hormon kortisol dan memiliki kecenderungan 20 kali lipat

untuk mengalami preeklampsia. Kortisol meningkatkan aktivitas epinefrin,

sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi pada

arteriol aferen ginjal yang merupakan efek dari peningkatan aktivitas

epinefrin, secara tidak langsung merangsang pengaktifan Renin

Angiotensin Aldosteron System (RAAS) sebagai akibat dari penurunan

aliran darah beroksigen ke ginjal (Sherwood, 2014).

Renin merupakan enzim proteolitik akan memecah angiotensinogen

(α-globulin yang disintesis dalam hati dan beredar dalam darah) menjadi

angiotensin I (Srivastava and Dwivedi, 2016) . Angiotensin I yang (tidak

aktif) akan diubah menjadi angiotensin II (aktif) oleh Angiotensin

Converting Enzyme (ACE) dan disekresi ke paru-paru, jantung, ginjal dan

kemudian akan terikat pada endotel yang menghadap lumen di seluruh

sistem pembuluh darah. Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai

menjadi angiotensin II dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron

System (RAAS). Angiotensin II ini bekerja pada reseptor di otot polos

pembuluh darah, korteks adrenal, jantung dan sistem saraf pusat (SSP)

untuk menimbulkan kontriksi arteriol dan venula, stimulasi sintesis dan

sekresi aldosteron, stimulasi jantung dan simpatis dan efek di SSP berupa

konsumsi air dan peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH).


167

Sehingga terjadilah peningkatan resistensi perifer, reabsorbsi natrium dan

air, peningkatan denyut dan curah jantung serta peningkatan tekanan

darah (Vianna et al., 2011; Muñoz-Durango et al., 2016; Boron, 2016).

Salustiano (2013) dalam penelitiannya juga mengatakan, salah satu

penyebab hipertensi pada kehamilan adalah hormon kortisol. Peningkatan

hormon kortisol serum memiliki peran penting dalam regulasi respon imun

dan menjadi bagian dalam patomekanisme terjadinya hipertensi pada

kehamilan.

8. Aktivitas Fisik, MAP, ROT, Stres Dan Hormon Kortisol Sebagai

Prediktor Hipertensi Pada Kehamilan

Dari hasil analisis multivariabel hipertensi pada usia kehamilan 27

minggu, didapatkan 4 model yaitu Model 1 hubungan aktivitas olahraga,

hormon kortisol dan MAP sebagai prediktor hipertensi pada usia

kehamilan 27 minggu. Model 1 ini terkalibrasi dengan baik dan memiliki

nilai interpretasi kuat (89,2%). Model 2 terdiri dari aktivitas menetap,

olahraga, stres dan MAP, terkalibrasi dengan baik dan memiliki nilai

interpretasi yang kuat (88,4%), sedikit lebih rendah dari model 1 Model 3

terdiri dari stres dan MAP, terkalibrasi dengan baik dan memiliki nilai

interpretasi yang kuat (80,3%) nilai ini yang lebih kecil dibandingkan model

lainnya. Uji perbandingan tidak menunjukkan adanya perbedaan nilai AUC

> 15% yang artinya bahwa setiap model memiliki tingkat interpretasi yang

sama terhadap hipertensi pada kehamilan. Model 1 dapat dilaksanakan

pada rumah sakit yang memiliki fasilitas pemeriksaan hormon kortisol.


168

Model 2, 3 dan 4 mampu dilaksanakan pada seluruh fasilitas pelayanan

kesehatan ibu hamil. Dari semua model, hanya model 4 yang memiliki

tingkat kemampulaksanaan yang mudah yaitu dengan hanya menilai stres

dengan menggunakan kuesioner dan MAP. Disamping kemudahannya

model 4 ini tetap memiliki nilai interpretasi yang baik.

Selain prediktor hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu, hasil

penelitian juga mendapatkan 3 model akhir sebagai prediktor hipertensi

pada usia kehamilan 32 minggu. Model 1 hubungan aktivitas olahraga,

riwayat PE/E, hormon kortisol, MAP UK27 dan ROT UK28 sebagai

prediktor hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu. Model 1 ini

terkalibrasi dengan baik dan memiliki nilai interpretasi sangat kuat

(95,2%). Model 2 terdiri dari aktivitas olahraga, stres, MAP UK27dan ROT

UK28, terkalibrasi dengan baik dan memiliki nilai interpretasi yang sangat

kuat (90,5%), walaupun sedikit lebih rendah dari model 1. Model 3 terdiri

dari stres, ROT UK28 dan ROT UK32, terkalibrasi dengan baik dan

memiliki nilai interpretasi yang kuat (84,4%) dan memiliki nilai yang lebih

kecil dibandingkan model lainnya. Uji perbandingan tidak menunjukkan

adanya perbedaan nilai AUC > 15% . Model 1 dapat dilaksanakan pada

rumah sakit yang memiliki fasilitas pemeriksaan hormon kortisol dan

Model 2 dan 3 mampu dilaksanakan pada seluruh fasilitas pelayanan

kesehatan ibu hamil. Dari semua model, hanya model 3 yang memiliki

tingkat kemampulaksanaan yang mudah yaitu dengan hanya menilai stres

dengan menggunakan kuesioner dan ROT, walaupun mudah dilakukan


169

model ini tetap memiliki nilai interpretasi yang baik.

Temuan ini sejalan dengan temuan Chan et al. (2017) yang

melibatkan 12.915 wanita terdiri dari 326 hipertensi gestasional dan 82

preeklampsia. Hasilnya mengatakan model prediksi hipertensi gestasional

dengan memakai karakteristik ibu memiliki nilai AUC 67%, MAP memiliki

nilai AUC 74%. Sedangkan AUC model dari gabungan karakteristik ibu

dan MAP adalah 76%. Hasil model prediktor preeklampsia sama dengan

hipertensi gestasional. Kalibrasi model prediktor juga menunjukkan hasil

yang baik. Gasse et al. (2017) mengatakan bahwa mengukur MAP

menggunakan perangkat otomatis pada usia 11 – 13 minggu berguna

untuk mengidentifikasi wanita berisiko tinggi preeklampsia, tetapi

kemampuan deteksi MAP masih rendah sehingga perlu dikombinasi

dengan penanada lain. Kuc et al. (2013) dalam penelitiannya tentang

model prediktor preeklampsia (usia kehamilan 34 minggu) mengatakan,

model terbaik terdiri dari karakteristik ibu, MAP, protein plsama TM 1, A

Disintegrin dan Metalloprotease 12 dengan kemampuan interpretasi 72%.

Gallo et al. (2014) juga menemukan hasil bahwa MAP adalah metode

skreening terbaik untuk preeklampsia jika diambil pada usia kehamilan 11-

13 dan 20-24 minggu dengan kemampuan interpretasi 84,3% dan 52,5%.

Peneliti lain mencoba model prediktor dengan menggunakan indeks

massa tubuh (IMT), MAP dan ROT pada usia kehamilan 22 – 32 minggu

dan menemukan hasil kombinasi IMT, MAP dan ROT dinyatakan efektif

90% akan mengalami preeklampsia jika ibu hamil memiliki dua atau lebih
170

tanda positif (Suprihatin and Norontoko, 2015). Penggunakan MAP lebih

baik daripada hanya mengguanakan tekanan darah sistolik dan diastolik

(Daiv and Sawant, 2014; Gallo et al., 2014; Suprihatin and Norontoko,

2015). Ghojazadeh et al. (2013) dalam penelitiannya yang melibatkan 739

wanita hamil nullipara dengan usia kehamilan 24 – 28 minggu,

mendapatkan hasil bahwa kombinasi sederhana karakteristik demografi

dan ROT positif mampu memprediksi preeklampsia dengan sensitivitas

93% dan spesifitas 80%.

Temuan lain yaitu Kaytri (2016) menggunakan prediktor USG arteri

uterus pada usia kehamilan 11 – 13 minggu dan ROT pada usia

kehamilan 28 – 32 minggu mendapatkan hasil bahwa kombinasi USG

arteri dengan ROT memiliki nilai prediktif tinggi sebesar 96,29% dan ROT

saja 77,77%. Dengan model yang sama yaitu melakukan USG arteri uteri

pada usia 16 – 28 minggu dan ROT pada usia 28 – 32 minggu pada 100

ibu hamil risiko tinggi peneliti lainnya menemukan hasil bahwa kombinasi

keduanya memiliki spesifitas tinggi sebesar 98,53% dan 76,47% jika

hanya memakai ROT saja (Sujata et al., 2011). Hal ini terjadi karena

hipertensi supine terjadi pada 8 – 10 minggu sebelum preeklampsia terjadi

(Walia, D and Gupta, 2015).

Model prediktor hasil dari kombinasi beberapa variabel dalam

penelitian ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa olahraga akan

menyebabkan otot rangka menggerakkan tulang sehingga terjadi

kontraksi tetanik yang dapat meningkatkan aliran darah 15 – 25 kali per


171

1000 gram otot (dalam keadaan istirahat normalnya 3 – 4 ml/menit dan

kapiler yang terbuka 20 – 25). Olahraga memicu terjadinya pembukaan

kapiler sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan menyebabkan

defisiensi oksigen pada otot rangka yang bergerak. Kekurangan oksigen

ini menjadi pencetus aktifnya susunan saraf simpatis untuk memberikan

isyarat ke otak kemudian diteruskan ke otot, pusat vasomotor dan jantung

untuk meningkatkan frekuensi jantung dan kekuatan pompa jantung agar

menyuplai darah kebagian otot yang sedang bergerak. Guyton (1996)

menyatakan apabila otot bergerak secara keseluruhan maka pembukaan

kapiler darah juga akan merata secara keseluruhan sehingga

menyebabkan terjadinya aliran darah normal dan stabil pada bagian otot

dan tidak menyebabkan aliran darah pada bagian tertentu.

Isyarat dari otak ke jantung menyebabkan aliran darah yang bukan

ke otot aktif dikurangi sementara untuk menyuplai otot yang sedang aktif

(2,5 liter darah ekstra ke otot). Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan

sirkulasi darah uteroplasenta sehingga terjadi iskemik dan hipoksia

plasenta. Hipoksia ini menyebabkan terjadinya disfungsi endotel yang

pada akhirnya akan menyebabkan ketidakseimbangan bahan

vasokontriktor (endotelium I, Tromboksan, dan Angiosintesin II).

Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan vasokontriksi meningkat

dalam sprektrum yang luas sehingga terjadilah hipertensi dalam

kehamilan (Departement of Physical and Sport Sciences et al, 2011;

Sherwood, 2012).
172

Disfungsi endotel menyebabkan perubahan tekanan perfusi

hemodinamik dari organ vital ibu hamil. Karena tekanan darah sistolik

ditentukan oleh volume stroke dan elastisitas aorta dan arteri besar,

sementara tekanan darah diastolik mencerminkan resistensi perifer yang

pada dasarnya tergantung pada tekanan arteri kecil yang kinerjanya

menurun jika terjadi kekakuan pada aorta (Lai et al., 2013). Gaya yang

ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh menjadi tidak konstan

sehingga aliran darah tidak berjalan secara adekuat ke organ atau

jaringan. Hal ini menyebabkan rerata nilai arterial menjadi meningkat dari

nilai normalnya (<90 mmHg) (Sherwood, 2014; Suprihatin, 2016).

Stres juga menyebabkan aktifnya sistem saraf simpatif secara

berlebihan untuk menstimulasi hipotalamus – hipofisis - adrenal (HPA)

agar hipotalamus melepaskan hormon SFR (corticotropin-releasing

factor), hipofisis melepaskan hormon ACTH (adrenocorticotropin hormone)

ke dalam darah. Kemudian ACTH menstimulasi kelenjar adrenal untuk

melepaskan adrenalin (epineprin) untuk menghasilkan kortisol (Vahed et

al., 2017).

Iskemik dan hipoksia plasenta serta meningkatnya kadar kortisol

pada tubuh ibu hamil mengakibatkan terganggunya proses perubahan

yang seharusnya fisiologis terjadi pada kehamilan. Salah satu perubahan

itu adalah remodelling arteri spiralis dan peningkatan daya refrakter pada

pembuluh darah sehingga lumen arteri spiralis mengalami distensi dan

vasodilatasi (Prawirohardjo, 2010). Perubahan ini bertujuan untuk


173

mendukung proses kehamilan tetap dalam keadaan normal walaupun

akan menimbulkan dampak penurunan tekanan darah pada trimester I

dan mencapai titik terendah pada pertengahan kehamilan namun

biasanya akan kembali dalam keadaaan normal pada trimester III

(Prawirohardjo, 2010; Brown, 2011). Selain itu, adanya riwayat

preeklampsia akan menyebabakan kelainan plasentasi (Sava, March and

Pepine, 2018).

Karena adanya iskemik, hipoksia plasenta dan kortisol yang tinggi

serta adanya riwayat preeklamsia pada ibu, menyebabkan disfungsi

endotel akan berdampak kepada gagalnya proses remodelling arteri

spiralis akhirnya menyebabkan hipertensi dalam kehamilan (Cunningham,

2010; Sava, March and Pepine, 2018). Kegagalan remodelling arteri

spiralis menyebabkan hilangnya kemampuan refrakter pembuluh darah

terhadap bahan vasopresor sehingga pembuluh darah menjadi sangat

peka dan mudah untuk mengalami vasokontriksi. Kegagalan remodelling

arteri spiralis juga menyebabkan perubahan fisiologis pada arteri

uteroplasenta tidak melewati desiduamiometrial junction sehingga

terdapat segmen yang menyempit antara arteri radialis dengan desidua

(Brosen, 1977). Penyempitan segmen ini menyebabkan perubahan nilai

profil hemodinamik yaitu tekanan Vena Cava Inferior (VCI) saat posisi

lateral (miring kiri) dengan posisi terlentang (Sherwood, 2014) dan

dianggap negatif jika nilainya kurang dari 15 mmHg (Suprihatin and

Norontoko, 2015). Perubahan anatomi juga memberikan dampak terhadap


174

nilai ROT, dimana semakin tua usia kehamilan, maka proses perubahan

anataomi akan semakin besar dan menekan pembuluh darah vena dan

aorta saat posisi terlentang sehingga menyebabkan aliran utero plasenta

terganggu.

Selain terjadinya kegagalan plasentasi, kemampuan refrakter

pembuluh darah juga sangat dipengaruhi oleh hormon yang dilhasilkan

oleh medula adrenal (epinefrin dan norepinefrin) yang tergolong jenis

katekolamin. Adanya epnefrin akan memicu sistem saraf simpatis secara

kuat. Aktivasi ketokolamin ini disebabkan oleh hormon kortisol dimana

kadar kortisol yang tinggi akan menyebabkan aktivasi ketokolamin yang

tinggi pula sehingga akan mudah untuk terjadi vasokontriksi pembuluh

darah (Vollebregt et al., 2008) .Vasokontriksi yang terjadi pada arteriol

ginjal akibat efek dari ketokolamin meyebabkan aliran darah kaya O 2 ke

ginjal menjadi berkurang sehingga akan merangsang ginjal untuk

mensekresi renin (Sherwood, 2014).

Renin merupakan enzim proteolitik akan memecah angiotensinogen

(α-globulin) yang disintesis dalam hati dan beredar dalam darah menjadi

angiotensin I (Srivastava and Dwivedi, 2016). Angiotensin I (cenderung

tidak aktif) akan diubah menjadi Angiotensin II (aktif) oleh Angitensin

Converting Enzyme (ACE) dan disekresi ke paru – paru, jantung, ginjal

dan kemudian terikat pada endotel yang menghadap lumen di seluruh

sistem pembuluh darah. Rangkaian dari sistem renin sampai menjadi

angiotensin II dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron System


175

(RAAS). Angiotensin II bekerja pada reseptor pembuluh darah, korteks

adrenal, jantung dan sistem saraf pusat (SSP) untuk menimbulkan

kontriksi arteriol adrenal dan venula, stimulasi sintesis dan sekresi

aldosteron, stimulasi jantung dan simpatis dan efek pada SSP berupa

konsumsi air dan peningkatan sekresi antidiuretik hormone (ADH).

Sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer, reabsorbsi natrium dan air,

peningkatan denyut jantung dan curah jantung serta peningkatan tekanan

darah (Vianna et al., 2011; Muñoz-Durango et al., 2016; Boron, 2016).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Sampel penelitian berasal dari satu tempat pusat penelitian

merupakan kelemahan penelitian ini. Untuk generalisir hasil dibutuhkan

penelitian dengan jumlah subyek yang lebih besar dengan sumber subyek

berasal dari beberapa pusat lokasi penelitian. Selain itu, pengukuran

hormon kortisol hanya dilakukan pada saat pertemuan pertama dan tidak

diperiksa kembali pada saat usia kehamilan 32 minggu.


176

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Studi cros sectional telah dilakukan untuk membuktikan aktivitas

fisik, stres, MAP, ROT dan hormon kortisol sebagai prediktor hipertensi

pada kehamilan di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar. Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat disimpulkan :

1. Ada hubungan aktivitas olahraga dengan hipertensi pada

kehamilan.

2. Ada hubungan stres dengan hipertensi pada kehamilan.

3. Ada hubungan MAP dengan hipertensi pada kehamilan.

4. Ada hubungan ROT dengan hipertensi pada kehamilan.

5. Ada hubungan kortisol dengan hipertensi pada kehamilan.

6. Aktivitas fisik olahraga, stres, MAP, ROT dan kortisol dapat

digunakan sebagai model prediktor hipertensi pada kehamilan

(usia kehamilan 27 dan 32 minggu).


177

B. RINGKASAN PENELITIAN

Terdapat 6 model prediktor hipertensi pada kehamilan yang

diperoleh dari penelitian ini, yaitu 3 model untuk usia kehamilan 27 minggu

dan 3 model untuk usia kehamilan 32 minggu. Adapun 3 model prediktor

hipertensi pada usia kehamilan 27 minggu adalah :

1. Model 1 : y = - 3,979 + 2,120*olah raga + 2,280*Kortisol +

2,867*MAP

2. Model 2 : y = - 4,001 + 1,366*aktivitas menetap + 2,082*olahraga

+ 2,703*MAP. + 1,794*stres

3. Model 3 : y = - 2,405 + 2,479*MAP + 1,474*stres

Dan 3 model prediktor hipertensi pada usia kehamilan 32 minggu

adalah :

1. Model 1 : y = - 5,451 + 1,911*olahraga + 3,069*Kortisol +

2,611*MAP UK27 + 4,404*ROT UK28

2. Model 2: y = - 2,985 + 1,363*olahraga + 1,369*MAP UK27 +

3,188*ROT UK28 + 1,504*stres

3. Model 3: y = - 1,768 + 1,209*stres + 2,818*ROT UK28 +

1,213*ROT UK32
178

Untuk semua model diatas, model 1 mampu dilaksanakan pada

fasilitas pelayanan kesehatan sekunder dan tersier, sehingga peneliti

menyarankan untuk menggunakan Model 2 dan 3 pada fasilitas pelayanan

kesehatan primer karena lebih murah, mudah dan non invasif.

C. SARAN

1. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak

Deteksi dini penyakit hipertensi pada kehamilan dan deteksi faktor

risiko terhadap terjadinya hipertensi pada kehamilan perlu ditingkatkan

lebih intensif. Upaya pemahaman kepada masyarakat terkait faktor risiko

yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi pada kehamilan perlu

dilakukan melalui pendidikan kesehatan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat dilakukan dengan metode penelitian yang

berbeda, teknik sampling yang berbeda dengan sampel yang lebih besar.

Dilakukan pemeriksaan hormon kortsiol saat kontak pertama dengan

sampel, saat follow up dan sampai kontak pada usia kehamilan 32

minggu.
179

SUMBER PUSTAKA

Achadiat, C.M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri Dan Ginekologi. Cetakan I.


EGC. Jakarta.

ACOG. 2014. Preeclampsia and High Blood Pressure during Pregnancy.


p. 2014.

ACOG. 2017. Execise During Pregnancy. The American College of


Obtetricians and Gynecologists. pp. 3–5.

Adisapoetra, I.Z. 2015. Manfaat Aktivitas Fisik dan Olahraga Untuk


Kesehatan. Diambil dari Lifestyle :
http://www.slideshare.net/zulkarnainiskandar/manfaat-aktivitas-fisik-
dan-olahraga-untuk-kesehatan-1 (4 Oktober 2017)

Adisty et al. 2015. Kadar Kortisol Saliva Menggambarkan Kadar Kortisol


Serum Pasien Dermatitis Atopik (Salivary Cortisol Levels
Representing Serum Cortisol Levels in Atopic Dermatitis Patients).
BIKKK - Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin - Periodical of
Dermatology and Venereology. 27(3). pp. 170–175.

Ahmed, M.A. et al. 2018. Hepatitis B Infection And Preeclampsia Among


Pregnant Sudanese Women. Virology Journal. Virology Journal.
15(1). pp. 18–21. doi: 10.1186/s12985-018-0927-5.

Aparicio, V.A. et al. 2016. The Role Of Physical Activity On Weight Gain
And Hypertensive Disorders During Pregnancy. American Journal of
Hypertension. 29(10). p. e3. doi: 10.1093/ajh/hpw069.

Berhe, A.K. et al. 2018. Prevalence Of Hypertensive Disorders Of


Pregnancy In Ethiopia: A Systemic Review And Meta-Analysis. BMC
Pregnancy and Childbirth. BMC Pregnancy and Childbirth. 18(1). pp.
1–11. doi: 10.1186/s12884-018-1667-7.

Bezerra, S. et al. 2012. Prevention Of Preeclampsia. Journal of


Pregnancy. 2012. doi: 10.1155/2012/435090.

Brown, C. M. and Garovic, V. D. 2011. Mechanisms And Management Of


Hypertension In Pregnant Women. Current Hypertension Reports.
13(5). pp. 338–346. doi: 10.1007/s11906-011-0214-y.

Cassandra. 2017. Physical Activity during Pregnancy and Subsequent


Risk of Preeclampsia and Gestational Hypertension: a Case Control
Study. 14(7). pp. 1787–1799. doi:
10.1016/j.celrep.2016.01.043.Improved.
180

Chan, F. et al. 2017. Blood Pressure At Early Pregnancy And Gestational


Hypertensive Disorders: A Prospective Cohort Study In China. The
Lancet. Elsevier Ltd. 390. p. S62. doi: 10.1016/S0140-
6736(17)33200-2.

Cnossen, J. S. et al. 2008. Accuracy Of Mean Arterial Pressure And Blood


Pressure Measurements In Predicting Pre-Eclampsia: Systematic
Review And Meta-Analysis. BMJ (Clinical research ed.). 336(7653).
pp. 1117–1120. doi: 10.1136/bmj.39540.522049.BE.

Dahlan, M.S. 2016. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 6.


Epidemiologi Indonesia. Jakarta.

Daiv, G. R. and Sawant, V. 2014. Mean Arterial Blood Pressure For Early
Prediction In Pre Eclampsia. Online International Interdisciplinary
Research Journal. 4(5). pp. 106–116. Available at:
http://www.oiirj.org/oiirj/sept-oct2014/14.pdf.

Dharma, R. et al. 2005. Disfungsi Endotel Pada Preeklampsia. Makara


Kesehatan. 9(2). pp. 63–69.

Edward, K. 2016. Hypertension in Pregnancy : Medical Management.


Hyopertension in pregnancy. pp. 1–27.

Gallo, D. et al. 2014. Prediction Of Preeclampsia By Mean Arterial


Pressure At 11-13 And 20-24 Weeks’ Gestation’, Fetal Diagnosis and
Therapy. 36(1). pp. 28–37. doi: 10.1159/000360287.

Garza-Veloz, I. et al. 2017. Maternal Distress And The Development Of


Hypertensive Disorders Of Pregnancy. Journal of Obstetrics and
Gynaecology. Informa UK Limited. trading as Taylor & Francis
Group. 37(8). pp. 1004–1008. doi: 10.1080/01443615.2017.1313823.

Gasse, C. et al. 2017. First-Trimester Mean Arterial Blood Pressure To


Predict The Risk Of Preeclampsia. American Journal of Obstetrics
and Gynecology. 216(1). pp. S544–S545. doi:
10.1016/j.ajog.2016.11.873.

Ghojazadeh, M. et al. 2013. Prognostic Risk Factors For Early Diagnosing


Of Preeclampsia In Nulliparas. Nigerian medical journal : journal of
the Nigeria Medical Association. 54(5). pp. 344–8. doi:
10.4103/0300-1652.122368.

Henderson, J. L. and Dipietro, J. A. 2014. Concurrent Levels Of Maternal


Salivary Cortisol Are Unrelated To Self-Reported Psychological
181

Measures In Low-Risk Pregnant Women. National Institute of Health.


16(2). pp. 101–108. doi: 10.1007/s00737-012-0321-z.Concurrent.

Kane, S. C., et al. 2014. New Directions In The Prediction Of Pre-


Eclampsia. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and
Gynaecology. 54(2). pp. 101–107. doi: 10.1111/ajo.12151.

Kasawara, K. T. et al. 2013. Maternal and Perinatal Outcomes of Exercise


in Pregnant Women with Chronic Hypertension and/or Previous
Preeclampsia: A Randomized Controlled Trial. ISRN Obstetrics and
Gynecology. 2013. pp. 1–8. doi: 10.1155/2013/857047.

Kaytri, S. 2016. Role Of Uterine Artery Doppler And Roll Over Test In
Prediction Of Pregnancy Induced Hypertension. International Journal
of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology. 5(10).
pp. 3556–3559.

Kemenkes, R.I. 2011. Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas


Fisik, Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan
Aktivitas FIsik. Available at:
http://gizi.depkes.go.id/download/pedoman gizi/stranas kt
penganta.pdf-gabung.pdf.

Kemenkes, R.I. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas


Kesehatan Dasar Dan Rujukan. E-book. pp. 22–34.

Kemenkes, R.I. 2014. Hipertensi, Infodatin. doi:


10.1177/109019817400200403.

Kemenkes, R.I. 2016. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun


2015 - 2019. Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/52/2015. 7(April).
doi: 351.077 Ind r.

Kenny, L. C. et al. 2014. Early Pregnancy Prediction Of Preeclampsia In


Nulliparous Women, Combining Clinical Risk And Biomarkers: The
Screening for Pregnancy Endpoints (SCOPE) International Cohort
Study. Hypertension. 64(3), pp. 644–652. doi:
10.1161/HYPERTENSIONAHA.114.03578.

Khader, Y. S. et al. 2017. Preeclampsia In Jordan: Incidence, Risk


Factors, And Its Associated Maternal And Neonatal Outcomes. The
Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine. Informa UK Ltd. 0(0).
pp. 1–7. doi: 10.1080/14767058.2017.1297411.

Kuc, S. et al. 2013. Maternal Characteristics, Mean Arterial Pressure and


Serum Markers in Early Prediction of Preeclampsia. PLoS ONE. 8(5).
182

pp. 1–8. doi: 10.1371/journal.pone.0063546.

Lai, J. et al. 2013. Systolic, Diastolic And Mean Arterial Pressure At 30-33
Weeks In The Prediction Of Preeclampsia. Fetal Diagnosis and
Therapy. 33(3). pp. 173–181. doi: 10.1159/000345950.

Leeners, B. et al. 2007. Emotional Stress And The Risk To Develop


Hypertensive Diseases In Pregnancy. Hypertension in Pregnancy,
26(2). pp. 211–226. doi: 10.1080/10641950701274870.

Li, X. et al. 2016. Association Between Serum Cortisol And Chronic


Kidney Disease In Patients With Essential Hypertension. Kidney and
Blood Pressure Research. 41(4). pp. 384–391. doi:
10.1159/000443435.

Majid, A. 2005. Hipertenti : Fisiologi Kardiovaskular. edisi II.

Muñoz-Durango, N. et al. 2016. Role Of The Renin-Angiotensin-


Aldosterone System Beyond Blood Pressure Regulation: Molecular
And Cellular Mechanisms Involved In End-Organ Damage During
Arterial Hypertension. International Journal of Molecular Sciences,
17(7). pp. 1–17. doi: 10.3390/ijms17070797.

Nasr, E. H. 2016. Psychological Consequences Of Hypertensive Disorders


Among Pregnant Women. Scientific Research Journal (SCIRJ).
IV(Ix). pp. 1–8.

Nokele, L. A., et al. 2014. Anthropometric Characteristics and Mean


Arterial Pressure in Preeclamptic and Normotensive Pregnant
Women Visiting Antenatal Clinics: A Case Study in South Africa’s
Mthatha Area. Mediterranean Journal of Social Sciences. 5(20). pp.
2075–2083. doi: 10.5901/mjss.2014.v5n20p2075.

Nugteren, J. J. et al. 2012. Work-Related Maternal Risk Factors And The


Risk Of Pregnancy Induced Hypertension And Preeclampsia During
Pregnancy. The Generation R Study. PloS one. 7(6), p. e39263. doi:
10.1371/journal.pone.0039263.

Omidvar, S. et al. 2018. Associations Of Psychosocial Factors With


Pregnancy Healthy Life Styles. PLoS ONE. 13(1). pp. 1–13. doi:
10.1371/journal.pone.0191723.

Patricia, K. et al. 2016. Association Between Hypertension And Quality Of


Life In Pregnancy. Hypertension in pregnancy. 1955(March). pp. 1–9.
doi: 10.3109/10641955.2016.1143485.
183

Peres, G., et al. 2018. Pre-Eclampsia and Eclampsia: An Update on the


Pharmacological Treatment Applied in Portugal. Journal of
Cardiovascular Development and Disease. 5(1). p. 3. doi:
10.3390/jcdd5010003.

Perry, H. et al. 2018. Home Blood-Pressure Monitoring In A Hypertensive


Pregnant Population. Ultrasound in Obstetrics & Gynecology.
(January). doi: 10.1002/uog.19023.

Peterson, H. 2010. Genetic Studies Of Pre-Eclampsia.

Prawirohadjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina


Pustaka

POGI. 2016. Diagnosis dan Tata Laksana Pre - Eklampsia. Perkumpulan


Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Qiu, C. et al. 2007. Associations Of Depression And Depressive


Symptoms With Preeclampsia: Results From A Peruvian Case-
Control Study. BMC Women’s Health. 7(1). p. 15. doi: 10.1186/1472-
6874-7-15.

Quan, L. M. et al. 2018. An Analysis Of The Risk Factors Of Preeclampsia


And Prediction Based On Combined Biochemical Indexes.
Kaohsiung Journal of Medical Sciences. Published by Elsevier
Taiwan LLC. 34(2). pp. 109–112. doi: 10.1016/j.kjms.2017.10.001.

Ranabir, S. and Reetu, K. 2011. Stress And Hormones. Indian Journal of


Endocrinology and Metabolism. 15(1). p. 18. doi: 10.4103/2230-
8210.77573.

Reslan, O. M. and Khalil, R. A. 2010. Molecular And Vascular Targets In


The Pathogenesis And Management Of The Hypertension
Associated With Preeclampsia. Cardiovascular & hematological
agents in medicinal chemistry. 8(4), pp. 204–26. doi:
10.2174/187152510792481234.

Roberts, J. M. et al. 2012. ACOG Guidelines: Hypertension In Pregnancy.


American College of Obstetricians and Gynecologists. doi: doi:
10.1097/01.AOG.0000437382.03963.88.

Rondó, P. H. C. et al. 2010. The Relationship Between Cortisol


Concentrations In Pregnancy And Systemic Vascular Resistance In
Childhood. Early Human Development. Elsevier Ltd. 86(2). pp. 127–
184

131. doi: 10.1016/j.earlhumdev.2010.02.002.

Sabarudin, Dr. dkk. 2015. Penatalaksanaan Intensif Obstetri. Jakarta :


Sagung Seto

Salustiano, E. Ma. A. 2013. Maternal Serum Hormonal Factors in the


Pathogenesis of Preeclampsia. 68(4). pp. 305–311. doi:
10.1097/00019616-200203000-00015.

Sato, A. P. S. and Fujimori, E. 2012. Nutritional Status And Weight Gain In


Pregnant Women. Revista Latino-Americana de Enfermagem. 20(3),
pp. 462–468. doi: 10.1590/S0104-11692012000300006.

Sava, R. I., et al. 2018. Hypertension In Pregnancy: Taking Cues From


Pathophysiology For Clinical Practice. Clinical Cardiology.
(December 2017), pp. 220–227. doi: 10.1002/clc.22892.

Sehati, S. F. et al. 2012. A Comparison of Physical Activity and Nutritional


Practices in Hypertensive and Non- hypertensive Pregnant Women.
Journal of cardiovascular and thoracic research. 4(2). pp. 53–6. doi:
10.5681/jcvtr.2012.013.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Edited


by B. U. Pendit et al. Jakarta: EGC.

Srivastava, S. and Dwivedi, S. 2016. Significance of Renin Angiotensin


Aldosterone System (RAAS) pathway in High Altitude Pulmonary
Edema (HAPE) susceptibility. Journal of Clinical and Molecular
Endocrinology. 1(3). pp. 1–4. doi: 10.21767/2572-5432.100.

Sujata, S. et al. (2011) ‘Uterine Artery Notching On Color Doppler


Ultrasound And Roll Over Test In Prediction Of Pregnancy Induced
Hypertension. Journal of Obstetrics and Gynecology of India. 61(6).
pp. 649–651. doi: 10.1007/s13224-011-0110-z.

Sukfitrianty, et al. 2016. Faktor Risiko Hipertensi pada Ibu Hamil di Rumah
Sakit Hikmah Kota Makassar. Al-Shihah: Public Health Scinece
Journal. 8(1). pp.79-88.

Suprihatin, E. and Norontoko, D. A. 2015. Prediction of Preeclampsia by a


Combination of Body Mass Index (BMI), Mean Arterial Pressure
(MAP), and Roll Over Test (ROT). (November).

The IPAQ Group. 2015. International Physical Activity Questionnaire.


IPAQ Website. doi: 10.2165/11531930-000000000.
185

Vahed, A. et al. 2017. Anxiety During Pregnancy and Preeclampsia: A


Case-Control Study. Journal of Midwifery and Reproductive Health.
5(1). pp. 814–820. doi: 10.22038/jmrh.2016.7881.

Vianna, P. et al. 2011. Distress Conditions During Pregnancy May Lead


To Pre-Eclampsia By Increasing Cortisol Levels And Altering
Lymphocyte Sensitivity To Glucocorticoids. Medical Hypotheses.
Elsevier Ltd. 77(2). pp. 188–191. doi: 10.1016/j.mehy.2011.04.007.

Vollebregt, K. C. et al. 2008. Is Psychosocial Stress In First Ongoing


Pregnancies Associated With Pre-Eclampsia And Gestational
Hypertension?. BJOG: An International Journal of Obstetrics and
Gynaecology. 115(5). pp. 607–615. doi: 10.1111/j.1471-
0528.2008.01665.x.

Vollebregt, K. C. et al. 2010. Does Physical Activity In Leisure Time Early


In Pregnancy Reduce The Incidence Of Preeclampsia Or Gestational
Hypertension?. Acta Obstetricia Et Gynecologica Scandinavica,
89(2). pp. 261–267. doi: 10.3109/00016340903433982.

Walia, M., D, A. S. and Gupta, G. 2015. Comparison Between Roll-Over


Test And Placental Localization For Early Prediction Of
Preeclampsia. International Journal of Reproduction, Contraception,
Obstetrics and Gynecology. 4(December). pp. 1710–1713.

WHO, et al. 2015. Trends In Maternal Mortality: 1990 to 2015. Executive


Summary. WHO Library Cataloguing. p. 14. doi: 10.

Ye, C. et al. 2014. The 2011 Survey On Hypertensive Disorders Of


Pregnancy (HDP) In China: Prevalence, Risk Factors, Complications,
Pregnancy And Perinatal Outcomes. PLoS ONE. 9(6). doi:
10.1371/journal.pone.0100180.

Yu, Y. et al. 2013. The Combined Association Of Psychosocial Stress And


Chronic Hypertension With Preeclampsia. American Journal of
Obstetrics and Gynecology. Elsevier Inc. 209(5). p. 438.e1-438.e12.
doi: 10.1016/j.ajog.2013.07.003.

Zhang, S. et al. 2017. Hypertensive Disorders Of Pregnancy In Women


With Gestational Diabetes Mellitus On Overweight Status Of Their
Children. Journal of Human Hypertension. 31(11), pp. 731–736. doi:
10.1038/jhh.2017.17.

Zitouni, H. et al. 2018. Contribution Of Angiotensinogen M235T And


T174M Gene Variants And Haplotypes To Preeclampsia And Its
Severity In (North African) Tunisians. Journal of the Renin-
186

Angiotensin-Aldosterone System. 19(1), p. 147032031775392. doi:


10.1177/1470320317753924.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA)
"slTTI KHADIIAH 1,,
MUHAMMADIYAH CABANG MAKASSAR
JL. R.A. KARTIN| 15- 17TELP. (0411) 3624554,3629245,3627119,3614661 FAx.3627119
MAKASSAR SULAWESI SELATAN 901 1 1 E-Mail : rsia.sitti.khadijah@gmait.com

SUMT KETEMNGAN
No:bit/KET/ tv.6.AU/ F/ t439/ 20Lg

Direktur Rumah Sakit lbu dan Anak (RSIA) Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang
Makassar dengan ini menerangkan bahwa:

Nama Rumelia Lubina Sembiring

NIM P44002L60L7

Program Studi 52 Kebidanan

Institusi Universitas Hasanuddin

Benar telah melakukan penelitian di RSIA. Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang


'Makassar, pada tanggal03
]annuari s/d 02 Maret 2018.

Dengan Iudul Penelitian "AKTIVITAS FISIK STRES, MEAN ARTERIAL PRESSURE


(MAP), ROLL OVER TEST (ROT] DAN KADAR KORTISOL SERUM SEBAGAI
PREDIKTOR HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI RSIA, SITTI KHADIJAH T
MUHAMMADIYAH CABANG MAI(ASSAR"

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.


Wabillahit taufi q Walhidayah
Wassalam.

N8M.1.071.782
Tembusan:
L MPKU.PCM.Makassardi Makassar
2. Arsip
lllllmilllutilltillilIilml[
@
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SETATAH
1?0171914217296

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


BIDANG PENYELENGGAI*A/NV PELAYAT{AN PEBfiANAN

Nomor : 171001S.01P1P2T11212017 KepadaYth.


Lampiran : Direktur RSKDIA Siti Khadijah I Makassar
Perihal : lzin Penelitian

di-
Tempat

Berdasarkan surat Direktur PPs UNHAS Makassar Nomor : 68781UN4.2A.11PL.0212017 tanggal 21 Desember
2017 perihal tersebut diatas, mahasiswalpeneliti dibawah ini:

Nama RUMELIA LUBINA SEMBIRING


Nomor Pokok P44A0216A17
Program Studi Ilmu Kebidanan
Pekerjaan/Lembaga Mahasisrua(S2)
Alamat Jl. Perintis Kemerdeka-an Km. 10, Makassar

Bermaksud untuk melakukan'penelitian di daerahlkantor saudara dalam rangka penyusunan Tesis, dengan judul

" AKTIVITAS FlSlK, STRES, MEAN ARTERTAL PRESSURE (MAp), ROLL OVER TEST (ROT) DAN KADAR
KORTISOL SEBAGAI PREDIKTOR HIPERTENSI DALAM KEHAMIIAN "

Yang akan dilaksanakan dari : Tgl. 28 Desember 2017 s/d 28 Maret 2018

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pada prinsipnya kami menyetujui kegiatan dimaksud dengan
ketentuan yang tertera di belakang surat izin penelitian.

Demikian Surat Keterangan ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Diterbitkan di Makassar
Fada tanggal :27 Desember 201I

A.n. GUBERNUR SULAwEst SELATAN


KEPALA DINAS PENANAMAT.I MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU PROVINSI SULAWESI SELATAN
Selaku/hffiffihPelayanan Perizinan Terpadu

Ut"arna.Madye
3 199002 1 002

Tembusan Yth
't. Direktur PPs UNHAS Makassar di Makassag
2. Peftinggal.

stMAP PTSP 27-12-2017


KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UN IVERSITAS HASANUDDIN
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245
Website.www.rs.unhas.ac.id.Email.info@rs.unhas.ac.id Telp: (0411)591331 Fax: (0411) 591332

Nomor '21pt uN4.26. 1 .2 I P L.Og t 20 1 b 29 Maret 2018


Hal : Keterangan Selesai Pengambilan Data

Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa yang beridentitas :

Nama RUMELIA LUBINA SEMBIRING


NIM P4400216017
lnstitusi U niversitas Hasanuddin
Kode peneliti 171229 1

Telah menyelesaikan penelitian di Rumah Sakit Unhas


Terhitung : 28 Maret 2018

Sampel : Elisa
,., '' ...,

Untuk memperoleh data dalam rangka penyusunan Tesis yang berjudul:

"Aktivitas Fisik, Stres, Mean Arterial Pressure (MAP), Roll Over Test (ROT) dan Kadar
Kortisol sebagai Prediktor Hipertensi dalam Kehamilan"

Demikian surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk
dipergunakan seperlunya.

12002121002
187

Lampiran 1.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalami’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Dengan Hormat,
Nama saya Rumelia Lubina Sembiring, sedang menjalani pendidikan Magister
Kebidanan di Uiversitas Hassanudin Makassar. Saya sedang melakukan penelitian
yang berjudul “Aktifitas Fisik, Stres, Mean Arterial Pressure (Map), Roll Over Test
(Rot) Dan Kadar Kortisol Sebagai Prediktor Hipertensi Pada Kehamilan“
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab langsung dari hipertensi
dalam kehamilan. Banyak peneliti mengajukan berbagai hipotesis dan teori yang
pada dasarnya semua wanita hamil berisiko terjadi hipertensi dan komplikasi yang
diakibatkan olehnya. Faktor penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan antara
lain aktivitas fisik, stres, Mean Arterial Pressure, Roll Over Test dan kadar kortisol
yang dalam penelitian ini diartikan sebagai metode yang mampu mendetiksi
hipertensi dalam kehamilan sehingga pencegahan terhadap komplikasi yang
mungkin akan ditimbulkannya dapat dicegah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Data demografi seperti umur, paritas, jarak kehamilan dan riwayat preeklampsia
atau eklampsia pada kehamilan sebelumnya (menggunakan kuesioner
terstruktur).
2. Jenis aktivitas fisik yang dilakukan ibu hamil (menggunakan kuesioner baku).
3. Mengukur stres ibu selama hamil (menggunakan kuesioner baku).
4. Mengukur tekanan darah ibu hamil dengan menggunakan Spignomanometer
oleh peneliti sebanyak 2 kali pada posisi duduk dengan selang waktu istirahat 15
menit. Tidak ada efek samping dan tidak beresiko.
5. Mengukur tekanan darah ibu hamil dengan menggunakan Spignomanometer
oleh peneliti sebanyak 1 kali pada posisi tidur miring kiri dengan selang waktu
istirahat 15 menit dari posisi duduk. Tidak ada efek samping dan tidak beresiko.
6. Mengukur tekanan darah ibu hamil dengan menggunakan Spignomanometer
oleh peneliti sebanyak 1 kali pada posisi terlentang dengan selang waktu istirahat
15 menit dari posisi tidur miring kiri. Tidak ada efek samping dan tidak beresiko.
7. Mengukur kortisol ibu hamil dengan mengambil darah dari vena sebanyak 1ml
oleh petugas laboratorium. Efek samping berupa rasa sakit saat pengambilan
darah namun hanya sementara dan tidak beresiko.
Penelitian ini akan berlangsung selama 60 menit untuk setiap responden dan
akan dilaksanakan di bulan November 2017 sampai Januari 2018. Pemeriksaan
dilakukan 2 kali yaitu saat kontak pertama dengan peneliti dan kedua saat kontak
kedua dengan peneliti yaitu saat usia kehamilan ibu mencapai 28 minggu. Biaya
pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan pada ibu, seluruhnya menjadi
tanggung jawab peneliti. Saya selaku peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas
dan informasi yang akan diberikan oleh ibu jika bersedia menjadi responden. Peneliti
sangat berharap ibu dapat memberikan jawaban dengan sejujur – jujurnya sesuai
188

dengan kondisi yang ibu alami atau rasakan.


Sebagai tanda ucapan terima kasih atas kesediaan ibu menjadi responden,
peneliti memberikan topi bayi setelah penelitian selesai. Keikutsertaan Ibu dalam
penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Namun apabila responden ingin
mengundurkan diri oleh suatu maka responden dapat mengungkapkan langsung pada
peneliti.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada
penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini
diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Makassar, November 2017


Peneliti,

(Rumelia Lubina Sembiring)


189

Lampiran 2.

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


No. Respoden :
Umur :

Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Aktifitas Fisik, Stres,
Mean Arerial Pressure (Map), Roll Over Test (Rot) Dan Kadar Kortisol Sebagai
Prediktor Hipertensi Pada Kehamilan”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan
tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Nama Tanda Tangan Tgl/Bln/Thn


1. Responden

2. Saksi I

3. Saksi II

Penanggung Jawab Penelitian :

Rumelia Lubina Sembiring

Asrama Puteri UNHAS. Unit III. Blok A. No. 205. Tamalanrea

No. HP : 0813 – 9604 – 5555


190
No. Kasus :
No. Kontrol :
Lampiran 3. INSTRUMEN A

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

AKTIVITAS FISIK, STRES, MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP), ROLL OVER


TEST (ROT) DAN KADAR KORTISOL SEBAGAI PREDIKTOR HIPERTENSI
PADA KEHAMILAN

I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Urut Responden :..........
2. Tanggal Lahir/Umur :........../................../................../..................Tahun
3. Tanggal
II. STATUS KESEHATAN
1. Rencana Kehamilan Ya / Tidak
2. Paritas G..............P...............A................
3. Usia Kehamilan ...............Minggu...........Hari
4. Jarak Kehamilan ..............Tahun...........Bulan
5. Riwayat PE/E ......................
III. SOSIO EKONOMI

1. Status Kepemilikan
Rumah
2. Penghasilan Suami :
Isteri :
3. Anggota Keluarga
dalam rumah
IV. PEMERIKSAAN SAAT KONTAK AWAL
1. Posisi Duduk Sistole :...........mmHg; Diastole :................mmHg
Sistole :...........mmHg; Diastole :................mmHg
2. MAP .................................mmHg
3. Miring Kiri Sistole :.............mmHg; Diastole :..............mmHg
4. Terlentang Sistole :.............mmHg; Diastole :..............mmHg
5. ROT .....................................mmHg

V. PEMERIKSAAN SAAT KONTAK KEDUA


1. Posisi Duduk Sistole :...........mmHg; Diastole :................mmHg
Sistole :...........mmHg; Diastole :................mmHg
2. MAP .................................mmHg
3. Miring Kiri Sistole :.............mmHg; Diastole :..............mmHg
4. Terlentang Sistole :.............mmHg; Diastole :..............mmHg
5. ROT .....................................mmHg
VI. PEMERIKSAAN SAAT KONTAK KETIGA (32 MINGGU)
1. Posisi Duduk Sistole :...........mmHg; Diastole :................mmHg
Sistole :...........mmHg; Diastole :................mmHg
191

2. MAP .................................mmHg
3. Miring Kiri Sistole :.............mmHg; Diastole :..............mmHg
4. Terlentang Sistole :.............mmHg; Diastole :..............mmHg
5. ROT .....................................mmHg

Lampiran 4. INSTRUMEN B

Pregnancy Physical Activity Questionnaire

Instruksi : Berikan tanda ● pada jawaban dengan menggunakan pulen. Pastikan

tandai lingkaran secara penuh.

Sangat penting bagi saya agar Anda menjawab secara jujur. Pada pilihan jawaban

tidak ada nilai benar dan nilai salah. Saya hanya ingin mengetahui tentang apa yang

Anda lakukan selama trimester kehamilan saat ini.


192

1. Tanggal : ............./................./................
2. HPHT :............./..................../.............. Saya tidak Tahu
3. HPL :............../..................../.............. Saya Tidak Tahu

Selama trimester ini, ketika Anda TIDAK sedang bekerja, berapa banyak waktu yang

Anda habiskan :
193

4. Mempersiapkan 9. Merawat Anak 14. Bermain dengan


Makan (Memasak, Tidak Pernah hewan peliharaan
Menyajikan, < ½ Jam/hari Tidak Pernah
Mebersihkan) ½ - 1 jam/hari < ½ Jam/hari
Tidak Pernah 1 – 2 jam/hari ½ - 1 jam/hari
< ½ Jam/hari 2 – 3 jam /hari 1 – 2 jam/hari
½ - 1 jam/hari >3 jam/hari 2 – 3 jam /hari
1 – 2 jam/hari 10. Merawat orang >3 jam/hari
2 – 3 jam /hari dewasa 15. Membersihkan
>3 jam/hari Tidak Pernah ringan (merapikan
5. Berpakaian, Mandi, < ½ Jam/hari tempat tidur,
Memberi makan ½ - 1 jam/hari menyuci,
anak saat Duduk 1 – 2 jam/hari menyetrika,
Tidak Pernah 2 – 3 jam /hari meyusun)
< ½ Jam/hari >3 jam/hari Tidak Pernah
½ - 1 jam/hari 11. Duduk dan < ½ Jam/hari
1 – 2 jam/hari menggunakan ½ - 1 jam/hari
2 – 3 jam /hari komputer atau 1 – 2 jam/hari
>3 jam/hari menulis, ketikan 2 – 3 jam /hari
6. Berpakaian, Mandi, TIDAK bekerja >3 jam/hari
Memberi makan Tidak Pernah 16. Belanja (Untuk
anak saat Berdiri < ½ Jam/hari makanan, baju atau
Tidak Pernah ½ - 1 jam/hari yang lainnya)
< ½ Jam/hari 1 – 2 jam/hari Tidak Pernah
½ - 1 jam/hari 2 – 3 jam /hari < ½ Jam/hari
1 – 2 jam/hari >3 jam/hari ½ - 1 jam/hari
2 – 3 jam /hari 12. Menonton TV dan 1 – 2 jam/hari
>3 jam/hari Radio 2 – 3 jam /hari
7. Bermain dengan Tidak Pernah >3 jam/hari
Anak saat Duduk < ½ Jam/hari 17. Membersihkan yang
dan Berdiri ½ - 1 jam/hari berat (Vacuum,
Tidak Pernah 1 – 2 jam/hari Mengepel,
< ½ Jam/hari 2 – 3 jam /hari Membersihkan
½ - 1 jam/hari >3 jam/hari Jendela)
1 – 2 jam/hari 13. Duduk dan Tidak Pernah
2 – 3 jam /hari membaca, < ½ Jam/hari
>3 jam/hari berbicara atau ½ - 1 jam/hari
8. Bermain dengan mengangkat telpon, 1 – 2 jam/hari
Anak saat Berjalan saat TIDAK kerja 2 – 3 jam /hari
dan Berlari Tidak Pernah >3 jam/hari
Tidak Pernah < ½ Jam/hari 18. Memotong rumput
< ½ Jam/hari ½ - 1 jam/hari dengan mesin
½ - 1 jam/hari 1 – 2 jam/hari Tidak Pernah
1 – 2 jam/hari 2 – 3 jam /hari < ½ Jam/hari
2 – 3 jam /hari >3 jam/hari ½ - 1 jam/hari
>3 jam/hari 1 – 2 jam/hari
194

2 – 3 jam /hari 2 – 3 jam /hari


>3 jam/hari UNTUK LIBURAN >3 jam/hari
19. Memotong rumput ATAU OLAH RAGA 28. Berenang
menggunakan 23. Berjalan pelan ke Tidak Pernah
mesin berjalan suatu tempat untuk < ½ Jam/hari
Tidak Pernah liburan atau olah ½ - 1 jam/hari
< ½ Jam/hari raga 1 – 2 jam/hari
½ - 1 jam/hari Tidak Pernah 2 – 3 jam /hari
1 – 2 jam/hari < ½ Jam/hari >3 jam/hari
2 – 3 jam /hari ½ - 1 jam/hari 29. Berdansa
>3 jam/hari 1 – 2 jam/hari Tidak Pernah
2 – 3 jam /hari < ½ Jam/hari
BERPERGIAN KE >3 jam/hari ½ - 1 jam/hari
SUATU TEMPAT 24. Berjalan cepat ke 1 – 2 jam/hari
20. Berjalan pelan ke suatu tempat untuk 2 – 3 jam /hari
suatu tempat (naik liburan atau olah >3 jam/hari
bus, work, raga
berkunjung) Bukan Tidak Pernah Apakah Anda sedang
untuk olah raga < ½ Jam/hari melakukan liburan atau
Tidak Pernah ½ - 1 jam/hari jenis olah raga lain?
< ½ Jam/hari 1 – 2 jam/hari Jika Ya, sebutkan
½ - 1 jam/hari 2 – 3 jam /hari jenisnya
1 – 2 jam/hari >3 jam/hari 30. ................................
2 – 3 jam /hari 25. Berjalan cepat dan ....
>3 jam/hari menaiki bukit ke Tidak Pernah
21. Berjalan cepat ke suatu tempat untuk < ½ Jam/hari
suatu tempat (naik liburan atau olah ½ - 1 jam/hari
bus, work, raga 1 – 2 jam/hari
berkunjung) Bukan Tidak Pernah 2 – 3 jam /hari
untuk olah raga < ½ Jam/hari >3 jam/hari
Tidak Pernah ½ - 1 jam/hari 31. ................................
< ½ Jam/hari 1 – 2 jam/hari ....
½ - 1 jam/hari 2 – 3 jam /hari Tidak Pernah
1 – 2 jam/hari >3 jam/hari < ½ Jam/hari
2 – 3 jam /hari 26. Jogging ½ - 1 jam/hari
>3 jam/hari Tidak Pernah 1 – 2 jam/hari
22. Mengemudi mobil < ½ Jam/hari 2 – 3 jam /hari
atau bus ½ - 1 jam/hari >3 jam/hari
Tidak Pernah 1 – 2 jam/hari
< ½ Jam/hari 2 – 3 jam /hari PEKERJAAN
½ - 1 jam/hari >3 jam/hari 32. Duduk saat bekerja
1 – 2 jam/hari 27. Senam Ibu Hamil atau di kelas
2 – 3 jam /hari Tidak Pernah Tidak Pernah
>3 jam/hari < ½ Jam/hari < ½ Jam/hari
½ - 1 jam/hari ½ - 1 jam/hari
1 – 2 jam/hari 1 – 2 jam/hari
195

2 – 3 jam /hari Tidak Pernah 36. Berjalan cepat saat


>3 jam/hari < ½ Jam/hari bekerja BUKAN
33. Berdiri atau berjalan ½ - 1 jam/hari untuk mengambil
pelan saat bekerja 1 – 2 jam/hari sesuatu
ketika mengambil 2 – 3 jam /hari Tidak Pernah
sesuatu >3 jam/hari < ½ Jam/hari
Tidak Pernah 35. Berjalan cepat saat ½ - 1 jam/hari
< ½ Jam/hari bekerja untuk 1 – 2 jam/hari
½ - 1 jam/hari mengambil sesuatu 2 – 3 jam /hari
1 – 2 jam/hari Tidak Pernah >3 jam/hari
2 – 3 jam /hari < ½ Jam/hari
>3 jam/hari ½ - 1 jam/hari
34. Berdiri atau berjalan 1 – 2 jam/hari Harap diperiksa
pelan saat bekerja 2 – 3 jam /hari kembali, jangan
BUKAN untuk >3 jam/hari sampai ada yang
mengambil sesuatu terlewatkan. Terima
kasih.
196

Metabolic Equivalent (MET) Values for Activities in American Time


Use Survey (ATUS)

Kategori Utama Kategori Umum Kategori Spesifik Nilai


MET
Olah raga, 1. Berpartisipasi dalam Aerobik 6,83
Latihan dan Olah raga, latihan dan Berjalan 3,80
Rekreasi rekreasi Yoga 3,00
Bersepeda 8,00
Berdansa 4,50
Olahraga Berkuda 5,33
Memancing 4,50
2. Menghadiri Olah raga, Melihat Aerobik 1,50
latihan dan rekreasi Melihat Berjalan 1,50
Melihat Yoga 1,50
Melihat Bersepeda 1,50
Melihat Berdansa 1,50
Melihat Olahraga Berkuda 1,50
Melihat Memancing 1,50
Kegiatan 1. Praktek keagamaan dan Menghadiri pelayanan keagamaan 1,42
Keagamaan dan spiritual Berpartisipasi dalam praktek 1,89
Spiritual keagamaan
Menunggu berkaitan dengan Praktek 1,50
keagamaan dan spiritual
Prosedur keamanan berkaitan dengan 2,33
Praktek keagamaan dan spiritual
Kegiatan relawan 1. Administrasi dan Menggunakan komputer 1,50
mendukung aktivitas Merencanakan dan mempersiapkan 1,50
Membaca 1,50
Menganggat panggilan telepon 1,50
Menulis 1,50
Pelangganan dana 1,70
2. Kegiatan perawatan dan Menyiapakan makanan, menyajikan 2,45
pelayanan sosial dan membersihkan
(kecuali medis) Menggumpulkan dan mengantar 2,65
pakaian barang dan lainnya
Memberikan perawatan 2,25
Mengajar, memimpin, konseling dan 2,14
mentoring
3. Kegiatan pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan bangunan dan 3,56
bangunan dan membersihkan bangunan bagian
membersihkan dalam dan luar
bangunan bagian dalam
dan luar
Pertunjukan 2,92
197

4. Berpartisipasi dalam Melayani acara relawan dan kegiatan 1,83


kegiatan kebudayaan kebudayaan
5. Mengadiri, rapat, Mengadiri, rapat, musyawarah dan 1,50
musyawarah dan mentoring
mentoring
6. Kegiatan kesehatan dan Kegiatan kesehatan dan keselamatan 2,50
keselamatan masyarakat
masyarakat
198

Lampiran 5. INSTRUMEN C
Kessler Psychological Distress Scale (K10)

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Ibu diminta untuk
menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang
paling sesuai dengan pengalaman Ibu selama trimester kehamilan ini. Tidak
ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan
diri Ibu yang sesungguhnya yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas
dalam pikiran Ibu.

1. Seberapa sering Anda merasa lelah tanpa alasan yang tidak bagus?
1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

2. Seberapa sering Anda merasa gugup?


1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

3. Seberapa sering Anda merasa gugup dan tidak ada bisa menenangkan diri Anda?
1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

4. Seberapa sering Anda merasa putus asa?


1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

5. Seberapa sering Anda merasa resah dan gelisah?


1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

6. Seberapa sering Anda merasa resah sehingga Anda tidak bisa duduk diam?
1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

7. Seberapa sering Anda merasa murung?


1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

8. Seberapa sering Anda merasa semua adalah usaha?


1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

9. Seberapa sering Anda merasa sedih dan tidak ada yang bisa membuat Anda
senang?
1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu

10. Seberapa sering Anda merasa tak berguna?


1. Tidak Pernah 2. Hanya Sekali 3. Terkadang 4. Sering 5. Setiap Waktu
Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
Lampiran 6 MASTER DATA
KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN

TD 32 Rencana Jarak Riwayat Status Gaji Suami


No TD 1 Usia Pendidikan Pekerjaan Paritas Abortus Anggota dalam Rumah Gaji Suami Gaji Istri
Minggu Hamil kehamilan PE/E Rumah + Istri
1 110/70 120/80 25 S1 WIRASWASTA Tidak 1 0 0 Negatif Kontrak Suami 3500000 2600000 6.100.000
Orang tua, suami, anak
2 130/70 140/90 29 D3 HONOR Ya 3 0 96 Negatif Orang Tua 400.000 0 400.000
2
Mertua, Suami, Adik
3 100/60 120/80 32 S1 IRT Ya 5 3 114 Negatif Mertua 5000000 0 5.000.000
Ipar 2
Mertua Perempuan
4 120/80 120/80 28 S1 Guru Ya 1 0 0 Negatif Mertua 2500000 2300000 4.800.000
(Sakit), adik kandung 1
Orang tua, 1 kakak, 1
5 140/90 140/90 33 SMA IRT Ya 1 0 0 Negatif Orang Tua 2.800.000 2.800.000
adik
Orang tua, 3 anak dan
6 100/70 120/80 32 D3 HONOR Tidak 4 0 9 Negatif Orang Tua 2.000.000 1.000.000 3.000.000
4 adik
7 120/70 120/70 27 D3 HONOR Ya 1 0 0 Negatif Orang Tua Mertua, Suami 2.000.000 1.000.000 3.000.000
Orang tua, suami, anak
8 170/100 140/100 42 S1 SWASTA Tidak 3 0 24 Positif Orang Tua 5000000 5000000 10.000.000
2, adik 1
9 100/70 120/80 38 S1 SWASTA Tidak 3 0 22 Negatif Pribadi Suami dan Anak 4000000 2500000 6.500.000
10 120/80 120/80 32 S1 SWASTA Ya 2 0 24 Negatif Kontrak Suami dan anak 2.500.000 2.500.000 5.000.000
Suami, Ibu Kandung
11 110/70 120/70 28 SMA IRT Ya 2 0 19 Negatif Pribadi 4000000 0 4.000.000
dan Anak
12 170/110 160/120 32 S1 WIRASWASTA Ya 2 0 42 Negatif KPR Suami dan Anak 6000000 1000000 7.000.000
13 150/100 140/90 20 S1 KONSULTAN Ya 1 0 0 Negatif Pribadi orang tua, tante, suami 3.000.000 15.000.000 18.000.000
suami, mertua
14 130/80 120/80 34 SMA SPG ya 2 0 0 Negatif Pribadi 300.000 2.500.000 2.800.000
perempuan
15 100/80 120/80 28 S1 IRT tidak 2 0 17 Negatif Pribadi Suami, metua 3.000.000 0 3.000.000
16 110/70 120/80 27 D3 SWASTA ya 1 0 0 Negatif Pribadi Suami, 2 adek kandung 5.000.000 1.800.000 6.800.000
SUAMI, MERTUA, IPAR
17 120/70 120/70 22 S1 IRT YA 1 0 0 Negatif Pribadi 5.000.000 0 5.000.000
2
18 140/80 110/80 35 S1 PNS TIDAK 5 2 48 Negatif Pribadi IBU, SUAMI ANAK 2 2.000.000 3.000.000 5.000.000
19 190/130 160/100 39 S1 IRT TIDAK 4 0 12 Positif KPR Suami dan Anak 3.000.000 0 3.000.000
MERTUA 2 DAN
20 120/80 120/80 24 D3 IRT YA 1 0 0 Negatif Pribadi 5.000.000 0 5.000.000
SUAMI
21 120/80 120/70 30 SMA IRT YA 1 0 0 Negatif Pribadi SUAMI 3.000.000 0 3.000.000
22 130/90 110/70 35 SMP IRT Ya 3 0 120 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 2 3.000.000 0 3.000.000
IBU, SUAMI, KAKAK 1,
23 110/70 120/80 34 S1 HONOR Ya 1 0 0 Negatif Pribadi 3.000.000 1.000.000 4.000.000
KEPONAKAN 1
24 140/90 140/90 27 S2 DOSEN ya 1 0 0 Negatif Pribadi SUAMI 3.500.000 4.000.000 7.500.000
MERTUA, SEPUPU,
25 120/70 120/70 28 SMA IRT YA 2 0 40 NEGATIF PRIBADI 7.000.000 0 7.000.000
DAN SUAMI
26 110/70 140/90 30 S1 PNS YA 2 0 36 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.000.000 3.000.000 6.000.000
SAUDARA 2, ANAK 2
27 110/70 140/90 28 S1 IRT YA 3 0 48 NEGATIF PRIBADI 3.900.000 0 3.900.000
DAN SUAMI
ORANG TUA, ADIK 1,
28 120/80 140/80 31 SMK PNS YA 2 0 54 NEGATIF PRIBADI 2.500.000 2.000.000 4.500.000
SUAMI DAN ANAK
ADIK 1, ORANG TUA,
29 120/70 140/90 36 S1 IRT YA 4 2 24 NEGATIF PRIBADI 3.000.000 0 3.000.000
SUAMI DAN ANAK
30 120/80 140/80 28 S1 IRT YA 3 0 12 NEGATIF PRIBADI SUUAMI DAN ANAK 4.500.000 0 4.500.000
SUAMI, ANAK 2, IBU
31 100/70 120/80 35 S1 SWASTA YA 3 0 24 NEGATIF PRIBADI KANDUNG, DAN ADIK 10.000.000 3.000.000 13.000.000
1
32 110/80 140/90 29 SMA IRT YA 2 0 36 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.500.000 0 3.500.000
33 140/90 140/90 28 SMA IRT YA 1 0 0 Negatif Kontrak SUAMI 2.000.000 0 2.000.000
34 100/80 120/80 35 S2 DOSEN YA 4 0 24 NEGATIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 2 3.000.000 3.000.000 6.000.000
ORANGTUA DAN
35 120/80 110/70 21 SMA IRT YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 3.000.000 0 3.000.000
SUAMI
ORANGTUA, ADIK 4
36 90/60 120/70 33 SD IRT YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 3.500.000 0 3.500.000
DAN SUAMI
37 120/80 120/80 25 S1 WIRASUSAHA YA 1 0 0 Negatif Pribadi SUAMI 3.000.000 2.500.000 5.500.000
ORANGTUA,
38 100/70 100/70 23 SMA IRT YA 2 0 36 NEGATIF ORANGTUA KEPONAKAN 1 DAN 2.300.000 0 2.300.000
SUAMI
39 120/80 120/70 33 D1 IRT YA 2 0 84 NEGATIF KONTRAK SUAMI DAN ANAK 3.000.000 0 3.000.000
ORANGTUA DAN
40 100/80 110/70 25 D3 IRT YA 3 0 12 NEGATIF ORANGTUA 2.500.000 0 2.500.000
SUAMI
41 130/80 120/80 31 S1 HONOR YA 3 0 36 NEGATIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 3.300.000 7500000 10.800.000
42 110/70 140/90 40 SMA IRT YA 3 0 72 NEGATIF Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.000.000 0 3.000.000
SUAMI, IBU, ADIK DAN
43 140/90 130/80 24 SMA IRT YA 3 1 12 NEGATIF ORANGTUA 3.000.000 0 3.000.000
ANAK 1
ORANGTUA DAN
44 110/80 140/90 17 SMA PELAJAR YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 2.000.000 0 2.000.000
SUAMI
45 150/90 140/90 34 SMA SPG YA 2 0 0 POSITIF Pribadi SUAMI 3.000.000 2.500.000 5.500.000
46 140/100 140/90 23 D3 SWASTA YA 1 0 0 NEGATIF MERTUA MERTUA DAN SUAMI 1.500.000 1.500.000 3.000.000
TANTE, SEPUPU 2
47 130/80 120/80 29 SMA IRT YA 2 1 12 POSITIF NENEK 1.000.000 0 1.000.000
DAN SUAMI
MERTUA, SAUDARA 3
48 160/90 140/90 22 SMK IRT YA 2 1 8 NEGATIF MERTUA 2.000.000 0 2.000.000
DAN SUAMI
49 120/70 120/80 36 S1 WIRASWASTA YA 3 0 36 Negatif Pribadi SUAMI dan ANAK 4.000.000 2.500.000 6.500.000
50 120/80 120/70 36 SMA IRT YA 1 0 0 Negatif Kontral SUAMI 2.000.000 0 2.000.000
51 130/80 120/80 36 SMA IRT YA 2 0 72 POSITIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 3.700.000 0 3.700.000
SAUDARA KANDUNG
52 150/100 140/90 29 D3 IRT YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 10.000.000 0 10.000.000
DAN IPAR
53 120/80 120/80 27 S1 HONOR YA 2 1 1 NEGATIF MERTUA NENEK DAN SUAMI 2.000.000 2000000 4.000.000
54 130/90 120/80 37 S1 PNS YA 3 0 84 NEGATIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 4.000.000 3.600.000 7.600.000
SUAMI DAN
55 110/70 120/70 26 SMA IRT YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 2.500.000 0 2.500.000
ORANGTUA
ORANGTUA, ADIK,
56 140/90 140/90 28 SMP IRT YA 2 0 84 NEGATIF ORANGTUA IPAR, KEPONAKAN, 2.100.000 0 2.100.000
SUAMI DAN ANAK
57 140/90 140/90 29 SD IRT YA 3 0 60 NEGATIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 1.500.000 0 1.500.000
58 150/100 140/100 36 S1 PNS YA 5 2 60 POSITIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 3.500.000 4.000.000 7.500.000
SUAMI,
59 140/90 140/90 35 S1 HONOR YA 4 2 36 NEGATIF ORANGTUA MERTUA,NENEK, IPAR 1.000.000 3500000 4.500.000
DAN ANAK
ORANGTUA,SAUDARA
60 160/110 150/90 34 D3 PERAWAT YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 2.000.000 1.000.000 3.000.000
DAN SUAMI
61 140/90 150/90 38 S1 GURU YA 3 0 60 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 4.000.000 3.750.000 7.750.000
62 120/80 140/90 33 SMA IRT YA 3 0 24 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.000.000 0 3.000.000
SUAMI DAN
63 130/90 120/80 24 SMA IRT YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 2.500.000 0 2.500.000
ORANGTUA
64 120/80 120/80 38 SPK PNS TIDAK 6 1 12 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.500.000 3.000.000 6.500.000
ORANGTUA, SUAMI
65 110/80 120/80 22 SMP IRT YA 2 0 36 Negatif ORANGTUA 2.500.000 0 2.500.000
IPAR
66 110/70 140/90 24 D3 IRT YA 1 0 0 NEGATIF PRIBADI SUAMI 3.500.000 0 3.500.000
67 110/80 120/80 33 S1 SWASTA YA 2 0 18 NEGATIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 3.000.000 3.000.000 6.000.000
68 110/80 140/90 30 S1 HONOR YA 1 0 0 Negatif Mertua SUAMI DAN MERTUA 1.500.000 500.000 2.000.000
69 150/110 140/90 27 S2 DOSEN YA 1 0 0 NEGATIF PRIBADI SUAMI 3.500.000 4.000.000 7.500.000
70 150/90 140/90 23 SMA IRT YA 1 0 0 Negatif Kontrak SUAMI 2.000.000 0 2.000.000
71 140/90 130/80 26 SMK IRT YA 1 0 0 NEGATIF MERTUA MERTUA, SUAMI, IPAR 2.500.000 0 2.500.000
KAKAK KANDUNG 3,
72 160/100 140/80 24 D3 HONORER YA 3 2 0 POSITIF ORANGTUA 2.000.000 3000000 5.000.000
SUAMI
73 140/90 140/90 25 S1 IRT YA 1 0 0 NEGATIF OM ADIK 1, SUAMI 2.000.000 0 2.000.000
TANTE, KAKAK DAN
74 150/100 130/80 40 S1 IRT YA 1 0 0 NEGATIF ORANGTUA 2.700.000 0 2.700.000
SUAMI
75 160/100 140/90 36 S1 IRT YA 2 0 72 POSITIF PRIBADI SUAMI DAN ANAK 3.000.000 0 3.000.000
OMA, MERTUA, DAN
76 140/90 140/90 35 D3 RESEPSIONIS YA 1 0 0 NEGATIF MERTUA 3.000.000 3.000.000 6.000.000
SUAMI
77 140/90 140/90 28 D3 BIDAN YA 2 0 24 Positif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.000.000 1.000.000 4.000.000
78 140/100 140/90 31 S2 DOSEN YA 1 0 0 Negatif Pribadi SUAMI 3.000.000 3.000.000 6.000.000
ORANGTUA DAN
79 140/90 150/100 44 SMA IRT YA 4 1 108 POSITIF ORANGTUA 15.000.000 0 15.000.000
ANAK
80 160/100 140/90 27 SMA IRT YA 2 0 36 Positif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.000.000 0 3.000.000
81 170/110 140/90 24 SMA SWASTA YA 2 0 24 Positif Pribadi SUAMI DAN ANAK 4.000.000 3.000.000 7.000.000
82 150/110 140/100 24 SMP IRT YA 3 0 24 Negatif ORANGTUA IBU, SUAMI DAN ANAK 2.200.000 0 2.200.000
ORANGTUA DAN
83 140/90 150/90 24 S1 IRT YA 1 0 0 Negatif ORANGTUA 2.800.000 0 2.800.000
SUAMI
PENDAMPING BAPAK, ANAK DAN
84 140/100 140/90 35 SMA YA 4 0 84 Negatif ORANGTA 2.800.000 2.400.000 5.200.000
DESA SUAMI
SUAMI ANAK DAN
85 140/100 140/90 33 SMA IRT YA 2 0 24 Negatif Pribadi 10.000.000 0 10.000.000
PEMBABTU
86 160/100 130/80 42 SD IRT YA 8 1 12 Positif Kontrak SUAMI DAN ANAK 3.000.000 0 3.000.000
87 140/100 140/80 26 D3 BIDAN YA 1 0 0 Negatif Pribadi SUAMI 5.000.000 2.000.000 7.000.000
SUAMI DAN
88 140/100 140/90 27 S1 IRT YA 1 0 0 Negatif ORANGTUA 2.000.000 0 2.000.000
ORANGTUA
89 160/100 140/90 28 SMK IRT YA 2 0 72 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 2.500.000 0 2.500.000
ORANGTUA,
90 140/90 130/80 28 S1 SWASTA YA 1 0 0 Negatif ORANGTUA 2.750.000 2.500.000 5.250.000
SAUDARA DAN SUAMI
91 140/90 130/80 32 SMA WIRASWASTA YA 2 0 72 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 2.000.000 2.000.000 4.000.000
92 150/90 140/90 42 SMA IRT TIDAK 6 0 12 Positif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.500.000 0 3.500.000
93 140/90 140/90 29 SMP IRT TIDAK 5 1 12 Positif Kontrak SUAMI DAN ANAK 1.500.000 0 1.500.000
94 150/90 130/80 35 SMA SWASTA YA 3 0 48 Negatif Kontrak SUAMI DAN ANAK 2.750.000 1.000.000 3.750.000
95 140/90 140/80 38 D3 SWASTA YA 3 0 60 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.500.000 2.000.000 5.500.000
ORANGTUA, SUAMI
96 160/100 140/90 30 D3 HONORER YA 2 0 24 Negatif ORANGTUA 1.000.000 500000 1.500.000
DAN ANAK
97 160/100 150/100 30 SMA SWASTA YA 2 0 48 Negatif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.500.000 800.000 4.300.000
98 160/100 140/90 31 D3 SWASTA YA 3 0 24 Positif Pribadi SUAMI DAN ANAK 3.500.000 600.000 4.100.000
99 140/90 140/90 42 S1 PNS YA 4 1 48 Positif Pribadi SUAMI DAN ANAK 4.000.000 3.500.000 7.500.000
100 140/90 140/90 23 SMA SWASTA YA 1 0 0 NEGATIF KONTRAK SUAMI 1.000.000 500.000 1.500.000

Lampiran 7 MASTER DATA


MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP) DAN ROLL OVER TEST (ROT)
NO KONTAK AWAL (K1) MAP 1 ROT 1 KONTAK KEDUA (K2) MAP 2 ROT 2 KONTAK USIA KEHAMILAN 32 MAP UK ROT UK
MINGGU 32 32
TD TD TD TD TD TD TD TD TD
UK UK MINGGU MINGGU
DUDUK LATERAL SUPINE DUDUK LATERAL SUPINE DUDUK LATERAL SUPINE

1 20 110/70 100/60 110/70 83,33 10 21 100/70 100/70 90/60 80,00 10 120/80 100/70 110/90 93,33 20
2 23 130/70 120/80 120/80 90,00 0 24 120/80 120/60 120/80 93,33 20 140/90 130/80 140/90 106,67 10
3 22 100/60 100/70 100/60 73,33 10 23 110/70 100/70 120/80 83,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
4 24 120/80 100/70 120/80 93,33 10 25 120/80 120/70 120/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
5 28 140/90 140/80 140/100 106,67 20 29 140/90 130/70 140/80 106,67 10 140/90 130/80 150/100 106,67 20
6 24 100/70 120/70 110/70 80,00 0 25 110/70 110/70 120/80 83,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
7 30 120/70 120/70 120/70 86,67 0 31 120/70 110/70 120/80 86,67 10 120/70 110/70 120/80 86,67 10
8 23 170/100 160/100 160/100 123,33 0 24 160/100 150/80 160/100 120,00 20 140/100 130/90 140/90 113,33 0
9 29 100/70 100/80 110/70 80,00 10 30 110/70 100/60 110/70 83,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
10 21 120/80 110/60 120/70 93,33 10 22 120/70 110/70 120/80 86,67 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
11 24 110/70 100/90 110/70 83,33 20 25 110/80 110/70 110/80 90,00 10 120/70 110/70 120/80 86,67 10
12 30 170/110 140/100 140/70 130,00 30 31 160/120 140/90 160/110 133,33 20 160/120 140/90 160/110 133,33 20
13 24 150/100 120/80 140/90 116,67 10 25 150/100 140/80 140/100 116,67 20 140/90 140/90 150/110 106,67 20
14 29 130/80 120/70 120/80 96,67 10 30 130/90 120/70 120/80 103,33 10 120/80 110/70 110/80 93,33 10
15 27 100/80 100/70 100/60 86,67 10 28 120/80 110/70 110/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
16 30 110/70 100/60 110/70 83,33 10 31 120/70 110/70 120/80 86,67 10 120/80 110/70 110/80 93,33 10
17 27 120/70 120/70 120/70 86,67 0 28 120/70 110/70 120/80 86,67 10 120/70 120/80 110/70 86,67 10
18 26 140/80 130/70 120/70 100,00 0 27 130/80 140/80 130/70 96,67 10 110/80 110/70 120/80 90,00 10
19 30 190/130 190/120 180/110 150,00 10 31 190/130 180/110 190/130 150,00 20 160/100 160/90 150/110 120,00 20
20 28 120/80 120/80 120/80 93,33 0 29 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
21 29 120/80 120/80 120/80 93,33 0 30 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/70 120/70 120/80 86,67 10
22 30 130/90 120/70 130/90 103,33 20 31 120/70 110/70 120/80 86,67 10 110/70 100/70 120/80 83,33 10
23 20 110/70 110/70 100/80 83,33 10 21 120/80 120/80 110/70 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
24 22 140/90 130/80 150/100 106,67 20 23 130/80 130/70 140/90 96,67 20 140/90 140/100 140/80 106,67 20
25 29 120/70 110/70 120/80 86,67 10 30 120/70 120/80 120/70 86,67 10 120/70 120/70 120/80 86,67 10
26 27 110/70 110/80 120/70 83,33 10 28 110/80 100/60 120/80 90,00 20 140/90 150/110 140/90 106,67 20
27 30 110/70 110/80 120/80 83,33 0 31 110/70 100/70 120/90 83,33 20 140/90 150/100 140/80 106,67 20
28 30 120/80 120/80 120/80 93,33 0 31 120/80 110/70 120/90 93,33 20 140/80 150/100 150/80 100,00 20
29 30 120/70 120/70 120/70 86,67 0 31 110/70 120/90 110/70 83,33 20 140/90 140/100 140/80 106,67 20
30 30 120/80 120/70 140/90 93,33 20 31 120/80 130/80 110/60 93,33 20 140/80 140/80 150/100 100,00 20
31 29 100/70 100/70 100/70 80,00 0 30 120/80 110/70 110/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
32 28 110/80 110/80 110/80 90,00 0 29 120/80 110/60 120/80 93,33 20 140/90 130/80 140/90 106,67 10
33 30 140/90 140/110 150/90 106,67 20 31 140/90 140/90 150/110 106,67 20 140/90 130/80 140/90 106,67 10
34 30 100/80 100/70 110/80 86,67 10 31 120/80 100/70 110/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
35 29 120/80 130/80 120/80 93,33 0 30 120/80 110/70 120/80 93,33 10 110/70 120/80 110/70 83,33 10
36 30 90/60 100/80 110/80 70,00 0 31 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/70 120/80 110/70 86,67 10
37 29 120/80 120/80 120/80 93,33 0 30 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
38 20 100/70 120/80 110/70 80,00 10 21 120/80 110/70 110/80 93,33 10 100/70 100/70 90/60 80,00 10
39 30 120/80 110/70 120/80 93,33 10 31 120/70 120/80 110/70 86,67 10 120/70 120/80 110/70 86,67 10
40 30 100/80 90/60 90/60 86,67 0 31 110/80 110/70 120/80 90,00 10 110/70 100/70 120/80 83,33 10
41 28 130/80 130/80 130/80 96,67 0 29 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
42 20 110/70 130/80 130/80 83,33 0 21 120/80 110/60 110/80 93,33 20 140/90 140/100 140/80 106,67 20
43 30 140/90 130/80 140/100 106,67 20 31 130/80 130/80 140/90 96,67 10 130/80 140/90 140/80 96,67 10
44 30 110/80 110/70 110/70 90,00 0 31 110/80 100/60 120/80 90,00 20 140/90 140/90 150/100 106,67 10
45 29 150/90 140/80 160/100 110,00 20 30 140/90 140/80 150/100 106,67 20 140/90 130/80 140/90 106,67 10
46 21 140/100 130/90 140/90 113,33 0 22 140/90 130/80 140/100 106,67 20 140/90 140/100 130/80 106,67 20
47 30 130/80 120/70 120/80 96,67 10 31 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
48 29 160/90 140/90 140/80 113,33 10 30 150/90 140/90 150/90 110,00 0 140/90 130/80 140/90 106,67 10
49 29 120/70 120/70 120/80 86,67 10 30 120/80 120/70 120/80 93,33 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
50 20 120/80 120/70 120/80 93,33 10 21 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/70 120/70 120/80 86,67 10
51 30 130/80 120/70 120/80 96,67 10 31 120/80 120/70 120/80 93,33 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
52 28 150/100 150/80 160/100 116,67 20 29 140/90 140/80 150/100 106,67 20 140/90 130/80 140/90 106,67 10
53 30 120/80 120/80 120/80 93,33 0 31 120/80 120/70 120/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
54 30 130/90 110/70 120/80 103,33 10 31 120/70 120/70 120/80 86,67 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
55 29 110/70 100/70 120/80 83,33 10 30 110/70 100/70 120/80 83,33 10 120/70 120/70 120/80 86,67 10
56 28 140/90 130/80 140/90 106,67 10 29 140/90 130/80 140/90 106,67 10 140/90 130/80 150/100 106,67 20
57 30 140/90 140/80 140/90 106,67 10 31 140/80 130/80 140/90 100,00 10 140/90 130/80 140/90 106,67 10
58 29 150/100 130/70 140/90 116,67 20 30 140/90 130/80 150/100 106,67 20 140/100 130/90 140/90 113,33 0
59 20 140/90 140/90 140/110 106,67 20 21 140/90 130/80 140/90 106,67 10 140/90 130/80 130/90 106,67 10
60 30 160/110 150/110 150/90 126,67 20 31 150/100 140/80 140/100 116,67 20 150/90 140/80 150/100 110,00 20
61 30 140/90 130/80 140/90 106,67 10 31 130/80 130/70 140/90 96,67 20 150/90 140/80 150/100 110,00 20
62 22 120/80 110/70 110/70 93,33 0 23 130/80 120/70 130/90 96,67 20 140/90 130/80 140/90 106,67 10
63 28 130/90 130/80 140/90 103,33 10 29 120/80 120/70 120/80 93,33 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
64 23 120/80 120/70 120/70 93,33 0 24 120/80 110/70 120/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
65 27 110/80 110/70 110/70 90,00 0 28 120/80 120/70 120/80 93,33 10 120/80 110/70 120/80 93,33 10
66 30 110/70 110/80 110/70 83,33 10 31 110/70 100/70 130/90 83,33 20 140/90 150/100 140/80 106,67 20
67 30 110/80 110/70 120/80 90,00 10 31 110/70 100/60 110/70 83,33 10 120/80 120/70 120/80 93,33 10
68 29 110/80 110/80 100/70 90,00 10 30 120/80 110/70 130/90 93,33 20 140/90 140/100 130/80 106,67 20
69 30 150/110 160/120 150/100 123,33 20 31 150/90 140/90 150/100 110,00 10 140/90 140/80 150/100 106,67 20
70 28 150/90 140/80 150/100 110,00 20 29 150/90 130/80 140/90 110,00 10 140/90 130/80 140/100 106,67 20
71 21 140/90 130/80 140/90 106,67 10 22 130/80 130/70 130/90 96,67 20 130/80 140/90 140/80 96,67 10
72 30 160/100 130/90 140/80 120,00 10 31 140/100 130/90 140/90 113,33 20 140/80 140/80 150/100 100,00 20
73 28 140/90 150/100 140/80 106,67 20 29 140/90 130/80 130/90 106,67 10 140/90 140/100 140/80 106,67 20
74 30 150/100 150/110 140/80 116,67 30 31 150/90 140/80 150/100 110,00 20 130/80 140/90 150/100 96,67 10
75 28 160/100 140/80 150/100 120,00 20 29 150/90 140/80 150/100 110,00 20 140/90 140/90 150/100 106,67 10
76 30 140/90 140/80 140/100 106,67 20 31 130/80 130/80 140/90 96,67 10 140/90 130/80 150/100 106,67 20
77 30 140/90 130/80 140/100 106,67 20 31 140/90 130/80 140/90 106,67 10 140/90 130/80 140/90 106,67 10
78 21 140/100 150/100 140/80 113,33 20 22 140/90 140/100 130/80 106,67 20 140/90 150/100 140/80 106,67 20
79 30 140/90 140/90 150/100 106,67 10 31 130/90 130/80 140/100 103,33 20 150/100 140/80 140/100 116,67 20
80 30 160/100 170/120 160/90 120,00 30 31 150/90 140/80 150/100 110,00 20 140/90 130/80 140/90 106,67 10
81 28 170/110 140/90 170/100 130,00 10 29 140/90 140/80 150/100 106,67 20 140/90 140/100 130/80 106,67 20
82 27 150/110 160/120 140/100 123,33 20 28 140/90 160/100 140/80 106,67 20 140/100 130/90 140/90 113,33 0
83 30 140/90 140/90 140/100 106,67 10 31 130/80 140/90 140/80 96,67 10 150/90 140/80 150/100 110,00 20
84 29 140/100 160/90 150/110 113,33 20 30 140/90 140/80 150/100 106,67 20 140/90 140/80 150/100 106,67 20
85 30 140/100 150/100 150/90 113,33 10 31 140/90 140/90 140/100 106,67 10 140/90 160/100 140/80 106,67 20
86 30 160/100 150/90 170/100 120,00 10 31 150/90 140/80 150/100 110,00 20 130/80 140/90 140/80 96,67 10
87 29 140/100 150/120 140/100 113,33 20 30 140/90 150/100 140/80 106,67 20 140/80 150/100 150/80 100,00 20
88 30 140/100 140/90 150/100 113,33 10 31 140/90 150/100 140/80 106,67 20 140/90 140/100 140/80 106,67 20
89 30 160/100 150/100 170/120 120,00 20 31 150/100 160/90 150/110 116,67 20 140/90 130/80 150/100 106,67 20
90 22 140/90 140/90 140/100 106,67 10 23 140/90 150/110 140/90 106,67 20 130/80 140/90 140/80 96,67 10
91 30 140/90 140/100 150/100 106,67 0 31 140/90 150/100 140/80 106,67 20 130/80 140/90 140/80 96,67 10
92 30 150/90 150/110 160/120 110,00 10 31 140/80 150/100 150/80 100,00 20 140/90 140/80 150/100 106,67 20
93 30 140/90 140/90 140/100 106,67 10 31 140/90 140/100 140/80 106,67 20 140/90 160/100 140/80 106,67 20
94 26 150/90 150/90 160/120 110,00 30 27 140/90 130/80 150/100 106,67 20 130/80 140/90 140/80 96,67 10
95 29 140/90 150/100 140/90 106,67 10 30 130/80 140/90 140/80 96,67 10 140/80 140/80 150/100 100,00 20
96 28 160/100 150/90 140/110 120,00 20 29 150/100 140/90 150/110 116,67 20 140/90 130/80 130/90 106,67 10
97 28 160/100 150/90 140/100 120,00 10 29 150/90 160/100 140/80 110,00 20 150/100 140/90 150/110 116,67 20
98 30 160/100 160/110 140/90 120,00 20 31 140/90 140/100 140/80 106,67 20 140/90 140/80 150/100 106,67 20
99 30 140/90 140/80 160/100 106,67 20 31 130/80 140/90 150/100 96,67 10 140/90 160/100 140/80 106,67 20
100 28 140/90 140/90 150/110 106,67 20 29 140/90 140/90 150/100 106,67 10 140/90 140/100 140/80 106,67 20

Lampiran 8 MASTER DATA


STRES, KORTISOL DAN AKTIVITAS FISIK
AKTIVTAS FISIK
No Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Kortisol Olah
TOTAL MENETAP RINGAN SEDANG RT PEKERJAAN
Raga
1 00101N 3 1 1 2 3 3 3 2 3 1 22 14,4605 638,75 25,73 168,18 444,85 76,65 527,80 0,00

2 00202N 3 1 1 3 4 4 1 1 2 1 21 35,896 573,83 92,75 137,20 343,88 271,95 276,33 0,00

3 00303N 4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 14 9,5172 173,88 47,95 82,08 6,05 87,33 0,00 0,80


4 00404N 3 1 1 2 3 1 1 1 1 1 15 20,6057 383,03 46,03 124,60 212,40 158,03 205,80 2,40

5 00504H 4 2 2 2 4 1 1 1 2 1 20 23,9961 289,15 65,10 73,50 150,55 220,50 0,00 3,55

6 00606N 5 1 1 2 1 1 2 1 1 1 16 19,712 213,83 60,90 75,78 77,15 129,03 39,90 0,80

7 00707N 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 16,1004 173,18 80,50 53,38 39,30 54,78 104,30 0,80

8 00801H 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 24,5882 247,03 60,55 64,93 121,55 162,58 37,10 0,80

9 00908N 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 13 15,4292 269,85 68,95 68,78 122,68 65,28 176,58 0,00

10 01009N 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 14 11,533 300,48 38,85 105,88 155,75 145,43 149,80 0,00

11 01110N 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12,7134 298,03 42,00 72,28 152,25 224,53 0,00 0,00

12 01202H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 25,2475 316,93 77,88 123,90 112,00 162,05 141,05 0,00

13 01303H 3 4 3 1 2 1 1 1 1 1 18 24,5659 390,60 78,58 145,25 166,78 68,60 298,38 5,25

14 01405N 4 3 2 1 1 2 1 1 1 1 17 15,0854 573,95 4,55 128,10 441,30 40,95 527,80 3,45

15 01511N 4 1 1 1 2 2 2 2 2 1 18 19,5495 304,33 1,93 102,90 199,50 302,40 0,00 0,00

16 01612N 3 1 1 2 4 1 1 1 1 1 16 13,9513 610,05 67,38 123,38 409,85 36,23 553,00 0,00

17 01713N 5 2 2 2 4 1 2 1 1 1 21 15,4409 127,28 42,00 78,58 3,55 78,58 0,00 3,55

18 01814N 5 1 1 1 4 1 1 1 1 1 17 13,9513 701,40 84,88 280,53 336,00 398,13 285,60 0,00

19 01905H 4 4 4 2 4 4 1 1 1 1 26 23,9961 310,48 43,93 80,85 185,70 223,28 0,00 3,55

20 02015N 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 17 21,7249 147,45 47,78 79,98 0,80 79,98 0,00 0,80

21 02116N 4 2 1 1 4 4 1 1 1 1 20 12,9579 131,95 43,93 88,03 0,00 88,03 0,00 0,00

22 02217N 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 18 12,9579 285,95 43,93 173,78 68,25 242,03 0,00 0,00

23 02318N 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 14 19,4529 270,90 77,00 55,65 138,25 67,90 193,20 0,00

24 02407H 4 3 3 3 2 1 1 1 1 1 20 33,3147 294,48 74,38 130,20 89,90 113,05 164,85 2,40

25 02520N 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 12 24,5659 230,83 43,93 111,65 75,25 116,90 0,00 0,00

26 02621N 4 3 3 3 3 1 1 1 1 1 21 34,1564 288,15 113,40 150,33 24,43 57,93 170,63 0,80

27 02722N 5 4 3 3 2 1 1 1 1 1 22 42,7388 254,10 0,00 178,85 75,25 240,98 0,00 0,00

28 02823N 4 3 1 1 3 2 2 1 2 1 20 42,6894 466,90 90,13 224,53 152,25 137,38 285,60 0,00

29 02924N 4 3 1 1 4 1 1 1 1 1 18 25,6457 222,35 1,75 151,55 69,05 219,80 0,00 0,80


30 03025N 4 4 3 3 2 1 2 1 2 1 23 34,2279 124,13 43,93 73,85 6,35 75,83 0,00 0,00

31 03126N 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 14 11,4008 563,60 111,13 192,50 256,83 189,35 326,38 0,80

32 03227N 4 3 2 3 4 2 2 1 1 1 23 31,9445 168,65 22,93 143,33 2,40 143,33 0,00 2,40

33 03306H 4 1 1 1 4 1 1 1 1 1 16 24,7901 272,43 48,83 56,35 167,25 208,60 0,00 2,40

34 03428N 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 15,4409 301,70 77,53 76,30 147,88 51,10 206,68 0,00

35 03529N 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 17 14,5032 75,78 10,50 60,03 5,25 65,28 0,00 0,00

36 03619N 4 3 1 1 4 1 2 1 1 1 19 19,6794 147,98 43,93 103,25 0,80 98,88 0,00 0,80

37 03730N 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 12 19,3093 210,00 109,20 30,80 70,00 26,95 141,05 0,00

38 03831N 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 12 25,0402 677,78 42,00 84,53 551,25 631,40 0,00 0,00

39 03935N 3 3 2 1 4 1 2 1 1 1 19 11,5723 209,75 22,93 110,78 76,05 181,65 0,00 0,80

40 04032N 3 2 1 1 3 1 3 1 1 1 17 16,1004 112,53 42,00 58,28 12,25 70,53 0,00 0,00

41 04133N 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 29,236 340,90 83,48 96,43 151,55 62,48 252,70 0,00

42 04234N 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 31,9121 143,78 36,93 93,80 13,05 106,05 0,00 0,80

43 04308H 4 2 2 2 3 1 2 1 1 2 20 23,9961 269,50 43,93 139,83 85,75 225,58 0,00 0,00

44 04436N 3 3 3 2 2 1 2 1 2 1 20 43,3886 42,10 36,93 4,38 0,80 4,38 0,00 0,80

45 04509H 4 3 3 2 3 2 2 1 1 1 22 24,5214 626,90 26,43 157,33 443,15 60,55 539,00 3,55

46 04610H 4 4 3 1 4 1 1 1 1 1 21 43,3381 409,98 78,23 73,85 257,90 54,60 308,35 2,40

47 04741N 4 2 1 1 4 1 1 1 1 1 17 16,3878 103,78 43,93 59,85 0,00 59,85 0,00 0,00

48 04812H 4 1 1 1 4 2 1 1 1 1 17 23,5284 177,58 51,63 102,55 23,40 89,43 0,00 2,40


16,9177 702,05 46,73 220,33 435,00 123,55 527,80 2,40
49 04937N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
8
50 04950N 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 122,98 43,93 76,65 2,40 76,65 0,00 2,40

51 05142N 4 2 1 1 4 1 2 1 1 1 18 20,245 187,95 43,93 126,53 17,50 139,65 0,00 0,00

52 05214H 4 2 1 1 3 2 2 1 1 1 18 25,4806 182,58 88,20 90,83 3,55 90,83 0,00 3,55

53 05338N 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 12,7223 523,78 155,40 152,08 216,30 61,95 353,50 0,00

54 05439N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 24,7901 273,48 81,38 100,80 88,15 77,35 142,80 2,40

55 05540N 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 22 37,9741 65,80 43,93 21,88 0,00 21,88 0,00 0,00


56 05611H 4 2 2 2 4 2 2 1 1 1 21 28,9807 137,33 42,00 87,68 7,65 88,55 0,00 2,40

57 05713H 4 3 2 2 4 2 2 1 1 1 22 29,6106 153,78 42,00 93,63 18,15 105,00 0,00 2,40

58 05815H 4 2 1 1 4 1 2 1 1 1 18 19,1828 335,08 90,13 179,55 65,40 128,98 176,40 2,40

59 05916H 4 4 2 1 4 1 2 1 2 1 22 24,7451 280,28 90,13 147,88 32,83 76,13 149,98 0,80

60 06017H 3 2 2 1 3 2 2 1 2 1 19 15,5934 449,93 57,93 136,50 255,50 44,10 354,90 0,00

61 06018H 4 4 2 2 4 3 2 1 1 1 24 30,4411 302,68 77,53 91,35 133,80 45,15 205,80 0,80

62 06244N 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 23,5284 108,15 43,93 57,23 7,00 57,23 0,00 0,00

63 06343N 4 1 1 1 4 2 1 1 2 1 18 13,8003 110,70 51,63 58,28 0,80 53,90 0,00 0,80

64 06445N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 264,88 77,53 123,55 63,80 77,35 142,80 0,80

65 06546N 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 12 137,78 43,93 85,75 8,10 82,48 0,00 0,00

66 06647N 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 13 112,98 51,63 60,55 0,80 60,55 0,00 0,80

67 06748N 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 12 388,50 56,53 91,35 240,63 90,48 270,73 0,00

68 06849N 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 12 285,60 77,53 81,20 126,88 61,95 179,73 0,00

69 06919H 4 3 3 3 4 1 1 1 1 1 22 29,9625 389,43 100,63 128,80 160,01 51,80 272,01 0,00

70 07020H 4 3 3 4 1 2 1 1 1 1 21 41,576 104,48 43,93 60,55 0,00 60,55 0,00 0,00

71 07121H 4 3 2 2 4 1 3 1 1 1 22 28,7843 138,53 43,93 81,55 13,05 89,43 0,00 0,80

72 07222H 4 3 3 2 4 1 1 1 1 1 21 46,6951 374,85 111,13 100,80 159,78 105,18 218,23 0,00

73 07323H 4 2 3 2 4 1 2 1 1 1 21 28,2879 127,75 43,93 83,83 0,00 70,70 0,00 0,00

74 07424H 4 2 2 3 4 1 2 1 1 1 21 55,8849 203,80 43,93 75,08 84,80 154,70 0,00 0,80

75 07525H 4 2 1 1 4 1 2 1 1 1 18 25,4806 151,90 43,93 102,73 5,25 103,60 0,00 0,00

76 07626H 4 1 1 1 4 1 1 1 1 1 16 16,3499 399,18 111,13 149,28 138,78 52,50 298,38 0,00

77 07727H 4 2 2 2 4 1 2 1 1 1 20 27,409 566,48 37,80 106,93 421,75 72,98 458,50 0,00

78 07828H 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 19,2617 207,73 57,93 79,80 70,00 60,55 103,25 0,00

79 07929H 4 1 1 1 3 1 1 1 1 1 15 23,3201 148,93 51,63 81,55 15,75 92,93 0,00 0,00

80 08030H 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 16,4385 135,40 51,63 76,13 7,65 77,00 0,00 2,40

81 08131H 4 2 2 2 4 3 2 1 1 1 22 48,2512 310,40 118,83 128,80 62,78 110,43 141,58 2,40


82 08232H 4 3 2 2 4 2 2 1 1 1 22 37,6022 182,70 59,50 107,45 15,75 123,20 0,00 0,00

83 08333H 5 2 2 2 4 2 2 1 1 1 22 53,1315 152,55 42,00 108,15 2,40 103,78 0,00 2,40

84 08434H 4 3 3 3 4 1 1 1 1 1 22 46,6951 682,10 99,93 175,18 407,00 82,78 553,00 2,40

85 08535H 3 2 1 1 3 1 2 1 1 1 16 19,4049 173,90 43,93 122,33 7,65 123,20 0,00 2,40

86 08636H 4 3 1 1 3 1 2 1 1 1 18 26,5687 164,45 43,93 102,38 18,15 113,75 0,00 2,40

87 08737H 3 2 1 1 4 2 2 1 1 1 18 42,6894 213,80 111,13 82,25 20,43 74,03 89,08 2,40

88 08838H 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 16 22,9112 133,48 43,93 87,15 2,40 82,78 0,00 2,40

89 08939H 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 23,5284 133,30 43,93 86,98 2,40 82,60 0,00 2,40

90 09040H 4 1 1 1 3 1 1 1 1 1 15 14,7739 291,30 111,13 80,50 99,68 29,93 212,28 0,80

91 09141H 5 2 2 1 4 2 2 1 1 1 21 27,777 494,85 111,13 123,03 260,70 72,45 371,70 2,40

92 09242H 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 20,6754 241,63 43,93 179,55 18,15 190,93 0,00 2,40

93 09343H 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 24,2348 171,50 43,93 122,33 5,25 123,20 0,00 0,00

94 09444H 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 24,3445 305,90 85,23 145,43 75,25 104,48 149,80 0,00

95 09545H 4 2 1 1 4 2 2 2 2 1 21 350,88 111,13 105,88 133,88 93,63 213,33 0,00

96 09646H 5 2 2 2 4 1 2 1 1 1 21 296,28 113,75 100,80 72,28 82,43 153,48 0,00

97 09747H 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 21 336,53 111,13 123,03 102,38 111,65 176,58 0,00

98 09848H 4 2 2 2 1 2 1 2 1 1 18 319,90 85,23 141,93 92,75 114,10 149,80 0,00

99 09949H 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 23 330,93 104,13 164,33 53,03 120,75 152,43 0,00

100 10050H 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 276,63 77,53 126,70 72,40 76,13 149,80 2,40


Lampiran 9

Picture A : Serum Sampel Picture B. Pipette 20µL of each calibrator,


control and specimen sample into
correspondingly labelled wells in duplicate

Picture C. Incubate on plate shaker for 45 minutes at room temperature


Picture D.Pipette 150µL of TMB substrate Picture E. Pipette 50µL of stopping
solution into each well

Picture F. All well attains blue colour


Gambar G. Read the plate on a microplate reader at 450 nm
216

Lampiran 10. Output SPSS

KARAKTERISTIK

Crosstab

KODE TD K1

Normal
Tensi Hipertensi Total

KODE RISIKO RENDAH Count 41 39 80


USIA 20 - 35 TAHUN % within KODE USIA 51,3% 48,8% 100,0%

RISIKO TINGGI < Count 9 11 20


20 DAN > 35 % within KODE USIA
45,0% 55,0% 100,0%
TAHUN
Total Count 50 50 100

% within KODE USIA 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact
Sig. (2- Exact Sig. Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,250 1 ,617
b
Continuity Correction ,063 1 ,803
Likelihood Ratio ,250 1 ,617
Fisher's Exact Test ,803 ,402
Linear-by-Linear Association ,248 1 ,619
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE USIA


(RISIKO RENDAH 20 - 35
1,285 ,480 3,437
TAHUN / RISIKO TINGGI <
20 DAN > 35 TAHUN)
For cohort KODE TD K1 =
1,139 ,671 1,934
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,886 ,562 1,398
Hipertensi
N of Valid Cases 100
217

Crosstab

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

PEKE BEKERJA Count 23 26 49


RJAA % within PEKERJAAN 46,9% 53,1% 100,0%
N TIDAK Count 27 24 51
BEKERJA % within PEKERJAAN 52,9% 47,1% 100,0%
Total Count 50 50 100

% within PEKERJAAN 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square ,360a 1 ,548


b
Continuity Correction ,160 1 ,689
Likelihood Ratio ,360 1 ,548
Fisher's Exact Test ,689 ,345
Linear-by-Linear Association ,357 1 ,550
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval


Value Lower Upper

Odds Ratio for PEKERJAAN


(BEKERJA / TIDAK ,786 ,358 1,725
BEKERJA)
For cohort KODE TD K1 =
,887 ,598 1,315
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
1,128 ,761 1,670
Hipertensi
N of Valid Cases 100

crosstab
218

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

PENDI TINGGI Count 30 27 57


DIKAN % within
52,6% 47,4% 100,0%
PENDIDIKAN

RENDAH Count 20 23 43

% within
46,5% 53,5% 100,0%
PENDIDIKAN
Total Count 50 50 100

% within
50,0% 50,0% 100,0%
PENDIDIKAN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square ,367a 1 ,545


b
Continuity Correction ,163 1 ,686
Likelihood Ratio ,367 1 ,544
Fisher's Exact Test ,686 ,343
Linear-by-Linear Association ,364 1 ,547
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PENDIDIKAN


1,278 ,578 2,825
(TINGGI / RENDAH)
For cohort KODE TD K1 =
1,132 ,755 1,695
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,886 ,599 1,309
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
219

Normal Tensi Hipertensi

UMR ≥ 2,7 Count 39 37 76


RUMAH Juta % within UMR
51,3% 48,7% 100,0%
TANGGA RUMAH TANGGA

< 2,7 Count 11 13 24


Juta % within UMR
45,8% 54,2% 100,0%
RUMAH TANGGA
Total Count 50 50 100

% within UMR
50,0% 50,0% 100,0%
RUMAH TANGGA

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,219 1 ,640
b
Continuity Correction ,055 1 ,815
Likelihood Ratio ,219 1 ,639
Fisher's Exact Test ,815 ,408
Linear-by-Linear Association ,217 1 ,641
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for UMR RUMAH


TANGGA (≥ 2,7 Juta / < 2,7 1,246 ,496 3,127
Juta)
For cohort KODE TD K1 =
1,120 ,688 1,822
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,899 ,582 1,388
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
220

Normal Tensi Hipertensi

GAJI ISTRI ≥ 2,7 Count 8 14 22


BERDASARKA Juta % within GAJI ISTRI
36,4% 63,6% 100,0%
N UMR BERDASARKAN UMR

< 2,7 Count 42 36 78


Juta % within GAJI ISTRI
53,8% 46,2% 100,0%
BERDASARKAN UMR
Total Count 50 50 100

% within GAJI ISTRI


50,0% 50,0% 100,0%
BERDASARKAN UMR

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2,098 1 ,148
b
Continuity Correction 1,457 1 ,227
Likelihood Ratio 2,119 1 ,145
Fisher's Exact Test ,227 ,114
Linear-by-Linear Association 2,077 1 ,150
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for GAJI ISTRI


BERDASARKAN UMR (≥ 2,7 ,490 ,185 1,300
Juta / < 2,7 Juta)
For cohort KODE TD K1 =
,675 ,374 1,218
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
1,379 ,927 2,050
Hipertensi
N of Valid Cases 100

crosstab

KODE TD K1 Total
221

Normal Tensi Hipertensi

GAJI ≥ 2,7 Count 32 33 65


SUAMI Juta % within GAJI SUAMI
49,2% 50,8% 100,0%
BEDASAR BEDASARKAN UMR
KAN UMR < 2,7 Count 18 17 35
Juta % within GAJI SUAMI
51,4% 48,6% 100,0%
BEDASARKAN UMR
Total Count 50 50 100

% within GAJI SUAMI


50,0% 50,0% 100,0%
BEDASARKAN UMR

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square ,044a 1 ,834


b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,044 1 ,834
Fisher's Exact Test 1,000 ,500
Linear-by-Linear Association ,044 1 ,835
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for GAJI SUAMI


BEDASARKAN UMR (≥ 2,7 ,916 ,403 2,084
Juta / < 2,7 Juta)
For cohort KODE TD K1 =
,957 ,638 1,436
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
1,045 ,689 1,585
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
222

Normal
Tensi Hipertensi

ANGGO ANAK DAN Count 21 27 48


TA SUAMI % within ANGGOTA DALAM
43,8% 56,3% 100,0%
DALAM RUMAH TANGGA
RUMAH ORANG Count 29 23 52
TANGG TUA/MERT % within ANGGOTA DALAM
A UA/SEPUP RUMAH TANGGA 55,8% 44,2% 100,0%
U
Total Count 50 50 100

% within ANGGOTA DALAM


50,0% 50,0% 100,0%
RUMAH TANGGA

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,442 1 ,230
b
Continuity Correction 1,002 1 ,317
Likelihood Ratio 1,446 1 ,229
Fisher's Exact Test ,317 ,158
Linear-by-Linear Association 1,428 1 ,232
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for ANGGOTA


DALAM RUMAH TANGGA
(ANAK DAN SUAMI / ,617 ,280 1,360
ORANG
TUA/MERTUA/SEPUPU)
For cohort KODE TD K1 =
,784 ,525 1,172
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
1,272 ,857 1,886
Hipertensi
N of Valid Cases 100

crosstab

KODE TD K1 Total
223

Normal Tensi Hipertensi

STATU PRIBADI/ Count 44 42 86


S ORANGT % within STATUS
51,2% 48,8% 100,0%
KEPE UA KEPEMILIKAN RUMAH
MILIK KPR/KON Count 6 8 14
AN TRAK % within STATUS
RUMA 42,9% 57,1% 100,0%
KEPEMILIKAN RUMAH
H
Total Count 50 50 100

% within STATUS
50,0% 50,0% 100,0%
KEPEMILIKAN RUMAH

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value df sided) sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square ,332a 1 ,564


b
Continuity Correction ,083 1 ,773
Likelihood Ratio ,333 1 ,564
Fisher's Exact Test ,774 ,387
Linear-by-Linear Association ,329 1 ,566
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for STATUS


KEPEMILIKAN RUMAH
1,397 ,447 4,367
(PRIBADI/ORANGTUA /
KPR/KONTRAK)
For cohort KODE TD K1 =
1,194 ,630 2,262
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,855 ,517 1,413
Hipertensi
N of Valid Cases 100

RIWAYAT OBSTETRI
224

Crosstab

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

RIWAYAT PE/E TIDAK Count 47 36 83


ADA % within RIWAYAT
57,8% 42,2% 100,0%
PE/E

ADA Count 3 14 17

% within RIWAYAT
11,8% 88,2% 100,0%
PE/E
Total Count 50 50 100

% within RIWAYAT
50,0% 50,0% 100,0%
PE/E

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11,977 1 ,001
b
Continuity Correction 10,206 1 ,001
Likelihood Ratio 13,296 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,000
Linear-by-Linear Association 11,858 1 ,001
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for RIWAYAT


10,286 2,209 47,901
PE/E (TIDAK ADA / ADA)
For cohort KODE TD K1 =
4,916 1,320 18,305
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,478 ,352 ,649
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab
225

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

RIWAYAT TIDAK Count 44 41 85


ABORTUS ADA % within RIWAYAT
51,8% 48,2% 100,0%
ABORTUS

ADA Count 6 9 15

% within RIWAYAT
40,0% 60,0% 100,0%
ABORTUS
Total Count 50 50 100

% within RIWAYAT
50,0% 50,0% 100,0%
ABORTUS

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square ,706a 1 ,401


b
Continuity Correction ,314 1 ,575
Likelihood Ratio ,710 1 ,399
Fisher's Exact Test ,577 ,288
Linear-by-Linear Association ,699 1 ,403
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for RIWAYAT


ABORTUS (TIDAK ADA / 1,610 ,527 4,920
ADA)
For cohort KODE TD K1 =
1,294 ,674 2,486
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,804 ,503 1,284
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab
226

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

Paritas PRIMI Count 17 19 36

% within Paritas 47,2% 52,8% 100,0%

MULTI Count 33 31 64

% within Paritas 51,6% 48,4% 100,0%


Total Count 50 50 100

% within Paritas 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,174 1 ,677
b
Continuity Correction ,043 1 ,835
Likelihood Ratio ,174 1 ,677
Fisher's Exact Test ,835 ,418
Linear-by-Linear Association ,172 1 ,678
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Paritas


,841 ,371 1,904
(PRIMI / MULTI )
For cohort KODE TD K1 =
,916 ,602 1,393
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
1,090 ,731 1,624
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab
227

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

RENCA YA Count 44 46 90
NA % within RENCANA HAMIL 48,9% 51,1% 100,0%
HAMIL TIDA Count 6 4 10
K % within RENCANA HAMIL 60,0% 40,0% 100,0%
Total Count 50 50 100

% within RENCANA HAMIL 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,444 1 ,505
b
Continuity Correction ,111 1 ,739
Likelihood Ratio ,447 1 ,504
Fisher's Exact Test ,741 ,370
Linear-by-Linear Association ,440 1 ,507
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for RENCANA


,638 ,168 2,413
HAMIL (YA / TIDAK)
For cohort KODE TD K1 =
,815 ,471 1,410
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
1,278 ,583 2,803
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab
228

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

KODE BAIK ≥ 24 Count 40 44 84


JARAK BULAN % within KODE JARAK
47,6% 52,4% 100,0%
KEHAMI KEHAMILAN
LAN TIDAK Count 10 6 16
BAIK < 24 % within KODE JARAK
62,5% 37,5% 100,0%
BULAN KEHAMILAN
Total Count 50 50 100

% within KODE JARAK


50,0% 50,0% 100,0%
KEHAMILAN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,190a 1 ,275


b
Continuity Correction ,670 1 ,413
Likelihood Ratio 1,201 1 ,273
Fisher's Exact Test ,414 ,207
Linear-by-Linear Association 1,179 1 ,278
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


JARAK KEHAMILAN (BAIK ≥
,545 ,182 1,637
24 BULAN / TIDAK BAIK <
24 BULAN)
For cohort KODE TD K1 =
,762 ,490 1,184
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
1,397 ,719 2,715
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab
229

TEKANAN DARAH

NORMAL
PIH TENSI Total

RIWAYAT PE/E ADA Count 14 3 17

% within RIWAYAT PE/E 82,4% 17,6% 100,0%

TIDAK Count 41 42 83
ADA % within RIWAYAT PE/E 49,4% 50,6% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within RIWAYAT PE/E 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6,192 1 ,013
b
Continuity Correction 4,932 1 ,026
Likelihood Ratio 6,733 1 ,009
Fisher's Exact Test ,016 ,011
Linear-by-Linear Association 6,130 1 ,013
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,65.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for RIWAYAT


4,780 1,278 17,879
PE/E (ADA / TIDAK ADA)
For cohort TEKANAN
1,667 1,223 2,272
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,349 ,122 ,995
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab
230

TEKANAN DARAH

PIH NORMAL TENSI Total

ABOR ADA Count 10 11 21


TUS % within ABORTUS 47,6% 52,4% 100,0%

TIDAK Count 45 34 79
ADA % within ABORTUS 57,0% 43,0% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within ABORTUS 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square ,585a 1 ,444


b
Continuity Correction ,269 1 ,604
Likelihood Ratio ,583 1 ,445
Fisher's Exact Test ,469 ,301
Linear-by-Linear Association ,579 1 ,447
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,45.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for ABORTUS


,687 ,262 1,803
(ADA / TIDAK ADA)
For cohort TEKANAN
,836 ,513 1,362
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
1,217 ,753 1,967
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


231

PIH NORMAL TENSI

PARITAS MULTI Count 36 28 64

% within PARITAS 56,3% 43,8% 100,0%

PRIMI Count 19 17 36

% within PARITAS 52,8% 47,2% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within PARITAS 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square ,112 1 ,738
b
Continuity Correction ,016 1 ,900
Likelihood Ratio ,112 1 ,738
Fisher's Exact Test ,835 ,449
Linear-by-Linear Association ,111 1 ,739
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PARITAS


1,150 ,507 2,611
(MULTI / PRIMI)
For cohort TEKANAN
1,066 ,731 1,554
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,926 ,595 1,443
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


232

NORMAL
PIH TENSI

RENCANA TIDAK Count 4 6 10


HAMIL % within RENCANA HAMIL 40,0% 60,0% 100,0%

DIRENCAN Count 51 39 90
AKAN % within RENCANA HAMIL 56,7% 43,3% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within RENCANA HAMIL 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,010a 1 ,315


b
Continuity Correction ,449 1 ,503
Likelihood Ratio 1,006 1 ,316
Fisher's Exact Test ,339 ,251
Linear-by-Linear Association 1,000 1 ,317
N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for RENCANA


HAMIL (TIDAK / ,510 ,135 1,932
DIRENCANAKAN)
For cohort TEKANAN
,706 ,323 1,540
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
1,385 ,792 2,420
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


233

PIH NORMAL TENSI

JARAK < 24 BULAN Count 5 11 16


KEHAMIL % within JARAK
31,3% 68,8% 100,0%
AN KEHAMILAN

≥ 24 BULAN Count 50 34 84

% within JARAK
59,5% 40,5% 100,0%
KEHAMILAN
Total Count 55 45 100

% within JARAK
55,0% 45,0% 100,0%
KEHAMILAN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,341 1 ,037
b
Continuity Correction 3,274 1 ,070
Likelihood Ratio 4,371 1 ,037
Fisher's Exact Test ,054 ,035
Linear-by-Linear Association 4,298 1 ,038
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for JARAK


KEHAMILAN (< 24 BULAN / ,309 ,099 ,970
≥ 24 BULAN)
For cohort TEKANAN
,525 ,249 1,109
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
1,699 1,116 2,585
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

AKTIVITAS FISIK

Crosstab
234

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

KODE ≤ 180 METS Count 26 21 47


AKTIFITA % within KODE
55,3% 44,7% 100,0%
S TOTAL AKTIFITAS TOTAL

> 180 METS Count 24 29 53

% within KODE
45,3% 54,7% 100,0%
AKTIFITAS TOTAL
Total Count 50 50 100

% within KODE
50,0% 50,0% 100,0%
AKTIFITAS TOTAL

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,004 1 ,316
b
Continuity Correction ,642 1 ,423
Likelihood Ratio 1,005 1 ,316
Fisher's Exact Test ,423 ,212
Linear-by-Linear Association ,994 1 ,319
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


AKTIFITAS TOTAL (≤ 180 1,496 ,679 3,294
METS / > 180 METS)
For cohort KODE TD K1 =
1,222 ,826 1,808
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,817 ,547 1,220
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
235

Normal Tensi Hipertensi

KODE ≤ 44 Count 30 22 52
AKTIFITA % within KODE AKTIFITAS
57,7% 42,3% 100,0%
S MENETAP
MENETAP > 44 Count 20 28 48

% within KODE AKTIFITAS


41,7% 58,3% 100,0%
MENETAP
Total Count 50 50 100

% within KODE AKTIFITAS


50,0% 50,0% 100,0%
MENETAP

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 2,564a 1 ,109


b
Continuity Correction 1,963 1 ,161
Likelihood Ratio 2,575 1 ,109
Fisher's Exact Test ,161 ,080
Linear-by-Linear Association 2,538 1 ,111
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for KODE
AKTIFITAS MENETAP (≤ 1,909 ,862 4,227
44 / > 44)
For cohort KODE TD K1 =
1,385 ,921 2,082
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,725 ,487 1,079
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
236

Normal
Tensi Hipertensi

KODE ≤ 94 Count 28 22 50
AKTIFITA METS % within KODE
56,0% 44,0% 100,0%
S RINGAN AKTIFITAS RINGAN

> 94 Count 22 28 50
METS % within KODE
44,0% 56,0% 100,0%
AKTIFITAS RINGAN
Total Count 50 50 100

% within KODE
50,0% 50,0% 100,0%
AKTIFITAS RINGAN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 1,440 1 ,230
b
Continuity Correction 1,000 1 ,317
Likelihood Ratio 1,443 1 ,230
Fisher's Exact Test ,317 ,159
Linear-by-Linear Association 1,426 1 ,232
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


AKTIFITAS RINGAN (≤ 94 1,620 ,735 3,568
METS / > 94 METS)
For cohort KODE TD K1 =
1,273 ,855 1,894
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,786 ,528 1,169
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
237

Normal
Tensi Hipertensi

KODE ≤ 23 Count 25 23 48
AKTIFIT METS % within KODE AKTIFITAS
52,1% 47,9% 100,0%
AS SEDANG
SEDAN > 23 Count 25 27 52
G METS % within KODE AKTIFITAS
48,1% 51,9% 100,0%
SEDANG
Total Count 50 50 100

% within KODE AKTIFITAS


50,0% 50,0% 100,0%
SEDANG

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,160a 1 ,689


b
Continuity Correction ,040 1 ,841
Likelihood Ratio ,160 1 ,689
Fisher's Exact Test ,841 ,421
Linear-by-Linear Association ,159 1 ,690
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


AKTIFITAS SEDANG (≤ 23 1,174 ,535 2,574
METS / > 23 METS)
For cohort KODE TD K1 =
1,083 ,732 1,603
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,923 ,622 1,369
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
238

Normal
Tensi Hipertensi

KODE ≤ 90 METS Count 29 24 53


AKTIFIT % within KODE AKTIFITAS
54,7% 45,3% 100,0%
AS RT RT

> 90 METS Count 21 26 47

% within KODE AKTIFITAS


44,7% 55,3% 100,0%
RT
Total Count 50 50 100

% within KODE AKTIFITAS


50,0% 50,0% 100,0%
RT

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,004a 1 ,316


b
Continuity Correction ,642 1 ,423
Likelihood Ratio 1,005 1 ,316
Fisher's Exact Test ,423 ,212
Linear-by-Linear Association ,994 1 ,319
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


AKTIFITAS RT (≤ 90 METS / 1,496 ,679 3,294
> 90 METS)
For cohort KODE TD K1 =
1,225 ,820 1,830
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,819 ,553 1,211
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
239

Normal Tensi Hipertensi

KODE ≤ 142 METS Count 34 33 67


AKTIFIT % within KODE AKTIFITAS
50,7% 49,3% 100,0%
AS PEKERJAAN
PEKERJ > 142 METS Count 16 17 33
AAN
% within KODE AKTIFITAS
48,5% 51,5% 100,0%
PEKERJAAN
Total Count 50 50 100

% within KODE AKTIFITAS


50,0% 50,0% 100,0%
PEKERJAAN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,045 1 ,832
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,045 1 ,832
Fisher's Exact Test 1,000 ,500
Linear-by-Linear Association ,045 1 ,832
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


AKTIFITAS PEKERJAAN (≤ 1,095 ,475 2,520
142 METS / > 142 METS)
For cohort KODE TD K1 =
1,047 ,685 1,598
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,956 ,634 1,442
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

KODE TD K1 Total
240

Normal Tensi Hipertensi

KODE ≤ 1,6 METS Count 43 26 69


AKTIFIT % within KODE
AS AKTIFITAS OLAH 62,3% 37,7% 100,0%
OLAH RAGA
RAGA > 1,6 METS Count 7 24 31

% within KODE
AKTIFITAS OLAH 22,6% 77,4% 100,0%
RAGA
Total Count 50 50 100

% within KODE
AKTIFITAS OLAH 50,0% 50,0% 100,0%
RAGA

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 13,511a 1 ,000


b
Continuity Correction 11,968 1 ,001
Likelihood Ratio 14,089 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 13,376 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


AKTIFITAS OLAH RAGA (≤ 5,670 2,144 14,997
1,6 METS / > 1,6 METS)
For cohort KODE TD K1 =
2,760 1,402 5,432
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,487 ,340 ,696
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


241

NORMA
PIH L TENSI

AKTIVI LEBIH DARI Count 29 24 53


TAS COP % within AKTIVITAS TOTAL 54,7% 45,3% 100,0%
TOTAL KURANG Count 26 21 47
DARI COP % within AKTIVITAS TOTAL 55,3% 44,7% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within AKTIVITAS TOTAL 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square ,004 1 ,952
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,004 1 ,952
Fisher's Exact Test 1,000 ,556
Linear-by-Linear Association ,004 1 ,952
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,15.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for AKTIVITAS


TOTAL (LEBIH DARI COP / ,976 ,443 2,149
KURANG DARI COP)
For cohort TEKANAN
,989 ,694 1,411
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
1,013 ,656 1,565
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


242

PIH NORMAL TENSI

MENET LEBIH Count 29 19 48


AP DARI COP % within MENETAP 60,4% 39,6% 100,0%

KURANG Count 26 26 52
DARI COP % within MENETAP 50,0% 50,0% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within MENETAP 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,094a 1 ,296


b
Continuity Correction ,714 1 ,398
Likelihood Ratio 1,097 1 ,295
Fisher's Exact Test ,321 ,199
Linear-by-Linear Association 1,083 1 ,298
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,60.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for MENETAP


(LEBIH DARI COP / 1,526 ,690 3,376
KURANG DARI COP)
For cohort TEKANAN
1,208 ,847 1,724
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,792 ,508 1,233
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


243

PIH NORMAL TENSI

RINGAN LEBIH Count 29 21 50


DARI % within RINGAN
58,0% 42,0% 100,0%
COP

KURAN Count 26 24 50
G DARI % within RINGAN
52,0% 48,0% 100,0%
COP
Total Count 55 45 100

% within RINGAN 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square ,364a 1 ,546


b
Continuity Correction ,162 1 ,688
Likelihood Ratio ,364 1 ,546
Fisher's Exact Test ,688 ,344
Linear-by-Linear Association ,360 1 ,549
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for RINGAN


(LEBIH DARI COP / 1,275 ,579 2,807
KURANG DARI COP)
For cohort TEKANAN
1,115 ,781 1,592
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,875 ,566 1,352
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


244

NORMAL
PIH TENSI

SEDANG LEBIH DARI Count 27 25 52


COP % within SEDANG 51,9% 48,1% 100,0%

KURANG Count 28 20 48
DARI COP % within SEDANG 58,3% 41,7% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within SEDANG 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,414 1 ,520
b
Continuity Correction ,196 1 ,658
Likelihood Ratio ,415 1 ,520
Fisher's Exact Test ,552 ,329
Linear-by-Linear Association ,410 1 ,522
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,60.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for SEDANG


(LEBIH DARI COP / ,771 ,350 1,701
KURANG DARI COP)
For cohort TEKANAN
,890 ,625 1,269
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
1,154 ,745 1,788
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


245

NORMAL
PIH TENSI

RUMAH LEBIH Count 28 19 47


TANGGA DARI COP % within RUMAH TANGGA 59,6% 40,4% 100,0%

KURANG Count 27 26 53
DARI COP % within RUMAH TANGGA 50,9% 49,1% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within RUMAH TANGGA 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,750 1 ,387
b
Continuity Correction ,442 1 ,506
Likelihood Ratio ,751 1 ,386
Fisher's Exact Test ,425 ,253
Linear-by-Linear Association ,742 1 ,389
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,15.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for RUMAH


TANGGA (LEBIH DARI 1,419 ,642 3,137
COP / KURANG DARI COP)
For cohort TEKANAN
1,169 ,821 1,666
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,824 ,529 1,283
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


246

NORMAL
PIH TENSI

PEKERJ LEBIH Count 17 16 33


AAN DARI COP % within PEKERJAAN 51,5% 48,5% 100,0%

KURANG Count 38 29 67
DARI COP % within PEKERJAAN 56,7% 43,3% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within PEKERJAAN 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,242 1 ,623
b
Continuity Correction ,077 1 ,781
Likelihood Ratio ,241 1 ,623
Fisher's Exact Test ,673 ,390
Linear-by-Linear Association ,239 1 ,625
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,85.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PEKERJAAN


(LEBIH DARI COP / ,811 ,351 1,872
KURANG DARI COP)
For cohort TEKANAN
,908 ,614 1,344
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
1,120 ,717 1,750
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


247

NORMAL
PIH TENSI

OLAH LEBIH DARI Count 23 8 31


RAGA COP % within OLAH RAGA 74,2% 25,8% 100,0%

KURANG Count 32 37 69
DARI COP % within OLAH RAGA 46,4% 53,6% 100,0%
Total Count 55 45 100

% within OLAH RAGA 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6,687a 1 ,010


b
Continuity Correction 5,611 1 ,018
Likelihood Ratio 6,933 1 ,008
Fisher's Exact Test ,016 ,008
Linear-by-Linear Association 6,620 1 ,010
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,95.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for OLAH RAGA


(LEBIH DARI COP / 3,324 1,307 8,453
KURANG DARI COP)
For cohort TEKANAN
1,600 1,153 2,220
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,481 ,255 ,909
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

STRES
248

KODE STRES * KODE TD K1 Crosstabulation

KODE TD K1

Normal Tensi Hipertensi Total

KODE NORMAL Count 39 23 62


STRE % within KODE STRES 62,9% 37,1% 100,0%
S STRES Count 11 27 38

% within KODE STRES 28,9% 71,1% 100,0%


Total Count 50 50 100

% within KODE STRES 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 10,866a 1 ,001


b
Continuity Correction 9,550 1 ,002
Likelihood Ratio 11,128 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,001
Linear-by-Linear Association 10,757 1 ,001
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


4,162 1,744 9,935
STRES (NORMAL / STRES)
For cohort KODE TD K1 =
2,173 1,275 3,705
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,522 ,356 ,765
Hipertensi
N of Valid Cases 100

STRES * TEKANAN DARAH Crosstabulation


249

TEKANAN DARAH

NORMAL
PIH TENSI Total

STRES STRES Count 30 8 38

% within STRES 78,9% 21,1% 100,0%

NORMAL Count 25 37 62

% within STRES 40,3% 59,7% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within STRES 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 14,201a 1 ,000


b
Continuity Correction 12,684 1 ,000
Likelihood Ratio 14,901 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 14,059 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for STRES


5,550 2,189 14,073
(STRES / NORMAL)
For cohort TEKANAN
1,958 1,387 2,763
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,353 ,184 ,675
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

MAP
250

KODE MAP K1 * KODE TD K1 Crosstabulation

KODE TD K1

Normal
Tensi Hipertensi Total

KODE NEGATIF ≤ 90 Count 29 0 29


MAP mmHg % within KODE MAP K1 100,0% 0,0% 100,0%
K1 POSITIF > 90 Count 21 50 71
mmHg % within KODE MAP K1 29,6% 70,4% 100,0%
Total Count 50 50 100

% within KODE MAP K1 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 40,845 1 ,000
b
Continuity Correction 38,077 1 ,000
Likelihood Ratio 52,401 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 40,437 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort KODE TD K1 =


3,381 2,361 4,841
Normal Tensi
N of Valid Cases 100
251

Crosstab

TEKANAN DARAH

PIH NORMAL TENSI Total

MAP K1 POSITIF Count 46 25 71

% within MAP K1 64,8% 35,2% 100,0%

NEGATIF Count 9 20 29

% within MAP K1 31,0% 69,0% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within MAP K1 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9,478 1 ,002
b
Continuity Correction 8,164 1 ,004
Likelihood Ratio 9,582 1 ,002
Fisher's Exact Test ,004 ,002
Linear-by-Linear Association 9,384 1 ,002
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,05.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for MAP K1


4,089 1,621 10,314
(POSITIF / NEGATIF)
For cohort TEKANAN
2,088 1,182 3,688
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,511 ,343 ,761
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


252

NORMAL
PIH TENSI

MAP K2 POSITIF Count 50 29 79

% within MAP K2 63,3% 36,7% 100,0%

NEGATIF Count 5 16 21

% within MAP K2 23,8% 76,2% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within MAP K2 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 10,449 1 ,001
b
Continuity Correction 8,914 1 ,003
Likelihood Ratio 10,708 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,001
Linear-by-Linear Association 10,344 1 ,001
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,45.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for MAP K2


5,517 1,830 16,633
(POSITIF / NEGATIF)
For cohort TEKANAN
2,658 1,215 5,818
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,482 ,331 ,701
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


253

PIH NORMAL TENSI

MAP 32 POSITIF Count 55 31 86

% within MAP 32 64,0% 36,0% 100,0%

NEGATIF Count 0 14 14

% within MAP 32 0,0% 100,0% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within MAP 32 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 19,897 1 ,000
b
Continuity Correction 17,397 1 ,000
Likelihood Ratio 25,194 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 19,698 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,30.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort TEKANAN


,360 ,272 ,478
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

ROT
254

KODE ROT K1 * KODE TD K1 Crosstabulation

KODE TD K1

Normal
Tensi Hipertensi Total

KODE NEGATIF < 20 Count 47 22 69


ROT K1 mmHg % within KODE ROT K1 68,1% 31,9% 100,0%

POSITIF ≥ 20 Count 3 28 31
mmHg % within KODE ROT K1 9,7% 90,3% 100,0%
Total Count 50 50 100

% within KODE ROT K1 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 29,219 1 ,000
b
Continuity Correction 26,928 1 ,000
Likelihood Ratio 32,530 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 28,927 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE ROT


K1 (NEGATIF < 20 mmHg / 19,939 5,468 72,714
POSITIF ≥ 20 mmHg)
For cohort KODE TD K1 =
7,039 2,372 20,882
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,353 ,245 ,508
Hipertensi
N of Valid Cases 100

Crosstab
255

TEKANAN DARAH

PIH NORMAL TENSI Total

ROT 1 POSITIF Count 26 5 31

% within ROT 1 83,9% 16,1% 100,0%

NEGATIF Count 29 40 69

% within ROT 1 42,0% 58,0% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within ROT 1 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 15,131 1 ,000
b
Continuity Correction 13,487 1 ,000
Likelihood Ratio 16,343 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 14,979 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,95.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for ROT 1


7,172 2,461 20,907
(POSITIF / NEGATIF)
For cohort TEKANAN
1,996 1,453 2,740
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,278 ,122 ,636
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


256

PIH NORMAL TENSI

ROT 2 POSITIF Count 40 6 46

% within ROT 2 87,0% 13,0% 100,0%

NEGATIF Count 15 39 54

% within ROT 2 27,8% 72,2% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within ROT 2 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 35,149a 1 ,000


b
Continuity Correction 32,798 1 ,000
Likelihood Ratio 38,193 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 34,797 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,70.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for ROT 2


17,333 6,099 49,258
(POSITIF / NEGATIF)
For cohort TEKANAN
3,130 2,007 4,882
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,181 ,084 ,388
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

Crosstab

TEKANAN DARAH Total


257

NORMAL
PIH TENSI

ROT 32 POSITIF Count 38 1 39

% within ROT 32 97,4% 2,6% 100,0%

NEGATIF Count 17 44 61

% within ROT 32 27,9% 72,1% 100,0%


Total Count 55 45 100

% within ROT 32 55,0% 45,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 46,519 1 ,000
b
Continuity Correction 43,750 1 ,000
Likelihood Ratio 56,138 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 46,053 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,55.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for ROT 32


98,353 12,498 773,965
(POSITIF / NEGATIF)
For cohort TEKANAN
3,496 2,327 5,252
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,036 ,005 ,248
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 100

KORTISOL

KODE KORTISOL * KODE TD K1 Crosstabulation


258

KODE TD K1

Normal
Tensi Hipertensi Total

KODE NORMAL Count 29 9 38


KORTISOL % within KODE KORTISOL 76,3% 23,7% 100,0%

TINGGI Count 15 35 50

% within KODE KORTISOL 30,0% 70,0% 100,0%


Total Count 44 44 88

% within KODE KORTISOL 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 18,526a 1 ,000


b
Continuity Correction 16,720 1 ,000
Likelihood Ratio 19,304 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 18,316 1 ,000
N of Valid Cases 88

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KODE


KORTISOL (NORMAL / 7,519 2,873 19,672
TINGGI)
For cohort KODE TD K1 =
2,544 1,608 4,025
Normal Tensi
For cohort KODE TD K1 =
,338 ,186 ,616
Hipertensi
N of Valid Cases 88

KORTISOL * TEKANAN DARAH Crosstabulation

TEKANAN DARAH Total


259

NORMAL
PIH TENSI

KORTIS TINGGI Count 39 11 50


OL % within KORTISOL 78,0% 22,0% 100,0%

NORMAL Count 8 30 38

% within KORTISOL 21,1% 78,9% 100,0%


Total Count 47 41 88

% within KORTISOL 53,4% 46,6% 100,0%

chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 28,139a 1 ,000


b
Continuity Correction 25,897 1 ,000
Likelihood Ratio 29,780 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 27,819 1 ,000
N of Valid Cases 88

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,70.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KORTISOL


13,295 4,758 37,152
(TINGGI / NORMAL)
For cohort TEKANAN
3,705 1,967 6,978
DARAH = PIH
For cohort TEKANAN
,279 ,161 ,482
DARAH = NORMAL TENSI
N of Valid Cases 88

Regresi Logistik Usia Kehamilan 27 Minggu


260

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Stres(1) -,360 ,894 ,162 1 ,687 ,697 ,121 4,025

olahraga(1) 2,352 ,790 8,857 1 ,003 10,510 2,232 49,477

menetap(1) 1,162 ,740 2,468 1 ,116 3,198 ,750 13,633

Kortisol(1) 2,419 ,907 7,122 1 ,008 11,239 1,901 66,440

RiwayatPE(1
2,246 1,354 2,749 1 ,097 9,446 ,664 134,304
)

MAP1(1) 2,027 ,830 5,955 1 ,015 7,588 1,490 38,633

ROT1(1) 1,599 ,856 3,485 1 ,062 4,947 ,923 26,507

GAJI(1) ,087 ,922 ,009 1 ,924 1,091 ,179 6,643

Constant -4,624 1,400 10,904 1 ,001 ,010


a
Step 2 Stres(1) -,357 ,893 ,160 1 ,690 ,700 ,122 4,029
olahraga(1) 2,352 ,790 8,857 1 ,003 10,511 2,233 49,484
menetap(1) 1,137 ,689 2,723 1 ,099 3,118 ,808 12,033
Kortisol(1) 2,410 ,901 7,152 1 ,007 11,135 1,904 65,129
RiwayatPE(1
2,247 1,354 2,755 1 ,097 9,455 ,666 134,209
)
MAP1(1) 2,024 ,830 5,948 1 ,015 7,572 1,488 38,529
ROT1(1) 1,581 ,835 3,585 1 ,058 4,862 ,946 24,983
Constant -4,532 1,006 20,293 1 ,000 ,011
a
Step 3 olahraga(1) 2,336 ,784 8,881 1 ,003 10,343 2,225 48,084

menetap(1) 1,174 ,684 2,946 1 ,086 3,235 ,847 12,361

Kortisol(1) 2,189 ,695 9,928 1 ,002 8,928 2,287 34,844

RiwayatPE(1
2,275 1,350 2,839 1 ,092 9,731 ,690 137,293
)

MAP1(1) 2,010 ,827 5,910 1 ,015 7,464 1,476 37,737

ROT1(1) 1,543 ,833 3,433 1 ,064 4,680 ,915 23,940

Constant -4,536 1,005 20,363 1 ,000 ,011

a. Variable(s) entered on step 1: Stres, olahraga, menetap, Kortisol, RiwayatPE, MAP1,


ROT1, GAJI.

Variables in the Equation


261

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a olahraga(1) 2,120 ,715 8,798 1 ,003 8,332 2,053 33,819

Kortisol(1) 2,280 ,637 12,793 1 ,000 9,773 2,802 34,084

MAP1(1) 2,867 ,750 14,625 1 ,000 17,585 4,046 76,438

Constant -3,979 ,875 20,675 1 ,000 ,019

a. Variable(s) entered on step 1: olahraga, Kortisol, MAP1.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2,318 4 ,678

Area Under the Curve


Test Result Variable(s): Predicted probability

Asymptotic 95%
Confidence Interval

Asymptotic Lower Upper


a b
Area Std. Error Sig. Bound Bound

,892 ,033 ,000 ,826 ,957

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a olahraga(1) 2,082 ,634 10,794 1 ,001 8,024 2,317 27,791

Stres(1) 1,794 ,582 9,516 1 ,002 6,016 1,924 18,812

MAP1(1) 2,703 ,724 13,933 1 ,000 14,922 3,610 61,685

menetap(1) 1,366 ,568 5,790 1 ,016 3,919 1,288 11,923

Constant -4,001 ,891 20,164 1 ,000 ,018

a. Variable(s) entered on step 1: olahraga, Stres, MAP1, menetap.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 9,897 8 ,272

Area Under the Curve


262

Test Result Variable(s): Predicted probability

Asymptotic 95% Confidence Interval


a b
Area Std. Error Asymptotic Sig. Lower Bound Upper Bound

,884 ,035 ,000 ,816 ,951

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a MAP1(1) 2,479 ,625 15,739 1 ,000 11,933 3,506 40,615

Stres(1) 1,474 ,510 8,364 1 ,004 4,365 1,608 11,851

Constant -2,405 ,614 15,346 1 ,000 ,090

a. Variable(s) entered on step 1: MAP1, Stres.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2,500 2 ,286

Area Under the Curve


Test Result Variable(s): Predicted probability

Asymptotic 95% Confidence Interval

Area Std. Errora Asymptotic Sig.b Lower Bound Upper Bound

,803 ,044 ,000 ,716 ,889

Area Under the Curve

Asymptotic 95% Confidence


Interval

Test Result Lower


a b
Variable(s) Area Std. Error Asymptotic Sig. Bound Upper Bound

Model 4 ,800 ,048 ,000 ,706 ,893


Model 1 ,892 ,033 ,000 ,826 ,957
Model 2 ,860 ,039 ,000 ,782 ,937
Model 3 ,883 ,037 ,000 ,811 ,956

Regresi Logistik Usia Kehamilan 32 Minggu

Variables in the Equation


263

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step GAJI(1) -,803 1,187 ,458 1 ,499 ,448 ,044 4,590


a
1 JARAKHAMIL
-1,517 1,527 ,987 1 ,320 ,219 ,011 4,371
(1)

olahraga(1) 2,965 1,279 5,371 1 ,020 19,399 1,580 238,143

RiwayatPE(1) -4,084 1,793 5,186 1 ,023 ,017 ,001 ,566

Stres(1) -,173 1,180 ,022 1 ,883 ,841 ,083 8,502

Kortisol(1) 4,195 1,615 6,745 1 ,009 66,373 2,799 1574,070

MAP1(1) 4,027 1,753 5,276 1 ,022 56,119 1,806 1744,080

MAP2(1) -3,304 1,996 2,740 1 ,098 ,037 ,001 1,838

MAP32MING
3,463 2,106 2,703 1 ,100 31,904 ,514 1980,126
GU(1)

ROT1(1) -,037 1,213 ,001 1 ,976 ,964 ,089 10,394

ROT2(1) 4,549 1,527 8,879 1 ,003 94,505 4,743 1882,994

ROT32MING
,455 ,965 ,223 1 ,637 1,577 ,238 10,446
GU(1)

Constant -7,249 2,891 6,288 1 ,012 ,001


Step GAJI(1) -,788 1,074 ,538 1 ,463 ,455 ,055 3,732
a
2 JARAKHAMIL
-1,527 1,491 1,049 1 ,306 ,217 ,012 4,035
(1)
olahraga(1) 2,972 1,261 5,559 1 ,018 19,534 1,651 231,097
RiwayatPE(1) -4,077 1,777 5,265 1 ,022 ,017 ,001 ,552
Stres(1) -,191 1,034 ,034 1 ,854 ,826 ,109 6,272
Kortisol(1) 4,208 1,564 7,242 1 ,007 67,215 3,137 1440,093
MAP1(1) 4,018 1,724 5,429 1 ,020 55,578 1,893 1631,661
MAP2(1) -3,315 1,971 2,829 1 ,093 ,036 ,001 1,729
MAP32MING
3,472 2,086 2,771 1 ,096 32,198 ,540 1918,758
GU(1)
ROT2(1) 4,541 1,506 9,098 1 ,003 93,797 4,906 1793,395
ROT32MING
,460 ,950 ,235 1 ,628 1,585 ,246 10,198
GU(1)
Constant -7,267 2,834 6,575 1 ,010 ,001
Step GAJI(1) -,818 1,062 ,593 1 ,441 ,441 ,055 3,538
a
3 JARAKHAMIL
-1,511 1,483 1,038 1 ,308 ,221 ,012 4,037
(1)
olahraga(1) 2,979 1,262 5,575 1 ,018 19,670 1,659 233,209
RiwayatPE(1) -4,112 1,772 5,382 1 ,020 ,016 ,001 ,528
Kortisol(1) 4,121 1,488 7,674 1 ,006 61,616 3,338 1137,386
MAP1(1) 4,031 1,721 5,488 1 ,019 56,344 1,932 1643,168
MAP2(1) -3,327 1,976 2,834 1 ,092 ,036 ,001 1,727
264

MAP32MING
3,392 2,032 2,787 1 ,095 29,712 ,554 1592,797
GU(1)
ROT2(1) 4,559 1,511 9,101 1 ,003 95,477 4,938 1845,890
ROT32MING
,463 ,951 ,237 1 ,627 1,588 ,246 10,248
GU(1)
Constant -7,180 2,783 6,655 1 ,010 ,001
Step GAJI(1) -,694 1,040 ,445 1 ,505 ,500 ,065 3,836
a
4 JARAKHAMIL
-1,573 1,448 1,180 1 ,277 ,207 ,012 3,543
(1)
olahraga(1) 2,971 1,286 5,341 1 ,021 19,515 1,570 242,496
RiwayatPE(1) -4,320 1,763 6,005 1 ,014 ,013 ,000 ,421
Kortisol(1) 4,327 1,478 8,565 1 ,003 75,694 4,175 1372,353
MAP1(1) 4,175 1,732 5,812 1 ,016 65,045 2,183 1938,007
MAP2(1) -3,436 1,981 3,008 1 ,083 ,032 ,001 1,563
MAP32MING
3,547 2,030 3,054 1 ,081 34,711 ,650 1854,101
GU(1)
ROT2(1) 119,80
4,786 1,478 10,490 1 ,001 6,618 2168,948
6
Constant -7,456 2,807 7,057 1 ,008 ,001
Step JARAKHAMIL
-1,738 1,443 1,450 1 ,229 ,176 ,010 2,977
a
5 (1)
olahraga(1) 2,987 1,290 5,365 1 ,021 19,833 1,583 248,447
RiwayatPE(1) -4,336 1,743 6,186 1 ,013 ,013 ,000 ,399
Kortisol(1) 4,316 1,467 8,652 1 ,003 74,919 4,221 1329,597
MAP1(1) 4,254 1,732 6,032 1 ,014 70,358 2,361 2096,799
MAP2(1) -3,534 1,990 3,152 1 ,076 ,029 ,001 1,444
MAP32MING
3,389 1,985 2,916 1 ,088 29,645 ,606 1450,368
GU(1)
ROT2(1) 130,38
4,871 1,470 10,976 1 ,001 7,309 2325,893
7
Constant -7,856 2,698 8,478 1 ,004 ,000
Step olahraga(1) 2,554 1,149 4,940 1 ,026 12,862 1,352 122,327
a
6 RiwayatPE(1) -3,946 1,577 6,262 1 ,012 ,019 ,001 ,425
Kortisol(1) 3,786 1,242 9,286 1 ,002 44,085 3,861 503,371
MAP1(1) 3,779 1,571 5,786 1 ,016 43,785 2,013 952,269
MAP2(1) -2,400 1,566 2,349 1 ,125 ,091 ,004 1,953
MAP32MING
2,445 1,720 2,020 1 ,155 11,529 ,396 335,825
GU(1)
ROT2(1) 101,94
4,624 1,333 12,031 1 ,001 7,473 1390,735
9
Constant -7,279 2,447 8,848 1 ,003 ,001
Step olahraga(1) 2,146 ,961 4,990 1 ,025 8,548 1,301 56,167
a
7 RiwayatPE(1) -3,877 1,503 6,652 1 ,010 ,021 ,001 ,394
265

Kortisol(1) 3,519 1,083 10,558 1 ,001 33,740 4,040 281,776


MAP1(1) 3,680 1,497 6,044 1 ,014 39,650 2,109 745,494
MAP2(1) -1,529 1,295 1,395 1 ,238 ,217 ,017 2,741
ROT2(1) 119,17
4,781 1,220 15,348 1 ,000 10,901 1302,920
9
Constant -5,489 1,606 11,673 1 ,001 ,004
Step olahraga(1) 1,911 ,887 4,639 1 ,031 6,759 1,188 38,464
a
8 RiwayatPE(1) -3,560 1,396 6,508 1 ,011 ,028 ,002 ,438

Kortisol(1) 3,069 ,932 10,854 1 ,001 21,525 3,467 133,629

MAP1(1) 2,611 1,085 5,789 1 ,016 13,618 1,623 114,269

ROT2(1) 4,404 1,081 16,601 1 ,000 81,792 9,832 680,459

Constant -5,451 1,532 12,657 1 ,000 ,004

a. Variable(s) entered on step 1: GAJI, JARAKHAMIL, olahraga, RiwayatPE, Stres, Kortisol,


MAP1, MAP2, MAP32MINGGU, ROT1, ROT2, ROT32MINGGU.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step olahraga(1) 1,911 ,887 4,639 1 ,031 6,759 1,188 38,464


a
1 RiwayatPE(1) -3,560 1,396 6,508 1 ,011 ,028 ,002 ,438

Kortisol(1) 3,069 ,932 10,854 1 ,001 21,525 3,467 133,629

MAP1(1) 2,611 1,085 5,789 1 ,016 13,618 1,623 114,269

ROT2(1) 4,404 1,081 16,601 1 ,000 81,792 9,832 680,459

Constant -5,451 1,532 12,657 1 ,000 ,004

a. Variable(s) entered on step 1: olahraga, RiwayatPE, Kortisol, MAP1, ROT2.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 1,398 7 ,986

Area Under the Curve


Test Result Variable(s): Predicted probability

Asymptotic 95% Confidence Interval

Area Std. Errora Asymptotic Sig.b Lower Bound Upper Bound

,952 ,021 ,000 ,910 ,994

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for


EXP(B)
266

Lower Upper
a
Step 1 olahraga(1) 1,363 ,648 4,418 1 ,036 3,907 1,096 13,924

MAP1(1) 1,369 ,677 4,088 1 ,043 3,931 1,043 14,816

ROT2(1) 3,188 ,650 24,075 1 ,000 24,249 6,786 86,660

Stres(1) 1,504 ,610 6,081 1 ,014 4,501 1,362 14,877

Constant -2,985 ,760 15,404 1 ,000 ,051

a. Variable(s) entered on step 1: olahraga, MAP1, ROT2, Stres.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 1,406 6 ,965

Area Under the Curve


Test Result Variable(s): Predicted probability

Asymptotic 95% Confidence Interval


a b
Area Std. Error Asymptotic Sig. Lower Bound Upper Bound

,905 ,031 ,000 ,844 ,966

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step Stres(1) 1,209 ,609 3,948 1 ,047 3,352 1,017 11,051


a
1 ROT2(1) 2,818 ,601 21,996 1 ,000 16,741 5,156 54,351

ROT32MINGGU(
1,213 ,615 3,892 1 ,049 3,364 1,008 11,230
1)

Constant -1,786 ,430 17,267 1 ,000 ,168

a. Variable(s) entered on step 1: Stres, ROT2, ROT32MINGGU.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2,621 5 ,758

Area Under the Curve


Test Result Variable(s): Predicted probability

Area Std. Asymptotic Sig.b Asymptotic 95%


a
Error Confidence Interval
267

Lower Upper
Bound Bound

,879 ,036 ,000 ,809 ,949

The test result variable(s): Predicted probability has at least one tie
between the positive actual state group and the negative actual
state group. Statistics may be biased.
a. Under the nonparametric assumption
b. Null hypothesis: true area = 0.5
Area Under the Curve

Asymptotic 95% Confidence

Test Result Std. Asymptoti Interval

Variable(s) Area Errora c Sig.b Lower Bound Upper Bound

Model 1 ,952 ,021 ,000 ,910 ,994


Model 2 ,906 ,033 ,000 ,842 ,970
Model 3 ,875 ,039 ,000 ,799 ,952

The test result variable(s): Predicted probability, Predicted probability, Predicted probability
has at least one tie between the positive actual state group and the negative actual state
group. Statistics may be biased.
a. Under the nonparametric assumption
b. Null hypothesis: true area = 0.5

Anda mungkin juga menyukai