Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memori semantik adalah pengetahuan terorganisir kita mengenai dunia.
Kita akan melihat empat kategori teori yang menjelaskan bagaimana semua
informasi ini dapat disimpan dalam memori semantik. Teori ini saling
mempengaruhi satu sama lain, tetapi menekankan aspek yang berbeda dari
memori semantik. Misalkan Anda sedang berusaha memutuskan apakah
sebuah benda dalam toko bahan makanan adalah buah apel. Model
perbandingan ciri mengusulkan agar Anda memeriksa daftar dari ciri-ciri
yang diperlukan seperti warna, ukuran, dan bentuk untuk menentukan apakah
itu apel. Pendekatan prototipe menganjurkan agar anda memutuskan apakah
benda itu apel melalui pembandingannya dengan apel yang diidealkan
(idealized apple) yang paling tipikal dari kategori itu. Pendekatan eksemplar
menekankan agar anda memutuskan apakah ia apel melalui
pembandingannya dengan sejumlah contoh spesifik apel yang sangat anda
kenal (seperti apel McIntosh, Ida Red, dan Fuji). Ketiga teori ini memberi
perhatian mengenai keanggotaan kategori. Di pihak lain, model-model
jaringan yang dijelaskan dalam bab ini menekankan interkoneksi di antara
item-item terkait; contohnya, sebuah apel dapat dikaitkan dengan item-item
lain seperti merah, mengandung biji, dan pear. (Secara sepintas, anda sudah
mempunyai latar belakang tertentu mengenai model jaringan yang paling
menonjol, yakni pendekatan pemprosesan terdistribusi paralel).
Skema dan skrip berlaku pada kelompok-kelompok pengetahuan yang
lebih besar. Skema adalah jenis pengetahuan yang digeneralisasi mengenai
situasi dan peristiwa. Satu jenis skema dinamakan skrip (naskah); skrip
menggambarkan rangkaian peristiwa yang diperkirakan. Contohnya, sebagian
besar orang mempunyai ―skrip restoran‖ yang dirumuskan dengan baik, yang
menspesifikasi semua peristiwa yang mungkin terjadi ketika anda makan
malam di restauran. Skema mempengaruhi memori anda selama empat
proses: pemilihan bahan yang ingin kita ingat, penyimpanan makna dari
pesan verbal, penginterpretasian bahan, dan pembentukan satu representasi

1
terpadu dalam memori. Skema dapat menyebabkan ketidakakuratan selama
tahap-tahap ini, tetapi kita sering lebih akurat dari yang dikemukakan oleh
teori skema.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud memori semantic, skema dan script?
2. Apa saja struktur dari memori semantic, skema, dan script?
3. Bagaiamana penerapan memori semantic, skema, dan script dalam
pembelajaran matematika?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian memori semantic, skema, dan script.
2. Mengetahui struktur memori semantic, skema, dan script.
3. Mengetahui penerapan memori semantic, skema, dan script dalam
pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memori Semantik
A. Struktur Memori Semantik
Memori semantik merupakan pengetahuan terorganisir mengenai dunia.
Hal ini berbeda dengan memori episodik yaitu memori yang memuat
informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kita. Umumnya
memori semantik merujuk pada pengetahuan atau informasi; tidak
menyebut bagaimana informasi itu diperoleh. Contohnya: ―Tegucigalpa
adalah ibu kota Honduras‖. Sedangkan, memori episodik menekankan
kapan, di mana, atau bagaimana peristiwa itu terjadi. Contohnya: ―Pagi ini
saya mengetahui bahwa Tegucigalpa adalah ibu kota Honduras‖.
Para psikolog menggunakan istilah memori semantik dalam pengertian
luas dari percakapan normal (Moss & Tyler, 1995). Contohnya, memori
semantik mencakup pengetahuan ensiklopedia (misalnya, ―Martin Luther
King, Jr., lahir di Atlanta, Georgia). Ia juga mencakup pengetahuan
leksikal atau pengetahuan bahasa (misalnya, ―Kata salju terkait dengan
kata hujan‖). Selain itu, memori semantik mencakup pengetahuan
konseptual (misalnya, ―Bujur sangkar mempunyai empat sisi‖). Seperti
ditunjukkan oleh para peneliti dalam disiplin itu, memori semantik
mempengaruhi sebagian besar dari kegiatan kognitif kita. Contohnya,
bentuk memori ini diperlukan untuk memecahkan sebuah masalah,
menentukan lokasi, dan membaca kalimat (Choben, 1992).
Kategori dan konsep adalah komponen-komponen penting dari memori
semantik. Kategori adalah kelas objek-objek yang masuk bersama-sama.
Contohnya, beragam objek mewakili sebuah kategori perabot tertentu,
semua objek ini dapat dinamakan meja. Psikolog menggunakan istilah
konsep untuk merujuk pada representasi mental dari sebuah kategori.
Misalnya, Anda mempunyai konsep ―meja‖, yang merujuk pada
representasi mental anda dari kategori itu. (Secara sepintas, dalam bab ini
saya akan mengikuti tradisi dalam psikologi kognitif dalam hal

3
penggunaan huruf miring untuk nama-nama kata aktual, dan tanda kutipan
untuk kategori dan konsep).
Memori semantik memungkinkan kita mengkodekan objek-objek yang
ada disekitar kita, dengan menggabungkan beragam objek serupa ke dalam
konsep yang sama. Proses pengkodean ini mengurangi ruang
penyimpanan, karena banyak objek dapat disimpan dengan label yang
sama. Konsep-konsep juga memungkinkan kita untuk membuat inferensi
ketika kita menghadapi contoh-contoh baru dari sebuah kategori.
Contohnya, seorang anak mungkin mengetahui bahwa satu anggota dari
kategori ―meja‖ mempunyai atribut ―Anda dapat menempatkan benda-
benda di atas.‖ Ketika dia menemukan meja baru, dia membuat inferensi
(biasanya secara tepat) bahwa anda dapat menempatkan benda-benda di
atas meja ini (E.E. Smith, 1995). Seperti kita catat sebelumnya, inferensi-
inferensi ini memungkinkan kita untuk bergerak di luar informasi tertentu
itu, yang sangat memperluas pengetahuan kita.
Psikolog biasanya mempelajari dua jenis konsep, yaitu konsep natural
merujuk pada konsep yang terjadi dalam alam, seperti apel, harimau, dan
lengan manusia dan artifak merujuk pada objek yang telah dibentuk oleh
manusia seperti meja, jaket, dan buku. Konsep natural dan artifak
disimpan dalam memori semantik.
Terdapat empat pendekatan memori semantik, yaitu model
perbandingan ciri, pendekatan prototip, pendekatan eksemplar, dan model
jaringan.
1. Model Perbandingan Ciri
Menurut model perbandingan ciri, konsep-konsep disimpan dalam
memori menurut sebuah daftar ciri-ciri atau karakteristik yang
diperlukan. Menurut Smith, dkk (1974):
Komponen-komponen structural dari model perbandingan
ciri. Pertimbangkan konsep kucing sejenak. Kita dapat menyusun
sebuah daftar ciri yang sering relevan pada kucing:
a. Mempunyai bulu
b. Tidak menyukai air

4
c. Mempunyai empat kaki
d. Berbunyi meong
e. Mempunyai ekor
f. Mengejar tikus

Teknik Verifikasi Kalimat

Untuk masing-masing dari item di bawah, jawab secepat


mungkin ―benar‖ atau ―salah‖.

1. Poodle adalah anjing.


2. Tupai adalah binatang
3. Bunga adalah batu
4. Wortel adalah sayuran
5. Mangga adalah buah
6. Petunia adalah pohon
7. Robin adalah burung
8. Rutabaga adalah sayuran

Smith, dkk menyatakan bahwa ciri-ciri yang digunakan dalam model


perbandingan ciri adalah ciri-ciri penentu atau ciri-ciri khas. Ciri-
ciri penentu adalah ciri-ciri yang perlu untuk makna dari item.
Contohnya, ciri-ciri penentu dari seekor robin mencakup bahwa ia
hidup dan mempunyai bulu dan dada merah. Ciri-ciri Khas adalah ciri-
ciri yang deskriptif tetapi tidak esensil. Contohnya, ciri-ciri khas dari
seekor robin mencakup bahwa ia terbang, bertengger di pohon, tidak
diternakkan, dan berukuran kecil.

Riset mengenai model perbandingan ciri. Teknik verifikasi kalimat


adalah salah satu alat utama yang digunakan untuk meneliti model
perbandingan ciri. Dalam Teknik Verifikasi kalimat orang melihat
kalimat sederhana, dan mereka harus menggunakan pengetahuan
semantik mereka yang tersimpan untuk menentukan apakah kalimat itu
benar atau salah. Contoh di atas menunjukkan jenis-jenis item yang

5
disajikan dalam teknik verifikasi kalimat. Umumnya orang sangat
akurat pada tugas ini, sehingga peneliti tidak perlu membandingkan
angka kesalahan di seluruh kondisi eksperimen. Melainkan mereka
mengukur waktu-waktu reaksi. Dua kondisi eksperimen bisa
menghasilkan waktu-waktu reaksi yang berbeda sebesar sepersepuluh
detik.

Satu temuan umum dalam riset yang menggunakan teknik verifikasi


kalimat adalah efek typicality. Dalam efek typicality, orang mencapai
keputusan lebih cepat bila sebuah item adalah anggota tipikal dari
sebuah kategori, bukan anggota luar biasa. Contohnya, anda akan
memutuskan dengan cepat bahwa wortel adalah sayuran, tetapi anda
mungkin membutuhkan waktu lama untuk memutuskan bahwa rutabaga
adalah sayuran. Dalam sebuah studi representatif, Katz (1981)
menyajikan kalimat-kalimat typicality tinggi seperti ―bumi bundar‖ dan
kalimat-kalimat rendah seperti ―tong bundar‖. Waktu reaksi adalah
sekitar 0,3 detik lebih cepat untuk item tipikal dibanding untuk item
atipikal, suatu perbedaan yang signifikan secara statistik di antara kedua
kondisi.

Model perbandingan ciri dapat menjelaskan hasil-hasil ini.


Contohnya, wortel adalah anggota tipikal dari kategorinya, sehingga
ciri-ciri wortel dan sayuran sangat serupa. Orang-orang cepat menjawab
pertanyaan ―Apakah wortel merupakan sayuran?‖ karena mereka hanya
memerlukan pemprosesan Tahap 1 dalam model. Tetapi rutabaga
adalah contoh dari sayuran atipikal. Orang-orang memerlukan jauh
lebih lama untuk menjawab pertanyaan ―Apakah rutabaga merupakan
sayuran?‖ karena keputusan itu memerlukan pemprosesan Tahap 2, dan
juga pemprosesan Tahap 1.

Riset mengenai aspek lain dari model perbandingan ciri jelas


kontradiksi dengan model tersebut. Secara spesifik, sebuah masalah
utama dengan perbandingan ciri adalah bahwa sangat sedikit dari

6
konsep yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditangkap
oleh sebuah daftar ciri-ciri yang perlu (Hahn & Chater, 1997).
Contohya, Sloman dkk (1998) meminta sejumlah mahasiswa untuk
membuat pertimbangkan mengenai beberapa konsep natural
(contohnya, ―Robin‖) dan artifak (contohnya, ―sekitar‖). Dalam studi
ini, mahasiswa disuruh untuk menilai apakah mereka dapat
membayangkan satu contoh dari konsep yang tidak mempunyai sebuah
karakter tertentu. Dalam kenyataannya, mereka dapat membayangkan
seekor Robin yang tidak terbang, tidak makan, tidak mempunyai bulu,
dan tidak mempunyai dada merah! Maka perhatikan bahwa mereka
tidak yakin bahwa suatu ciri tertentu mutlak perlu untuk dimiliki seekor
robin; berbeda dengan teori, kategori ―Robin‖ ini tidak benar-benar
mempunyai semua ciri esensil. Sloman dkk juga menemukan bahwa
artifak tidak memiliki ciri-ciri penentu yang esensil.

Kesimpulan mengenai perbandingan ciri. Kita telah melihat bahwa


perbandingan ciri dapat menjelaskan efek typicality. Tetapi riset tidak
mendukung ide bahwa keanggotaan kategori didasarkan pada sebuah
daftar dari ciri-ciri yang perlu.

Masalah lainnya dengan perbandingan ciri adalah asumsinya bahwa


ciri-ciri individual independen satu sama lain. Dalam kenyataannya,
untuk konsep-konsep natural, ciri-ciri cenderung berkorelasi.
Contohnya, objek-objek yang mempunyai daun tidak mungkin
mempunyai kaki atau bulu. Di pihak lain, objek-objek yang mempunyai
bulu sangat mungkin mempunyai kaki. Terakhir, perbandingan ciri
tidak menjelaskan bagaimana para anggota kategori terkait satu sama
lain (Barselou, 1992).

2. Pendekatan Prototip
Menurut Eleanor Rosch, kita mengorganisir masing-masing
kategori atas dasar prototip, yaitu item yang diidealkan yang paling
prototip dari kategori (Hampton, 1997a; Rosch, 1973).

7
Menurut pendekatan prototip, kita memutuskan apakah sebuah
item masuk pada sebuah kategori dengan membandingkan item itu
dengan sebuah prototip. Jika item serupa dengan prototip, anda
memasukkan item itu dalam kategori tersebut. Contohnya, anda
menyimpulkan bahwa robin adalah seekor burung karena ia cocok
dengan prototip ideal anda untuk seekor burung. Tetapi jika item yang
sedang anda nilai cukup berbeda dari prototip, anda menempatkannya
dalam kategori lain di mana ia lebih mirip dengan prototip kategori itu.
Prototip dari sebuah kategori tidak benar-benar perlu ada (Hahn &
Chater, 1997. Markman, 1999). Contohnya, jika saya meminta anda
untuk menggambarkan seekor hewan prototipikal, anda mungkin
memberitahu kepada saya mengenai seekor mahluk berkaki empat
dengan bulu, ekor, dan ukuran yang masuk di antara anjing besar dan
sapi—sesuatu yang tidak percis mirip dengan suatu mahluk di
bumi. Jadi prototip adalah contoh abstrak dan yang diidealkan.
Perhatikan bahwa pendekatan prototip tidak memberi perhatian
pada rincian yang membuat masing-masing item dalam sebuah kategori
unik (Haberlank, 1999). Contohnya, pendekatan ini tidak memberi
perhatian pada fakta bahwa pisang mempunyai jenis kulit yang berbeda
dari jeruk atau nenas. Semua ketiga item adalah contoh yang sangat
baik dari kategori ―buah‖.
Rosch juga menunjukkan bahwa anggota-anggota dari sebuah
kategori berbeda dalam hal prototypically mereka, atau sejauh mana
mereka protipikal. Robin dan burung pipit adalah burung-burung yang
sangat tipikal, sementara burung unta dan penguin non prototip.
Pikirkan sebuah prototip, atau anggota yang paling tipikal, untuk
sekelompok tertentu mahasiswa di kampus anda, barangkali mahasiswa
dengan jurusan tertentu. Juga pikirkan sebuah nonprototip (―maksud
anda dia adalah jurusan seni? Dia tidak tampak sama sekali seperti
itu!‖). Sekarang pikirkan prototip untuk professor, buah, dan kendaraan;
lalu pikirkan non prototip untuk masing-masing kategori. Contohnya,

8
tomat adalah buah non prototipikal, dan elevator adalah kendaraan non
prototipikal.
Pendekatan prototip mewakili sebuah perspektif yang sangat
berbeda dari model perbandingan ciri yang baru saja kita periksa.
Menurut model perbandingan ciri, sebuah item masuk pada sebuah
kategori sepanjang dia memiliki ciri-ciri yang perlu dan cukup
(Markman, 1999). Karena itu perspektif perbandingan ciri
mengemukakan bahwa keanggotaan kategori sangat gamblang.
Contohnya, untuk kategori ―bujangan‖, ciri penentu
adalah pria dan tidak menikah. Tetapi, apakah anda tidak berpikir
bahwa saudara sepupu anda yang pria tak menikah berusia 32 tahun
merupakan contoh yang lebih baik dari bujangan dibanding keponakan
anda yang berusia 2 tahun atau seorang pastor Katolik yang sudah tua?
Semua ketiga orang itu memang pria dan tidak menikah, karena itu
model perbandingan ciri akan menyimpulkan bahwa ketiganya patut
dikategorisasi sebagai bujangan. Di pihak lain, pendekatan prototip
akan mengemukakan bahwa tidak semua anggota kategori ―bujangan‖
diciptakan sama. Melainkan, saudara sepupu anda adalah bujangan
yang lebih prototipikal dibanding keponakan anda atau pastor.
Eleanor Rosch dkk, dan juga peneliti lain, telah melakukan banyak
studi mengenai karakteristik prototip -prototip. Riset mereka
menunjukkan bahwa semua anggota kategori tidak diciptakan sama
(Hampton, 1997b; Whittlesea, 1997). Melainkan, sebuah kategori
cenderung mempunyai struktur bertingkat (graded structure), yang
mulai dengan anggota-anggota yang paling representatif atau
prototipikal dan terus melalui anggota-anggota non prototipikal kategori
itu. Marilah memeriksa beberapa karakteristik penting dari prototip-
prototip. Kemudian kita akan mengulas komponen penting lainnya dari
pendekatan prototip, yang berfokus pada tingkat-tingkat kategorisasi.
Karakteristik prototip. Prototip berbeda dari anggota non
prototipikal kategori-kategori dalam beberapa hal. Seperti akan anda
lihat, prototip mempunyai status khusus dan diistimewakan.

9
1) prototip disuplai sebagai contoh dari sebuah kategori. Beberapa studi
telah menunjukkan bahwa orang-orang menilai sejumlah item
sebagai contoh-contoh yang lebih baik dari sebuah konsep dibanding
sejumlah item lain. Dalam sebuah studi, misalnya, Mervis, Catlin,
dan Rosch (1976) melihat beberapa norma kategori yang telah
dikumpulkan. Norma-norma itu telah dibentuk dengan meminta
orang-orang untuk memberikan contoh dari delapan kategori, seperti
―burung‖, ―buah‖, ―olah raga‖, dan ―senjata‖. Mervis, dkk meminta
satu kelompok lain orang-orang untuk memberi rating prototip untuk
masing-masing dari contoh-contoh ini. Sebuah analisis statistic
menunjukkan bahwa item-item yang dinilai paling prototipikal
ternyata adalah item-item yang sama yang diberi orang-orang paling
sering dalam norma-norma kategori.
2) Prototip berfungsi sebagai titik acuan. di mana orang-orang melihat
pasangan-pasangan angka, warna, dan garis. Untuk pasangan-
pasangan angka, satu anggota dari masing-masing pasangan adalah
prototip-yakni, sebuah perkalian dari 10 yang mesti relevan dalam
sistem bilangan desimal kita (contohnya, 10, 50, atau 100). Anggota
lainnya dari pasangan itu adalah sebuah angka yang mempunyai
ukuran kira-kira sama, tetapi bukan perkalian dari 10 (contohnya, 11,
48, atau 103). Untuk pasangan-pasangan warna, satu anggota adalah
prototip (merah, kuning, hijau, dan biru), dan yang lainnya adalah
non prototip (contohnya, merah keungu-unguan). Untuk pasangan-
pasangan garis, satu anggota adalah garis dalam posisi ―standar‖
(tepat horizontal, tepat vertical, atau diagonal 45 derajat), dan yang
lainnya adalah garis dalam posisi yang diputar 100 dari salah satu
posisi standar. Dalam masing-masing kasus, Rosch ingin
menentukan anggota pasangan mana berfungsi sebagai titik acuan-
yakni, stimulus yang bisa digunakan untuk membandingkan anggota
lain.
3) Prototip dinilai lebih cepat setelah priming (penyiapan). Efek
ketelitian berarti bahwa orang-orang merespon lebih cepat pada

10
sebuah item jika item itu didahului oleh satu item serupa.
Contohnya, anda akan membuat penilaian mengenai apel lebih cepat
jika anda baru saja telah melihat kata buah dibanding jika anda telah
baru saja melihat kata jerapah.
Riset menunjukkan bahwa ketelitian mempermudah respon pada
prototip lebih dari ia mempermudah respon pada non prototip.
Contohnya, bayangkan anda sedang berpartisipasi dalam studi
mengenai ketelitian. Tugas anda adalah menilai pasangan-pasangan
yang mempunyai warna serupa dan untuk menjawab apakah mereka
sama atau tidak. Pada beberapa kesempatan, nama warna
ditunjukkan kepada anda sebelum anda harus menilai pasangan
warna-warna; ini adalah percobaan-percobaan yang dipersiapkan
(primed trial). Pada kesempatan lain, tidak ada nama warna
diberikan kepada anda sebagai ―peringatan‖; ini adalah percobaan-
percobaan yang tidak dipersiapkan. Rosch (1975b) mencoba setup
priming ini untuk kedua warna prototip (misalnya, warna merah
yang baik dan cemerlang) dan warna nonprototip (misalnya, merah
buram).
Hasil-hasil Rosch menunjukkan bahwa priming sangat
membantu bila orang-orang membuat penilaian mengenai warna
prototipikal; mereka merespon lebih cepat setelah percobaan-
percobaan yang dipersiapkan dibanding setelah percobaan-percobaan
yang tidak dipersiapkan. Tetapi, priming sebenarnya menghambat
penilaian untuk warna-warna nontrototipikal, bahkan setelah dua
minggu latihan. Dengan kata lain, jika anda melihat kata merah, anda
berharap untuk melihat warna-warna merah yang sesungguhnya dan
menyala. Sebaliknya, jika anda melihat warna-warna merah yang
gelap buram, priming tidak memberi keuntungan.
4) Prototip-prototip berbagi atribut-atribut bersama dalam sebuah
kategori kemiripan keluarga. Kemiripan keluarga berarti bahwa tidak
ada atribut tunggal sama-sama dimiliki oleh semua contoh dari
sebuah konsep; tetapi masing-masing contoh mempunyai setidaknya

11
satu atribut yang dimiliki bersama dengan contoh lain dari konsep itu
(Hampton, 1997b; Withlesea, 1997). Seperti ditunjukkan oleh filsuf
Wittgenstein (1953), sejumlah konsep sulit digambarkan dari segi
ciri-ciri penentu spesifik. Contohnya, pertimbangkanlah konsep
―permainan‖ (game). Pikirkanlah mengenai permainan yang anda
kenal. Apa atribut tunggal yang sama-sama mereka miliki semua?B
agaimana Monopoli serupa dengan bola voli? Anda mungkin
merespon bahwa dua-duanya melibatkan kompetisi, tetapi lalu
bagaimana mengenai permainan anak-anak ―Ring Around the
Rosie‖? Sejumlah permainan memerlukan keahlian, tetapi yang
lainnya bergantung pada nasib baik. Perhatikan bagaimana masing-
masing permainan sama-sama mempunyai beberapa atribut dengan
permainan lain, namun tidak ada atribut tunggal yang sama-sama
dimiliki oleh semua permainan.

Rosch dan Mervis menemukan korelasi signifikan antara kedua


ukuran-rating prototip dan skor atribut-atribut yang dimiliki bersama.
Dengan kata lain, sebuah item yang sangat prototipikal, seperti
―mobil‖—biasanya mempunyai banyak atribut yang dimiliki bersama
dengan anggota kategori lain. Di pihak lain, sebuah item yang tidak
prototipikal—seperti ―kereta luncur‖—mempunyai hanya sedikit atribut
yang dimiliki bersama anggota kategori lain. Lihat apakah hubungan ini
juga berlaku untuk konsep-konsep berikut: ―Profesi‖, ―film
petualangan‖, dan makanan ringan‖.

Sebagian besar peneliti dalam memori semantik sependapat bahwa


kategori alami cenderung mempunyai struktur yang didasarkan pada
kemiripan keluarga. Artinya, para anggota dari sebuah kategori
biasanya mempunyai sifat-sifat yang sama dengan anggota lain dari
sebuah kategori. Tetapi, tidak ada satu sifat yang berfungsi sebagai
kriteria yang perlu dan cukup untuk keanggotaan dalam kategori.

12
Tingkat-tingkat kategorisasi. Sebuah objek bisa masuk pada banyak
kategori yang berbeda-beda dan terkait. Sejumlah tingkat kategori
dinamakan kategori tingkat superordinat, yang berarti mereka adalah
kategori tingkat lebih tinggi atau lebih umum. ―Perabot‖, ―binatang‖,
dan ―alat‖ semuanya adalah contoh dari tingkat kategori
superordinat. Kategori tingkat dasar cukup spesifik. ―Kursi‖, ―anjing‖,
dan ―obeng‖ adalah contoh-contoh dari kategori tingkat dasar.
Terakhir, kategori tingkat subordinat merujuk pada kategori tingkat
lebih rendah dan lebih spesifik. ―Kursi meja‖, ―anjing collie‖, dan
―obeng Phillips‖ adalah contoh dari kategori subordinate.

Kategori tingkat dasar mempunyai status khusus (Biederman dkk,


1999; Rosch dkk, 1976). Umumnya mereka lebih berguna dibanding
kategori tingkat superordinat dan kategori tingkat subordinat. Kategori
tingkat dasar sangat informatif dan berguna untuk komunikasi dalam
kelompok-kelompok sosial.

1. Nama-nama tingkat dasar digunakan untuk mengidentifikasi


objek. Rosch dkk (1976) meminta orang-orang untuk melihat
gambar-gambar dan mengidentifikasi objek-objek; mereka
menemukan bahwa orang-orang lebih suka menggunakan nama-
nama tingkat dasar. Tampaknya nama tingkat dasar memberi
informasi yang cukup tanpa terlalu dirinci. Peneliti lainnya telah
menunjukkan bahwa efek ini sebagian—tetapi tidak sepenuhnya—
disebabkan oleh preferensi kita untuk kata-kata yang singkat dan
berfrekuensi tinggi. Lebih lanjut, orang menghasilkan nama-nama
tingkat dasar lebih cepat dibanding nama-nama superordinat atau
subordinate. Dengan kata lain, tingkat dasar memang mempunyai
status khusus dan diistimewakan.
2. Anggota-anggota kategori tingkat dasar mempunyai atribut-atribut
bersama. Rosch, dkk (1976) menemukan bahwa orang-orang
mencantumkan sejumlah besar atribut yang dimiliki bersama oleh
para anggota dari sebuah kategori tingkat dasar. Contohnya, untuk

13
kategori tingkat dasar ―obeng‖, seseorang mungkin mencantumkan
atribut-atribut seperti mempunyai tonjolan logam, mempunyai
gagang berpunggung, dan panjangnya sekitar 4 sampai 10 inci. Di
pihak lain, orang-orang mencantumkan sangat sedikit atribut yang
dimiliki bersama oleh para anggota dari sebuah kategori tingkat
superordinat, seperti, ―alat‖. Lantas seberapa banyak atribut dapat
anda suplay yang akan benar untuk semua alat yang dapat anda
sebut? Rosch, dkk juga menemukan bahwa orang-orang tidak
menyediakan lebih banyak atribut untuk item-item tingkat subordinat
dibanding untuk item-item tingkat dasar. Lagi-lagi, ini masuk akal.
Untuk kategori tingkat subordinat ―obeng Phillips‖, kita tidak dapat
menambahkan banyak atribut pada daftar yang kita bentuk untuk
―obeng‖. Temuan-temuan serupa dilaporkan oleh Tversky dan
Hemenway (1984).
3. Nama-nama tingkat dasar menghasilkan efek priming. Para anggota
dari kategori tingkat dasar yang sama memiliki bentuk umum yang
sama. Contohnya, para anggota dari kategori ―kursi‖ tampak kira-
kira sama. Karena itu kita akan berharap bahwa bila orang-orang
mendengar kata kursi, mereka akan membentuk satu citra mental
yang akan mirip dengan sebagian besar kursi.
Citra mental relevan karena Rosch, dkk (1976) ingin melihat
apakah priming dengan nama-nama tingkat dasar akan membantu.
Dalam sebuah variasi dari teknik priming, eksperimenter memberi
nama objek, dan para partisipan memutuskan apakah dua gambar
yang menyusul sama seperti satu sama lain. Contohnya, anda
mungkin mendengar kata apel dan melihat gambar-gambar dari dua
apel yang identik. Agaknya priming efektif karena presentasi kata
itu memungkinkan anda untuk membuat citra mental dari kata ini,
yang membantu ketika anda membuat keputusan yang belakangan.
Bagaimanapun, hasil-hasil menunjukkan bahwa priming dengan
nama-nama tingkat dasar membantu—partisipan membuat penilaian-
penilaian yang lebih cepat jika mereka melihat istilah tingkat dasar

14
seperti apel sebelum menilai apel-apel itu. Tetapi, priming dengan
nama-nama superordinat (seperti buah) tidak membantu.
Tampaknya, ketika anda mendengar kata buah, anda menciptakan
sebuah representasi agak umum dari buah, bukan representasi yang
cukup spesifik untuk menyiapkan anda untuk menilai apel-apel.
Ketika anda ingin memperingatkan orang-orang bahwa sesuatu
sedang terjadi, peringatan mereka dengan istilah tingkat tinggi—
teriakkan ―Kebakaran!, bukannya istilah superordinat, ―Bahaya!‖
4. Tingkat Kategorisasi yang berbeda-beda mengaktifkan bagian yang
berbeda-beda dari otak. Riset Neuro-science dengan menggunakan
PET Schan telah memeriksa apakah istilah-istilah tingkat dasar,
superordinat dan subordinat diproses di bagian yang berbeda-beda
dari otak. Kosslyn, Alpert dan Thompson (1995)
menyajikan gambar dari sebuah item, disertai dengan sebuah kata
bahasa Inggris. Dalam beberapa kasus, kata itu adalah istilah tingkat
dasar (misalnya, doll). Dalam kasus lainnya, kata itu adalah istilah
superordinat (misalnya, toy) atau istilah subordinat (misalnya, rag
doll). Dalam masing-masing kasus, para partisipan disuruh untuk
menilai apakah kata itu cocok dengan gambar yang disajikan.
Sementara itu, sebuah PET Scan merekam kegiatan otak. Kemudian
para peneliti dapat membandingkan PET scan untuk istilah-istilah
tingkat dasar dengan PET scan untuk dua jenis istilah lainnya.
Perbandingan ini akan memungkinkan para peneliti untuk melihat
bagian-bagian tambahan mana dari otak diaktifkan ketika orang-
orang membuat jenis-jenis kategorisasi yang lebih canggih, di luar
tingkat dasar.
Hasilnya menunjukan bahwa istilah-istilah superordinat lebih
mungkin dibanding istilah-istilah tingkat dasar untuk
mengaktifkan sebagian dari prefrontal cortex. Bagian cortex ini
memproses bahasa dan memori assossiatif, sehingga penemuan
logis. Untuk menjawab apakah gambar doll (boneka) memenuhi
syarat sebagai toys (mainan anak-anak), anda harus memeriksa

15
memori anda mengenai keanggotaan kategori. Di pihak lain, istilah-
istilah subordinate lebih mungkin dari pada istilah-istilah tingkat
dasar untuk mengaktifkan bidang-bidang otak yang dilibatkan ketika
kita menggeser perhatian visual.
5. Para pakar menggunakan kategori subordinate secara berbeda-
beda. Sejauh ini kita telah melihat bahwa orang-orang menggunakan
nama-nama tingkat dasar untuk mengidentifikasi objek-objek, bahwa
para anggota dari kategori tingkat dasar sama-sama memiliki atribut
yang sama, dan bahwa nama-nama tingkat dasar menghasilkan efek
priming. Kita juga telah melihat bahwa nama-nama tingkat dasar
kurang mungkin dibanding nama-nama lain untuk memperoleh
pengaktifan bagian-bagian tambahan dari cortex. Tetapi sejauh ini
kita hanya mempertimbangkan kinerja orang-orang baru, orang-
orang yang tidak mempunyai keahlian dalam topik yang sedang
dipelajari. Riset menunjukkan bahwa kategori tingkat dasar memang
bisa mempunyai status khusus jika anda bukan ahli dalam suatu
bidang. Tetapi jika anda memang mempunyai keahlian, kategori
yang lebih terspesialisasi mungkin juga mempunyai status
―diistimewakan‖.
Marilah mempertimbangkan riset oleh Kathy Johnson dan
Carolyn Mervis (1997), yang mempelajari individu-individu dengan
tingkat keahlian yang berbeda-beda dalam pengidentifikasian burung
penyanyi. Dari rangkaian studi-studi mereka, marilah secara khusus
mengulas riset mengenai pemproduksian nama-nama untuk burung-
burung ini. Johnson dan Mervis menempatkan 12 ahli tingkat
lanjutan mengenai burung—yang telah menyebabkan banyak
perjalanan lapangan pengamatan burung—dan juga delapan pakar
tingkat menengah (intermediate). Selain itu, mereka mempelajari 12
mahasiswa undergraduate yang merupakan orang baru berkenaan
dengan nama-nama burung. Kepada masing-masing
partisipan ditunjukkan serangkaian foto berwarna burung-burung,
dan juga item-item yang tidak relevan seperti buah dan ikan.

16
Orang-orang baru secara seragam menyediakan istilah tingkat
dasar burung, seperti yang kita perkirakan. Ahli tingkat menengah
jarang memberi istilah tingkat dasar. Melainkan, mereka memberi
istilah tingkat subordinat (seperti burung pengicau pada 55% dari
percobaan dan istilah sub-subordinat (seperti burung pengicau
berparuh kuning) pada 34 dari percobaan. Pakar tingkat lanjutan
jarang menghasilkan istilah tingkat dasar atau istilah tingkat
subordinate. Melainkan, Pada 87% dari percobaan mereka memberi
istilah sub-subordinat.

Kesimpulan mengenai pendekatan prototif. Keuntungan dari


pendekatan prototif adalah bahwa ia dapat menjelaskan kemampuan
kita untuk membentuk konsep-konsep untuk kelompok-kelompok yang
terstruktur secara longgar. Contohnya, kita dapat menciptakan sebuah
konsep untuk stimuli yang hanya berbagi satu kemiripan keluarga pada
satu sama lain, seperti permainan. Seperti ditunjukkan oleh Barsalou
(1992b), model-model prototif bekerja sangat baik bila para anggota
dari kategori tidak mempunyai satu karakteristik bersama-sama.

Pendekatan prototif juga menjelaskan bagaimana kita dapat


mereduksi semua informasi mengenai beragam stimuli ke satu abstraksi
yang diidealkan. Kita tidak perlu mempertahankan sejumlah besar
informasi mengenai sejumlah besar anggota kategori.

Tetapi realitasnya adalah bahwa kita memang sering menyimpan


informasi spesifik mengenai contoh-contoh individual dari sebuah
kategori ini. Karena itu model ideal dari memori semantik perlu
mencakup satu mekanisme untuk penyimpanan informasi spesifik ini,
dan juga prototif-prototif abstrak. Model prototif ideal juga harus
mengakui bahwa konsep-konsep dapat tidak stabil dan variabel.

Kekurangan dalam pendekatan prototif adalah bahwa ia


menunjukkan bahwa kategori-kategori mempunyai batas-batas kabur.

17
Tetapi, sebagian besar orang sangat yakin bahwa sejumlah kategori
memang mempunyai batas-batas gamblang, bukan batas-batas kabur
(Komatsu, 1994). Contohnya, kita merasakan dengan kuat bahwa
Pomeranian adalah anjing dan mesti dikategorisasi dengan anjing
herder, bukan dengan kucing Persia berbulu lebat yang secara fisik
mirip dengan mereka.

Untuk menjelaskan kompleksitas dari konsep-konsep yang kita


simpan dalam memori semantik, sebuah teori ideal harus menjelaskan
bagaimana kita kadang menyimpan informasi spesifik mengenai
anggota kategori spesifik. Teori ini juga harus menjelaskan bagaimana
konsep-konsep dapat diubah oleh factor-faktor spesifik keahlian dan
konteks. Lebih lanjut, teori ideal ini harus menjelaskan intuisi kita
bahwa kategori kadang tampak ditentukan oleh batas-batas yang
gamblang. Teori prototif dengan jelas mempertimbangkan sejumlah
fenomena seperti kemiripan keluarga.

3. Pendekatan Eksemplar (The Exemplar Approach)


Pendekatan ini menyatakan bahwa kita pertama-tama mempelajari
beberapa contoh spesifik dari sebuah konsep; kemudian kita
menggolongkan masing-masing stimulus baru dengan memutuskan
seberapa dekat ia mirip dengan contoh-contoh spesifik tersebut.
Masing-masing dari contoh yang disimpan dalam memori
dinamakan eksemplar.
Studi representatif mengenai pendekatan eksemplar. Para peneliti
ini ingin menentukan apakah pendekatan eksemplar dapat menjelaskan
struktur dari beberapa kategori superordinat, seperti kategori
―binatang‖. Mereka meminta mahasiswa undergraduate untuk memberi
contoh pertama yang muncul ke otak untuk masing-masing dari ketujuh
kategori tingkat dasar dalam Bagian A dari contoh di bawah kemudian
kelompok undergraduate kedua menilai tipikalitas dari masing-masing
contoh tersebut, berkenaan dengan kategori superordinat ―binatang‖.
Kelompok kedua itu juga menilai ketujuh kategori tingkat dasar.

18
a) Untuk bagian pertama dari demonstrasi, ambil selembar kertas dan
tuliskan angka 1 sampai 7 dalam sebuah kolom. Kemudian, di
samping angka yang tepat, tuliskan contoh pertama yang muncul ke
pikiran untuk masing-masing dari kategori berikut:
1. Amfibi
2. burung (unggas)
3. Ikan
4. Serangga
5. Mamalia
6. Mikroorganisme
7. Reptil
b) Untuk Bagian kedua dari demonstrasi, lihat pada masing-masing
item yang anda lihat pada lembar kertas. Nilai seberapa tipikal
masing-masing item untuk kategori ―binatang‖. Gunakan skala di
mana 1 = tidak tipikal sama sekali, dan 10 = sangat tipikal.
Contohnya, jika anda menulis barracuda pada daftar, berikan sebuah
angka antara 1 dan 10 untuk menunjukkan sejauh
mana barracuda tipikal dari seekor binatang.
c) Untuk bagian terakhir dari demonstrasi ini, nilai masing-masing dari
ketujuh kategori dalam Bagian A, dari segi seberapa tipikal masing-
masing kategori untuk kategori superordinat ―binatang‖. Gunakan
skala rating yang sama seperti dalam Bagian (b).
Sumber: Sebagian didasarkan pada studi oleh Heit dan Barsalaou,
1996
Pendekatan prototip menunjukan bahwa kategori-kategori kita
hanya mempertimbangkan item-item yang paling tipikal. Jika usulan
ini benar, maka kita dapat lupa mengenai item-item yang kurang tipikal,
dan kategori-kategori kita tidak akan berubah secara dasar. Dalam
bagian lain dari penelitian mereka, Heit dan Barselaou (1996) berusaha
menghilangkan eksemplar yang kurang tipikal dari persamaan. Korelasi
antara tipikalitas yang diprediksi dan tipikalitas actual menurun secara
signifikan. Temuan ini mempunyai sejumlah implikasi

19
menarik. Misalkan kepada anda diajukan pertanyaan seperti ―seberapa
tipikal seekor serangga, berkenaan dengan kategori ‗binatang‘?‖ Untuk
membuat penilaian itu, anda tidak hanya memperhitungkan serangga
yang sangat prototipikal-barangkali kombinasi dari seekor lebah dan
seekor lalat. Melainkan, anda juga mencakup sejumlah informasi
mengenai ulat, belalang, dan mungkin bahkan lebah Jepang.
Membandingkan Pendekatan Eksemplar dengan Pendekatan
lain. Pendekatan eksemplar mirip dengan pendekatan prototip dalam
satu hal penting: Untuk membuat keputusan mengenai keanggotaan
kategori, kita membandingkan kejadian baru yang baru-baru ini sedang
kita pertimbangkan terhadap representasi tersimpan tertentu dari
kategori itu (Marman, 1999). Jika kesamaan cukup kuat, kita
menyimpulkan bahwa item baru ini memang tidak masuk pada kategori
tersebut. Tetapi, pendekatan prototip mengatakan bahwa representasi
tersimpan ini adalah anggota tipikal dari kategori tersebut. Di pihak
lain, pendekatan eksemplar mengatakan bahwa representasi tersimpan
adalah campuran dari banyak anggota spesifik kategori tersebut.
Pendekatan eksemplar menghindari satu masalah penting yang
terkait dengan pendekatan perbandingan ciri-bahwa orang-orang
biasanya tidak dapat menciptakan sebuah daftar dari ciri-ciri yang perlu
dan memadai untuk sebuah kategori. Pendekatan eksemplar
mengusulkan bahwa kita tidak memerlukan suatu daftar ciri, karena
semua informasi yang perlu tersimpan dalam eksemplar-eksemplar
spesifik.
Menurut pendekatan eksemplar, orang-orang tidak perlu
melakukan suatu jenis proses abstraksi. Pendekatan eksemplar
mengemukakan bahwa penciptaan daftar karakteristik atau penciptaan
orang ideal akan memaksa anda untuk membuang data spesifik yang
berguna mengenai kasus-kasus individual.
Sebagaimana yang mungkin anda bayangkan pendekatan
eksemplar mungkin lebih cocok ketika mempertimbangkan sebuah
kategori yang mempunyai relatif sedikit anggota. Contohnya,

20
pendekatan eksemplar mungkin beroperasi untuk kategori ―buah
tropis‖, kalau anda tidak kebetulan hidup di kawasan tropis dunia. Di
pihak lain, pendekatan prototip bisa lebih cocok ketika
mempertimbangkan kategori yang mempunyai banyak anggota.
Contohnya, sebuah prototip bisa merupakan pendekatan yang paling
efisien untuk sebuah kategori besar seperti ―buah‖ atau ―binatang‖.
Arah Baru Dalam Pendekatan Eksemplar. Ahli Psikologi sosial
telah mulai menerapkan pendekatan eksemplar untuk pembentukan
stereotip. Contohnya, Sherman (1996) menunjukkan bahwa kita tidak
menyimpan representasi abstrak kelompok tertentu, seperti kategori
―profesor Hitam‖. Melainkan, kita menyimpan eksemplar dari anggota-
anggota kelompok, dan kita mendapatkan kembali (retrieve) semua atau
beberapa dari eksemplar tersebut ketika kita berpikir mengenai kategori
itu.
Kemungkinan lainnya adalah bahwa ada perbedaan-perbedaan
individual yang cukup besar dalam cara orang-orang mengkategorisasi
item-item. Barangkali sejumlah orang menyimpan informasi mengenai
eksemplar tertentu, terutama untuk kategori-kategori di mana mereka
mempunyai keahlian. Orang lain mungkin membentuk kategori-
kategori yang tidak mencakup informasi mengenai eksemplar spesifik.
Orang-orang ini mungkin membentuk kategori-kategori yang
didasarkan pada prototip yang lebih umum.
Dalam kenyataannya pendekatan prototip dan pendekatan
eksemplar bisa berdampingan, sehingga kita tidak harus memilih satu
teori dan menolak yang lainnya. Nyatanya, satu kemungkinan adalah
bahwa otak menggunakan pengolahan prototip dan pengolahan
eksemplar, tetapi masing-masing ditangani oleh bagian otak yang
berbeda. Secara spesifik, bagian otak kiri bisa menyimpan prototip dan
bagian otak kanan menyimpan eksemplar. Lebih lanjut, berbagai jenis
kategori mungkin memerlukan strategi yang berbeda-beda untuk
pembentukan kategori (Smith dkk, 1998). Orang-orang dalam
kenyataannya bisa menggunakan suatu kombinasi dari strategi prototip

21
dan strategi eksemplar ketika mereka membentuk kategori dalam
kehidupan sehari-hari (Ross & Martin, 1999).
4. Model Jaringan (Network Models)
Model perbandingan ciri, pendekatan prototip, dan pendekatan
eksemplar semuanya menekankan apakah sebuah item masuk ke dalam
sebuah kategori. Hal ini berbeda dengan teori jaringan yang kurang
memperhatikan kategorisasi tetapi lebih memperhatikan interkoneksi di
antara item-item yang terkait.
Sejak 1985, para ilmuwan kognitif di Princeton University telah
membentuk sekumpulan jaringan, yang didasarkan pada hubungan-
hubungan di antara kata-kata dalam bahasa Inggris (Miller, 1999).
Sejak 1999, jaringan ini yang dinamakan WordNet telah memasukkan
122.000 bentuk kata. Jaringan besar ini telah dibayangkan oleh model-
model jaringan yang paling awal, dan desain dasar
dari WordNet mempunyai implikasi untuk semua model jaringan.
Buku ini akan membahas model jaringan yang dikembangkan oleh
Collins dan Loftus (1975), serta teori ACT dari Anderson (1983, 1990).
Pendekatan ini mengemukakan bahwa proses-proses kognitif dapat
dipahami dari segi jaringan-jaringan yang menghubungkan unit-unit
yang menyerupai neuron (Masson, 1995).
Model Jaringan Collins dan Loftus. Collins dan Loftus (1975)
mengembangkan sebuah teori dimana makna ditunjukkan oleh jaringan-
jaringan hipotetis. Model Jaringan Collins dan Loftus menyatakan agar
memori semantik diorganisir dari segi struktur menyerupai jaringan,
dengan banyak interkoneksi; ketika kita memanggil informasi, aktivasi
menyebar ke konsep-konsep terkait.
Dalam model ini, masing-masing konsep dapat ditunjukkan
sebagai sebuah node (simpul), atau lokasi dalam jaringan. Masing-
masing link (mata rantai) menghubungkan satu node tertentu dengan
node konsep lainnya. Kumpulan node dan link membentuk satu
jaringan. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah ini.

22
Misalkan anda mendengar kalimat ―McIntos adalah buah.‖ Model
ini mengusulkan bahwa aktivasi akan menyebar dari ―McIntos‖ dan
―Buah‖ ke node ―apel‖. Pencarian memori mencatat perpotongan kedua
pola aktivasi ini. Akibatnya, kalimat ―McIntos adalah buah‖ patut
mendapatkan jawaban ―Ya‖. Tetapi, misalkan anda mendengar kalimat
―apel adalah mamalia‖. Aktivasi menyebar dari ―apel‖ dan ―mamalia‖,
tetapi tidak ada perpotongan dapat ditemukan. Kalimat ini patut
mendapatkan jawaban ―tidak‖.
Collins dan Loftus (1975) juga mengusulkan bahwa link yang
sering digunakan mempunyai kekuasaan lebih besar. Akibatnya,
aktivasi melakukan perjalanan lebih cepat di antara node-node. Karena
itu mudah untuk menjelaskan efek tipikalitas, di mana orang-orang
mencapai keputusan lebih cepat bila sebuah item adalah anggota tipikal
dari sebuah kategori. Secara spesifik link antara ―sayuran‖ dan ―wortel‖
lebih kuat dibanding link antara ―sayuran― dan ―rutabaga‖. Konsep
aktivasi penyebaran adalah konsep yang sangat kuat. Dalam
kenyataannya, variasi-variasi konsep ini telah diterapkan pada bidang-
bidang psikologi kognitif, di luar memori semantik (Neath, 1998).
Tetapi, model Collins dan Loftus telah digantikan oleh teori-teori yang
lebih kompleks yang berusaha menjelaskan aspek-aspek lebih luas dari
pengetahuan umum. Dua teori yang telah menggantikan model Collins
dan Loftus adalah teori ACT dari Anderson dan pendekatan
pemprosesan terdistribusi parallel.
Teori ACT dari Anderson. John Anderson dari Carnegie
Universitas Mellon telah membentuk serangkaian model jaringan, yang
dia namakan ACT. ACT, singkatan dari ―adaptive control of though‖
(control pemikiran adaptif), berusaha menjelaskan semua kognisi.
Model-model yang telah kita pertimbangkan sejauh ini mempunyai satu
tujuan terbatas: Untuk menjelaskan bagaimana kita mengorganisir
konsep-konsep kognitif kita. Di pihak lain, ACT dan desain variasinya
untuk menjelaskan memori, pembelajaran, kognisi ruang, bahasa,
penalaran, dan pengambilan keputusan.

23
Model ACT juga menekankan bahwa proses-proses kognitif
kompleks kita dapat dijelaskan melalui akumulasi sederhana dan
pemantapan banyak unit kecil pengetahuan. Ketika kita mempelajari
konsep baru atau memecahkan sebuah masalah yang menantang, kita
tidak membuat lompatan-lompatan besar pemahaman. Kita juga tidak
mereorganisasi atau mengubah bidang-bidang besar pengetahuan.
Sebagaimana Anderson menjelaskan perspektifnya, ―keseluruhan tidak
lebih banyak dari jumlah bagian-bagiannya, tetapi ia mempunyai
banyak bagian‖ (Anderson, 1996). Jelas, teori yang berusaha
menjelaskan semua dari kognisi sangat kompleks. Anderson membuat
pembedaan dasar di antara pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai fakta-
fakta dan hal-hal (dengan kata lain, esensi dari bab sekarang). Di pihak
lain, pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana
melakukan tindakan (Anderson & Lebiere, 1998). Ciri penting ketiga
dari teori Anderson adalah memori kerja, yang merupakan bagian aktif
dari sistem memori deklaratif. Anderson mengemukakan bahwa
memori kerja mempunyai kapasitas terbatas (Anderson, dkk, 1996).
ACT digunakan untuk melihat bagaimana pengetahuan deklaratif,
pengetahuan prosedural, dan memori kerja bisa berkolaborasi pada
sebuah tugas kognitif tipikal (Black, 1984). Misalkan anda sedang
berusaha menyetel waktu pada jam digital baru anda, dengan
menggunakan brosur petunjuk. Pertama, anda mengaktivasi tujuan dari
keinginan menyetel jam; karena itu tujuan tersebut berada dalam
memori kerja. Tujuan penyetelan jam akan mengaktivasi prosedur
seperti ―jika tujuan adalah menyetel jam, maka lihat brosur petunjuk‖.
Melihat pada brosur petunjuk akan mengaktivasi prosedur pemprosesan
bahan verbal dan gambar-gambar dalam brosur. Kemudian anda
memahami bahan, sehingga isi brosur disimpan dalam jaringan
deklaratif. Jaringan deklaratif memuat satu kumpulkan proposisi yang
saling berhubungan (misalnya, ―jam mempunyai tiga tombol‖), citra
visual (contohnya, ―tombol tanggal ada di kiri‖), dan informasi

24
mengenai urutan peristiwa (contoh, ―stel tanggal pertama-tama,
kemudian jam, kemudian menit, kemudian detik‖).

Sekarang kita akan berfokus pada pengetahuan deklaratif, yang


bertanggung jawab untuk memori semantik. Anderson mendesain sebuah
model yang didasarkan pada unit-unit makna yang lebih besar. Menurut
Anderson (l985, 1995), makna dari sebuah kalimat dapat ditunjukkan
oleh jaringan proposisional, atau pola proposisi-proposisi yang saling
berhubungan.
Proposisi adalah unit pengetahuan terkecil yang dapat dinilai benar atau
salah. Contohnya, frase kucing putih tidak memenuhi syarat sebagai
proposisi karena kita tidak dapat mengetahui apakah ia benar atau salah
tanpa kita mengetahui sesuatu lebih banyak mengenai kucing putih. Model
itu mengusulkan bahwa masing-masing dari ketiga pernyataan berikut
adalah proposisi:
1. Susan memberi seekor kucing kepada Maria.
2. Kucing itu putih
3. Maria adalah ketua club
Ketiga proposisi ini dapat tampak tersendiri, tetapi mereka juga dapat
digabung ke dalam sebuah kalimat, sebagai berikut:
―Susan memberi seekor kucing putih kepada Maria yang merupakan ketua
club‖.
kalimat ―Susan memberi seekor kucing putih kepada Maria, yang
merupakan ketua club.‖ Kalimat tersebut menunjukkan bagaimana kalimat
ini dapat diwakili oleh sebuah jaringan proposisional. Seperti dapat kita
lihat, masing-masing dari ketiga proposisi dalam kalimat diwakili oleh satu
node, dan link diwakili oleh tanda panah. Perhatikan juga bahwa jaringan
proposisional mewakili hubungan-hubungan penting dalam ketiga
proposisi, tetapi tidak susunan kata-kata persis. Proposisi-proposisi
abstrak; tidak mewakili satu kumpulan tertentu.
kemudian Anderson mengemukakan bahwa masing-masing dari
konsep-konsep dalam proposisi dapat juga diwakili oleh sebuah jaringan.

25
Gambar 7.4 menggambarkan hanya sebagian kecil dari representasi
kata kucing dalam memori. Cobalah membayangkan akan tampak seperti
apa jaringan proposisional dalam gambar 7.3 jika masing-masing dari
konsep dalam jaringan akan diganti dengan sebuah jaringan yang
diperluas yang menunjukkan kekayaan makna-makna yang telah anda
peroleh. Jelas, jaringan-jaringan ini perlu dikomplikasi untuk mewakili
secara akurat sejumlah hubungan yang kita punya untuk masing-masing
item dalam memori semantik (Miller, 1999).
Contoh 7.4
Untuk masing-masing dari kedua tugas di bawah, baca kumpulkan
petunjuk (isyarat), dan kemudian tebak secepat mungkin hal apa yang
sedang digambarkan.
Tugas A
1. Itu adalah jeruk
2. Ia tumbuh di bawah tanah.
3. Ia adalah sayuran.
4. Kelinci secara karakteristik menyerupai item ini
Tugas B
1. Namanya mulai dengan huruf p.
2. Ia menempati halaman gudang ternak
3. Ia biasanya berwarna kuning
4. Ia berbunyi ―oing-oing‖
Sebelum anda membaca lebih contoh 7.4, yang menggambarkan
beberapa ciri dari pendekatan PDP. Cobalah Masing-masing dari isyarat
dalam Tugas A dari contoh 7.4 barangkali mengingatkan anda mengenai
beberapa calon yang mungkin. Mungkin kita memikirkan jawaban yang
benar setelah beberapa isyarat, sekalipun uraian tidak lengkap. Tetapi
perhatikan bahwa anda tidak melakukan pemeriksaan lengkap terhadap
semua objek jeruk sebelum memulai pemeriksaan kedua terhadap semua
objek di bawah tanah, kemudian semua sayuran, kemudian semua item
yang didukung kelinci. Dengan kata lain, anda tidak melakukan pencarian
serial untuk wortel, dengan memproses masing-masing atribut pada satu

26
waktu. Sedangkan kita menggunakan pencarian parallel, untuk semua
atribut secara serentak. Kata parallel direfleksikan dalam
nama pemprosesan terdistribusi parallel. Di pihak lain, pendekatan PDP
mengemukakan bahwa banyak proses kognitif terjadi secara parallel.
Memori kita juga dapat menangani dengan cukup baik, sekali pun
salah satu dari isyarat tidak benar (Shanks, 1997). Contohnya, dalam
Tugas B anda memeriksa makhluk yang tinggal di halaman gudang ternak
yang menghasilkan (bunyi) oing-oing yang namanya mulai dengan p. Kata
pig (babi) muncul, terlepas dari isyarat yang menyesatkan mengenai warna
kuning. Sama halnya, jika seseorang menggambarkan teman sekelas dari
Saratoga Sprins yang merupakan pria tinggi dalam kursus perkembangan
anak anda, anda dapat mengidentifikasi siswa yang tepat, sekalipun
dia dari Poughkeepsie.
James McClelland adalah salah satu dari pengembang utama
pendekatan PDP. McClelland (1981) menggambarkan bagaimana
pengetahuan kita mengenai sekelompok orang bisa disimpan melalui
hubungan-hubungan yang mengaitkan orang-orang ini dengan
karakteristik pribadi mereka. Contohnya menggambarkan anggota
dari dua komplotan penjahat kelas teri, Jets dan Sharks. Kita akan
menggunakan satu contoh yang lebih sederhana dan agaknya lebih terbiasa
yang mencirikan lima mahasiswa. Gambar 1 mencantumkan para
mahasiswa ini, bersama dengan jurusan mereka, jumlah tahun di perguruan
tinggi, dan orientasi politik mereka. Gambar 2 menunjukkan bagaimana
informasi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk jaringan. Perhatikan bahwa
gambar mewakili hanya sebagian dari jumlah orang-orang yang mungkin
dikenal seorang mahasiswa dan juga sebagian dari karakteristik yang
terkait dengan masing-masing orang. Cobalah membayangkan seberapa
besar lembar kertas yang akan anda butuhkan untuk menunjukkan semua
orang yang anda kenal, bersama dengan semua karakteristik yang anda
anggap relevan. Menurut pendekatan PDP, karakteristik masing-masing
individual dihubungkan dalam jaringan yang saling berhubungan. Jika
hubungan-hubungan di antara karakteristik-karakteristik

27
ditentukan dengan baik melalui praktek ekstensif, maka satu isyarat yang
tepat memungkinkan anda untuk menempatkan karakteristik dari satu
orang tertentu (McClelland, 1995; McClelland, Rumelhar, dan Hinton,
1986; Rumelhart dkk, 1986).
Bayangkan bahwa anda ingin menempatkan karakteristik Roberto,
yang merupakan satu-satunya Roberto dalam sistem itu. Jika anda meng-
enter sistem dengan nama Roberto, anda dapat menemukan bahwa dia
adalah jurusan psikologi, senior, dan liberal secara politik. Tetapi, seperti
kita catat sebelumnya, beberapa isyarat lebih efektif dibanding yang lain.
Jika anda meng-enter sistem dengan karakteristik jurusan psikologi,
pencarian anda kabur, karena anda akan menempatkan dua nama—Marti
dan Roberto.
Satu keuntungan dari model PDP adalah bahwa itu memungkinkan
kita untuk menjelaskan bagaimana memori manusia dapat membantu kita
ketika sejumlah informasi hilang. Secara spesifik, orang-orang dapat
Membuat generalisasi spontan, dengan menarik inferensi mengenai
informasi umum yang tidak pernah mereka pelajari pertama-tama
(McClelland, 1995).
Model PDP mengemukakan bahwa kita tidak hanya me-retrieve
sebuah memori dalam cara yang sama di mana kita mungkin me-retrieve
buku dari perpustakaan. Melainkan, kita merekonstruksi sebuah
memori, dan memori itu kadang mencakup informasi yang tidak tepat
(McClelland, 1999).
Generalisasi spontan memungkinkan kita untuk membuat inferensi
mengenai sebuah kategori (contohnya, kategori ―mahasiswa teknik‖).
Model-model PDP juga memungkinkan kita untuk mengisi informasi
yang hilang mengenai orang tertentu atau objek tertentu dengan membuat
tebakan terbaik; kita dapat membuat penunjukan default berdasarkan
informasi dari orang-orang atau objek-objek serupa. Contohnya, misalkan
anda bertemu dengan Christina, yang kebetulan mahasiswa teknik.
Seseorang bertanya mengenai pilihan-pilihan politik Christina, tetapi anda
tidak pernah membahas politik dengan dia. Pertanyaan ini akan

28
mengaktivasi informasi mengenai kecenderungan politik insinyur lain.
Berdasarkan penunjukan default, anda akan menjawab bahwa dia
barangkali konservatif.
Tetapi perhatikan bahwa generalisasi spontan dan penunjukan default
dapat menghasilkan kesalahan. Contohnya, Christina mungkin benar-benar
ketua dari cabang Sosialis Demokratik Amerika di Universitas anda.
Sejauh ini, ulasan kita mengenai pemprosesan terdistribusi paralel
telah konkrit dan gamblang. Dalam kenyataannya, teori itu sangat
kompleks, canggih, dan abstrak. Karakteristik terpenting dari pendekatan
PDP mencakup:
1. Proses-proses kognitif didasarkan pada operasi parallel, bukan operasi
serial. Karena itu, banyak pola aktivasi mungkin berlangsung secara
simultan.
2. Pengetahuan disimpan dalam assosiasi hubungan-hubungan di antara
unit-unit dasar. Perhatikan bahwa pandangan ini sangat berbeda dari ide
akal sehat bahwa semua informasi yang anda ketahui mengenai orang
atau objek tertentu tersimpan dalam satu lokasi spesifik dalam otak.
Dalam kenyataannya, istilah pemprosesan terdistribusi menunjukkan
bahwa pengetahuan terdistribusi di banyak lokasi (Shanks, 1997).
3. Sebuah jaringan memuat unit-unit atau node-node dasar menyerupai
neuron, yang dihubungkan (connected) bersama-sama sehingga satu
unit tertentu mempunyai banyak link pada unit lain (karena itu nama
alterlatif untuk teori koneksionisme). Para teoritisi PDP mengemukakan
bahwa semua proses kognitif dapat dijelaskan melalui aktivasi jaringan-
jaringan ini (Markman, 1999).
4. Hubungan di antara unit-unit menyerupai neuron menentukan seberapa
banyak aktivasi yang dapat dilewatkan oleh satu unit pada unit lainnya
(McClelland, 1999).
5. Ketika sebuah unit mencapai tingkat aktivasi kritis, ia bisa
mempengaruhi unit lain, dengan merangsangnya (jika bobot hubungan
positif) atau dengan menghalanginya (jika bobot hubungan negatif).
Perhatikan bahwa desain ini mirip dengan perangsangan dan

29
penghalangan neuron dalam otak manusia (Markman, 1999). Setiap
peristiwa baru mengubah kekuatan hubungan-hubungan di antara unit-
unit yang relevan dengan menyesuaikan bobot hubungan. Akibatnya,
anda mungkin merespon secara berbeda saat berikutnya anda
mengalami peristiwa yang serupa. Contohnya, walaupun anda telah
membaca mengenai pendekatan PDP, anda telah mengubah kekuatan
hubungan-hubungan di antara pendekatan nama PDP dan istilah-istilah
seperti dapat ditangani isi dan generalisasi spontan. Waktu berikutnya
anda menemukan istilah pendekatan PDP, semua istilah terkait ini
kemungkinan diaktivasi. Jaringan neural didesain secara spesifik untuk
―belajar dari pengalaman‖ (Hahn dan Chater, 1997).
6. Kadang kita mempunyai memori parsial untuk sejumlah informasi,
bukan memori lengkap dan sempurna. Kemampuan otak untuk
memberi memori parsial dinamakan grateful degradation (degradasi
lunak) (Baddle, 1997).
Para teoritisi mengemukakan bahwa pendekatan PDP bekerja lebih
baik untuk beberapa jenis tugas kognitif dibanding untuk yang lainnya.
Sebagaimana yang mungkin anda perkirakan, pemprosesan terdistribusi
paralel bekerja lebih baik untuk tugas-tugas untuk beberapa proses yang
beroperasi pada waktu yang sama, seperti dalam pengakuan (rekognisi)
pola, kategorisasi, dan pencarian memori. Tetapi, tugas-tugas kognitif
lainnya menuntut pemprosesan serial. Penggunaan bahasa, pemecahan
masalah, dan penalaran tugas-tugas kognitif.
Pendekatan PDP ini mencakup pengenalan objek, pembelajaran objek
dan memori untuk posisi serial. Pendekatan PDP juga telah digunakan
untuk menjelaskan gangguan kognitif, seperti masalah pembacaan yang
dialami oleh orang-orang pengidap dyslexia (Seidenberg, 1993), kesulitan
kognitif yang ditemukan pada orang-orang pengidap schizophrenia (Cohen
& Servan-Schreiber, 1992), dan defisit memori yang terkait dengan
penyakit Alzheimer (Tippett dkk, 1995).
Para peneliti yakin bahwa pendekatan PDP bekerja cukup baik untuk
tugas-tugas memori tertentu, seperti perolehan dari memori sebuah item

30
untuk mana kita mempunyai hanya informasi parsial. Tetapi, model-model
PDP mungkin bukan cara yang paling tepat untuk menunjukkan informasi
leksikal. Selain itu, model-model ini belum dapat memberi penjelasan
yang memuaskan untuk memori episode tunggal kita. Pendekatan PDP
juga mengalami kesulitan menjelaskan pelupaan cepat informasi yang
dipelajari dengan sangat baik yang terjadi ketika kita
mempelajari informasi tambahan. Model ini juga tidak dapat
menjelaskan kemampuan kita untuk mengingat bahan lebih awal ketika ia
telah digantikan oleh bahan yang lebih belakangan.
2.2 Skema Dan Skrip
Sejauh ini pembahasan kita mengenai pengetahuan umum telah berfokus
pada kata, konsep, dan kadang kalimat. Tetapi, proses kognitif kita juga
menangani unit-unit pengetahuan yang jauh lebih besar. Contohnya,
pengetahuan kita mencakup informasi mengenai situasi biasa, peristiwa, dan
―paket‖ lain dari hal-hal yang kita ketahui. Pengetahuan yang digeneralisasi
mengenai situasi atau peristiwa ini dinamakan skema. Contohnya, anda
mempunyai skema untuk interior dari sebuah store hardware. Ia mesti
mempunyai kunci Inggris, kaleng cat, pipa, dan bola lampu-tetapi bukan buku
psikologi, video tape opera, atau nuke ulang tahun.
Teori-teori skema terutama membantu ketika psikolog berusaha
menjelaskan bagaimana orang-orang memproses situasi dan peristiwa
kompleks. Marilah pertama-tama mempertimbangkan informasi latar
belakang mengenai skema dan satu titik terkait yang dinamakan script. Kita
akan mempertimbanagkan beberapa bidang penting penelitian.
Teori skema mengemukakan bahwa orang-orang mengkodekan, dalam
memori mereka, informasi ―generik‖ mengenai suatu situasi. Kemudian
mereka menggunakan informasi ini untuk memahami dan mengingat contoh-
contoh baru dari skema. Secara spesifik, skema memandu pengenalan dan
pemahaman kita mengenai contoh-contoh baru dengan memberi harapan atau
perkiraan mengenai apa yang akan terjadi. Karena itu skema mengekploitasi
pemprosesan dari atas ke bawah (top-down. Skema juga memungkinkan kita
untuk memprediksi apa yang akan terjadi dalam suatu situasi baru. Dalam

31
sebagian besar, prediksi-prediksi ini akan benar. Skema adalah heuristic atau
aturan umum yang biasanya akurat.
Skema kadang dapat menyesatkan kita, dan membuat kita salah. Tetapi
kesalahan-kesalahan ini biasanya masuk akal dalam kerangka skema itu.
Konsep skema telah mempunyai sejarah panjang dalam psikologi.
Contohnya, karya Piaget dalam 1920-an meneliti skema-skema pada bayi,
dan Bartlett (1932) menguji memori untuk skema pada orang dewasa. Skema
tidak popular selama era behavioris, karena menekankan proses-proses
kognitif yang tidak terlihat. Tetapi, pakar psikologi kognitif telah melakukan
banyak studi mengenai topik ini, sehingga skema adalah istilah standar dalam
psikologi kognitif kontemporer (Brewer, 1999).
Satu jenis umum skema adalah script. Script adalah rangkaian sederhana
dan terstruktur dengan baik dari peristiwa-peristiwa yang terkait dengan satu
kegiatan yang sangat dikenal (Anderson & Conway, 1993; Shank dan
Abelson, 1995). Istilah-istilah skema dan script sering digunakan secara
saling bertukar. Tetapi, script sesungguhnya adalah istilah yang lebih sempit,
dengan merujuk pada serangkaian peristiwa yang terjadi selama satu periode
waktu.
Pertimbangkan satu script tipikal, yang menggambarkan rangkaian standar
peristiwa-peristiwa yang mungkin diperkirakan seorang konsumen dalam
sebuah restaurant (Abelson, 1981; Schank dan Abelson, 1977). ―Script
restaurant‖ mencakup peristiwa-peristiwa seperti duduk, melihat menu,
memakan makanan, dan membayar rekening. Kita juga dapat mempunyai
script untuk pengunjungan ruang praktek dokter gigi, untuk bagaimana
sebuah pertemuan dewan harus dilakukan dan bahkan untuk peristiwa-
peristiwa yang tidak mempunyai hasil yang kita harapkan. Banyak dari
pendidikan awal kita terdiri dari pembelajaran scripts yang diharapkan untuk
kita ikuti dalam kultur kita (Schank & Abelson, 1995).
Sekarang marilah mempertimbangkan beberapa riset yang telah dilakukan
mengenai script. Kita akan mulai dengan melihat bagaimana dua factor
mempengaruhi pengingatan script. Kemudian kita akan bergerak dari kategori
spesifik script ke kategori lebih umum skema-skema. Terutama, kita akan

32
menjajaki bagaimana skema beroperasi dalam memori selama proses
pemilihan, abstraksi, interpretasi, dan integrasi.

A. Faktor-faktor yang Terkait dengan Pengingatan Script


Kita mencatat bahwa satu kategori skema adalah script. Karakteristik
penting dari script adalah bahwa script menggambarkan
suatu rangkaian peristiwa. Akibatnya setiap script mempunyai satu urutan
tipikal dan linier. Riset yang dilakukan mengenai script memperlihatkan
bahwa kita mengingat sebuah script secara lebih akurat jika script telah
diidentifikasi sebelumnya. Riset juga memperlihatkan bahwa orang-orang
umumnya gagal mengapresiasi kesamaan di antara scripts terkait.
Identifikasi script. Trafimow dan Wyer (1993) menemukan bahwa kita
dapat mengingat unsur-unsur dalam sebuah script secara jauh lebih akurat
jika script itu diidentifikasi secara jelas pada permulaan sebuah uraian.
Para peneliti ini mengembangkan empat script, yang masing-masing
menggambarkan satu rangkaian biasa tindakan-tindakan: Meng-copy
selembar kertas, menguangkan sebuah cek, membuat teh, dan menaiki
kendaraan subway. Beberapa rincian yang tidak relevan pada script
(seperti mengambil sebuah permen dari saku) juga ditambahkan. Dalam
beberapa kasus, peristiwa pengidentifikasian script disajikan pertama.
Dalam kasus lainnya, peristiwa pengidentifikasian script disajikan
belakangan, seperti dalam kalimat mengenai peng-copy-an potongan
kertas .
Setelah membaca semua keempat uraian, para partisipan diberi tugas
pengisian lima menit, yang mensyaratkan pengingatan nama-nama
dari negara-negara bagian AS dan ibu kotanya. Kemudian mereka diminta
untuk mengingat peristiwa-peristiwa dari keempat uraian asli. Hasil-hasil
untuk paragraph yang memuat enam peristiwa yang terkait dengan script
menunjukkan bahwa partisipan mengingat 23% dari peristiwa-peristiwa
tersebut ketika peristiwa pengidentifikasian script telah disajikan pertama-
tama. Di pihak lain, mereka mengingat hanya 10% ketika peristiwa
pengidentifikasian script telah disajikan terakhir. Seperti mungkin anda

33
perkirakan, peristiwa dalam satu rangkaian jauh lebih mudah diingat jika
anda dapat mengapresiasi—dari permulaan sekali—bahwa peristiwa-
peristiwa ini semuanya adalah bagian dari sebuah script standar. Dengan
jenis informasi latar belakang ini, masing-masing peristiwa dalam
rangkaian logis.
Mengapresiasi Kesamaan Scripts Terkait. Script adalah abstraksi,
prototip dari serangkaian peristiwa yang sama-sama mempunyai satu
kesamaan pokok. Apakah orang-orang dalam mengapresiasi satu tingkat
abstraksi yang bahkan lebih canggih? Artinya, apakah mereka dapat
melihat kemiripan di antara dua jenis script yang mempunyai jenis-jenis
motif dan hasil yang serupa?
Colleen Seifert dkk (1986) memeriksa episode-episode yang serupa
secara tematis. Contohnya, satu episode terjadi dalam situasi
akademik. Itu berkenaan dengan Dr. Popoff, yang mengetahui bahwa
mahasiswanya Mike tidak senang dengan fasilitas riset. Ketika Dr. Popoff
mengetahui bahwa Mike telah diterima pada sebuah universitas saingan,
dia cepat menawarkan kepada Mike peralatan riset yang sangat banyak.
Tetapi, pada saat itu, Mike telah memutuskan untuk beralih. Episode kedua
terjadi dalam situasi romantis. Phil dan sekretarisnya jatuh cinta, tetapi
Phil terus menunda untuk meminta dia menikah. Sementara itu, sekretaris
itu jatuh cinta dengan seorang akuntan. Ketika Phiol mengetahui itu, dia
meminangnya. Tetapi, pada saat itu, dia dan akuntan tersebut sudah sedang
membuat rencana bulan madu. Perhatikan bahwa kedua bagian cerita ini
mempunyai tema yang sangat mirip.
Seifert dkk menggunakan teknik priming yang digambarkan
sebelumnya dalam bab ini. Mereka ingin menemukan apakah para
partisipan akan mengenali sebuah kalimat ujian secara lebih cepat jika
kalimat itu telah didahului dengan kalimat priming dari cerita yang serupa
secara tematis. Jika partisipan mempunyai waktu reaksi yang lebih cepat
setelah stimulus priming, maka kita dapat menyimpulkan bahwa mereka
menganggap stimulus priming dan stimulus ujian terkait secara konseptual.

34
Tetapi, hasil-hasil dari studi menunjukkan bahwa waktu respon untuk
sebuah kalimat ujian dipermudah oleh kalimat priming hanya jika
partisipan telah didesak untuk memberi perhatian pada tema-tema
berkurang dalam cerita yang sedang mereka baca. Kalau tidak, orang-
orang tidak tampak membuat hubungan di antara kedua cerita. Tampaknya
orang-orang tidak secara spontan mendeteksi kesamaan abstrak dalam
scripts. kita juga akan melihat bahwa orang-orang tidak secara spontan
mendeteksi kesamaan-kesamaan abstrak di antara soal-soal matematika.
Sekarang setelah kita sudah memeriksa jenis skema yang dikenal
sebagai script, marilah berpaling pada kategori skema-skema yang lebih
umum dan meneliti bagaimana mereka beroperasi dalam beberapa tahap
memori (Halba & Hasher 1983, Intraub dkk, 1998). Seperti akan anda lihat
skema-skema penting selama kelima komponen memori ini:
1. Selama pemilihan bahan yang akan diingat;
2. Dalam perluasan batas (ketika anda menyimpan suatu adegan
dalam memori);
3. selama abstraksi (ketika anda menyimpan makna, tetapi tidak rincian
spesifik dari bahan);
4. Selama interpretasi (ketika anda membuat inferensi mengenai bahan);
dan
5. Selama integrasi (ketika anda membentuk satu representasi memori dari
bahan).
B. Skema dan Seleksi Memori
Riset mengenai skema dan pemilihan memori telah menghasilkan
temuan-temuan kontradiktif. Kadang orang mengingat bahan paling baik
bila konsisten dengan sebuah skema; kadang mereka mengingat bahan
paling baik bila tidak konsisten dengan skema. Marilah pertama-tama
mempertimbanagkan satu studi klasik yang mendukung memori yang
konsisten dengan skema.
Memori yang ditingkatkan untuk Bahan yang Konsisten dengan
Skema. Para penulis ini meminta partisipan dalam studi mereka untuk
menunggu, satu pada satu waktu, di ruang yang digambarkan dalam

35
demonstrasi. Setiap kali, eksperimen menjelaskan bahwa ini adalah
kantornya, dan dia perlu memeriksa laboratorium untuk melihat apakah
partisipan sebelumnya telah menyelesaikan eksperimen. Setelah 35 detik,
eksperimenter meminta partisipan untuk pindah ke ruang sebelah. Di sini,
setiap orang diberi test mengejutkan: ingat segala sesuatu dalam ruangan
di mana anda telah menunggu.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang sangat mungkin mengingat
objek-objek yang konsisten dengan ―skema kantor‖—hampir setiap orang
mengingat meja, kursi di dekat meja, dan dinding. Tetapi hanya sedikit
yang mengingat botol anggur dan teko kopi, dan hanya satu mengingat
keranjang picnic. Item-item ini tidak konsisten dengan skema kantor.
Selain itu, sejumlah orang ―mengingat― item-item yang tidak ada di
ruangan tersebut; contohnya, sembilan mengatakan mereka mengingat
buku-buku, walaupun tidak ada yang telah terlihat. Pensuplaian item-item
yang konsisten dengan skema ini merupakan kesalahan rekonstruksi yang
menarik.
Dalam kasus studi Brewer dan Treyen, orang-orang mengingat
informasi yang konsisten dengan: skema kantor‖, tetapi perhatikan bahwa
orang-orang tidak menyadari bahwa mereka akan diminta untuk mengingat
item,-item itu; dengan kata lain, tugas tersebut melibatkan pembelajaran
kebetulan. Kondisi pembelajaran kebetulan bisa mendorong kita untuk
lebih sembarangan (casual) mengenai pemprosesan objek-objek yang kita
lihat. Akibatnya, kita mungkin mengingat objek-objek secara lebih akurat
ketika mereka cocok dengan perkiraan-perkiraan kita.
Memori yang ditingkatkan untuk Bahan Yang Tidak
Konsisten Dengan Skema. Seperti yang mungkin anda bayangkan, kita
kadang menunjukkan ingatan yang lebih baik untuk bahan yang melanggar
perkiraan kita. Orang-orang terutama mungkin mengingat bahan yang
tidak konsisten dengan skema bila bahan itu semarak, dan bila ia
mengganggu skema yang sedang berlangsung. Contohnya, Davidson
(1994) menyuruh partisipan untuk membaca beragam cerita, dengan
menggambarkan skema-skema terkenal seperti ―pergi ke bioskop.‖ Hasil-

36
hasil menunjukkan bahwa orang-orang terutama mungkin mengingat
peristiwa yang menginterupsi cerita yang normal dan diperkirakan.
Contohnya, satu cerita menggambarkan wanita bernama Sarah, yang pergi
ke bioskop. Para partisipan sangat mungkin mengingat sebuah kalimat
yang tidak konsisten dengan skema, seperti ―seorang anak berlari-lari di
dalam bioskop dan membenturkan kepala ke Sarah.‖ Di pihak lain, mereka
kurang mungkin mengingat kalimat yang konsisten dengan skema, seperti
―penjaga pintu menyobek karcis setengah dan memberi kepada mereka
potongan karcis.
Rojahn dan Pettigrew (1992) melakukan sebuah meta-analisis
terhadap riset mengenai memori dan skema. Sebagian besar studi yang
dicakup dalam meta-analisis tampak memerlukan pembelajaran sengaja
intentional learning), yakni situasi di mana orang-orang menyadari bahwa
mereka akan diminta untuk mengingat item-item itu. Ketika memori
dinilai dari segi ingatan—dalam studi Davidson—orang-
orang kemungkinan mengingat bahan yang tidak konsisten dengan skema
secara lebih baik dibanding bahan yang konsisten dengan skema. Ketika
memori dinilai dari segi pengakuan dan hasil-hasil telah dikoreksi untuk
penebakan, bahan yang tidak konsisten dengan skema masih didukung.
Tetapi, ketika memori dinilai dari segi pengenalan dan hasil-hasil
telah tidak dikoreksi untuk penebakan, bahan yang konsisten dengan
skema didukung. Dengan kata lain, jika anda tidak dapat mengingat
apakah anda telah melihat sebuah kalimat pada sebuah tes pengenalan
mengenai skema film, anda lebih mungkin menebak bahwa anda melihat
kalimat mengenai penjaga pintu menyobek tiket dari pada kalimat yang
melanggar skema, seperti contoh kita mengenai anak yang bertubrukan
dengan wanita itu.
Kenapa kita mesti sering mengingat bahan yang tidak konsisten
dengan skema sedemikian akurat? Satu penjelasan yang masuk akal adalah
bahwa kita sangat mungkin mengingat bahan yang menarik perhatian dan
memerlukan lebih banyak usaha untuk memprosesnya. Dengan

37
pemprosesan mendalam dan yang membutuhkan usaha, kita akan
mengingat bahan luar biasa itu.
Status Sekarang Dari Skema dan Pemilihan Memori. Ironisnya, kita
tidak dapat menentukan suatu skema yang jelas untuk riset mengenai topik
penting ini! Agaknya kita tampak mengingat bahan yang konsisten
dengan skema secara lebih akurat jika tugas menggunakan pembelajaran
insidentil atau jika memori dinilai melalui pengenalan—tanpa koreksi
untuk penebakan. Tetapi dalam sebagian besar kasus pembelajaran
sengaja, bahan yang tidak konsisten dengan skema tampak lebih mudah
diingat.
C. Skema dan Perluasan Batas
Sekarang luangkan sejenak untuk memeriksa objek-objek gambar
disekitar anda dan bandingkan sketsa anda dengan foto asli. Apakah sketsa
anda mencakup pinggir bawah dari tutup tong sampah—yang tidak ada
dalam foto asli? Apakah sketsa anda menunjukkan lebih banyak latar
belakang yang mengitari masing-masing tong sampah, termasuk bagian
atas dari pagar piket? Jika demikian, anda telah menunjukkan perluasan
batas. Perluasan Batas merujuk pada kecenderungan untuk mengingat telah
melihat sebagian besar dari sebuah pemandangan dibanding yang
sesungguhnya ditunjukkan. Kita mempunyai skema untuk pemandangan
yang digambarkan, yang akan kita namakan ―pemandangan area sampah
halaman 8.‖ Perhatikan bahwa topik-topik lain dalam diskusi skema-skema
ini verbal; tetapi dalam perluasan batas bahan visual. Skema-skema kita
masih membantu kita mengisi bahan yang hilang selama tugas memori.
Fenomena perluasan batas telah dikaji oleh Helene Intraub dkk.
Contohnya, Intraub dan Berkowits (1996) menunjukkan kepada
mahasiswa serangkaian slide seperti foto pemandangan sampah tadi.
Masing-masing slide ditunjukkan secara singkat, selama 15 detik atau
kurang. Segera setelah itu, mereka disuruh untuk menggambar dari foto
orsinil. Para partisipan secara konsisten menghasilkan sebuah sketsa yang
memperluas batas-batas di luar pemandangan yang disajikan dalam foto
asli. Akibatnya mereka menunjukkan lebih banyak dari latar belakang

38
yang mengitari gambar sentral, dan mereka juga menggambarkan sebuah
gambar lengkap, bukan gambar parsial.
Menurut Intraub dkk (1998), kita memahami sebuah foto dengan
mengaktivasi skema perceptual. Skema ini menonjolkan sebuah gambar
sentral lengkap dalam foto, dan juga mencakup representasi mental dari
informasi visual yang précis di luar batas-batas foto. Intraub dkk
mengemukakan bahwa kita juga menggunakan skema-skema perceptual
ketika kita melihat pada pemandangan-pemandangan dunia nyata.
Contohnya, lihat dari buku anda sekarang dan pertahankan kepala anda
diam secara sempurna. Retina anda mendaftar sebuah panorama yang agak
besar dari stimulus-stimulus visual. Sekarang tutup mata anda dan
cobalah mengingat pemandangan tepat yang anda lihat. Proses-proses
kognitif anda barangkali menggambarkan gambar-gambar sentral lengkap,
bukan gambar-gambar parsial. Selain itu, proses kognitif anda barangkali
memperluas pemandangan bahkan lebih jauh untuk mencakup bahan yang
sebenarnya tidak anda lihat.
Perhatikan bagaimana skema beroperasi dalam perluasan batas-batas.
Berdasarkan perkiraan-perkiraan kita, kita menciptakan skema –skema
perceptual yang meluas di luar pinggir foto dan di luar lingkup retina kita.
Secara sepintas, fenomena perluasan batas mempunyai implikasi penting
untuk kesaksian saksi mata. Saksi mata mungkin mengingat telah melihat
bagian-bagian wajah dari seorang tersangka yang sebenarnya tidak terlihat
pada pemandangan kejahatan itu (Foley & Foley, 1998).
D. Skema dan Abstraksi Memori
Abstraksi merupakan proses memori yang menyimpan arti sebuah
pesan tanpa menyimpan kata-kata pasti dan struktur tata bahasa. Sebagai
contoh, anda bisa mengingat banyak informasi tentang konsep kemirippan
keluarga tanpa mengingat satu kalimat dalam bentuk aslinya. Kita melihat
bahwa orang kadang memiliki ingatan terhadap kata demi kata atau
memori verbatim. Sebagai contoh, seorang actor professional
mampu menceritakan secara tepat setiap kata dari karya
Shakespeare. Kebanyakan memori verbatim kita jauh dari spektakuler

39
beberapa menit setelah penerimaan dihadirkan (Sach, 1967).
Bagaimanapun kita cenderung mengingat intisari dari pemahaman
general dengan tingkat akurasi yang impresif. Mari kita pertimbangkan
dua pendekatan terhadap abstraksi yaitu pendekatan konstruktif dan
pendekatan pragmatis.
1. Pendekatan Konstruktif
Ini adalah versi yang lebih sederhana dari studi klasik oleh
Bransford dan Franks (1971). Berapa kalimat pada bagian 2 pada
percobaan yang pernah anda lihat sebelumnya? Jawabannya terdapat
pada akhir bab di halaman 282.
Bransford dan Franks meminta pada partisipan dalam penelitiannya
untuk mendengarkan kalimat-kalimat dari beberapa cerita yang
berbeda, lalu mereka diberikan test pengenalan yang didalamnya
dimasukkan kalimat-kalimat baru, banyak diantaranya merupakan
kombinasi kalimat-kalimat sebelumnya meskipun begitu mereka yakin
bahwa mereka telah melihat kalimat-kalimat itu sebelumnya, kesalahan
seperti ini disebut false alarm. Dalam penelitian mengenai
memori, false alarm terjadi ketika orang mengingat sesuatu yang tidak
secara original hadir.
Penelitian Bransford dan Franks menunjukan bahwa false
alarm kemungkinan besar untuk kalimat kompleks yang konsisten
dengan skema asli. Sebagai contoh ―Pohon tinggi di halaman depan
menaungi orang yang sedang merokok dengan pipa cangklongnya‖
sebagai pembanding fals alarm kecil kemungkinannya untuk kalimat
sederhana seperti ―Kucing itu ketakutan‖ lagipula mereka tidak
membuat false alarm untuk kalimat yang merusak makna dari kalimat
sebelumnya – sebagai contoh, ―kucing yang ketakutan yang
memecahkan jendela beranda memanjat pohon‖
Penelitian ini akhir-akhir ini dilakukan ulang oleh Holmes dan
rekan-rekannya (1998).
Pada percobaan pertamanya para peserta ―mengingat‖ kalimat-
kalimat yang sebenarnya merupakan kombinsi dari kalimat yang

40
asli. False alarm lebih memungkinkan untuk kalimat yang lebih
kompleks. Penelitian ini juga menanyakan pada para partisipan untuk
mengukur sejauh mana kepercayaan diri yang mereka dapat sebenarnya
ketika mendengar setiap kalimat tersebut. Para partisipan pada dasarnya
lebih percaya diri terhadap kalimat yang kompleks dibandingkan
dengan kalimat yang asli.
Holmes dan peneliti lainnya juga mengulang penelitian mereka
dengan satu perbedaan penting. bagaimanapun dalam penelitian
berikutnya para partisipan diinstruksikan untuk menghitung jumlah
huruf pada kata terakhir dari kalimat dengan proses instruksi yang
dangkal ini, false alarm secara signifikan tercatat berkurang. Rupanya
proses semantic yang mendalam lebih memungkinkan dibandingkan
proses yang mendalam untuk mendorong kita untuk menggabungkan
informasi yang berkaitan dengan tujuan untuk membentuk sebuah cerita
yang utuh.
Bransford dan Franks (1971) mengajukan sebuah model
konstruktif memori untuk materi prosa. Berdasarkan model konstruktif
memori manusia menggabungkan kalimat-kalimat pribadinya dengan
tujuan untuk membangun ide yang lebih besar. Oleh karena itu mereka
berpikir bahwa mereka telah melihat kalimat yang kompleks karena
mereka telah menggabungkan berbagai jenis fakta di dalam memori.
Sekali kalimat-kalimat itu tergabung di dalam memori, kita tidak bisa
menguraikannya ke dalam bentuknya yang asli dan mengingat
komponen verbatim. Penelitian yang dilakukan oleh Holmes dan rekan-
rekan (1998) menunjukkan bahwa kita sangat mungkin untuk
menggabungkan informasi ketika kita memperhatikan kepada makna
dari sebuah materi.
Sebagai catatan bahwa pandangan memori konstruktif menekankan
pada keaktifan alami dari proses kognitif, sejalan dengan tema 1 dari
buku ini, kalimat-kalimat tidak secara pasif memasuki memori, dimana
tersimpan secara terpisah. Bahkan kita mencoba mempertimbangkan
kalimat-kalimat lain yang sepertinya memiliki hubungan antara satu

41
dengan yang lain. Kita mengkombinasikan kalimat-kalimat itu menjadi
cerita yang masuk akal, menggabungkan beberapa bagian menjadi satu.
Sebuah heuristic yang berguna menggabungkan kalimat-kalimat
menjadi satu. Bagaimanapun juga proses heuristic ini mampu menuntun
kita untuk tersesat apabila digunakan secara tidak tepat. Karena ternyata
para partisipan dalam penelitian Bransford dan Franks (1971)
menggunakan strategi memori konstruktif yang berguna dalam
kehidupan nyata tetapi tidak tepat digunakan dalam penelitian tentang
tes memori verbatim.
2. Pendekatan Pragmatis
Murphy dan Shapiro (1994) telah mengembangkan cara pandang
yang berbeda terhadap memori kalimat, yang mereka sebut dengan cara
pandang pragmatis terhadap teks memori. Cara pandang memori
pragmatis mengungkapkan bahwa manusia sampai pada tingkat
menganalisa teks yang paling relevan, penting atau yang menonjol yang
diberikan oleh tujuan mereka dengan kata lain, manusia bisa secara
strategis mengontrol perhatian mereka, dalam kehidupan sehari-hari
kita sadar bahwa kita harus memperhatikan arti secara umum sebuah
cerita. Sebagai sebuah konsekuensi kita mengingat kembali intisarinya
secara akurat namun mengabaikan kalimat-kalimatnya, bagaimanapun
juga jika kita menyadari bahwa kita harus memperhatikan kata-
kata dari kalimat secara tepat, maka memori verbatim akan sangat
akurat. Dalam hubungannya dengan pengkodean khusus, secara khusus
ketika seseorang terfokus pada bunyi dari kata pada saat pengkodean,
mereka bisa mengingat memori akustik , ketika mereka terfokus pada
arti, mereka bisa mengingat informasi semantik (Bransford et al., 1979;
Moscovitch & Craik, 1976).
Dalam salah satu percobaannya Murphy dan Saphiro (1994)
meminta para partisipan untuk memperhatikan pada kata-kata yang
spesifik dalam sebuah kalimat, para partisipan ini tidak dapat akurat
mengenali kata yang tepat pada test sebelumnya, sebagai perbandingan
mereka tidak salah mempercayai, mereka telah melihat sinonimnya.

42
Pada percobaan yang lain Murphy dan Shapiro (1994) berspekulasi
bahwa manusia sangat memungkinkan memperhatikan pada kata-kata
yang spesifik dalam sebuah kalimat apabila kata-katanya bagian dari
kritikan atau hinaan. keseluruhan pandangan pragmatis kata-kata sangat
berperan ketika anda merasa terhina, dalam penelitian ini para peserta
membaca salah satu dari dua surat yang kiranya ditulis oleh seorang
perempuan muda bernama Samantha, salah satu surat seharusnya ditulis
untuk sepupunya Paul, bercerita tentang bayi barunya dan pakaian
lembutnya juga termasuk beberapa kalimat-kalimat netral seperti
―Tidak pernah terpikirkan olehku menjadi ibu dalam usia yang begitu
muda‖ surat yang lain ditulis Samantha untuk kekasihnya Arthur,
sepuluh kalimat yang netral di surat lembutnya kepada sepupunya paul
sekarang tampak sarkastik jelas kata-katanya sangat identik, sebagai
contoh kalimat ‖ Tidak pernah terpikirkan olehku menjadi ibu dalam
usia yang begitu muda‖ sekarang dihubungkan dengan kebiasaan
Arthur yang kekanak-kanakan.
Memory pernah di coba pada test pengenalan test dimana
didalamnya lima kalimat asli, lima versi penafsiran kalimat-kalimat
tersebut dengan sedikit bentuk yang berbeda (sebagai contoh, ―Aku tak
pernah berpikir akan jadi seorang ibu di usia yang semuda ini‖) dan
empat kalimat yang tidak berkaitan. Seperti yang bisa anda lihat orang
jarang membuat kesalahan dengan secara salah mengenali kalimat-
kalimat yang tidak saling berkaitan. Bagaimanapun juga, secara benar
mereka akan lebih sering mengenali (―hits‖) kalimat-kalimat sarkastik
dibandingkan kalimat lembut dari segi penafsirannya. Ketika kita
membandingkan secara keseluruhan tingkat akurasi untuk dua versi
tersebut (dengan mengurangi false alarm dari respon-respon yang
benar) kita melihat bahwa orang lebih akurat dalam memori verbatim
untuk versi sarkastik (43%) dibandingkan dengan versi yang lembut
(17%). Mungkin kita semua secara khusus sensitive terhadap materi
yang mengancam secara emosional, sehingga kita berusaha untuk
mengingat kembali kata-kata dengan benar dari setiap kalimat tersebut.

43
Beberapa pakar lebih cenderung menggunakan pendekatan
konstruktif dalam abstraksi memori, sedangkan yang lain lebih memilih
pendekatan pragmatis. Bagaimanapun juga kedua pendekatan itu cukup
kompatibel. Secara spesifik di dalam banyak kasus kita
menggabungkan informasi dari kalimat individual yang dapat kita
bangun dalam skema besar, khususnya ketika situasi menyarankan
bahwa kata-kata yang tepat tidak krusial. Bagaimanapun juga di kasus
yang lain kita tahu bahwa yang spesifik juga penting, dan akhirnya kita
juga mengalokasikan perhatian ekstra untuk kata-kata yg tepat. Seorang
actor berlatih untuk sebuah karya atau dua orang yang saling bertikai
akan membutuhkan lebih dari sekedar inti dari pesan verbal.
E. Skema dan Inferensi Memori
Dalam banyak kasus, orang menambahkan pengetahuan umumnya
dalam materi yang mereka jumpai dan mereka mengingat bahwa informasi
ini pernah hadir dalam materi aslinya. Dengan demikian mengingat
kembali bisa termasuk inferensi atau interpretasi logis dan kesimpulan
yang tidak pernah merupakan bagian dari materi stimulus aslinya, mari
kita pertimbangkan penelitian klasik pada topic ini, sebaik implikasi dari
sebuah iklan.
Penelitian klasik mengenai inferensi Penelitian pada bidang ini
dimulai dengan penelitian Sir Frederick Bartlett (1932), seorang peneliti
memori yang menggunakan materi bahasa natural. Seperti telah disebutkan
sebelumnya teori dan tehniknya menandakan pendekatan kontemporer
psikologi kognitif. Sedangkan Ebbinghaus (1885/1913) menyukai kata-
kata omong kosong, Bartlett yakin aspek yang paling menarik dari memori
adalah interaksi yang kompleks antara pengetahuan dasar dari para
partisipan dalam sebuah percobaan dengan materi yang dihadirkan selama
percobaan. Khususnya dia berpendapat bahwa ketertarikan yang unik dari
setiap individu dan pengalaman pribadi bisa membentuk konten sebuah
memori.
Bartlett (1932) dalam seri penelitiannya yang cukup terkenal, dia
memerintahkan kepada murid-murid inggris untuk membaca cerita

44
Amerika yang berjudul ―Pertempuran Para Hantu‖ mereka kemudian
diperintahkan untuk mengingat kembali cerita 15 menit kemudian. Bartlett
menemukan bahwa para peserta diajak untuk mengabaikan materi yang
tidak masuk akal dari cara pandang murid-murid Inggris (sebagai contoh,
bagian kisah yang menceritakan hantu yang menyerang soseorang yang
tidak merasakan sakit) mereka juga diarahkan untuk membentuk kisah ke
dalam bentuk yang lebih familiar, lebih mirip kisah dongeng Inggris.
Bartlett juga memerintahkan para partisipan penelitiannya untuk
mengingat kembali kisahnya, setelah jeda beberapa hari. Dia melaporkan
bahwa seiring berjalannya waktu setelah mendengarkan kisah aslinya,
kisah yang di recalled membawa lebih banyak unsur dari pengetahuan
sebelumnya dan sedikit informasi dari cerita aslinya .
Bransford dan Kawan-kawan (1972) menyajikan lebih banyak bukti
mengenai penggabungan pengetahuan sebelumnya dengan informasi dari
stimulus. Ilmuwan ini meneliti bagaimana orang membangun model
mental berdasarkan deskripsi verbal. Mereka memberikan kepada para
peserta kalimat seperti ― tiga ekor kura-kura beristirahat di atas kayu yang
mengapung dan ikan-ikan berenang di bawahnya‖ kemudian para peserta
menerima test pengenalan yang berisi kalimat seperti ―tiga ekor kura-kura
beristirahat di atas kayu yang mengapung dan ikan-ikan berenang di
bawahnya‖ sebagai catatan pada kalimat ini diakhiri dengan ―it‖ dan
bukan dengan‖them‖tapi ini merupakan inferensi yang masuk akal dari
kalimat yang pertama. Pengetahuan kita dalam relasi spasial mengatakan
bahwa kura-kura ada di kayu dan ikan ada di bawahnya , lalu ikannya pasti
berada di bawah kayu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang pernah
melihat kalimat yang pertama sering dilaporkan bahwa meraka mengenali
kalimat yang kedua. Bransford dan rekan-rekannya (1972) menjelaskan
bahwa orang melihat kalimat yang pertama, dan mereka membangun suatu
ide dengan menggabungkan kalimat tersebut dengan apa yang mereka
ketahui tentang dunia. Hasilnya, mereka percaya bahwa mereka telah

45
melihat secara logis kalimat yang konsisten yang tidak pernah disajikan
sebelumnya.
Penelitian Brandsford dan rekan-rekannya mendemonstrasikan latar
belakang pengetahuan dapat menyesatkan seseorang, menyebabkan
mereka menggunakan sistematis error dan ‗mengingat‘ inferensi yang
tidak semestinya. Dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanapun, latar
belakang informasi biasanya membantu cerita. Cerita sederhana telah jelas,
struktur regular ( Schank & Abelson, 1995). Orang menjadi familiar
dengan struktur dasar cerita dari pengalaman mereka sebelumnya dalam
budaya mereka. Mereka menggunakan struktur ini untuk memilah cerita
baru yang mereka dengar. Sekali lagi, ketika latar belakang informasi
konsisten dengan materi stimulus, latar belakang informasi ini akan sangat
membantu.
Implikasi untuk Iklan (Implications for Advertising) Materi dalam
skema dan interpretasi memori dapat digunakan untuk iklan. Seharusnya
iklan mengatakan, ―Empat dari lima dokter merekomendasikan obat merk
Gonif.‖ Mungkin anda cukup dapat menyimpulkan, oleh karena itu, empat
dari lima dokter juga akan merekomendasikan obat merk Gonif, meskipun
iklan tidak mengatakan demikian.
Penelitian menyarankan orang yang membaca iklan mungkin langsung
menyimpulkan, ‗mengingat‘ inferensi yang tidak selalu sesuai dengan
yang dijanjikan. Harris dan rekan-rekan (1989) meminta mahasiswa untuk
membaca cerita yang berisi beberapa slogan iklan. Beberapa slogan dibuat
secara gamblang (misalnya, ―Tylenol menyebuhkan flu‖). Slogan lainnya
hanya tersirat, (misalnya ―Tylenol melawan flu‖). Pada tugas pilihan ganda
yang diikuti, orang yang melihat iklan yang tersirat (implied claim version)
seringkali dipilih daripada iklan yang gamblang (direct claim version).
Anda dapat mengetahui mengapa hasil tersebut menyarankan bahwa
konsumen harus berhati-hati. Apabila iklan tmenyiratkan bahwa suatu
produk tertentu memiliki sifat yang luar biasa, pastikan bahwa anda tidak
langsung mengambil kesimpulan yang tidak tepat. Anda cenderung
‗mengingat‘ inferensi tersebut daripada informasi yang sebenarnya.

46
Setelah membaca mengenai kecenderungan manusia menarik
kesimpulan yang tidak semestinya, mungkin anda menyimpulkan bahwa
orang pasti menarik kesimpulan berdasarkan kesimpulan dari pengalaman
sehari-hari. Namun, membuat kesimpulan bukan proses yang wajib (Alba
& Hasher, 1983; Wynn & Logie, 1998). Beberapa peneliti menemukan
bahwa inferensi hanya terjadi pada situasi yang terbatas dan mungkin lebih
sering terjadi di laboratorium daripada di kehidupan yang sebenarnya.
Faktanya, orang sering mengingat materi dengan akurat, sama seperti pada
awal dipresentasikan. Penelitian lanjutan harus menangani masalah kapan
memori itu semantic dan kapan ketika itu akurat. Dalam banyak kasus,
kemudian, skema dapat mempengaruhi inferensi dalam memori.
F. Skema dan Integrasi dalam Memori
Proses akhir dalam pembentukan memori adalah integrasi. Teori
skema berpendapat bahwa satu, representasi yang terintegrasi dibuat
dalam memori dari informasi yang dipilih pada fase pertama, pada fase
berikutnya diabstraksi, dan diinterpretasikan (dengan bantuan latar
belakang pengetahuan) pada fase selanjutnya. Faktanya, beberapa peneliti
berpendapat bahwa skema memberikan efek yang lebih kuat selama
integrasi dan fase pengambilan daripada selama fase memori sebelumnya
(Bloom, 1988; Kardash dkk., 1988). Sekali lagi, bagaimanapun, skema
tidak selalu dapat digunakan. Seperti yang telah kita lihat, skema integrasi
yang konsisten lebih mungkin ketika ‗recall‘ ditunda dan ketika orang
melakukan yang lain, tugas simultan selama me-recall.
Integrasi dan Recall yang Tertunda Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa latar belakang pengetahuan tidak berpengaruh terhadap ‗recall‘ jika
‗recall‘ itu diuji dengan segera setelah materi dipelajari. Namun, setelah
tertunda cukup lama, materi yang telah terintegrasi dengan skema yang
ada; ‗recall‘ sekarang telah diubah. Sebagai contoh, Haris dan rekan-rekan
(1989) meminta mahasiswa di Kansas untuk membaca sebuah cerita yang
sesuai dengan tradisi budaya Amerika dan Meksiko. Sebuah cerita yang
mewakili tentang perencanaan tanggal dalam budaya tradisional Meksiko
termasuk sebuah kalimat tentang saudara laki-laki kakak perempuan yang

47
menyertai pasangannya sebagai pendamping; versi Amerika tidak ada
pendamping. Ketika me-recall cerita diuji 30 menit setelah membaca
materi, siswa tidak menunjukkan kecenderungan untuk mengubah skema
cerita orang Meksiko ke arah yang sesuai dengan skema orang Amerika.
Setelah ditunda selama 2 hari, namun, siswa telah mengubah sejumlah
detail cerita.
Seperti Haris dan rekan-rekannya (1988) tunjukkan, skema tentang
budaya dapat mempengaruhi pemahaman awal dari cerita tentang
perbedaan budaya. Bagaimanapun, sebagai sumber tambahan penting dari
distorsi budaya yang terjadi selama ‗recall‘ tertunda.
Integrasi dan Kapasitas Memori Terbatas Penelitian mengesankan
skema lebih mungkin untuk mempengaruhi integrasi memori ketika
kapasitas memori tegang selama ‗recall‘; skema mungkin tidak
berpengaruh ketika orang melakukan tugas yang relative sederhana.
Sherman dan Bassenoff (1999) meminta seseorang untuk membaca 30
daftar karakteristik, digambarkan sebagai suatu daftar eksperimen (daftar
1). Kemudian mereka membaca daftar karakteristik yang kedua yang telah
digambarkan sebagai ciri seorang pria yang bernama Bob Hamilton (daftar
2). Sebagian partisipan diberitahu bahwa Bob adalah seorang yang
berkepala plontos; sebagian mengatakan bahwa ia seorang pendeta. Dari
10 karakteristik pada masing-masing daftar menggambarkan yang ramah,
10 menggambarkan tidak ramah, dan 10 lainnya mengatakan netral.
Keesokan harinya, masing-masing item dari dua daftar disajikan lagi,
ditambah 30 item yang baru. Partisipan diminta untuk mengenali
karakteristik mana yang sebelumnya berkaitan dengan Bob. Selama tes
memori ini, sebagian partisipan hanya melakukan tes pengenalan. Namun,
sebagian diberi tambahan, tugas simultan. Khususnya, mereka diminta
untuk menahan delapan digit angka dalam memori sambil mengerjakan
tugas pengenalan.
Sherman dan Bassenof kemudian menganalisa item dari daftar 1 yang
partisipannya keliru menghubungkan dengan Bob. (hanya item dari daftar
2 dapat secara tepat menghubungkan dengan Bob). Hasilnya menunjukkan

48
bahwa partisipan yang hanya melakukan tugas pengenalan tidak dapat
menunjukkan skema memori yang konsisten untuk item dari daftar 1.
Tetapi, partisipan yang melakukan tugas simultan menunjukkan skema
memori yang konsisten untuk item dari daftar 1. Secara spesifik, mereka
mungkin menerapkan item tidak ramah dari daftar ke berkepala plontos
dan item ramah ke pendeta.
Seringkali orang mengintegrasikan materi dalam memori. Tetapi, Alba
dan Hasher (1983) mengambil bukti eksperimen yang gagal
mendemonstrasikan integrasi. Pada banyak kasus, orang menyimpan
dalam beberapa memori secara terpisah, unit yang tidak terintegrasi dari
original stimulus yang kompleks.

49
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memori semantik adalah pengetahuan terorganisir kita mengenai dunia.
Kita akan melihat empat kategori teori yang menjelaskan bagaimana semua
informasi ini dapat disimpan dalam memori semantic, yaitu perbandingan
ciri, pendekatan eksemplar, pendekatan prototip dan model jaringan.
Skema dapat mempengaruhi memori dalam pemilihan awal materi,
mengingat adegan visual, dalam abstraksi, dalam interpretasi, dan bahkan
dalam proses akhir integrasi. Namun, yang harus kita catat bahwa skema
seringkali gagal dijalankan dengan cara yang diharapkan
Karakteristik penting dari script adalah bahwa script menggambarkan
suatu rangkaian peristiwa. Akibatnya setiap script mempunyai satu urutan
tipikal dan linier. Riset yang dilakukan mengenai script memperlihatkan
bahwa kita mengingat sebuah script secara lebih akurat jika script telah
diidentifikasi sebelumnya. Riset juga memperlihatkan bahwa orang-orang
umumnya gagal mengapresiasi kesamaan di antara scripts terkait.

3.2 Saran
Penugasan mata kuliah perkembangan peserta didik khususnya mengenai
struktur memori semantic, skema, dan script bagi pembaca juga berfungsi
membentuk kompetensi program keahlian. Dengan makalah ini diharapkan
pembaca dapat menerapkannya dalam kehdupan sehari-hari dan
mengembangkan diri di bidang keahluan dan pendidikan pada tingkat yang
lebih tinggi.

50
Daftar Pustaka
W. Matlin, Margaret. Kognitif. Terjemahan oleh Syabri, Nilawati. 2016.
Lampung: Harakindo Publishing.
Kurniasih, Meyta. (2019). General Knowledge. [Online]. Tersedia :
https://www.academia.edu/40604957/SKEMA_DAN_NASKAH_T
UGAS_MEYTA [ 11 Juni 2021]
Edi. 920180. Cara Mencari KPK dan FPB Dengan Mudah. [Online].
Tersedia :
https://www.belajarmtk.com/cara-mencari-kpk-dan-fpb-dengan-
mudah/ [13 Juni 2021]

51

Anda mungkin juga menyukai