Anda di halaman 1dari 47

TEORI ILMU SOSIAL & PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

Oleh: Dr. Muhammad Hanif, M.M., M.Pd.

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 1


TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
Teori:
- merupakan seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu
yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis atau
dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi
sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang
diamati

Proposisi adalah kata yang secara sintaksis (tatabahasa yang membahas


hubungan antara kata dalam tuturan) terdapat di depan nomina,
adjektiva, atau adverbia dan secara semantis (tanda penting)
menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan dan
di belakang preposisi tersebut.

Kata-kata yang digunakan di depan kata benda untuk merangkaikan kata benda
dengan bagian kalimat lain disebut kata depan. Umpama kata-kata di,
dengan dan oleh pada kalimat berikut: Kakek tinggal di desa. Nenek
menulis dengan sepidol. Jembatan ini dibangun oleh pemerintah.

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 2


Fungsi Proposisi
Dilihat dari fungsinya, kata depan menyatakan hal-hal berikut:

Tempat berada, yaitu; di, pada, dalam, atas dan antara.


Arah asal, yaitu; dari.
Arah tujuan, yaitu; ke, kepada, akan, dan terhadap.
Pelaku, yaitu; oleh.
Alat, yaitu; dengan dan berkat.
Perbandingan, yaitu; daripada.
Hal atau masalah, yaitu; tentang dan mengenai.
Akibat, yaitu; hingga dan sampai.
Tujuan, yaitu; untuk, buat, guna, dan bagi.

Proposisi Tunggal
Semua manusia adalah makhluk hidup. (Subjek: manusia, Predikat: makhluk hidup)
Semua makhluk hidup pasti akan mati. (Subjek: makhluk hidup, Predikat: mati)
Proposisi Majemuk
Semua manusia adalah makhluk hidup dan pasti akan mati. (Subjek: manusia,
Predikat 1: makhluk hidup, Predikat 2: pasti akan mati)
Semua manusia pasti butuh makan dan minum. (Subjek: manusia, Predikat 1: makan,
Predikat 2: minum)

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 3


- model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan
fenomena alami atau fenomena sosial tertentu.
- Serangkaian pernyataan yang men-
jelaskan realitas tertentu

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 4


Fungsi teori (Suppers):
1. Berguna sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian
2. Teori memberikan suatu kerangka kerja
bagi
pengorganisasian butir-butir informasi tertentu
3. Teori mengungkapkan kompleksitas peristiwa-peristiwa
yang
tampaknya sederhana
4. Teori mengorganisasikan kembali pengalaman-
pengalaman sebelumnya
5. Teori berguna untuk melakukan prediksi dan kontrol

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 5


TEORI FAKTA

Pikiran Manusia Fakta Empiris

Tidak bertentangan. Aktivitas berteori berlangsung ketika sebuah upaya


dilakukan untuk menjelaskan fakta-fakta sebagaimana adanya.
Pada dasarnya fakta apa pun akan tidak berarti jika tidak diberi makna
melalui proses penafsiran.
Dalam konteks tersebut, teori memberi kita seperangkat pernyataan
konseptual sistematis untuk menafsirkan fakta.

Elemen-elemen teori:
1. definisi,
2. konsep,
3. variabel,
4. pernyataan, dan
5. format.
HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 6
Konsep
 abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar
generalisasi dan sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok
atau individu tertentu.
 Pengertian yang tergambar dalam pikiran yang menceritakan
suatu benda atau suatu gagasan baik konkrit atau abstrak.

Makna Denotasi/Denotatif
makna yang sebenarnya, yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat
denotatif tidak mengalami perubahan makna
Contoh: Ken Angrok mengadakan kudeta.
Labib Abhista mengikuti sunatan massal.
Makna Lugas
makna sesungguhnya dan mirip dengan makna denotatif
contoh: Pak dosen itu senang memelihara ciblek sawah

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 7


7
Makna Konotatif
makna yang bukan sebenarnya, umumnya bersifat
sindiran dan merupakan makna denotatif yang mengalami
penambahan
Contoh:
Putra sang Prabu Duryudana menyukai daun muda
Paijo sangat sedih terjerat lintah darat

Varibael
: ciri/karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa
berubah-ubah. Ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 8


Jenis-jenis konsep
1. Konjungtif, yaitu konsep yang berfungsi untuk mengubungkan dari
dua atau lebih atribut yang semuanya harus ada.
Contoh: konsep anak berarti ia adalah individu yang masih kecil dan
masih berusia satu sampai sepuluh tahun. Selain itu, perilakunya
belum dewasa.
2. Disjungtif, yaitu konsep yang mencerminkan alternatif-
alternatif yang beragam
Contoh: konsep olah raga bentuk dan jenisnya dapat berupa
permainan, perlombaan, dll
3. Relasional, yaitu konsep yang memiliki arti suatu hubungan khusus
antara dua atribut atau lebih yang dinyatakan secara eksplisit dengan
bilangan tertentu
Contoh: konsep kecepatan mobil dihubungkan dengan rata-
rata per kilometer per jam.

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 9


4. Deskriptif, yaitu konsep yang menuntut jawaban tentang
gambaran suatu benda.
Contoh:Kursi adalah….
5. Valuatif, yaitu konsep yang berhubungan dengan pertimbangan baik
atau buruk, salah atau benar, cantik atau jelek rupa, dll
6. Campuran antara deskriptif dan valuatif, yaitu konsep yang tidak
hanya memberikan penjelasan tentang suatu karakteritik yang
dimiliki oleh benda tersebut, tetapi juga memberikan sikap atau
penilaian terhadap pernyataan tersebut
Contoh: pembunuhan sadis, pemerintah diktator, dll

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 10


Fungsi konsep (menurut Frangkell)
1. Untuk melakukan efisiensi dan efektivitas bagi manusia.
2. Untuk mengklasifikasi atas beberapa individu
berdasarkan
karakteritistik tertentu,
3. Untuk mereduksi keperluan yang sering dikatakan secara berulang-
ulang terhadap suatu kajian serupa dan sudah diketahui. Contoh kita
telah mengetahui burung, maka burung terbagi dalam beberapa jenis
seperti dara, emprit, ciblek, dll
4. Untuk memudahkan memecahkan masalah.
5. Untuk menjelaskan (eksplanasi) sesuatu yang dianggap rumit atau
membutuhkan keterangan yang panjang dan rinci (contoh bahagia,
samara, dll).
6. Untuk mengkonsepsikan sesuatu secara cermat melalui simbol-
simbol (contoh homo sapiens, homo homini lupus, dll).
7. Untuk menghubungkan (katalisator) antardisiplin ilmu. (contoh
kerjasama)
HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 11
Pembentukan teori (theory construction)

bisa berlangsung baik secara


1. Logika deduktif: proses teoritisasi yang dimulai dari konsep
umum atau abstrak yang diterapkan pada hal- hal yang
khusus atau konkret.
2. Logika induktif: proses teoritisasi yang dimulai dari
kenyataan konkret dan spesifik yang kemudian ditarik
menjadi kesimpulan-kesimpulan umum dan lebih abstrak.

Tradisi ilmu alam yang hanya menggunakan logika deduktif


Tradisi ilmu sosial menggunakan keduanya

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 12


Fungsi teori (Suppers):
1. Berguna sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian
2. Teori memberikan suatu kerangka kerja
bagi
pengorganisasian butir-butir informasi tertentu
3. Teori mengungkapkan kompleksitas peristiwa-peristiwa
yang
tampaknya sederhana
4. Teori mengorganisasikan kembali pengalaman-
pengalaman sebelumnya
5. Teori berguna untuk melakukan prediksi dan kontrol

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 13


Objek studi & ruang lingkup >
Hakikat manusia berupaya memperoleh pengetahuan
didasarkan pada 3 hal, yaitu:
1. ONTOLOGIS, hakikat apa yang dikaji, Apa yang dikaji?,
Bagaimana wujud hakiki objek tersebut?, Bagaimana
hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia
(berpikir, merasa, mengindera) yang membuahkan
pengetahuan.

Metafisika - Di balik fisika


- Di atas Fisika
3 Persoalan :
1) Ontologi : - Apa itu “ada”?
- Penggolongan “ada”?
- Sifat Dasar “ada”?
2)Kosmologi (semua yang ada / berhub.
dengam jagat raya: Alam
- Asal Mula
- Perekembangan
- Struktur
3) Antropologi: Manusia
- Hubungan badan dengan Jiwa ?
- Kesadaran ?
- Determinisme Manusia ?
 Aliran filsafat berkaitan dengan ontologi
1) Keberadaan : dilihat dari segi kuantitas
a. Monisme (semesta merupk satu kesatuan/
materi & alam pikiran itu satu
(Thales, Anaximander,
Anaximenes ) Hanya ada satu kenyataan
fundamental (air,
b. Dualisme
(Plato, Descartes, Immanuel Kant) Dua substansi
( dunia ide / dunia indra, pikiran / keluasan), dunia
gejala / dunia hakiki)
c. Pluralisme (Empedokles)
- Banyak substansi
( udara, api, air, tanah )
2. Keberadaan : dilihat dari segi sifat / kualitas
a. Spiritualisme / idealisme (Plato) Kenyataan
terdalam : roh
b. Materialisme (Demokritos, Thomas Hobbes)
Kenyataan terdalam : materi
3. Keberadaan : dilihat dari segi proses
a. Mekanisme : serba mesin / asas mekanik / asas
mekanik/sebab akibat (Galileo Galilei, Descartes)
b. Teleologi : serba tujuan (dunia ide, causa finalis)
(Plato, Aristoletes )
c. Vitalisme : kehidupan tak dapat dijelaskan secara
fisik, namun secara non fisik ( asas hidup, elan vital )
( Herry Bergson)
d. Organisisme : kebulatan / kesatuan sistemik yang
terdiri atas bagian ( struktur dinamik )
Asumsi dan probabilitas
Dalam kaitannya dengan daya tangkap manusia yang
menghasilkan ilmu/pengetahuan, maka diperlukan :
- Asumsi: anggapan dasar yang disepakati kebenarannya,
yakni: bahwa ada hukum/aturan yang mengatur berbagai
kejadian.
- Apa yang sebenarnya dipelajari ilmu?
Hukum universal  deterministik (bersifat menentu-
kan, tindakan/kejadian baik jasmani maupun rohani
merupk konsekuensi dari kejadian sebelumnya dan
ada yang di luar kemauan)
Hukum probabilitas  peluang
Pilihan bebas  indeterministik
2. EPISTEMOLOGI, cara memperoleh ilmu;
Bagaimana proses memperoleh pengetahuan?
Bagaimana prosedur? hal-hal apa yang perlu
diperhatikan agar memperoleh pengetahuan yang benar?
Apa kebenaran itu? Apa kriterianya? Cara/sarana apa
yang membantu mendapatkan ilmu ?

Hakekat pengetahuan:
a. idealisme (ide – proses mental/psikologis)
b. empirisme (pengalaman)
c. positivisme (faktual/nyata/terukur)
d. pragmatisme (kegunaan)
Perlunya mempelajari pengetahuan (Hasil tahu manusia>
segenap apa yang diketahui tentang obyek tertentu)
alasannya:
1. Strategis: memandang pengetahuan sebagai kekuatan
(knowledge is power).
2. Kultural: memandang pengetahuan sebagai bagian dari
kebudayaan yang mampu membudayakan manusia.
3. Edukatif: memandang pengetahuan sebagai bagian dari
proses pendidikan.
Struktur pengetahuan manusia
- Dibangun atas kerjasama antara subyek yang
mengetahui dengan obyek yang diketahui
- Sifat pengetahuan manusia: subyektif-obyektif dan
obyektif subyektif
S mengetahui O, karena S O memiliki daya untuk dirasa
memiliki daya untuk menge- (sensibility) & daya untuk
tahui dimengerti (intelligibility)
Kemanunggalan SO tidak sempurna&mutlak,
sehingga pengetahuan manusia juga
tidak sempurna & tidak mutlak / relatif.
S > memiliki keterbatasan daya inderawi
O> yang diketahui tidak sederhana / komplek Manusia
hanya mengetahui yang fenomenal saja dari
O dan tidak mampu merengkuhnya (Kant).
Jadi :
1. Pengetahuan adalah kegiatan yang sifatnya
mengembangkan, menambah, dan menyempurna- kan.
Dengan pengetahuan, S yang tadinya tidak/kurang tahu
menjadi tahu/lebih tahu. O yang tadinya tidak diketahui
menjadi dapat diketahui.
2. Pengetahuan manusia sifatnya terbatas, tidak sempurna
dan karena itu tumbuh dan berkembang. Prosesnya
evolutif.
3. Manusia menjadi lebih rendah hati karena keterba- tasan
pengetahuan dan perspektifnya.
4. Seorang manusia membutuhkan orang lain
(komplementer)
Sumber pengetahuan
- rasionalisme (rasio) - empirisme (pengalaman)
- realisme (kenyataan) - kritisme (akal budi)

Teori Kebenaran
1. T. Koherensi (benar sesuai dengan rasio)
2. T. Korespondensi (benar sesuai dengan kenyataan)
3. T. Pragmatisme (sesuatu dianggap benar apabila ada
nilai gunanya)
4. T. Kebenaran semantis (kesesuaian dengan makna/ cocok
dengan konsep)
5. T. Kebenaran logis yang berlebihan (benar apabila
diterapkan dalam hal yang sama, Tuhan maha agung.
Sumber pengetahuan
- rasionalisme (rasio) - empirisme (pengalaman)
- realisme (kenyataan) - kritisme (akal budi)

Teori Kebenaran
1. T. Koherensi (benar sesuai dengan rasio)
2. T. Korespondensi (benar sesuai dengan kenyataan)
3. T. Pragmatisme (sesuatu dianggap benar apabila ada
nilai gunanya)
4. T. Kebenaran semantis (kesesuaian dengan makna/ cocok
dengan konsep)
5. T. Kebenaran logis yang berlebihan (benar apabila
diterapkan dalam hal yang sama, Tuhan maha agung.
Kebenaran ilmiah dalam humaniora :
1. Obyektif (sesuai dengan teori & didukung oleh empiris)
2. Universal (disepakati oleh para pakarnya)
Obyektif memiliki dua problem yaitu: obyektivitas dan
subyektivitas
Universal mengandung dua problem yaitu: kekhususan/
keunikan dan keumuman

Solusi> perlu pendekatan yang bervariasi/tidak pendapat
tunggal, agar saling mengisi dan menyempurnakan

MENUJU
Obyektif dengan pendekatan positivisme; menganggap se-gala
sesuatu yang dipelajari positif/ada/riil >
empiris (dapat ditangkap oleh panca indera)
eksak (terukur-alat ukur, didasarkan pada teori, dan metode
kuantitatif
Metode kuantitatif merupakan kegiatan mengukur untuk
mencapai kebenaran ilmiah, hasil memperkuat/memper-
lemah teori yang sudah ada.
Kelemahannya > tidak semua gejala sosial dapat diukur
dengan kuantitatif
Subyektifitasan dengan pendekatan fenomenologis
- Segala sesuatu yang diangkat merupakan suatu gejala khusus,
maka untuk menjelaskannya dikaitkan dengan konteksnya dan
harus holistik
- Menjelaskannya berbentuk deskriptif, belum tentu cocok
dengan teori yang sudah ada sehingga “studi kasus”
Metode kualitatif
Universalitas dengan pendekatan partikularistik (bagian-
bagian)- deduktif
Kekhususan dengan pendekatan holistik (menyeluruh)-
induktif
Untuk itu perlu multi aproach sehingga kebenaran lebih
kredibel
PENEMUAN Kebenaran :
1. Non ilmiah (tradisi/kepercayaan, otoritas/power, trial-error,
instuisi)
2. Imiah, melalui metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan cara untuk mencari/memperoleh
kebenaran yang dilakukan menurut kaidah keilmuan (cara berpikir
LOGICO-HIPOTETICO-VERIFIKASI, proses berpikir induktif-
deduktif
Proses induktif berperan dalam verifikasi fakta, apa sesuai
dengan fakta.
Proses deduktif berperan dalam penyusunan hipotesis.
Langkah-langkah LOGICO-HIPOTETICO-VERIFIKASI
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan
Perumusan
Masalah

Khasanah Deduksi Penyusunan


Pengetahuan Kerangka
Ilmiah Berpikir
Koherensi
Pragmatisme

Perumusan
Hipotesis
Korespon-

Induksi
densi

Diterima Pengujian Ditolak


Hipotesis
Perumusan Masalah: pertanyaan mengenai obyek empiris yang
jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor
yang terkait di dalamnya.
Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis:
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin
terdapat antara berbagai faktor yang terkait dan membentuk
kontelasi/pengontrolan permasalahan.
Kerangka berpikir disusun secara rasional berdasarkan premis-
premis (tulisan sebelumnya yang menyokong untuk menarik
kesimpulan)
Perumusan hipotesis: jawaban sementara / dugaan dari kesimpulan
kerangka berpikir yang dikembangkan.
Pengujian hipotesis: pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis untuk memperlihatkan ada/tidaknya fakta yang
mendukungnya.
Penarikan kesimpulan: penilaian sebuah hipotesis yang
diajukan diterima/ditolak.

1. Correspondence Theory of Truth :


suatu pernyataan itu benar apabila sama dengan realita /
res gestae
2. Coherence Theory of Truth
Suatu pernyataan itu benar apabila sama
dengan
pernyataan lain yang kebenaran sudah diterima

Induksi > khusus ke umum


PENELITIAN KUALITATIF

INDUKTIF KUALITATIF / Khusus ke Umum



Data, fenomena, realita

Dihadapkan pada suatu masalah dijawab dengan

Analisis data dengan kualitatif menghasilkan:
- Deskriptif objek
- Konsep-konsep berdasarkan data > teori
Tingkatan teori:
a. Subtantif (teori yang diabstraksikan dari subtansi, dapat
berupa proposisi.
b. Formal
c. Induk / grand teori HANDOUT PENELITIAN 33
 muhhanieff@yahoo.com
PENELITIAN KUALITATIF


Diuji dengan rumusan statististik > INDUKTIF KUALITATIF

EMPIRICO-INDUCTO-APP

HANDOUT PENELITIAN 34
muhhanieff@yahoo.com
3. Aksiologi, manfaat ilmu; untuk apa pengetahuan/ ilmu?
bagaimana pemanfaatan ilmu terkait dengan moral?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan moral? Bagaimana kaitan
prosedural metode ilmiah dengan norma moral/
profesional ?
problem yang terjadi pada masa kini
Barat Timur
Ilmu untuk ilmu (tergantung Ilmu untuk kesejahteraan umat
yang memakainya) (dilihat dari kemanfaat- annya

Tidak terikat dengan nilai Berkaitan dengan moral / nilai


Salah satu wujud kebudayaan
yang bersifat abstrak dan
menjadi pedoman hidup ma-
nusia
Barat Timur
Macam-macam nilai=
1. Etika (moral, baik-buruk)
2. Estetika (indah-jelek)
3. Logika (benar-salah)
Tanggung jawab :
1. Profesional
2. Sosial
3. Moral
Obyek FI :
1. Material yaitu ilmu itu sendiri dalam arti umum. Hakikat
kenyataan sebagai obyek dapat berupa gejala alam (ilmu-
ilmu kealaman), gejala-gejala sosial (ilmu-ilmu sosial),
dan gejala-gejala budaya (ilmu-ilmu budaya).
Meliputi:

a. ide b. benda fisik


c. jasad hidup d. gejala rohani
e. peristiwa sosial f. proses tanda
2. Formal yaitu tinjauan secara filosofis
(menyeluruh, mendasar dan spekulatif).
a-f melahirkan ilmu-ilmu:
1) matematis 5) sosial
2) fisis 6) linguistik
3) biologis 7) interdisipliner
4) psikologis
2. Formal yaitu tinjauan secara filosofis
(menyeluruh, mendasar dan spekulatif).
HUBUNGAN IP DENGAN F
IP F
Obyeknya terbatas Obyeknya luas dan bersifat
universal
Hendak menunjukkan sebab- Hendak memberikan pema-
sebab, tetapi tidak mendalam haman yang lebih dalam de-
Bagaimana barang-barang itu ngan menunjukkan sebab-
(know how) sebab. Apa barang-barang itu
(know what or why)
Memberikan sintesis kepada IP
khusus, mempersatukan dan
mengkoordinasika
Fungsi konsep/teori (menurut Frangkell)
1. Untuk melakukan efisiensi dan efektivitas bagi manusia.
2. Untuk mengklasifikasi atas beberapa individu berdasarkan
karakteritistik tertentu,
3. Untuk mereduksi keperluan yang sering dikatakan secara berulang-
ulang terhadap suatu kajian serupa dan sudah diketahui. Contoh kita
telah mengetahui burung, maka burung terbagi dalam beberapa jenis
seperti dara, emprit, ciblek, dll
4. Untuk memudahkan memecahkan masalah.
5. Untuk menjelaskan (eksplanasi) sesuatu yang dianggap rumit atau
membutuhkan keterangan yang panjang dan rinci (contoh bahagia,
samara, dll).
6. Untuk mengkonsepsikan sesuatu secara cermat melalui simbol-
simbol (contoh homo sapiens, homo homini lupus, dll).
7. Untuk menghubungkan (katalisator) antardisiplin ilmu. (contoh
kerjasama)

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 40


ilmu
: pengetahuan/pengalaman & ketrampilan yang diperoleh
dari interaksi dengan lingkungannya

Pengetahuan Ilmiah.
Apakah semua pengetahuan dapat dikatakan ilmiah ?

Syaratnya :
1. Adanya kesadaran sebelumnya untuk
mencapai kebenaran
2. Menggunakan metode tertentu
3. Disusun secara sistematis
4. Obyektif
5. Generalisasi
7. Predikasi

h@anshandout IPS
UNTUK APA PENGETAHUAN / ILMU / PENGALAMAN
BAGI MANUSIA ?
(struktur kognitif manusia)

INGATAN INGATAN
REGISTER
IN PUT JA N GK JANGKA
SENSORIS
A PA N JAN G
PENDEK

RESPON
OUTPUT GEN ERA TO
R
KONTROL HARAPAN
EKSEKUTIF

h@anshandout IPS
ILMU-ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCES):
- sekelompok disiplin keilmuan yang mempelajari aspek- aspek
yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.

- Seperangkat disiplin akademik yang memberikan


perhatiannya pada aspek-aspek kemasyarakatan
manusia (Rafl Dharendorf).
- Rumpun ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas
sosial dalam kehidupan bersama.
- Sekelompok ilmu yang mencakup semua aspek didalam
kehidupan mulai dari sifat seseorang atau individu, interaksi
antar individu, antara individu dan kelompok, dan interaksi
antara kelompok dan kelompok.

HANDOUT TIS&PIPS / DR.M.HANIF 43


SOSIAL : SOCIETY : SOCIUS = MASYARAKAT
Sosia Kesatuan hidup manusia yang
MASYARAKAT : SYIRK = BERGAUL
l berinteraksi menurut adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu & terikat
oleh rasa identitas yang sama

Manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya selalu terkait dengan dengan berbagai
aspek kehidupan dan kegiatan hidup

UNSUR WAKTU
UNSUR PERJUANGAN HIDUP Sejarah
Ekonomi,
Politik-hukum-Pkn
Sosiologi, UNSUR RUANG
Antropologi, Geografi
Psikoligi dll

h@anshandout IPS
PARADIGMA TEORI ILMU-ILMU SOSIAL

Paradeigma (Bahasa Latin) :


para : untuk membandingkan, bersebelahan
deiknunai-deik : memperlihatkan (deik).
= model atau pola

Paradigma :
- bentuk mekanisme seseorang dalam
memandang terhadap sesuatu, yang memengaruhinya dalam
berpikir.
- bagian dari pola disiplin intelektual.
- model dalam teori ilmu pengetahuan.
- cara dasar dalam berpikir, bentuk mekanisme seseorang dalam
memandang terhadap sesuatu, yang memengaruhinya dalam
berpikir.
Fungsi paradigma :
- untuk menjadi dasar bagi seseorang dalam
berinteraksi
dengan lingkungannya.
- membantu para ilmuwan untuk dapat bekerja
dalam
suatu kerangka teoretis yang luas.

Tujuan paradigma :
membentuk kerangka pemikiran dalam mendekati dan
terlibat dengan berbagai hal atau dengan orang lain.
Paradigma Fakta Sosial
 Pengertian
 Tokoh-tokohnya
 Teori struktural fungsional
 Teori strukturan konflik

Paradigma Definisi Sosial


 Pengertian
Paradigma  Tokoh-tokohnya
Teori Sosial  Teori interkasi simbolis
 Teori fenomenologi
 Teori etnometodologi

Paradigma Perilaku Sosial


 Pengertian PPS
 Teori pertukaran sosial
 Teori sosiologi tradisional
 Teori sosiologi pilihan rasional

Anda mungkin juga menyukai