Anda di halaman 1dari 3

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DALAM MENGHORMATI HAK PASIEN DAN

KELUARGA MENURUT PERMENKES NO.4 TAHUN 2018:

1. Memberikan informasi yang benar tentang rumah sakit dan informasi yang
berkaitan dengan pelayanan medis kepada pasien.
a. Informasi pelayanan medis kepada pasien sebagaimana dimaksud
adalah sebagai berikut:
1) Pemberi pelayanan
2) Diagnosis dan tata cara tindakan medis
3) Tujuan tindakan medis
4) Alternatif tindakan
5) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
6) Rehabilitatif
7) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
8) Perkiraan pembiayaan
b. Selain informasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 rumah sakit wajib
memberikan informasi dan meminta persetujuan kepada pasien untuk
melibatkan pasien dalam penelitian kesehatan.
c. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus diberikan sejak
pasien masuk ke rumah sakit selama menerima pelayanan hingga
pasien meninggalkan rumah sakit.
d. Penyampaian informasi yang berkaitan dengan pelayanan medis kepada
pasien sebagaiman dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh dokter, dokter
gigi atau tenaga kesehatan lain yang merawat pasien sesuai dengan
kewenangannya.
e. Informasi yang berkaitan dengan pembuatan keputusan atas tindakan
medis dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
a. Pelayanan kesehatan yang aman dan efektif dilaksanakan melalui
sasaran keselamatan pasien rumah sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
sebagai bagian dari tata kelola klinis yang baik.
c. Standar pelayanan rumah sakit disusun dan diterapkan dengan
memperhatikan standar profesi, standar pelayanan masing-masing
tenaga kesehatan, standar prosedur operasional, kode etik profesi dank
ode etik rumah sakit.
d. Pelayanan kesehatan yang anti diskriminasi dieujudkan dengan tidak
membedakan pelayanan kepada pasien dalam memberikan pelayanan
kesehatan baik menurut ras, agama, suku, gender, kemampuan
ekonomi, orang dengan kebutuan khusus (difabel) latar belakang social
politik dan antar golongan.
3. Memberikan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang
berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepaa keuarga atau
pihak lain.
4. Pasien di informasikan tentang kerahasiaan informasi dalam rekam medis
pasien.
5. Pembukaan atas kerahasaiaan informasi mengenai pasien dalam rekam
medis diperbolehkan dalam UU No.29 tahun 2004, yaitu sebagai berikut:
a. Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangka penegak hukum
misalnya, visume et repertum.
b. Atas permintaan pasien sendiri
c. Untuk kepentingan kesehatan pasien itu sendiri
d. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, misalnya:
undang-undang wabah, undang-undang karantina, dsb.
6. Pasien diminta persetujuannya untuk membuka informasi yang tidak
tercakup dalam undang-undang dan peraturan.
7. Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan
membatasi akses ke ruang penyimpanan rekam medis, tidak meletakkan
rekam medis pasien ditempat umum dan sebagainya.
8. Rumah sakit meespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk
pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan
pasien. Respon tersebut antara lain dengan menyediakan rohaniawan.
9. Menyediakan partisi/sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di
ruang perawatan.
10. Menyediakan locker/lemari terkunci untuk menyimpan harta benda pasien.
11. Memasang CCTV pada area yang perlu pengawasan ketat seperti di HCU,
ICU, ruang bayi dan area rumah sakit yang jauh dari keramaian.
12. Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung
yang masuk perawatan terutama di luar jam kunjung.
13. Menyediakan stiker warna ungu dalam menghormati hak pasien dan
keluarga terhadap pilihan keputusan DNR.
14. Menyediakan kamar mandi khusus untuk manua dan orang cacat.
15. Menyediakan tenaga penerjemah, baik bagi pasien yang tidak bisa memahami
bahasa Indonesia maupun bagi pasien tuna rungu.
16. Mempunyi prosedur manajemem nyeri untuk mengatasi nyeri pada pasien.
17. Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi bagi
pasien yang membutuhkan.
18. Memberikan informasi bila terjadi penundaan pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai