Anda di halaman 1dari 6

Bersatu dengan Pulau

Bintang Gumilang Imron (09) XI IPA 2

http://travel.tribunnews.com/2017/10/20/10-pulau-dengan-bentuk-tak-biasa-mulai-bentuk-hati-
lensa-mata-hingga-ikan-pari

Di suatu pulau terpencil yang memiliki cuaca dan bentang alam yang sangat ekstrem.
Dalam satu hari disana dapat terjadi tsunami satu kali perhari, belum lagi jika musim panas
datang, tanah di pulau tersebut akan retak-retak, hingga kapal tak berawak datang bersandar di
tepian pulau karena cuaca yang sangat amat panas. Entah kenapa kapal tersebut tak berawak,
namun jika cuaca sangat panas, kapal tersebut sering tiba-tiba muncul dan konon penghuni kapal
tersebut dapat menyakiti siapa saja yang berani mendekati kapalnya.
Di penghujung senja tepat di titik balik matahari, terdapat lima saudara yang tidak
sengaja mengarungi daerah peraiaran pulau tersebut. Dengan menggunakan kapal sederhana,
mereka berniat menjelajah lautan disekitar rumahnya. Namun, tanpa peringatan munculah suatu
badai yang sangat hebat, kapal mereka mengalami kerusakan yang sangat parah. Sampai-sampai
mereka harus menyelamatkan diri mereka dengan cara melompat dari kapal. Mereka
meninggalkan kapal karena takut tertimpa reruntuhan kapal. Terombang-ambing di lautan
selama beberapa jam, tiba-tiba munculah seekor ikan besar yang lapar berenang-renang
mengincar kelima saudara sebagai santapan di pengujung malam. Mereka berusaha melarikan
diri, namun apa daya, pada akhirnya satu persatu dari mereka menjadi santapan ikan tersebut.
Kelima saudara itu mencoba bertahan hidup di dalam perut ikan sambil mengharap
datangnya keajaiban bahwa mereka akan keluar. Salah satu dari kelima saudara yang paling tua,
Jema, sangat frustasi dengan apa yang menimpa mereka. Dia mencoba segala cara untuk dapat
keluar dari perut ikan ini. Jema mematahkan salah satu tulang ikan itu dan mengiris dagingnya
hingga merobek kulit ikan tersebut. Setelah merobek kulit ikan itu, dia melihat terdapat sisik
yang menghalangi jalan keluar mereka. Kingking, saudara yang paling muda memiliki ide untuk
mengambil sedikit carian lambung ikan untuk disiramkan ke sisiknya sehingga sisik ikan
tersebut meleleh dan mereka dapat keluar dari tubuh ikan tersebut.
Setelah keluar dari tubuh ikan, mereka kembali terombang ambing di lautan. Kelima
saudara itu sangat kelelahan mengapung-apung di lautan yang sangat dingin. Tak kuat menahan
rasa lelah, mereka terseret ombak dan terdampar di sebuah pulau kecil. Tidak satupun dari
mereka yang mengenali tempat tersebut. aneh memang, melihat mereka yang sudah mengenali
betul daerah di sekitar rumah mereka. Karena tidak punya pilihan lain, mereka pun menyusuri
pulau tersebut dengan harapan dapat menemukan sebuah petunjuk untuk dapat pulang ke rumah
mereka.
“Sebaiknya kita jangan pergi jauh-jauh dari pinggir pantai, kita masih tak tahu apa yang
ada di dalam pulau ini.” kata Kingking yang merupakan saudara yang paling muda, dengan
ekspresi wajah yang ketakutan.
“Sudahlah, jangan jadi penakut, kita kan dari kecil sudah diajarkan hidup berpetualang
seperti ini” kata Faki saudara yang lahir nomor tiga dari semua bersaudara. Dia merupakan
saudara yang paling angkuh dari semua saudaranya.
“Kita memang harus waspada akan apa yang ada di pulau ini. Namun kita juga harus
menelusuri pulau ini, Siapa tahu ada makanan yang dapat kita makan untuk bertahan hidup
sementara” kata Jema, saudara yang paling tua.
Mendengar perkataan Jema, saudara lainnya pun setuju, mengingat dia adalah yang
paling tua. Penelusuran mereka dimulai, mereka mencoba mendaki bukit yang ada di dekat
pantai. Perjalanan mereka bukan perkara yang mudah. Mereka yang terbiasa dengan lautan kali
ini harus berhadapan dengan daerah perbukitan. Mereka butuh waktu untuk terbiasa dengan
wilayah itu. Tepat saat mereka mendekati jurang, hari mulai menunjukkan sore. Mereka berniat
untuk bermalam di sekitar jurang. Karena jika perjalanan dilanjutkan, perjalanan tersebut akan
sangat berbahaya bagi mereka.
Untuk bermalam, minimal mereka harus memiliki sebuah tenda atau gubuk sederhana
untuk melindungi diri dari suhu malam yang dingin dan berlindung dari binatang yang siapa tahu
ingin memangsa mereka. Akhirnya mereka membagi tugas untuk mencari bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk membuat gubuk.
“Kingking, kamu mencari daun-daun kelapa yang kering. Theo cari hewan dan tumbuh-
tumbuhan yang sekiranya dapat dimakan. Aku akan pergi kedekat tebing untuk mengumpulkan
kayu bakar untuk menghangatkan tubuh. Yang lainya siapkan tempat kita untuk singgah.” Kata
Jema.
Tanpa basa-basi mereka segera berpencar untuk mengumpulkan bahan-bahan yang
dibutuhkan sebelum malam tiba. Faki dan Cetu menyiapkan tempat untuk membangun gubuk
tidak jauh dari pantai. Mereka tidak berani masuk kedalam pulau lebih jauh tanpa tahu apapun
tentang pulau itu.
Perjalanan Kingking mencari daun kelapa kering mungkin merupakan perjalanan yang
paling mudah karena pohon kelapa banyak dijumpai di bibir pantai. Dia berjalan keluar hutan
hingga sampai di bibir pantai tempat mereka pertama kali berada di pulau itu. Sampailah
Kingking di bawah pohon kelapa. Dia meihat area sekitar berharap ada daun kelapa yang sudah
jatuh dari pohonnya. Namun tak ada satupun daun kelapa yang jatuh. Akhirnya Kingking berniat
untuk memanjat salah satu pohon yang ada di sana. Mulailah dia memanjat, satu demi satu
tapakan kaki ia sematkan pada batang kelapa. Mengingat Kingking sangat lihai dalam
melakukan hal tersebut karena ia sering membantu tetangganya memanen buah kelapa muda di
sekitar rumahnya.
Satu demi satu daun kelapa ia jatuhkan dari atas pohon. Hingga merasa daun kelapa yang
dibutuhkan sudah cukup untuk membuat gubuk, Kingking pun mulai turun. Namun saat sudah
mencapai bawah, kingking merasa ada yang aneh. Dia mendengar suara misterius di bibir pantai.
Suara tersebut semakin lama semakin keras. Kingking tak tahan dengan suara tersebut, sehingga
ia mencoba memberanikan dirinya mendekati asal suara.
Tanpa disangka-sangka, munculah sebuah kapal besar dari dalam pasir pantai, entah
bagaimana kapal tersebut bisa muncul dalam sekejap dihadapan Kingking. Kingking pun
terkejut, dia sangat ketakutan melihat hal tersebut.
“apa ? bagaimana kapal ini bisa muncul ? tidak ada yang namanya sihir.” Kata Kingking
dalam hati.
Kingking berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan halusinasi yang
dimunculkan oleh pikirannya yang sedang kacau saat itu. Tanpa banyak berpikir Kingking
mendekati dan mencoba menyentuh kapal itu. Setelah ia menyentuh kapal itu, entah mengapa
kingking merasakan seperti ada bisikan-bisikan halus yang tertuju kepada dirinya. Bisikan itu
seperti menghasutnya untuk naik ke atas kapal itu. Entah apa yang ada dipikiran Kingking saat
itu, tapi ia langsung menuruti bisikan itu dan naik ke atas kapal. Setelah ia berada di atas kapal,
tiba-tiba hal aneh terjadi. Air mulai muncul di sela-sela rangka kapal yang telah usang. Air
tersebut membanjiri kapal dan Kingking tenggelam dalam air sampai lenyap dalam kapal
tersebut. Akhirnya tubuh Kingking menyatu dengan kapal selamanya.
Sementara itu, saudara Kingking yang paling tua, Jema, sibuk mencari kayu bakar di
dalam hutan. Jema sangat giat dalam mengumpulkan kayu bakar. Ia mencari kayu jauh ke dalam
hutan dan hilang arah. Pada dasarnya Jema sangat menyukai petualangan. Dia tidak takut untuk
mengambil resiko. Meskipun tersesat ia tetap pada tujuan pertamanya, mengambil kayu bakar.
Saat di tengah hutan ia bertemu dengan sekelompok ular kecil.
Mengingat saudaranya belum mendapatkan makanan sama sekali, Jema berniat
mengambil beberapa ular untuk dijadikan santapan bersama saudara-saudaranya. Menjijikan
memang, mengingat ular merupakan bahan makanan yang tidak familiar di lidah mereka. Namun
apa boleh buat, perut mereka sangat lapar sehingga ia terpaksa mengambil ular itu.
Saat tangan Jema mengambil seekor ular, tiba-tiba ular tersebut menggigit dan melilit
tangannya. Dalam hitungan detik tubuhnya membiru, badannya melemah, ia tidak dapat
merasakan apapun. Kemudian ular-ular yang lainnya pun ikut melilit tubuh Jema. Tubuh Jema
membengkak hingga empat kali lipat ukuran tubuh normalnya. Hingga akhirnya Jema terjatuh
dan tergeletak tak berdaya di tanah. Ular-ular lainnya ikut menggigit dan melilit dirinya hingga
tubuh Jema tak terlihat saking banyaknya ular-ular yang melilit dirinya. Akhirnya ular-ular
tersebut menyatu dengan dirinya.
Ini adalah pohon ketiga yang Theo panjat. Dari tadi dia berkeliling hutan untuk mencari
buah-buahan dan mendapatkan beberapa binatang dari perjalananya. Pada pohon keempat ia
salah meraih dahan dan terjatuh dari atas pohon. Entah bagaimana bisa, namun ia terjatuh sangat
keras hingga tubuhnya tertancap di dalam tanah. Theo tak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya tak
bisa bergerak. Seakan-akan tubuhnya terpaku erat dalam tanah. Di sekitar tubuh Theo, tiba-tiba
tumbuh rumput liar dengan cepat. Theo kebingungan melepaskan diri dari dalam tanah. Rumput-
rumput itu seakan-akan tumbuh merambat di tubuh Theo, sehingga theo semakin panik. Dia
menggerak-gerakan tubuhnya dengan sekuat tenaga. Alhasil tubuh Theo semakin terjebak ke
dalam tanah. Sampai-sampai tak satupun dari tubuhnya terlihat. Semua tertimbun. Rerumputan
yang tumbuh semakin menjalar di tubuh Theo. Akhirnya tanah menelan Theo hidup-hidup dan
menjadi satu dengan pulau.
Faki dan Cetu menganggap remeh tugas yang diberikan kepada mereka. Bukannya
menyiapkan tempat utuk membangun gubuk, mereka malah asik bersenang-senang memaikan
hewan yang mereka temukan. Hewan tersebut berbentuk aneh, tubuhnya tidak terlalu besar,
bentuknya tidak karuan, kakinya delapan, dan memiliki mata yang menyeramkan.
Cetu dan Faki pada dasarnya tidak memiliki akal yang waras. Mereka berani memaikan
binatang buas itu tanpa sedikitpun persenjataan. Mereka melemparkan beberapa batu dan pasir
ke arah binatang itu. Belum lagi mereka berani mengangkat dan menggendong binatang itu. Tak
lama kemudian binatang itu mulai menunjukkan sifat buasnya. Perilakunya menggila, ingin
melukai Cetu dan Faki. Siapa yang tak marah tubuhnya dipermainkan seperti itu.
Saat Cetu menggendong binatang itu, dia menggigit tangan Cetu dengan sangat kuat.
Anehnya tangan Cetu tak luka sedikit pun. Namun, lama-kelamaan tangannya mulai melepuh.
Cetu meronta-ronta meminta tolong kepada Faki. Mendengar teriakan Cetu, Faki mendekati Cetu
untuk melihat kondisi saudaranya. Ternyata luka akibat gigtan binatang itu menjalar keseluruh
tubuh Cetu. Cetu semakin kesakitan, sementara Faki mencoba menolongnya dengan
menyiramkan air ke tubuhnnya. Berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dialami oleh
saudaranya.
Suara gemuruh air tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Mereka menengok ke arah asal
suara. Dengan ekspresi terkejut mereka melihat ombak yang sangat besar mengarah ke tempat
mereka. Cetu dan Faki sangat panik melihat hal itu, mereka mencoba lari secepat mungkin ke
tempat yang lebih tinggi untuk menghindari tsunami yang menyapu bersih apa saja yang
dilaluinya.
Cetu semakin kesakitan, hingga ia memutuskan untuk menghentikan langkah kakinya.
Dia duduk di bawah pohon menahan, tak peduli tsunami yang sedang mengejarnya.
“Ayo Cetu, cepat. Kita bisa tenggelam jika tak berlari ke tempat yang lebih tinggi!” kata
Faki sambil menarik tangan Cetu.
“Tidak saudaraku, aku sudah tak kuat berlari lagi. Tinggalkan aku disini, aku akan
menikmati saat-saat seperti ini” kata Cetu menoleh ke Faki sambil mengeluarkan sedikit air
mata.
“Tidak aku tak akan meninggalkanmu di sini, kita berjuang bersama, baik senang
maupun dalam keadaan susah” kata Faki
Ombak tsunami semakin mendekat kearah mereka. Hingga akhirnya mereka berdua
tenggelam ditelan ombak. Ombak tsunami menggulung semua yang dilewatinya. Seluruh isi
pulau terkena dampaknya. Cetu dan Faki merasakan dampak yang paling besar. Mereka
dihantam ombak dengan sangat kuat. Tubuh mereka terseret sangat jauh sampai ketengah pulau.
Hingga akhirnya tubuh mereka berdua menyatu dengan pulau selamanya.
Beberapa lama setelah semua kejadian itu terjadi. Keadaan pulau yang dulunya sangat
mengerikan, sekarang menjadi pulau yang sangat indah. Cuaca yang dulu ekstrem berubah
menjadi sangat bersahabat. Tubuh kelima saudara itu menghilang. Tak ada yang tahu dimana
mayat mereka berada. Mitosnya kelima saudara itu terhubung menjadi satu membentuk daratan
baru di pulau itu.

Anda mungkin juga menyukai