Final Report - MDO 6
Final Report - MDO 6
Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Mengelola Organisasi Digital,
Prorgam Studi Bisnis Digital 2021
Disusun Oleh :
Arif Furqon Nugraha 120510190033
Alfaredzi Arditio Yoghi 120510190030
Sinung Adi Nugroho 120510190017
Samudera Dennis Gatayu 120510190040
Ratu Nadia Sukma R 120510190038
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Problem Statement 5
1.3 Tujuan 5
METODOLOGI 6
2.1 Teori 6
2.2 Research Framework 9
2.3 Faktor penduku tim Virtual 10
2.4 Metode Analisis 12
HASIL PENELITIAN 14
3.1 Hasil Survey 14
3.2 Faktor Penyebab Komunikasi yang Buruk 14
3.3 Strategi Komunikasi Visual 15
3.4 Strategi Komunikasi Visual 17
KESIMPULAN 20
4.1 Saran 20
4.2 Kesimpulan 20
BAB I
PENDAHULUAN
Pandemi corona virus disease atau yang lebih sering disebut sebagai COVID-19 saat ini
sedang melanda di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Untuk menekan jumlah penyebaran
virus ini, pemerintah di Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk beraktivitas di rumah saja.
Aktivitas yang ditekankan untuk dilakukan di rumah saja adalah aktivitas bekerja, belajar, dan
beribadah (Kompas.com, 2020). Kebijakan ini pun diikuti oleh beberapa kebijakan lain seperti
peraturan PSBB dari beberapa wilayah, dan juga peraturan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam
Masa Darurat Corona Virus Disease (COVID-19), Nadiem Makariem selaku Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) menekankan bahwa proses pembelajaran dapat dilakukan secara
daring (online) atau jarak jauh dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2020).
Kehadiran dan perkembangan teknologi komunikasi yang terjadi saat ini telah membuat
media komunikasi menjadi suatu hal yang dekat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
masyarakat. Tidak hanya itu, media komunikasi juga telah membawa perubahan dalam proses
komunikasi dan interaksi sosial yang terjadi di masyarakat. Perubahan tersebut dapat tejadi pada
berbagai level komunikasi, salah satunya dapat terjadi pada level komunikasi interpersonal.
Hwang (2011) menyebutkan bahwa media digital dapat dijadikan sebagai media komunikasi
interpersonal, hal ini kareana karakteristik dari media digital yang interaktif mampu
memfasilitasi proses komunikasi interpersonal dan bahkan membuat komunikasi interpersonal
menjadi bergantung pada penggunaan media digital.
Media digital yang dapat dikategorikan sebagai media komunikasi interpersonal salah
satunya adalah aplikasi mobile instant messenger seperti aplikasi WhatsApp, Telegram, dan
Line. Keberhasilan teknologi komunikasi yang menghadirkan teknologi mobile dengan
karakteristik on-the-go membuat penggunaan media digital ini dirasa lebih nyaman dan dapat
membantu memelihara dan menciptakan berbagai hubungan yang termediasi (Cui, 2016). Media
komunikasi interpersonal yang sudah berbasis teknologi digital dan internet sudah mampu
memfasilitasi proses komunikasi dalam waktu singkat atau bahkan real time, dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja. Hal ini membuat komunikasi melalui mobile digital media dirasakan
telah mengaburkan batasan dari ruang publik dan ruang privat (Hwang, 2011).
Isu-isu yang sering dikaitkan dengan penggunaan media digital sebagai media
komunikasi interpersonal adalah terkait dengan cue richness, kecepatan dalam berkomunikasi
(synchronous and asynchronous), social presence, dan communication competence. Dalam
komunikasi interpersonal yang dilakukan melalui media digital, kekayaan makna dari tanda atau
cue richness dan bahasa nonverbal tidak dapat dirasakan sepenuhnya seperti ketika melakukan
komunikasi secara tatap muka (Hwang, 2011). Saat ini, media digital yang digunakan sebagai
media komunikasi telah berkembang, dan terdapat fitur-fitur seperti emoticon atau emoji yang
mampu memperkaya makna yang disampaikan dalam pesan dan memfasilitasi tanda nonverbal.
1. Memiliki penyebaran data yang luas, seperti departemen, biro, dan pimkab
2. Memiliki program kerja yang cakupan tidak hanya internal Unpad melainkan ikut
melibatkan external
3. Memiliki koordinasi yang komplek
4. mempermudah dalam mengawasi dan menguji objek penelitian
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi Virtual group Komunikasi selama pandemi ini atau pelaksanaan
serba online saat ini
2. Mengetahui strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah yang telah
teridentifikasi
3. Sebagai pemenuhan Final project mata Kuliah Mengelola Organisasi Digital Bisnis
Digital 2021
BAB II
METODOLOGI
2.1 Teori
a. Computer Mediated Communication (CMC)
Teori CMC digunakan untuk memperjelas suatu masalah yang akan diteliti dan
membantu peneliti dalam melakukan penelitiannya. Teori yang relevan dengan
permasalahan penelitian mampu membantu dalam memecahkan permasalahan tersebut
secara jelas, sistematis, dan terarah. Menurut Wood dan Smith (2005: 4), CMC adalah
segala bentuk komunikasi antar individu, individu dengan kelompok yang saling
berinteraksi melalui komputer dalam suatu jaringan internet. CMC mempelajari
bagaimana perilaku manusia dapat dibentuk melalui pertukaran informasi melalui media
komputer serta internet. Dengan adanya internet, komunikasi dapat terjadi secara bebas
dan manusia bisa berkomunikasi secara interpersonal atau bahkan secara masal.
CMC mempunyai dua tipe, yang ditentukan dari jenis komunikasi yang terjadi,
yaitu synchronous communication atau asynchronous communication (Pearson dkk,
2006: 276). Synchronous communication adalah komunikasi yang terjadi bila peserta
komunikasi berinteraksi secara real-time. Peserta komunikasi disini berperan sebagai
pengirim sekaligus penerima. Contohnya pada panggilan telepon atau online-chat.
Sedangkan asynchronous communication adalah komunikasi yang interaksinya tertunda
dan setiap peserta komunikasi harus bergantian menjadi pengirim dan penerima.
Contohnya adalah surat menyurat lewat email.
b. Faktor Pendukung Terciptanya Efektivitas Tim Virtual
Menurut Mulyani (2016), terdapat 7 faktor yang mendukung terciptanya
efektivitas tim virtual, antara lain :
1. Trust
Trust merupakan fitur dasar dari situasi sosial dan memainkan peranan penting dalam
performansi organisasi (Indiramma dan Anandakumar, 2010). Dalam penelitiannya,
Cascio (1999) menyebutkan hal-hal yang perlu dimiliki oleh pekerja dalam tim
virtual yang sukses, dimana salah satunya adalah trust yang tinggi. Trust ini sering
dihasilkan dari adanya informasi yang dimiliki oleh anggota tim bahwa anggota tim
lainnya dapat/mampu menyelesaikan pekerjaan mereka tepat waktu. Lebih jauh, trust
merupakan faktor yang sangat vital, dan harus ada di dalam tim virtual (Bergiel et
al.,2008). Tanpa adanya trust, tim virtual tidak dapat menjadi efektif, sebab
anggota-anggotanya tidak akan mau untuk mengambil suatu resiko tertentu.
2. Komunikasi dan Depth of Relationship
Komunikasi yang efektif adalah pusat dari keefektifan tim, apapun jenis timnya,
termasuk didalamnya tim virtual (Piccoli et al., 2004; Powell et alXÓÏÏÚV µåîµ et al.,
2007; kelly et al., 2004; Johnson et al., 2001). Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang akurat, presisi dan simpel yang mampu menghindari terjadinya
ambiguitas dan kesalahpahaman (Kelly et al., 2004).
Dalam hasil tersebut mayoritas anggota BEM Kema Unpad merasa sangat kesulitan
dalam berkomunikasi secara online yaitu sebanyak 54% Responden , beberapa faktor utama
seperti faktor psikologi , lingkungan ,dan teknologi merupakan beberapa faktor utama pendorong
presentasi kesulitan dalam berkomunikasi yang tinggi di kalangan anggota BEM Kema Unpad.
2. Teknologi
Komunikasi secara online sangat bergantung pada sarana teknologi yang dimiliki
, banyaknya kendala seperti fasilitas teknologi yang dimiliki , koneksi dan sinyal di
tempat tinggal yang kurang memadai , dan kuota internet yang terbatas merupakan
beberapa faktor hambatan yang dirasakan anggota selama berkomunikasi secara jarak
jauh.
3. Suasana dan Pola Komunikasi
Kehilangan suasana informal yang seharusnya ada dalam komunikasi anggota dan
juga banyaknya anggota yang sudah jenuh dalam melakukan komunikasi daring ,
penentuan waktu juga menjadi faktor hambatan dalam menciptakan pola dan suasana
komunikasi yang baik.
4. Lingkungan
Perbedaan kondisi di lingkungan tempat tinggal masing - masing anggota juga
merupakan salah satu pendorong komunikasi yang buruk , suasana di tempat tinggal dan
juga tuntutan ketika sedang berada di rumah juga merupakan faktor pendorong lainnya.
5. Teknis
Penentuan rapat yang kurang terstruktur , ditambah lagi dengan ketidaktegasan
pemimpin rapat bila anggota rapat yang tidak hadir atau tidak mengikuti rapat dengan
fokus , dan juga pembahasan yang terjadi di dalam rapat sering kali menyimpang dengan
apa yang direncanakan di awal merupakan beberapa faktor hambatan teknis yang
dirasakan oleh anggota.
3. Mekansme pelaksanaan :
a. Ketua akan berperan sebagai fasilitator, dalam artian memimpin rapat dan
akan memancing topik pembahasan yang kemudian akan diikuti oleh
peserta
b. sekretaris akan berperan sebagai notulen yang mencatat setiap point
pembahasan
4. Kontroling pembahasan
hal tersebut diperlukan agar topik pembahasan tidak melenceng dari
agenda yang telah ditetapkan, ataupun pembahasan yang menyimpang dapat
dibahas pada akhir rapat
5. Awali rapat dengan menanya kabar
Mengawali rapat dengan menanyakan kabar dan sharing kegiatan
diperlukan sebagai peerat antar anggota rapat.
6. Atur durasi rapat
Durasi rapat yang terlalu panjang akan mempengaruhi fokus dari anggota
rapat dalam menangkap point pembahasan di rapat.
7. Mengutamakan diskusi
diskusi akan mendorong tim untuk aktif dalam mengeluarkan pendapat
dan merasa bahwa kehadirannya dihargai. hal tersebut juga memberikan dampak
positif berupa ide ide yang lahir
8. Gunakan alat kolaborasi
alat kolaborasi seperti trello, microsoft teams dan lain sebaginya dapat
digunakan untuk merekap segala hal yang diperlukan dalam 1 platform
9. Follup pembahasan dan share hasil dari rumusan rapat
pastikan untuk selalu mengfollup peran atau tugas yang telah ditentukan
pada agenda rapat sebelumnya, serta menybarkan notulensi rapat sebelumnya
3.4 Strategi Komunikasi Visual
● Trello
● Google Calender
Google calender merupakan aplikasi calender yang disediakan oleh google,
terintegrasi pada gmail dan google drive dan fittur seperti :
○ Invite team
○ alarm kegiatan
○ mengisi jadwal kegiatan yang dapat dilihat oleh seluruh team
○ invite meeting
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Saran
Mengingat hasil survei menunjukkan 54% responden merasa kesulitan saat melaksanakan
komunikasi organisasi secara online, maka kami ingin memberikan saran bagi pihak BEM Kema
FEB Unpad yakni sebagai berikut:
1. Pemimpin organisasi memiliki peran penting dalam berjalannya organisasi maka
pemimpin organisasi diharapkan dapat fleksibel dalam menyikapi perubahan yang
mempengaruhi organisasi.
2. Perencanaan strategi komunikasi virtual yang baik merupakan awal untuk lancarnya
komunikasi virtual yang baik juga. Menganalisa faktor apa saja yang membuat
komunikasi virtual kurang efektif dapat menjadi landasan bagi perencanaan komunikasi
virtual yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dengan menggunakan cara pelaksanaan
komunikasi virtual yang kami paparkan yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi diharapkan ada perubahan dari segi efektifitas organisasi dalam menjalankan
fungsinya.
3. Dengan menggunakan tools-tools yang telah kami paparkan serta tools lain yang sesuai,
diharapkan agar organisasi yang bersangkutan dapat setidaknya merasa bahwa
komunikasi virtual dengan pihak internal maupun external menjadi lebih mudah dari
sebelumnya.
4.2 Kesimpulan
Staff pada BEM kema Unpad 2021 masih memiliki kesulitan dalam mengatasi
komunikasi secara virtual, karena sering kali terjadi miss komunikasi, kejenuhan, dan lain
sebagainya sehingga diperlukan peran utama dari leader dalam mengelola tim. melalui penelitian
ini telah diberikan rekomendasi berupa hal yang dapat dilakukan oleh leader dalam menjaga
kinerja team beserta tools yang diberikan.
Daftar Pustaka
Arnison, Linda., Miller, Peter. (2002). Virtual teams: a virtue for the conventional team. Journal
of Workplace Learning. 14(4). Pp 166-173.
Abramenka, V. (2015). Students’ motivations and barriers to online education. Masters Theses.
776. USA: Grand Valley State University-College of Education.
http://scholarworks.gvsu.edu/theses/776.
Aji, R. H. S. (2020). Dampak COVID-19 pada pendidikan di Indonesia: Sekolah, keterampilan,
dan proses pembelajaran. Jurnal SALA: Jurnal Sosial & Budaya Syari. 7(5), 395–402.
Doi: 10.15408/sjsbs.v7i5.15314.
American Health Organization (PAHO/WHO). (2009, Mei 4). Protecting mental health during
epidemics. THS/MH/06/1 Document.
Bal, J. and J. Gundry. (1999). Virtual teaming in the automotive supply chain. Team Performance
Management, 5.Pp 174 - 193.
Beranek, Peggy M., Martz, Ben. (2005). Making virtual teams more effective: improving
relational links. Team Performance management. 11(5/6). Pp 200-213.
Bergiel, Blaise J., Bergiel, Erich B., Balsmeier, Philip W. (2008). Nature of virtual teams: a
summary of their advantages and disadvantages. Management Research News. 31(2). Pp
99-110.
Bryman, A. (2012). Social Research Methods. (Edisi keempat). New York: Oxford University
Damary, R., Markova, T., & Pryadilina, N. (2017). Key challenges of on-line education in
multi-cultural context. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 237, 83–89.
Cascio, Wayne F. (1999). Virtual workplaces: implication for organizational behavior. Journal of
Organizational Behavior. 6.pp 1-15
Cascio, W.F. (2000). Managing a virtual workplace. The Academy of Management Executive,
14. Pp 81-90.
Chudoba, K.M., E. Wynn, M. Lu, Watson-manheim and M. Beth .(2005). How virtual are we?
Measuring virtuality and understanding its impact in a global organization. Information
Systems Journal, 15. Pp 279-306.
Delwiche, A., & Henderson, J. J. (Eds.). (2013). The participatory cultures handbook. Routledge
Ebrahim,Ale. N.,Ahmed, Shamsuddin.,Taha, Zahari. (2009). Virtual Team: a Literature Review.
Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 3(3).Pp 2653-2669.
Fernandez, Walter D.(2004). Trust and the Trust Placement Process in Metateam Projects. In
David J. Pauleen (eds). Virtual Teams: Projects, Protocols, and Processes. Idea Group
Inc.
Jurriens, E. (2017). Digital Indonesia: Connectivity and divergence. Singapore: ISEAS
Publishing-Yusof Ishak Institute
Lebrón, Antonio, & Méndez, Ana. G. (2013, Juli). What is culture?. Merit Research Journal of
Education and Review, 1(6), 126–132.
Pal, N., Halder, S., & Guha, A. (2016). Study on communication barriers in the classroom: A
teacher’s perspective. Online Journal of Communication and Media Technologies, 6,
103–118.
Ruben, B. D. & Stewart, L. P. (2006). Communication and human behavior. (Edisi kelima).
Boston: Allyn & Bacon.
Sadeghi, M. (2019). A shift from classroom to distance learning: Advantages and limitations.
International Journal of Research in English Education (IJREE). doi: 10.29252/ijree.
4.1.80.
Sarısakaloğlu, A., Atay-Avşar, T., & Acar, Z. (2015). Communication barriers in online teaching
and online learning with digital media, in the framework of teaching and learning theory
approaches. Proceeding paper in International Conference on Communication, Media,
Technology and Design, 16–18 Mei 2015 Dubai–United Arab Emirates.
Setiawan, A. R. & Ilmiyah, S. (2020, April 7). Students’ worksheet for distance learning based
on scientific literacy in the topic coronavirus disease 2019 (Covid-19). Diakses dari
https://edarxiv.org/wyz5v/download
Lampiran