Anda di halaman 1dari 9

PENUGASAN ARTICLE REVIEW

PERAN GROWTH HORMONE DALAM METABOLISME MAKRONUTRIEN


BLOK 1.5 ENDOKRIN DAN REPRODUKSI

Penyusun:
Muhammad Afrizal Kurniawan (16711024)
Alifah Ashil Salsabila (16711166)
Tutorial 18

Tutor:
dr. Nur Aisyah Jamil, M.Sc.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
ABSTRAK
Hormon pertumbuhan (Growth Hormone) adalah hormon peptida yang
disekresikan oleh somatotroph di hipofisis anterior dibawah kendali ketat aksis
hipotalamus-hipofisis. Growth Hormone memunculkan efeknya melalui dua
mekanisme secara langsung dan tidak langsung serta berperan dalam mengatur
pertumbuhan somatik dan efek metabolik yang spesifik meliputi: (1)
Meningkatkan kecepatan sintesis protein di sebagian besar sel tubuh; (2)
Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa, meningkatkan
pengunaan asam lemak untuk energi; serta (3) Menurunkan kecepatan pemakaian
glukosa di seluruh tubuh.

PENDAHULUAN
Hormon mengendalikan beberapa metabolisme tubuh, termasuk oksidasi
glukosa, metabolisme glikogen, glukoneogenesis, dan oksidasi asam lemak.
Beberapa tahun terakhir muncul peningkatan yang signifikan tentang bagaimana
hormon ini mengatur homeostasis metabolik. Sejumlah hormon, termasuk insulin,
glukagon, adrenalin, kortisol, tiroksin, dan hormon pertumbuhan (GH) berperan
penting dalam menjaga metabolisme glukosa dan homeostasis (Guyton, 2016).
Gangguan homeostasis glukosa dalam beberapa kondisi klinis ditandai
perubahan kadar hormon, seperti diabetes mellitus (Tipe 1 dan Tipe 2), obesitas,
sindrom metabolik, hipotiroidisme, Cushing syndrome, dan akromegali. Diantara
faktor hormone endokrin, GH layak mendapat perhatian khusus karena segudang
peran yang dimiliki terhadap proses metabolisme (Sherwood, 2011).
GH menurunkan toleransi penggunaan glukosa yang menghasilkan
hiperinsulinemia kompensasi. Pasien dengan T1DM yang tidak terkontrol
menunjukkan peningkatan 2–3 kali lipat pada level GH yang menghasilkan
kelainan metabolik signifikan. Dengan demikian, hipersekresi GH pada T1DM
sebagai kontributor utama status glikemik yang buruk terkait dengan penyakit ini.
Manusia dengan defisiensi GH menunjukkan BMI lebih tinggi dengan obesitas,
hipertensi, dan peningkatan kadar protein C-reaktif (Guyton, 2016).
PEMBAHASAN
MAKRONUTRIEN
Makronutrien yaitu beberapa macam sumber makanan seperti karbohidrat,
lemak, dan protein yang diperlukan sel tubuh manusia untuk mendapatkan energi.
Energi tersebut nantinya diperlukan untuk proses fisiologis yang terjadi dalam sel
tubuh, diantaranya untuk proses kontraksi otot, hantaran impuls saraf, mekanisme
transport aktif, beberapa reaksi sintesis, dan lain-lain. Energi tersebut berasal dari
pemecahan molekul ATP (adenosine triphosphate). Pada proses kontraksi otot,
sel-sel otot menyimpan ATP dalam jumlah terbatas, karena itu otot membutuhkan
ATP sebagai energi dan perlu metabolisme energi dalam sel untuk menghasilkan
ATP (Gannong, 2008).
Sumber utama ATP adalah penguraian glukosa sebagai hasil metabolisme
karbohidrat. Karbohidrat dicerna dalam saluran gastrointestinal untuk
menghasilkan senyawa gula sederhana yang disebut glukosa. Glukosa diserap
dalam darah dan dibawa ke hati melalui vena porta hepar. Hepatosit (sel hati)
menyerap glukosa kemudian mengubahnya jadi glikogen. Glikogen akan
disimpan di hati, dan akan dibentuk kembali menjadi glukosa bila kadar glukosa
dalam darah menurun. Peredaran makronutrien dalam metabolisme dipengaruhi
berbagai macam hormone, salah satunya adalah hormone pertumbuhan atau
growth hormone (Gannong, 2008).

GROWTH HORMONE
Hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) adalah hormon yang
disintesis di hipofisis anterior oleh sel somatotroph dan merupakan hormon
golongan polipeptida dari 191 asam amino. Growth Hormone-Realesing Hormone
(GHRH) dan somatostatin adalah hormon hipotalamus yang mengatur sekresi GH
secara sentral. Somatostatin berfungsi sebagai inhibin sedangkan GHRH berfungsi
sebagai perangsang produksi utama GH. Regulasi respon neurohormonal adalah
yang mengatur pelepasan hormon ini sedangkan respon perifer somastostatin dan
ghrelin di lambung adalah faktor lain yang mengatur sekresinya. Hormon ghrelin
akan memicu sel somatotrof untuk memproduksi GH. Selain itu juga terdapat
hormon kortisol, thyrothropin releasing hormone (TRH), leptin, seks steroid, dan
hormon tiroid yang dapat mempengaruhi GH. Sedangkan untuk pengaturan
umpan balik negatif bias melalui beberapa jalur yang diperankan oleh GH
langsung oleh stimulasi somatostatin atau melalui rangsangan lokal insulin like
growth factor (IGF-1). Efek GH sangat penting peranannya pada organ ditubuh
yaitu pertumbuhan otot jantung, kelenjar endokrin, kulit, dan juga sebagai peran
remodelling tulang secara langsung (Gardner, DG, 2018).
Hormon pertumbuhan adalah komponen penting suatu proses fisiologis
yang nantinya mengatur metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat dengan dua
tipe mekanisme (Guyton, 2016):
1. Mekanisme tidak langsung dengan cara GH memberikan respon melalui
IGF-1 oleh berbagai jaringan tubuh yang terikat pada 66 spesific binding
protein. Hati, otot, tulang, tulang rawan, ginjal, dan kulit merupakan
tempat IGF-1 diproduksi.
2. Mekanisme lansgung yang memberikan efek pada pertumbuhan tulang
rawan akibat proses lipolisis, sintesis glukosa dan protein di hati, juga
peningkatan transport asam amino ke jaringan.

METABOLISME LEMAK
Sudah disebutkan sebelumnya terkait mekanisme GH terhadap
makronutrien ada 2, namun mayoritas efek langsung dan tidak langsung terjadi
secara bersamaan. GH pada kondisi kelaparan akan memobilisasi energi dari
lemak. Setelah GH bersekresi terjadi peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan
keton yang bertahan kurang lebih 2-8 jam. Maka dari itu penimbunan lemak di
jaringan dapat dicegah oleh GH dan akhirnya mempengaruhi komposisi lemak.
(Kim Jung,2017).
Proses oksidasi lemak di jaringan dan pemecahan trigliserida
mengakibatkan perubahan utilisasi dari karbohidrat menjadi lemak oleh hormon
pertumbuhan. Kadar trigliserida plasma akan menurun secara efektif oleh bantuan
GH. Penurunan biosintesis trigliserida di hati dan peningkatan pemecahan
trigliserida di jaringan adalah tahap awal yang akan terjadi akibat pasokan asam
lemak bebas mengalami penurunan serta aktivitas hormone sensitive lipase (HSL)
dan lipoprotein lipase (LPL) yang meningkat ( Nishad, et al, 2018).
Kadar kolesterol dalam tubuh juga dipengaruhi oleh GH diantaranya
mempengaruhi peningkatan kadar LDL dan HDL tetapi menurunkan kadar VLDL
dan asam lemak bebas. Rangsangan enzim C7αOH, aktivitas HMG CoA
reductase, modifikasi APoB dan sekres iApoE, serta ekspresi resptor LDL
terhadap GH adalah faktor-faktor lain yang menyebabkan penurunan kolesterol
(Nishad, et al, 2018).
Sedangkan peningkatan aktivitas LPL oleh GH berhubungan dengan
peningkatan kadar HDL plasma. Lipolisis kilomikron dan VLDL oleh LPL
menyediakan partikel sisa yang akan diubah menjadi HDL. Partikel ini
selanjutnya membentuk HDL bersama dengan Apo A-I yang disekresikan hati
dengan bantuan ATP-binding cases e protein-A1 (ABC-A1), protein transfer lipid,
serta lecitihin cholesterol acyl transferase (LCAT) ( (Nishad, et al, 2018).
Penurunan cholesteryl ester transfer protein (CEPT) juga dipengaruhi oleh
GH yang perannya adalah memindahkan cholesteryl ester ke lipoprotein tinggi
trigliserida dari HDL, yang kadarnya akan meningkat. Sedangkan hal tersebut
dikontraindikasi terhadap enzim lipase hati oleh pengaruh GH enzim tersebut
adalah enzim yang menghidrolisis trigliserida dan fosfolipid pada HDL juga LDL
dan berfungsi menjadi ligand untuk reseptornya. Enzim tersebut juga berperan
dalam pengubahan kolesterol HDL3 dari HDL2. Sedangkan jika lipase mengalami
peningkatan akan mengakibatkan penurunan kadar HDL plasma. Semua itu secara
keseluruhan dapat berefek tergantung dari keadaan defisiensi GH, dosisnya,
keadaan profil lipid subjek, juga jangka waktu pemberian ( Takahashi, 2017).
METABOLISME KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan zat kimia yang terdapat dalam berbagai bentuk
antara lain gula sederahana atau monosakarida dan unit kimia yang kompleks
seperti disakarida dan polisakarida. Hormon pertumbuhan (GH) sendiri penting
untuk meningkatkan pertumbuhan somatik dan pengaturan metabolisme substrat
karbohidrat. Aksi metabolik GH terjadi pada beberapa jaringan termasuk hati,
otot, lemak, dan pankreas baik secara langsung atau tidak langsung. Dalam
metabolisme tersebut GH memberikan beberapa efek, yaitu (Kim Jung, 2017) :

1. Menyebabkan penurunan pemakaian glukosa untuk energi, yang


disebabkan oleh asam lemak mengalami peningkatan dalam pengangkutan
dan penggunaannya. Timbulnya efek umban balik disebabkan oleh asetil
KoA dengan menghambat pemecahan glikolisis.

2. Menyebabkan peningkatan endapan glikogen di dalam sel yang terjadi


akibat sekresi hormon pertumbuhan yang berlebih, juga penggunaan
glukosa yang tidak dapat digunakan sebagai energi dan akhirnya terjadi
dipolimerisasi secara cepat dan mengendap.

3. Menyebabkan berkurangnya intake glukosa oleh sel akibat jenuh


menyerap glukosa yang berlebih. Akhirnya mengakibatkan konsentrasinya
meningkat diatas normal atau disebut “diabetes hipofisis”.

4. Menyebabkan peningkatan sekresi insulin akibat rangsangan hormon


pertumbuhan terhadap sel-sel beta dari Pulau Langerhans untuk
mensekresikan insulin tambahan.

Setiap efek dari perubahan tersebut oleh pengaruh growth hormone


mengakibatkan resistensi insulin yang akan menurunkan kerja penggunaan
glukosa di jaringan adiposa, otot rangka, dan penghambat glukoneogenesis
oleh hati. Peningkatan sekresi insulin adalah akibat dari keadaan ini. Maka
dari itu diabetogenik adalah sebutan dari efek yang terjadi, serta akan terjadi
gangguan metabolik jika sekresinya berlebihan seperti gangguan pada
penyakit diabetes tipe 2 (Guyton, 2016).

METABOLISME PROTEIN

Growth Hormone merupakan hormon anabolik yang memicu sintesis


protein dengan menekan oksidasi asam amino dan memicu penyerapan rantai
asam amino oleh otot rangka. Dalam keadaan fisiologis, efek GH pada
metabolisme protein fokus pada augmentasi sintesis protein dengan
meminimalisir kerusakan di tubuh. GH menginduksi sintesis protein dengan
stimulasi jalur pensinyalan mTOR / S6 kinase. Penurunan aksi GH menghasilkan
peningkatan katabolisme protein sebesar 25% dan ekskresi urea nitrogen sebesar
50% . GH berkontribusi pada massa protein di otot tanpa perubahan katabolisme
protein yang signifikan pada pasien hemodialisis kurang gizi. Hilangnya massa
otot yang berkaitan dengan usia (sarkopenia), berhubungan dengan penurunan
produksi GH dari kelenjar hipofisis (Brioche et al, 2014).
GH menstimulasi anabolisme protein untuk meningkatkan penyusunan
beberapa asam amino menjadi protein sehingga terbentuk keseimbangan antara
pembentukan protein dengan penggunaannya. Peningkatan konsumsi protein
mempengaruhi GH untuk bekerja dengan meningkatkan penyerapan asam amino
oleh membrane otot rangka sehingga sintesis protein menjadi lebih tinggi dan
cepat. Sintesis protein diinduksi jalur pensinyalan mTOR / S6 kinase dilanjutkan
melalui tahapan transkripsi dan penerjemahan ekspresi gen dengan hasil akhir
protein. Hasil sintesis tersebut mempengaruhi akumulasi massa pada otot rangka
(Nishad, Rajkishor, et al, 2018).
Sintesis protein juga mempengaruhi kecepatan reproduksi sel kondrositik
dan sel osteogenik sehingga menyebabkan timbunan khusus untuk tulang baru.
Pertumbuhan tulang terjadi karena adanya proliferasi sel yang menyebabkan
tulang memanjang, apabila telah selesai masa pertumbuhan maka GH tidak terlalu
berpengaruh bahkan berhenti. Efek GH tidak selalu menstimulasi adanya
pertumbuhan (Nishad, Rajkishor, et al, 2018).
GH berperan sebagai penghambat proteolisis yaitu degradasi protein
menjadi asam amino. Penurunan sintesis protein meningkatkan katabolisme
protein sehingga memicu asam amino terbuang ke plasma, dan sebagian besar
kelebihan asam amino digunakan untuk suplai energy atau sebagai precursor
gluconeogenesis dengan ditransfer di hati dan hasilnya dapat digunakan sel lain
yang membutuhkan. Degradasi asam amino menghasilkan efek lain yaitu
ammonia yang diubah terlebih dahulu menjadi urea dan dieksresikan dalam urin
( Qoid&Mutassim, 2016).
KESIMPULAN

 Peran Growth Hormone (GH) terhadap metabolisme karbohidrat,


lemak, dan protein sangat kompleks.
 Metabolisme karbohidrat digunakan untuk memecah karbohidrat
menjadi glukosa dan mempengaruhi resistensi insulin sehingga
menimbulkan efek pada penekanan ambilan glukosa di beberapa organ
pada keadaan tertentu.
 Metabolisme lemak digunakan pada proses lipolisis dengan
meningkatkan asam lemak untuk diubah menjadi energi saat
kebutuhannya meningkat.

 Metabolisme protein dalam proses sintesis protein meningkatkan

penyerapan asam amino sehingga menambah simpanan energi dalam

massa otot.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed.
Philadelphia (PA): Elsevier, Inc.; 2016.
2. Sherwood, L. (2011) Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Alih Bahasa:
Pendit, B.U. Jakarta: EGC
3. Gannong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC;
2008.
4. Gardner DG,S.D.(2018) Greenspan’s Basic and Clinical Endocrinology.
Tenth Edition.
5. Kim S.H. and Jung T. M., Effects of Growth Hormone on Glucose
Metabolism and Insulin Resistance in Human, Ann
PediatrEndocrinolMetab 2017;22:145-152.
6. Nishad, Raikoshor, et al. growth hormone and metabolic homeostasis.
Diabetes, 2018.
7. Brioche T et al. Growth hormone replacement therapy prevents sarcopenia
by a dual mechanism: Improvement of protein balance and of
antioxidant defenses. J Gerontol A Biol Sci Med Sci.
2014;69(10):1186-98.
8. Takahashi, Y. (2017) The role of growth hormone and insulin-like growth
factor-I in the liver, International Journal of Molecular Science,
18(7). doi: 10.3390/ijms18071447.

Anda mungkin juga menyukai