Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL SKRIPSI

LAJU KOROSI MATERIAL BRAKET KAWAT GIGI DARI BAHAN


LOGAM DAN KERAMIK DALAM LARUTAN ARTIFICIAL SALIVA (AIR
LIUR BUATAN)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat


Sarjana (S-1) pada Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Oleh

REZKI RIANSAH FITRA MASDI


G1C014015

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian pada bidang material pada saat ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Penelitian tersebut sudah mengarah pada bidang kesehatan.
Berbagai macam Engineering Materials banyak dimanfaatkan untuk bidang
kesehatan, contoh diantaranya adalah braket kawat gigi yang terbuat dari logam,
keramik maupun komposit yang digunakan untuk membuat kawat gigi.
Kawat gigi seperti kita ketahui telah menjadi tren ditengah-tengah
masyarakat Indonesia umumnya dan Kota Bengkulu khususnya. Masyarakat
banyak yang kurang menyadari apakah kawat gigi tersebut kompatibel pada tubuh
manusia atau tidak, terutama yang digunakan untuk non medis. Seperti kita
ketahui kawat gigi merupakan benda asing yang dipasangkan pada gigi manusia,
sehingga benda tersebut tentu harus bisa beradaptasi dengan lingkungan mulut.
Bagian kawat gigi yang bersentuhan langsung dengan gigi adalah braket. Braket
terbuat dari berbagai jenis material. Oleh karena itu pada penelitian ini akan
dilihat pengaruh braket kawat gigi dengan berbagai tipe material terhadap air liur
manusia. Metoda yang digunakan adalah dengan merendam kawat gigi tesebut
dalam larutan saliva. Larutan ini merupakan cairan yang kandungan kimianya
menyerupai air liur manusia.
Pada penelitian ini dilakukan untuk MENGHITUNG LAJU KOROSI
MATERIAL BRAKET KAWAT GIGI DARI BAHAN LOGAM DAN
KERAMIK DALAM LARUTAN ARTIFICIAL SALIVA (AIR LIUR BUATAN)
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan kimia apa yang terjadi setelah braket
kawat gigi direndam dalam larutan saliva serta memeriksa sifat
mekaniknya.
2. Untuk mengetahui laju korosi dari logan dan ceramik dengan metode
weight loss ( kelebihan berat)
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bengkulu.
2. Material braket kawat gigi yang akan diuji berbahan logam, komposit
dan keramik.
3. Perendaman material braket kawat gigi dengan menggunakan larutan
saliva (air liur buatan)
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan kimia yang terjadi pada breket kawat gigi
2. Untuk mengetahui laju korosi pada Braket Kawat Gigi Dari Bahan
Logam Dan Keramik Dalam Larutan Artificial Saliva (Air Liur Buatan)
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini memiliki sistematika penulisan yang benar.
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang,tujuan , batasan masalah,
manfaat dan sistematika penulisan skripsi.
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang Biomaterial, Teori khusus, braket, kawat gigi,
larutan saliva buatan, korosi, metode weight loss
 BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini meliputi diagram alir penelitian, matarial penelitian yang
digunakan, dan metode pengujian.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biomaterial
Biomaterial adalah material yang digunakan sebagai organ buatan, alat
rehabilitasi dan mengganti jaringan tubuh. Aplikasi dari biomaterial adalah:
orthopedics, orthodontic (dentistry), cardiovascular, ophthalmology & neurology,
biosensors & filtration, drag delivery & tissue engineering [1].
Pengelompokkan material biomaterial yaitu:
No. Material Kelebihan Kekurangan Contoh
Material

1 Polimer Mudah untuk di Tidak kuat, Nylon,


produksi mudah silicones,
terdeformasi dan PTFE,
terdegradasi UHMWPE

2 Logam Kuat, tangguh Mudah terkorosi Titanium,


dan ulet dan density yang stainless steels,
tinggi CoCr alloys,
gold

3 Keramik Biokompatibel Getas, susah Aluminum


yang tinggi, untuk dibuat, oxide, carbon,
modulus ketahanan fatik hydroxyapatite
elastisitas tinggi, yang jelek
nilai estetika
yang tinggi

4 Komposit Kuat Susah untuk Bermacam


dibuat macam
kombinasi

2.1.1 Polimer

4
Polimer ialah senyawa molekul besar berbentuk rantai atau jaringan yang
tersusun dari campuran ribuan sampai jutaan unit pembangun yang berulang.
Plastik pembungkus, botol plastik, styrofoam, nilon, dan pipa paralon tergolong
material yang dinamakan polimer .
A. Sifat-sifat Polimer Polimer
yakni makromolekul yang terdiri atas tidak sedikit kelas material alami
dan sintetik dengan sifat-sifat yang paling beragam. Perbedaan kedua material
itu terletak pada gampang tidaknya suatu polimer didegradasi atau dibongkar
oleh mikroba. Biasanya, polimer bahan sintetik bakal lebih susah diuraikan oleh
mikroorganisme dibanding polimer bahan alami. Perbedaan sifat-sifat polimer
tersebut di provokasi oleh struktur polimernya, yang mencakup :
 Panjang rantai polimer
Semakin panjang rantai polimer, maka kekuatan dan titik leleh
senyawanya semakin tinggi.
 Gaya antar molekul
Semakin besar gaya antar molekul pada rantai polimer maka polimer
bakal menjadi powerful dan sulit meleleh.
 Percabangan
Rantai polimer yang bercabang tidak sedikit mempunyai daya tegang
rendah dan gampang meleleh.
 Ikatan silang antar rantai polimer
Semakin banyaknya ikatan silang maka polimer semakin kaku dan rapuh
sehingga gampang patah. Hal itu dikarenakan adanya Ikatan silang antar rantai
polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan menyusun bahan yang
keras.
 Sifat kristalinitas rantai polimer
Semakin tinggi sifat kristalinitas, rantai polimer bakal lebih powerful dan
lebih tahan terhadap bahan-bahan kimia dan enzim. Biasanya yang mempunyai
sifat kristalinitas tinggi yakni polimer dengan struktur teratur, sementara polimer
berstruktur tidak teratur ingin mempunyai kristanilitas rendah dan sifatnya amorf
(tidak keras).

2.1.2 Logam

5
Logam merupakan material yang oleh satu atau lebih unsur logam
(misalnya: besi, aluminium, tembaga, titanium, emas, dan nikel), dan juga
sering kali mengandung unsur non logam (misalnya: karbon, nitrogen dan
oksigen) dalam jumlah yang relatif kecil .
A. Sifat Logam
Logam adalah suatu unsur yang mempunyai sifat-sifat seperti: kuat, liat,
keras, mengilat, dan penghantar listrik dan panas. Sifat-sifat metal pada
umumnya dapat digolongkan atas:
1) Sifat-sifat Ekstraktif/Kimia (Chemical Properties)
Meliputi ciri-ciri dari komposisi kimia dan pengaruh unsur terhadap
logam. Beberapa contoh sifat kimia adalah:
➢ Segregasi dan ketahanan korosi
Logam seperti baja memiliki nilai ketahanan terhadap korosi yang baik,
karena memiliki kandungan karbon. Pada suhu kamar logam berwujud padat
kecuali raksa (berwujud cair).
➢ Titik leleh dan titik didih
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang
satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang
terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya. Logam-
logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki titik leleh dan titik
didih yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron
untuk dikontribusi pada ikatannya, tetapi ada hal lain yang menyebabkan hal
ini terjadi, yaitu:
 Unsur-unsur golongan 1 juga tersusun dengan tidak efektif
(terkoordinasi 8), karena itu tidak terbentuk ikatan yang banyak seperti
kebanyakan logam.
 Unsur-unsur golongan 1 memiliki ukuran atom yang relatif besar
(berarti bahwa inti jauh dari elektron yang terdelokalisasi) yang juga
menyebabkan lemahnya ikatan

2.1.3 Keramik

6
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani “keramikos”, yang
artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses
pembakaran. Keramik adalah campuran yang terdiri dari unsur logam dan
bukan logam.
A. Karakteristik Keramik
Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan
untuk berbagai aplikasi termasuk :
 Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
 Tahan korosi
 Sifat listriknya dapat insulator, semikonduktor, konduktor bahkan
superkonduktor
 Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik
 Keras dan kuat, namun rapuh.
B. Klasifikasi Keramik
Keramik dapat di klasifikasikan ke dalam lima kelas yaitu :
Glass,Keramik Tradisional, Keramik Baru dengan performa tinggi,
Semen dan Beton, dan Batu Mineral ( Natural keramik ).
• Glass
• Keramik tradisional
• Keramik baru dengan performa tinggi
• Semen dan beton
• Batu mineral ( Natural Keramik )

 Penjelasannya adalah sebagai berikut:


a) Glass
Glass adalah benda yang transparan, lumayan kuat, biasanya
tidak bereaksi dengan barang kimia, dan tidak aktif secara biologi
yang bisa dibentuk dengan permukaan yang sangat halus dan kedap
air. Glass bersumber dari batu kuarsa yang mengalami proses
pemanasan untuk membentuknya menjadi glass / kaca. Contoh
keramik jenis glass adalah soda lime glass, dan borosilicate glass.

7
Aplikasi keramik jenis glass ini adalah untuk peralatan makan,
jendela, botol dan lain-lain.
b) Keramik tradisional
Keramik tradisional merupakan keramik yang telah lama di
sempurnakan oleh orang-orang pada zaman dahulu. Keramik
tradisional sendiri bersumber dari tanah lempung yang mengalami
proses pemanasan sehingga menjadi lebih keras. Contoh keramik
tradisional:
• Batu bata
• Gucci buatan cina
• Tembikar
Aplikasi keramik jenis ini banyak ditemukan pada karya-karya
seni, dan bidang konstruksi.
2.1.4 Komposit
Material Komposit adalah pencampuran/penggabungan sekurangnya
dua material yang berbeda fase dan struktur mikroskopisnya. Contoh
material komposit adalah kuningan. Kuningan merupakan
pencampuran/penggabungan antara logam seng dengan logam kuningan.
Material komposit terdiri dari bahan penyusun dan bahan yang
mengisolasi bahan lain.
 Jenis-jenis material komposit :
a) Material komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan
bahan dasar yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat + resin
sebagai bahan perekat, sebagai contoh adalah FRP (Fiber Reinforce
Plastic) plastik diperkuat dengan serat dan banyak digunakan, yang
sering disebut fiber glass.
b) Komposit lapis (laminated composite), yaitu komposit yang terdiri
dari lapisan dan bahan penguat, contohnya polywood, laminated glass
yang sering digunakan sebagai bahan bangunan dan kelengkapannya.
c) Komposit partikel (particulate composite), yaitu komposit yang terdiri
dari partikel dan bahan penguat seperti butiran (batu dan pasir) yang
diperkuat dengan semen yang sering kita jumpai sebagai beton.

8
Bahan komposit mempunyai sifat fisik dan sifat mekanik yang
banyak. Beberapa kelebihan komposit adalah :
 Gabungan dua bahan material yang mempunyai sifat mekanik
yang lebih baik dari bahan dasarnya.
 Bahan komposit tahan terhadap kikisan.
 Produk yang dihasilkan dari paduan logam mempunyai sifat
yang menarik dalam segi fisik.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Kawat Gigi
Kawat gigi adalah perangkat yang digunakan dalam orthodonsi yang
kegunaannya adalah untuk meluruskan gigi dan membantu untuk
memposisikan gigi sesuai dengan gigitan seseorang. Disamping itu, untuk
meningkatkan kesehatan gigi. Kawat gigi biasanya digunakan untuk
underbites, serta meloklosi, overbites, gigitan silang, gigitan terbuka,
gigitan yang mendalam, gigi bengkok dan kelemahan lain seperti gigi dan
rahang.
Kawat gigi itu sama saja pengertiannya dengan ortodonsi. Ortodonsi
adalah istilah yang sudah di Indonesiakan untuk kata Orthodonti. Ortho
berasal dari bahasa Yunani yang artinya lurus (straight) atau benar
(correct), sedangkan donti artinya gigi. Orthodonti adalah ilmu dalam
bidang kedokteran gigi yang mengkhususkan diri tentang pencegahan,
perawatan atau perbaikan meloklus
Bagian bagian dari kawat gigi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagian
utama dari kawat gigi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. kawat gigi beserta bagian bagiannya [2].

9
Gambar 2.2. Pemakaian kawat gigi pada manusia [3].
1. Jenis-jenis kawat gigi
a) Kawat Gigi logam-kabel tradisional stainless steel, yang
dikombinasikan dengan titanium yang paling banyak digunakan.
Ini termasuk kawat gigi konvensional, yang membutuhkan
hubungan untuk menahan archwire ditempat, dan yang lebih baru
mengikat diri (atau self-ligating) bracket. Selg-ligating bracket
dapat mengurangi gesekan antara kawat dan slot dari brecket, yang
pada gilirannya mungkin bermanfaat terapi.
b) Berlapis emas kawat gigi stainless steel sering digunakan utuk
pasien yang alergi tehadap nikel (komponen dasar dan penting dari
stainless steel).
c) Kawat gigi lingual adalah peralatan kawat gigi tetap dibuat terikat
pada bagian belakang gigi. Dalam kawat gigi lingual bracket yang
disemen ke bagian belakang gigi membuat mereka tidak terlihat.
Kawat gigi lingual adalah alternatif kosmetik untuk mereka yang
tidak ingin kawat gigi akan terlihat.
d) Kawat gigi titanium menyerupai kawat gigi stainless steel tetapi
lebih ringan dan sama kuat. Orang dengan alergi terhadap nikel
dan baja sering memilih kawat gigi titanium tetapi harganya lebih
mahal daripada kawat gigi stainless stee.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kawat gigi memiliki
berbagai macam jenis sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan
sesaui dengan kondisi gigi pemakai, serta sesuai dengan dana yang
dimiliki pengguna behel tersebut. Karena setiap jenis kawat gigi

10
mempunyai manfaat yang sama dan memiliki kelebihinnya
masing-masing.
Bentuk dari kawat yang digunakan sebagai pengikat braket dari
kawat gigi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Kawat untuk menghubungkan braket [3]

2.2.2 Braket
Braket merupakan komponen yang sangat penting pada perawatan
ortodonti. Para praktisi terus mencoba untuk meningkatkan kualitas braket
ortodonti. Braket ceramic dan plastik telah diperkenalkan beberapa tahun
terakhir, akan tetapi braket jenis ini memiliki kerugian yang signifikan saat
digunakan pada perawatan ortodonti .
Braket plastik umumnya terbuat dari polikarbonat atau poliuretan.
Braket plastik memiliki keuntungan dalam hal estetis akan tetapi memiliki
banyak kekurangan. Kekurangannya antara lain mudah terjadi diskolorisasi
dan adanya bau tidak sedap oleh karena absorpsi air sehingga perlu diganti
dengan yang baru. Braket ini juga memiliki ketahanan abrasi yang rendah
sehingga menyebabkan terkikisnya permukaan braket saat sikat gigi sehingga
dapat melemahkan braket dan menyebabkan hilangnya satu atau dua sayap
braket. Braket plastik memiliki ketahanan deformasi yang rendah pada saat
pemberian gaya tork yang besar terutama saat menggunakan kawat besar
seperti kawat rektangular (persegi empat) .
Selain braket plastik, braket estetis jenis lain yang diminati saat ini adalah
braket ceramic. Akan tetapi sifat brittle alami pada ceramic mengakibatkan
terjadinya peningkatan fraktur pada braket selama debonding. Bagian braket
ceramic yang paling sering fraktur adalah bagian sayap braket. Selain sifat brittle

11
alami yang dimiliki braket ceramic, perlu dipertimbangkan faktor lain yang
mempengaruhi ketahanan braket itu sendiri. Beberapa faktor intraoral yang
mempengaruhi ketahanan braket ceramic yaitu, korosi, pengunyahan, plak, saliva,
kepadatan tulang, jumlah gigi, daerah permukaan akar, susunan anatomi, dan oklusi.
Selama proses pengobatan / treatment pada gigi, Braket merupakan
bagian yang sangat penting. Braket digunakan untuk membebaskan kekuatan
dari kawat ke gigi. Braket orthodontik modern merupakan pengembangan
dari braket yang ditemukan oleh Edward H Angle [4].
Material yang digunakan untuk membuat braket adalah logam
(Stainless Steel), Keramik, komposit, polimer [4].
Braket Stainless Steel Stainless steel (Iron-Chromium-Nickel:
FeCrNi), Titanium (Ti), dan Elgiloy (Cobalt-Chromium: CoCr) merupakan
material yang sering digunakan pada pembuatan braket metal. Cincin, braket,
dan kawat ortodonti umumnya terbuat dari stainless steel austenitik yang
terdiri dari sekitar 8-12% nikel dan 17-22% kromium. Komposisi ini
memberikan elastisitas dan ketahanan korosi pada stainless steel.
Kelebihan dari stainless steel yaitu harganya tidak mahal, kekuatan
lebih tinggi, modulus elastisitas yang lebih besar, mudah dibentuk, dan
memiliki ketahanan korosi yang tinggi di dalam mulut. Adanya kelebihan ini
menyebabkan stainless steel digunakan secara luas sebagai braket, archwire,
dan cincin pada perawatan ortodonti. Braket stainless steel pada penelitian ini
menggunakan braket stainless steel slot 0.018 inci dengan preskripsi mini
Roth merk mini Gamma, SD Orthodontic USA mempunyai sifat ketahanan
korosi yang baik sedangkan braket keramik pada dasarnya menggunakan zat
kimia. Bahan ini direkomenadsikan untuk digunakan disebabkan bahan ini
lebih aman untuk digunakan [4]. Bentuk dari braket kawat gigi dapat dilihat
pada Gamabr 2.4.

Gambar 2.4. Bentuk Braket kawat gigi.

12
Pemakaian kawat gigi pada manusia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan pemakaian kawat gigi pada gigi yang tidak rapi
bentuknya. Kawat gigi yang dipasang menunjukkan kesesuaian dengan
bentuk gigi tersebut.

2.2.3 Larutan Saliva Buatan


Pada tubuh manusia terdapat beberapa cairan yaitu: NaCl (cairan garam),
cairan Hank (kelenjar keringat), cairan saliva (air ludah). Saliva terdiri
sebagian air serta komponen organik dan anorganik [6]. Komponen organik
berupa protein (enzim). Sedangkan komponen anorganik terdiri bikarbonat,
fosfat, natrium, kalium, potassium, klorida, magnesium, sodium. Komponen
anorganik inilah yang berperan sebagai media elektrolit yang dapat memicu
reaksi elektrokimia.
Reaksi pada anoda mengalami oksidasi dan katoda mengalami reduksi.
pH saliva bervariasi antara 5,0 sampai 7,8. Saliva buatan atau larutan
McDougall berperan sebagai larutan penyangga atau buffer dalam medium
atau sebagai pengganti fungsi saliva. Penggunaan saliva buatan penting untuk
mempertahankan pH supaya tetap berada dalam kisaran normal.
Ion logam sebagai anoda dan ion H + dari media elektrolit sebagai katoda.
Reaksi elektrokimia ini menyebabkan pelepasan ion Ni dan Cr dari kawat gigi
stainless steel sebagai tanda terjadinya korosi. Pada kelompok yang direndam
dalam minuman berkarbonasi, terjadi pelepasan ion Ni dan Cr lebih banyak
karena adanya penambahan konsentrasi ion H+ dari asam karbonat (H2CO3).
Asam karbonat dapat meningkatkan potensi terjadinya korosi.
Semakin tinggi konsentrasi asam, maka semakin banyak ion H+ dari asam
yang ikut bereaksi dan mengalami reduksi. Akibatnya, semakin banyak pula
ion logam yang mengalami oksidasi sehingga mempercepat proses korosi.
Rongga mulut termasuk area yang basah karena selalu terbasahi oleh
produksi air liur (saliva). Disintegrasi logam dapat terjadi akibat kelembaban,
atmosfir, larutan asam atau basa, dan bahan kimia tertentu. Saliva mempunyai
fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut karena mempunyai

13
hubungan dengan proses biologis yan terjadi dalam rongga mulut. Fungsi
saliva sebagai berikut (Almeida et al., 2008)
1. Sebagai cairan pelumas mempermudah proses menelan dengan
membasahi parikel-partikel makanan sehingga saling menyatu
dengan menghasilkan mucus yang kental dan licin, melapisi dan
melindungi mukosa terhadap iritasi mekanis, kimiawi, termis,
membantu pelancaran aliran udara, dan membantu dalam proses
berbicara
2. Sebagai cadangan ion karena cairannya yang jenuh terutama dengan
ion kalsium akan memfasilitasi proses mineralisasi gigi
3. Berperan sebagai buffer yang membantu menetralkan pH plak
sesudah makan, sehingga mengurangi waktu terjadinya
demineralisasi serta mengatur pH rongga mulut tetap normal karena
mengandung bikarbonat, fosfat dan protein amfoter
4. Sebagai pembersih sisa makanan dan membantu proses penelanan
makanan
5. Sebagai antimikroba dan juga mengontrol mikroorganisme rongga
mulut secara spesifik misal dengan IgA dan non spesifik misal
dengan adanya lisosim, laktoferin, sialoperoksidase
6. Kemampuan aglutinasi dengan adanya agregasi dan mempercepat
pembersihan sel-sel bakteri.
7. Membantu proses digestif (pencernaan makanan) dengan memecah
polisakarida menjadi monosakarida dengan bantuan enzim amylase
8. Membentuk pelikel yang berfungsi sebagai barier misalnya terhadap
asam hasil fermentasi sisa-sisa makanan
9. Berperan dalam pengecapan rasa, dapat melarutkan substansi
pengecapan dari berbagai macam bentuk sifat fisik makanan baik
padat maupun larutan. Substansi ini kemudian dibawa oleh saliva ke
tempat sel reseptor pengecapan yang terdapat pada taste buds
10. Eksresi secara teknis, rongga mulut langsung berhubungan dengan
bagian luar tubuh, substansi yang disekresikan akan dibuang

14
2.2.4 korosi
Korosi adalah problem teknologi yang disebabkan oleh lingkungan
alam dengan ditandai oleh perubahan energi dan mengakibatkan kerugian
material sebagai bahan konstruksi. Lingkungan alam suatu benda
merupakan media yang cenderung untuk berinteraksi dengan benda
tersebut dalam hal pertukaran energi. Energi ini diturunkan dari energi
tersimpan akibat ikatan kimia dari zat-zat pembentuk benda tersebut,
biasa disebut INTERNAL ENERGY. Pertukaran energi akan terjadi
antara internal energy dengan energi yang tersedia disekeliling benda
yang lazim disebut FREE ENERGY atau EKSTERNAL ENERGY.[3]
Korosi diartikan sebagai degradasi dari sifat suatu bahan atau
hilangnya suatu massa dari waktu ke waktu karena efek dari suatu
lingkungan. Hal ini merupakan sifat alami dari material tersebut dimana
komposisi element cenderung kembali menjadi ketidak seimbangan
sesuai dengan hukum termodinamika.
Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur,
penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam
kegiatan industri. Aspek yang mempengaruhi terjadinya korosi yaitu sifat
dari logam itu sendiri dan lingkungannya. Dalam proses korosi logam
berlaku sebagai subyek reaksi maka dengan sendirinya mempelajari
karakteristik dari logam baik secara makro maupun mikro sangatlah
penting supaya mendapatkan jenis logam yang cenderung tahan terhadap
lingkungan tertentu. Logam dan paduannya terbentuk dari berbagai
Kristal atom. Kristal-kristal atom logam tersusun dalam suatu bentuk
yang teratur dengan ikatan yang sangat kuat. Ketika suatu logam
mengalami pembekuan dan pendinginan kristal-kristal atom secara acak
terdistribusi di dalam logam cair dan nantinya akan terbentuk butiran-
butiran, pada saat itu juga ada daerah yang mempunyai tingkat energi
yang lebih tinggi dan lebih reaktif dibandingkan daerah butiran yang lain.
Oleh sebab itu daerah batas butir akan mengalami kerusakan yang lebih
cepat pada saat terjadinya proses korosi.

15
Aspek lingkungan merupakan suatu media korosi yang dapat
mempercepat terjadinya korosi.Aspek lingkungan ini berada pada area
atau sekitar bahan logam tersebut.Adapun faktor yang mempengaruhi
korosi dari aspek lingkungan ini,yaitu : adanya oksigen, kecepatan
media, garam terlarut, konsentrasi gas, aksi dari bakteri Anaerobik,
temperature, kadar keasaman, kecepatan aliran, dan pengotoran biologis
Beberapa tipe korosi yang disebabkan oleh proses kimia maupun fisik
yaitu :
a) korosi uniform
Merupakan pelepasan metal dari permukaan yang biasanya terjadi dan
seragam. Ini merupakan tipe korosi yang paling sering terjadi pada semua
metal. Proses terjadinya berasal dari interaksi metal dengan lingkungan
dan kelanjutan pembentukan dari hidroksit atau komponen
organometalik.Pada korosi uniform, lingkungan korosif harus
mempunyai akses yang sama ke semua bagian permukaan, dan metal itu
sendiri harus memiliki metalurgi dan komposisi yang seragam. Serangan
uniform biasanya tidak terdeteksi sebelum sejumlah besar metal lepas
b) korosi pitting
Merupakan bentuk korosi yang terlokalisir, dimana terjadi korosi yang
simetris dengan bentuk pit pada permukaan metal. Korosi pitting ini
dapat terjadi pada permukaan braket dan wire
c) korosi crevice
Merupakan bentuk korosi yang terlokalisir, dimana terjadi korosi yang
simetris dengan bentuk pit pada permukaan metal. Korosi pitting ini
dapat terjadi pada permukaan braket dan wire
d) korosi-erosi dan freeting
Merupakan kombinasi antara cairan korosi dan kecepatan aliran yang
tinggi sehingga menyebabkan erosi-korosi. Aliran cairan korosif yang
stagnan atau yang rendah juga dapat menyebabkan korosi yang ringan.
Tetapi pergerakan atau aliran yang tinggi menghilangkan lapisan
pelindung sehingga aloy yang reaktif menjadi terpapar dan menyebabkan
terjadinya korosi yang lebih cepat.

16
e) Korosi intergranular
Biasanya terjadi pada saat proses pembuatan brazing dan welding. Hal
ini dapat terjadi pada suhu dibawah 350o C.
f) Korosi galvanik
Korosi ini terjadi pada saat dua metal bergabung bersama dan
ditempatkan di larutan saliva yang konduktif atau larutan elektrolit.
Korosi dapat terjadi karena perbedaan kekasaran permukaan dan keadaan
pH pada dua metal yang berbeda
g) Korosi stress
Terjadi karena metal fatique pada saat berada pada lingkungan yang
korosif. Hal ini biasa terjadi pada kawat orto yang di ligasi pada gigi
yang crowded berat sehingga menyebabkan reaktivitas aloi metal
meningkat.
h) Korosi mikrobial
Mikroorganisme dan produknya dapat mempengaruhi aloi metal
melalui satu atau dua cara. Pertama, beberapa spesies menyerap dan me-
metabolis metal dari aloi sehingga menyebabkan korosi. Kedua, produk
metabolit normal dari spesies mikrobial lain dapat mengubah kondisi
sekitar sehingga membuat kondisi yang kondusif untuk terjadinya korosi.

1. Metode Weight Loss

Metode weight loss atau kehilangan berat merupakan metode yang


dapat digunakan untuk mendapatkan laju korosi. Prinsip dari metode ini
adalah dengan menghitung banyaknya material yang hilang atau
kehilangan berat setelah dilakukan pengujian rendaman sesuai dengan
standar ASTM G 31-72. Dengan menghitung massa logam yang telah
dibersihkan dari oksida dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa
awal lalu dilakukan pada suatu lingkungan yang korosif seperti pada air
laut selama waktu tertentu. Setelah itu dilakukan penghitungan massa
kembali dari suatu logam setelah dibersihkan logam tersebut dari hasil
korosi yang terbentuk dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa
akhir. Dengan mengambil beberapa data seperti luas permukaan yang

17
terendam, waktu perendaman dan massa jenis logam yang di uji maka
dihasilkan suatu laju korosi

Metode weight loss sering digunakan pada skala industri dan


laboratorium karena peralatan sederhana dan hasil cukup akurat, namun
dari pengujian dengan metode weight loss dalam mendapatkan suatu laju
korosi memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut adalah tidak dapat
mendeteksi secara cepat perubahan yang terjadi saat proses korosi.

Adapun rumus weight loss sebagai berikut :

534 x W
CR ( mpy )=
DA s T

Dimana,

CR = Corrosion rate (mpy)

W = Weight Loss (gram)

K = Konstanta Factor

D = Densitas sspesimen (g/cm3)

As = Surface Area (cm2)

T = Ekposur time (jam)

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir


Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan proses yang meliputi
studi literatur, persiapan benda uji, pengujian dan analisa data yang dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Mulai

Studi literatur

Penyiapan spesimen uji

Uji
rendam

Pengolahan dan analisa


data

Hasil

Kesimpulan
nnn

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

19
3.2. Material penelitian
Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah braket kawat gigi
dari bahan logam, keramik dan komposit. Benda uji untuk immersion test ini
mengacu pada metode ASTM G31-72 [5]

Peralatan dan bahan yang digunakan:

1. Gelas bejana ukuran 50 ml, jenis Pyrex. Gelas ini berfungsi sebagai wadah
untuk melakukan uji rendam.

Gambar 3.2 Spesimen dimasukkan ke dalam larutan saliva buatan.

Pada Gambar 3.2 dapat dilihat spesimen dimasukkan ke dalam larutan


saliva. Spesimen yang direndam, diletakkan di ruangan terbuka, dalam temperatur
kamar. Uji rendam ini dilakukan selama 4 minggu.
2. Saliva buatan (pH asam/5,0)
Pembuatan saliva buatan pada penelitian ini mengacu pada metode
McDougall/ASTM G36 [6]. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat komposisi larutan saliva
buatan ini dimodifikasi untuk mendapatkan pH asam/5,0. Konsentrasi larutan Cl
(asam kuat) ditambah pada larutan senyawa KCl sebesar 0,07 gr/ltr. Pada metode
McDougall, larutan senyawa KCl berjumlah 0,50 gr/ltr. Namun untuk
mendapatkan pH asam 5.0, diperlukan jumlah larutan senyawa KCl 0,57 gr/ltr.
Begitu pula halnya dengan larutan NaCl dan NaF, diperlukan jumlah larutan
NaCl+NaF sebesar 0,97 gr/ltr untuk mendapatkan pH 5.0. Dalam hal ini, jumlah
larutan NaCl+NaF ditambah 0,40 gr/ltr dari jumlah standar konsentrasi larutan
NaCl+NaF metode McDougall, 0,57 gr/ltr. Pengujian pH dilakukan dengan

20
menggunakan kertas lakmus dan pH tester. Kertas lakmus dan pH tester bewarna
kuning oranye yang menandakan modifikasi saliva buatan untuk pengujian ini,
memiliki pH 5.0. Saliva buatan ini dibuat di Laboratorium kimia Fakultas MIPA
Universitas Bengkulu.
Tabel 3.1 Larutan modifikasi saliva buatan [7].

No Larutan Jumlah (gr/ltr)


1. NaHCO3 9,80
2. Na2HPO4.7H2O 9,30
3. KCl 0,57
4. NaCl 0,47
5. MgSO4.7 H2O 0,12
6. CaCl2 0,05
7. H2O sisa

3.3 Pelaksanaan penelitian


3.3.1. Uji perendaman
Dalam penelitian ini material uji direndam dalam larutan saliva selama 4
minggu. Metode ini dipilih karena lebih sederhana, mudah untuk dilakukan, alat
pengujiannya sedikit. Masing-masing tiga jenis spesimen uji ada tiga buah yang
diuji rendam dalam kurun waktu tersebut.

3.4 Tabel Pengujian


Adapun tabel pengujian yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai
berikut ;
Tabel 3.2 Tabel Pengujian penelitian

DAFTAR PUSTAKA

21
[1]. Ratner, B. D., etc. Biomaterials Science: An Introduction to Materials in
medicine. Elsevier Academic Press, pp. 283-375.

[2]. Newhart Scott, Braces Manual, Newhart Orthodontic Braces

[3]. Basic Orthodontic, Academy of Gp Orthodontic, www.academygportho.com,


diakses tanggal 22 Juni 2020

[4]. Khan, Haris. Orthodontic Brackets, The University of Lahore Pakistan.

[5]. ASTM Handbook. (2004). Standard Practice for Laboratory Immersion


Corrosion Testing of Titanium, Volume 1: 206-213

[6]. ASM Handbook. (2012). Fundamentals of Medical Implant Materials:


Materials for Medical Devices, ASM International, Materials Park, Ohio, USA.
Volume 23: 303-325.

[7]. Suningsih, N., Novianti, N., dan Andayani, J. (2017). Level Larutan McDougall dan
Asal Cairan Rumen pada Teknik In Vitro. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, Vol. 12,
No. 3, pp. 341-352.

[8]. ASTM 348, Standard Test Methods for Knoop and Vickers Hardness
Materials, ASTM International, 100 Barr Harbour Dr., PO Box C700 West
Conshohocken, PA. 19428-2959, United States

22

Anda mungkin juga menyukai