Anda di halaman 1dari 40

Material Teknik

KLASIFIKASI MATERIAL TEKNIK

M aterial-material yang sering digunakan didalam masalah teknik di bagi menjadi 4 bagian besar :
1. Logam
2. Keramik
3. Polimer
4. Komposit
1. LOGAM
Logam yang digunakan sebagai bahan teknik terbagi menjadi 2 yaitu ;
1. logam berbahan dasar Fe (Ferro) atau besi
2. Logam yang tidak berbahan dasar Ferro (non Ferro)

Logam berbahan dasar Fe di bagi menjadi :


1. Baja
Baja adalah paduan antara Fe dan C (besi dan karbon), karbon maksimum dari baja adalah 2,1 %. Karbon
didalam baja membentuk karbida besi (Fe3C atau sementit)
Berdasarkan komposisi kimia baja dapat di bagi :
Baja karbon :
@. Baja karbon rendah = %C < 0.2%
@. Baja Karbon sedang = 0.2 > %C < 0.5
@. Baja karbon Sedang = %C > 0.5%
Baja Paduan:
Baja terdiri dari unsur Fe+C, tetapi dalam pembuatan baja tersebut ditambahkan unsur-unsur paduan yang
dapat mempengaruhi sifat-sifat dari baja tersebut. Unsur-unsur paduan yang biasa ditambahkan dalam
pembuatan baja seperti : Mn, Al, Ni, Cr, S, P, Mg, Si, dsb.
Baja paduan di bagi berdasarkan jumlah persentase unsur paduan yang di tambahkan
@ baja paduan rendah = apabila jumlah unsur paduannya < 5% , jumlah ini tidak merubah
sifat baja secara luas.
@ baja paduan tinggi = apabila jumlah unsur paduannya >5%, jumlah ini akan
mempengaruhi sifat baja secara luas contoh : baja tahan karat dengan unsur paduan Cr
>12%.
Berdasrkan Fungsi baja dapat dibagi :
- baja Konstruksi
- Baja Perkakas
- Baja Temperatur tinggi

2. Besi Cor
Besi cor terdiri dari Fe+C , Komposisi karbon pada besi cor di atas 2,1%. Karbon bebas dari besi cor berupa
Grafit yang memiliki sifat getas.
Dari bentuk grafit besi cor dapat dibagi menjadi :

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 1


Material Teknik

- Besi cor putih ( tidak memiliki grafit dan sifatnya hampir sama dengan baja karbon
tinggi)
- Besi Cor Kelabu (grafit berbentuk pipih)
- Besi cor nodular (grafit berbentuk bulat)
- Besi cor maliable( grafit berbentuk bunga)
(Gambar struktur mikro besi cor dapat dilihat pada lampiran. red)
Sifat –sifat umum dari LOGAM
- Konduktifitas listrik dan termal yang tinggi
- Sifat-sifat mekanik (kekerasan dan kekuatan) umumnya tinggi
- Masa Jenis relatif tinggi
- Bersifat korosi
- Warna yang khas dan tidak transparan
2. KERAMIK
Klasifikasi dari keramik :
1. Bahan ORGANIK bukan LOGAM
Penggunaan dan pemakaiannya pada temperatur tinggi
2. Bahan dari senyawa LOGAM
(oksida,barida, karbida,dan nitrida)
Penggunaan keramik biasanya untuk Isolator, komponen-komponen abrasif, dapat digunakan sebagai lapisan
penghalang termal contoh Batu Tahan Api (BTA)
Sifat-sifat umum dari Keramik
- Keras dan getas
- Kekuatan tarik rendah
- Kekuatan Tekan Tinggi
- Isolator yang baik
- Tahan korosi
- Tahan pada temperatur tinggi

3. POLIMER
Klasifikasi polimer dapat dibagi berdasarkan :
1. Sumber atau asal
- alam : hewan, tumbuhan, dan mineral
- Sintetis : hasil polimerisasi hasil polimer adisi

2. Sifat termal
- Termoplastik (selulosa, polisterin, Vinil)
- Termoseting plastik (phenol, amino, furan, gemuk)
Sifat-sifat umum dari polimer
- Ringan (masa jenis relatif rendah)
- Tidak tahan temperatur tinggi
- Kekuatan tarik rendah dan keuletan tinggi

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 2


Material Teknik

- Isolator yang baik


- Modulus elastisitas rendah
4.KOMPOSIT
Merupakan gabungan dua jenis bahan atau lebih yang terdiri dari SERAT dan MATRIK, digabung dengan
konstruksi tertentu tanpa mengubah sifat-sifat bahan penyusunnya.
Jenis-jenis serat :
- serat gelas
- serat karbon
- serat polimer
- serat logam
Klasifikasi dari komposit tergantung kepada bahan-bahan penyusun seperti :
- 1. beton bertulang -2. fibre glass
matrik = pasir, semen, kerikil matrik = Resin -5. pahat karbida
serat = batang baja serat = serat gelas matrik = Perlit
3. pahat CERMET 4. carbonex serat = karbida besi ( sementit)
matrik = Keramik matrik = Resin
serat = logam serat = serat karbon

Sifat-sifat umum dari komposit =


Tergantung kepada bahan matrik dan bahan serat penyusunnya, karena komposit tidak merubah sifat-sifat bhan
penyusunnya

Saprol dulu punya cita-cita ingin menjadi pedagang obat keliling karena banyak dikerumuni orang,
kemudian berubah dengan bertambahnya usia, ingin menjadi knek angkot karena banyak beri orang
uang, nah sekarang ????????????
(kiamat sudah dekat)

SIFAT-SIFAT MATERIAL

P emilihan bahan dalam perancangan suatu komponen atau produk adalah berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki
oleh bahan tersebut yang sesuai dengan fungsi dan prinsipkerja dari komponen yang dirancang. Jadi yang
dimanfaatkan dari suatu material adalah SIFATNYA.
Sifat-sifat material
Secara umum dapat dibagi tiga:
1. SIFAT MEKANIK : adalah sifat yang menunjukan kelakuan material apabila material tersebut di beri
beban mekanik (statik atau dinamik)
- Kekuatan tarik-tekan
- keuletan-ketangguhan-lunak

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 3


Material Teknik

- keras-getas
- strain hardening
- dsb
2. SIFAT FISIK – SIFAT KIMIA : adalah sifat yang berkaitan dengan karakteristik fisik atau kondisi
dari material
- titik cair
- konduktivitas panas dan listrik
- massa jenis
- warna
- ketahanan korosi
3. SIFAT TEKNOLOGI : Sifat yang berhubungan dengan kemudahan material untuk diproses lanjut
Contoh :
- Mampu mesin : kemampuan suatu material untuk di potong
- Mampu cor : kemampuan suatu material untuk dicairkan dan di tuang ke dalam cetakan
tampa adanya cacat ( spt: patah, retak, porositas, segregasi)
- Mampu las : kemampuan suatu material untuk disambung dengan menggunakan panas
tanpa adanya cacat (spt: fasa keras, retak, distorsi)
- Mampu bentuk : kemampuan suatu material untuk dideformasi plastis dengan tidak
terjadinya necking. (necking adalah pengecilan penampang pada saat deformasi plastis
berlangsung –lihat uji tarik –Red)

Dalam pemanfaatan material harus mempertimbangkan ketiga sifat diatas untuk mendapatkan hasil yang
optimum dalam suatu perancangan.
Untuk mengetahui sifat-sifat material diatas harus dilakukan pengujian atau evaluasi.
Pengujian secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian :
1. Pengujian merusak (Destructive Test): pengujian ini bersifat merusak benda kerja, sehingga
dalam pengujian ini dibutuhkan spesimen uji. (spesimen uji adalah duplikat dari benda kerja yang
berasal dari bahan yang sama)
2. Pengujian tidak Merusak (Non Destructive Test) : pengujian ini tidak merusak benda kerja, jadi
tidak di butuhkan spesimen uji dan dapat langsung di uji pada benda kerja.
Dalam pengujian material harus mengikuti prosedur yang telah disetujui oleh semua orang yang dikenal dengan
nama STANDAR UJI. Standar uji perlu di ikuti agar hasil pengujian dapat akui atau sama di setiap negara.
Dalam standar uji yang diatur adalah :
1. peralatan pengujian (alat uji) harus sesuai dengan standar
- besar beban yang digunakan
- kalibrasi alat uji yang distandarkan
- dimensi alat uji
2. cara-cara pengujian atau prosedur pengujian
3. benda uji (spesimen):
- ukuran (dimensi)
- dan bentuk.

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 4


Material Teknik

Beberapa standar uji yang digunakan dalam pengujian material seperti:


1. ASTM = (Ameican Standar Testing Of Material) standar Amerika
2. JIS = ( Japan International Satandart) Standar Jepang
3. DIN = (Dutch Industrie Noermen) Standar Eropa

PENGUJIAN MERUSAK
Pengujian merusak dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari material, dimana pengujiannya dengan
pemberian beban mekanik hingga spesimen mengalami perubahan bentuk atau deformasi plastis (merusak
bentuk spesimen dari bentuk awal).
Beberapa jenis pengujian mekanik:
1. Uji Tarik 2. Uji Impak 5. Uji Lelah
2. Uji Keras 4. Uji Mulur

Di kota dengan jalan raya yang padat kendaraan, sebuah mobil Mercy keluaran terbaru lewat
dengan kecepatan rendah, Tiba-tiba kulit rambutan melompat melalui jendela mobilnya dan
tergeletak di garis putus-putus warna putih di tengah jalan, Ternyata mobil Mercy saja tidak
cukup………..apakah ada yang kurang …………?????
( Use real. Bandung)
UJI TARIK

S tandar pengujian yang digunakan dalam pengujian tarik :


- ASTM E8 : Untuk logam
- ASTM D-68 : Untuk polimer dan plastik
- JIS dan DIN
Tujuan dari pengujian : melihat perilaku logam/ material apabila di beri beban tarik.
Peralatan untuk pengujian tarik:
1. mesin dilengkapi :
a. alat untuk mengukur gaya tarik yang tinggi seperti dinamo
b. alat untuk mengukur perpanjangan seperti : Strain gauge.
2. Spesimen. Dimensi dan bentuk dibuat berdasarkan standar yang digunakan.
Dipasaran biasanya material (logam) dapat berbentuk plat(sheet) dan profile, maka spesimen
dibuat berdasarkan bentuk dasarnya seperti :
a. Plat(sheet)
b. profile

Prinsip Pengujian
- Spesimen diberi beban tarik hingga putus
- Selama proses penarikan berlangsung di amati kejadian-kejadian yang berlangsung pada
benda tersebut

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 5


Material Teknik

Gambar
Asumsi :
- selama proses penarikan tidak terjadi proses perubahan
penampang.
- Agar kriteria statik muncul, maka laju penarikan harus di buat
lambat

Uji tarik termasuk uji statik, tetapi pada dasarnya beban tetap naiksecara kontinu, untuk mendapatkan sifat
pengujian statik maka laju penarikan harus si buat sangat lambat atau uji tarik ini dapat dianggap sebagai uji
QUASI STATIK.
Dari mesin uji tarik akan didapat kurva gaya(F) terhadap pertambahan panjang (l), beberapa kurva hasil
pengujian tarik dari beberapa jenis material
Gambar
Dari kurva F Vs l belum dapat ditentukan sifat mekanik dari material tersebut, karena ada pengaruh perbedaan
luas penampang dan beda panjang untuk material yang sama maka diperlukan SLENDERNESS RATIO
berkisar antara 5,10 dst.

INTERPRESTASI KURVA yang diperoleh dari mesin :

Dari kurva hasil uji tarik tersebut terdapat 2 bagian garis :


F 1. garis lurus dari titik A-B : yang merupakan garis
B linier dimana perubahan bentuk spesimen
seragam (deformasi seragam)
2. Garis lengkung (non linier) titik B-C: deformasi
C yang terjadi adalah deformasi tidak seragam.
Dapat dilihat pada gambar spesimen pada dua daerah tersebut

A
l

Deformasi tidak seragam


Deformasi seragam
Volume tidak konstan
(volume Konstan)
Gambar spesimen Uji tarik

Untuk mempermudah analisis dan interprestasi, maka di cari hubungan antara F Vs l dengan  dan e yang
dikenal dengan kurva tegangan regangan teknik, dengan hubungan sebagai berikut:
F
 (kg/mm2) dimana :  = tegangan , Ao = luas penampang awal (konstan)
Ao

l
e  x100% (%) dimana: e = regangan dan lo= panjang uji awal (konstan)
lo

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 6


Material Teknik

dengan hubungan ini didapat kurva tegangan regangan teknik ( terhadap e),

F 

Di konversi
Kurva dari mesin
Kurva tegangan regangan
teknik

l e
Bentuk kurva antara kurva F Vs l dan kurva tegangan-regangan ( dan e) hampir sama karena untuk
mendapatkan  dan e di bagi dengan penyebut yang konstan.
Dari kurva  dan e dapat ditentukan sifat-sifat mekanis dari material.

 u
y
P = titik prosposional
P y = tegangan luluh
f u = tegangan ultimit
f = tegangan patah
Titik O dan P adalah daerah
proposional

O
e
Gambar kurva regangan –tegangan teknik

MODULUS ELASTISITAS

Pengertian daerah linier portion :


dalam keadaan ini material masih dalam keadaan elastis.

P Linier portion atau lebih dikenal dengan nama titik proposional adalah :

- batas atas dimana hubungan antara  dan e masih linier dan


bukan batas daerah plastis.
- Apabila dibebani, akan bertambah panjang dan apabila beban
dihilangkan maka spesimen akan kembali ke dimensi semula yang

sering disebut dengan DEFORMASI PLASTIS.
e - Pada garis linier ini berlaku HUKUM HOOKE , hukum ini hanya
Regangan elastis
berlaku pada daerah ini.
Gambar daerah proposional
=E.e
E = adalah modulus elastisitas atau modulus young

E = tg 

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 7


Material Teknik

Modulus elastisitas (E) merupakan ukuran kekakuan dari suatu material (RIGIDITAS) semakin besar E maka
material tesebut semakin kaku. Harga E bersifat insensitif yang artinya tidak dipengaruhi oleh :
- pencampuran unsur paduan
- Perlakuan panas
- Perlakuan dingin
Contoh : harga E untuk semua baja sama
BATAS ELASTISITAS
Batas elastisitas di defenisikan dengan suatu titik y (yielding) pada kurva tegangan-regangan. Harga titik
tersebut sangat sulit ditentukan, maka di cari cara lain untuk menentukannya yaitu dengan metoda OFFSET ,
yaitu dengan menarik garis sejajar dengan garis linier kurva dengan jarak 0.2% dari panjang awal.

 Daerah di bawah y adalah daerah deformasi elastis dan


y di atas y adalah derah deformasi palstis

Garis 1 = regangan plastis (0.2 %)


Garis 2 = regangan elastis
Garis 3 = regangan total
et = eplastis + eelastis

Harga y sangat penting sebagai acuan dalam


perancangan. Dimana tegangan yang terjadi harus
O
e lebih kecil dari tegangan yield dari bahan.
0.2 %
1 2
2
3

KEKUATAN TARIK MAKSIMUM


Adalah sebagai batas maksimum dari beban yang dapat ditahan oleh material yang di tarik, apabila melebihi
batas tersebut maka material akan mengalami NECKING( pengecilan penampang)

 Daerah deformasi plastis adalah


u ultimite Dimana terjadinya perubahan yang
permanen, secara defenisi:
Apabila material dibebani akan terjadi
perubahan yang permanen walaupun
beban telah di hilangkan.
Daerah deformasi elastis adalah
Daerah Dimana terjadinya perubahan yang tidak
deformasi plastis permanen, secara defenisi:
Apabila material dibebani akan terjadi
perubahan dan setelah beban dihilangkan
O
e maka akan kembali ke bentuk semula

2Daerah deformasi elastis

Kekerasan pada daerah deformasi plastis lebih tinggi dari pada kekerasan pada daerah deformasi elastis, Jadi
apabila mendeformasi logam diatas batas mulurnya maka kekerasan dari logam tersebut akan meningkat hal ini
disebut dengan fenomena STRAIN HARDENING.

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 8


Material Teknik

Fenomena STRAIN HARDENING terjadi akibat deformasi logam pada temperatur rendah yang
mengakibatkan terjadinya penumpukan dislokasi yang tinggi.

Jadi melihat perihal diatas dalam rekayasa atau disain, semua pembebanan dalam prakteknya harus lebih kecil

dari batas mulurnya y dan bukan dibawah u karena setelah melewati batas y akan terjadi deformasi yang
permanen. Jadi secara praktek harus mengikuti :
u
i  y dimana i = adalah tegangan yang diijinkan dan n = faktor keamanan
n

KEULETAN
keuletan logam dapat dilihat dari :
1. besar atau kecilnya regangan (e)
2. Pengecilan Penampang (reduction area)

 Keterangan :
y 1. Regangan plastis
2. regangan elastis
3. Regangan total
Jadi semakin besar regangan total dari hasil penarikan maka
logam tersebut semakin ulet

Dan :

A0  Ai
Reduction area = x 100%
O A0
1 e
2 Ao = luas penampang awal
2 Ai = Luas Penampang akhir
3

KETANGGUHAN
Besarnya usaha yang diberikan untuk memutuskan benda kerja ,


dan harga ketangguhan tergantung kepada
luas daerah di bawah kurva, semakin luas
daerah dibawah kurva maka logam tersebut
Luas daerah di semakin tangguh, ketangguhan sebanding
bawah kurva
dengan keuletan.

O
e

2
Dalam menentukan harga tegangan diatas dipergunakan harga A 0 (luas penampang mula-mula) dengan asumsi
harga konstan, sedangkan dalam keadaan yang sebenarnya luas penampang berubah (tidak konstan). Luas

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 9


Material Teknik

Penampang (A) akan mengecil selama proses penarikan berlangsung, jadi diagram uji tarik sebenarnya yang
terjadi adalah:

Kurva ini disebut dengan Kurva tegangan-regangan sebenarnya,


t dimana :

 t   (e  1)
  ln (1  e)
dari kurva ini dapat ditentukan harga koefisien Strain Hardening
dari logam dengan menggunakan persamaan alir :
  k  n dim ana n  koefisien strain Hardening
Pada daerah linier (hokum Hooke), harga n =1
Dan pada saat ultimit harga n = u
O 

BEBERAPA2 FENOMENA YANG TERJADI PADA UJI TARIK.


1. pada saat menguji tarik baja karbon rendah

t Keterangan :
1. Up yield limit
2. lower yield limit
1 mengapa hal ini dapat terjadi :
penghambatan dislokasi dari atom C yang tidak
homogen karena jumlah yang sedikit.
2
Kumpulan karbon yang mengahambat pergerakan
Fenomena mulur dislokasi ini disebut AWAN COTTRELL
Fenomena ini hanya terjadi pada baja karbon rendah
saja.
O
e
2
2. Pada penarikan spesimen berbentuk plat dapat terlihat garis-garis seperti pada gambar, ini disebut dengan
fenomena LUDERs BAND

Luders Band

MAMFAAT UJI TARIK


1. Dapat menentukan sifat-sifat mekanik logam terhadap pembebanan tarik dan diperoleh data-data
seperti :
- Kekuatan, keuletan, batas elastis dan plastis, kekakuan, dan ketangguhan.
2. mengetahui besarnya pembebanan yang dapat ditahan oleh material tersebut
3. untuk melihat kekakuan dan keuletan dari material tersebut.

BEBERAPA PENGUJIAN YANG MIRIP DENGAN UJI TARIK

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 10


Material Teknik

1. Uji Tekan

F F Dalam pengujian ini terdapat istilah


BARELLING

2. Uji TORSI (TORSION TEST)


Akan didapat parameter G yaitu :
Modulus Geser

2. Uji Bending
Untuk menetukan harga kekakuan E yang lebih cermat yaitu dengan malakukan uji bending (karena relatif
kecil dipengaruhi oleh elastisitas dari mesin uji),

F  dapat diukur dengan persamaan:

F .L F = gaya

E.I L = panjang spesimen
dan E = modulus elastisitas
I = momen inersia penampang
F .L
E 
Defleksi ()  .I

Seorang anak yang katanya Genius bertanya kepada bapak nya. Bapak buka warung sampai kapan?
Bapak menjawab dengan santai. Pagi-pagi saat matahari terbit hingga malam sampai matahari
terbenam. Sang anak bertanya lagi.. Bagaimana kalau malam matahari tidak terbenam??????????
(.............)
UJI KERAS

M erujuk pada standar tentang cara-cara pengujian, parameter pengujian dan penyiapan spesimen
Pada ASTM ;

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 11


Material Teknik

1. E-10 . untuk Brinnell (BHN)


2. E-92. untuk Vicker (VHN)
3. E- 18. untuk Rockwell (RHN)
4. E-140. untuk Tabel konversi
5. E- 384. untuk Mikro hardnes test

Tujuan
Untuk mengevaluasi kekerasan suatu material, dengan cara melihat ketahanan suatu material tehadap deformasi
plastis, semakin tahan material tersebut terhadap deformasi plastis maka material tersebut semakin keras.

BEBERAPA METODA YANG DIGUNAKAN DALAM PENGUJIAN

1. METODA PERBANDINGAN (METODA GORESAN)


Dikembangkan oleh MOSH yaitu dengan cara menggoreskan antara material satu (benda kerja) dengan material
lain (standar uji). Standar uji dibuat dengan skala, yang dikenal dengan skala mosh yaitu skala 1 hingga 10.
Skala 1 paling lunak yang terbuat dari kapur, sedangkan yang paling keras adalah skala 10 yang terbuat dari
intan.
Prinsip pengujian:
Benda kerja digoreskan ke skala yang diawali dari skala yang terkecil hingga dapat dilihat pada skala ke
berapakah benda kerja akan tergores, apabila benda kerja tergores pada skala tertentu, maka kekerasannya
berdasarkan skala tersebut.contoh: kekerasan logam berada pada skala 2 hingga 4.
Cara metoda goresan ini sering digunakan oleh ilmuan Geologi dan tambang.
2. METODA DINAMIK
yaitu dengan memanfaatkan pantulan, disebut dengan pengujian SHORE SELEROSCOPE.
Prinsip pengujian:
Prinsip kerja : Apabila tuas dilepas, maka bola
baja jatuh dan menimpa benda kerja, sehinga bola
Pegas
akan memantul keatas.
Bola Baja Tinggi rendahnya pantulan dapat dilihat pada
Tuas skala ukur yang merupakan angka kekerasan dari
Pantulan bola baja benda kerja.
Skala
Sebelum pengujian alat harus dikalibrasi.

Benda Kerja

Kelemahan dari metoda ini :


1. Pengotor seperti oli akan menimbulkan efek hidrodinamik yang akan mempengaruhi hasil dari
pengujian (diharapkan permukaan benda kerja bersih)
2. Tidak dapat digunakan pada posisi over head, apabila dilakukan pada posisi ini harus ada faktor koreksi
3. pengujian harus dilakukan berulang-ulang
4. pelat-pelat tipis tidak di sarankan menggunakan metoda ini, ketebalan yang disarankan dapat dilihat di
standar.

3. METODA PENEKANAN

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 12


Material Teknik

Ada beberapa pengujian metoda penekanan yang sering dilkukan, penamaan pengujian berdasarkan nama-nama
pencipta alatnya.
a. METODA BRINNELL
Prinsip pengujian :
Pengujian dengan menekan indentor bola baja yang berdiameter 10 mm ke permukaan benda kerja, permukaan
benda kerja (spesimen uji) harus rata dan bebas dari kotoran. Besarnya gaya penekanan (P) harus lebih besar
dari batas luluh dari benda kerja agar terjadi deformasi elastis berupa jejak bekas penekanan.

P Jejak hasil penekanan


Indentor bola baja

Benda kerja
Setelah penekanan akan timbul jejak

Ukuran jejak sangat tergantung kepada besar-kecilnya gaya P yang diberikan.

Jadi prinsip harga kekerasan menurut Brinnell :


d P kg
d BHN = ( ) P = gaya penekanan
A mm 2
Tampak atas dari jejak A= luas jejak
d= diameter jejak
Dari persamaan dan satuan hasil pengujian kekerasan bahwa adanya hubungan antara kekerasan dan kekuatan
tarik dari suatu material, semakin tinggi kekerasan suatu logam maka kekuatan tariknya akan semakin tinggi.

BHN Hubungannya berbanding lurus.

1
Untuk baja :   BHN
3


HAL_HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN selama pengujian kekerasan :
1. menentukan luas tembereng jejak dari bekas penekanan,
d Dengan mencari harga luas dari tembereng maka
Harga kekerasan
t Dapat ditentukan :

P
BHN 
D
2

D  D2  d 2 
2.Besarnya gaya Penekanan (P)

P  k .D 2 dimana k adalah konstanta yang tergantung dari material berkisar 5 -10.


D = diameter indentor bola baja = 10 mm
Besarnya gaya P = 500kg, 1500 kg dan 3000kg
3. Untuk material yang lunak, akan terjadi aliran material sehingga bekas penekanan berbentuk seperti gambar.

1. Dalam hal ini, sangat sulit untuk menentukan


d (diameter jejak)
d 2. apabila kejadian seperti ini maka harga gaya
P harus di turunkan.
d
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 13
Material Teknik

4. Untuk material yang keras (fenomena RIDGING):

- Jejak yang terjadi berbentuk elips


- Indentor dapat terdefleksi, Hal ini bisa
diakibatkan karena pemberian beban yang sangat
besar

cara mengatasi, dicari metoda pengukuran yang lain, standar merekomendasikan apabila kekerasan logam >400
BHN disarankan mencari metoda lain untuk menentukan kekerasannya.
5.Lama waktu penekanan berkisar antara 5 detik hingga 15 detik untuk memberikan waktu aliran deformasi dari
material.

KELEMAHAN DARI BRINNELL


1. dalam pengujian ini diperlukan TES COUPON (spesimen) tidak boleh langsung ke komponen mesin,
karena ukuran indentor yang besar dan beban yang besar akan menimbulkan jejak yang relatif besar
dan dapat menyebabkan KONSENTRASI TEGANGAN.
2. Tidak dapat digunakan untuk benda kerja yang tipis, karena ada efek aliran deformasi elastis dari
material yang menyentuh anvil (landasan) sehingga tidak didapatkan hasil kekerasan yang akuran. Hal
ini juga dapat merusak indentor. Semakin tipis benda kerja (untuk bahan yang sama) maka harga
kekerasan yang didapat semakin tinggi, dapat dilihat pada tabel.

P
BEBAN (KG)
Benda kerja yang tipis TEBAL (mm)
500 1500 3000
2 79 238 476
4 40 119 238
Landasan (ANVIL)
6 26 79 159
10 16 48 95
Tabel hasil kekerasan untuk bahan yang sama

Besarnya beban yang diberikan bervariasi :


- 500 kg digunakan untuk bahan-bahan logam lunak (soft steel)
- 1500 kg digunakan untuk baja yang kekerasan sedang
- 3000 kg digunakan untuk baja-baja hasil pengerasan

b. METODA MEYER
Prinsip kerja hampir sama dengan metoda Brinnell, hanya berbeda dalam pengukuran luas jejeak penekanan
dimana luasnya adalah luas permukaan jejak

Jejak hasil penekanan dilihat dengan mikroskop ukur


kemudian dirata-ratakan
d d1  d 2
d  dan kemudian dimasukan ke persamaan
2
4p
MHN 
d 2
Jejak hasil penekanan
d

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 14


Material Teknik

Dari pengukuran luas jejak antara luas tembereng pada hasil brinnel lebih besar dari luas permukaan hasil
Meyer sehingga pengujian kekerasan untuk bahan yang sama adalah
BHN < MHN (Kekerasan Meyer lebih besar dari BHN).
Cara meyer lebih praktis dibanding dengan Brinnell.

c. METODA VICKER
Prinsip kerja sama dengan Brinnell, tetapi perbendaan dari bahan dan bentuk dari indentor. Pengujian Vicker
menggunakan indentor PIRAMIDA INTAN.
Dengan memperhitungkan sudut maka kekerasan Vicker dapat dihitng dengan persamaan:

P d  d2
VHN  1,854 2
dengan h arg a d  1
d 2

Alas bebrbentuk bujur sangkar


0
dengan sudut kemiringan 1360
136
d
1

Jejak

Pembebanan pada pengujian VICKER:


1. Beban MAKRO : 1 kg hingga 30 kg. Biasa digunakan untuk mengukur kekerasan material yang
memliki permukaan yang kasar
2. Beban MIKRO : < 1kg (kecil dari 1000g) . Biasa digunakan untuk mengukur kekerasanFasa-fasa yang
terdapat pada logam, sehingga mengukur diagonal jejak dengan menggunakan mikroskop.
YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGUJIAN
1. Harus menggunakan spesimen uji (TES COUPON), tidak boleh langsung pada komponen mesin yang
akan diuji, karena dapat menimbulkan konsentrasi tegangan.
2. Tebal spesimen jangan terlalu tipis kecuali untuk beban mikro.
3. Jika mengukur harus dilakukan berulang-ulang kemudian hasilnya dirata-ratakan untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 15


Material Teknik

4. Jika pengukuran yang banyak, jarak antara jejak tidak boleh terlalu dekat karena ada efek dari aliran
deformasi plastis dari material, hal ini dapat menyebabkan hasil pengujian tidak akurat.

Aliran deformasi
plastis dari material

1 2

1.5d 3d
Jejak
Apabila pengujian seperti ini, angka kekerasan
pengujian 2 lebih keras dari pengujian 1 akibat
dari strain hardening dari pengujian 1

5. Spesimen harus sangat rata dan sejajar antara permukaan atas dan bawah.
6. Cara penulisan : contoh 4VHN 50g = 216
Artinya : 4 = 4 kali pengujkuran
50g = beban yang digunakan
216 = angka kekerasan

d. KNOOP
Prinsip hampir sama dengan Vicker hanya luas penekanan yang berbeda dan alas penekanan berbentuk BELAH
KETUPAT.

p
KHN  1.5
d2
Pengujian ini lebih efektif dan praktis dibanding
VICKER
d
Jejak

e. ROCKWELL
Pengujian Rockwell memiliki dua beban :
1. Beban minor : Harganya tetap 10 kg, berfungsi untuk penekanan awal, agar kotoran dan kerak
atau logam-logam sisa pemotongan tidak terhitung kedalam harga kekerasan.
2. Beban Mayor : Harganya berubah-ubah tergantung kepada skala yang digunakan dan jenis
indentor yang diguanakan .

Beban minor Prinsip pengujian :


Tahap I : Menerapkan beban minor 10 kg, dengan waktu
Beban mayor penenkanan sekitar 10 menit (untuk aliran material )
Tahap II : Merapkan beban mayor , yang bebannya
tergantung skala yang digunakan, Penetrator menusuk
Selisih benda kerja lebih dalam.
penekanan
Maka prinsip pengukuran kekerasannya adalah :
Selisih Kedalaman penekanan antara beban minor
dan mayor. 16
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS
Material Teknik

Pengujian Rockwell memiliki skala-skala pengukuruan yang tergantung dari kekerasan logam yang di uji
pada umumnya untuk logam menggunakan :
- skala A = RA = untuk logam yang keras
- Skala B = RB = untuk logam yang lunak
- Skala C = Rc = untuk logam hasil pengerasan
Pada tiap skala menggunakan harga beban dan bentuk indentor yang berbeda, besarnya beban : 100 kg, 150 kg.
Rockwell juga memiliki dua jenis indentor :
- Indentor Bola Baja untuk skala B digunakan untuk logam-logam lunak
- Indentor Intan : untuk skala C digunakan untuk logam keras.

Pertimbangan yang harus diperhatikan pada tiap-tiap metoda metoda penekanan diatas:
1. Metoda BRINELL : digunakan untuk mengukur kekerasan logam tersebut terdiri dari fasa yang
banyak (perlit,ferit, grafit), karena Brinell memiliki diameter indentor yang besar (10 mm).
2. mikro VICKER DAN KNOOP : Untuk mengukur kekerasan suatu fasa (kekerasan Fasa) yang ada
pada suatu logam, karena indentor piramida intan dan beban yang digunakan kecil.

Fasa

3. Rocwell digunakan untuk logam yang keras (digunakan indentor intan, apabila menggunakan bola baja
indentor akan terdefleksi)
4. Harga kekerasan dari rockwell, Vicker dan Brinnell berbeda-beda tapi dapat dikonversi menggunakan
tabel konversi, dimana Rockwell angkanya puluhan sedangkan Brinell, vicker dan knoop angkanya
ratusan.



Bagaimana cara memasukin gajah kedalam kulkas ? Hanya dengan mebuka pintu kulkas lalu gajah
dimasukin. Dan bagaimana cara memasukin kuda kedalam kulkas? Buka pintu kulkas keluarin gajah
dan kuda dimasukin. Kencang mana lari kura-kura dibanding gajah ?? Kencang Kura-kura...karena
gajah masih beku baru keluar dari kulkas.
Dan siapa yang tidak hadir disaat Tarzan ulang tahun???????? Sepertinya kuda, karena masih
didalam kulkas. Apakah kita juga akan berlama-lama didalam kampus ?????
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS
(..................)
17
Material Teknik

UJI IMPAK

Rujukan Standar ASTM A370.1, dimana standar mengatur tentang prinsip pengujian ukuran spesimen dan
metoda-metoda pengujian.
Tujuan Pengujian :
1. Melihat ketahanan material terhadap pembebanan yang tiba-tiba (impak)
2. Untuk melihat apakah material tersebut ulet atau getas, hal ini dapat dilihat dari harga impak (HI)
(dimana untuk material yang ulet memiliki HI yang tinggi dan untuk material yang getas memiliki HI
yang rendah). Ulet dan getas juga dapat dilihat dari bentuk patahan hasil pengujian. (untuk yang ulet
bentuk patahan berserabut sedangkan yang getas mengkilat.
3. Untuk menentukan temperatur transisi dari material, temperatur transisi adalah temperatur peralihan
antara patah ulet dan patah getas.

Pendulum menumbuk secara tiba-tiba menimpa


Prinsip Uji Impak spesimen hingga spesimen patah, agar bisa patah berat
pendulum dan sudut pendulum dibuat sedemikian rupa.
Alat uji KerasPenentuan
Rockwellharga impak dilihat dari besarnya energi
Pendulum yang diserapdari material
E = mg (H1 – H2)
Persamaan harga impak=
E
HI  A adalah luas daerah dibawah takikan
A
H1
H2
Spesimen

Gambar spesimen
Takikan Ukuran dan bentuk spesimen
dapat dilihat distandar.
Luas dibawah
takikan

Metoda pengujian :
Metoda pengujian ada 2:
1. METODA IZOD 2. METODA CHARPY

F F
Spesimen

Pengujian dilakukan pada beberapa temperatur.


spesimen
Ulet Daerah transisi adalah daerah dimana terjadi patah
HI Dies Baja
ulet dan patah getas. penumpu
AL Baja Pada temperatur rendah logam bersifat getas
Spesimen Izodsedangkan pada dari
lebih panjang temperatur
spesimentinggi logam bersifat ulet.
uji Charpy
Jadi pada baja , untuk bahan yang sama tetapi
Dari pengujian didapat grafik antara Harga Impak terhadap Temperatur.
temperatur pengujian berbeda maka harga impak nya
Daerah Transisi bebrbeda-beda.
Getas Aluminium tidak memiliki daerah transisi, pada
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS
temperatur rendah dan tinggi bersifat ulet 18

T
NDT FTP
Material Teknik

Temperatur Transisi adalah temperatur peralihan antara patah getas dan patah ulet, ada beberapa cara untuk
menentukan temperatur transisi,.
1. Temperatur NDT : adalah temperatur transisi dimana dibawah temperatur tersebut logam bersifat getas
100%
2. Temperatur FTP : adalah temperatur transisi dimana diatas temperatur tersebut logam bersifat ulet
100%
Jadi Temperatur transisi adalah untuk menentukan temperatur operasi dari material, temparatur OPERASI
harus LEBIH BESAR DARI TEMPERATUR TRANSISI.
Material yang dapat digunakan pada temperatur rendah disebut dengan material CRYOGENIC, sering
digunakan aluminium atau baja tahan karat Austenitik, karena logam tersebut sangat ulet pada temperatur
rendah dapat dilihat dari grafik, logam tersebut tidak memiliki temperatur transisi.

.......................................................................

Bagaimana cara membedakan gajah yang besar dengan gajah yang kecil? Ya di ayak……Kawat apa yang
paling besar di dunia ? kawat ayakan Gajah…Pabrik apa yang Paling besar di dunia? Pabrik kawat ayakan
Gajah
(cikutra 2000) UJI MULUR

T ujuan untuk melihat perilaku material apabila di bebani dengan beban yang konstan dan dipengaruhi oleh
temperatur.
Rujukan dari ASTM E 150 spesimen
untuk temperatur tinggi dan E 139 untuk temperatur rendah.

Q
Elemen pemanas

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 19

F
Material Teknik

Prinsip : Spesimen di tarik dengan beban


konstan dan spesimen dipanaskan pada
temperatur konstan hingga spesimen putus.

Dari pengujian ini didapat diagram uji mulur

Ada 4 Segmen pada kurva:


Perpanjangan Segmen I : Ada perpanjangan sesaat, karena baru
IV diberi beban (instant elongation)
Segmen II : Perpanjangan seolah-olah diperlambat,
III
pada saat yang sama diameter mengecil, hal ini
II disebabkan oleh strain Hardening
Segmen III : Penampang mengecil, dimana
I perpanjangan dan peghambatan dari strain
hardening seimbang
Waktu Segmen IV : Penampang semakin mengecil,
perpanjangan seolah-olah dipercepat, karena sudah
tidak ada efek dari strain hardening hingga putus

Faktor yang berpengaruh :


1. Beban : semakin besar beban yang diberikan semakin cepat putus
2. Temperatur : Semakin tinggi, sehingga perpanjangan juga semakin besar dan cepat putus. Material
yang putus pada temperatur tinggi disebut juga dengan fenomena Rupture Stress
Material yang bekerja pada temperatur tinggi harus memiliki sifat :
- Ketahanan terhadap mulur (creep)
- Kekuatan yang tidak menurun
- Tahan korosi

................................................

Diperlukan waktu dan usaha yang cukup untuk mendapatkan sesuatu kesempurnaan. Kesempurnaan hanya
dimiliki oleh orang-orang yang mampu memamfaatkan apa yang dimilikinya.
(URIO)

UJI LELAH

Pengujian mekanik dengan pembebanan dinamis, dimana bebannya berfluktuasi terhadap waktu.
Tujuan pengujian : untuk melihat kelakuan logam terhadap suatu pembebanan dinamis (pembebanan yang
berfluktuasi terhadap waktu)
Ada beberapa karakteristik beban dinamis :
1. Reverse Cycle (Tarik-Tekan)

Kondisi Tarik
max

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 20


Material Teknik

waktu
min
Kondisi Tekan
1 siklus

2. Revetitif (tarik-tarik)

max Kondisi Tarik

min
Kondisi Tarik

waktu

1 siklus

3. Tarik-Lepas

max Kondisi Tarik

min
waktu

Kondisi tanpa beban


1 siklus

Spesimen mirip dengan uji tarik, hanya cara pembebanan yang berbeda. Cara penerapan beban pada benda
kerja selama proses pengujian dapat dilakukan dengan cara :
A. ROTARI BENDING

Benda akan mengalami :


P
A B B
A
C D D
C

Daerah AB mengalami TEKAN


Apabila diputar 180o Daerah CD mengalami TARIK

A B Maka :
Sisi AB mengalami TARIK
Sisi CD mengalami TEKAN
C D
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 21
Material Teknik

Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga permukaan yang mengalami tarik akan retak, retak menjalar hingga
putus. Beban seperti ini sering disebut dengan ROTARY BENDING.

B. Dynamic Mesin

Dengan peberian beban seperti ini


maka benda kerja akan mengalami
buckling

Dari hasil pengujian diperoleh 2 hal :


1. diagram yang menghubungkan antara TEGANGAN dan SIKLUS yang di lihat hingga material putus

S
S
Pembebanan dinamik diberikan harus di bawah
batas lelah agar umur pemakaian dari bahan lebih
u
panjang, apabila pembebanan diatas batas lelah
dari bahan maka umur dari bahan akan berakir
pada siklus tertentu (seperti N1)

Garis batas lelah (endurance)

Se
N1
 dalam pembebanan dinamik
Hal-hal yang perlu diperhatikan
N (siklus)
1. Untuk beban statik
 ultimit
 ijin    yield Dimana Sf = faktor keamanan statis
Sf
2. untuk beban Dinamik
 ijin   endurance

 ultimit
 ijin    endurance dimana n = faktor keamanan dinamis
n
3. kondisi permukaan.
- Ada atau tidaknya takikkan, karena takikan akan menyebabkan konsentrasi tegangan,
dapat memperpendek umur
Bentuk-bentuk takikan :
i. takikan mekanik. Takikan yang diakibat dari pemesinan atau kesalahan disain
Perbedaan diameter poros yang
didisain seperti ini
Takikan

Pasak pada poros, merupakan


sumber dari takikkan
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 22
Material Teknik

ii. Takikan Metalurgi , adanya inklusi (pengotor), porositas dan fasa-fasa yang
tidak diinginkan didalam logam, hal ini hanya dapat diketahui melalui mikroscop
atau ultrasonic tes

Porositas atau inklusi

Logam induk

Kerentanan beban dinamik terhadap takikkan disebut Notch Sensivity


- Kekasaran permukaan (Surface Rougness), biasanya disebabkan oleh kerusakan dari hasil
proses pemesinan atau proses heat tretment yang pernah dilakukan pada bagian
permukaan.
Untuk mengatasi hal ini, permukaan dari benda kerja harus diperhatikan seperti kekerasan permukaan,
kehaluasan permukaan. SURFACE HARDENIG merupakan salah satu yang dapat meningkatkan ketahanan
terhadap Fatig. Lingkungan yang korosif juga dapat menurunkan ketahanan terhadap beban fatig.
Waktu adalah Kesempatan
Catatan Tambahan

Table 1-2.-Mechanical Properties of Metals/Alloys

Strength

Strength is the property that enables a metal to resist deformation under load. The ultimate strength is the
maximum strain a material can withstand. Tensile strength is a measurement of the resistance to being pulled
apart when placed in a tension load.

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 23


Material Teknik

Fatigue strength is the ability of material to resist various kinds of rapidly changing stresses and is expressed by
the magnitude of alternating stress for a specified number of cycles.

Impact strength is the ability of a metal to resist suddenly applied loads and is measured in foot-pounds of force.

Hardness

Hardness is the property of a material to resist permanent indentation. Because there are several methods of
measuring hardness, the hardness of a material is always specified in terms of the particular test that was used to
measure this property. Rockwell, Vickers, or Brinell are some of the methods of testing. Of these tests,
Rockwell is the one most frequently used. The basic principle used in the Rockwell testis that a hard material
can penetrate a softer one. We then measure the amount of penetration and compare it to a scale. For ferrous
metals, which are usually harder than nonferrous metals, a diamond tip is used and the hardness is indicated by a
Rockwell "C" number. On nonferrous metals, that are softer, a metal ball is used and the hardness is indicated
by a Rockwell "B" number. To get an idea of the property of hardness, compare lead and steel. Lead can be
scratched with a pointed wooden stick but steel cannot because it is harder than lead.

A full explanation of the various methods used to determine the hardness of a material is available in
commercial books or books located in your base library.

Toughness

Toughness is the property that enables a material to withstand shock and to be deformed without rupturing.
Toughness may be considered as a combination of strength and plasticity. Table 1-2 shows the order of some of
the more common materials for toughness as well as other properties.

Elasticity

When a material has a load applied to it, the load causes the material to deform. Elasticity is the ability of a
material to return to its original shape after the load is removed. Theoretically, the elastic limit of a material is
the limit to which a material can be loaded and still recover its original shape after the load is removed.

Plasticity

Plasticity is the ability of a material to deform permanently without breaking or rupturing. This property is the
opposite of strength. By careful alloying of metals, the combination of plasticity and strength is used to
manufacture large structural members. For example, should a member of a bridge structure become overloaded,
plasticity allows the overloaded member to flow allowing the distribution of the load to other parts of the bridge
structure.

Brittleness

Brittleness is the opposite of the property of plasticity. A brittle metal is one that breaks or shatters before it
deforms. White cast iron and glass are good examples of brittle material. Generally, brittle metals are high in
compressive strength but low in tensile strength. As an example, you would not choose cast iron for fabricating
support beams in a bridge.

Ductility and Malleability

Ductility is the property that enables a material to stretch, bend, or twist without cracking or breaking. This
property makes it possible for a material to be drawn out into a thin wire. In comparison, malleability is the
property that enables a material to deform by compressive forces without developing defects. A malleable
material is one that can be stamped, hammered, forged, pressed, or rolled into thin sheets.

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 24


Material Teknik

Orang yang bijak adalah orang yang belajar dari pengalaman orang lain. Nasihat Lukman Al Hakim
kepada anaknya.”Wahai anakku, bermusyawarahlah dengan orang yang berpengalaman, karena ia
memberimu dari pendapatnya sesuatu yang diperolehnya dengan mahal, sedangkan kamu mengambilnya
secara Cuma-Cuma.
(Renungan Kalbu)
TEORI ATOM

S ifat-sifat suatu logam sangat terkait dengan:


1. sifat suatu atom (interaksi anatr atom) yang menyusun logam tersebut
2. Susunan atom di dalam ruang
Rujukan dari teori atom :
1. Teori atom BOHR
2. Teori atom Rutherford
3. Sifat atom menurut Mendeleyef
4. Teori Pauli (posisi electron pada suatu keadaan)
Kerangka suatu atom dilandaskan pada :

Inti Atom: proton(+) dan Newtron

Kulit Terluar (lintasan)

Electron (e) mengelilingi inti atom

Pengukuran jarak antar atom dilakukan oleh Angstrom = 10-8 cm


Karakteristik jumlah atom:
1. Pada hakekatnya atom itu netral
2. Nomor atom dikaitkan dengan jumlah electron yang mengelilingi inti atom
3. Massa atom dikaitkan dengan intinya saja.
4. Bahwa electron-electron yang berputar mengelilingi inti pada lintasan dengan energi tertentu, hal ini
akan menentukan :
a. terkait sifat listrik dan magnit
b. terjadi pemilahan energi(ada pelepasan dan penyerapan energi )
5. Ada lintasan yang terisi dan ada yang tidak terisi sehingga akan saling mengisi dikenal dengan intertisi.
6. Jumlah elecktron dikulit terluar :
- berjumlah 8 , ini akan bersifat stabil (tidak reaktif atau kondusif)

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 25


Material Teknik

- Tidak berjumlah 8 akan bersifat reaktif atau konduktif


Semua unsur cendrung untuk mencapai tingkat stabil atau mencapai jumlah kulit terluar 8, atau mengikuti
kaidah OKTET. Contohnya gas IDEAL.
SEMUA ZAT MENGIGINKAN TINGKAT STABILITAS YANG TINGGI, untuk menjadi stabil, atom-atom
yang tidak memiliki jumlah electron 8 pada kulit terluar akan berupaya membuat CLUSTER, cluster terbentuk
karena adanya IKATAN KIMIA atau IKATAN ATOM
Dari sisi atom ikatan yang terjadi pada hakekatnya merupakan upaya agar atom-atom tersebut memiliki
konfigurasi electron seperti pada gas mulia’ dimana ” KEBERADAAN IKATAN ATOM AKAN
MENETUKAN SIFAT DARI LOGAM TERSEBUT”
Sifat ikatan yang terjadi dapat dikelompokan menjadi :
1. IKATAN ION = ikatan electrovalen heteropolar
Ikatan ion terbentuk karena ada efek electrostatik karena perbedaan muatan dari atom-atom. Secara
defenisi ” ikatan tarik menarik antara ion positif dan ion negatif (ikatan electrovalen) contoh:

Na = Na+ + e-
e- e- + Cl+ = Cl-
akan membentuk senyawa Na+Cl-
Na Electron pada Cl berpindah untuk mencapai
Cl stabil.

Na, memiliki 7 electron pada kulit


terluar
Cl, memiliki 1 electron pada kulit terluar
Secara fisik sifat dari ikatan ion memiliki titik cair tinggi dan konduktifitas listrik yang jelek
2. Ikatan KOVALEN = ikatan Homopolar
Ikatan ini terbentuk karena penggunaan electron secara bersama-sama, sehingga masing-masing atom
dapat menggunakan konfigurasi atom pada kulit terluar, contoh:

Akan membentuk Cl2 , Cl memiliki 7 kulit


Cl
Cl terluar, untuk mencapai stabil akan
menggunakan electron secara bersamaan
e-
Penggunaan Electron secara bersamaan
Contoh : Intan, grafit, senyawa-senyawa logam dan non logam

3. Ikatan Logam
Terjadi lazimnya pada unsur-unsur transisi
4. Ikatan lemah : ikatan yang terbentuk karena efek polaritas seperti pada magnet, ikatan lemah di
temukan oleh Van der Walls

U S Logam A Logam B

Ikatan lemah

Ikatan –ikatan ini tercermin pada sifat FISIK dan MEKANIK dari material

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 26


Material Teknik

BILANGAN KOORDINASI
Adalah Jumlah atom yang mengelilingi atau yang bersinggungan dengan satu atom
Contoh :

Atom A dikeklilingi atau disinggung oleh 7 atom sedangkan


B B tidak bersinggungan dengan A, maka susunan atom seperti
A disebut atom A memiliki bilangan koordinasi 7.
Untuk logam bilangan koordinasinya 8 dan 12

Setiap atom ingin memiliki konfigurasi seperti logam mulia tetapi dibatasi oleh bilangan koordinasi 8 dan 12,
maka akan terbentuk susunan atom yang teratur, Seperti :

Rusuk Kisi
Dapat
digambarkan

Karena ukuran atom, sudut dan rusuk atom sama maka gambarnya dapat disederhanakan lagi, seperti :

Ini merupakan susunan atom terkecil


didalam ruang
a 

Susunan Atom yang terkecil didalam ruang disebut Juga dengan SEL SATUAN atau LATICE atau
UNIT CELL atau kristal.
Parameter dari sel satuan adalah :
1. Rusuk (a)
2. Sudut ()
Bentuk-bentuk dari sel satuan :
1. Kubus 5. Triclinik
2. Tetragonal 6. Monoclinik
3. Heksagonal 7. Rombihedral
4. oktorombik yang di cetak tebal dimiliki oleh senyawa.
Yang berkaitan dengan logam adalah :
1. kubus dengan rusuk a = b = c
2. Tetragonal dengan rusuk : a = b ≠ c
3. Heksagonal dengan rusuk : a = b ≠ c

Karakteristik SEL SATUAN adalah Sel satuan tidak dapat berubah dengan diberinya deformasi.
Contoh Sel Satuan :
KUBUS
1. Kubus sederhana (simple Cubic)

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 27


Material Teknik

Memiliki bilangan koordinasi = 6 ( dimana satu atom dikeklilingi oleh 6 atom yang sama , ini tidak
logam

a a=b

b
Jumlah atom persatuan sel satuan :
1
x 8  1 atom, ini berguna untuk menetukan masa jenis atom teoritik.
8
Perhitungan diatas berdasarkan :

Rongga antar atom

Hanya 1/8 bagian yang masuk kedalam


sel satuan

Rongga antar atom : disebut dengan rongga Okta Tetrahedral yang tergantung pada nomor atom ,
nomor atom yang besar maka diameter atom ikut besar.

2. BODY CENTRE CUBIC (BCC)


Memiliki 8 bilangan koordinasi.

Jumlah atom per sel satuan


1
x 8  1 atom  1 atom  2 atom
8
memiliki bidang geser (bidang slip) = 6
a bidang slip adalah bidang yang memiliki jumlah
atom terbanyak dan terpadat.
Cotoh logam : Cr, Fe, Mo, Tungsten, Ti, Nb, Ba
b

3. ghsljthas

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 28


Material Teknik

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 29


Material Teknik

Alat uji Keras Brinell

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 30


Material Teknik

Alat uji Keras Rockwell

Digital Low Load Tester for Vickers, Brinell, and Knoop Load range HV 0.1 - HV 30

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 31


Material Teknik

Analog hardness tester for Vickers, Knoop, Brinell


and Scoring With Micro and Macro load attachments
Equipment for hardness determination of
Plastics, Elastomers, O-Rings, Seals, Gaskets,
Rubber Rollers.

The Nano Tester supports indentation,


scratching and impact

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 32


Material Teknik

Tabel konversi Uji Keras

Hardness Scales Compared

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 33


Material Teknik

Scleroscope Hardness Scale *

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 34


Material Teknik

Name of Metal Annealed Hammered


Lead (cast) 2-5 3-7
Babbitt metal 4-9
Gold 5 8.5
Silver 6.5 20 - 30
Brass (cast) 7 - 35
Pure tin (cast) 8
Brass (drawn) 10 - 15 24 - 25
Bismuth (cast) 9
Platinum 10 17
Copper (cast) 6 14 - 20
Zinc (cast) 8 20
Iron, pure 18 25 - 30
Mild steel, 0.15 per cent carbon 22 30 - 45
Nickel anode (cast) 31 55
Iron, gray (cast) 30 - 45
Iron, gray (chilled) 50 - 90
Steel, tool, 1 per cent carbon 30 - 35 40 - 50
Steel, tool, 1.65 per cent carbon 35 - 40
Vanadium steel 35 - 45
Chrome - nickel steel 47
Chrome - nickel steel (hardened) 60 - 95
Steel, high - speed (hardened) 70 - 105
Steel, carbon tool (hardened) 70 - 105
* The figures given are subject to variation, owing to the differences in composition of the
metals tested.

Hardness Scales Compared

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 35


Material Teknik

Metal Sclerometer Scleroscope Brinell Method * Mohs's Scale for Minerals


Lead 1.0 1.0 1.0
Tin 2.5 3.0 2.5
Talc -- 1
Zinc 6.0 7.0 7.5 Gypsum -- 2
Copper, soft 8.0 8.0 ... Calcite -- 3
Fluor Spar -- 4
Copper, hard ... 12.0 12.0
Apatite -- 5
Softest Iron 15.0 ... 14.5 Orthoclase -- 6
Mild steel 21.0 22.0 16 - 24 Quartz -- 7
Topaz -- 8
Soft cast iron 21 - 24 24.0 24.0
Sapphire
Rail steel 24.0 27.0 26 - 35    or
Hard cast iron 36.0 40.0 35.0 Corundum -- 9
Diamond -- 10
Hard white iron 72.0 70.0 75.0
Hardened steel ... 95.0 93.0
*Actual numerals have been divided by 6 for purposes of comparison.

Hubungan antara Kekerasan dengan sifat-sifat mekanik lainnya

Hardness covers several properties: resistance to deformation, resistance to friction and abrasion.

The well known correlation links hardness with tensile strength, while resistance to deformation is dependent on
modulus of elasticity. The frictional resistance may be divided in two equally important parts: the chemical
affinity of materials in contact, and the hardness itself.

So it is easy to understand that surface treatments modify frictional coefficients and behaviour of the parts in
contact. The abrasion resistance is partially related to hardness (between 2 metallic parts in frictional contact, the
less hard one will be the more rapidly worn), but experiments carried out at Centre de Recherches PECHINEY
in Voreppe (CRV), with TABER test show that the correlation resistance against wear/ hardness presents some
inversions [28]

A correlation may be established between hardness and some other material property such as tensile strength.
Then the other property (such as strength) may be estimated based on hardness test results, which are much
simpler to obtain. This correlation depends upon specific test data and cannot be extrapolated to include other
materials not tested.

The yield strength in tension is about 1/3 of the hardness [29]. To find the ball park figure for the yield strength
convert the hardness number to MPa (or psi ) and divide by 3. For example take the Vickers number, which has
the dimension kg/mm2, and multiply by 10 to (approximately) convert it to /mm2 (=MPa) then divide by three.

For example: HV 300 corresponds to a Sigma-y of approximately 1000 MPa. An approximate relationship
between the hardness and the tensile strength (of steel) is,

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 36


Material Teknik

Where HB is the Brinnell Hardness of the material, as measured with a standard indenter and a 3000 kgf load.

Figure 23. Harfdness & Tensile Strength [30]

Wear is generally affected by several factors, among them materials selection, friction, surface load, sliding
distance, surface hardness, surface finish, and lubrication. Controlling these factors can contribute to a
successful application by helping to prevent wear and premature product failure. Wear can be defined as both
material loss and deformation at contact surfaces. Wear results in particle generation and surface degradation

Properties are high wear resistance; high strength , hardness and fracture toughness; low porosity; high creep
and corrosion resistance; The hardness of a metal limits the ease with which it can be machined, since toughness
decreases as hardness increases Toughness is a combination of high strength and medium ductility. It is the
ability of a material or metal to resist fracture, plus the ability to resist failure after the damage has begun. A
tough metal, such as cold chisel, is one that can withstand considerable stress, slowly or suddenly applied, and
which will deform before failure. Toughness is the ability of a material to resist the start of permanent distortion
plus the ability to resist shock or absorb energy [31].

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 37


Baja karbon Tinggi
rendah
Material Teknik

Baja karbon Tinggi

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 38


Material Teknik

Alumunium

Tembaga

Tembaga

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 39


Material Teknik

Baja Tahan Karat Austenitik

Gabungan Harga Impak


Pada Beberapa logam

Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 40

Anda mungkin juga menyukai