M aterial-material yang sering digunakan didalam masalah teknik di bagi menjadi 4 bagian besar :
1. Logam
2. Keramik
3. Polimer
4. Komposit
1. LOGAM
Logam yang digunakan sebagai bahan teknik terbagi menjadi 2 yaitu ;
1. logam berbahan dasar Fe (Ferro) atau besi
2. Logam yang tidak berbahan dasar Ferro (non Ferro)
2. Besi Cor
Besi cor terdiri dari Fe+C , Komposisi karbon pada besi cor di atas 2,1%. Karbon bebas dari besi cor berupa
Grafit yang memiliki sifat getas.
Dari bentuk grafit besi cor dapat dibagi menjadi :
- Besi cor putih ( tidak memiliki grafit dan sifatnya hampir sama dengan baja karbon
tinggi)
- Besi Cor Kelabu (grafit berbentuk pipih)
- Besi cor nodular (grafit berbentuk bulat)
- Besi cor maliable( grafit berbentuk bunga)
(Gambar struktur mikro besi cor dapat dilihat pada lampiran. red)
Sifat –sifat umum dari LOGAM
- Konduktifitas listrik dan termal yang tinggi
- Sifat-sifat mekanik (kekerasan dan kekuatan) umumnya tinggi
- Masa Jenis relatif tinggi
- Bersifat korosi
- Warna yang khas dan tidak transparan
2. KERAMIK
Klasifikasi dari keramik :
1. Bahan ORGANIK bukan LOGAM
Penggunaan dan pemakaiannya pada temperatur tinggi
2. Bahan dari senyawa LOGAM
(oksida,barida, karbida,dan nitrida)
Penggunaan keramik biasanya untuk Isolator, komponen-komponen abrasif, dapat digunakan sebagai lapisan
penghalang termal contoh Batu Tahan Api (BTA)
Sifat-sifat umum dari Keramik
- Keras dan getas
- Kekuatan tarik rendah
- Kekuatan Tekan Tinggi
- Isolator yang baik
- Tahan korosi
- Tahan pada temperatur tinggi
3. POLIMER
Klasifikasi polimer dapat dibagi berdasarkan :
1. Sumber atau asal
- alam : hewan, tumbuhan, dan mineral
- Sintetis : hasil polimerisasi hasil polimer adisi
2. Sifat termal
- Termoplastik (selulosa, polisterin, Vinil)
- Termoseting plastik (phenol, amino, furan, gemuk)
Sifat-sifat umum dari polimer
- Ringan (masa jenis relatif rendah)
- Tidak tahan temperatur tinggi
- Kekuatan tarik rendah dan keuletan tinggi
Saprol dulu punya cita-cita ingin menjadi pedagang obat keliling karena banyak dikerumuni orang,
kemudian berubah dengan bertambahnya usia, ingin menjadi knek angkot karena banyak beri orang
uang, nah sekarang ????????????
(kiamat sudah dekat)
SIFAT-SIFAT MATERIAL
P emilihan bahan dalam perancangan suatu komponen atau produk adalah berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki
oleh bahan tersebut yang sesuai dengan fungsi dan prinsipkerja dari komponen yang dirancang. Jadi yang
dimanfaatkan dari suatu material adalah SIFATNYA.
Sifat-sifat material
Secara umum dapat dibagi tiga:
1. SIFAT MEKANIK : adalah sifat yang menunjukan kelakuan material apabila material tersebut di beri
beban mekanik (statik atau dinamik)
- Kekuatan tarik-tekan
- keuletan-ketangguhan-lunak
- keras-getas
- strain hardening
- dsb
2. SIFAT FISIK – SIFAT KIMIA : adalah sifat yang berkaitan dengan karakteristik fisik atau kondisi
dari material
- titik cair
- konduktivitas panas dan listrik
- massa jenis
- warna
- ketahanan korosi
3. SIFAT TEKNOLOGI : Sifat yang berhubungan dengan kemudahan material untuk diproses lanjut
Contoh :
- Mampu mesin : kemampuan suatu material untuk di potong
- Mampu cor : kemampuan suatu material untuk dicairkan dan di tuang ke dalam cetakan
tampa adanya cacat ( spt: patah, retak, porositas, segregasi)
- Mampu las : kemampuan suatu material untuk disambung dengan menggunakan panas
tanpa adanya cacat (spt: fasa keras, retak, distorsi)
- Mampu bentuk : kemampuan suatu material untuk dideformasi plastis dengan tidak
terjadinya necking. (necking adalah pengecilan penampang pada saat deformasi plastis
berlangsung –lihat uji tarik –Red)
Dalam pemanfaatan material harus mempertimbangkan ketiga sifat diatas untuk mendapatkan hasil yang
optimum dalam suatu perancangan.
Untuk mengetahui sifat-sifat material diatas harus dilakukan pengujian atau evaluasi.
Pengujian secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian :
1. Pengujian merusak (Destructive Test): pengujian ini bersifat merusak benda kerja, sehingga
dalam pengujian ini dibutuhkan spesimen uji. (spesimen uji adalah duplikat dari benda kerja yang
berasal dari bahan yang sama)
2. Pengujian tidak Merusak (Non Destructive Test) : pengujian ini tidak merusak benda kerja, jadi
tidak di butuhkan spesimen uji dan dapat langsung di uji pada benda kerja.
Dalam pengujian material harus mengikuti prosedur yang telah disetujui oleh semua orang yang dikenal dengan
nama STANDAR UJI. Standar uji perlu di ikuti agar hasil pengujian dapat akui atau sama di setiap negara.
Dalam standar uji yang diatur adalah :
1. peralatan pengujian (alat uji) harus sesuai dengan standar
- besar beban yang digunakan
- kalibrasi alat uji yang distandarkan
- dimensi alat uji
2. cara-cara pengujian atau prosedur pengujian
3. benda uji (spesimen):
- ukuran (dimensi)
- dan bentuk.
PENGUJIAN MERUSAK
Pengujian merusak dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari material, dimana pengujiannya dengan
pemberian beban mekanik hingga spesimen mengalami perubahan bentuk atau deformasi plastis (merusak
bentuk spesimen dari bentuk awal).
Beberapa jenis pengujian mekanik:
1. Uji Tarik 2. Uji Impak 5. Uji Lelah
2. Uji Keras 4. Uji Mulur
Di kota dengan jalan raya yang padat kendaraan, sebuah mobil Mercy keluaran terbaru lewat
dengan kecepatan rendah, Tiba-tiba kulit rambutan melompat melalui jendela mobilnya dan
tergeletak di garis putus-putus warna putih di tengah jalan, Ternyata mobil Mercy saja tidak
cukup………..apakah ada yang kurang …………?????
( Use real. Bandung)
UJI TARIK
Prinsip Pengujian
- Spesimen diberi beban tarik hingga putus
- Selama proses penarikan berlangsung di amati kejadian-kejadian yang berlangsung pada
benda tersebut
Gambar
Asumsi :
- selama proses penarikan tidak terjadi proses perubahan
penampang.
- Agar kriteria statik muncul, maka laju penarikan harus di buat
lambat
Uji tarik termasuk uji statik, tetapi pada dasarnya beban tetap naiksecara kontinu, untuk mendapatkan sifat
pengujian statik maka laju penarikan harus si buat sangat lambat atau uji tarik ini dapat dianggap sebagai uji
QUASI STATIK.
Dari mesin uji tarik akan didapat kurva gaya(F) terhadap pertambahan panjang (l), beberapa kurva hasil
pengujian tarik dari beberapa jenis material
Gambar
Dari kurva F Vs l belum dapat ditentukan sifat mekanik dari material tersebut, karena ada pengaruh perbedaan
luas penampang dan beda panjang untuk material yang sama maka diperlukan SLENDERNESS RATIO
berkisar antara 5,10 dst.
A
l
Untuk mempermudah analisis dan interprestasi, maka di cari hubungan antara F Vs l dengan dan e yang
dikenal dengan kurva tegangan regangan teknik, dengan hubungan sebagai berikut:
F
(kg/mm2) dimana : = tegangan , Ao = luas penampang awal (konstan)
Ao
l
e x100% (%) dimana: e = regangan dan lo= panjang uji awal (konstan)
lo
dengan hubungan ini didapat kurva tegangan regangan teknik ( terhadap e),
F
Di konversi
Kurva dari mesin
Kurva tegangan regangan
teknik
l e
Bentuk kurva antara kurva F Vs l dan kurva tegangan-regangan ( dan e) hampir sama karena untuk
mendapatkan dan e di bagi dengan penyebut yang konstan.
Dari kurva dan e dapat ditentukan sifat-sifat mekanis dari material.
u
y
P = titik prosposional
P y = tegangan luluh
f u = tegangan ultimit
f = tegangan patah
Titik O dan P adalah daerah
proposional
O
e
Gambar kurva regangan –tegangan teknik
MODULUS ELASTISITAS
E = tg
Modulus elastisitas (E) merupakan ukuran kekakuan dari suatu material (RIGIDITAS) semakin besar E maka
material tesebut semakin kaku. Harga E bersifat insensitif yang artinya tidak dipengaruhi oleh :
- pencampuran unsur paduan
- Perlakuan panas
- Perlakuan dingin
Contoh : harga E untuk semua baja sama
BATAS ELASTISITAS
Batas elastisitas di defenisikan dengan suatu titik y (yielding) pada kurva tegangan-regangan. Harga titik
tersebut sangat sulit ditentukan, maka di cari cara lain untuk menentukannya yaitu dengan metoda OFFSET ,
yaitu dengan menarik garis sejajar dengan garis linier kurva dengan jarak 0.2% dari panjang awal.
Kekerasan pada daerah deformasi plastis lebih tinggi dari pada kekerasan pada daerah deformasi elastis, Jadi
apabila mendeformasi logam diatas batas mulurnya maka kekerasan dari logam tersebut akan meningkat hal ini
disebut dengan fenomena STRAIN HARDENING.
Fenomena STRAIN HARDENING terjadi akibat deformasi logam pada temperatur rendah yang
mengakibatkan terjadinya penumpukan dislokasi yang tinggi.
Jadi melihat perihal diatas dalam rekayasa atau disain, semua pembebanan dalam prakteknya harus lebih kecil
dari batas mulurnya y dan bukan dibawah u karena setelah melewati batas y akan terjadi deformasi yang
permanen. Jadi secara praktek harus mengikuti :
u
i y dimana i = adalah tegangan yang diijinkan dan n = faktor keamanan
n
KEULETAN
keuletan logam dapat dilihat dari :
1. besar atau kecilnya regangan (e)
2. Pengecilan Penampang (reduction area)
Keterangan :
y 1. Regangan plastis
2. regangan elastis
3. Regangan total
Jadi semakin besar regangan total dari hasil penarikan maka
logam tersebut semakin ulet
Dan :
A0 Ai
Reduction area = x 100%
O A0
1 e
2 Ao = luas penampang awal
2 Ai = Luas Penampang akhir
3
KETANGGUHAN
Besarnya usaha yang diberikan untuk memutuskan benda kerja ,
dan harga ketangguhan tergantung kepada
luas daerah di bawah kurva, semakin luas
daerah dibawah kurva maka logam tersebut
Luas daerah di semakin tangguh, ketangguhan sebanding
bawah kurva
dengan keuletan.
O
e
2
Dalam menentukan harga tegangan diatas dipergunakan harga A 0 (luas penampang mula-mula) dengan asumsi
harga konstan, sedangkan dalam keadaan yang sebenarnya luas penampang berubah (tidak konstan). Luas
Penampang (A) akan mengecil selama proses penarikan berlangsung, jadi diagram uji tarik sebenarnya yang
terjadi adalah:
t (e 1)
ln (1 e)
dari kurva ini dapat ditentukan harga koefisien Strain Hardening
dari logam dengan menggunakan persamaan alir :
k n dim ana n koefisien strain Hardening
Pada daerah linier (hokum Hooke), harga n =1
Dan pada saat ultimit harga n = u
O
t Keterangan :
1. Up yield limit
2. lower yield limit
1 mengapa hal ini dapat terjadi :
penghambatan dislokasi dari atom C yang tidak
homogen karena jumlah yang sedikit.
2
Kumpulan karbon yang mengahambat pergerakan
Fenomena mulur dislokasi ini disebut AWAN COTTRELL
Fenomena ini hanya terjadi pada baja karbon rendah
saja.
O
e
2
2. Pada penarikan spesimen berbentuk plat dapat terlihat garis-garis seperti pada gambar, ini disebut dengan
fenomena LUDERs BAND
Luders Band
1. Uji Tekan
2. Uji Bending
Untuk menetukan harga kekakuan E yang lebih cermat yaitu dengan malakukan uji bending (karena relatif
kecil dipengaruhi oleh elastisitas dari mesin uji),
F .L F = gaya
E.I L = panjang spesimen
dan E = modulus elastisitas
I = momen inersia penampang
F .L
E
Defleksi () .I
Seorang anak yang katanya Genius bertanya kepada bapak nya. Bapak buka warung sampai kapan?
Bapak menjawab dengan santai. Pagi-pagi saat matahari terbit hingga malam sampai matahari
terbenam. Sang anak bertanya lagi.. Bagaimana kalau malam matahari tidak terbenam??????????
(.............)
UJI KERAS
M erujuk pada standar tentang cara-cara pengujian, parameter pengujian dan penyiapan spesimen
Pada ASTM ;
Tujuan
Untuk mengevaluasi kekerasan suatu material, dengan cara melihat ketahanan suatu material tehadap deformasi
plastis, semakin tahan material tersebut terhadap deformasi plastis maka material tersebut semakin keras.
Benda Kerja
3. METODA PENEKANAN
Ada beberapa pengujian metoda penekanan yang sering dilkukan, penamaan pengujian berdasarkan nama-nama
pencipta alatnya.
a. METODA BRINNELL
Prinsip pengujian :
Pengujian dengan menekan indentor bola baja yang berdiameter 10 mm ke permukaan benda kerja, permukaan
benda kerja (spesimen uji) harus rata dan bebas dari kotoran. Besarnya gaya penekanan (P) harus lebih besar
dari batas luluh dari benda kerja agar terjadi deformasi elastis berupa jejak bekas penekanan.
Benda kerja
Setelah penekanan akan timbul jejak
1
Untuk baja : BHN
3
HAL_HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN selama pengujian kekerasan :
1. menentukan luas tembereng jejak dari bekas penekanan,
d Dengan mencari harga luas dari tembereng maka
Harga kekerasan
t Dapat ditentukan :
P
BHN
D
2
D D2 d 2
2.Besarnya gaya Penekanan (P)
cara mengatasi, dicari metoda pengukuran yang lain, standar merekomendasikan apabila kekerasan logam >400
BHN disarankan mencari metoda lain untuk menentukan kekerasannya.
5.Lama waktu penekanan berkisar antara 5 detik hingga 15 detik untuk memberikan waktu aliran deformasi dari
material.
P
BEBAN (KG)
Benda kerja yang tipis TEBAL (mm)
500 1500 3000
2 79 238 476
4 40 119 238
Landasan (ANVIL)
6 26 79 159
10 16 48 95
Tabel hasil kekerasan untuk bahan yang sama
b. METODA MEYER
Prinsip kerja hampir sama dengan metoda Brinnell, hanya berbeda dalam pengukuran luas jejeak penekanan
dimana luasnya adalah luas permukaan jejak
Dari pengukuran luas jejak antara luas tembereng pada hasil brinnel lebih besar dari luas permukaan hasil
Meyer sehingga pengujian kekerasan untuk bahan yang sama adalah
BHN < MHN (Kekerasan Meyer lebih besar dari BHN).
Cara meyer lebih praktis dibanding dengan Brinnell.
c. METODA VICKER
Prinsip kerja sama dengan Brinnell, tetapi perbendaan dari bahan dan bentuk dari indentor. Pengujian Vicker
menggunakan indentor PIRAMIDA INTAN.
Dengan memperhitungkan sudut maka kekerasan Vicker dapat dihitng dengan persamaan:
P d d2
VHN 1,854 2
dengan h arg a d 1
d 2
Jejak
4. Jika pengukuran yang banyak, jarak antara jejak tidak boleh terlalu dekat karena ada efek dari aliran
deformasi plastis dari material, hal ini dapat menyebabkan hasil pengujian tidak akurat.
Aliran deformasi
plastis dari material
1 2
1.5d 3d
Jejak
Apabila pengujian seperti ini, angka kekerasan
pengujian 2 lebih keras dari pengujian 1 akibat
dari strain hardening dari pengujian 1
5. Spesimen harus sangat rata dan sejajar antara permukaan atas dan bawah.
6. Cara penulisan : contoh 4VHN 50g = 216
Artinya : 4 = 4 kali pengujkuran
50g = beban yang digunakan
216 = angka kekerasan
d. KNOOP
Prinsip hampir sama dengan Vicker hanya luas penekanan yang berbeda dan alas penekanan berbentuk BELAH
KETUPAT.
p
KHN 1.5
d2
Pengujian ini lebih efektif dan praktis dibanding
VICKER
d
Jejak
e. ROCKWELL
Pengujian Rockwell memiliki dua beban :
1. Beban minor : Harganya tetap 10 kg, berfungsi untuk penekanan awal, agar kotoran dan kerak
atau logam-logam sisa pemotongan tidak terhitung kedalam harga kekerasan.
2. Beban Mayor : Harganya berubah-ubah tergantung kepada skala yang digunakan dan jenis
indentor yang diguanakan .
Pengujian Rockwell memiliki skala-skala pengukuruan yang tergantung dari kekerasan logam yang di uji
pada umumnya untuk logam menggunakan :
- skala A = RA = untuk logam yang keras
- Skala B = RB = untuk logam yang lunak
- Skala C = Rc = untuk logam hasil pengerasan
Pada tiap skala menggunakan harga beban dan bentuk indentor yang berbeda, besarnya beban : 100 kg, 150 kg.
Rockwell juga memiliki dua jenis indentor :
- Indentor Bola Baja untuk skala B digunakan untuk logam-logam lunak
- Indentor Intan : untuk skala C digunakan untuk logam keras.
Pertimbangan yang harus diperhatikan pada tiap-tiap metoda metoda penekanan diatas:
1. Metoda BRINELL : digunakan untuk mengukur kekerasan logam tersebut terdiri dari fasa yang
banyak (perlit,ferit, grafit), karena Brinell memiliki diameter indentor yang besar (10 mm).
2. mikro VICKER DAN KNOOP : Untuk mengukur kekerasan suatu fasa (kekerasan Fasa) yang ada
pada suatu logam, karena indentor piramida intan dan beban yang digunakan kecil.
Fasa
3. Rocwell digunakan untuk logam yang keras (digunakan indentor intan, apabila menggunakan bola baja
indentor akan terdefleksi)
4. Harga kekerasan dari rockwell, Vicker dan Brinnell berbeda-beda tapi dapat dikonversi menggunakan
tabel konversi, dimana Rockwell angkanya puluhan sedangkan Brinell, vicker dan knoop angkanya
ratusan.
Bagaimana cara memasukin gajah kedalam kulkas ? Hanya dengan mebuka pintu kulkas lalu gajah
dimasukin. Dan bagaimana cara memasukin kuda kedalam kulkas? Buka pintu kulkas keluarin gajah
dan kuda dimasukin. Kencang mana lari kura-kura dibanding gajah ?? Kencang Kura-kura...karena
gajah masih beku baru keluar dari kulkas.
Dan siapa yang tidak hadir disaat Tarzan ulang tahun???????? Sepertinya kuda, karena masih
didalam kulkas. Apakah kita juga akan berlama-lama didalam kampus ?????
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS
(..................)
17
Material Teknik
UJI IMPAK
Rujukan Standar ASTM A370.1, dimana standar mengatur tentang prinsip pengujian ukuran spesimen dan
metoda-metoda pengujian.
Tujuan Pengujian :
1. Melihat ketahanan material terhadap pembebanan yang tiba-tiba (impak)
2. Untuk melihat apakah material tersebut ulet atau getas, hal ini dapat dilihat dari harga impak (HI)
(dimana untuk material yang ulet memiliki HI yang tinggi dan untuk material yang getas memiliki HI
yang rendah). Ulet dan getas juga dapat dilihat dari bentuk patahan hasil pengujian. (untuk yang ulet
bentuk patahan berserabut sedangkan yang getas mengkilat.
3. Untuk menentukan temperatur transisi dari material, temperatur transisi adalah temperatur peralihan
antara patah ulet dan patah getas.
Gambar spesimen
Takikan Ukuran dan bentuk spesimen
dapat dilihat distandar.
Luas dibawah
takikan
Metoda pengujian :
Metoda pengujian ada 2:
1. METODA IZOD 2. METODA CHARPY
F F
Spesimen
T
NDT FTP
Material Teknik
Temperatur Transisi adalah temperatur peralihan antara patah getas dan patah ulet, ada beberapa cara untuk
menentukan temperatur transisi,.
1. Temperatur NDT : adalah temperatur transisi dimana dibawah temperatur tersebut logam bersifat getas
100%
2. Temperatur FTP : adalah temperatur transisi dimana diatas temperatur tersebut logam bersifat ulet
100%
Jadi Temperatur transisi adalah untuk menentukan temperatur operasi dari material, temparatur OPERASI
harus LEBIH BESAR DARI TEMPERATUR TRANSISI.
Material yang dapat digunakan pada temperatur rendah disebut dengan material CRYOGENIC, sering
digunakan aluminium atau baja tahan karat Austenitik, karena logam tersebut sangat ulet pada temperatur
rendah dapat dilihat dari grafik, logam tersebut tidak memiliki temperatur transisi.
.......................................................................
Bagaimana cara membedakan gajah yang besar dengan gajah yang kecil? Ya di ayak……Kawat apa yang
paling besar di dunia ? kawat ayakan Gajah…Pabrik apa yang Paling besar di dunia? Pabrik kawat ayakan
Gajah
(cikutra 2000) UJI MULUR
T ujuan untuk melihat perilaku material apabila di bebani dengan beban yang konstan dan dipengaruhi oleh
temperatur.
Rujukan dari ASTM E 150 spesimen
untuk temperatur tinggi dan E 139 untuk temperatur rendah.
Q
Elemen pemanas
F
Material Teknik
................................................
Diperlukan waktu dan usaha yang cukup untuk mendapatkan sesuatu kesempurnaan. Kesempurnaan hanya
dimiliki oleh orang-orang yang mampu memamfaatkan apa yang dimilikinya.
(URIO)
UJI LELAH
Pengujian mekanik dengan pembebanan dinamis, dimana bebannya berfluktuasi terhadap waktu.
Tujuan pengujian : untuk melihat kelakuan logam terhadap suatu pembebanan dinamis (pembebanan yang
berfluktuasi terhadap waktu)
Ada beberapa karakteristik beban dinamis :
1. Reverse Cycle (Tarik-Tekan)
Kondisi Tarik
max
waktu
min
Kondisi Tekan
1 siklus
2. Revetitif (tarik-tarik)
min
Kondisi Tarik
waktu
1 siklus
3. Tarik-Lepas
min
waktu
Spesimen mirip dengan uji tarik, hanya cara pembebanan yang berbeda. Cara penerapan beban pada benda
kerja selama proses pengujian dapat dilakukan dengan cara :
A. ROTARI BENDING
A B Maka :
Sisi AB mengalami TARIK
Sisi CD mengalami TEKAN
C D
Use Real 2005 Jurusan Teknik Mesin ITENAS 21
Material Teknik
Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga permukaan yang mengalami tarik akan retak, retak menjalar hingga
putus. Beban seperti ini sering disebut dengan ROTARY BENDING.
B. Dynamic Mesin
S
S
Pembebanan dinamik diberikan harus di bawah
batas lelah agar umur pemakaian dari bahan lebih
u
panjang, apabila pembebanan diatas batas lelah
dari bahan maka umur dari bahan akan berakir
pada siklus tertentu (seperti N1)
Se
N1
dalam pembebanan dinamik
Hal-hal yang perlu diperhatikan
N (siklus)
1. Untuk beban statik
ultimit
ijin yield Dimana Sf = faktor keamanan statis
Sf
2. untuk beban Dinamik
ijin endurance
ultimit
ijin endurance dimana n = faktor keamanan dinamis
n
3. kondisi permukaan.
- Ada atau tidaknya takikkan, karena takikan akan menyebabkan konsentrasi tegangan,
dapat memperpendek umur
Bentuk-bentuk takikan :
i. takikan mekanik. Takikan yang diakibat dari pemesinan atau kesalahan disain
Perbedaan diameter poros yang
didisain seperti ini
Takikan
ii. Takikan Metalurgi , adanya inklusi (pengotor), porositas dan fasa-fasa yang
tidak diinginkan didalam logam, hal ini hanya dapat diketahui melalui mikroscop
atau ultrasonic tes
Logam induk
Strength
Strength is the property that enables a metal to resist deformation under load. The ultimate strength is the
maximum strain a material can withstand. Tensile strength is a measurement of the resistance to being pulled
apart when placed in a tension load.
Fatigue strength is the ability of material to resist various kinds of rapidly changing stresses and is expressed by
the magnitude of alternating stress for a specified number of cycles.
Impact strength is the ability of a metal to resist suddenly applied loads and is measured in foot-pounds of force.
Hardness
Hardness is the property of a material to resist permanent indentation. Because there are several methods of
measuring hardness, the hardness of a material is always specified in terms of the particular test that was used to
measure this property. Rockwell, Vickers, or Brinell are some of the methods of testing. Of these tests,
Rockwell is the one most frequently used. The basic principle used in the Rockwell testis that a hard material
can penetrate a softer one. We then measure the amount of penetration and compare it to a scale. For ferrous
metals, which are usually harder than nonferrous metals, a diamond tip is used and the hardness is indicated by a
Rockwell "C" number. On nonferrous metals, that are softer, a metal ball is used and the hardness is indicated
by a Rockwell "B" number. To get an idea of the property of hardness, compare lead and steel. Lead can be
scratched with a pointed wooden stick but steel cannot because it is harder than lead.
A full explanation of the various methods used to determine the hardness of a material is available in
commercial books or books located in your base library.
Toughness
Toughness is the property that enables a material to withstand shock and to be deformed without rupturing.
Toughness may be considered as a combination of strength and plasticity. Table 1-2 shows the order of some of
the more common materials for toughness as well as other properties.
Elasticity
When a material has a load applied to it, the load causes the material to deform. Elasticity is the ability of a
material to return to its original shape after the load is removed. Theoretically, the elastic limit of a material is
the limit to which a material can be loaded and still recover its original shape after the load is removed.
Plasticity
Plasticity is the ability of a material to deform permanently without breaking or rupturing. This property is the
opposite of strength. By careful alloying of metals, the combination of plasticity and strength is used to
manufacture large structural members. For example, should a member of a bridge structure become overloaded,
plasticity allows the overloaded member to flow allowing the distribution of the load to other parts of the bridge
structure.
Brittleness
Brittleness is the opposite of the property of plasticity. A brittle metal is one that breaks or shatters before it
deforms. White cast iron and glass are good examples of brittle material. Generally, brittle metals are high in
compressive strength but low in tensile strength. As an example, you would not choose cast iron for fabricating
support beams in a bridge.
Ductility is the property that enables a material to stretch, bend, or twist without cracking or breaking. This
property makes it possible for a material to be drawn out into a thin wire. In comparison, malleability is the
property that enables a material to deform by compressive forces without developing defects. A malleable
material is one that can be stamped, hammered, forged, pressed, or rolled into thin sheets.
Orang yang bijak adalah orang yang belajar dari pengalaman orang lain. Nasihat Lukman Al Hakim
kepada anaknya.”Wahai anakku, bermusyawarahlah dengan orang yang berpengalaman, karena ia
memberimu dari pendapatnya sesuatu yang diperolehnya dengan mahal, sedangkan kamu mengambilnya
secara Cuma-Cuma.
(Renungan Kalbu)
TEORI ATOM
Na = Na+ + e-
e- e- + Cl+ = Cl-
akan membentuk senyawa Na+Cl-
Na Electron pada Cl berpindah untuk mencapai
Cl stabil.
3. Ikatan Logam
Terjadi lazimnya pada unsur-unsur transisi
4. Ikatan lemah : ikatan yang terbentuk karena efek polaritas seperti pada magnet, ikatan lemah di
temukan oleh Van der Walls
U S Logam A Logam B
Ikatan lemah
Ikatan –ikatan ini tercermin pada sifat FISIK dan MEKANIK dari material
BILANGAN KOORDINASI
Adalah Jumlah atom yang mengelilingi atau yang bersinggungan dengan satu atom
Contoh :
Setiap atom ingin memiliki konfigurasi seperti logam mulia tetapi dibatasi oleh bilangan koordinasi 8 dan 12,
maka akan terbentuk susunan atom yang teratur, Seperti :
Rusuk Kisi
Dapat
digambarkan
Karena ukuran atom, sudut dan rusuk atom sama maka gambarnya dapat disederhanakan lagi, seperti :
Susunan Atom yang terkecil didalam ruang disebut Juga dengan SEL SATUAN atau LATICE atau
UNIT CELL atau kristal.
Parameter dari sel satuan adalah :
1. Rusuk (a)
2. Sudut ()
Bentuk-bentuk dari sel satuan :
1. Kubus 5. Triclinik
2. Tetragonal 6. Monoclinik
3. Heksagonal 7. Rombihedral
4. oktorombik yang di cetak tebal dimiliki oleh senyawa.
Yang berkaitan dengan logam adalah :
1. kubus dengan rusuk a = b = c
2. Tetragonal dengan rusuk : a = b ≠ c
3. Heksagonal dengan rusuk : a = b ≠ c
Karakteristik SEL SATUAN adalah Sel satuan tidak dapat berubah dengan diberinya deformasi.
Contoh Sel Satuan :
KUBUS
1. Kubus sederhana (simple Cubic)
Memiliki bilangan koordinasi = 6 ( dimana satu atom dikeklilingi oleh 6 atom yang sama , ini tidak
logam
a a=b
b
Jumlah atom persatuan sel satuan :
1
x 8 1 atom, ini berguna untuk menetukan masa jenis atom teoritik.
8
Perhitungan diatas berdasarkan :
Rongga antar atom : disebut dengan rongga Okta Tetrahedral yang tergantung pada nomor atom ,
nomor atom yang besar maka diameter atom ikut besar.
3. ghsljthas
Digital Low Load Tester for Vickers, Brinell, and Knoop Load range HV 0.1 - HV 30
Hardness covers several properties: resistance to deformation, resistance to friction and abrasion.
The well known correlation links hardness with tensile strength, while resistance to deformation is dependent on
modulus of elasticity. The frictional resistance may be divided in two equally important parts: the chemical
affinity of materials in contact, and the hardness itself.
So it is easy to understand that surface treatments modify frictional coefficients and behaviour of the parts in
contact. The abrasion resistance is partially related to hardness (between 2 metallic parts in frictional contact, the
less hard one will be the more rapidly worn), but experiments carried out at Centre de Recherches PECHINEY
in Voreppe (CRV), with TABER test show that the correlation resistance against wear/ hardness presents some
inversions [28]
A correlation may be established between hardness and some other material property such as tensile strength.
Then the other property (such as strength) may be estimated based on hardness test results, which are much
simpler to obtain. This correlation depends upon specific test data and cannot be extrapolated to include other
materials not tested.
The yield strength in tension is about 1/3 of the hardness [29]. To find the ball park figure for the yield strength
convert the hardness number to MPa (or psi ) and divide by 3. For example take the Vickers number, which has
the dimension kg/mm2, and multiply by 10 to (approximately) convert it to /mm2 (=MPa) then divide by three.
For example: HV 300 corresponds to a Sigma-y of approximately 1000 MPa. An approximate relationship
between the hardness and the tensile strength (of steel) is,
Where HB is the Brinnell Hardness of the material, as measured with a standard indenter and a 3000 kgf load.
Wear is generally affected by several factors, among them materials selection, friction, surface load, sliding
distance, surface hardness, surface finish, and lubrication. Controlling these factors can contribute to a
successful application by helping to prevent wear and premature product failure. Wear can be defined as both
material loss and deformation at contact surfaces. Wear results in particle generation and surface degradation
Properties are high wear resistance; high strength , hardness and fracture toughness; low porosity; high creep
and corrosion resistance; The hardness of a metal limits the ease with which it can be machined, since toughness
decreases as hardness increases Toughness is a combination of high strength and medium ductility. It is the
ability of a material or metal to resist fracture, plus the ability to resist failure after the damage has begun. A
tough metal, such as cold chisel, is one that can withstand considerable stress, slowly or suddenly applied, and
which will deform before failure. Toughness is the ability of a material to resist the start of permanent distortion
plus the ability to resist shock or absorb energy [31].
Alumunium
Tembaga
Tembaga