Anda di halaman 1dari 99

MATERIAL,

STANDARISASI, DAN
SPESIFIKASI

Disusun kembali oleh :


Mhd. Tetuko munansyah
KONTRAK KULIAH

Kehadiran : 10 %
Tugas : 15 %
Quiz : 10 %
MID Test/UTS : 25 %
UAS : 40 %

• Mahasiswa diwajibkan hadir


tepat pada waktunya.
•Tidak dibenarkan memakai kaos
oblong (kaos tanpa kerah) dan
memakai sandal.
BUKU REFERENSI

• S. Kalpakjian, Manufacturing Processes for


Engineering Materials, Prentice Hall, 2003

• E.P. DeGarmo, Materials and Processes in


Manufacturing, Prentice Hall Inc., 2004

• P.L. Mangonon, The Principles of Materials Selection


for Engineering Design, Prentice Hall Inc., 1995

• B.H. Anstead, Proses Mekanik (terjemahan),


Erlangga, 1979
Apakah Material Itu ?
Material dipakai sejak manusia dilahirkan di bumi, sebagai salah satu sarana
untuk bisa survive dalam kehidupannya. Dan dalam konteks alat produksi,
material lahir secara bertahap seiring dengan perkembangan iptek yang
dipahami oleh manusia, dimulai dengan jaman batu (stone age),
perunggu(bronze age) dan besi (iron age)
Di era kehidupan modern, material tidak cukup untuk sandang dan
perumahan, tetapi sudah menjadi bahan baku utama segala macam industri.
(sebagai contoh kecil, pesawat Boeing 747, “Jumbo Jet”, terdiri dari 82%
aluminium, 13% baja, 4% titanium, dan 1% fiberglass).
Beberapa dekade sebelumnya beberapa logam dan paduan (besi, tembaga,
kuningan, timah putih, dan seng) dan keramik (bahan kerajinan, lantai,
bangunan,dll), serta polimer alami (wool, katun, asbes, selulose) sudah
cukup memenuhi kebutuhan manusia.
Di akhir abad 19 awal abad 20, lahir kemampuan manusia sebagai “man
made a new material or man-made age”, meskipun baja masih menjadi
material utama dalam rekayasa teknik, aluminium dan polimer semakin
komersial menggantikan fungsi sebagian komponen baja.
Evolusi Material Teknik
Periode Logam (metal) Keramik Polimer

> 10,000 B.C Batu, gelas/kaca, bata, Kayu


semen
5000 Emas, Perak Katun (cotton)
4000 Tembaga Selulosa
3000 Perunggu (bronze)
2000 Besi (iron)
0
1000 A.D
1500 Besi ccor (cast iron)
1600
1700
1800 Baja (steel) Beton bertulang (reinforced
1850 Baja paduan (alloy steel) concrete)
s/d
1900

1910 – 1930 Al-alloy, Mg-alloy, Ni-alloy Fused silica Nylon, Acrylic, Polystyrene.
1940 – 1960 Ti, V, Cr-alloy, Hf, Nb, Mo- Mullite, Titania, Polyethylene
alloys, Zr, Ta, W-alloys. Pyroceramic, Spinels, Epoxies
1970 -1980 Glassy metal, shape Alumina, Silicoon carbide Polysulphones
memory metal. New ceramic, Cermet, Urethanes
Pengembangan berikutnya Urania, Berylia, etc.
1980 - 2000 New polymer (strong, heat
relatif lambat resistance, etc.)
Klasifikasi Material
(1) Material logam, merupakan elemen kimia yang tersusun dalam bentuk
kristal, secara visual opaque, lustrous, penghantar listrik dan panas yang
baik, apabila di poles menjadi reflektor sinar. Umumnya logam bersifat kuat,
ulet, bisa ditempa, relatif lebih berat daripada material lain, seperti baja
(Fe), aluminium (Al), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), titanium (Ti), dll.
(2) Keramik, termasuk material an-organik, non metallic solid, yang
dimanfaatkan setelah melalui proses pemanasan, bahkan dikombinasikan
dengan tekanan tinggi. Sehingga bersifat stabil pada temperatur tinggi,
isolator, tahan korosi, dll. Seperti Urania (UO 2), beryllia (BeO), alumina
(Al203) bahan keramik yang dipakai di lingkungan industri reaktor nuklir.
(3) Polimer (dikenal sebagai plastik atau resin), material yang terdiri dari
kumpulan rantai unit molekular (monomer atau mers) menjadi ikatan
berulang membentuk molekul lebih besar (makromolekul). Perkembangan
iptek 50 tahun terakhir memicu penemuan sintentik organik dan polimer
an-organik meningkat dengan pesat (fiber, plastik, rubber, paint, coating
material, dll.)
(4) Komposit material, merupakan campuran dari ketiga material tersebut
diatas. Seperti fiberglass, merupakan campuran antara polimer sebagai
matrik dan serat kaca (fiber) sebagai penguatnya.
Two-phase alloys
Eutecticts

METALS

Laminates Cermets
Dispersion-strengthened alloys
Reinforced concrete
Wood Two
Carbon-fiber polymers
Rubber-filled POLYMERS Boron-fiber polymers CERAMICS phase
Polymers ceramics
Ceramics-filled polymers
Fibre glass Pyroceramic

Glass-filled polymers Glass-filled cements

GLASSES
Phase-separated glasses

The classes of engineering materials and the composites which can be formed within a class and
between classes
Tahapan Pemilihan Material
Pemilihan material bisa dikategorikan sebagai proses problem solving,
melalui tahapan umum :
(1) Analisa problem
(2) Formulasi solusi alternatif
(3) Evaluasi alternatif
(4) Pengambilan keputusan
Tahapan proses seperti tersebut diatas dapat dikembangkan :
1. Disainer menyusun daftar kondisi operasional dan lingkungan, dimana
produk akan berfungsi;
2. Berdasarkan daftar, diperlukan jawaban yang diperlukan agar produk
tahan dan mampu menghadapi kondisi tersebut, termasuk perubahannya,
3. Disainer menyusun beberapa material, membandingkan sifat-sifatnya satu
sama lain, dikaitkan dengan kondisi operasional dan lingkungan.
4. Disainer menentukan / memilih material dengan pertimbangan
menyeluruh.
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik

Merupakan tugas yang kompleks memerlukan pertimbangan


banyak faktor yang saling berkaitan, tetapi tidak semua compatible;
melalui 3 kategori pendekatan :

(1)Persyaratan fungsional;

(2)Analisa total life cycle;

(3)Faktor utama lain.

•Ketiga kategori diatas ada yang overlapping, tetapi saling


melengkapi, maka disainer idealnya harus mengetahui faktor mana
yang relatif paling penting dan sangat berdampak pada disain
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik

Lingkup Persyaratan Fungsional :


1. Spesifikasi performance
a. Difinisi / menetapkan kebutuhan
b. Risiko dan konsekuensi under-specification
c. Konsekuensi over-specification
2. Konfigurasi disain
a. Pertimbangan beban dan tegangan
b. Batasan ukuran, berat atau volume
c. Lingkungan agresif, atau berpotensi mempercepat kerusakan
d. Antisipasi kerusakan
e. Keandalan, pemeliharaan, ketersediaan, dan kemampuan repair
f. Jumlah yang akan di produksi dan kandidat material
3. Re-disain
a. design review,
b. simplifikasi /standarisasi,
Persyaratan Fungsional Dalam Disain

Disain harus memenuhi spesifikasi performance yang merefleksikan hasil


analisa menyeluruh tentang persyaratan fungsi produk. Ada perbedaan
antara spesifikasi performance (dasar persyaratan fungsional suatu
produk) dan spesifikasi produk (daftar persyaratan konfigurasi, toleransi,
material, cara manufaktur, dll).

Contoh menentukan spesifikasi performance, yang dikaitkan dengan


ketahanan korosi, dapat melalui tiga tahapan yang berbeda :
(1) Mencegah kontaminasi karena produk terkorosi, misalnya pada
peralatan industri makanan,
(2) Mencegah kebocoran (keluar atau masuk) suatu tangki tertutup,
misalnya tangki bahan bakar otomotif,
(3) Mencegah integritas struktur konstruksi, misalnya jembatan harus
mempunyai umur pakai puluhan tahun.
Persyaratan Fungsional Dalam Disain
Ilustrasi :
Spesifikasi performance sistem knalpot mobil (automotive exhaust system),
harus memenuhi persyaratan fungsional sebagai berikut :
1. Menghantarkan gas buang mesin menjauhi dari unit mesin,
2. Mencegah gas beracun masuk kedalam mobil,
3. Mendinginkan gas buang,
4. Mengurangi kebisingan mesin (engine noise),
5. Mengurang bagian body mobil terekspos dengan gas buang,
6. Pengaruh terhadap performance mesin sekecil mungkin,
7. Membantu mengontrol emisi gas buang yang tidak diinginkan,
8. Mempunyai umur-pakai dalam rentang waktu yang dapat diterima,
9. Mempunyai nilai biaya yang logis, baik sebagai komponen orisinil dan
Persyaratan Fungsional Dalam Disain
Untuk mendukung spesifikasi performance sistem knalpot mobil
(automotive exhaust system),maka bentuknya :
1.Terdiri dari satu rangkaian tubes, atau tabung / pipa yang mengumpulkan
gas dari engine, dan mengalirkan kearah belakang mobil,
2.Ukuran tabung / pipa ditentukan berdasarkan volume gas buang yang
akan dialirkan,
3.Ada komponen tambahan dalam sistem knalpot, yaitu muffler, berfungsi
untuk meredam / mengurangi suara,
4.Bahkan, ada yang di isi dengan katalis, untuk mengubah gas beracun
menjadi turun kadarnya dan emisinya tidak berbahaya,
5.Umur-pakai sistem knalpot harus diperhitungkan dikaitkan dengan
materialnya tahan terhadap panas, kelembaban gas buang, perubahan
cuaca, kondensasi air, lumpur, dll.
6.Penempatan sistim knalpot, relatif komplek tetapi tidak mengganggu
konstruksi mobil ketika melaju / bergerak, maupun tempat penumpang.
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik
Lingkup total life cycle dalam disain :
1. Pemilihan material
2. Mampu atau kemudahan dalam produksi
3. Mempunyai ketahanan
4. Mempunyai nilai ekonomis dan secara teknis mudah untuk di re-cycling
5. Persyaratan atau pertimbangan energi (produksi, operasional,
reklamasi)
6. Ramah terhadap lingkungan (dampak produk terhadap lingkungan,
pengaruh lingkungan terhadap produk,
7. Inspeksi dan pengujian untuk jaminan kualitas
8. Handling
9. Packaging
10.Pengiriman dan penyimpanan
11.Nilai barang bekas (scrap value).
Completing the Materials Cycle

Sumber : Fakultas Metallurgi UI


Rancang Bangun & Rekayasa Teknik

Lingkup Faktor Utama Dalam Disain :

1. Perkembangan terakhir (pengetahuan, patent, kompetitor,dll)


2. Kesesuaian dengan standard
3. Persyaratan keamanan (registrasi dari otoritas yang mewakili
konsumen,warning, label, dll).
4. Keamanan dan kesehatan kerja dalam proses manufaktur,
5. Persyaratan lingkungan,
6. Standard industri (SNI, ASTM, ANSI, SII, JIS, dll),
7. Faktor manusia (kemudahan dalam operasional, pemeliharaan),
8. Estetika
9. Biaya
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik

Lingkup Faktor Utama Dalam Disain :

Ada dua alasan mengapa material tertentu untuk aplikasi tertentu pula
selalu dipilih, karena : (1) material tersebut sudah umum (alasan teknis
dan ekonomis saat itu) seperti pelat baja karbon bodi mobil, besi cor
untuk rumah mesin, dll; (2) material tersebut mempunyai sifat yang
cocok dan unik sesuai fungsinya.

Tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


(meningkatnya hak patent suatu penemuan maupun inovasi),
kebutuhan yang semakin meningkat dari aspek keamanan, khususnya
dampaknya bagi manusia, perlindungan lingkungan, aspek produksi
dan manufaktur (evaporative casting, CNC maching, otomatisasi, dll),
penghematan biaya, khususnya biaya energi, serta berkembangnya
standard, maka material-material konvensional, banyak yang di
substitusi, sebagian komponen dari baja digantikan aluminium, plastik,
Faktor Umum Dalam Pemilihan Material

(1) Persyaratan fungsional dan batasan (constraint)

(2) Sifat mekanis (mechanical properties)

(3) Konfigurasi disain

(4) Ketersediaan dan alternatif material

(5) Kemampuan dan kemudahan di fabrikasi (casting, rolling, forming,


forging, welding, dll).

(6) Ketahanan terhadap serangan korosi dan degradasi sifat mekanis


karena lingkungan,

(7) Stabilitas, terhadap lingkungan khususnya temperatur, radiasi

(8) Sifat yang unik dan dominan

(9) Biaya material (cost of raw material).


Sifat Mekanis (Statik) Dan Disain
Dalam konfigurasi disain maupun pemilihan material tidak lepas dari sifat
mekanisnya, khususnya sifat statiknya, mencakup :

(1) Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength), merupakan


kekuatan maksimum yang mampu ditahan material sebelum patah,

(2) Kekuatan mulur (yield strength), tegangan terendah dimana dimulainya


deformasi plastis.

(3) Kekerasan (hardness), ketahahan material terhadap beban indentasi


(beban di satu titik).

(4) Keuletan (ductility), diukur berdasarkan prosentase pengecilan


penampang atau pertambahan panjang saat uji tarik spesimen.

(5) Ketangguhan (toughness), diukur berdasarkan besarnya energi yang


mampu diserap dalam uji impak.

Sifat-sifat tersebut diatas dikaitkan dengan sifat mekanis –dinamik, serta


Faktor-faktor yang mempengaruhi service life peralatan
(contoh heat exchanger atau tangki di Pabrik Kimia, pompa,
jembatan, otomotive, dll)
(1) Disain (Design)

(2) Material untuk konstruksi (Material of construction)

(3) Spesifikasi (Specification)

(4) Fabrikasi dan kontrol kualitas (Fabrication & quality


control).

(5) Pengoperasian (Operation)

(6) Pemeliharaan (Maintenance)

(7) Kondisi lingkungan (Environmental conditions)


Dari berbagai faktor tersebut tadi, yang
relatif bobotnya penting adalah :
(1) Disain dan (2) Material.
Keduanya sama pentingnya untuk
mencapai kinerja (performance) dan
umur-pakai (life time) seperti yang
diinginkan.
Corrosion
Availability Resistance
Cost
in form required

Optimum material of construction

Mechanical strength: Cost and ease


Low temperature of
Intermediate temperature
Elevated temperature
Fabricability: maintenance
Ease of forming
Ease of welding
Ease of heat treatment
Ease of machining

PEMILIHAN MATERIAL YANG SESUAI UNTUK REKAYASA


KONSTRUKSI TERGANTUNG BEBERAPA FAKTOR.
APAKAH STANDARD ???

• Standard ditulis oleh Institusi Standard seperti BSI ( Inggris ), AFNOR


(Perancis), DIN (Jerman), ANSI, ASTM, AISI, API, SAE (Amerika ), JIS
(Jepang) dan SNI (Indonesia)
• Institusi Standard mempunyai kebijakan redaksional yang tegas dan
lugas dan biasanya rancangan standard dikaji ulang oleh berbagai pihak
yang terkait.
• Standard dirancang seputar “Persyaratan”, dimana harus cocok atau
sesuai dengan apa yang harus dicapai.
• Persyaratan tersebut harus mampu di uji (verifiable) dan berbagai
variasinya harus dapat di kontrol.
• Apabila didalam standard masih ada kalimat atau ketentuan yang
mengijinkan adanya perubahan, misalnya dengan kata-kata “ by
agreement”, maka akan mengurangi tingkat keandalan standarisasi.
HIRARKI BADAN STANDARISASI
INTERNASIONAL :
INTERNATIONAL STANDARD ORGANIZATION ( ISO )
UNIFIED NUMBERING SYSTEM (UNS)

REGIONAL :
???

NASIONAL :
ANSI, JIS, SNI, BS, DLL.

INDUSTRI :
API, ASME, SAE, TEMA, SII, ETC.

PERUSAHAAN (COMPANY) :
Operator, Contractor, Supplier
APAKAH UNIFIED NUMBERING SYSTEM
( UNS ) ?
(1) Tahun 1967 :
SAE dan ASTM menyusun standard sebagai supplement yang sudah ada.
(2) Tahun 1974:
SAE dan ASTM mengeluarkan dokumen panduan ( sekitar 1000 spesifikasi baja,
stainless steel dan super alloy, aluminium, dll. )
(3) Tahun 1986 :
UNS-Handbook ( Edisi ke-4 ) di cetak dan dipakai sebagai Worldwide Guide; dan sudah
memuat sekitar 3000 informasi tentang material.
Diskripsi UNS :
• Dikategorikan ke dalam 18 group material dan paduan.
• Cara penomoran menggunakan awalan huruf tunggal di ikuti angka 5 digit.
( Contoh: AISI 1020 ---> UNS G10200; AISI SS 316 ---> S 31600;
AA AI 2024 ---> UNS A92024 )
UNIFIED NUMBERING SYSTEM - UNS

UNS number consists of a single letter prefix followed by five


digits
in most cases, the letter is suggestive of the family of metals
identified, for example ;
A : for aluminium,
P : for precious metals,
N : for nickel
C : for copper
UNS - FOR METAL AND ALLOY

For example, (a) carbon steel, presently indentified by AISI 1020, is covered
by UNS G11020; (b) free cutting brass, now indentified by CDA 360, is
covered by UNS C36000.
APAKAH SPESIFIKASI ???
Tabel 1. Standard produk baja (USA)
KRITERIA DALAM MENYUSUN SPESIFIKASI
KLASIFIKASI BAHAN / MATERIAL

FUNGSI :
(1) Standard atau spesifikasi bahan/material logam
(2) Pedoman untuk pemilihan material ( material selection )
(3) Dokumentasi bagi konsumen dan produsen

TUJUAN :
(1) Mengetahui produk / material logam yang tersedia di pasaran.
(2) Karakterisasi produk / material logam untuk keperluan
rekayasa teknik, antara lain;
(a) Technical drawing,
(b) Purchasing specification
KLASIFIKASI SPESIFIKASI

Spesifikasi teknis dapat diklasifikasikan menjadi empat


kategori, sebagai berikut ;
(1) Spesifikasi disain (rancangan) - design specification -
adalah kriteria disain untuk suatu produk atau sistem
peralatan / fasilitas tertentu, dll.
(2) Spesifikasi material - menyajikan komposisi material dan
sifat fisik maupun sifat mekanis, termasuk sifat korosi, dll.
(3) Spesifikasi konstruksi - cara-cara konstruksi yang
memanfaatkan material tertentu atau spesifikasi, dll.
(4) Spesifikasi kinerja/unjuk kerja ( Performance )
- persyaratan unjuk kerja / kinerja suatu produk, peralatan, sistem
rekayasa teknis atau produk, atau suatu fasilitas untuk periode
waktu tertentu ( umur disain).
CAKUPAN INFORMASI SPESIFIKASI
MATERIAL

(1) Diskripsi; menerangkan jenis produk / proses


( misal hot rolled, cold rolled, forged, sheet, strip,
bar, shape, dll.).
(2) Komposisi kimia; termasuk cara mengukurnya.
(3) Sifat mekanis; termasuk cara / metoda pengujian.
(4) Toleransi dimensi ( ketebalan, panjang, lebar,
kerataan, diameter, dll.)
(5) Kondisi permukaan ( surface finishing )
• Kekasaran ( roughness )
• Goresan ( scratches )
CAKUPAN INFORMASI SPESIFIKASI
MATERIAL ( Lanjutan )

(6) Persyaratan khusus, mencakup:


• Coating
• Packaging
• Corrosion test
• Forming test
• Allowable defects (metallurgical defects, casting
defects, forging defects, etc. )
Catatan :
Butir (6) biasanya menyebabkan adanya extra cost
yang dibebankan kepada cost of raw material.
TERMINOLOGI DI DALAM KLASIFIKASI LOGAM BAJA
DAN PANDUANNYA

GRADE :
Digunakan untuk membedakan material baja dan panduannya atas dasar
komposisi kimia atau kadang-kadang menunjukkan kekuatan bahan.

TYPE :
Digunakan untuk membedakan material baja dan panduannya berdasarkan
proses de-oksidasi yang dilakukan: atau kadang-kadang komposisi
kimianya.

CLASS :
Digunakan untuk membedakan material baja dan panduannya atas dasar
strata kekuatannya atau surface smothness.
smothness

DI DALAM STANDARD ASTM TERMINOLOGI DI ATAS SERING


DIPERTUKARKAN
TERMINOLOGI DI DALAM KLASIFIKASI
LOGAM BAJA DAN PANDUANNYA ( lanjutan )

CONTOH :

ASTM A 533 ( Alloy steel for pressure vessel plate );


) “type” digunakan
untuk menunjukkan komposisi kimia; dan “class” menunjukkan
strata kekuatannya.

ASTM A 515 ( Carbon steel pressure vessel plate );


) grade
menunjukkan strata kekuatan.

ASTM A 302 ( alloy steel for pressure vessel plate );


) grade ( A s/d D )
menunjukkan persyaratan komposisi kimia dan sifat mekanis.
DESKRIPSI KUALITAS ( QUALITY
DESCRIPTOR )

Istilah kualitas ( quality ) di dalam industri baja untuk


mendiskripsikan produk yang dihasilkan mencakup :

• Karakteristik khusus
• Aplikasi tertentu
• Proses fabrikasi lanjut, atau manufacturing khusus, dan lain-lain.

TUJUAN :

(1) Agar terjadi komunikasi yang baik antara para produsen, atau
antara produsen dan konsumen.
(2) Mendiskripsikan kualitas produk logam baja dan panduan sesuai
dengan yang diinginkan atau penggunaannya maupun fungsinya.
DESKRIPTOR KUALITAS BAJA KARBON DAN
PANDUAN

Quality Descriptors mendeskripsikan kualitas produk


logam baja dan panduannya sesuai dengan
penggunaannya.

A. Baja Karbon
1. Semi finished for forging
1.1 Forging Quality
• Special Hardenability
• Special Internal Soundness
• Nonmetallic Inclusion Requirement
• Special Surface
DESKRIPTOR KUALITAS BAJA KARBON DAN
PANDUAN ( lanjutan )

2. Carbon Steel Structural Section


2.1. Structural Quality

3. Carbon Steel Plate


• Regular Quality
• Structural Quality
• Cold Drawing Quality
• Etc.
DESIGNATION

Adalah specific indentification setiap grade, type atau class


material baja dan paduannya dengan memberikan kode
angka, huruf atau symbol sedemikian; sehingga identitas
material tersebut bersifat unik dan memberikan makna atau
arti nilai atau sifat tertentu material logam.

Biasanya berdasarkan sifat atau nilai komposisi kimianya, atau


sifat mekanisnya.
Standard atau spesifikasi material logam yang unik dan
mempunyai nama, banyak dipakai oleh :
(1) American Iron and Steel Institute( AISI )
(2) Society of Automotive Engineering (SAE)
(3) Deutsche Industrial Norm ( DIN )
CLASSIFICATION OF IRON AND
STEEL ACCORDING SAE AND AISI
The first number indicates the type of steel. Carbon, for instance, is denoted by
the number 1, 2 is a nickel steel, 3 is a nickel-chromium steel and so on.

The second digit indicates the approximate percentage of the predominant


alloying element.

The AISI prefixes are as follows:


B - Acid Bessemer, carbon steel
C - Basic open heart carbon steel
CB - Either acid Bessemer or basic open hearth carbon steel at the option of
the manufacturer
D - Acid open hearth carbon steel
E - Electric furnace alloy steel

The AISI suffix H is used where hardenability is a major requirement


AISI - SAE system of designations
Klasifikasi baja menurut AISI &
SAE
Baja seri 1045 utk yoke ball
• 1045 termasuk seri 10xx atau seri baja
karbon
• Angka 45 merupakan kandungan karbon
= 45/100 % = 0,45%
DIN Material Designation

Penjelasan nama baja dan paduannya berdasarkan komposisi


kimia (menurut DIN EN 10027); angka awal menunjukkan
kandungan karbon x 100, diikuti elemen paduan, dan prosentase
elemen paduan tersebut.
• Faktor untuk elemen Co, Cr, Mn, Ni, Si, W = x 4
• Faktor untuk elemen Al, Cu, Mo. Ti, V, Nb, Ta, Be, Pb, Zr = x 10
• Faktor untuk N, P, S, Ce = x 100
• Faktor untuk B = x 1000

Paduan rendah (low alloy) total elemen paduan < 5%, dan paduan tinggi
(high alloy) total element paduan > 5, dimana ditambah huruf X di depan
angka awal (karbon). Pada paduan tinggi, angka dibelakang elemen
paduan menunjukkan prosentasenya tanpa memperhatikan faktor
pembagi diatas.
DIN Material Designation

Contoh :
1) 55 CrNiMoV 4 2 4 (DIN 1.2742), komposisinya C = 0,55%, Cr = 1%, Ni =
0,50%, Mo = 0,40%, V < 0,10% (tidak dituliskan). Dalam tabel tertulis C = 0,53-
0,58%, Cr = 0,90-1,10%, Ni = 0,45 - 0,60%, Mo = 0,38-0,48%, V = 0,03-0,10%.

2) X3NiCoMoTi 18 9 5 1 (DIN 1.2709), komposisinya C = 0,03%, Ni = 18%, Co =


9%, Mo = 5%, Ti = 1%. Dalam tabel C = 0,03%, Ni = 17-19%, Co = 8,5-10%, Mo
= 4,50-5,20%, dan Ti = 0,8-1,20%.

3) GX25MnCrNi 8 8 6 (DIN 1.3966), komposisinya C = 0,25%, Mn = 8%, Cr =


8%, Ni = 6%; dalam tabel C = 0,22-0,28%, Mn = 7,50-9,50%, Cr = 7 -8,5%, dan
Ni = 5 – 6,5%.
Catatan : Huruf G berarti produk tersebut dalam bentuk coran (cast = Guss).
Klasifikasi Baja (Steel)
• DIN
Code Material Type of Treatment Tensile Yield Elongation
Number Number deoxidation condition strength point (%)
(kg/mm2) (kg/mm2) [lo=5do]
St 33-1 1.0033 - - 18
33-50 19
St 33-2 1.0035 - - (14)
USt 34-1 1.0100 U U, N
RSt 34-1 1.0150 R U, N
34-42 21 28 (20)
USt 34-2 1.0102 U U, N
USt 34-2 1.0108 R U, N
USt 37-1 1.0110 U U, N
RSt 37-1 1.0111 R U, N
USt 37-2 1.0112 U U, N 37-45 24 25 (18)
USt 37-2 1.0114 R U, N
St 37-3 1.0116 RR U, N

11/16/18 Template copyright 50


www.brainybetty.com 2005
Classification scheme for the
various ferrous metal alloys Ferrous metal alloys

Ferrous Nonferrous

Steels Cast iron

Low alloy
Gray Ductile White Malleable
iron Nodular iron iron
iron
High alloy

Low carbon Medium High


carbon carbon

Plain High Plain Heat Plain Tool Stainless


strength,
low alloy treatable
STEEL SELECTION FOR USES
Several properties should be considered when selecting a piece of
steel for a job:
a) Strength, b) Machinability, c) Hardenability, d) Weldability, e)
Formability, f) Fatigue resistance, g) Corrosion resistance.
Uses of ferrous metals by carbon content. Hardness and strength of
steels depend largely upon their carbon content and heat treatment.

Carbon content ( % ) Elongation in tensile test (%)

Nil ( i.e. pure iron) 42


0.2 37
0.4 31
0.6 22
0.8 17
1.2 3
STEEL SELECTION FOR USES
(Lanjutan )

Type Carbon Range SAE Typical Uses


(%) Number
Carbon Steels

Low 0.05-0.30 1006 For cold formability


1008 Wire, nails, rivets, screw
1010 Sheet stock for drawing
1015 Fenders, pots, pans, welding rods
1020 Bars, plates, structural shapes, shafting
1030 Forgings, carburized parts, keystock
1111 Free-machining steel
1113 Free-machining steel
Medium 0.30-0.60 1040 Heat- treated parts that require
Moderate strength and high toughness
Such bolts, shafting, axles, spline shaft
1060 Higher strength, heat-treated parts with moderate
toughness such as lock washers, springs, band saw
blades, ring gears, valve springs, snap rings.
STEEL SELECTION FOR USES (Lanjutan )
Type Carbon Range SAE Typical Uses
(%) Number
High 0.60-2.0 1070 Chisels, center punches
1080 Music wire mower blades, leaf spring.
Hay rake times, leaf springs, knives,
1095 wood working tools, files, reamers.
Ball bearing, punches, dies.
52100
Cast Iron
Gray 2.0-4.5 Machinable castings such as engine
blocks, pipe, gears, lathe beds.
White 2.0-3.5 Nonmachinable casting such as cast
parts for wear resistance
Malleable 2.0-3.5 Produced from white cast iron;
machinable casting such as axle and
differential housings, crankshafts,
camshafts.
Ductile ( nodular ) 2.0-4.5 Machinable casting such as pistons,
cylinder blocks and heads, wrench,
forming dies.
STAINLESS STEEL ALLOYS

Iron based alloy containing a minimum of 10 to 12% chromium

Chromium combines with oxygen to form a thin layer of CHROMIUM


OXIDE

This alloy has RESISTANCE to staining and corrosion

TYPES OF STAINLESS STEEL


AUSTENITIC - non magnetic
FERRITIC - magnetic
MARTENSITIC - magnetic
DUPLEX - magnetic
PRECIPITATION HARDENING (PH) - magnetic
AUSTENITIC STAINLESS STEEL

300 SERIES
• The 18% Chromium and 8 % Nickel
• Austenitic Stainless Steels - non magnetic
• Easy to weld, but does not perform well in chloride
environments

200 SERIES
A higher percentage of manganese and lower nickel content is used
to reduce cost. Nitrogen is added as strengthening agent. These
alloys have higher tensile strength and equal or greater corrosion
resistance than many of the 300 series.
FERRITIC STAINLESS STEEL

400 SERIES
Ferritic Stainless steel have 11.5 to 18 % Chromium Lower
carbon content, than Martensitic Stainless Steels.
Type 430, 442 and 446 are not hardenable

MARTENSITIC STAINLESS STEEL

400 SERIES
Martensitic Stainless Steels containing 11 to 14 % Chromium.
Such as 410, 420 and 440C. These types have sufficient carbon to
promote hardening when steel is cooled from 1900 0 F and are called
Hardenable Stainless Steels.
MARTENSITIC STAINLESS STEEL

500 SERIES
Not true stainless steels, but has useful properties derived from the
chromium and molybdenum contents, e.g. SS 501, 502, 503 and 504
The lower chromium content and lower molybdenum content ( 5% Cr,
0,5% Mo, and 9% Cr, 1% Mo ) provide excellent strength at the
temperatures found in high pressure steam piping.

They are ferritic in the annealed condition, but are martensitic after rapid
cooling in air or a liquid medium from above the critical temperature.

Generally, martensitic stainless steel have excellent strength compare


with ferritic or austenitic stainless steel.
DUPLEX STAINLESS STEEL

Microstructures consist of part Austenitic and part Ferritic


Obtained by chemistry and heat treatment of the alloys.
Has higher strength and resistance to chloride environments than the
austenitic series.
Have lower ductility and toughness. E.g. : S31500 (3RE60), S32550
(Ferralium 255), S31803 (2205).

PRECIPITATION HARDENING - SS
The merit of the PH-SS is that they combine the strength of martensitic
alloys and the corrosion resistance of austenitic stainless steel. PH types
generally are heat treated to final properties by the fabricator, thereby
offer a desirable combination of high strength, corrosion resistance and
fabricability. E.g. SS 17-4 PH, SS 17-7 PH (631) , SS 15-5 PH, PH 15-7
Mo (632),
Baja Paduan
• Baja paduan rendah berkekuatan tinggi
(high strength alloy steel)
– C<0,30%
– Strukturmikro: butir besi- halus, fasa kedua
martensit & besi-
– Produknya: pelat, balok, profil
• Baja fasa ganda (Dual- phase steel)
– Strukturmikro: campuran besi- & martensit
Baja paduan rendah berkekuatan
tinggi
Kekuatan luluh Komposis kimia Deoksidasi
103 Psi MPa
35 240
40 275
S = kualitas struktur F = kill + kontrol S
45 310
50 350 X = paduan rendah K = kill
60 415
W = weathering O = bukan kill
70 485
80 550 D = fasa ganda
100 690
120 830
140 970

Cth. 50XF
50  kekuatan luluh 50x103 Psi
X  paduan rendah
F  kill + kontrol S
Baja tahan karat
• Sifatnya tahan korosi, kekuatan &
keuletan tinggi dan kandungan Cr tinggi
• Kandungan lain : Ni, Mo, Cu, Ti, Si, Mg,
Cb, Al, N dan S
Jenis baja tahan karat
• Austenitik (seri 200 & 300)
– Mengandung Cr, Ni dan Mg
– Bersifat tidak magnit, tahan korosi
– Utk peralatan dapur, fitting, konstruksi, peralatan
transport, tungku, komponen penukar panas,
linkungan kimia
• Ferritik (seri 400)
– Mengandung Cr tinggi, hingga 27%
– Bersifat magnit, tahan korosi
– Utk peralatan dapur.
Jenis baja tahan karat
• Martemsitik (seri 400 & 500)
– Mengandung 18%Cr, tdk ada Ni
– Bersifat magnit, berkekuatan tinggi, keras, tahan
patah dan ulet
– Utk peralatan bedah, instrument katup dan pegas
• Pengerasan presipitasi
– Mengandung Cr, Ni, Cu, Al, Ti, & Mo
– Bersifat tahan korosi, ulet & berkekuatan tinggi pada
suhu tinggi
– Utk komponen struktur pesawat & pesawat ruang
angkasa
Jenis baja tahan karat
• Struktur Duplek
– Campuran austenit & ferrit
– Utk komponen penukar panas & pembersih
air
Besi cor
• Besi tuang
disusun oleh
besi, 2,11-4,50%
karbon dan
3,5% silikon
• Kandungan Si
mendekomposisi
Fe3C menjadi
Fe- dan C
(garfit)
Jenis besi cor
• Besi cor kelabu
• Besi cor nodular (ulet)
• Besi cor tuang putih
• Besi cor malleable
Besi cor kelabu
• Disusun oleh
serpihan C (grafit)
yang tersebar pada
besi-
• Bersifat keras &
getas
Besi cor nodular (ulet)
• C (grafit)nya
berbentuk bulat
(nodular) tersebar
pada besi-.
• Nodular terbentuk
karena besi cor kelabu
ditambahkan sedikit
unsur magnesium dan
cesium
• Keras & ulet
Besi cor putih
• Disusun oleh besi-
dan besi karbida
(Fe3C)
• Terbentuk melalui
pendinginan cepat
• Getas, tahan pakai
& sangat keras
Besi cor malleable
• Disusun oleh besi-
dan C (grafit)
• Dibentuk dari besi
cor putih yang dianil
pada 800-900oC
dalam atmosphere
CO & CO2
Logam Bukan
Besi
Pendahuluan
• Logam & paduan bukan besi
– Logam biasa: Al, Cu, Mg
– Logam/paduan tahan suhu tinggi: W, Ta, Mo
• Aplikasi utk
– Ketahanan korosi
– Konduktifitas panas $ listrik tinggi
– Kerapatan rendah
– Mudah dipabrikasi
• Cth.
– Al utk pesawat terbang, peralatan masak
– Cu utk kawat listrik, pipa air
– Zn utk karburator
– Ti utk sudu turbin mesinjet
– Ta utk mesin roket
Alimunium
Produk Wrough
1xxx Al murni: 99,00%
2xxx Al+Cu
3xxx Al+Mn
4xxx Al+Si
5xxx Al+Mg
6xxx Al+Mg+Si
7xxx Al+Zn
8xxx Al+unsur lain
Alimunium
Produk Cor

1xx.x Al murni: 99,00%


2xx.x Al+Cu
3xx.x Al+Si, Cu, Mg
4xx.x Al+Si
5xx.x Al+Mg
6xx.x Tidak digunakan
7xx.x Al+Zn
8xx.x Al+Pb
Perlakuan utk produk aluminium
wrough dan cor
F Hasil pabrikasi (pengerjaan dingin
atau panas atau cor)
O Proses anil (hasil pengerjaan dingin
atau panas atau cor)
H Pengerjaan regangan melalui
pengerjaan dingin (utk produk
wrough)
T Perlakuan panas
Magnesium & paduan
magnesium
• Logam terringan dan penyerap getaran yg baik
• Aplikasi:
– Komponen pesawat & missil
– Mesin pengankat
– Pekakas
– Tangga
– Koper
– Sepeda
– Komponen ringan lainnya.
Paduan magnesium:
produk wrough dan cor
Paduan Komposisi (%) Kondisi Pembentukk
Al Zn Mn Zr an

AZ31B 3,0 1,0 0,2 F H24 Ekstrusi


lembaran &
pelat
AZ80A 8,5 0,5 0,2 T5 Ekstrusi &
tempa
HK31A 0,7 H24 Lembaran &
pelat
ZK60A 5,7 0,55 T5 Ekstrusi &
tempa
Penamaan paduan
magnesium
• Hurup 1&2 menyatakan unsur pemadu utama
• Angka 3&4 menyatakan % unsur pemadu utama
• Hurup 5 menyatakan standar paduan
• Hurup dan angka berikutnya menyatakan perlakuan
panas
Contoh. AZ91C-T6
A Al
Z  Zn
9  9%Al
1  1%Zn
C  Standar C
T6  Perlakuan panas
Tembaga & paduan tembaga
• Sifat paduan tembaga:
– Konduktifitas listrik dan panas tinggi
– Tidak bersifat magnit
– Tahan korosi
• Aplikasi
– Komponen listrik dan elektronik
– Pegas
– Cartridge
– Pipa
– Penukar panas
– Peralatan panas
– Perhiasan, dll
Jenis paduan tembaga
• Kuningan (Cu+Zn)
• Perunggu (Cu+Sn)
• Perunggu Al (Cu+Sn+Al)
• Perunggu Be (Cu+Sn+Be)
• Cu+Ni
• Cu+Ag
Nikel & paduan nikel
• Sifat paduan nikel
– Kuat
– Getas
– Tahan korosi pada suhu tinggi
• Elemen pemadu nikel: Cr, Co, Mo dan Cu
• Paduan nikel base = superalloy
• Paduan nikel tembaga = monel
• Paduan nikel krom = inconel
• Paduan nikel krom molybdenum = hastelloy
• Paduan nikel kron besi = nichrome
• Paduan nikel besi = invar
Supperalloy
• Tahan panas dan tahan suhu tinggi
• Aplikasi: mesin jet, turbin gas, mesin roket,
pekakas, dies, industri nuklir, kimia dan
petrokimia
• Jenis superalloy
– Superalloy besi base: 32-67%Fe, 15-22%Cr, 9-38%Ni
– Superalloy kobalt base: 35-65%Co, 19-30%Cr, 35%Ni
– Superalloy nikel base: 38-76%Ni, 27%Cr, 20%Co.
Keramik
Keramik
• Senyawa logam atau bukan logam yang
mempunyai ikatan atom ionik dan kovalen
• Ikatan ionik dan kovalen menyebabkan keramik
mempunyai titik lebur tinggi dan bersifat isolator
• Keramik terdiri dari
– Keramik tradisional, disusun oleh tanah liat, silika dan
feldspar. Cth. bata, ubin, genteng dan porselen
– Keramik murni atau teknik, disusun oleh senyawa
murni.
Struktur Kristal
• Sebagian besar keramik diikat secara ionik
dan hanya sedikit tang diikat secara kavalen
• Ikatan ionik biasanya mempunyai diameter
atom kation < atom anion, akibatnya atom
kation selalu dikelilingi atom anion.
• Jumlah atom tetangga terdekat (mengelilingi)
atom tertentu dikenal sbg bilangan koordinasi
(Coordination number).
Hub.bil.koordinasi dan perbandingan
jari2atom kation-anion
Bilangan Perbandingan Geometri
koordinasi jari-jari kation- koordinasi
anion
2 <0,155
3 0,115-0,225
4 0,225-0,414
6 0,414-0,732
8 0,723-1,0
Jari-jari kation dan anion
Kation Jari-jari ion (nm) Anion Jari-jari ion (nm)

Al 3+ 0,053 Br - 0,196
Ba 2+ 0,136 Cl - 0,181
Ca 2+ 0,100 F- 0,133
Cs + 0,170 I- 0,220
Fe 2+ 0,077 O 2- 0,140
Fe 3+ 0,069 S 2- 0,184
K+ 0,138
Mg 2+ 0,072
Mn 2+ 0,067
Na 2+ 0,102
Ni 2+ 0,069
Si 4+ 0,040
Ti 2+ 0,061
Struktur Kristal Tipe AX
Cth.; NaCl, CsCl, ZnS dan intan
• Struktur NaCl (Garam)
– Bentuk kubik berpusat muka
(FCC)
– 1 atom kation Na+ dikelilingi 6
atom anion Cl- (BK 6)
– Posisi atom kation Na+: ½½½,
00½, 0½0, ½00
– Posisi atom anion Cl-: 000,
½½0, ½0½, 0½½
– Cth seperti kristal garam: MgO,
MnS, LiF dan FeO.
– Perbadingan jari-jari atom kation
dan anion = 0,102/0,181 = 0,56
Struktur kristal tipe AX
• Struktur CsCl
– Bentuk kubik sederhana
(simple cubic)
– 1 atom kation Cs+ dikelilingi
8 atom anion Cl- (BK 8)
– Posisi atom kation Na+: ½½
– Posisi atom anion Cl-:000
– Perbandingan jari-jari aton
kation dan anion =
0,170/0,181 = 0,94.
Struktur kristal tipe AX
• Struktur ZnS
– Bentuk Sphalerite
– 1 atom kation Zn+ dikelilingi 4
atom anion S- (BK 4)
– Posisi atom kation Zn+:
¾¾¾, ¼¼¾, ¼¾¼, ¾¼¼
– Posisi atom anion S-: 000,
½½0, ½0½, 0½½
– Cth seperti kristal ZnS: ZnTe,
BeO dan SiO.
– Perbandingan jari-jari atom
kation dan anion =
0,060/0,174 = 0,344
Struktur kristal AX
• Struktur intan
– Bentuk sama seperti
ZnS, tetapi seluruh
atomnya diisi atom C.
– Ikatan atomnya ikatan
atom kovalen

Struktur kristal intan


Struktur kristal AmXp
• Al2O3 (korundum)
– Bentuk heksagonal
tumpukan padat

Struktur kristal Al2O3


Struktur kristal AmBnXp
• BaTiO3
– Bentuk kristal perouskite
– Atom kation: Ba2+ dan
Ti4+
– Atom anion: O2-

Struktur kristal perouskite


MATERIAL PLASTIK / POLIMER
Berdasarkan kekuatan inter-molekular diklasifikasikan menjadi :
(1) Elastomer, (2) Plastik, dan (3) Fiber
Karena sifatnya visco-elastic, polimer dapat memperlihatkan ciri-ciri glassy,
brittle solids, elastic rubbers, atau viscous liquid pada kondisi temperatur
yang berbeda dan stress loading sebagai fungsi waktu.
Diatas temperatur glass-transition (Tg) material polimer kehilangan sifat
mekanisnya karena mulai masuk dalam kondisi visco-elastic.
Banyak polimer dalam kondisi glassy state (non-crystalline atau amorphous
seperti glass) dibawah Tg temperature, sehingga bersifat keras (hard), kaku
(stiff) dan seringkali rapuh (brittle). Ketika temperatur naik diatas glass
transition range, polimer menjadi visco-elastic, dan derajad elastisitasnya
meningkat secara signifikan. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi, polimer
menjadi free-flowing viscous liquid, sehingga cocok dan mampu dilakukan
ekstrusi atau molding.
MATERIAL PLASTIK / POLIMER

Ada dua macam : (1) Thermoplastik, dan (2) Thermosetting


Thermoplastik
Terdiri dari molekul berantai panjang linier atau bercabang tetapi
tidak saling interconnected. Mempunyai sifat plastisitas dengan
meningkatnya temperatur, dan tidak mengalami perubahan kimia
ketika dipanaskan maupun didinginkan, sehingga sifat
plastisitasnya tetap karena strukturnya tidak berubah (reversible).
Beberapa contoh material thermoplastik, antara lain :
* Polyethyelene (polythene)
* Polyvinyl chloride (PVC)
* Polystyrene
* Polypropylene
* Nylon
MATERIAL PLASTIK / POLIMER

Thermosetting
Strukturnya berupa cross-lingked network, sehingga bersifat keras
dan kaku. Jika dipanaskan, network tetap utuh sampai temperatur
tertentu dimana molekul-molekul plastik disintegrasi; dan kalau
kembali di dinginkan secara kimiawi tidak kembali seperti semula
(ireversible). Oleh karena itu thermosetting tidak dapat kehilangan sifat
kekakuannya.

Beberapa contoh material themosetting, antara lain :


* Phenol formadeyde (Bakelite)
* Urea formaldehyde
* Melamine formaldehyde
* Polyester resin
* Epoxy resin
MATERIAL PLASTIK / POLIMER

Elastomers
Material rubber dan seperti rubber (rubber-like), yang bersifat
reversible elasticity , artinya dapat ditarik sampai sekitar
duakalinya dari panjang orisinalnya. Pada temperatur kamar
elastomer dan merecover bentuk orisinal dan ukurannya setelah
beban deformasi yang dialami dihilangkan.
Pada temperatur cukup rendah kebanyak elastomer menjadi kaku
dan getas.
Beberapa contoh material elastomer, antara lain :
* Butyl rubber
* Nitrile rubber
* Neoprene rubber
* Urethane
* Soft or hard natural rubber
* Silicone rubber
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai