Anda di halaman 1dari 156

1

KOMPONEN POROTFOLIO HASIL PELAKSANAAN PLP


A. Program Tahunan, Program Semester, dan Perhitungan Jam Efektif

Perhitungan Jumlah Jam Efektif


Semester I
Tahun Pelajaran 2018 /2019

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : XI / IPS
Jumlah JP : 4JP/minggu
Jumlah Pertemuan : 2x / minggu

1. Jadwal Pelajaran
a. Hari : Selasa (2JP)
b. Hari : Rabu (2JP)
2
2. Perhitungan Jam Efektif ( selama semester 1 )

Jumlah Hari Jumlah


Bulan
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu  
Juli   1 1       2
Agustus   5 4       9
September   2 3       5
Oktober   5 5       10
November   3 4       7
Desember              
Jumlah   16 17       33

Jumlah Jam Efektif:


a. Hari : Selasa = 16 x 2JP = 32 jam
b. Hari : Rabu = 17 x 2JP = 34 jam
Total : 66jam

3. Rencana Penggunaan Jam Efektif


3

Jumlah
No. Keterangan Jam
a. Tatap muka 60
Penilaian Harian, Remidi, dan
4
b. Pengayaan
Penilaian semester
c.   8
d. Cadangan 4
  Jumlah 74

Perhitungan Jumlah Jam Efektif


4
Semester II

Tahun Pelajaran 2018/2019

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : XI / II
Jumlah JP : 4JP./minggu
Jumlah Pertemuan : 2x / minggu

1. Jadwal Pelajaran
a. Hari : Selasa (2JP)
b. Hari : Rabu (2JP)

2. Perhitungan Jam Efektif ( selama semester 2 )


5
Jumlah Hari Jumlah
Bulan
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Januari   4 5       9
Februari   3 4       7
Maret   1 1       2
April   3 2       5
Mei   2 3       5
Juni   2 2       4
Jumlah   15 17       32

Jumlah Jam Efektif:


a. Hari : Selasa = 15x2JP = 30 jam
b. Hari : Rabu = 17x2JP = 34 jam
Total : 64 jam

3. Rencana Penggunaan Jam Efektif


6
Jumlah
No. Keterangan Jam
a. Tatap muka 54

Penilaian Harian, Remidi,


6
dan Pengayaan
b.
Penilaian semester
c.   6
d. Cadangan 4
  Jumlah 70

PROGRAM TAHUNAN
7
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Ngaglik
Kelas/Jurusan : XI/IPS
Tahun Pelajaran : 2018-2019
Jadwal : Selasa dan Rabu

Semester No. KD Kompetensi Dasar Materi Alokasi Keterangan


Waktu
I 3.1 Mengonstruksi informasi berupa Isi Teks Prosedur 4  
pernyataan-pernyataan umum dan
tahapan-tahapan dalam teks prosedur
4.1 Merancang pernyataan umum dan 4  
tahapan-tahapan dalam teks prosedur
dengan organisasi yang tepat secara lisan
dan tulis
3.2 Menganalisis struktur dan kebahasaan Teks Prosedur: Struktur, 2  
teks prosedur kebahasaan, konjungsi,
4.2 Mengembangkan teks prosedur dengan jenis kalimat, verba 4  
memerhatikan hasil analisis terhadap isi, material dan verba
struktur, dan kebahasaan tingkah laku
3.3 Mengidentifikasi informasi (pengetahuan Teks Eksplanasi: 2  
dan urutan kejadian) dalam teks Pengertian, isi, dan
eksplanasi lisan dan tulis kejadian yang
8
4.3 Mengonstruksi informasi (pengetahuan menunjukkan hubungan 4  
dan urutan kejadian) dalam teks kausalitas
eksplanasi secara lisan dan tulis
3.4 Menganalisis struktur dan kebahasaan Teks Eksplanasi: 2  
teks eksplanasi Struktur,kebahasaan, dan
4.4 Memproduksi teks eksplanasi secara konjungsi 4  
lisan atau tulis dengan memerhatikan
struktur dan kebahasaan
3.5 Mengidentifikasi informasi berupa Ceramah:Unsur-unsur, 2  
permasalahan aktual yang disajikan kebahasaan, dan isi
dengan ceramah
4.5 Menyusun bagian-bagian penting dari 4  
permasalahan altual sebagai bahan untuk
disajikan dalam ceramah
3.6 Menganalisis isi, struktur, dan Teks Ceramah: Isi, 2  
kebahasaan dalam ceramah struktur, kebahasaan, dan
4.6 Mengkonstruksi ceramah tentang teknik orasi ceramah 4  
permasalahan aktual dengan
memerhatikan aspek kebahasaan dan
menggunakan struktur yang tepat
3.7 Mengidentifikasi butir-butir penting dari Buku pengayaan 2  
satu buku pengayaan (nonfiksi) yang nonfiksi: isi buku,
dibaca keunggulan, kelemahan
4.7 Menyusun laporan butir-butir penting buku, 4  
dari satu buku pengayaan (nonfiksi)
9
3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan Cerita Pendek: Isi 4  
yang terkandung dalam kumpulan cerita cerpen, nilai-nilai
pendek yang dibaca kehidupan,
4.8 Mendemonstrasikan salah satu nilai 4  
kehidupan yang dipelajari dalam cerita
pendek
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun Cerita Pendek: Unsur- 2  
cerita pendek dalam buku kumpulan unsur pembangun cerpen
cerita pendek dan mereknstruksi cerpen
4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek 6  
dengan memerhatikan unsur-unsur
pembangun cerita pendek
      60

Alokasi
Semester No.KD Kompetensi Dasar Materi Keterangan
Waktu
10
Menemukan butir-butir penting dari dua Buku Nonfiksi: isi buku  
3.10 buku pengayaan (nonfiksi) yang dibaca pengayaan, keunggulan 2
Mempertunjukkan kesan pribadi buku, kelemahan buku,  
terhadap salah satu buku ilmiah yang dan simpulan.
4.10 2
dibaca dalam bentuk teks eksplanasi
singkat
3.11 Menganalisis pesan dari satu buku fiksi Buku Fiksi: Isi buku fiksi,  
yang dibaca bagian-bagian dalam buku 2
4.11 Menyusun ulasan terhadap pesan dari fiksi, dan ulasan terhadap  
satu buku fiksi yang dibaca buku fiksi. 2
3.12 Mengidentifikasi informasi penting Proposal: Informasi dalam  
II yang ada dalam proposal kegiatan atau proposal dan unsur-unsur 2
penelitian yang dibaca proposal.
4.12 Melengkapi informasi dalam proposal  
secara lisan supaya lebih efektif 2
3.13 Menganalisis isi, sistematika, dan Proposal: Isi proposal,  
kebahasaan suatu proposal sistematika proposal, dan 2
4.13 Merancang sebuah proposal karya unsur kebahasaan  
ilmiah dengan memerhatikan informasi, proposal.
4
tujuan, dan esensi karya ilmiah yang
diperlukan
3.14 Mengidentifikasi informasi, tujuan dan Karya Ilmiah: unsur-  
esensi sebuah karya ilmiah yang dibaca unsur karya ilmiah, isi dan 2
11
4.14 Merancang informasi, tujuan, dan esensi kebahasaan karya ilmiah,  
yang harus disajikan dalam karya ilmiah tujuan dan esensi karya 2
ilmiah,
3.15 Menganalisis sistematika dan Karya Ilmiah:  
kebahasaan karya ilmiah Kebahasaan karya ilmiah, 2
4.15 Mengonstruksi sebuah karya ilmiah kalimat baku, penggunaan  
dengan memerhatikan isi, sistematika, EYD (penomoran bab,
dan kebahasaan penulisan judul), dan 2
menyusun karya ilmiah
3.16 Membandingkan isi berbagai resensi Resensi: isi kebahasaan  
untuk menemukan sistematika sebuah dalam resensi, membuat 2
resensi resensi, unsur-unsur
4.16 Menyusun sebuah resensi dengan resensi, dan sistematika  
memerhatikan hasil perbandingan resensi.
2
beberapa teks resensi

3.17 Menganalisis kebahasaan resensi Resensi: unsur-unsur  


setidaknya dua karya yang berbeda kebahasaan resensi dan 2
4.17 Mengkonstruksi sebuah resensi dari merekonstruksi resensi.  
buku kumpulan cerita pendek atau 2
novel yang sudah dibaca
3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak Drama: Alur dalam 2  
demi babak, dan konflik dalam drama drama, babak dalam
yang dibaca atau ditonton drama, konflik dalam
12
4.18 Mempertunjukkan salah satu tokoh drama, dan penokohan  
dalam drama yang dibaca atau ditonton dalam drama.
secara lisan 4

3.19 Menganalisis isi dan kebahasaan drama Drama: isi dan  


yang dibaca atau ditonton kebahasaan drama, 2
4.19 Mendemonstrasikan sebuah naskah persiapan mementaskan  
drama dengan memerhatikan isi dan drama, dan pementasan 2
kebahasaan drama.
3.20 Menganalisis pesan dari dua buku fiksi Fiksi: unsur-unsur novel
(novel dan buku kumpulan puisi) yang atau kumpulan puisi dan 2  
dibaca ulasan terhdap novel atau
4.20 Menyusun ulasan terhadap pesan dari kumpulan puisi
dua buku kumpulan puisi yang 2
dikaitkan dengan situasi kekinian  
        48

PROGRAM SEMESTER
Mata Pelajaran :Bahasa Indonesia
13
Kelas / Program : XI/IPS
Semester :I
Tahun Pelajaran : 2018/2019

Kom Alo Bulan/Minggu


pete kasi Juli Agustus September Oktober November Desember
N
nsi Materi Ajar Waktu
O
Dasa 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
r
Mengonstruksi H   P   LIB
informasi berupa LIB A A UR
pernyataan- UR RI S/ SE
KD SE
1 pernyataan umum 4 H SR                       P ME
3.1 ME
dan tahapan- A A STE
tahapan dalam teks ST RI T R
prosedur ER PE            
2 KD Merancang 4 RT   S                                
4.1 pernyataan umum A R
dan tahapan- M
tahapan dalam teks A
prosedur dengan M
organisasi yang AS
tepat secara lisan U
14
dan tulis
3 Menganalisis                
KD struktur dan
2     S              
3.2 kebahasaan teks
prosedur
Mengembangkan
teks prosedur
dengan
KD memerhatikan hasil
4 4     R S                
4.2 analisis terhadap isi,
struktur, dan
kebahasaan            
 
5 2       R                
Ulangan Harian 1 K            
Mengidentifikasi SE
informasi K
(pengetahuan dan OL
KD
6 urutan kejadian) 2 A         S              
3.3
dalam teks H
eksplanasi lisan dan
tulis            
Mengonstruksi
informasi
KD (pengetahuan dan S
7 4                      
4.3 urutan kejadian) R
dalam teks            
15
eksplanasi secara
lisan dan tulis
Menganalisis
KD struktur dan
8 2 ;           S          
3.4 kebahasaan teks
eksplanasi            
Memproduksi teks
eksplanasi secara
lisan atau tulis
KD
9 dengan 4               R S      
4.4
memerhatikan
struktur dan
kebahasaan            
10 Ulangan Harian 2 2                 R                  
Mengidentifikasi
informasi berupa
KD
11 permasalahan aktual 2       S                
3.5
yang disajikan
dengan ceramah            
12 KD Menyusun bagian- 4                 R S              
4.5 bagian penting dari
permasalahan altual
sebagai bahan untuk
disajikan dalam
ceramah
16
Menganalisis isi,
KD struktur, dan
13 2         R              
3.6 kebahasaan dalam
ceramah            
Mengkonstruksi
ceramah tentang
permasalahan aktual
dengan
KD memerhatikan aspek S
14 kebahasaan dan 4                      
4.6 R
menggunakan
struktur yang tepat

           
Mengidentifikasi
butir-butir penting
KD dari satu buku
16 pengayaan 2             S          
3.7
(nonfiksi) yang
dibaca
           
17 KD Menyusun laporan 4                         R S        
4.7 butir-butir penting
dari satu buku
pengayaan
(nonfiksi)
17
Mengidentifikasi
nilai-nilai
KD kehidupan yang
18 4               R S      
3.8 terkandung dalam
kumpulan cerita
pendek yang dibaca            
Mendemonstrasikan
salah satu nilai
KD
19 kehidupan yang 4                 R S    
4.8
dipelajari dalam
cerita pendek            

Menganalisis unsur-
unsur pembangun
KD
20 cerita pendek dalam 2                   R    
3.9
buku kumpulan
cerita pendek
           
Mengkonstruksi
sebuah cerita
KD pendek dengan S
21 6                     R
4.9 memerhatikan R
unsur-unsur
pembangun cerpen            
  Cadangan 4                                   S
18
R
S Selasa
 
PAS/PAT

R Rabu
 
REMEDIAL

Libur Semester UTS


   
Hari-hari Masuk Sekolah
 

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Agus Marjanto, M.Pd Sutini, S.Pd.

PROGRAM SEMESTER
19
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Program : XI/IPS
Semester : II
Tahun Pelajaran : 2018/2019

Alok Bulan/ Minggu


Komp
N asi Januari Februari Maret April   Mei Juni
etensi Materi Ajar
O Wak
Dasar 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
tu
Menemukan U P I L
butir-bitir UJI L A P D I
penting dari AN A S E U B
SEK UN
1 3.10 dua buku 2 R                     N           / M L     U
OL BK
pengayaan AH G P B F R
(nonfiksi) yang DA A A A I S
dibaca N N T G T E
20

Mempertunjuk
kan kesan
pribadi
terhadap salah T
satu buku E
2 4.10 2   S                              
ilmiah yang N
dibaca dalam G I
bentuk teks A A M
eksplanasi H N E
singkat CA
S R R S
MPI
Menganalisis NG E A I T
KD pesan dari satu M P E
3 2   R S               E O     R
3.11 buku fiksi
yang dibaca S           T
Menyusun T
ulasan E
KD terhadap pesan R
4 2     R                  
4.11 dari satu buku
fiksi yang
dibaca          
21
Mengidentifika
si formasi
penting yang
KD ada dalam
5 proposal 2       S                
3.12
kegiatan atau
penelitian yang
dibaca          
Melengkapi
informasi
KD dalam proposal
6 2       R                
4.12 secara lisan
supaya lebih
efektif          
7 KD Menganalisis 2         S                        
3.13 isi,
sistematika,
dan
kebahasaan
suatu proposal
22
Merancang
sebuah
proposal karya
ilmiah dengan
KD memerhatikan
8 informasi, 4         R S            
4.13
tujuan, dan
esensi karya
ilmiah yang
diperlukan          
Ulangan
9   2           R            
Harian 1          
Mengidentifika
si informasi,
1 KD tujuan dan
2             S          
0 3.14 esensi sebuah
karya ilmiah
yang dibaca          
Merancang
informasi,
tujuan, dan
1 KD esensi yang 2             R          
1 4.14 harus disajikan
dalam karya
ilmiah          
23
Menganalisis
sistematika
1 KD
dan 2               S        
2 3.15
kebahasaan
karya ilmiah          
Mengonstruksi
sebuah karya
ilmiah dengan
1 KD memerhatikan
2               R        
3 4.15 isi,
sistematika,
dan
kebahasaan          
Membandingk
an isi berbagai
1 KD resensi untuk
menemukan 2                 S      
4 3.16
sistematika
sebuah resensi          
Menyusun
sebuah resensi
dengan
1 KD memerhatikan 2                 R      
5 4.16 hasil
perbandingan
beberapa teks          
24
resensi
Menganalisis
kebahasaan
1 KD resensi
2                   S    
6 3.17 setidaknya dua
karya yang
berbeda          
Mengkonstruk
si sebuah
resensi dari
buku
1 KD
kumpulan 2     R    
3 4.17
cerita pendek
atau novel
yang sudah
dibaca                        
Mengidentifika
si alur cerita,
babak demi
1 KD babak, dan
2       S            
5 3.18 konflik dalam
drama yang
dibaca atau
ditonton              
1 KD Mempertunjuk
4       R S          
6 4.18 kan salah satu              
25
tokoh dalam
drama yang
dibaca atau
ditonton secara
lisan
Menganalisis
isi dan
1 KD kebahasaan
2         R          
7 3.19 drama yang
dibaca atau
ditonton              
Mendemonstra
sikan sebuah
naskah drama
1 KD
dengan 2           S        
8 4.19
memerhatikan
isi dan
kebahasaan              
1 Ulangan
  2           R        
9 Harian 2              
26
Menganalisis
pesan dari dua
buku fiksi
2 KD (novel dan
2             S      
0 3.20 buku
kumpulan
puisi) yang
dibaca              
Menyusun
ulasan
terhadap pesan
dari dua buku
2 KD
kumpulan 2             R      
1 4.20
puisi yang
dikaitkan
dengan situasi
kekinian              
S
       
  Cadangan 4                     R            
27

S Selasa   Workshop   Idul Fitri


Ujian Sekolah dan Libur
R Rabu   camping   Semester

  UTS   UNBK
PAS/PAS Pembagian
  T   rapot

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
28
Drs. Agus Marjanto, M.Pd Sutini, S.Pd.

B. Deskripsi Hasil Telaah Perangkat Pembelajaran yang Digunakan Guru

Instrumen Analisis Silabus

Komponen Aspek yang Dianalisis Ya Tidak Deskripsi

Materi 1. Materi sesuai dengan tingkat Di dalam silabus ini sudah terdapat materi pokok untuk
perkembangan peserta didik menunjang pelaksanaan pembelajaran. Dalam
Pokok 
2. Materi terkait dengan lingkungan mengembangkan materi pembelajaran hendaknya
Pembelajaran dalam kehidupan nyata berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan standar isi. Selain itu, jika siswa
3. Materi sesuai dengan alokasi
harus menguasai satu macam kompetensi dasar maka
waktu
materi pembelajaran yang harus dikuasi siswa ada satu
4. Materi disusun dari mudah ke
macam juga. Materi yang disusun sudah sesuai dengan
sukar
perkembangan peserta didik, alokasi waktu, dan materi
yang disusun dari yang mudah ke yang sulit. Tetapi di
dalam penerapannya kelak, materi pokok yang diajarkan
29
tidak bloleh terlalu banyak dan tidak boleh terlalu
sedikit. Jika materi terlalu sedikit tidak akan membantu
siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebaliknya, jika materi pokok terlalu
banyak akan membuang-buang waktu sehingga tidak
akan mencapai kompetensi dasar yang beikutnya.
Materi-materi tersebut disusun dengan sebaik mungkin
untuk mencapi kompetensi dasar.

Kegiatan 1. Melibatkan kegiatan berpikir Pada kegiatan pembelajaran, silabus yang disusun guru
Pembelajaran tingkat tinggi berguna untuk memberikan pengalaman belajar yang

2. Mendorong siswa berinteraksi melibatkan keaktifan peserta didik secara mental
maupun fisik. Selain itu, silabus juga sudah
3. Mendorong kegiatan bergerak
diaplikasikan dengan melibatkan kegiatan berpikir,
secara fisik
mendorong siswa berinteraksi ataupun mendorong
4. Menggunakan metode
siswa untuk bergerak secara fisik. Guru juga sudah
pembelajaran yang bervariasi
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi,
5. Menggunakan media yang
30
relevan dan menarik media yang menarik dan menggunakan pola kegiatan

6. Menggunakan pola kegiatan siswa yang bervariasi.

siswa bervariasi (berpasangan,


kelompok, perseorangan, klasikal)

Penilaian 1. Penilaian dilakukan berdasarkan Pada silabus yang ada, penilaian tidak dicantumkan.
indikator dan disesuaikan dengan Sehingga tidak diketahui kapan penilaian dilaksanakan

pengalaman belajar dan berapa kali penilaian di lakukan. Selain itu, jugaa

2. Penilaian dilakukan dengan tidak diketahui jenis tes apa yang harus dilakukan oleh

menggunakan tes dan non tes guru.

sesuai dengan karakteristik


kompetensinya

3. Penilaian dilakukan untuk


mengukur pencapaian kompetensi
dengan menggunakan acuan
criteria

Alokasi waktu 1. Alokasi yang dicantumkan di Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar
dalam silabus merupakan didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi
31
perkiraan waktu yang dibutuhkan  waktu per mata pelajaran dengan mempertimbangkan
oleh rata-rata peserta didik untuk tingkat kesulitan kompetensi dasar tertentu.Alokasi
menguasai kompetensi dasar yang waktu yang tercantum pada silabus, hanya merupakan
telah ditentukan jumlah jam pelajaran pada setiap minggunya. Pada

2. Alokasi waktu sesuai dengan silabus tidak terdapat alokasi waktu yang dibutuhkan

alokasi waktu mata pelajaran per untuk setiap materinya.

minggu dan jumlah minggu


efektif

Sumber Belajar 1. Adanya bahan berupa media Sumber belajar adalah sebuah objek atau bahan yang
cetak atau elektronik, narasumber, dimanfaatkan guru untuk kegiatan pembelajaran.

serta lingkungan fisik, alam, Sumber belajar bisa berupa media cetak, media
sosial, skonomi dan budaya yang elektronik, narasumber maupun lingkungan. Ada
menjadi rujukan, objek atau bahan beberapa media untuk menunjang kegiatan
yang digunakan dan dimanfaatkan pembelajaran disekolah seperti koran, power point,
selama proses pembelajaran ataupun lingkungan sekitar. Guru sudah membuat

2. Sesuai dengan materi berbagai macam media tersebut agar peserta didik tidak

pembelajaran jenuh dketika mengikuti kegiatan belajar mengajar.


32
3. Sesuai dengan kegiatan Pada silabus yang tada, tidak terdapat sumber belajar.
pembelajaran Selain itu di dalam silabus juga tidak dicantumkan
media-media yang dibutuhkan dalam pembelajran.
33
Instrumen Analisis RPP

No Kesesuaian antarkomponen
RPP
Aspek yang Deskripsi
Tidak Kurang Sesuai
Dianalisis
sesuai sesuai

1. Kesesuaian Pada RPP yang ada, KI, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran sudah sesuai.
antara KI, KD, Kompetensi Inti pada RPP yang ada sudah menggambarkan penguasaan

Indikator, dan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan pada setiap semester di suatu
Tujuan mata pelajaran. Kompetensi Dasarnya juga sudah sesuai dengan jumlah kemampuan
Pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Indikator Pencapaian Kompetensi juga sudah
sesuai karena sudah menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
dirumuskan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamatai dan diukur
sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain itu, Tujuan
Pembelajaran yang dicantumkan sudah menggambarkan proses dan hasil belajar
yang ingin dicapai oleh peserta didik.

2. Keseusaian Strategi atau model pembelajaran yang digunakan guru sudah sesuai dengan
antara karakter peserta didik. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
34
strategi/model  dibuat oleh guru yang tergambar dari awal hingga akhir. Strategi atau model
pembelajaran pembelajaran sendiri dalam praktiknya belum menciptakan kondisi pembelajaran
yang kondusif.

3. Kesesuaian Materi yang terdapat pada RPP sudah sesuai dengan indikator. Materi pelajaran
antara uraian sudah dikuasai peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran..

materi dengan
indikator

4. Kesesuaian Instrumen penilaian dengan indikator sudah sesuai. Pengembangan instrumen


antara penilaian disusun untuk evaluasi aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

instrumen
penilaian
dengan
indikator
35
Komentar terhadap RPP secara umum:

RPP yang ada sudah sesuai dengan susunan yang benar, lengkap, dan sistematis.
Guru telah berhasil karena proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan
baik berjalan dengan efektif dan efisien. Didalam RPP sudah terdapat tindakan
yang dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan
selanjutnya setelah pertemuan selesai. Di dalam RPP tersebut sudah mengacu
pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai peserta didik. Guru
juga sudah menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan permasalahan
hidup sehari- hari. Selain itu, materi yang diberikan juga dari materi yang
termudah hingga tersulit. Guru juga telah mendorong aktif peserta didik,
mendorong motivasi, kretivitas, kemandirian, dan semangat belajar peserta didik.
36

C. Silabus dan RPP Beserta Lampirannya

SILABUS

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas : XI IPS
Semester : Satu / Ganjil
Kompetensi inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
37

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Alokasi


Waktu

3.1 Mengorganisasikan Isi Teks Prosedur. - Mengidentifikasi teks prosedur 4 JP


informasi berupa dengan memperhatikan isi,
pernyataan-pernyataan pernyataan umum dan langkah-
umum dan tahapan- langkah/ tahapan yang disampaikan
tahapan dalam teks dalam teks prosedur.
prosedur - Membuat rancangan teks prosedur

4.1 Merancang pernyataan dengan organisasi yang tepat. 4 JP


umum dan tahapan- - Mempresentasikan, menanggapi, dan

tahapan dalam teks merevisi teks prosedur.


38

prosedur dengan
organisasi yang tepat
secara lisan dan tulis

3.2 Menganalisis struktur dan Teks Prosedur: - Mengidentifikasi struktur, 2 JP


kebahasaan teks prosedur kebahasaan, topik, isi teks prosedur.
- Struktur
4.2 Mengembangkan teks - Menyusun teks prosedur dengan 4 JP
- Kebahasaan;
prosedur degan memerhatikan struktur dan
- Konjungsi;
memerhatikan hasil kebahasaan yang dominan.
- Jenis kalimat; dan
analisis terhadap isi, - Mempresentasikan, menanggapi, dan
- Verba material dan
struktur, dan kebahasaan merevisi teks prosedur yang
verba tingkah laku.
disusun..

3.3 Mengidentifikasi Teks Eksplanasi: - Menganalisis teks eksplanasi dengan 2 JP


informasi (pengetahuan memerhatikan isi, urutan kejadian,
- Pengertian;
dan urutan kejasian) hubungan kausalitas, dan topik.
- Isi; dan
dalam teks eksplanasi - Menulis kembali informasi
- Kejadian yang
lisan dan tulis (pengetahuan dan urutan kejadian)
menunjukan hubungan
39

4.3 Mengkonstruksi kasualitas dalam teks eksplanasi secara lisan 4 JP


informasi (pengetahuan dan tulis
dan urutan kejadian) - Mempresentasikan, mengomentari,
dalam teks eksplanasi dan merevisi teks eksplanasi.
secara lisan dan tulis

3.4 Menganalisis struktur dan Teks Eksplanasi: - Mengidntifikasi teks eksplanasi 2 JP


kebahasaan teks dengan memerhatikan istilah, pokok
- Struktur;
eksplanasi isi, referensi dan pengetahuan dan
- Kebahasaan; dan
4.4 Memproduksi teks urutan kejadian yang menunjukan 4 JP
- Konjungsi.
eksplanasi secara lisan hubungan kausalitas.

atau tulis dengan - Menyusun teks eksplanasi dengan

memerhatikan struktur memerhatikan struktur dan

dan kebahasaan kebahasaan.


- Mempresentasikan, memberikan
komentar, dan merevisi tes
eksplanasi yang dibuatnya dalam
diskusi kelompok.
40

3.5 Mengidentifikasi unsur- Ceramah: - Menentukan unsur-unsur ceramah, 2 JP


unsur ceramah, isi informasi, dan kebahasaan.
- Unur-unsur;
kebahasaan, isi informasi - Menulis kerangka teks ceramah
- Kebahasaan; dan
berupa permasalahan sesuai dengan topik yang dipilih
- Isi.
aktual yang disajikan dengan .memerhatikan isi,
dalam ceramah kebahasaan, dan topik teks ceramah.

4.5 Menyusun bagian-bagian - Mempresentasikan, menanggapi, dan 4 JP


penting dari merevisi keranga teks ceramah yang

permasalahan aktual disusun.

sebagai bahan untuk


disajikan dalam ceramah

3.6 Menganalisis isi, struktur, Teks ceramah: - Menggali isi, struktur, kebahasaan 2 JP
dan kebahasaan dalam dalam ceramah.
- Isi;
ceramah - Menyusun kembali teks ceramah
- Struktur;
4.6 Mengkonstruksi ceramah dengan memerhatikan isi, tujuan, 4 JP
- Kebahasaan; dan
tentang permasalahan kebahasaan, tema, dan struktur.
- Teknik orasi ceramah.
aktual dengan - Menyampaikan teks ceramah yang
41

memerhatikan aspek telah dibuat dalam bentuk lisan


kebahasaan dan dengan memerhatikan teknik
menggunakan struktur ceramah (intonasi, ekspresi dan
yang tepat bahasa tubuh) yang baik dan sesuai.
- Mengomentari dan memperbaiki
ceramah temannya.
3.7 Menemukan butir-butir Buku pengayaan nonfiksi: - Menentukan unsur-unsur penting 2 JP
penting dari satu buku buku yang dibacanya.
- Isi buku;
pengayaan (nonfiksi) - Menyusun laporan hasil kerja
- Keunggulan buku;
yang dibaca kelompok dengan
- Kelemahan buku
4.7 Menyusun laporan butir- mempertimbangkan nilai-nilai yang 4 JP
butir penting dari satu terkandung di dalamnya.

buku pengayaan - Mempresentasikan dan memberi

(nonfiksi) tanggapan, dan merevisi hasil kerja


dalam diskusi kelas.
3.8 Mengidentifikasi nilai- Cerpen: - Menentukan unsur intrinsik, 4 JP
nilai kehidupan yang ekstrinsik, dan nilai-nilai dalam
- Isi cerpen;
terkandung dalam cerpen serta menerapkan nilai-nilai
42

kumpulan cerita pendek - Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen ke dalam kehidupan


yang dibaca dalam cerpen; sehari-hari.

4.8 Mendemonstrasikan salah - Unsur intrinsik dan - Mempresentasikan dan memperbaiki 4 JP


satu nilai kehidupan ekstrinsik cerpen; hasil kerja dalam diskusi kelas.

yang dipelajari dalam - Kebahasaan cerpen

cerita pendek - Majas


- Peribahasa
- Ungkapan
3.9 Menganalisis unsur-unsur Cerpen: - Mengidentifikasi cerpen dengan 2 JP
pembangun cerita memerhatikan unsur-unsur
- Unsur-unsur
pendek dalam buku pembangun cerpen.
pembangun cerpen
kumpulan cerita pendek - Menyusun kembali cerpen dengan
- Merekonstruksi cerpen.
4.9 Mengkonstruksi sebuah memerhatikan unsur-unsur 6 JP
cerita pendek dengan pembangun cerpen.

memerhatikan unsur- - Mempresentasikan, menanggapi, dan

unsur pembangun cerpen merevisi hasil kerja dalam diskusi


kelas.
43
44
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 1 Ngaglik
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI IPS/Ganjil
Materi Topik : Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (4 Jam Pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
- Melalui teks cerita pendek peserta didik dapat menentukan enam unsur
yang terkandung dalam cerita pendek dari contoh yang diberikan.
- Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat menentukan lima
struktur dan kaidah kebahasaan yang terkandung dalam cerita pendek
dari contoh yang diberikan secara keseluruhan.
- Melalui pengamatan lingkungan sekolah, peserta didik dapat
menyusun isi cerita pendek sesuai dengan unsur dan struktur yang
benar.
- Melalui pengamatan lingkungan sekolah, peserta didik dapat
menyunting isi cerita pendek sesuai dengan unsur dan struktur yang
benar

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


No. Kompetensi Dasar Indikator

3.9 Menganalisis unsur- 3.9.1 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan


unsur pembangun cerita unsur pembangun cerita pendek.
pendek dalam buku 3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan
kumpulan cerita pendek struktur dan kaidah kebahasaannya.
45
4.9 Mengkonstruksi sebuah 4.9.1 Menyusun teks cerita pendek
cerita pendek dengan sesuai dengan unsur pembangunnya.
memerhatikan unsur- 4.9.2 Menyunting cerita pendek yang
unsur pembangun ditulis.
cerpen.

C. Materi Pembelajaran
1. Materi Reguler
a. Pengetahuan
1) Pengetahuan Faktual: contoh teks cerita pendek
2) Pengetahuan Konseptual: pengertian, struktur, dan unsur
pembangun cerpen
3) Pengetahuan Prosedural: tahapan menyusun teks cerita pendek
berdasarkan struktur dan unsur kebahasaan cerita pendek
b. Keterampilan
1) Abstrak : Penulisan dan penyuntingan teks cerita pendek.
2. Materi Remidial
a. Langkah-langkah langkah penulisan
b. Menulis cerita pendek bebas
3. Materi pengayaan

D. Pendekatan, Model, Metode, dan Teknik Pembelajaran


- Pendekatan : saintifik
- Metode : diskusi, penugasan
- Model : Problem Based Learning

E. Media dan Alat/ Bahan


a. Alat dan Bahan: teks cerita pendek
46
b. Media : papan tulis

F. Sumber Pembelajaran
- Mulyadi, Yadi. 2017. Buku Teks Pendamping “Bahasa Indonesia”, Kelas
XI untuk SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan Pertama (2JP)
DESKRIPSI Karakter ALOKASI
Kegiatan
WAKTU

PEMBUK Disiplin 10 menit


Orientasi
A

- Memberi salam dan berdoa sebelum


pembelajaran dimulai
- Mengkondisikan suasana pembelajaran
yang menyenangkan
- Peserta didik memimpin doa sebelum
pelajaran dimulai.
- Guru mempresensi peserta didik

Apersepsi
Guru memberikan permainan yang berkaitan
dengan pembelajaran.

Motivasi
Guru memberikan informasi mengenai fungsi
pembelajaran dan kaitannya dengan konteks
kehidupan

Pemberian acuan
47

Guru menyampaikan apa saja yang akan


dipelajari dalam pembelajaran.

INTI 60 menit
- Peserta didik membaca teks cerita
pendek yang berjudul “ Ibu Apa Aku
Anugerah Untukmu?” dari teks yang
dibagikan (Critical Thinking, literaasi
baca tulis)

Tanggung
- Peserta didik membentuk kelompok jawab
yang terdiri dari 4-5 orang
(callaboration)
- Peserta didik berdiskusi dalam
kelompok untuk menentukan unsur
pembangun dan struktur cerita pendek
yang berjudul “Ibu Apa Aku
Anugerah Untukmu?”

- Peserta didik mencari dan Jujur


mengumpulkan data dari hasil diskusi
(callaboration)
- Peserta didik terlibat aktif dalam
diskusi dan mengkaji unsur-unsur
pembangun, struktur, kaidah
kebahasaan cerita pendek kemudian
menyelesaikan masalah yang ada.
Peserta didik termotivasi untuk
berdiskusi dalam menggali informasi
dari berbagai sumber yang dibagikan.
48
(callaboration, critical thinking,
creativity, HOTS, literasi)
- Peserta didik menuliskan hasil
pekerjaannya.
- Kelompok menulis hasil diskusi dalam
bentuk mindmap pada kertas manila
yang sudah disediakan dengan
kreativitas kelompok (creativity,
communication, literasi)

- Guru membimbing peserta didik untuk Jujur


mempresentasikan hasil diskusi
- Masing-masing kelompok
mempresentasikan dan menempelkan
hasil kerja kelompok di papan tulis
(communication)
- Setiap perwakilan dari kelompok
menilai hasil karya kelompok lain yang
ditempelkan di papan tulis. (critical
thinking, literasi)
- Peserta didik mencermati dan
membandingkan dengan hasil
kelompok sendiri dan mendiskusikan
kembali kedalam kelompok (critical
thinking, communication)
- Perwakilan kelompok memberi
masukan dan tanggapan ataupun
pertanyaan kepada kelompok lain
(critical thingking, communication)

- Guru menanggapi hasil presentasi


49
kelompok

- Peserta didik bersama dengan guru 10 menit


menyimpulkan materi pembelajaran.
- Guru menyampaikan materi
PENUTUP selanjutnya tentang menyusun teks
cerita pendek
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
salam.

Pertemuan Kedua (2JP)


DESKRIPSI Karakter ALOKASI
Kegiatan
WAKTU

PEMBUKA Disiplin 10 menit


Orientasi

- Memberi salam dan berdoa


sebelum pembelajaran dimulai
- Mengkondisikan suasana
pembelajaran yang
menyenangkan
- Siswa memimpin doa sebelum
pelajaran dimulai.
- Guru mempresensi siswa

Apersepsi
Guru menanyakan materi pertemuan
sebelumnya.

Motivasi
50

Guru memberikan informasi mengenai


fungsi pembelajaran dan kaitannya
dengan konteks kehidupan.

Pemberian acuan
Guru menyampaikan apa saja yang akan
dipelajari dalam pembelajaran.

INTI 70 menit
- Peserta didik mendapatkan satu
teks cerita pendek lengkap
dengan struktur-strukturnya.
(critical thinking)
- Peserta didik membaca sekilas
tentang unsur, struktur dan
kebahasaan

- Peserta didik menanya tentang


tahapan-tahapan menulis cerita
pendek. (communication)

- Peserta didik diajak keluar kelas


untuk mengamati hal-hal yang
terjadi di lingkungan sekolah.
(literasi visual)

- Peserta didik menulis cerita


pendek sesuai dengan apa yang
51
mereka amati dilingkungan
sekolah. (critical thinking)

- Beberapa peserta didik maju


kedepan untuk
mempresentasikan hasil yang
sudah dikerjakan.
(callaboration, communication)
- Peserta didik yang tidak maju,
menukar pekerjaannya dengan
yang lain sambil mengoreksi
hasil pekerjaan temannya.
(critical thinking)

- Peserta didik bersama guru 10 menit


menyimpulkan pembelajaran
yang sudah dilakukan pada hari
ini
- Peserta didik dan guru sama-sama

PENUTUP merefleksikan kegiatan belajar


mengajar hari ini
- Peserta didik mendapat informasi
mengenai materi pembelajaran di
pertemuan selanjutnya
- Guru mengakhiri pelajaran hari
ini dengan doa dan salam
52
H. Penilaian Hasil Belajar
a. Pertemuan pertama
1. Penilaian Sikap
- Teknik : Pengamatan sikap
- Bentuk : Observasi
- Instrumen:

N Aspek perilaku yang Dinilai


No Ind Ind Ind Indi
a
. ikat ikat ikat kat Keterangan
m
or 1 or 2 or 3 or 4
a
1. A √ √ √ √ S
n B
a

2. A √ √ - √ B
n
d
i
3. B - √ √ - C
i
m
b
i
4. B - √ - - K
o
n
a

Keterangan:
Indikator 1 : Menggunakan bahasa Indonesia yang baik selama dalam
pembelajaran, baik lisan maupun tulis
53
Indikator 2 : Jujur dalam mengemuka-kan pendapat, baik lisan maupun
tulis
Indikator 3 : Disiplin mengikuti langkah yang diberikan guru dalam
menjawab dan mengerjakan tugas
Indikator 4 : Tanggung jawab menyelesaikan tugas tepat waktu
sangat baik : SB
baik :B
cukup :C
kurang :K

2. Penilaian Pengetahuan
- Teknik : Tes tertulis
- Bentuk : uraian
1. Jelaskan unsur-unsur pembangun cerita pendek!
2. Jelaskan struktur pembangun cerita pendek!
3. Bagaimanakah kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek?
- Kunci :
1. Cerita pendek atau cerpen merupakan jenis karya sastra yang
dikisahkan dalam bentuk tulisan yang berwujud cerita secara pendek,
jelas, dan ringkas serta hanya terfokus pada satu konflik suatu
permasalahan.
Unsur-unsur pembangun:
- Tokoh adalah orang yang melakukan perbuatan dan
mengalami peristiwa, sedangkan penokohan/karakter lebih
mengacu pada pandangan, sifat, sikap, dan emosi yang
dimiliki oleh tokoh dalam karya rekaan tersebut.
- Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin
dengan saksama yang menggerakkan jalan cerita melalui
54
kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian untuk mencapai
efek tertentu.
- Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang, dan
suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.
- Sudut pandang merupakan strategi, teknik, atau siasat yang
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan
ceritanya.
- Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita.
- Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya.
2. Struktur cerpen terdiri atas pengenalan situasi cerita, pengungkapan
peristiwa, menuju adanya konflik, puncak konflik, dan
penyelesaian.
- Pengenalan situasi cerita (orientasi), berisi perkenalan setting
cerita, baik waktu, tempat, maupun suasana.
- Pengungkapan peristiwa (komplikasi), menyajikan peristiwa
awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, atau
kesukaran bagi tokohnya.
- Menuju adanya konflik (rising action), memuat peningkatan
perhatian kegembiraan, kehebohan ataupun keterlibatan
berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran
tokoh.
- Puncak konflik (turning point), disebut juga klimaks.
- Penyelesaian (koda), menyajikan penjelasan tentang nasib
yang dialami tokoh setelah mengawal peristiwa puncak
tersebut.
3. Kaidah kebahasaan:
- Menggunakan pernyataan retorik
- Menggunakan proses material
55
- Menggunakan konjungsi temporal
- Menggunakan diksi
- Menggunakan gaya bahasa efektif
- Menggunakan kaimat yang efektif

PEDOMAN PENSKORAN

a. Pedoman penskoran soal nomor 1

Skor Aspek yang dinilai

4 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan sangat jelas dan sangat tepat.

3 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan jelas dan tepat.

2 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan cukup jelas dan cukup tepat.

1 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan kurang jelas dan kurang tepat.

b. Pedoman penskoran soal nomor 2

Skor Aspek yang dinilai

4 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan sangat lengkap dan


benar.

3 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan lengkap dan benar.

2 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan cukup lengkap dan


cukup benar.
56

1 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan kurang lengkap dan


kurang benar.

c. Pedoman penskoran nomor 3

Skor Aspek yang dinilai

4 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


sangat lengkap dan benar.

3 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


lengkap dan benar.

2 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


cukup lengkap dan cukup benar.

1 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


kurang lengkap dan kurang benar.

PEDOMAN PENILAIAN:
Skor = Jumlah perolehan angka seluruh aspek
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
3

3. Remedial
1. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan
perorangan
2. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang
KDnya belum tuntas.
57
3. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remedial
teaching atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
4. Tes remedial dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3
kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial
dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.

4. Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan
pembelajaran pengayaan sebagai berikut :
 Peserta didik yang mencapai nilai n(ketuntasan) < n <
n(maksimum) diberikan materi masih dalam cakupan KD
dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
 Peserta yang mencapai nilai n>n(maksimum) diberikan
materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.

b. Pertemuan kedua
1. Penilaian Sikap
- Teknik : Pengamatan sikap
- Bentuk : Observasi
- Instrumen:

N Nam Sikap Pribadi Tot Nil Predik


o a al ai at
Sko
r
58
Disipl Bera Kerj Saling Juj
in ni a Menghar ur
sam gai
a

Keterangan:

- Kedisiplinan : Ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas dan PR,


menggunakan Bahasa Indonesia pada saat kegiatan
belajar mengajar
- Percaya Diri : Berani mengutarakan pendapat, berani bertanya dan
menjawab pertanyaan
- Kerja Sama : Mampu bekerja sama dalam kelompok, peduli terhadap
kelompok dan teman-temannya
- Saling Menghargai : Menghargai pendapat orang lain, mendengarkan
ketika guru menjelaskan
- Kejujuran : Jujur dalam mengerjakan tugas, jujur dalam berbicara dan
bertindak
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = cukup
1 = kurang

Skor Penilaian: Perolehan Skor x 100% = Skor akhir


Skor Maksimum

2. Penilaian Pengetahuan
 Teknik : Tes tertulis
 Bentuk : uraian
 Instrumen

Soal:
59
Dari cerita pendek dibawah ini, analisislah struktur cerita
pendek!

AKAN TERUS BERTAHAN


Kesedihan masih mendera diriku. Setelah ditinggal pergi
pendamping hidupku, kini anakku satu-satunya juga telah tiada. Hujan air
mata tentu saja menetes di sini; di mataku. Terkadang aku merasa, Tuhan
mengujiku terlalu berat. Ingin menghakimi-Nya, namun apa daya, aku tak
bisa. Sungguh aku tak sanggup memaki Pencipta diriku yang telah
menyelamatkanku dari sebuah insiden naas beberapa tahun yang lalu. Aku
percaya ada hikmah dari semua ini. Aku sungguh percaya bahwa Dia tidak
akan menjahatiku. ucapku kepada batinku sendiri.
Tak terasa ini sudah 40 hari kepergian istriku, dan 7 hari kepergian
anakku. Sedih dan duka itu tentu masih ada, namun menipis, setipis kain
tissue yang sering aku gunakan untuk menyeka air mata dan ingusku
karena berduka. Namun aku sadar, bahwa berduka terlalu lama tak akan
ada gunanya. Menjalani hidup sekuat mungkin adalah solusi atas
kekosongan dan kesedihanku ini.
Ada pepatah yang bilang, bahwa kesibukan bisa membuat kita lalai
dari kesedihan dan keresahan hati kita. Dan ternyata itu benar. Kesibukan
yang kujalani sebagai layouter cukup menguras hati dan pikiran. Bayang-
bayang sang pendamping hidup, serta bayang-bayang sang anak tidak
terlalu sering menghantuiku; membuat air mata menetes di mataku.
Tak pernah kupikirkan siapa yang akan menggantikan pendamping
hidupku di dunia ini. Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana
menjalani hidupku sebaik mungkin dan tidak larut dalam duka. Dan aku
akan terus bertahan, terus menjalani hidupku, hingga nanti aku menyusul
anak dan kekasihku di Sana.

 Kunci
60
- Abstraksi: Kesedihan masih mendera diriku. Setelah ditinggal pergi
pendamping hidupku, kini anakku satu-satunya juga telah tiada.
Hujan air mata tentu saja menetes di sini; di mataku.
- Orientasi: latar suasana: sedih, latar waktu: kini, serta 40 hari setelah
si pendamping hidup wafat dan 7 hari setelah sang anak wafat.
- Komplikasi: sang tokoh sedih karena ditinggal mati sang anak
padahal sebelumnya telah ditinggal pendamping hidupnya, sang
tokoh mulai menghilangkan rasa sedihnya dengan terus menjalani
hidup dan menyibukkan diri, dan sang tokoh pun memutuskan untuk
tetap bertahan hidup dan tidak mencari pendamping hidup yang
baru.
- Evaluasi: pengenalan konflik sudah ada sejak di paragraf awal, yakni
saat sang tokoh kehilangan anak tercintanya, padahal sebelumnya dia
telah ditinggalkan sang pendamping hidup. Alur cerita semakin
berlanjut, dan si tokoh ini pun mulai mencoba lebih tegar dalam
menjalani hidup dan kedukaan yang dia rasakan. Di akhir cerita, si
tokoh pun menentukan sikap hidupnya terhadap apa yang dia alami.
- Resolusi: si tokoh memutuskan untuk menjalani hidupnya dan mulai
menyibukkan diri dengan bekerja sebagai layouter. Selain itu, si
tokoh memutuskan untuk tidak mencari pendamping hidup lagi. Hal
ini bisa dilihat pada kalimat-kalimat yang ada di paragraf akhir.
- Koda: pesan yang hendak disampaikan pada cerpen tersebut adalah
bahwa kita harus tetap tegar dalam mejalani hidup meski ditimpa
kesedihan yang mendalam. Selain itu, cerpen di atas juga
mengajarkan kita untuk tidak menyalahkan Tuhan saat terpuruk, dan
tetap setia kepada pasangan hidup kita.

PEDOMAN PENSKORAN
61

Skor Aspek yang dinilai

4 Menjelaskan isi struktur cerita pendek dengan sangat jelas dan


sangat tepat.

3 Menjelaskan isi struktur cerita pendek dengan jelas dan tepat.

2 Menjelaskan isi struktur cerita pendek cerita pendek dengan


cukup jelas dan cukup tepat.

1 Menjelaskan isi struktur cerita pendek cerita pendek dengan


kurang jelas dan kurang tepat.

PEDOMAN PENILAIAN
Skor = Jumlah perolehan angka seluruh aspek
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
6

3. Penilaian Keterampilan
- Teknik : Unjuk kerja/kinerja/praktik
- Bentuk : Uraian
- Instrumen

Siswa membuat teks cerita pendek sesuai dengan hasil observasinya


di lingkungan sekolah.
No ASPEK KRITERIA Skor

1 Kelengkapan aspek Memuat (judul, nama


formal cerpen pengarang, dialog, narasi) 25

Hanya memuat tiga 20


subaspek 62
Hanya memuat dua 15
subaspek

Hanya memuat satu 10


subaspek

2 Kelengkapan unsur Memuat enam unsur


intrinsik cerpen intrinsik 25

Memuat lima unsur 20


intrinsik

Memuat empat unsur 15


intrinsik

Memuat kurang dari tiga 10


unsur intrinsik

3 Ketepatan Struktur Memuat lima struktur 25


cerpen (orientasi, cerpen
komplikasi, rising
action, turning point, Memuat empat struktur 20
koda) cerpen

Memuat tiga struktur 15


cerpen

Memuat satu atau dua 10


struktur cepen

4 Kesesuaian Menggunakan kelima


penggunaan bahasa aspek 25
cerpen (penggunaan Menggunakan keempat 20
diksi, penggunaan aspek
dialog, penyampaian Menggunakan ketiga aspek 15
uraian yang
Menggunakan hanya dua 10
deskriptif,
atau satu aspek
penggunaan majas,
penggunaan kata
yang menyatakan
urutan waktu)
63
Nilai = Jumlah skor yang diperoleh x 100
4

4. Remedial
 Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan
perorangan
 Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang
KDnya belum tuntas.
 Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui
remedial teaching atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri
dengan tes.
 Tes remedial dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3
kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial
dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.

5. Pengayaan

I. Lampiran
1. Uraian Materi
PENGERTIAN CERPEN
Cerpen merupakan jenis karya sastra yang dikisahkan dalam
bentuk tulisan yang berwujud cerita pendek, jelas, dan ringkas.

UNSUR INTRINSIK CERPEN

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun yang berasal dari cerpen itu
sendiri. Berikut macam-macam unsur intrinsik:
1. Tema, adalah gagasan pokok atau makna keseluruhan yang didukung
cerita.
64
2. Penokohan, adalah pemberian sifat pada tokoh yang ada dalam cerita. Ada
dua metode dalam mengidentifikasi watak dari seorang tokoh yaitu dengan
metode analitik (secara langsung) dan metode dramatik (secara tidak
langsung).
3. Alur, adalah rangkaian peristiwa yang menggerakan jalan cerita.
Ada 3 alur yang kita kenal yaitu alur maju, mundur dan campuran.
4. Setting atau Latar, adalah keterangan mengenai tempat, waktu dan suasana
yang digambarkan dalam sebuah cerita.
5. Sudut Pandang, adalah posisi pengarang dalam cerita.
6. Gaya Bahasa, adalah cara khas dalam mengungkapkan sebuah kata atau
kalimat dalam cerita supaya lebih indah dan bermakna.
7. Amanat, adalah pesan yang bisa dipetik dari cerita tersebut.

UNSUR EKSTRINSIK CERPEN


Latar belakang masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan faktor-faktor di dalam
lingkungan masyarakat penulis yang  mempengaruhi penulis dalam
menulis cerpen tersebut. Ada beberapa latar belakang yang mempengaruhi
penulis, diantaranya adalah:
1. Ideologi Negara
2. Kondisi Politik
3. Kondisi Sosial
4. Kondisi ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat.

Latar belakang penulis


Latar belakang penulis adalah faktor-faktor dari dalam pengarang
itu sendiri yang mempengaruhi atau memotivasi penulis dalam menulis
sebuah cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, antara
lain:
65
- Riwayat hidup sang penulis
Riwayat hidup sang penulis berisi tentang biografi sang penulis
secara keseluruhan. Faktor ini akan mempengaruhi jalan pikir
penulis atau sudut pandang mereka tentang suatu cerpen yang
dihasilkan dari pengalaman-pengalaman hidup mereka. Kadang-
kadang faktor ini mempengaruhi gaya bahasa dan genre khusus
seorang penulis cerpen.
- Kondisi psikologis
Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang
penulis ketika menulis cerita. Mood atau psikologis seorang
penulis ikut mempengaruhi apa yang ada di dalam cerita mereka,
misalnya jika mereka sedang sedih atau gembira mereka akan
membuat suatu cerita sedih atau gembira pula.
- Aliran sastra penulis
Aliran sastra merupakan agama bagi seorang penulis dan setiap
penulis memiliki aliran sastra yng berbeda-beda. Hal ini sangat
berpengaruh jug terhadap gaya penulisan dan genre cerita yang
biasa diusung oleh sang penulis di dalam karya-karyanya.

NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM CERPEN


Nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen
- Nilai agama
Nilai agama adalah nilai yang berkaitan dengan ajaran
keagamaan, yakni keterkaitan antara manusia dan Tuhan.
- Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan tata laku dan
interaksi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari.
- Nilai moral
66
Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan
berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam
masyarakat. Di dalam suatu cerpen, nilai moral bisa menjadi
suatu nilai yang baik maupun nilai yang buruk.
- Nilai budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai
kebiasaan, tradisi, adat istiadat yang berlaku.
- Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai
pembelajaran dan edukasi yang dibutuhkan oleh anak-anak.

UNSUR KEBAHASAAN CERPEN

- Majas
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang
yang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan
perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya.
Beberapa majas yang sering digunakan:
- Majas Litotes: pengungkapan yang bertujuan merendahkan
diri.
Contoh: Mampirlah ke gubuk kami (Padahal rumahnya
besar dan mewah )
- Majas Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan
kenyataan.
Contoh: Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
- Majas Personifikasi: mengumpamakan benda mati sebagai
makhluk hidup
Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting
- Majas Simile : pengungkapan dengan perbandingan
eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
67
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, ” umpama”,
“ibarat”,”bak”, bagai”.Contoh: Kau umpama air aku bagai
minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.
- Majas Metafora: pengungkapan yang membandingkan
suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat
yang sama atau hampir sama.
Contoh: cuaca mendung karena sang raja siang enggan
menampakkan diri.

UNGKAPAN atau IDIOM


Ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak
berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Contoh :
1. kecil hati = penakut
2. besar hati = (-) sombong, (+) bangga
3. berat hati = kurang suka melakukan sesuatu pekerjaa/terpaksa
4. lapang hati = sabar
5. tinggi hati = sombong; congkak

PERIBAHASA
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu
maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan,
perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Contoh :
1.      Menang jadi arang, kalah jadi abu. Kalah ataupun menang sama-
sama menderita.
2.      Bagaikan abu di atas tanggul. Orang yang sedang berada pada
kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.
3.      Ada padang ada belalang, ada air ada pula ikan. Di mana pun
berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
68
4.      Adat pasang turun naik. Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi,
semua senantiasa silih berganti.
5.      Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak bicara biasanya tak
banyak ilmunya.

CERITA PENDEK
CONTOH CERPEN
DUA WAJAH IBU
Guntur Alam
Perempuan tua itu mendongakkan wajah begitu mendengar
desingan tajam di atas ubun-ubunnya. Di langit petang yang temaram, ia
melihat lampu kuning, hijau, dan merah mengerjap-ngerjap pada ujung-
ujung sayap pesawat terbang.
Deru burung besi itu kian nyaring begitu melewati tempatnya
berjongkok. Ia menghentikan gerakan tangannya. Menggiring burung itu
lenyap dari mata lamurnya. Lalu, tangannya kembali menggumuli cucian
pakaian yang tak kunjung habis itu. Beberapa detik sekali, tangan
keriputnya berhenti, lalu ia menampari pipi dan kaki. Nyamuk di belantara
beton ternyata lebih ganas ketimbang nyamuk-nyamuk rimba yang saban
pagi menyetubuhi kulitnya saat menyadap karet nun jauh di pedalaman
Sumatera-Selatan sana: Tanah Abang.
Ia menarik napas, melegakan dada ringkihnya yang terasa kian
menyempit. Kicauan televisi tetangga menenggelamkan helaan napasnya.
Suara musik, iklan, dan segala hal. Perempuan itu kembali menghela
napas. Lalu, bangkit dari jongkoknya, menekan tuas sumur pompa. Irama
air mengalir dalam ritme yang kacau. Kadang besar, kadang kecil, seiring
69
tenaganya yang timbul-tenggelam. Air keruh memenuhi bak plastik,
menindih-nindih pakaian yang bergelut busa deterjen. Bau karet tercium
menyengat begitu air itu jatuh seperti terjun.
Ia adalah Mak Inang. Belum genap satu purnama perempuan tua
itu terdampar di rimba Jakarta, di antara semak-belukar rumah kontrakan
yang berdesak-desakan macam jamur kuping yang mengembang bila
musim hujan di kebun karetnya. Hidungnya pun belum akrab dengan bau
bacin selokan berair hitam kental yang mengalir di belakang kontrakan
berdinding triplek anak lanangnya. Bahkan, Mak Inang masih sering
terkaget-kaget bila tikus-tikus got Jakarta yang bertubuh hitam-besar lagi
gemuk melebihi kucing betinanya di kampung, tiba-tiba berlarian di depan
matanya.
Sesungguhnya, ia pun masih tak percaya bila terjaga dari lelapnya
yang tak pernah pulas, kalau akhirnya ia menjejakkan kaki di ibu kota
Jakarta yang kerap diceritakan orang-orang di kampungnya. Suatu tempat
yang sangat asing, aneh, dan begitu menakjubkan dalam cerita Mak Rifah,
Mak Sangkut, dan beberapa perempuan kampung karibnya, lepas
perempuan-perempuan itu mengunjungi anak bujang atau pun gadis
mereka. Sesuatu yang terdengar seperti surganya dunia. Serba mewah,
serba manis, serba tak bisa ia bayangkan.
”Kesinilah, Mak. Tengoklah anak lanangku, cucu bujang Emak.
Parasnya rupawan mirip almarhum Ebak,” itulah suara Jamal kepadanya
beberapa pekan silam. Suara anak lanangnya yang kemerosok seperti radio
tua, ia pun melipat kening saat mengetahui suara itu berasal dari benda
aneh di genggamannya.
”Dengan siapa Mak ke situ?” lontarnya. Ada keinginan yang
menyeruak seketika di dada Mak Inang. Keinginan yang sejatinya sudah
lama terpendam. Telah lama ia ingin melihat Jakarta. Ibu kota yang telah
dikunjungi karib-karibnya. Tapi, ia selalu tak punya alasan ke sana, walau
70
anak lanangnya, yang cuma satu-satunya ia miliki selain dua gadisnya
yang telah diboyong suami mereka di kampung sebelah, merantau ke kota
itu. Belum pernah Jamal menawarinya ke sana. Tak heran, ketika petang
itu Jamal memintanya datang, ia lekas-lekas menanggapinya.
”Tanyai Kurti, Mak. Kapan ia balik? Masalah ongkos, Mak pakai
duit Emak dululah. Nanti, bila aku sudah gajian, Emak kuongkosi pulang
dan kukembalikan ongkos Emak ke sini,” itulah janji anak lanangnya
sebelum mengakhiri pembicaraan. Suara kemerosok seperti radio tua itu
terputus.
Mak Inang kembali menghela napas saat ingat percakapan lewat
hape dengan anak lanangnya itu. Beberapa pekan sebelum ia merasa telah
tersesat di rimba Jakarta, di semak-belukar kontrakan yang bergot bau
menyengat. Ia melepas tuas pompa, air berhenti mengalir. Tangannya
menjangkau cucian, membilasnya.
Kota yang panas. Itulah kesan pertama Mak Inang saat mata
lamurnya menggerayangi terminal bus Kampung Rambutan. Sedetik
kemudian, ia menambahkan kesan pertamanya itu: Kota bacin dan berbau
pesing. Hidung tuanya demikian menderita ketika membaui bau tak sedap
itu. Hatinya bertanya-tanya heran melihat Kurti demikian menikmati bau
itu. Hidung pesek gadis berkulit sawo matang itu tetap saja mengembang-
embang, seolah-olah bau yang membuat perut Mak Inang mual itu tercium
melati.
Belum jua hilang rasa penat dan pusing di kepala Mak Inang,
apalagi rasa pedas di bokongnya, karena duduk sehari-semalam di bus reot
yang berjalan macam keong, beberapa orang telah berebut mengerubungi
dirinya dan Kurti, macam lalat, berdengung-dengung. Mak Inang memijit
keningnya. Cupingnya pun ikut pening dengan orang-orang yang berbicara
tak jelas pada Kurti, gadis itu diam tak menggubris, hanya menyeret Mak
Inang pergi.
71
Mak Inang kembali memeras beberapa popok yang ia cuci,
sekaligus. Telapak kaki kanannya yang kapalan cepat-cepat menampari
betis kirinya begitu beberapa nyamuk membabi-buta di kulit keringnya. Ia
menghempaskan popok yang sudah diperasnya itu ke dalam ember plastik.
Jemari tangannya menggaruk-garuk betis kirinya. Bentol-bentol sebesar
biji petai berderet-deret di kulit keringnya. Ia menggeram. Hatinya
menyumpah-serapah kepada binatang laknat tak tahu diri itu.
Dua-tiga hari pertama, Mak Inang cukup senang berada di rumah
berdinding batu setengah triplek Jamal. Rasa senangnya itu bersumber dari
cucu bujangnya yang masih merah itu. Walau, sesungguhnya Mak Inang
terkaget-kaget saat Kurti mengantarnya ke rumah Jamal. Semua di luar
otak tuanya. Dalam benaknya yang mulai ringkih, Jamal berada di rumah-
rumah beton yang diceritakan Mak Sangkut, bukan di rumah kecil
sepengap ini. Keterkejutannya kian bertambah saat perutnya melilit di
subuh buta. Hanya ada satu kakus untuk berderet-deret kontrakan itu. Itu
pun baunya sangat memualkan. Hampir saja Mak Inang tak mampu
menahannya.
”Mak hendak pulang, Mal. Sudah seminggu, nanti pisang Emak
ditebang orang, karet pun sayang tak disadap,” lontar Mak Inang di pagi
yang tak bisa ia tahan lagi. Ia benar-benar tak ingin berlama-lama di ibu
kota yang sungguh aneh baginya. Sesungguhnya, Mak Inang pun aneh
dengan orang-orang yang saban hari, saban minggu, saban bulan, dan
saban tahun datang mengadu nasib ke kota ini. Apa yang mereka cari di
rimba bernyamuk ganas, berbau bacin, bertikus besar melebihi kucing ini?
Mak Inang tak bisa menghabiskan pikiran itu pada sebuah jawaban.
”Akhir bulanlah, Mak. Aku gajian saban akhir bulan, sekarang
tengah bulan. Tak bisa. Pabrik juga tengah banyak order, belum bisa aku
kawani Mak jalan-jalan mutar Jakarta,” ujar Jamal sembari menyeruput
kopi hitam dan mengunyah rebusan singkong. Singkong yang Mak Inang
72
bawa seminggu silam. Mak Inang tak bersuara. Hatinya terasa terperas
dengan rasa yang kian membuatnya tak nyaman.
”Kurti libur hari ini, Mak. Katanya tengah tak ada lembur di
pabriknya. Nanti kuminta ia mengawani Mak jalan-jalan. Ke mal, ke
rumah anak Wak Sangkut dan Wak Rifah,” terdengar suara Mai,
menantunya, dari arah dapur yang pengap.
Mak Inang mengukir senyum semringah mendengar itu. Rasa tak
nyaman yang menggiring keinginannya untuk pulang mendadak menguap.
Kembali cerita Mak Rifah dan Mak Sangkut tentang Jakarta mengelindap.
Gegas sekali perempuan tua itu menyalin baju dan menggedor-gedor pintu
kontrakan Kurti. Gadis itu membuka pintu dengan mata merah-sembab,
muka awut-awutan dengan rambut yang kusut-masai. Mak Inang tak
peduli mata mengantuk Kurti, ia menggiring gadis itu untuk lekas mandi
dan menemaninya keliling Jakarta, melihat rupa wajah ibu kota yang
selama ini hanya ada dalam cerita karib sebaya dan pikirannya saja.
Serupa kali pertama Kurti mengantarnya ke muka kontrakan anak
lanangnya, seperti itulah keterkejutan Mak Inang saat menjejakkan kaki di
kontrakan anak Mak Sangkut dan Mak Rifah. Tak jauh berupa, tak ada
berbeda. Kontrakan anak karib-karibnya itu pun sama-sama pengap dan
panas. Hal yang membuat Mak Inang meremangkan kuduknya, gundukan
sampah berlalat hijau dengan dengungan keras, bau menyengat, tertumpuk
hanya beberapa puluh meter saja. Kepala Mak Inang berdenyut-denyut
melihat itu. Lebih-lebih saat menghempaskan pantatnya di lantai semen
anaknya Mak Sangkut. Allahurobbi, alangkah banyak cucu Mak Sangkut,
menyempal macam rayap. Berteriak, menangis, merengek minta jajan, dan
tingkah pola yang membuat Mak Inang hendak mati rasa. Hanya setengah
jam Mak Inang dan Kurti di rumah itu, berselang-seling cucunya Mak
Sangkut itu menangis.
73
Kebingungan Mak Inang pada orang-orang yang saban waktu
datang ke Jakarta untuk mengadu nasib kian besar saja. Apa hal yang
membuat mereka tergoda ke kota bacin lagi pesing ini? Segala apa yang ia
lihat satu-dua pekan ini, tak ada yang membuat hatinya mengembang
penuh bunga. Lebih elok tinggal di kampung, menggarap huma, membajak
sawah, mengalirkan getah-getah karet dari pokoknya, batin Mak Inang.
Tangan Mak Inang kembali menekan-nekan tuas pompa, air keruh
dengan bau karet yang menyengat kembali berjatuhan ke dalam bak
plastik. Kadang besar, kadang kecil, seiring dengan tenaganya yang timbul
tenggelam. Lagi, Mak Inang membilas cucian pakaian cucu, menantu,
anak lanang, dan dirinya sendiri. Mendadak Mak Inang telah merasa
dirinya serupa babu. Di petang temaram bernyamuk ganas, ia masih
berkubang dengan cucian. Di kampung, waktu-waktu serupa ini, ia telah
bertelekung dan gegas membawa kakinya ke mushola, mendahului
muadzin yang sebentar lagi mengumandangkan adzan.
Lampu benderang. Serentak. Seperti telah berkongsi sebelumnya.
Berkelip-kelip macam kunang-kunang di malam kelam. Lagi, terdengar
suara desingan tajam di atas ubun-ubun Mak Inang. Ia pun kembali
mendongakkan wajah, mata lamurnya melihat lampu merah, kuning, hijau
berkelip-kelip di langit temaram. Nyamuk-nyamuk pun kian ganas dan
membabi-buta menyerang kulit keringnya.
Wajah Mak Inang kian mengelap, hatinya menghitung-hitung
angka di almanak dalam benak. Berapa hari lagi menuju akhir bulan?
Rasa-rasanya, telah seabad Mak Inang melihat muka Jakarta yang di luar
dugaannya. Benak Mak Inang pun hendak bertanya: Mengapa kau tak
pulang saja, Mal? Ajak anak-binimu di kampung saja. Bersama Emak,
menyadap karet, dan merawat limas. Tapi, mulut Mak Inang terkunci
rapat.
74
Malam di langit ibu kota merangkak bersama muka Mak Inang
yang terkesiap karena seekor tikus got hitam besar mendadak berlari di
depannya. Keterkejutan Mak Inang disudahi suara adzan dari televisi.
Perempuan itu kembali menekan tuas sumur pompa, air mengalir, jatuh ke
dalam ember plastik. Ia membasuh muka tuanya dengan wudhu.
Bersamaan dengan itu, mendadak gerimis turun, seolah ibu kota pun
hendak mencuci muka kotornya dengan wudhu bersama Mak Inang. Muka
tua yang telah keriput, mengkerut, dan carut-marut.

ROTI UNTUK MIRA


Berakhir keresahan Indri. Setelah berminggu-minggu uring-
uringan, melamar kerja ke sana-kemari, ia kini diterima bekerja di pabrik
perusahaan roti. Senang dan riang mengisi dada dan hatinya. Ia tak perlu
lagi menumpuk banyak alasan kepada Mira, anak perempuan satu-satunya
75
yang berumur empat tahun, ketika diminta dibelikan gula-gula dan jepit
rambut. Ia kini bisa lega, bisa tersenyum bangga.
Hari pertama bekerja, Indri merasa mestilah tekun dan berhati-hati.
Sebab, terjadi sedikit kesalahan, pihak perusahaan tak tanggung-tanggung
memecat pekerja yang melakukan kesalahan itu. Memang, dari cerita
samar yang ia dengar dari pekerja-pekerja yang telah dahulu bekerja,
perusahaan roti tempat ia kini bekerja, memberlakukan sistem ketat
kepada setiap pekerja. Setiap pekerja akan dibayar menurut kualitas
standar hasil proses pembuatan roti. Di samping tetap memberlakukan
sistem dahulu: pekerja dibayar perhari. Artinya, tak ada jaminan untuk
kondisi obyektif yang dihadapi pekerja, seperti haid dan melahirkan.
Tetapi, Indri tak terlalu dikecam kekhawatiran semacam itu.
Bagaimanapun ia mantan juara masak banyak jenis masakan tingkat
kecamatan di kampungnya, sebelum dibawa suami ke kota, mencari
penghidupan yang layak. Ia punya resep dari ibunya, yang sangat
berkhasiat menjadikan setiap masakan menjadi enak dan nikmat di lidah:
jalani setiap proses pembuatan masakan seperti kita menyanyikan lagu
kesayangan kita. Biarkan ia mengalir, bersama lagu yang mengalun tenang
dalam rongga dada kita.
Tetapi, di tempat kerjanya sekarang, ia hanya ditempatkan pada
kerja pembakaran, dibantu perempuan separuh baya yang kini nampak
beruban (entah oleh usia atau pengaruh suhu oven besar). Padahal, ia
merasa cukup mampu baginya untuk berada di wilayah kerja mengaduk
bahan-bahan. Tak apa, ini hanya masalah waktu, suatu hari ia pasti akan
berada dan bekerja di sana. Itu pikirnya.
Hari pertama ia bekerja dengan fokus yang ekstra: belajar
mengatur suhu oven, mengingat cetakan mana dan tingkat oven ke berapa
roti telah matang sempurna. Kadang ia nyaris melakukan kesalahan,
namun perempuan yang membantunya terus menuntunnya dengan sabar.
76
Pernah ia hampir jatuh dari tangga besi, dan menimpa oven besar, ketika
hendak mengangkut cetakan di tingkat atas oven. Dan perempuan yang
perlahan ia anggap ibu sendiri, hanya mampu berkacak pinggang, dengan
wajah sedikit melotot, kepala menggeleng perlahan, namun tetap dengan
raut muka yang maklum.
Menjelang sore, pekerja-pekerja terlihat bergegas hendak pulang.
Ia dengan ekstra cepat merapikan roti-roti ke gudang roti, yang berdiri rak-
rak roti dari besi, yang menyerupai rangka-rangka yang bersusun
bertingkat-tingkat.
Ia memandangi lama hasil kerjanya dengan senyum yang
menyembul. Bongkahan roti dengan aneka bentuk, berderet di atas
nampan persegi panjang. Sungguh-sungguh menggoda selera dan rasa.
Yah, seperti itulah roti-roti itu akan terbungkus dalam plastik bening,
dengan bertuliskan: ROTI GODARASA.
Dan tibatiba ia teringat Mira. Anaknya itu senang pula makan roti,
apalagi rasa coklat. Dan, entah kenapa, rasa ingin membawa pulang
beberapa bongkah, turut pula menggodanya.
Dalam perjalanan pulang, ia terus sumringah membayangkan
tingkah riang anaknya nanti ketika menerima beberapa bongkahan roti
yang kini mendekam aman dalam tas jinjing hitamnya.
Kini semangat bekerja Indri didorong oleh satu hal: membawa
pulang beberapa bongkah roti untuk Mira. Setiap hari ia melakukan itu,
tanpa pernah merasa khawatir tertangkap basah oleh pekerja lain. Bahkan,
ia mulai berani membawa pulang beberapa bungkus roti yang sudah dalam
bungkusan, yang di simpan dalam gudang tersendiri. Jika sebelumnya, ia
hanya berani membawa pulang roti yang belum dibungkus, belum pula
dioles berbagai macam rasa di atasnya, kini ia benar-benar melakukan
langkah maju itu. Ia pertama mengambil roti bundar dengan garis-garis
dari lelehan cokelat, keesokan dan keesokan selanjutnya, ia mulai berani
77
mengambil roti dengan taburan selai kacang, wijen putih, taburan aneka
macam buah, sampai yang berisi abon ayam kampung. Ia terkadang heran
juga dengan harga yang terpampang di atas palstik. Sungguh terlalu mahal
dan tak sebanding dengan upah kerja yang ia dapatkan.
Tapi, rasa protes kecil yang perlahan hadir dalam benaknya ia
tekan dalam-dalam. Yang penting, bagaimana ia bisa bekerja,
mendapatkan uang, dan membawa beberapa bongkah roti untuk Mira. Itu
semacam penebusan dosa untuk anaknya yang tak bisa ia temani dalam
waktu yang lama.
Memang, kondisi menyakitkan itu baru ia rasakan ketika suaminya
tak pernah lagi pulang, ketika satu bulan lalu bekerja sebagai tukang
bangunan pada pengerjaan sebuah rumah sakit kelas elit. Yang datang
padanya hanya kabar kabur. Ada yang bilang, suaminya telah merantau ke
Malaysia bersama temannya, mengendarai kapal barang. Ada pula yang
mengatakan ia masih berada di kota ini, tapi telah bersenang-senang
dengan perempuan lebih muda darinya, yang bekerja sebagai buruh tekstil,
hidup bersama-sama. Sejak berminggu-minggu ia mencari dan tak
menemukan jawaban pasti, ditambah keterdesakan ekonomi sebab uang
belanja terakhir pemberian suaminya telah pula menyusut, ia pun
memutuskan mencari kerja, dan menghidupi anak semata wayangnya,
Mira.
Dan, kenyataan akan mampunya ia seorang diri menghidupi diri
dan anaknya, cukup membakar semangat kerjanya. Pada akhirnya, ia
melupakan dengan sungguh-sungguh suaminya. Ia mulai sebuah
kehidupan baru: bekerja dan membawakan selalu beberapa bongkah roti
untuk Mira.
Sampai suatu hari, karena ketololan dan sikap tak hati-hati, ia
dicegat sebuah teriakan dari belakang punggungnya, ketika ia hendak
memasukkan beberapa bongkah roti ke dalam tasnya. Ia dikepung rasa
78
takut dan cemas yang ganas dan buas. Laki-laki berseragam Satpam
menatapnya garang. Ia mematung, mengharap rasa iba jatuh pada kepala
laki-laki itu.
“Kamu mau curi roti, ya? Perempuan tak tahu malu…” laki-laki itu
maju selangkah dan beralih pandang pada sebungkus roti yang sedang
dalam genggamannya.
Indri terus terang tak bisa mengelak. Ia hanya mengangguk tak berdaya.
“Aku lapor kamu, ya? Kurang ajar. Perempuan tak tahu…”
“Jangan, Pak. Jangan lapor. Saya mohon, jangan lapor, pak.”
“Tapi, kamu telah mencuri di depan hidung saya. Kamu harus…”
“Saya mohon, pak. Saya mengaku bersalah. Tapi, jangan lapor. Saya akan
melakukan apa saja untuk bapak. Asal jangan lapor…”
Entah kenapa tiba-tiba kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya.
Laki-laki itu terdiam sejenak, masih dengan tatapan yang garang. Tapi, kini
tatapan itu beralih menjalari segenap tubuhnya, dari ujung rambut hingga ujung
kaki.
Menyadari ditatap seperti itu, ia kian dicekam ketakutan yang dalam. Bulu
kuduknya berdiri, pori-porinya terasa dingin, jantungnya berdebar hebat.
Laki-laki itu kemudian tersenyum licik. Oh, jangan, jangan. Bukan itu maksud
saya. Bukan. Kamu tak boleh menyentuh saya. Kalimat itu terus berteriak dalam
kepalanya sendiri, namun tak kunjung terucap pada bibir.
Laki-laki itu bilang bahwa ia perempuan yang masih cantik. Dadanya masih
mengembang indah. Wajahnya masih bersih dan kencang. Dan perlahan laki-laki
itu memampatkan tubuhnya kian dekat padanya. Dengan kasar laki-laki itu
menyabot tangannya, dan menggerayanginya. Sebelah tangan membekap keras
pada mulutnya.
Dengan perasaan yang hancur sambil terus memegang roti bertabur cokelat, ia
menjalani kesakitan itu seorang diri.
79
Sejak peristiwa itu, Indri menjadi murung dan tak semangat
bekerja. Meski ia masih terus membawa pulang beberapa bongkah roti,
atas jaminan laki-laki yang bertugas sebagai Satpam di perusahaan yang
sama tempat ia bekerja. Tapi, perlahan kemurungan itu tak lama ia
rasakan. Demi sebongkah roti untuk Mira. Laki-laki itu sudah mulai sering
mencegatnya dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Bahkan,
pernah ia tak bernagkat kerja sebab dilanda sakit flu yang biadab, laki-laki
itu membawa sekeranjang roti untuknya ke kamar kontrakannya. Ia tak
tahu, dari mana laki-laki itu mendapatkan alamat tempat tinggalnya.
Setelah sembuh dan masuk kerja seperti sedia kala, ia bersama
pekerja-pekerja lainnya, dituntut untuk lembur, menghasilkan roti lebih
banyak, karena pesanan roti dari instansi-instansi pemerintahan dan swasta
semakin banyak. Beberapa minggu ke depan, kota ini akan dilanda demam
seminar dan rapat, menyambut momen politik: pemilihan umum kepala
daerah. Banyak seminar yang mengangkat tema tentang itu. Banyak pula
kampanye-kampanye ruangan. Pokoknya, mereka harus bekerja untuk
menghasilkan produksi roti yang ditargetkan. Titik.
Dan berbulan-bulan sudah ia bekerja di perusahaan itu. Kini Indri
dipercayakan untuk bekerja di wilayah dapur, mengaduk dan meramu
bahan. Ini berkat ketekunannya memberikan masukan kepada orang-orang
di bagian dapur, tentang rasa yang seharusnya berbeda.
Tapi, itu tak lama. Perusahaan tempat ia bekerja merencanakan
untuk memberlakukan pengefisienan pendapatan. Alasannya, persaingan
produk roti semakin ketat. Ada banyak perusahaan roti dengan corak
industri rumah tangga kecil yang semakin variatif dalam menyajikan
bentuk dan rasa. Bagi, Indri, dan juga sebagian besar pekerja lainnya,
berpendapat kalau itu alasan tak masuk akal. Alasan sebenarnya adalah
perusahaan telah membeli sebuah mesin produksi roti yang lebih efektif
dan cepat.
80
Indri tentu berharap, bukan dirinya yang termasuk dalam daftar
pekerja yang diberhentikan. Namun, harapan itu tinggal harapan. Indri
masuk dalam lima puluh tiga orang yang terkena pemberhentian kerja dari
seratus dua puluh satu jumlah total pekerja.
Indri sakit hati. Perasaannya teriris bagai disayat silet yang tajam. Ia pingsan. Ia
hancur…
Indri berdiri mematung di depan kaca etalase. Di balik kaca
berderet berbagai macam bentuk roti. Ia bisa membaca dengan jelas
sebuah plang tembaga sederhana, terpajang di sebuah sudut ruangan:
ROTI GODARASA.
Sungguh, betapa jauh ia kini dengan roti di dalam sana. Menatap
ke dalam, ia seperti melihat seorang anak kandungnya sendiri, yang
dihasilkannya sendiri, diambil dari tangannya, dari pelukannya. Ia tak
ubah seperti alien yang dikirim dari planet seberang, untuk bekerja dan
bekerja, namun bukan untuk menikmati. Ia semakin gila memikirkan itu.
Kegilaan itu semakin merangsek masuk ke dalam kepalanya: ia
harus mendapatkan beberapa untuk Mira, hari ini.
Perlahan ia maju. Selangkah, selangkah, selangkah. Sampai ia di
depan kaca etalase. Di sana ia berhadapan dengan sebuah wajah semurung
wajahnya. Indri diam. Bayangan di sana juga diam. Ia bertanya ke
bayangan di dalam sana, apakah ada cara untuk mengambil roti itu barang
beberapa bongkah untuk Mira, hari ini?
Dan bayangan di dalam sana tiba-tiba tersenyum kecil padanya. Ia
bisa menyaksikan gerik di depannya. Dan ia seperti dituntun oleh
bayangan itu untuk meraih segenggam batu di pinggir jalan, dan bayangan
di dalam sana berteriak padanya, “aku butuh roti, hari ini”.
Pranggg…berhamburan kepingan kaca pecah ke segenap arah. Memecah udara
pagi dan riuh rendah percakapan di sekitar etalase.
81
Indri terkejut oleh apa yang telah ia lakukan. Ia mencari-cari
seseorang yang beberapa detik lalu berdiri di depannya. Tak ia
menemukan, sampai ia sadar, bahwa itu tak lain adalah wujud dirinya
yang paling jujur
Ia hanya tertawa terbahak-bahak, seolah-olah puas dengan apa yang telah ia
lakukan. Sampai tak sadar, borgol telah mengerat keras tangannya.
Mira merenung bertopang dagu, menunggu ibunya pulang. Sudah
begini malam ibunya belum pula pulang. Ia pertama rindu roti yang akan
dibawa ibunya, namun perlahan ia benar-benar rindu pada ibunya. Ya,
pada ibunya yang baik dan sabar.
Dan sebelum malam menjadi larut, ketukan lembut di pintu
mengirim sumringah pada bibir mungilnya. Perlahan pintu membuka, dan
sebongkah roti menyeruak dari belakang pintu. Mira berdiri dan kemudian
mematung, menyaksikan seorang laki-laki berpakaian seragam Satpam
membawa beberapa bongkah roti di tangannya.
Makassar, 2013
82

Ibu Apa Aku Anugerah Untukmu?


Vina Idamatusilmi

Pagi, namaku Nina. Aku tinggal di Desa Sukaraja bersama ibuku.


Ibuku bekerja sebagai desaigner baju. Ibu juga sangat sibuk bekerja di
sebuah griya butique Melati, karena kesibukan ibuku tersebut sehingga
aku lebih sering dititipkan ke rumah bibikku.
Ibu berangkat bekerja sekitar pukul 05.00 pagi, terlihat sangat pagi
bukan? dan pulang sangat malam kira kira jam 09.30 sampai rumah. Ibu
bahkan hampir tidak pernah libur dan tidak pernah mempunyai waktu
luang untukku.
Karena tuntutan kerja ibu, aku jadi benci sama ibu karena tidak
pernah mempunyai waktu untukku. Setiap kali aku berfikir dan bertanya
tanya “Kapan aku bisa seperti mereka yang bisa bermain, bergurau
bersama?” aku fikir itu hanya ilusi. Sampai-sampai aku berfikiran buruk
bahwa aku tak membutuhkan ibu karena telah ada penggantinya ibu yaitu
bibiku yang sangat sayang padaku.
Setelah beberapa hari ini, ibu tiba-tiba pulang ke rumah, tetapi aku
tetap mendiamkannya. Beliau bertanya-tanya dan pertanyaan itu membuat
aku merasakan sesuatu
“Anakku sayang, bagaimana kabarmu? Baik-baik sajakah? Anakku
sayang, bagaimana dengan sekolahmu? Kamu pasti mendapat nilai yang
bagus, kan?”
83
Tetapi aku tetap mendiamkan ibuku. Sampai pertanyaan terakhir ibu
bertanya “Esok kamu akan menjadi anakku yang hebat, cantik, dan kuat
seperti ibumu ini kan?”.
Kemudian aku menjawab “Entahlah, aku tidak berfikiran begitu, aku
sudah seperti tak punya ibu”. Kemudian ibu tersenyum dan mengelus
kepalaku dan berkata “Anakku.. maafkan ibu, maafkan ibu, ibu berjanji
tidak akan seperti itu lagi”. Aku menatap ibuku yang tersenyum tetapi air
matanya juga mengalir di pipinya. Melihat ibu menangis, aku jadi tidak
tega sehingga aku melupakan masa lalu dan memaafkan ibu.
Hari berikutnya, kring.. kring, terdengar suara sepeda. Ternyata
ibuku telah membelikanku sebuah sepeda baru dan apakah kalian tau apa
yang ibuku katakan? “Selamat ulang tahun yang ke-8 anakku, ini untuk
anakku tersayang mungkin tahun depan ibu tidak bisa membelikanmu apa-
apa lagi..” Aku terkejut “ibu berkata apa? ibu pasti akan membelikan aku
sesuatu lagi di tahun-tahun kedepan sampai aku dewasa, sampai aku
menikah, sampai aku yang ganti membelikan ibu sesuatu, iya kan ibu? ibu
janji kan? ibu harus berjanji itu”. Ibuku hanya mengangguk dan
tersenyum.
Seharian ini ibu mengajariku sepeda, saat kami mau pulang ibuku
tiba-tiba terjatuh dan pingsan. Aku bingung dan menelepon bibiku, setelah
itu bibiku membawanya ke rumah sakit, aku tidak tau hasil dari
pemeriksaan dokter tentang ibuku, tetapi bibiku mengerti bahwa ibuku
terkena kanker darah.
3 hari kemudian ibu pulang dengan wajah ceria seperti biasa, tetapi
berbeda dengan bibi yang cemas. Ibu yang semula tidak pernah
membawakanku bekal sekolah, berhari-hari ini ibu membawakanku dan
mengantarku ke sekolah.
Saat sampai di rumah aku terkejut ibuku pingsan lagi seperti saat
mengajariku sepeda, aku bangunkan ibu dengan hati hati, saat itu aku
84
tanya “Ibu kenapa, apakah ibu sakit? Ibu sakit apa? Bukan sakit parah
kan?”
Ibuku menjawab “Ibu hanya pusing anaku sayang, ibu.. ”Aku
menyela “ibu bohong kan? Ibu dulu tidak seperti ini? seandainya ibu tidak
sakit ibu pasti tidak ada di rumah, ibu juga tidak mungkin mau
mengantarku sekolah, membuatkanku bekal, mengajariku bersepeda, ibu
pasti bohong..” aku menangis di hadapan ibu, kemudian ibu bertanya “nak,
jika ibumu tiada kamu harus menjadi wanita yang kuat, yang hebat jangan
seperti ibumu yang selalu mengecewakanmu”. “Tidak ibu, ibu akan hidup
sampai aku tua nanti, ibu adalah anugerah satu satunya yang kumiliki
ibu..” aku menangis tersedu sedu, “ibu berjanjilah untuk selalu bersamaku
ibu.. huhu”
“Iya nak ibu berjanji akan selalu menemanimu sampai tua nanti”,
tapi dalam batin ibu, tetapi itu hanya di bayanganmu nak, maafkan ibu,
maafkan ibu, jadilah anak yang berguna yang kuat walaupun tanpa ibumu,
jika kau berpikiran aku adalah anugerah satu satunya dalam hidupmu, aku
berfikiran bahwa kamu lebih dari sekedar anugerah terindah dalam
hidupku nak. Ibu berkata sambil memelukku dengan erat, tetapi semakin
lama keeratan itu semakin berkurang dan akhirnya aku lepas dari pelukan
ibu. Saat aku perhatikan, ternyata ibuku telah tiada.
“Ibuuuuu…” aku menjerit dengan keras, dan berkata “kenapa ibu
berbohong? aku belum sempat meminta maaf padamu huhu…”
Saat upacara pemakaman, pemilik griya butique menghampiriku,
bahwa ibuku ternyata telah merancang gaun untuk pernikahanku nanti
yang entah kapan, dan meninggalkan surat berisi.
“Maafkan aku sayang, ibu tidak bisa menemanimu sampai esok,
jadilah anak yang berguna, jangan membantah perintah bibimu lagi,
jangan nakal lagi, jangan membenci orang di sekelilingmu lagi, dan
85
lakukanlah apa yang menurutmu pantas dan baik untuk dilakukan. Aku
sayang kamu nak.. selamat tinggal.
Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/ibu-apa-aku-
anugerah-untukmu.html

2. Media Pembelajaran
3. LKS
4. Instrumen Penilaian

Yogyakarta, 31 Juli 2018


Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Drs. Agus Marjanto, M.Pd Sutini, S.Pd.

D. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan RPP

Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi

1. Kesesuaian pelaksanaan RPP merupakan pedoman bagi


pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan
guru dengan RPP. pembelajaran.Banyak guru yang
menyusun RPP tetapi dalam
pelaksanaannnya tida sesuai
dengan RPP yang disusun. Tetapi
ketika saya dan teman saya
86
melakukan observasi di kelas XI
IPS, guru telah melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai
engan RPP yang disusun.

2. Kesesuaian strategi pembelajaran Strategi pembelajaran yang


dengan karakteristik siswa dan diterapkan sudah bagus. Tapi
kondisi kelas. dalam pelaksanaannya strategi
pembelajrannya tidak sesuai
dengan kondisi kelas. Kondisi
kelas cenderung ribut tidak mau
mendengarkan gurunya.

3. Kesesuaian penggunaan media Guru sudah menggunakan media


pembelajaran dengan karakteristik pembelajaran yang sesuai dengan
siswa dan kondisi kelas. karakteristik peserta didik dikelas.

4. Respon siswa terhadap pembelajaran Siswa merespon dengan baik


yang dilakukan oleh guru. pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.Ketika guru bertanya, siswa
dengan sigap menjawab yang
ditanyakan.

Catatan hasil observasi secara umum:

Observasi yang saya amati sudah berjalan dengan baik sudah sesuai dengan RPP
yang dirancang. Peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Tetapi yang sangat disayangkan, peserta didik lebih terfokus pada alat
komunikasinya tidak dengan guru yang sedang menjelaskan di depan. Guru juga
menggunakan media cetak seperti LKS Bahasa Indonesia. Sedangkan alat
pembelajaran yang digunakan yaitu spidol dan papan tulis. Guru sudah mampu
87
memilih metode yang efisien dan efektif sehingga tujuan pembelajaran berjalan
dengan optimal.

E. Hasil Revisi RPP Beserta Lampirannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Sekolah : SMA Negeri 1 Ngaglik
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI IPS/Ganjil
Materi Topik : Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (4 Jam Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
88
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif,
dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.9 Menganalisis unsur- 3.9.1 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan


unsur pembangun cerita unsur pembangun cerita pendek.
pendek dalam buku 3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan
kumpulan cerita pendek struktur dan kaidah kebahasaannya.

4.9 Mengkonstruksi sebuah 4.9.1 Menyusun teks cerita pendek


cerita pendek dengan sesuai dengan unsur pembangunnya.
memerhatikan unsur- 4.9.2 Menyunting cerita pendek yang
unsur pembangun ditulis.
cerpen.

C. Tujuan Pembelajaran
89
- Melalui teks cerita pendek peserta didik dapat menentukan enam unsur
yang terkandung dalam cerita pendek dari contoh yang diberikan.
- Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat menentukan lima
struktur dan kaidah kebahasaan yang terkandung dalam cerita pendek
dari contoh yang diberikan secara keseluruhan.
- Melalui pengamatan lingkungan sekolah, peserta didik dapat
menyusun isi cerita pendek sesuai dengan unsur dan struktur yang
benar.
- Melalui pengamatan lingkungan sekolah, peserta didik dapat
menyunting isi cerita pendek sesuai dengan unsur dan struktur yang
benar
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Reguler
a. Pengetahuan
- Pengetahuan Faktual: contoh teks cerita pendek
- Pengetahuan Konseptual: pengertian, struktur, dan unsur pembangun
cerpen
- Pengetahuan Prosedural: tahapan menyusun teks cerita pendek
berdasarkan struktur dan unsur kebahasaan cerita pendek
b. Keterampilan
Abstrak : Penulisan dan penyuntingan teks cerita pendek.
c. Materi Remidial
- Langkah-langkah langkah penulisan
- Menulis cerita pendek bebas
d. Materi pengayaan
E. Pendekatan, Model, Metode, dan Teknik Pembelajaran
- Pendekatan : saintifik
- Metode : diskusi, penugasan
- Model : Problem Based Learning
90
F. Media dan Alat/ Bahan
a. Alat dan Bahan: teks cerita pendek
b. Media :

G. Sumber Pembelajaran
- Mulyadi, Yadi. 2017. Buku Teks Pendamping “Bahasa Indonesia”, Kelas
XI untuk SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


(Pertemuan Pertama)
DESKRIPSI Karakter ALOKASI
Kegiatan
WAKTU

P Disiplin 10 menit
Orientasi
E
M - Memberi salam dan berdoa sebelum
B pembelajaran dimulai
U - Mengkondisikan suasana
K pembelajaran yang menyenangkan
A - Peserta didik memimpin doa
sebelum pelajaran dimulai.
- Guru mempresensi peserta didik

Apersepsi
Guru memberikan permainan yang berkaitan
dengan pembelajaran.

Motivasi
Guru memberikan informasi mengenai
fungsi pembelajaran dan kaitannya dengan
konteks kehidupan
91

Pemberian acuan
Guru menyampaikan apa saja yang akan
dipelajari dalam pembelajaran.

I 60 menit
N - Peserta didik membaca teks cerita
T pendek yang berjudul “ Ibu Apa
I Aku Anugerah Untukmu?” dari
teks yang dibagikan (Critical
Thinking, literaasi baca tulis)

Tanggung
- Peserta didik membentuk kelompok jawab
yang terdiri dari 4-5 orang
(callaboration)
- Peserta didik berdiskusi dalam
kelompok untuk menentukan unsur
pembangun dan struktur cerita
pendek yang berjudul “Ibu Apa
Aku Anugerah Untukmu?”

- Peserta didik mencari dan Jujur


mengumpulkan data dari hasil
diskusi (callaboration)
- Peserta didik terlibat aktif dalam
diskusi dan mengkaji unsur-unsur
pembangun, struktur, kaidah
kebahasaan cerita pendek kemudian
menyelesaikan masalah yang ada.
Peserta didik termotivasi untuk
92
berdiskusi dalam menggali
informasi dari berbagai sumber
yang dibagikan. (callaboration,
critical thinking, creativity, HOTS,
literasi)
- Peserta didik menuliskan hasil
pekerjaannya.
- Kelompok menulis hasil diskusi
dalam bentuk mindmap pada kertas
manila yang sudah disediakan
dengan kreativitas kelompok
(creativity, communication,
literasi)

- Guru membimbing peserta didik Jujur


untuk mempresentasikan hasil
diskusi
- Masing-masing kelompok
mempresentasikan dan
menempelkan hasil kerja kelompok
di papan tulis (communication)
- Setiap perwakilan dari kelompok
menilai hasil karya kelompok lain
yang ditempelkan di papan tulis.
(critical thinking, literasi)
- Peserta didik mencermati dan
membandingkan dengan hasil
kelompok sendiri dan
mendiskusikan kembali kedalam
kelompok (critical thinking,
93
communication)
- Perwakilan kelompok memberi
masukan dan tanggapan ataupun
pertanyaan kepada kelompok lain
(critical thingking,
communication)

- Guru menanggapi hasil presentasi


kelompok

- Peserta didik bersama dengan guru 10 menit


P
menyimpulkan materi
E
pembelajaran.
N
- Guru menyampaikan materi
U
selanjutnya tentang menyusun teks
T
cerita pendek
U
- Guru mengakhiri pembelajaran
P
dengan salam.

Pertemuan Kedua (4JP)


DESKRIPSI Karakter ALOKASI
Kegiatan
WAKTU

P Disiplin 10 menit
Orientasi
E
M - Memberi salam dan berdoa
B sebelum pembelajaran dimulai
U - Mengkondisikan suasana
K pembelajaran yang
A menyenangkan
- Siswa memimpin doa sebelum
94

pelajaran dimulai.
- Guru mempresensi siswa

Apersepsi
Guru menanyakan materi pertemuan
sebelumnya.

Motivasi
Guru memberikan informasi mengenai
fungsi pembelajaran dan kaitannya
dengan konteks kehidupan.

Pemberian acuan
Guru menyampaikan apa saja yang akan
dipelajari dalam pembelajaran.

70 menit
- Peserta didik mendapatkan satu
teks cerita pendek lengkap
dengan struktur-strukturnya.
(critical thinking)
I - Peserta didik membaca sekilas
N tentang unsur, struktur dan
T kebahasaan
I
- Peserta didik menanya tentang
tahapan-tahapan menulis cerita
pendek. (communication)

- Peserta didik diajak keluar kelas


95
untuk mengamati hal-hal yang
terjadi di lingkungan sekolah.
(literasi visual)

- Peserta didik menulis cerita


pendek sesuai dengan apa yang
mereka amati dilingkungan
sekolah. (critical thinking)

- Beberapa peserta didik maju


kedepan untuk
mempresentasikan hasil yang
sudah dikerjakan.
(callaboration, communication)
- Peserta didik yang tidak maju,
menukar pekerjaannya dengan
yang lain sambil mengoreksi
hasil pekerjaan temannya.
(critical thinking)

- Peserta didik bersama guru 10 menit


P menyimpulkan pembelajaran
E yang sudah dilakukan pada hari
N ini
U - Peserta didik dan guru sama-sama
T merefleksikan kegiatan belajar
U mengajar hari ini
P - Peserta didik mendapat informasi
mengenai materi pembelajaran di
96
pertemuan selanjutnya
- Guru mengakhiri pelajaran hari
ini dengan doa dan salam

I. Penilaian Hasil Belajar


Pertemuan pertama

Penilaian Sikap

- Teknik : Pengamatan sikap


- Bentuk : Observasi (terlampir)
- Instrumen:

Penilaian Pengetahuan

- Teknik : Tes tertulis


- Bentuk : uraian
a. Jelaskan unsur-unsur pembangun cerita pendek!
b. Jelaskan struktur pembangun cerita pendek!
c. Bagaimanakah kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek?
- Kunci :
1. Cerita pendek atau cerpen merupakan jenis karya sastra yang
dikisahkan dalam bentuk tulisan yang berwujud cerita secara pendek,
jelas, dan ringkas serta hanya terfokus pada satu konflik suatu
permasalahan.
97
Unsur-unsur pembangun:
- Tokoh adalah orang yang melakukan perbuatan dan
mengalami peristiwa, sedangkan penokohan/karakter lebih
mengacu pada pandangan, sifat, sikap, dan emosi yang
dimiliki oleh tokoh dalam karya rekaan tersebut.
- Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin
dengan saksama yang menggerakkan jalan cerita melalui
kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian untuk mencapai
efek tertentu.
- Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang, dan
suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.
- Sudut pandang merupakan strategi, teknik, atau siasat yang
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan
ceritanya.
- Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita.
- Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya.
2. Struktur cerpen terdiri atas pengenalan situasi cerita, pengungkapan
peristiwa, menuju adanya konflik, puncak konflik, dan
penyelesaian.
- Pengenalan situasi cerita (orientasi), berisi perkenalan setting
cerita, baik waktu, tempat, maupun suasana.
- Pengungkapan peristiwa (komplikasi), menyajikan peristiwa
awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, atau
kesukaran bagi tokohnya.
- Menuju adanya konflik (rising action), memuat peningkatan
perhatian kegembiraan, kehebohan ataupun keterlibatan
berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran
tokoh.
98
- Puncak konflik (turning point), disebut juga klimaks.
- Penyelesaian (koda), menyajikan penjelasan tentang nasib
yang dialami tokoh setelah mengawal peristiwa puncak
tersebut.
3. Kaidah kebahasaan:
- Menggunakan pernyataan retorik
- Menggunakan proses material
- Menggunakan konjungsi temporal
- Menggunakan diksi
- Menggunakan gaya bahasa efektif
- Menggunakan kaimat yang efektif

PEDOMAN PENSKORAN

Pedoman penskoran soal nomor 1

Skor Aspek yang dinilai

4 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan sangat jelas dan sangat tepat.

3 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan jelas dan tepat.

2 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan cukup jelas dan cukup tepat.

1 Menjelaskan pengertian cerita pendek dan unsur-unsur cerita


pendek dengan kurang jelas dan kurang tepat.

Pedoman penskoran soal nomor 2

Skor Aspek yang dinilai


99

4 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan sangat lengkap dan


benar.

3 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan lengkap dan benar.

2 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan cukup lengkap dan


cukup benar.

1 Menuliskan struktur dalam cerita pendek dengan kurang lengkap dan


kurang benar.

Pedoman penskoran nomor 3

Skor Aspek yang dinilai

4 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


sangat lengkap dan benar.

3 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


lengkap dan benar.

2 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


cukup lengkap dan cukup benar.

1 Menuliskan kaidah-kaidah kebahasaan dalam cerita pendek dengan


kurang lengkap dan kurang benar.

PEDOMAN PENILAIAN:
Skor = Jumlah perolehan angka seluruh aspek
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
3

Remedial
100
- Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan
perorangan
- Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang
KDnya belum tuntas.
- Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui
remedial teaching atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri
dengan tes.
- Tes remedial dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3
kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial
dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.

Pengayaan

Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut :

- Peserta didik yang mencapai nilai n(ketuntasan) < n < n(maksimum)


diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.
- Peserta yang mencapai nilai n>n(maksimum) diberikan materi melebihi
cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.

Pertemuan kedua

Penilaian Sikap

- Teknik : Pengamatan sikap


- Bentuk : Observasi (terlampir)

Penilaian Pengetahuan
101
- Teknik : Tes tertulis
- Bentuk : uraian
- Instrumen

Soal:
Dari cerita pendek dibawah ini, analisislah struktur cerita
pendek!

AKAN TERUS BERTAHAN


Kesedihan masih mendera diriku. Setelah ditinggal pergi
pendamping hidupku, kini anakku satu-satunya juga telah tiada. Hujan air
mata tentu saja menetes di sini; di mataku. Terkadang aku merasa, Tuhan
mengujiku terlalu berat. Ingin menghakimi-Nya, namun apa daya, aku tak
bisa. Sungguh aku tak sanggup memaki Pencipta diriku yang telah
menyelamatkanku dari sebuah insiden naas beberapa tahun yang lalu. Aku
percaya ada hikmah dari semua ini. Aku sungguh percaya bahwa Dia tidak
akan menjahatiku. ucapku kepada batinku sendiri.
Tak terasa ini sudah 40 hari kepergian istriku, dan 7 hari kepergian
anakku. Sedih dan duka itu tentu masih ada, namun menipis, setipis kain
tissue yang sering aku gunakan untuk menyeka air mata dan ingusku
karena berduka. Namun aku sadar, bahwa berduka terlalu lama tak akan
ada gunanya. Menjalani hidup sekuat mungkin adalah solusi atas
kekosongan dan kesedihanku ini.
Ada pepatah yang bilang, bahwa kesibukan bisa membuat kita lalai
dari kesedihan dan keresahan hati kita. Dan ternyata itu benar. Kesibukan
yang kujalani sebagai layouter cukup menguras hati dan pikiran. Bayang-
bayang sang pendamping hidup, serta bayang-bayang sang anak tidak
terlalu sering menghantuiku; membuat air mata menetes di mataku.
102
Tak pernah kupikirkan siapa yang akan menggantikan pendamping
hidupku di dunia ini. Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana
menjalani hidupku sebaik mungkin dan tidak larut dalam duka. Dan aku
akan terus bertahan, terus menjalani hidupku, hingga nanti aku menyusul
anak dan kekasihku di Sana.

Kunci
- Abstraksi: Kesedihan masih mendera diriku. Setelah ditinggal
pergi pendamping hidupku, kini anakku satu-satunya juga
telah tiada. Hujan air mata tentu saja menetes di sini; di
mataku.
- Orientasi: latar suasana: sedih, latar waktu: kini, serta 40 hari
setelah si pendamping hidup wafat dan 7 hari setelah sang
anak wafat.
- Komplikasi: sang tokoh sedih karena ditinggal mati sang anak
padahal sebelumnya telah ditinggal pendamping hidupnya,
sang tokoh mulai menghilangkan rasa sedihnya dengan terus
menjalani hidup dan menyibukkan diri, dan sang tokoh pun
memutuskan untuk tetap bertahan hidup dan tidak mencari
pendamping hidup yang baru.
- Evaluasi: pengenalan konflik sudah ada sejak di paragraf
awal, yakni saat sang tokoh kehilangan anak tercintanya,
padahal sebelumnya dia telah ditinggalkan sang pendamping
hidup. Alur cerita semakin berlanjut, dan si tokoh ini pun
mulai mencoba lebih tegar dalam menjalani hidup dan
kedukaan yang dia rasakan. Di akhir cerita, si tokoh pun
menentukan sikap hidupnya terhadap apa yang dia alami.
- Resolusi: si tokoh memutuskan untuk menjalani hidupnya dan
mulai menyibukkan diri dengan bekerja sebagai layouter.
Selain itu, si tokoh memutuskan untuk tidak mencari
103
pendamping hidup lagi. Hal ini bisa dilihat pada kalimat-
kalimat yang ada di paragraf akhir.
- Koda: pesan yang hendak disampaikan pada cerpen tersebut
adalah bahwa kita harus tetap tegar dalam mejalani hidup
meski ditimpa kesedihan yang mendalam. Selain itu, cerpen di
atas juga mengajarkan kita untuk tidak menyalahkan Tuhan
saat terpuruk, dan tetap setia kepada pasangan hidup kita.

PEDOMAN PENSKORAN

Skor Aspek yang dinilai

4 Menjelaskan isi struktur cerita pendek dengan sangat jelas dan


sangat tepat.

3 Menjelaskan isi struktur cerita pendek dengan jelas dan tepat.

2 Menjelaskan isi struktur cerita pendek cerita pendek dengan


cukup jelas dan cukup tepat.

1 Menjelaskan isi struktur cerita pendek cerita pendek dengan


kurang jelas dan kurang tepat.

PEDOMAN PENILAIAN
Skor = Jumlah perolehan angka seluruh aspek
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
6

Penilaian Keterampilan

- Teknik : Unjuk kerja/kinerja/praktik


- Bentuk : Uraian
104
- Instrumen

Siswa membuat teks cerita pendek sesuai dengan hasil observasinya


di lingkungan sekolah.
105
No ASPEK KRITERIA Skor

1 Kelengkapan aspek Memuat (judul, nama


formal cerpen pengarang, dialog, narasi) 25

Hanya memuat tiga subaspek 20

Hanya memuat dua subaspek 15

Hanya memuat satu subaspek 10

2 Kelengkapan unsur Memuat enam unsur intrinsik


intrinsik cerpen 25
Memuat lima unsur intrinsik 20

Memuat empat unsur intrinsik 15

Memuat kurang dari tiga 10


unsur intrinsik

3 Ketepatan Struktur Memuat lima struktur cerpen 25


cerpen (orientasi,
komplikasi, rising Memuat empat struktur cerpen 20
action, turning point,
Memuat tiga struktur cerpen 15
koda)
Memuat satu atau dua struktur 10
cepen

4 Kesesuaian Menggunakan kelima aspek


penggunaan bahasa 25
Menggunakan keempat aspek 20
cerpen (penggunaan
Menggunakan ketiga aspek 15
diksi, penggunaan
dialog, penyampaian
Menggunakan hanya dua atau 10
uraian yang deskriptif,
satu aspek
penggunaan majas,
penggunaan kata yang
menyatakan urutan
waktu)
106
Nilai = Jumlah skor yang diperoleh x 100
4

1. Remedial
1. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan
perorangan
2. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang
KDnya belum tuntas.
3. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remedial
teaching atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
4. Tes remedial dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3
kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial
dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.

Pengayaan

J. Lampiran
- Uraian Materi
PENGERTIAN CERPEN
Cerpen merupakan jenis karya sastra yang dikisahkan dalam
bentuk tulisan yang berwujud cerita pendek, jelas, dan ringkas.

UNSUR INTRINSIK CERPEN

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun yang berasal dari cerpen itu
sendiri. Berikut macam-macam unsur intrinsik:

- Tema, adalah gagasan pokok atau makna keseluruhan yang


didukung cerita.
107
- Penokohan, adalah pemberian sifat pada tokoh yang ada dalam
cerita. Ada dua metode dalam mengidentifikasi watak dari
seorang tokoh yaitu dengan metode analitik (secara langsung)
dan metode dramatik (secara tidak langsung).
- Alur, adalah rangkaian peristiwa yang menggerakan jalan cerita.

Ada 3 alur yang kita kenal yaitu alur maju, mundur dan campuran.

- Setting atau Latar, adalah keterangan mengenai tempat, waktu


dan suasana yang digambarkan dalam sebuah cerita.
- Sudut Pandang, adalah posisi pengarang dalam cerita.
- Gaya Bahasa, adalah cara khas dalam mengungkapkan sebuah
kata atau kalimat dalam cerita supaya lebih indah dan bermakna.
- Amanat, adalah pesan yang bisa dipetik dari cerita tersebut.

UNSUR EKSTRINSIK CERPEN


Latar belakang masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan faktor-faktor di dalam
lingkungan masyarakat penulis yang  mempengaruhi penulis dalam
menulis cerpen tersebut. Ada beberapa latar belakang yang mempengaruhi
penulis, diantaranya adalah:
1. Ideologi Negara
2. Kondisi Politik
3. Kondisi Sosial
4. Kondisi ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat.

Latar belakang penulis


Latar belakang penulis adalah faktor-faktor dari dalam pengarang
itu sendiri yang mempengaruhi atau memotivasi penulis dalam menulis
108
sebuah cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, antara
lain:
- Riwayat hidup sang penulis
Riwayat hidup sang penulis berisi tentang biografi sang penulis
secara keseluruhan. Faktor ini akan mempengaruhi jalan pikir
penulis atau sudut pandang mereka tentang suatu cerpen yang
dihasilkan dari pengalaman-pengalaman hidup mereka. Kadang-
kadang faktor ini mempengaruhi gaya bahasa dan genre khusus
seorang penulis cerpen.
- Kondisi psikologis
Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang
penulis ketika menulis cerita. Mood atau psikologis seorang
penulis ikut mempengaruhi apa yang ada di dalam cerita mereka,
misalnya jika mereka sedang sedih atau gembira mereka akan
membuat suatu cerita sedih atau gembira pula.
- Aliran sastra penulis
Aliran sastra merupakan agama bagi seorang penulis dan setiap
penulis memiliki aliran sastra yng berbeda-beda. Hal ini sangat
berpengaruh jug terhadap gaya penulisan dan genre cerita yang
biasa diusung oleh sang penulis di dalam karya-karyanya.

NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM CERPEN


Nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen
- Nilai agama
Nilai agama adalah nilai yang berkaitan dengan ajaran
keagamaan, yakni keterkaitan antara manusia dan Tuhan.
- Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan tata laku dan
interaksi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari.
109
- Nilai moral
Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan
berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam
masyarakat. Di dalam suatu cerpen, nilai moral bisa menjadi
suatu nilai yang baik maupun nilai yang buruk.
- Nilai budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai
kebiasaan, tradisi, adat istiadat yang berlaku.
- Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai
pembelajaran dan edukasi yang dibutuhkan oleh anak-anak.

UNSUR KEBAHASAAN CERPEN

- Majas
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang
yang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan
perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya.

Beberapa majas yang sering digunakan:


- Majas Litotes: pengungkapan yang bertujuan merendahkan
diri.
Contoh: Mampirlah ke gubuk kami (Padahal rumahnya
besar dan mewah )
- Majas Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan
kenyataan.
Contoh: Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
- Majas Personifikasi: mengumpamakan benda mati sebagai
makhluk hidup
Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting
110
- Majas Simile : pengungkapan dengan perbandingan
eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, ” umpama”,
“ibarat”,”bak”, bagai”.Contoh: Kau umpama air aku bagai
minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.
- Majas Metafora: pengungkapan yang membandingkan
suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat
yang sama atau hampir sama.
Contoh: cuaca mendung karena sang raja siang enggan
menampakkan diri.

UNGKAPAN atau IDIOM


Ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak
berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Contoh :
a. kecil hati = penakut
b. besar hati = (-) sombong, (+) bangga
c. berat hati = kurang suka melakukan sesuatu pekerjaa/terpaksa
d. lapang hati = sabar
e. tinggi hati = sombong; congkak

PERIBAHASA
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu
maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan,
perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Contoh :
1.      Menang jadi arang, kalah jadi abu. Kalah ataupun menang sama-
sama menderita.
2.      Bagaikan abu di atas tanggul. Orang yang sedang berada pada
kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.
111
3.      Ada padang ada belalang, ada air ada pula ikan. Di mana pun
berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
4.      Adat pasang turun naik. Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi,
semua senantiasa silih berganti.
5.      Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak bicara biasanya tak
banyak ilmunya.

CERITA PENDEK
CONTOH CERPEN
DUA WAJAH IBU
Guntur Alam
Perempuan tua itu mendongakkan wajah begitu mendengar
desingan tajam di atas ubun-ubunnya. Di langit petang yang temaram, ia
melihat lampu kuning, hijau, dan merah mengerjap-ngerjap pada ujung-
ujung sayap pesawat terbang.
Deru burung besi itu kian nyaring begitu melewati tempatnya
berjongkok. Ia menghentikan gerakan tangannya. Menggiring burung itu
lenyap dari mata lamurnya. Lalu, tangannya kembali menggumuli cucian
pakaian yang tak kunjung habis itu. Beberapa detik sekali, tangan
keriputnya berhenti, lalu ia menampari pipi dan kaki. Nyamuk di belantara
beton ternyata lebih ganas ketimbang nyamuk-nyamuk rimba yang saban
pagi menyetubuhi kulitnya saat menyadap karet nun jauh di pedalaman
Sumatera-Selatan sana: Tanah Abang.
Ia menarik napas, melegakan dada ringkihnya yang terasa kian
menyempit. Kicauan televisi tetangga menenggelamkan helaan napasnya.
Suara musik, iklan, dan segala hal. Perempuan itu kembali menghela
napas. Lalu, bangkit dari jongkoknya, menekan tuas sumur pompa. Irama
air mengalir dalam ritme yang kacau. Kadang besar, kadang kecil, seiring
tenaganya yang timbul-tenggelam. Air keruh memenuhi bak plastik,
112
menindih-nindih pakaian yang bergelut busa deterjen. Bau karet tercium
menyengat begitu air itu jatuh seperti terjun.
Ia adalah Mak Inang. Belum genap satu purnama perempuan tua
itu terdampar di rimba Jakarta, di antara semak-belukar rumah kontrakan
yang berdesak-desakan macam jamur kuping yang mengembang bila
musim hujan di kebun karetnya. Hidungnya pun belum akrab dengan bau
bacin selokan berair hitam kental yang mengalir di belakang kontrakan
berdinding triplek anak lanangnya. Bahkan, Mak Inang masih sering
terkaget-kaget bila tikus-tikus got Jakarta yang bertubuh hitam-besar lagi
gemuk melebihi kucing betinanya di kampung, tiba-tiba berlarian di depan
matanya.
Sesungguhnya, ia pun masih tak percaya bila terjaga dari lelapnya
yang tak pernah pulas, kalau akhirnya ia menjejakkan kaki di ibu kota
Jakarta yang kerap diceritakan orang-orang di kampungnya. Suatu tempat
yang sangat asing, aneh, dan begitu menakjubkan dalam cerita Mak Rifah,
Mak Sangkut, dan beberapa perempuan kampung karibnya, lepas
perempuan-perempuan itu mengunjungi anak bujang atau pun gadis
mereka. Sesuatu yang terdengar seperti surganya dunia. Serba mewah,
serba manis, serba tak bisa ia bayangkan.
”Kesinilah, Mak. Tengoklah anak lanangku, cucu bujang Emak.
Parasnya rupawan mirip almarhum Ebak,” itulah suara Jamal kepadanya
beberapa pekan silam. Suara anak lanangnya yang kemerosok seperti radio
tua, ia pun melipat kening saat mengetahui suara itu berasal dari benda
aneh di genggamannya.
”Dengan siapa Mak ke situ?” lontarnya. Ada keinginan yang
menyeruak seketika di dada Mak Inang. Keinginan yang sejatinya sudah
lama terpendam. Telah lama ia ingin melihat Jakarta. Ibu kota yang telah
dikunjungi karib-karibnya. Tapi, ia selalu tak punya alasan ke sana, walau
anak lanangnya, yang cuma satu-satunya ia miliki selain dua gadisnya
113
yang telah diboyong suami mereka di kampung sebelah, merantau ke kota
itu. Belum pernah Jamal menawarinya ke sana. Tak heran, ketika petang
itu Jamal memintanya datang, ia lekas-lekas menanggapinya.
”Tanyai Kurti, Mak. Kapan ia balik? Masalah ongkos, Mak pakai
duit Emak dululah. Nanti, bila aku sudah gajian, Emak kuongkosi pulang
dan kukembalikan ongkos Emak ke sini,” itulah janji anak lanangnya
sebelum mengakhiri pembicaraan. Suara kemerosok seperti radio tua itu
terputus.
Mak Inang kembali menghela napas saat ingat percakapan lewat
hape dengan anak lanangnya itu. Beberapa pekan sebelum ia merasa telah
tersesat di rimba Jakarta, di semak-belukar kontrakan yang bergot bau
menyengat. Ia melepas tuas pompa, air berhenti mengalir. Tangannya
menjangkau cucian, membilasnya.
Kota yang panas. Itulah kesan pertama Mak Inang saat mata
lamurnya menggerayangi terminal bus Kampung Rambutan. Sedetik
kemudian, ia menambahkan kesan pertamanya itu: Kota bacin dan berbau
pesing. Hidung tuanya demikian menderita ketika membaui bau tak sedap
itu. Hatinya bertanya-tanya heran melihat Kurti demikian menikmati bau
itu. Hidung pesek gadis berkulit sawo matang itu tetap saja mengembang-
embang, seolah-olah bau yang membuat perut Mak Inang mual itu tercium
melati.
Belum jua hilang rasa penat dan pusing di kepala Mak Inang,
apalagi rasa pedas di bokongnya, karena duduk sehari-semalam di bus reot
yang berjalan macam keong, beberapa orang telah berebut mengerubungi
dirinya dan Kurti, macam lalat, berdengung-dengung. Mak Inang memijit
keningnya. Cupingnya pun ikut pening dengan orang-orang yang berbicara
tak jelas pada Kurti, gadis itu diam tak menggubris, hanya menyeret Mak
Inang pergi.
114
Mak Inang kembali memeras beberapa popok yang ia cuci,
sekaligus. Telapak kaki kanannya yang kapalan cepat-cepat menampari
betis kirinya begitu beberapa nyamuk membabi-buta di kulit keringnya. Ia
menghempaskan popok yang sudah diperasnya itu ke dalam ember plastik.
Jemari tangannya menggaruk-garuk betis kirinya. Bentol-bentol sebesar
biji petai berderet-deret di kulit keringnya. Ia menggeram. Hatinya
menyumpah-serapah kepada binatang laknat tak tahu diri itu.
Dua-tiga hari pertama, Mak Inang cukup senang berada di rumah
berdinding batu setengah triplek Jamal. Rasa senangnya itu bersumber dari
cucu bujangnya yang masih merah itu. Walau, sesungguhnya Mak Inang
terkaget-kaget saat Kurti mengantarnya ke rumah Jamal. Semua di luar
otak tuanya. Dalam benaknya yang mulai ringkih, Jamal berada di rumah-
rumah beton yang diceritakan Mak Sangkut, bukan di rumah kecil
sepengap ini. Keterkejutannya kian bertambah saat perutnya melilit di
subuh buta. Hanya ada satu kakus untuk berderet-deret kontrakan itu. Itu
pun baunya sangat memualkan. Hampir saja Mak Inang tak mampu
menahannya.
”Mak hendak pulang, Mal. Sudah seminggu, nanti pisang Emak
ditebang orang, karet pun sayang tak disadap,” lontar Mak Inang di pagi
yang tak bisa ia tahan lagi. Ia benar-benar tak ingin berlama-lama di ibu
kota yang sungguh aneh baginya. Sesungguhnya, Mak Inang pun aneh
dengan orang-orang yang saban hari, saban minggu, saban bulan, dan
saban tahun datang mengadu nasib ke kota ini. Apa yang mereka cari di
rimba bernyamuk ganas, berbau bacin, bertikus besar melebihi kucing ini?
Mak Inang tak bisa menghabiskan pikiran itu pada sebuah jawaban.
”Akhir bulanlah, Mak. Aku gajian saban akhir bulan, sekarang
tengah bulan. Tak bisa. Pabrik juga tengah banyak order, belum bisa aku
kawani Mak jalan-jalan mutar Jakarta,” ujar Jamal sembari menyeruput
kopi hitam dan mengunyah rebusan singkong. Singkong yang Mak Inang
115
bawa seminggu silam. Mak Inang tak bersuara. Hatinya terasa terperas
dengan rasa yang kian membuatnya tak nyaman.
”Kurti libur hari ini, Mak. Katanya tengah tak ada lembur di
pabriknya. Nanti kuminta ia mengawani Mak jalan-jalan. Ke mal, ke
rumah anak Wak Sangkut dan Wak Rifah,” terdengar suara Mai,
menantunya, dari arah dapur yang pengap.
Mak Inang mengukir senyum semringah mendengar itu. Rasa tak
nyaman yang menggiring keinginannya untuk pulang mendadak menguap.
Kembali cerita Mak Rifah dan Mak Sangkut tentang Jakarta mengelindap.
Gegas sekali perempuan tua itu menyalin baju dan menggedor-gedor pintu
kontrakan Kurti. Gadis itu membuka pintu dengan mata merah-sembab,
muka awut-awutan dengan rambut yang kusut-masai. Mak Inang tak
peduli mata mengantuk Kurti, ia menggiring gadis itu untuk lekas mandi
dan menemaninya keliling Jakarta, melihat rupa wajah ibu kota yang
selama ini hanya ada dalam cerita karib sebaya dan pikirannya saja.
Serupa kali pertama Kurti mengantarnya ke muka kontrakan anak
lanangnya, seperti itulah keterkejutan Mak Inang saat menjejakkan kaki di
kontrakan anak Mak Sangkut dan Mak Rifah. Tak jauh berupa, tak ada
berbeda. Kontrakan anak karib-karibnya itu pun sama-sama pengap dan
panas. Hal yang membuat Mak Inang meremangkan kuduknya, gundukan
sampah berlalat hijau dengan dengungan keras, bau menyengat, tertumpuk
hanya beberapa puluh meter saja. Kepala Mak Inang berdenyut-denyut
melihat itu. Lebih-lebih saat menghempaskan pantatnya di lantai semen
anaknya Mak Sangkut. Allahurobbi, alangkah banyak cucu Mak Sangkut,
menyempal macam rayap. Berteriak, menangis, merengek minta jajan, dan
tingkah pola yang membuat Mak Inang hendak mati rasa. Hanya setengah
jam Mak Inang dan Kurti di rumah itu, berselang-seling cucunya Mak
Sangkut itu menangis.
116
Kebingungan Mak Inang pada orang-orang yang saban waktu
datang ke Jakarta untuk mengadu nasib kian besar saja. Apa hal yang
membuat mereka tergoda ke kota bacin lagi pesing ini? Segala apa yang ia
lihat satu-dua pekan ini, tak ada yang membuat hatinya mengembang
penuh bunga. Lebih elok tinggal di kampung, menggarap huma, membajak
sawah, mengalirkan getah-getah karet dari pokoknya, batin Mak Inang.
Tangan Mak Inang kembali menekan-nekan tuas pompa, air keruh
dengan bau karet yang menyengat kembali berjatuhan ke dalam bak
plastik. Kadang besar, kadang kecil, seiring dengan tenaganya yang timbul
tenggelam. Lagi, Mak Inang membilas cucian pakaian cucu, menantu,
anak lanang, dan dirinya sendiri. Mendadak Mak Inang telah merasa
dirinya serupa babu. Di petang temaram bernyamuk ganas, ia masih
berkubang dengan cucian. Di kampung, waktu-waktu serupa ini, ia telah
bertelekung dan gegas membawa kakinya ke mushola, mendahului
muadzin yang sebentar lagi mengumandangkan adzan.
Lampu benderang. Serentak. Seperti telah berkongsi sebelumnya.
Berkelip-kelip macam kunang-kunang di malam kelam. Lagi, terdengar
suara desingan tajam di atas ubun-ubun Mak Inang. Ia pun kembali
mendongakkan wajah, mata lamurnya melihat lampu merah, kuning, hijau
berkelip-kelip di langit temaram. Nyamuk-nyamuk pun kian ganas dan
membabi-buta menyerang kulit keringnya.
Wajah Mak Inang kian mengelap, hatinya menghitung-hitung
angka di almanak dalam benak. Berapa hari lagi menuju akhir bulan?
Rasa-rasanya, telah seabad Mak Inang melihat muka Jakarta yang di luar
dugaannya. Benak Mak Inang pun hendak bertanya: Mengapa kau tak
pulang saja, Mal? Ajak anak-binimu di kampung saja. Bersama Emak,
menyadap karet, dan merawat limas. Tapi, mulut Mak Inang terkunci
rapat.
117
Malam di langit ibu kota merangkak bersama muka Mak Inang
yang terkesiap karena seekor tikus got hitam besar mendadak berlari di
depannya. Keterkejutan Mak Inang disudahi suara adzan dari televisi.
Perempuan itu kembali menekan tuas sumur pompa, air mengalir, jatuh ke
dalam ember plastik. Ia membasuh muka tuanya dengan wudhu.
Bersamaan dengan itu, mendadak gerimis turun, seolah ibu kota pun
hendak mencuci muka kotornya dengan wudhu bersama Mak Inang. Muka
tua yang telah keriput, mengkerut, dan carut-marut.

B. Media Pembelajaran: teks cerpen dan papan tulis


Ibu Apa Aku Anugerah Untukmu?
Vina Idamatusilmi

Pagi, namaku Nina. Aku tinggal di Desa Sukaraja bersama ibuku.


Ibuku bekerja sebagai desaigner baju. Ibu juga sangat sibuk bekerja di
sebuah griya butique Melati, karena kesibukan ibuku tersebut sehingga
aku lebih sering dititipkan ke rumah bibikku.

Ibu berangkat bekerja sekitar pukul 05.00 pagi, terlihat sangat pagi
bukan? dan pulang sangat malam kira kira jam 09.30 sampai rumah. Ibu
bahkan hampir tidak pernah libur dan tidak pernah mempunyai waktu
luang untukku.

Karena tuntutan kerja ibu, aku jadi benci sama ibu karena tidak pernah
mempunyai waktu untukku. Setiap kali aku berfikir dan bertanya tanya
“Kapan aku bisa seperti mereka yang bisa bermain, bergurau bersama?”
aku fikir itu hanya ilusi. Sampai-sampai aku berfikiran buruk bahwa aku
tak membutuhkan ibu karena telah ada penggantinya ibu yaitu bibiku yang
sangat sayang padaku.
118
Setelah beberapa hari ini, ibu tiba-tiba pulang ke rumah, tetapi aku
tetap mendiamkannya. Beliau bertanya-tanya dan pertanyaan itu membuat
aku merasakan sesuatu

“Anakku sayang, bagaimana kabarmu? Baik-baik sajakah? Anakku


sayang, bagaimana dengan sekolahmu? Kamu pasti mendapat nilai yang
bagus, kan?”
Tetapi aku tetap mendiamkan ibuku. Sampai pertanyaan terakhir ibu
bertanya “Esok kamu akan menjadi anakku yang hebat, cantik, dan kuat
seperti ibumu ini kan?”.

Kemudian aku menjawab “Entahlah, aku tidak berfikiran begitu, aku


sudah seperti tak punya ibu”. Kemudian ibu tersenyum dan mengelus
kepalaku dan berkata “Anakku.. maafkan ibu, maafkan ibu, ibu berjanji
tidak akan seperti itu lagi”. Aku menatap ibuku yang tersenyum tetapi air
matanya juga mengalir di pipinya. Melihat ibu menangis, aku jadi tidak
tega sehingga aku melupakan masa lalu dan memaafkan ibu.

Hari berikutnya, kring.. kring, terdengar suara sepeda. Ternyata ibuku


telah membelikanku sebuah sepeda baru dan apakah kalian tau apa yang
ibuku katakan? “Selamat ulang tahun yang ke-8 anakku, ini untuk anakku
tersayang mungkin tahun depan ibu tidak bisa membelikanmu apa-apa
lagi..” Aku terkejut “ibu berkata apa? ibu pasti akan membelikan aku
sesuatu lagi di tahun-tahun kedepan sampai aku dewasa, sampai aku
menikah, sampai aku yang ganti membelikan ibu sesuatu, iya kan ibu? ibu
janji kan? ibu harus berjanji itu”. Ibuku hanya mengangguk dan
tersenyum.

Seharian ini ibu mengajariku sepeda, saat kami mau pulang ibuku
tiba-tiba terjatuh dan pingsan. Aku bingung dan menelepon bibiku, setelah
itu bibiku membawanya ke rumah sakit, aku tidak tau hasil dari
119
pemeriksaan dokter tentang ibuku, tetapi bibiku mengerti bahwa ibuku
terkena kanker darah.

3 hari kemudian ibu pulang dengan wajah ceria seperti biasa, tetapi
berbeda dengan bibi yang cemas. Ibu yang semula tidak pernah
membawakanku bekal sekolah, berhari-hari ini ibu membawakanku dan
mengantarku ke sekolah.

Saat sampai di rumah aku terkejut ibuku pingsan lagi seperti saat
mengajariku sepeda, aku bangunkan ibu dengan hati hati, saat itu aku
tanya “Ibu kenapa, apakah ibu sakit? Ibu sakit apa? Bukan sakit parah
kan?”

Ibuku menjawab “Ibu hanya pusing anaku sayang, ibu.. ”Aku menyela
“ibu bohong kan? Ibu dulu tidak seperti ini? seandainya ibu tidak sakit ibu
pasti tidak ada di rumah, ibu juga tidak mungkin mau mengantarku
sekolah, membuatkanku bekal, mengajariku bersepeda, ibu pasti bohong..”
aku menangis di hadapan ibu, kemudian ibu bertanya “nak, jika ibumu
tiada kamu harus menjadi wanita yang kuat, yang hebat jangan seperti
ibumu yang selalu mengecewakanmu”. “Tidak ibu, ibu akan hidup sampai
aku tua nanti, ibu adalah anugerah satu satunya yang kumiliki ibu..” aku
menangis tersedu sedu, “ibu berjanjilah untuk selalu bersamaku ibu..
huhu”

“Iya nak ibu berjanji akan selalu menemanimu sampai tua nanti”, tapi
dalam batin ibu, tetapi itu hanya di bayanganmu nak, maafkan ibu,
maafkan ibu, jadilah anak yang berguna yang kuat walaupun tanpa ibumu,
jika kau berpikiran aku adalah anugerah satu satunya dalam hidupmu, aku
berfikiran bahwa kamu lebih dari sekedar anugerah terindah dalam
hidupku nak. Ibu berkata sambil memelukku dengan erat, tetapi semakin
lama keeratan itu semakin berkurang dan akhirnya aku lepas dari pelukan
ibu. Saat aku perhatikan, ternyata ibuku telah tiada.
120
“Ibuuuuu…” aku menjerit dengan keras, dan berkata “kenapa ibu
berbohong? aku belum sempat meminta maaf padamu huhu…”

Saat upacara pemakaman, pemilik griya butique menghampiriku,


bahwa ibuku ternyata telah merancang gaun untuk pernikahanku nanti
yang entah kapan, dan meninggalkan surat berisi.

“Maafkan aku sayang, ibu tidak bisa menemanimu sampai esok,


jadilah anak yang berguna, jangan membantah perintah bibimu lagi,
jangan nakal lagi, jangan membenci orang di sekelilingmu lagi, dan
lakukanlah apa yang menurutmu pantas dan baik untuk dilakukan. Aku
sayang kamu nak.. selamat tinggal.

C. LKS

LEMBAR KERJA SISWA


BAHASA INDONESIA
SMA Negeri 1 Ngaglik
Nama :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Tanggal :
Kompetensi Dasar : 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita
pendek dalam buku kumpulan cerita pendek
121
1. Tulislah unsur-unsur intrinsik dalam kutipan teks cerpen tersebut!
2. Tuliskan bukti kalimat pendukung unsur-unsur tersebut!

No Unsur Kalimat yang mendukung


.
1

6
7

Di Balik Rencana Tuhan


Karya Irepia Refa Dona

Kau pikir menjadi guru itu mudah. Memarahi anak yang salah, kau
bisa dipenjara. Nilai ujian anak yang rendah, kau yang disalahkan.
Anaknya menjadi sang juara, bukan kau yang dipuja, tapi orang tuanya
yang ditanya. Anak siapa dia? Beruntung sekali orang tuanya.

Begitu yang dirasakan Anesya, seorang guru yang sangat jenius dan
profesional. Ilmunya tidak perlu lagi diuji apalagi dipertanyakan. Ia tidak
pernah membuka buku saat mengajar. Caranya memasuki kelas dengan
122
tiga spidol di tangan membuat guru lain yang harus menenteng beberapa
buku menjadi ciut seketika.

Berbagai model soal yang dihadapkan padanya mampu ia selesaikan


dengan cepat dan sempurna. Tapi di tengah kelebihan itu beberapa orang
di kampungnya sering bertanya, kenapa Anesya tidak menjadi PNS?
Bukankah tujuan setiap guru adalah menjadi PNS? Hingga suatu ketika
pertanyaan itu hilang bagai ditelan bumi. Saat orang-orang tahu kalau gaji
PNS belum apa-apanya dibandingkan dengan gaji Anesya yang mengajar
di sebuah sekolah swasta.

Yupiter adalah yayasan tempat Anesya mengajar. Sebenarnya yayasan


itu terbagi tiga. Nama besar yayasan itu Planet Ilmu. Hanya saja ada
perbedaan di yayasan tersebut. Anak-anak yang memiliki kemampuan
belajar bagus akan mereka letakkan di kelas Yupiter. Anak-anak yang
memiliki kemampuan sedang akan mereka letakkan di kelas Neptunus.
Dan anak-anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata akan mereka
letakkan di kelas Mars.

Anesya adalah salah seorang guru Matematika yang dipercayakan


untuk mengajar di kelas Yupiter. Pemilik yayasan merasa puas dengan
kinerja Anesya. Berbagai pujian dari orang tua siswa membanjiri telinga
pemilik yayasan. Mereka berlomba-lomba membayar lebih agar Anesya
mau menjadi guru anaknya. Namun yang namanya hidup tidak akan selalu
manis. Kau tidak akan merasakan manisnya tebu atau mungkin permen
karet jika kau terus mengunyahya. Begitu akhirnya nasib buruk yang
dialami Anesya.
123
Pada siang yang malang itu. Saat ia dengan percaya diri berdiri di
depan mengajar, seorang siswa menanyakan sebuah soal. Soal itu tidaklah
sesulit soal yang biasa ia kerjakan. Bahkan ia telah mengerjakan beberapa
soal yang sejenis tapi dengan angka yang berbeda. Tapi entah kenapa, tiba-
tiba saja semua rumus yang selama ini tersimpan di kepalanya
mengembang membentuk sayap. Kemudian terasa seperti sayap itu
terbang entah ke mana. Meninggalkan Anesya yang kebingungan.

Anesya mencoba berulang kali menarik sayap itu kembali. Tangannya


terlihat gemetar saat mencoba menorehkan spidol di papan tulis. Tidak ada
yang bisa ia tulis. Tidak satu pun rumus-rumus itu tinggal di otaknya. Ia
memicingkan matanya. Barangkali berpikir dengan cara seperti itu akan
membuatnya fokus. Lama ia termangu. Beberapa siswa menatapnya heran.
Tidak biasanya Anesya berpikir lama untuk menjawab sebuah soal.

Akhirnya kelas ribut. Beberapa ucapan dari siswa memasuki telinga Anesya. Ada
yang mengkhawatirkannya dengan ucapan ada apa dengan Ibu Anesya. Ada juga
yang berbisik-bisik tidak jelas. Tapi yang membuat Anesya kehilangan percaya
dirinya adalah ucapan dari seorang siswa, “Bu Anesya tidak bisa menjawab soal
itu.”

Kabar tentang Anesya yang tidak bisa menjawab soal dari siswa menyebar dengan
cepat. Beberapa orang tua siswa mulai gencar. Mereka tidak mau anaknya diajar
oleh guru yang bahkan tidak mampu menjawab pertanyaan siswanya.

Pemilik yayasan mulai didatangi oleh orang tua siswa. Tentu saja itu
kabar buruk bagi pemilik yayasan. Bagi mereka, kepuasan orang tua siswa
adalah segalanya. Dan apa pun kehendak orang tua siswa, tentu pemilik
124
yayasan harus menurutinya. Karena bagi mereka, orang tua siswa adalah
raja. Meski ini terdengar sedikit tidak adil bagi Anesya.

Manusia wajar melakukan kesalahan. Guru bukanlah Tuhan yang


maha sempurna. Guru hanya manusia biasa. Tapi pikiran manusia tidak
semudah itu. Selagi bisa berpikiran rumit, manusia akan berpikiran rumit.
Hingga akhirnya posisi Anesya sebagai pengajar di kelas Yupiter pun
dihentikan. Sekarang ia hanya akan mengajar di kelas Mars.

Beberapa guru yang mendengar kabar itu ada yang prihatin ada juga yang senang.
Bagaimana mungkin dengan satu kesalahan seseorang bisa dijatuhkan sebegitu
jauh. Bahkan ada banyak guru yang melakukan kesalahan. Mungkin saja Anesya
berada di nasib yang malang.

“Setidaknya itu bagus bagi Anesya. Dia juga harus merasakan bagaimana
mengajar anak yang susah sekali mengerti,” ucap Naselia guru Kimia kelas
Neptunus.

“Siapa pun bisa mengajar anak yang pintar. Tapi cobalah untuk
mengajar anak-anak di kelas Mars, aku yakin Anesya akan menyerah
menjadi seorang guru,” tambahnya lagi.

“Kalau aku jadi Anesya, mungkin aku akan berhenti mengajar di


yayasan ini dan kembali mencari tempat baru. Orang-orang akan cepat
menerimanya mengingat pengalaman mengajar dan betapa cerdasnya
Anesya,” timpal Ladila.

“Aku yakin, dia tidak akan melakukan itu, butuh waktu untuk mencari
pekerjaan baru. Mencari pekerjaan itu berarti kau menganggur beberapa hari.
125
Menganggur itu berarti kau tidak akan mendapatkan gaji. Aku yakin Anesya
akan memilih nasibnya mengajar di kelas Mars. Barangkali ia bisa berteman
dengan Farhan, guru Agama. Supaya ia tahu banyak tentang agama,” sela
Celine dengan penuh keyakinan.

“Tidak masalah bagi Anesya menganggur beberapa hari, minggu,


bulan, bahkan tahun pun tidak masalah. Bukankah gajinya selama ini
sangatlah banyak? Aku yakin ia memiliki tabungan yang banyak.”

“Banyak hal yang kau tidak ketahui tentang Anesya. Wajar. Karena
dia memang sangat tertutup. Kau tidak akan tahu isi sebuah kotak yang
gelap saat kau benar-benar membukanya. Begitulah Anesya. Anesya itu
seperti kotak gelap yang tidak seorang pun tahu tentangnya.”

Berbagai ucapan keluar tentang Anesya. Tidak banyak yang bisa


dilakukan Anesya. Ia hanya membiarkan ucapan-ucapan itu berlalu seperti
angin. Bukankah selama ini ia juga tidak terpengaruh dengan pujian yang
datang silih berganti padanya? Jadi merupakan hal yang wajar jika Anesya
bersikap cuek terhadap ucapan yang jika didengar dengan seksama lebih
terdengar sebagai hinaan ketimbang belas kasihan.

Tidak ada yang perlu diherankan. Anesya mengerti sekali dengan sifat
manusia. Di saat ia terkenal, banyak orang yang mendekatinya. Mencoba
untuk bermanis-manis di depannya. Tapi saat seperti ini, sudah dipastikan
kalau mereka akan lari terbirit-birit. Jika kebetulan mereka bertemu, hal
yang terbaik dilakukan orang adalah berpura-pura tidak melihatnya.

Anesya menghela napas dalam. Hari ini adalah hari terberat dan
terpanjang dalam hidupnya. Matahari rasanya enggan sekali berganti
126
dengan cahaya bulan. Barangkali matahari ingin mengintip kesedihannya
lebih lama. Bulan bisa saja enggan untuk bertemu dengannya.

Ia meletakkan tasnya di meja yang berisi buku-buku. Memilih


membaringkan badannya di atas kasur. Kasur terasa lebih tipis dari
biasanya. Rasanya tidak nyaman sekali membaringkan tubuhnya di atas
kasur itu. Beberapa kali ia mencoba mengganti posisi tidurnya. Matanya
terpaksa ia picingkan, tapi pikirannya tetap tidak bisa ia kontrol untuk
memikirkan banyak hal.

Besok adalah hari pertamanya berhenti menganjar di kelas Yupiter.


Kelas kebanggaannya. Dan besok juga akan menjadi hari pertamanya
mengajar di kelas Mars. Kelas yang selama ini tidak pernah ada dalam
pikirannya.

“Hari-hari akan terasa lebih berat dari hari ini. Tuhan, kau pasti tahu.
Aku tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau aku harus melanjutkan
hidupku di Planet Ilmu. Banyak hal yang belum usai. Dan yang terpenting,
hidup harus tetap berlanjut.

“Uhuk uhuk uhuk.”

Anesya bangun dari posisi berbaringnya. Suara batuk bapaknya seolah


menjadi alarm. Tidak baik memikirkan banyak hal. Hidup akan terus
berlanjut. Jalani saja dengan semangat dan kerja keras. Tuhan lebih tahu
segalanya. Ucapan bapaknya kembali terngiang di telinga Anesya.

Ia berjalan menuju kamar bapaknya. Setidaknya di rumah tidak akan


ia dengar orang-orang yang berbicara tentang dirinya. Tidak ada yang mau
127
mendatangi rumahnya semenjak bapaknya sakit-sakitan. Mungkin orang-
orang takut penyakit tersebut akan menular.

Hal itu juga baik untuk kondisi Anesya saat ini. Setidaknya, bapaknya
juga tidak akan pernah tahu kalau ia tidak lagi mengajar di kelas Yupiter.
Kelas yang memberikan gaji cukup besar untuk bisa membeli obat atas
sakit yang diderita bapaknya.

Anesya duduk di samping dipan bapaknya. Tubuh yang dulunya


sangat kuat itu kini terbaring lemah.

“Bapak mau Ane ambilkan air?” tanya Anesya sembari merapikan


selimut bapaknya. Bapaknya hanya menjawab dengan gelengan. Anesya
tersenyum. Selama ini memang bapaknya tidak banyak bicara. Biasanya ia
hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan dan kadang dengan
sebuah kedipan mata.

“Tidak baik memikirkan banyak hal. Hidup akan terus berlanjut.


Jalani saja dengan semangat dan kerja keras. Tuhan lebih tahu segalanya,”
ucap bapaknya pelan.

Ia rasakan sebuah tangan membelai kepalanya lembut. Anesya


mengangkat kepalanya yang semula direbahkan di atas dipan bapaknya.
Bapaknya tersenyum. Anesya pun ikut tersenyum. Sudah lama sekali
rasanya ia tidak mendengar ucapan yang penuh motivasi keluar dari mulut
bapaknya.
Sudah lama sekali bapaknya tidak lagi bicara. Sekarang bapaknya
bicara. Tidak terasa air matanya jatuh membasahi pipinya. Air mata
128
bahagia. Namun tepat saat rasa bahagia itu datang, bapaknya menutup
mata untuk selamanya.

Air mata itu pun berganti dengan isak tangis. Kali ini Anesya benar-
benar merasa menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa yang sedang
Tuhan rencanakan pada hidupnya.

D. Instrumen Penilaian
N Nam Sikap Pribadi Tota Nila Predika
o a l i t
Skor

Disipli Beran Kerj Saling Juju


n i a Mengharga r
sama i

Keterangan:

- Kedisiplinan : Ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas dan PR,


menggunakan Bahasa Indonesia pada saat kegiatan belajar mengajar
- Percaya Diri : Berani mengutarakan pendapat, berani bertanya dan
menjawab pertanyaan
- Kerja Sama : Mampu bekerja sama dalam kelompok, peduli terhadap
kelompok dan teman-temannya
- Saling Menghargai : Menghargai pendapat orang lain, mendengarkan
ketika guru menjelaskan
- Kejujuran : Jujur dalam mengerjakan tugas, jujur dalam berbicara dan
bertindak
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = cukup
1 = kurang
129
Skor Penilaian: Perolehan Skor x 100% = Skor akhir
Skor Maksimum

Yogyakarta, 31 Juli 2018


Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Drs. Agus Marjanto, M.Pd Sutini, S.Pd

F. Refleksi
130
1. Penyusunan Program Tahunan, Program Semester, dan Perhitungan Jam
Efektif
Kita sebagai calon pendidik harus mengetahui seluk buluk
perencanaan. Untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif diperlukan
perencanaan yang matang diantaranya prota dan prosem yang harus
disiapkan untuk menentukan alokasi waktu setiap kompetensi yang akan
digunakan selama satu tahun dan satu semester agar waktu yang
digunakan efektif dan efisien.
Menghitung jam efektif, menyusun program tahunan, dan program
semester tidaklah mudah. Ada banyak kendala yang saya alami ketika
menghitung jam efektif. Diantaranya ketika membagi alokasi waktu di
dalam satu akali pertemuan.
Kendala lainnya ketika sudah menyusun prosem tetapi lalai
“cadangan” tidak dimasukan kedalam prosem. Sehingga harus mengubah
alokasi waktu di prosem dari awal lagi.

2. Telaah Perangkat Pembelajaran


Pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan potensi
akademik, potensi kepribadian, maupun potensi sosial peserta didik ke
arah yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran ini diperlukan sebuah
perangkat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kompetensi yang
dikembangkan.
Perangkat pembelajaran bisa berupa silabus, prota, prosem, maupun
RPP. Silabus yang dirancang guru pamong tidak terdapat alokasi waktu,
penilaian, dan sumber belajar. Selain itu, prota dan prosem memang
belum dibuat guru. Oleh sebab itu, saya sangat beruntung karena saya
dapat mempelajari cara membuat prota dan prosem dengan benar
dibimbing oleh guru pamong.
131
Ketika guru pamong memeriksa RPP yang sudah saya buat, guru
pamong mengatakan kalau di RPP arusnya didahului dengan Kompetensi
Inti lalu Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, dan
selanjutnya. Selain itu, guru pamong saya menambahkan kolom karakter
pada langkah-langkah pembelajaran berguna agar karakter apa yang ingin
dicapai.

3. Penyusunan Silabus dan RPP Beseta Lampirannya


Ketika melihat silabus yang diberikan oleh guru pamong, saya
melihat tidak ada kolom penilaian, alokasi waktu, ataupun sumber
belajar. Seharusnya, didalam silabus terdapat kolom alokasi waktu,
penilaian, ataupun sumber belajar. Saat menyusun silabus, saya hanya
menambahkan kolom-kolom yang tidak ada pada silabus yang diberikan
guru pamong. Seperti penilaian, sumber belajar, dan alokasi waktu yang
dibutuhkan.

4. Observasi Pelaksanaan RPP


Pada awalnya saya dan kelompok saya berdiskusi mengenai
Kompetensi Dasar apa yang akan diuji cobakan. Guru Pamong
memperbolehkan jika kami mengambil Kompetensi Dasar yang tidak
runtut tetapi tidak jauh dari semester satu. Akhirnya saya mengambil
Kompetensi Dasar menegnai teks cerita pendek.
Saya sudah berkonsultasi mengenai RPP yang sudah dibuat. Saya
rasa alokasi waktu dan kegiatan pembelajaran yang sudah saya rancang
sudah pas. Tetapi dalam praktinya berbanding kebalik.
Ketika guru mempraktikan RPP saya, saya lalai karena teks cerpen
yang diberikan kepada peserta didik terlalu sedikit. Sehingga peserta
didik yang tidak mendapatkan teks cenderung ribut. Lalu, tugas yang
diberikan terlalu banyak sehingga waktu yang digunakan tidak cukup.
132
5. Revisi RPP Beserta Lampirannya
Sebagai calon guru, RPP adalah hal yang terpenting guna mencapai
tujuan pembelajaran. RPP menjadi sangat penting karena RPP adalah
rancangan pembelajaran ketika ingin mengajar.
Ketika saya membuat RPP, saya mengikuti prosedur yang ada pada
buku panduan. Di dalam buku panduan tidak ada tercantum Kompetensi
Inti yang langsung pada Kompetensi Dasar. Guru pamong saya
mengevaluasi bahwa dalam membuat RPP seharusnya didahului dengan
Kompetensi Inti.
Salain itu, banyak hal-hal yang harus saya revisi, seperti penilaian
sikap seharusnya dimasukkan kedalam instrumen. Pada bagian langkah-
langkah pembelajaran, seharusnya diberikan karakter yang ingin dicapai
seperti tanggung jawab, jujur, disiplin, dan lain sebagainya. Lalu teks
cerita pendek yang digunakan jangan terlalu panjang agar waktunya
tercukupi.
133
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sebagai calon pendidik, perangkat pembelajaran memang sangat
diperlukan. Tetapi masih banyak pendidik yang mengalami kebingungan
ketika sedang dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, perangkat
pembelajaran dapat membantu memberikan panduan ketika pendidik
tersebut mengalami kebingungan saat proses pembelajaran berlangsung.
Perangkat pembelajaran sendiri juga dapat meningkatkan rasa
profesionalisme seorang pendidik, karena sebagai seorang guru yang
profesional harus mampu mengunakan serta mengembangkan perangkat
pelajaran sebaik mungkin.

2. Saran

1. Komunikasi antara pihak Sanata Dharma dan pihak SMA Negeri 1


Ngaglik harus terjalin dengan baik agar kesalahpahaman mengenai
peraturan pelaksanaan PLP-PP 2 ini tidak membingungkan mahasiswanya
maupun pihak sekolah.
2. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah sebaiknya terus
dikembangkan agar peserta didik dapat berkembang sesuai perkembangan
jaman.
3. Setiap memulai pelajaran, guru sebaiknya memberi motivasi kepada
peserta didik agar semangat dalam mengikuti proses pembelajaran
134
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, Yadi. 2017. Buku Teks Pendamping “Bahasa Indonesia”, Kelas XI


untuk SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.

Diunduh pada tanggal 27 Juli 2018 http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/ibu-apa-


aku-anugerah-untukmu.html
135
LAMPIRAN

3. Instrumen-instrumen Telaah dan Observasi


INSTRUMEN REFLEKSI

No Keterangan Nilai Evaluasi Deskripsi Niat Diri Mahasiswa


1. Kompetensi Akademik kependidikan, berkaitan dengan;
a. Pengalaman Nilai yang saya kembangkan Seharusnya, saya lebih banyak Ketika menyususun prota dan
menelaah kurikulum ketika menyusun prota dan bertanya dan mempelajari mengenai prosem saya sendiri masih
untuk menyusun Prota prosem adalah kebersamaan penyusunan prota dan prosem kepada mengalami kesulitan dalam
dan Prosem. dan ketelitian. Kebersamaan guru sehingga saya tidak mengalami menentukan alokasi waktu setiap
ketika di dalam satu kesulitan dalam menyusun prota dan KD agar seluruh KD terpenuhi dan
kelompok terdapat anggota prosem. terlaksana. Karena ketika kita tidak
yang kesulitan, anggota yang tepat dalam menentukan alokasi
lain membantu anggota yang waktu, dikhawatirkan akan tidak
kesusahan. Dalam menyusun sesuai dengan materi pelajaran
prota dan prosem diperlukan yang akan disampaikan.
ketelitian. Karena ketika
136
melakukan satu kesalahan
akan membuat yang lain ikut
salah. Contohnya ketika kita
salah menghitung jam
efektif, pasti akan
mempengaruhi prosem
maupun prota.
b. Pengalaman Perangkat pembelajaran Setelah menelaah silabus yang dibuat Ketika saya menelaah perangkat
menelaah perangkat yang digunakan guru sudah oleh guru, saya melihat bahwa pembelajaran yang dibuat guru,
pembelajaran yang baik dan sudah bagus. Saya silabus tersebut kurang lengkap saya merasa harus banyak-banyak
dibuat guru. harus banyak belajar dari karena tidak ada alokasi waktu, belajar untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran sumber belajar dan lain sebagainya. perangkat pembelajaran yang baik.
yang dibuat oleh guru agar Silabus yang baik dan benar
bisa sebaik yang guru buat. seharusnya terdapat sumber belajar
dan alokasi waktu.
c. Pengalaman Ketika mengembangkan Mengembangkan satu perangkat Tidaklah mudah memang dalam
mengembangkan satu perangkat pembelajaran pembelajaran utuh memanglah tidak mengembangkan perangkat
perangkat diperlukan pikiran yang luas mudah. Saya sendiri pun merasa pembelajaran yang utuh.
137
pembelajaran utuh. agar bisa menghasilkan keseulitan ketika mengembangkan Diperlukan kerja keras untuk terus
perangkat pembelajaran perangkat pembelajaran. belajar dalam membuat perangkat
yang baik dan efisien. pembelajaran yang baik. Setelah
ini, saya akan banyak belajar lewat
buku, guru, kakak tingkat, maupun
dari dosen langsung terkait dengan
perangkat pembelajaran.
d. Pengalaman Saya banyak belajar dari Walau guru telah melakukan proses Sebagai calon guru, saya harus
mengobservasi observasi yang saya lakukan pembelajaran dengan baik, tetapi bisa mengkondisikan kelas agar
pelaksanaan di XI IPS. Perangkat keadaan kelas belum kondusif. Masih menjadi kelas yang kondusif dan
pembelajaran pembelajaran yang sudah banyak peserta didik yang asik menciptakan pembelajaran yang
kooperatif. kita susun dengan baik sendiri. Tetapi ketika diberikan kooperatif.
dalam praktinya bisa saja tugas, peserta didik akan
tidak sesuai. Tergantung mengerjakan tugas itu sebaik
situasi dan kondisi di kelas mungkin.
dan sekolah tersebut.
e. Pengalaman Memperbaiki perangkat Perangkat pembelajaran yang sudah Sebagai calon guru, saya harus
memperbaiki pembelajaran yang sudah saya buat harus diperbaiki sesuai pintar-pintarnya mengembangkan
138
perangkat dibuat lalu dikembangkan dengan keadaan sekolah dan pembelajaran. Karena apa yang
pembelajaran. menjadi perangkat keinginan sekolah. kita susun bisa jadi berbeda
pembalajaran yang lebih dengan yang dilapangan.
baik lagi. Ketika
memperbaiki perangkat
pembelajaran, saya juga
banyak bertanya kepada
kakak-kakak tingkat apakah
perangkat pembalajaran
yang sudah saya buat sesuai
atau tidak.
2. Kompetensi Akademik Bidang Studi, berkaitan dengan;
a. Pengalaman Ketelitian dan tanggung Dalam penyusunan prota dan Menjadi seorang guru yang
menelaah kurikulum jawab adalah salah satu nilai prosem, penetapan alokasi waktu profesiona harus bisa menyusun
untuk menyusun Prota yang saya kembangkan untuk setiap kompetensi dasar dan mengembangkan prta dan
dan Prosem. ketika menyusun prota dan memang sangat diperlukan. prosem dengan baik. Walaupun
prosem. tidak sempurna tetapi harus
semaksimal mungkin ketika
139
menyusun prota dan prosem.
b. Pengalaman Perangkat pembelajaran Menelaah silabus yang dibuat oleh Ketika saya menelaah perangkat
menelaah perangkat merupakan sekumpulan guru pamong, saya menelaah bahwa pembelajaran yang dibuat guru
pembelajaran yang bahan, alat, media ataupun silabus tersebut tidak terdapat alokasi pamong, saya merasa harus
dibuat guru. pedoman yang digunakan waktu, sumber belajar dan lain banyak-banyak belajar dari guru
guru dalam proses sebagainya. pamong yang berpengalaman
pembelajaran dikelas. untuk menghasilkan perangkat
Perangkat pembelajaran pembelajaran yang baik.
berfungsi untuk memenuhi
keberhasilan seorang guru
dalam proses pembelajaran.
Walaupun belum terlalu
mahir dalam membuat
perangkat pembelajaran,
tetapi mencoba sebisa
mungkin sesuai dengan apa
yang diketahui.
c. Pengalaman Perangkat pembelajaran Guru sudah menggunakan perangkat Dalam mengembangkan perangkat
140
mengembangkan satu sendiri memberikan panduan pembelajarannya dengan baik ketika pembelajaran, perlu
perangkat kepada guru apa yang harus di dalam kelas. Tetapi harus lebih memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran utuh. dilakukan di dalam kelas. dikembangkan lagi agar mejadi perangkat pembelajaran agar dapat
Dengan adanya perangkat perangkat pembelajaran dengan menyusun instrumen penilaian
pembelajaran, guru tidak efektif dan efisien. yang sesuai dengan indikator,
bingung dengan apa yang materi pembelajaran, dan tujuan
harus ia lakukan di dalam pembelajaran.
kelas. Oleh sebab itu,
sebagai calon guru harus
objektif dalam
mengembangkan perangkat
pembelajaran.
d. Pengalaman Bisa saja perangkat Seharusnya, guru lebih mengawasi Sebagai calon guru, saya harus
mengobservasi pembelajaran yang sudah lagi anak-anak didiknya. Karena pandai mengkondisikan kelas agar
pelaksanaan disusun tidak sesuai ketika keadaan kelas belum kondusif tetapi menjadi kelas yang kondusif dan
pembelajaran kita melakukan praktiknya. peserta didiknya bertanggung jawab bisa menciptakan pembelajaran
kooperatif. Perangkat pembelajaran ketika diberikan tugas, peserta didik yang kooperatif.
yang sudah dibuat bisa saja akan mengerjakan tugas itu sebaik
141
berbeda tergantung situasi mungkin.
dan kondisi di kelas dan
sekolah tersebut.
e. Pengalaman Walaupun belum terlalu Perangkat pembelajaran yang sudah Sebagai calon guru, saya harus
memperbaiki mahir dalam membuat saya buat harus diperbaiki sesuai pandai mengembangkan
perangkat perangkat pembelajaran, dengan perkembangan jaman. Agar pembelajaran baik prota, prosem,
pembelajaran. tetapi saya mencoba psesrta didik juga mulai berkembang silabus, maupun RPP. Karena apa
memperbaiki sebisa sesuai jamannya. yang kita susun bisa jadi berbeda
mungkin perangkat dengan yang dilapangan.
pembelajaran yang sudah
dikoreksi oleh guru pamong.
3. Kemampuan mengembangkan perangkat pembelajaran
a. Pengalaman Mengembangkan perangkat Seharusnya, saya lebih banyak Dalam menyususun prota dan
menelaah kurikulum pembelajaran sangatlah sulit. mendalami mengenai penyusunan prosem saya masih mengalami
untuk menyusun Prota Dibutuhkan pemahaman dan prota dan prosem yang baik kepada kesulitan dalam menentukan
dan Prosem. ketelitian dalam menghitung guru. Selain itu saya juga harus alokasi waktu setiap KD agar
jam efektif agar sesuai mendalami kaidah-kaidah seluruh KD terpenuhi dan
dengan jumlah kompetensi penyusunan prota dan prosem yang terlaksana. Sebagai calon guru
142
dasar yang ada. baik sehingga saya tidak yang paham betul akan prosem
kebingungan dan tidak mengalami harus pandai menempatkan alokasi
kesulitan dalam menyusun prota dan waktu kedalam Kompetensi Dasar
prosem. yang ada.
b. Pengalaman Saya telah mencoba sebaik Di dalam silabus yang baik dan benar Saat saya menelaah perangkat
menelaah perangkat mungkin menelaah dan seharusnya terdapat alokasi waktu, pembelajaran, saya merasa harus
pembelajaran yang mempelajari perangkat sumber belajar dan lain sebagainya. banyak-banyak belajar dari guru
dibuat guru. pembelaharan yang dibuat Tetapi silabus yang diberikan oleh pamong yang berpengalaman
oleh guru pamong. Memang guru pamong hanya menjadi untuk menghasilkan perangkat
ketika melihat perangkat pedoman saya untu membuat silabus pembelajaran yang baik. Dan
pembelajaran yang dibuat yang lebih baik lagi. mencari letak kesalahan pada
oleh guru pamong susah- perangkat pembelajaran yang telah
susah gampang. Walaupun saya buat.
belum terlalu mahir dalam
membuat perangkat
pembelajaran, tetapi
mencoba sebisa mungkin
sesuai dengan apa yang
143
diketahui.
c. Pengalaman Perangkat pembelajaran Guru telah menggunakan perangkat Saya harus lebih giat lagi untuk
mengembangkan satu memberikan panduan kepada pembelajarannya dengan baik yang menyusun perangkat pembelajaran
perangkat guru apa yang harus digunakan ketika di dalam kelas. yang efektif dan efisien agar sesuai
pembelajaran utuh. dilakukan di dalam kelas. Tetapi harus lebih dikembangkan dengan tujuan pembelajaran yang
Perangkat pembelajaran lagi agar mejadi perangkat ingin dicapai.
berguna agar guru tidak pembelajaran dengan efektif dan
bingung dengan apa yang efisien.
harus di lakukan di dalam
kelas. Oleh sebab itu,
sebagai calon guru harus
bisa mengembangkan
perangkat pembelajaran.
d. Pengalaman Melalui observasi Melalui observasi pelaksanaan Sebagai calon pendidik, saya harus
mengobservasi pelaksanaan pembelajaran pembelajaran kooperatif, guru telah bisa menemukan pendekatan-
pelaksanaan ini, saya menemukan nilai- menerapkan pendekatan kooperatif pendekatan pembelajaran yang
pembelajaran nilai berharga. Diantaranya sehingga antar peserta didik bisa tepat untuk pembelajaran di kelas
kooperatif. guru harus menemukan melakukan kerja sama antar seperti kooperatif
144
metode-metode kelompok.
pembelajaran agar dapat
menguasai pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap
sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan
diberikan.
e. Pengalaman Saya telah memperbaiki Ketika membuat perangkat Seharusnya saya lebih banyak
memperbaiki beberapa perangkat pembelajaran, memang banyak yang berkonsultasi dengan guru pamong
perangkat pembelajaran yang salah kurang benar. Tetapi, untungnya bagaimana cara membuat
pembelajaran. karena sudah diperiksa dan guru pamong memberitahu mana perangkat pembelajaran yang baik.
diteliti oleh guru pamong yang kurang benar.
saya. Selain itu teman-teman
saya juga membantu saya
dalam memperbaiki
perangkat pelajaran.
145
146
147
4. Buku Harian Program PLP PP
148

5. Foto Kegiatan Program PLP


149
150
151
152
153
154
155
156

Anda mungkin juga menyukai