Anda di halaman 1dari 9

AGRIKAN

OPEN ACCES Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)


Vol. 11 No. 1: 19-27 URL: https: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
Mei 2018
DOI: 10.29239/j.agrikan.11.1.19-27
Peer-Reviewed 

Peluang dan Tantangan Industri Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan


dalam Mendukung Terwujudnya Lumbung Ikan Nasional (LIN)
di Maluku Utara

Ahmad Talib1
1 Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Indonesia

 Info Artikel: Abstrak. Lumbung Ikan Nasional (LIN) adalah merupakan suatu kawasan
Diterima : 10 Mei 2018 penghasil produksi perikanan secara berkelanjutan dan merupakan pusat
Disetujui : 28 Mei 2018 pertumbuhan ekonomi perikanan nasional. Lumbung Ikan Nasional berarti
Dipublikasi : 22 Juli 2018
menjadikan daerah tersebut sebagai produsen perikanan terbesar, minimal
menyediakan stok untuk kebutuhan di daerah tersebut. Metode yang digunakan
 Artikel Penelitian dalam penelitian ini adalah survei dan studi kepustakaan dari berbagai sumber
literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlu peningkatan dan penguatan
 Keyword: produk olahan hasil perikanan tradisional khas Maluku Utara; dan melengkapi
Maluku Utara, peluang dan tantangan,
segala fasilitas dalam penerapan cold chain system mulai dari hulu sampai hilir;
industri pengolahan, Lumbung ikan
nasional serta meningkatkan fasilitas Laboratorium Pengolahan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan.
 Korespondensi:
Ahmad Talib
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara,
Indonesia

Email: madoks75@yahoo.co.id

Copyright© Mei 2018 AGRIKAN

I. PENDAHULUAN ketersediaan stok. Hal ini karena perikanan


Provinsi Maluku Utara memiliki potensi tangkap sangat tergantung pada kondisi alam dan
perikanan yang cukup melimpah yaitu tahun 2015 musim. Namun disisi lain yang menjadi kendala
berjumlah 1.035.230 ton/tahun, sedangkan data dalam upaya pengembangan komoditas unggulan
perikanan tangkap terus meningkat setiap di pulau-pulau kecil antara lain; (1) Peralatan
tahunnya; tahun 2014 adalah sebesar; 217.638 dan penangkapan yang masih tradisional; (2)
2015; 251.350 ton/tahun, hal ini disebabkan karena Terbatasnya infrastruktur misalnya pasokan listrik
perairan Maluku Utara memiliki posisi strategis dan pabrik es yang tidak tersedia dipulau kecil;
dan menjadi lintasan migrasi ikan dari samudera dan (3) Optimalisasi pengawasan dan regulasi
pasifik ke perairan Indonesia atau sebaliknya, dalam usaha penangkapan dan usaha budidaya
berbeda dengan perairan lainnya di Indonesia perikanan (Seri analisis pembangunan wilayah
yang hanya ditemukan pada bulan-bulan tertentu. Provinsi Maluku Utara, 2015). Tantangan yang
Diperkirakan Potensi Perikanan tangkap mencapai dihadapi pada industri perikanan adalah; 1)
1,1 juta per tahun dengan potensi lestari sebanyak Rendahnya daya saing dan tingkat pendapatan
500 ton pertahun (Direktorat Jenderal Perikanan pelaku usaha (UKM) pengolahan dan pemasaran
Tangkap) (Seri analisis Pembangunan Provinsi hasil perikanan; 2) Kurangnya nilai tambah
Maluku Utara, 2015). produk pengolahan perikanan; 3) Memasuki
Ikan tuna, tongkol dan cakalang merupakan masyarkat ekonomi asen (MEA) persaingan
komoditas perikanan yang paling banyak semakin ketat; 4) Belum meratanya distribusi ikan
jumlahnya di Provinsi Maluku Utara yaitu di untuk konsumsi dan pemenuhan bahan baku
kabupaten Morotai, Halsel, Halut, Ternate, Tidore, industri; 5) Belum meratanya pemenuhan protein
Halbar, Halteng, Sula sebesar 84.236 ton/tahun. hewani yang bersumber dari ikan (Hutagalung,
Secara umum komoditas cakalang dan tuna adalah 2013). Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu
komoditas yang berbasis penangkapan sehingga didorong untuk menuju industrialisasi perikanan.
komoditas ini tidak sepenuhnya dapat menjamin
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

Menurut Dewantoro (2011) dalam Utoyo berdaya saing tinggi berorientasi pasar; (3)
(2011) bahwa pengertian industri secara luas Peningkatan mutu dan keamanan produk; (4)
mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang Pengembangan industri perikanan berbasis clean
ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. technology dan zero waste concept; (5)
Program industrialisasi di Indonesia telah Peningkatan armada perikanan tangkap; (6)
dicanangkan sejak era Orde Baru, yang bercita-cita Pengembangan sistem logistik ikan nasional
menuju masyarakat adil dan makmur melalui (SLIN); (7) Peningkatan kerjasama regional di
pembangunan bertahap yaitu Pembangunan Lima bidang manajemen sumber daya perikanan.
Tahunan (PELITA) I sampai dengan PELITA V
mulai tahun 1973 sampai dengan tahun 1998, pada II. METODE PENELITIAN
prinsipnya berupa transformasi dari negara Metode yang digunakan dalam penelitian
pertanian menjadi negara industri. Di era ini adalah survei dan studi kepustakaan dari
Reformasi, cita-cita negara menuju masyarakat berbagai sumber tentang model keberhasilan
yang adil dan makmur, yaitu masyarakat yang Lumbung Ikan Nasional di Indoenesia.
mandiri dan maju, era ini hingga tahun 2024, yang
dibagi menjadi 4 tahap 5 tahunan yang disebut III. PEMBAHASAN
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 3.1. Komoditas Perikanan dan harga jual
Nasional (RPJMN) dengan tujuan akhirnya yaitu Komoditi perikanan dalam mendukung
“Terwujudnya Indonesia sebagai negara industri maka yang harus dilakukan termasuk
kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
berbasiskan kepentingan nasional” tersebut adalah: (1) industri pengalengan ikan dan
(Pembangunan kelautan dalam RPJMN, 2015- biota perairan lain; (2) industri pengasapan ikan
2019). dan biota perairan lain; (3) industri pembekuan
Khusus di bidang kelautan dan perikanan, ikan dan biota perairan lain (dikecualikan
salah satu prioritas yang harus dilakukan pada pembekuan ikan di laut) dan; (4) industri
RPJMN 2015-2019 adalah “ Mengembangkan pengolahan dan pengawetan ikan dan biota
industri kelautan secara sinergi, optimal dan perairan lain. Industri pengolahan hasil perikanan
berkelanjutan”. Terlihat bahwa program merupakan kegiatan yang mentransformasikan
industrialisasi perikanan masih relevan hingga bahan-bahan hasil perikanan sebagai input
saat ini sehingga dalam konsep Master Plan menjadi produk yang memiliki nilai tambah atau
Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia nilai ekonomi lebih tinggi sebagai outputnya.
2011-2025 (MP3EI), industri merupakan salah satu Proses transformasi tersebut dapat dilakukan baik
dari 8 Program Utama yaitu pertanian, secara fisik, kimia, biologis, maupun kombinasi
pertambangan, energi, industri, kelautan, diantara ketiganya. Dengan demikian, dalam
pariwisata, telematika, dan pengembangan melakukan proses transformasi, rekayasa
kawasan strategis (Anonim., 2011). Program penerapan teknologi maupun bioteknologi
industrialisasi kelautan dan perikanan bertujuan menjadi power atau kekuatan dalam
untuk meningkatkan produktivitas dan nilai memaksimalkan nilai tambah yang akan diperoleh
tambah produk kelautan dan perikanan, sekaligus sehingga menjadi efek pengganda ekonomi
meningkatkan daya saing yang berbasis pada ilmu bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional.
pengetahuan dan teknologi. Kebijakan ini Peran sentral dari industri pengolahan hasil
merupakan kebijakan strategis dalam perikanan dalam pembangunan nasional adalah:
menggerakkan seluruh potensi perikanan dari Penyedia lapangan kerja, Industri pengolahan dan
hulu sampai hilir, melalui pengembangan pemasaran hasil perikanan yang baru
perikanan budidaya, perikanan tangkap sebagai memanfaatkan 40 persen dari hasil produksi
industri hulu dan pengolahan hasil produk perikanan mampu menyerap tenaga kerja
perikanan sebagai industri hilir. Beberapa sebanyak 6.205.189 orang pada tahun 2013.
kebijakan operasional yang dapat dikembangkan Seandainya, tingkat pemanfaatan produksi
dalam rangka penerapan kebijakan industrialisasi perikanan untuk pengolahan ditingkatkan
kelautan dan perikanan serta mendukung menjadi 80 persen maka tenaga kerja yang diserap
ketahanan pangan menuju Masyarakat Ekonomi akan meningkat menjadi 12 juta-an orang. Angka
ASEAN (MEA) antara lain : (1) Membatasi ekspor tersebut sangat signifikan untuk menurunkan
bahan baku hasil perikanan; (2) Meningkatkan angka penggangguran di Indonesia.
nilai tambah produk kelautan dan perikanan

20
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

Sumber peningkatan devisa negara melalui Point (HACCP) bagi unit pengolahan ikan (UPI)
peningkatan nilai tambah, ikan tuna senilai US$ atau industri pengolahan ikan, dan peningkatan
700.000 bila diolah menjadi ikan kaleng akan pendidikan dan pelatihan tentang teknik
dihasilkan produk senilai US$ 1.240.000 dan pengolahan yang baik.
produk samping berupa tepung ikan senilai Sejak pencanangan industrialisasi
sekitar Rp.500.000.000,-. Pada produk rumput laut perikanan 2011 dan menjadi makin populer tahun
jenis karaginofit Eucheuma cottonii dapat 2012 sektor perikanan mulai melakukan
ditingkatkan nilai tambahnya dengan pembenahan. Pembenahan tersebut dimulai
mengolahnya menjadi berbagai jenis produk dengan mendorong peningkatan produksi
seperti alkali treated cottonii (ATC), semi refined perikanan untuk komoditas yang potensial
carragenan (SRC), refined carragenan dan dikembangkan secara ekonomi. Beberapa
karaginan kertas yang nilai tambahnya dapat komoditas unggulan di Maluku Utara adalah tuna,
mencapai hampir 450%. cakalang dan tongkol (TTC), udang dan rumput
Industrialisasi pengolahan hasil perikanan laut. Sementara itu komoditas tangkap terus
harus menjadi objek kegiatan utama di sektor digenjot untuk mendukung industri UMKM
perikanan dalam penanganan dan (pengolahan) seperti ikan asin, kerupuk ikan,
pengembangannya. Penanganan industri abon, ikan asap dan pindang. Namun setelah
pengolahan hasil perikanan hendaknya dilakukan beberapa tahun berjalan, belum terlihat
dengan baik dan benar, begitu pula dengan arah perkembangan yang signifikan dari tahapan
pengembangannya. Hal ini karena industri pencapaian program tersebut. Permasalahan terus
pengolahan hasil perikanan di Indonesia memiliki menggeluti bagi usaha mulai dari bahan baku
banyak peluang disamping tantangan yang ada. yang langka serta mahal, logistik yang tidak
Peluang industri pengolahan hasil perikanan tersedia, sampai pada kebijakan impor dari
adalah sebagai berikut: 1). pasar domestik maupun pemerintah pada jenis hasil perikanan tertentu.
ekspor produk olahan hasil perikanan yang masih Berdasarkan data masih ada industri pengolahan
terbuka luas; 2) adanya dukungan pemerintah ikan nasional yang masih mengimpor bahan baku
yang kuat terhadap keberlangsungan industri hal ini disebabkan karena; (a) Terjadi kekurangan
pengolahan hasil perikanan di Indonesia; 3) bahan baku; (b) stok ikan yang tersedia tidak
adanya kecenderung peningkatan permintaan cukup untuk kebutuhan industri; (c) logistik
olahan siap saji oleh konsumen; 4) adanya potensi perikanan yang tidak memadai; (d) kecukupan
ketersediaan bahan baku yang besar, serta; 5) bahan baku merupakan kunci utama keberhasilan
adanya ketersediaan tenaga kerja yang melimpah. industrialisasi; dan (e) distribusi stok yang tidak
merata antara wilayah pengelolaan perikanan
3.2. Tantangan yang harus dihadapi saat ini dimana sebagian besar stok bahan baku terdapat
Tantangan untuk industri pengolahan ikan di wilayah timur Indonesia. Untuk menjamin
di Indonesia adalah persaingan yang sangat ketat ketersediaan bahan baku secara kontinyu dan
dalam mendapatkan bahan baku ikan segar, berkesinambungan diperlukan sistim tata niaga
negara pesaing telah menerapkan integrated (logistik) yang kuat dan tangguh; (f) sistem
technology yang memungkinkan pengolahan di logistik perikanan harus dikembangkan atau
laut yang belum diterapkan oleh industri dibangun mulai dari pusat stok ikan (stocking
pengolahan ikan dalam negeri, persyaratan ekspor area), perkapalan dan sistem pendukung termasuk
semakin ketat, masih adanya Illegal Fishing dan bahan bakar; (g) perlu intervensi berupa
transhipment ikan dilaut, kenaikan harga bahan komitmen kebijakan pemerintah untuk tidak
bakar minyak dan masih adanya persepsi negatif memberlakukan impor terhadap ikan yang
pada perdagangan internasional seperti adanya zat menjadi bahan baku dan tersedia di perairan
pengawet (Mercury Issue) dan ikan yang tidak Indonesia.
segar dari Indonesia. Dalam upaya mensukseskan Untuk mendorong peningkatan penyerapan
peran industri pengolahan hasil perikanan dalam pasar terhadap hasil industri pengolahan
pembangunan Nasional dengan memperhatikan perikanan ke pasar lokal yang ditingkatkan ke
peluang dan tantangan yang ada, maka beberapa pasar berstandar internasional. Gagasan
hal perlu dilakukan antara lain: peningkatan industrialisasi bukan gagasan omong kosong jika
jumlah kapal armada penangkapan yang berskala diikuti dengan upaya untuk membangun setiap
besar (200 GT ke atas), peningkatan pemberlakuan rantai sistem usaha tersebut. Namun akan menjadi
atau penerapan Hazard Analysis Critical Control omong kosong apabila nelayan, pembudidaya,

21
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

pengolah dan pedagang tidak dapat meningkatkan pemerintah, antara lain melalui Peraturan Menteri
kualitas dan kuantitas penghasilan mereka Kelautan dan Perikanan No. PER. 05/MEN/2008
(Yonvitner, 2015). Nelayan kita menyediakan tentang Usaha Perikanan Tangkap sebagaimana
bahan pangan secara keseluruhan dari budidaya telah diubah dengan PerMen KP No. PER.
dan tangkap mencapai 12,7 juta ton per tahun 12/MEN/2009 tentang keharusan mempunyai
termasuk 4,3 juta ton dari rumput laut (KKP, 2011). industri pengolahan bagi kapal asing yang akan
Artinya 8,4 juta ton komoditas perikanan akan beroperasi di Indonesia, atau Keputusan Direktur
mampu memenuhi tingkat konsumsi pangan ikan Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
masyarakat Indonesia setiap tahunnya yang hanya Perikanan No. KEP.033/DJ-P2HP/ 2008 yang
mencapai 7,1 juta ton. Secara logika kita mengatur jenis-jenis ikan yang menurut sifatnya
mendapati ternyata ketersediaaan ikan nasional tidak memerlukan pengolahan sehingga diijinkan
cukup untuk menopang bergeraknya industri untuk di ekspor dalam bentuk segar. Keputusan
perikanan karena kebutuhan ikan yang mencapai ini akhirnya dicabut setelah berkali-kali
7,1 juta ton tersebut termasuk di dalamnya ikan mengalami perubahan akibat terjadinya tarik
olahan yang diolah UMKM lebih kurang 3 juta ton menarik kepentingan antara pihak penangkap
(Heruwati, 2002). dengan pihak pengolah. Hal lain yang masih
merupakan tantangan industri pengolahan ikan
3.3. Kebijakan Pemerintah Pusat adalah rendahnya pangsa dan penetrasi pasar,
Berdasarkan data Direktorat Jenderal serta kurangnya inovasi pengolahan ikan,
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, khususnya hasil budidaya untuk mengantisipasi
hingga saat ini tercatat 569 Unit Pengolahan Ikan produksi ikan budidaya yang berlebih yang
(UPI) yang mengolah berbagai jenis hasil diprogramkan pada empat tahun ke depan.
perikanan yaitu ikan, udang, tuna, kepiting, Industri pengolahan berbasis bioteknologi seperti
kekerangan, gurita, cumi-cumi, rumput laut, dan pemanfaatan senyawa aktif asal biota laut seperti
lain-lain (Retnowati, 2011). Jenis olahan UPI mikro dan makroalga penghasil bahan-bahan obat
tersebut antara lain adalah pembekuan, baik dan farmasi belum dikembangkan secara optimal.
berupa ikan utuh, potongan, atau filet, Pengembangan industri tersebut berpotensi
pengalengan, minyak ikan, tepung ikan, serta jenis ekonomi tinggi, dapat mencapai empat miliar
olahan sekunder seperti bakso, nugget, kerupuk, dolar Amerika (Dahuri, 2002).
dan lain-lain. Adapun pengasinan, pemindangan,
pembuatan kecap, terasi, petis, dan lain-lain masih 3.4. Pengembangan Industri
dilakukan oleh industri rumah tangga dengan Pengembangan industri perikanan saat ini
teknologi tradisional, yang berjumlah ribuan unit masih sangat bervariasi, berupa kelompok-
dan tersebar di semua wilayah di Indonesia. Baik kelompok usaha bersama, koperasi, maupun
pada skala besar maupun kecil, industri perusahaan yang berdiri sendiri atau yang
pengolahan dapat menggerakkan banyak industri bermitra dengan usaha-usaha kecil di sekitarnya.
pendukung, antara lain, industri bahan tambahan, Untuk itu perlu dilakukan studi dan evaluasi
pabrik es, industri bahan pengemas, serta industri terhadap kondisi riil dan empiris di lapangan
mesin pengolahan dan pengemasan. Masalah yang mengenai bentuk-bentuk kelembagaan
hingga saat ini masih dihadapi oleh para pengolah tradisional, yang dikembangkan oleh pemerintah,
ikan adalah seringnya terjadi kelangkaan pasokan maupun oleh pengusaha. Beberapa kasus dari
bahan baku. pengembangan industri tersebut perlu dikaji
Kelangkaan ikan sebagai bahan baku olahan kekuatan dan kelemahannya, untuk kemudian
dapat terjadi karena berbagai hal, antara lain: 1). digunakan sebagai landasan bagi penyusunan
Saat tidak musim ikan, penangkap lebih suka pemikiran teoritik. Langkah selanjutnya adalah
mengekspor ikannya dari pada menjualnya ke melakukan uji coba dengan membuat penyesuaian
pengolah di dalam negeri, 2). Karena stok ikan di atau penyempurnaan pada satu atau dua kasus
laut memang sudah menipis, atau 3). Tidak yang kemudian dirangkai menjadi suatu model.
harmonisnya hubungan antara penangkap dengan Hal ini sangat penting mengingat besarnya
pengolah sehingga bila harga jual ikan segar di keragaman karakteristik lingkungan, fisik,
luar negeri lebih tinggi, penangkap lebih suka geografis, ekonomi, intelektual, religi, budaya, dan
mengekspor ikan sejenisnya daripada menjualnya sosial masyarakat Indonesia. Model
kepada pengolah di dalam negeri. Untuk pemberdayaan ideal industri perikanan di
mengatasi ini berbagai upaya telah dilakukan oleh Indonesia yang diajukan haruslah

22
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

menggambarkan ciri inklusif dan holistik, dengan dalam, yang tentu saja ini memerlukan teknologi
penekanan pada daya saing, bersifat non dan biaya yang sangat tinggi. Selebihnya,
tradisional dan komersial, terutama dilihat dari diperlukan kehati-hatian dalam hal jenis dan
pengembangan bisnis perikanan yang tangguh. Di lokasi untuk melakukan eksploitasi sumberdaya
samping itu, beberapa inovasi berikut perlu ikan. Peluang berikutnya tentu berada pada
dikembangkan mengiringi program industrialisasi perikanan budidaya, mengingat Indonesia masih
perikanan antara lain adalah: (1) Inovasi teknologi memiliki potensi lahan budidaya yang cukup
alat tangkap ikan ramah lingkungan; (2) Inovasi besar, yang saat ini belum digarap secara optimal.
teknologi dan bioteknologi benih unggul; (3) Namun ada juga permasalahan yang dihadapi
Inovasi teknologi pakan ikan budidaya, baik sektor ini antara lain mahalnya biaya untuk
pakan alami maupun pakan buatan; (4) Inovasi pembelian pakan ikan dan ketersediaan bahan
teknologi dan bioteknologi bioremediasi serta baku pakan, terutama tepung ikan. Permasalahan
pembersihan air dan lingkungan; (5) Inovasi lain yang tidak kalah pentingnya adalah masih
teknologi dan bioteknologi vaksin dan obat ikan; kurangnya penguasaan teknologi pembenihan,
(6) Inovasi teknologi pengolahan ikan hasil teknologi budidaya, dan penanggulangan
budidaya termasuk teknologi pemanfaatan penyakit, serta pengelolaan lingkungan budidaya.
limbah ikan; (7) Inovasi teknologi dan Di samping itu, baik perikanan tangkap maupun
bioteknologi senyawa aktif dan nutrasetikal dari perikanan budidaya masih harus menghadapi
bahan asal laut ; (8) Inovasi sistem atau model masalah sosial berupa pencurian dan perampokan
industri yang sesuai dengan sumberdaya, baik ikan (Koeshendrajana, 2010). Alternatif lain untuk
sumberdaya ikan, sarana dan prasarana, serta meningkatkan produksi ikan, dapat juga
sumberdaya manusia; (9) Inovasi sistem kebijakan dilakukan dengan mereduksi susut hasil setelah
industri yang sesuai dengan kondisi fisik dan ikan ditangkap. Bila dilakukan dengan baik,
sosial, ekonomi, politik dan budaya Indonesia. reduksi susut hasil dapat berfungsi ganda,
Semoga dengan beberapa strategi inovasi di atas pertama mengurangi jumlah (volume) produksi
merupakan persyaratan minimal yang harus ikan yang ditangkap dan kedua meningkatkan
dipenuhi agar cita-cita industrialisasi, baik untuk nilai (value) dengan cara mempertahankan mutu
perikanan tangkap, budidaya, maupun industri kesegaran ikan. Peningkatan jumlah tangkapan
pengolahan ikan dapat tercapai. Industri tanpa mempertimbangkan susut hasil fisik
perikanan di Maluku Utara bisa berhasil jika maupun susut nilai ekonomis (karena kerusakan
proses penyimpanan dan pembekuan serta mutu ikan) adalah suatu pemborosan yang sia-sia.
pengolahan dapat berjalan dengan baik. Peningkatan nilai ekonomis bahkan dapat
Dalam rangka mewujudkan visi baru untuk diupayakan dengan melakukan pengolahan ikan,
menjadi produsen perikanan terbesar pada tahun karena nilai tambah yang diperoleh melalui
2015, sejak akhir tahun 2009 Kementerian Kelautan pengolahan primer, sekunder, atau tersier dapat
dan Perikanan telah berkomitmen untuk mencapai 250% (Sutjiamidjaja, 1999). Peningkatan
meningkatkan produksi ikan sebesar 353%. Untuk produksi juga dapat diperoleh bila penangkapan
itu pengkajian dan perumusan strategi yang tepat ilegal, tidak terdaftar, dan melanggar peraturan
merupakan langkah yang bijak agar terjadi sinergi (IUU fishing) dapat diatasi. Bila semua peluang
antar berbagai pihak terkait sehingga peningkatan tersebut di atas dapat dimanfaatkan, maka baik
produksi dapat tercapai secara efektif dan efisien perikanan tangkap, budidaya, maupun
tanpa harus mengeksploitasi sumberdaya secara pengolahan akan beroperasi pada skala besar.
berlebihan. Tidak dapat dipungkiri bahwa Berbicara pada tataran produksi skala besar, mau
perikanan tangkap baik di laut maupun perairan tidak mau pertimbangan masalah bisnis harus
umum merupakan salah satu jalan yang paling dipikirkan, karena sangat terkait dengan
mudah dan relatif murah untuk meningkatkan globalisasi perdagangan yang tentu saja tidak
produksi perikanan, karena pada dasarnya dapat dihindari. Disisi lain kecenderungan
perikanan tangkap bersifat perburuan, dan hanya konsumen dalam mengkonsumsi ikan dan
memerlukan biaya modal untuk menangkap ikan. turunannya terus meningkat pada tahun 2015
Akan tetapi ada permasalahan besar yang dihadapi sebesar 41,11 kg/kap/th melebihi target yang
yaitu adanya dugaan telah banyak berkurangnya telah ditentukan yaitu sebesar 40,90 kg/kap/th
stok sumberdaya ikan, tidak saja di Indonesia, (100,51 persen). Sementara itu, penyediaan
tetapi di seluruh dunia sehingga potensi yang konsumsi ikan untuk konsumsi domestik tahun
masih terbuka sepenuhnya hanyalah spesies laut 2014 mencapai 13,07 juta ton atau meningkat

23
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

sebesar 10,01 persen dibandingkan tahun 2013. bahan baku industri pengolahan. Melalui
Peningkatan penyediaan ikan diikuti juga dengan penguatan logistik di pulau-pulau dan khususnya
peningkatan penyediaan ikan per kapita yang di kawasan timur Indonesia serta peningkatan jasa
mencapai 51,80 kg/kap/tahun atau meningkat transportasi laut, diharapkan akan membantu
sebesar 8,44 persen dibandingkan tahun 2013 upaya penanggulangan praktek IUU fishing.
(Abdurahman, 2015). Penyebaran SLIN di Indonesia sudah mencapai 13
Peningkatan penyediaan ikan tahun 2014 Provinsi dan 25 kabupaten kota dan kita Maluku
sudah mulai diikuti dengan peningkatan Utara patut bersyukur, karena kita berada di
konsumsi ikan, hal ini terlihat dari peningkatan dalamnya dan yang menjadi pilot project
penyediaan ikan (kg/kap/tahun) tahun 2013-2014 pengembangan SLIN di Maluku Utara adalah
sebesar 8,44 persen sedangkan peningkatan kabupaten Halmahera Selatan. Dalam
konsumsi ikan (kg/kap/tahun) tahun 2013-2014 mempercepat proses SLIN di Halmahera Selatan
sebesar 8,32 persen. Bahkan peningkatan Tim pokja sudah bekerja untuk menyiapkan
konsumsi ikan tahun 2013-2014 lebih besar dari infrastruktur termasuk di dalamnya pembentukan
peningkatan ikan tahun 2010-2014 (5,78 persen). unit-unit koperasi perikanan, untuk mempercepat
Peningkatan konsumsi ikan selama 5 tahun proses tersebut pengelolaannya diserahkan kepada
terakhir merupakan hasil dukungan dari PT. Perikanan Nusantara Persero. Program SLIN
berbagai kegiatan atau kampanye tentang gemar pada dasarnya dilakukan untuk mendukung
ikan kepada masyarakat. Konsumsi ikan terbesar Program LIN yang dirancang sebagai bagian dari
tahun 2014 terdapat pada Provinsi Maluku (54,12 SLIN, dimana kegiatan LIN adalah bagian dari
kg/kap/tahun), Provinsi Sulawesi Tenggara (50,77 satu atau semua sub sistem dalam SLIN dan dapat
kg/kap/tahun), Provinsi Kep. Riau (49,24 juga terintegrasi dengan sub sistem lain dari SLIN
kg/kap/tahun), Provinsi Maluku Utara (48,88 pada wilayah di luar wilayah LIN Maluku Utara.
kg/kap/tahun), Provinsi Papua Barat (48,16 Secara harfiah Lumbung Ikan Nasional
kg/kap/tahun), dan Provinsi Sulawesi Utara (LIN) adalah suatu kawasan penghasil produksi
(47,83 kg/kap/tahun) (Dijen PDSPKP, 2014). perikanan secara berkelanjutan dan merupakan
pusat pertumbuhan ekonomi perikanan nasional.
3.5. Implemantasi SLIN dan LIN Bawole dan Apituley (2011) mengatakan bahwa
Dalam mendukung ketersediaan bahan membangun Lumbung Ikan Nasional berarti
baku maka strategi yang dilakukan oleh menjadikan daerah tersebut sebagai produsen
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perikanan terbesar di Indonesia, yang mampu
adalah mengimplementasikan Sistem Logistik mensuplai kebutuhan konsumsi masyarakat dan
Ikan Nasional (SLIN). SLIN merupakan sistem industri nasional serta menjadi eksportir utama
manajemen rantai pasokan ikan dan produk komoditas perikanan Indonesia. Sementara
perikanan, bahan dan alat produksi, serta menurut Watloly (2010), secara filosofi lumbung
informasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, memiliki 2 arti yaitu statis (penyimpan) dan
sampai dengan distribusi, sebagai suatu kesatuan dinamis (keberlanjutan). Arti statis adalah; 1)
dari kebijakan untuk meningkatkan kapasitas dan Tempat penyimpan stok (pangan dan bibit) secara
stabilisasi sistem produksi perikanan hulu-hilir, temporer; 2) Tempat menyimpan barang hasil jadi
pengendalian disparitas harga, serta untuk (statis); 3) Dapat dikosongkan sesuai irama dan
memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. siklus musim; 4) Terisolasi dari lingkungan
Implementasi SLIN membutuhkan sinergitas habitat; 5) Bukan tempat produk lestari.
antara seluruh stakeholder yang terlibat dalam Sedangkan arti dinamis (keberlanjutan) adalah 1)
aktivitas dari hulu yaitu sisi produksi sampai Tempat beproduksi, bereproduksi berjenis ikan
dengan hilir yaitu sisi pengolahan, distribusi dan secara lestari; 2) Ajang tabur-tuai yang selalu terisi;
pemasaran. 3) Menjadi sentra produksi dan pertumbuhan
Pengembangan Sistem Logistik Ikan habitat baru; 4) Menyatu dengan lingkungan
Nasional sangat strategis dalam peningkatan daya habitat, terisi dan berkelanjutan; dan 5) Wilayah
saing dan upaya penguatan kedaulatan pangan. tangkap dan produk lestari untuk kesejahteraan
Sistem Logistik Ikan Nasional akan berkontribusi masyarakat.
positif terhadap pembinaan mutu ikan, Seiring dengan hal tersebut maka, untuk
mengurangi biaya paska produksi dan mempercepat Lumbung Ikan Nasional (LIN) di
meningkatkan ketersediaan ikan untuk konsumsi Maluku Utara, perlu menjadi perhatian
dalam negeri serta mengurangi impor ikan dan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam mewujudkan

24
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

LIN di Maluku Utara dengan menyiapkan segala mengelolanya, disamping itu diperlukan
fasilitas pendukung berupa pabrik dan cold keterampilan dan teknologi untuk mengelolah
storage atau ruang pendingin dan ruang sumberdaya tersebut, sehingga memerlukan
pembekuan (air blast freezer, ABF) serta strategi sebagai berikut; (a) melakukan intervensi
transportasi laut sebagaimana diatur dalam pasar sehingga harga ikan tetap stabil di Provinsi
Perpres No. 26/2012 di bidang kelautan dan Maluku Utara; (b) untuk menjamin ketersediaan
perikanan serta sumber daya manusia yang handal bahan baku secara kontinyu dan
di bidang perikanan tangkap, budidaya dan berkesinambungan maka diperlukan sistim tata
pengolahan perikanan dalam mendukung niaga (logistik) yang kuat dan tangguh dengan
Lumbung Ikan Nasional. dibangun sistem logistik perikanan dengan
Hal yang sama diperkuat oleh Instruksi dilengkapi pusat stok ikan (stocking area),
Presiden No.7 Tahun 2016 tentang percepatan perkapalan dan sistem pendukung termasuk
pembangunan industri perikanan nasional guna bahan bakar; (c) perlu intervensi berupa komitmen
meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik kebijakan pemerintah daerah untuk menstabilkan
nelayan, pembudidaya, pengolah maupun pemasar harga ikan di pasar-pasar tradisional; (d)
hasil perikanan, guna meningkatkan penyerapan melakukan ekspansi produk olahan perikanan ke
tenaga kerja dan meningkatkan devisa Negara. level nasional maupun internasional dengan mutu
Presiden menginstruksikan untuk dan kemasan yang menarik. Berdasarkan analisis
mengambil angkah-langkah yang diperlukan internal dan eksternal tentang “Peluang Sekaligus
secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, Tantangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan
fungsi, dan kewenangan masing-masing dalam Mendukung Terwujudnya Lumbung Ikan
Kementerian/Lembaga termasuk para Gubernur Nasional (LIN) di Maluku Utara” diperlukan
dan bupati/walikota se-Indonesia untuk langkah-langkah sebagai berikut:
melakukan percepatan pembangunan industri
perikanan nasional. Langkah-langkah strategis 4.1. Peningkatan dan Penguatan Produk Olahan
yang diambil adalah: (a). peningkatan produksi Hasil Perikanan Tradisional Khas Maluku
perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan Utara
hasil perikanan; (b). perbaikan distribusi dan Usaha pengolahan hasil perikanan di
logistik hasil perikanan dan penguatan daya saing; Maluku Utara didominasi usaha kecil menengah
(c). percepatan penataan pengelolaan ruang laut dengan permasalahannya yang kompleks baik dari
dan pemetaan Wilayah Pengelolaan Perikanan aspek teknologi, sarana dan fasilitas pengolahan,
Negara Republik Indonesia (WPPNRI) sesuai sumberdaya manusia maupun manajemen.
dengan daya dukung dan sumber daya ikan dan Produk olahan berbahan dasar ikan yang
pengawasan sumber daya perikanan; (d). diproduksi oleh usaha kecil menengah kurang
penyediaan sarana dan prasarana dasar dan beragam dan hanya beberapa produk saja
pendukung industri perikanan nasional; (e). misalnya abon ikan, kerupuk ikan (kamplang),
percepatan peningkatan jumlah dan kompetensi terasi (balacang), kecap ikan, ikan asap (ikan fufu),
sumber daya manusia, inovasi ilmu pengetahuan ikan asin (ikan garam), dan pindang itupun
dan teknologi ramah lingkungan bidang jumlahnya terbatas serta desain kemasan yang
perikanan; (f). percepatan pelayanan perizinan di kurang menarik. Oleh karena itu diperlukan
bidang industri perikanan nasional; dan (g). pelatihan dan keterampilan tentang diversifikasi
penyusunan rencana aksi percepatan produk olahan berbahan dasar ikan sehingga bisa
pembangunan industri perikanan nasional. menjadi produk unggulan lokal sebagai buah
Semoga hal ini bisa terwujud, dengan tangan (ole-ole) khas Maluku Utara dengan nilai
mempercepat infrastruktur, kelembagaan dan jual tinggi, untuk mewujudkan hal tersebut
bantuan lunak kepada nelayan di Kabupaten Kota diperlukan hal-hal sebagai berikut:
se-Provinsi Maluku Utara, menuju lumbung ikan Melakukan sosialisasi, bimbingan dan
nasional di tahun 2017 bisa tercapai. pelatihan penerapan good hadling practices
(GHP), good manufacturing practices (GMP) dan
IV. PENUTUP aspek manajerial terhadap produk-produk olahan
Sumberdaya alam di Maluku Utara UKM unggulan di Maluku Utara.
khususnya di bidang Perikanan sangat melimpah Pemerintah daerah ikut serta dalam
oleh karena itu dibutuhkan dukungan melakukan perbaikan peralatan dan fasilitas
sumberdaya manusia yang handal untuk pengolahan yang standar untuk produk makanan

25
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

melalui proyek percontohan berupa sentra-sentra memenuhi standar; (c) tidak ada atau kurangnya
pengolahan ikan UKM berstandar ekspor melalui fasilitas pendukung seperti pabrik es dan pasokan
bantuk bantuan lunak. air bersih. Walaupun prinsip-prinsip rantai dingin
Menambah pembangunan house packaging telah diterapkan di beberapa kabupaten/kota,
termasuk desain kemasan dan pelabelan, untuk namun masih terbatas dan tidak bisa menjangkau
dapat memperpanjang daya simpan produk, semua oleh nelayan atau pelaku usaha. Program-
memperluas jangkauan pemasaran dan program yang dapat dilakukan untuk mencapai
meningkatkan nilai jual. target tersebut adalah: (a) percepatan penerapan
Pemerintah dan UKM ikut dalam sistem rantai dingin diatas kapal; (b) introduksi
melakukan promosi investasi, pengembangan penggunaan cool box di sentra pendaratan,
skim modal kerja dan penyusunan pola kemitraan pelelangan dan distribusi ikan; (c) memfasilitasi
usaha pengolahan. penyediaan sarana cool chain system (pabrik es,
Pengembangan produk olahan bernilai cold storage, chilling room, pasokan air bersih).
tambah melalui pembangunan industri
pengolahan modern yang berdaya saing dengan 4.3. Melengkapi Fasilitas Laboratorium
pengembangan produk (product development) Pengolahan dan Pengujian Mutu
bernilai tambah tinggi yang sudah mempunyai Meningkatnya persyaratan impor hasil
pasar misalnya produk breaded shrimp atau fish, perikanan dengan berbagai persyaratan mutu oleh
tuna loin, tuna steak, surimi dan produk-produk negara-negara pengimpor sehingga diperlukan
olahan berbahan baku surimi (surimi based Laboratorium yang berstandarisasi untuk mutu
products) juga perlu dikembangkan misalnya hasil perikanan karena masing-masing negara
otak-otak, chikuwa, nugget dan siomay karena pengimpor mempunyai persyaratan mutu yang
bahan baku cukup tersedia di Maluku Utara. berbeda-beda. Apalagi dalam memasuki
Masyarakat Ekonomi Asian (MEA) akan terjadi
4.2. Melengkapi Fasilitas dalam Penerapan Cold persaingan dari negara-negara yang mempunyai
Chain System struktur ekspor sejenis, seperti Vietnam, China,
Tingginya losses terhadap hasil tangkapan Thailand, Philipina, dan Malaysia. Oleh karena itu
sekitar 30% (nilai rata-rata) dikarenakan beberapa untuk menjawab tantangan terhadap persyaratan
hal: (a) armada penangkapan ikan sebesar 85% mutu, maka laboratorium pengujian di Maluku
didominasi oleh nelayan skala kecil yang tanpa Utara harus dilengkapi dengan peralatan tersebut
dilengkapi dengan fasilitas pendingin (es, cool sehingga secara kelembagaan laboratorium
box) dan waktu tripnya yang cukup lama karena tersebut dapat mengeluarkan sertifikat mutu yang
fishing ground-nya jauh; (b) fasilitas pendaratan diakui secara nasional maupun internasional
dan pelelangan ikan yang tidak atau kurang

REFERENSI

Abdurahman, 2015. Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perikanan dan
Kelautan.
Anonim. 2011. MP3EI 2011-2025. Lampiran Perpres No.32/2011. Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.
Bawole, D. dan Y.M.T.N. Apituley. 2011. Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional: Tinjauan atas Suatu
Kebijakan. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2011. Hal 239-246.
ISBN: 978-60298439-2-7.
Dahuri, R. 2002. Perikanan sebagai sektor andalan nasional dalam Kebijakan dan strategi pembangunan
kelautan dan perikanan. Menggapai cita-cita luhur. Cholik, F., Heruwati, E.S., Jauzi, A., dan
Basuki, P.I. (Eds). ISPIKANI. 13-39.
Dewantoro, B. 2011. http://bagusdewan.blogspot.com/2011/04/definisi_industri.html. Diakses pada
tanggal 2 Januari 2011.
Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2016. Kementerian Perikanan dan
Kelautan Republik Indonesia.
Heruwati, E,S. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional. (http://www.pustakadeptan.go.id). Instruksi
Presiden No.7 tahun 2016. Tentang Percepatan Industri Perikanan.

26
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 10 Nomor 1 (Mei 2017)

Kemenetrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Tangkap dan Budidaya RI. Deparmeten
Kelautan dan Perikanan.Jakarta.
Koeshendrajana, S. 2010. Isu Pemasaran Ikan: Strategi Menghadapi Program Peningkatan Produks i Ikan
Budidaya. Presentasi dalam Focus Group Discussion Strategi menghadapi program
peningkatan produksi ikan budidaya, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan, Jakarta 12 Mei 2010.
Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementerian Perikanan dan Kelautan, 2016). Nomor
01/PUSDATIN/I/2016.
Rencana Pembangunan jangka menengah Nasional, 2015-2019, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bandan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2014.
Retnowati, N. 2011. Kebijakan Pemanfaatan Limbah Hasil Perikanan. Direktorat Pengolahan, Ditjen
P2HP.Focus Group Discussion: Mengubah Limbah Menjadi Hasil Samping Bernilai Tambah.
BBP4B-KP.
Pembangunan Kelautan dalam RPJMN, 2015-2019. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional,
Badan Perencanaan pembangunan Nasional
RPJMD Maluku Utara 2014 diolah oleh RDI 2015, Road Map Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Menuju Provinsi Maluku Utara Sebagai Lumbung Ikan Nasional dan Indonesia Sebagai Poros
Maritim Dunia.
Hutagalung Saut P, 2013. Implementasi Blue Econimy di dalam Industrialisasi Hasil Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Seri analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Maluku Utara, 2015.
Suryawati, S.H dan Tajerin, 2015. Penilaian Kesiapan Maluku Sebagai Lumbung Ikan Nasional
Evaluation of Readiness for Maluku as “Lumbung Ikan Nasional” Balai Besar Penelitian Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta Utara.
Sutjiamidjaja, I. dan Sutjiamidjaja, H. 1999. Program pengembangan perikanan Indonesia sebagai
sumber kesejahteraan nelayan, Lowongan pekerjaan, serta devi sa Negara. Pembahasan
PROTEKAN 2003. Ditjenkan, Deptan.
Utoyo, B. 2011. Pengertian dan Definisi Industri. http://ca rapedia.com/pertian definisi info 2063. html.
Diakses pada tanggal 2 Januari 2011.
Watloly A. 2010. Filosofi Lumbung Ikan: Implikasi bagi Maluku dan Indonesia. Materi Ceramah Seminar
Nasional: Maluku Sebagai Lumbung Ikan Nasional.
Yonvitner, 2015. Bahan Baku: Urat Nadi Industri Pengolahan Perikanan Mikro Kecil Dan Menengah
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.

27

Anda mungkin juga menyukai