CONTENTS 2
3
Ekonomi Kelautan
Ekonomi SDA Ekstraktif
Transformasi
4
Pembangunan Industri
Kedaulatan Energi dan
5
Perekonomian
6 Deindustrialisasi
Kebijakan Pemerintah
7 dalam Pengelolaan SDA
dan Industri
PART 1
EKONOMI PERTANIAN
Apa itu Ekonomi
EKONOMI Pertanian ?
Ekonomi Pertanian pada dasarnya
PERTANIAN adalah Ilmu Ekonomi yang mempelajari
fenomena dan persoalan pertanian, baik
mikro maupun makro (Mubyarto 1972).
Pertanian dalam arti luas adalah semua yang mencakup kegiatan pertanian
(tanaman pangan dan hortikultura), perkebunan, kehutanan, dan peternakan,
perikanan.
Pertanian dalam arti sempit adalah suatu budidaya tanaman kedalam suatu
lahan untuk mencukupi kebutuhan manusia.
APLIKASI ILMU EKONOMI PERTANIAN PADA PERTANIAN
Perubahan ekonomi
Penentuan Penjelasan Sistem Pengujian produksi pertanian dan
Harga Pemasaran Permasalahan manajemen usaha tani
PERANAN PERTANIAN PADA PEREKONOMIAN INDONESIA
Pertama
Penghasil Bahan Pangan
Keempat
Penyedia Faktor
Kedua Produksi,
Penyedia Lapangan
Kerja
Kelima
Ketiga Penghasil Devisa
Pendorong Munculnya
Kesempatan Berusaha
KONTRIBUSI PERTANIAN
EKONOMI KELAUTAN
Apa itu Ekonomi Kelautan ?
Ekonomi kelautan adalah kegiatan
EKONOMI ekonomi di wilayah pesisir dan lautan
serta di darat. Ekonomi kelautan
KELAUTAN menggunakan sumber daya alam (SDA)
dan jasa lingkungan kelautan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.
Menurut Poernomosidhi (2007): wilayah pesisir merupakan interface antara
kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu
sama lainnya, baik secara biogeofisik maupun sosial ekonomi.
Sustainable Development Goals - 14
MENJAGA EKOSISTEM LAUT
2 Pada tahun 2020, mengelola dan melindungi ekosistem laut dan pesisir
secara berkelanjutan untuk menghindari dampak buruk yang signifikan,
termasuk dengan memperkuat ketahanannya, dan melakukan restorasi
untuk mewujudkan lautan yang sehat dan produktif.
10
tercermin dalam the United Nations Convention on the Law of the Sea,
yang menyediakan kerangka hukum untuk pelestarian dan pemanfaatan
berkelanjutan lautan dan sumber dayanya, seperti yang tercantum
dalam ayat 158 dari “The future we want”.
Tantangan Ekonomi Kelautan Berkelanjutan
● Menurunnya kualitas
lingkungan, menghasilkan
limbah industri dan
pencemaran lingkungan, dapat
menyebabkan terganggunya
aktivitas masyarakat
● Beban dan tanggung jawab
besar bagi perusahaan industri
ekstraktif untuk melakukan
pengelolaan seefisien mungkin
terutama untuk sumber daya Jumlah Hilangnya Forest Coverage (dalam Juta
alam yang tidak dapat Hektar) Berdasarkan Penyebabnya
diperbaharui
● Kerusakan alam yang masif,
terutama berkurangnya tutupan
hutan atau forest coverage
Solusi atas Kegiatan Ekonomi SDA Ekstraktif
DEINDUSTRIALISASI
Fenomena Deindustrialisasi di Dunia
Dunia modern dalam berbagai hal merupakan produk industrialisasi (Rodrik, 2015). Dalam
sejarahnya, revolusi industri lah yang pertama kali memungkinkan pertumbuhan produktivitas
secara berkelanjutan di Eropa dan Amerika Serikat, yang kemudian membagi dunia ke dalam
kelompok negara kaya dan miskin. Industrialisasi pula lah yang memungkinkan terjadinya
catch-up dan konvergensi dengan Barat oleh sejumlah kecil negara non-Barat; Jepang pada
akhir abad ke-19, Korea Selatan, Taiwan, dan sejumlah negara lainnya pada tahun 1960an.
Namun, ini adalah berita lama di negara maju yang telah lama beralih ke fase perkembangan
post-industri baru. Negara maju tak luput dari deindustrialisasi selama beberapa dekade terakhir,
yang ditunjukkan oleh penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan output di sektor manufaktur.
Menurut Iversen dan Cusack (2000), salah satu sumber penyebab deindustrialisasi di
negara-negara maju adalah adanya proses memindahkan fasilitas produksi ke negara-negara
dengan biaya upah yang lebih rendah atau relokasi industri ke negara-negara berkembang,
sehingga pada gilirannya akan mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja sektor industri di
negara maju.
Relokasi industri ke negara berkembang umumnya dilakukan oleh sektor-sektor industri padat
karya. Motivasi utama relokasi ini adalah minimalisasi biaya, khususnya biaya tenaga kerja.
Sebagai konsekuensi, yang dihadapi oleh negara-negara maju adalah terjadinya pengalihan
lapangan pekerjaan dari negara maju ke negara berkembang.
Deindustrialisasi Dini
Namun, yang mengejutkan adalah deindustrialisasi juga terjadi di negara berkembang. Negara
berkembang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang melambat akibat penurunan output
yang dihasilkan oleh industri manufaktur. Apa yang dialami oleh negara berkembang hari ini
disebut sebagai deindustrialisasi prematur, yaitu istilah yang pertama kali digunakan oleh
Dasgupta dan Singh (2006). Negara yang mengalami gejala ini beralih ke ekonomi berbasis jasa
tanpa mengalami fase industrialisasi yang cukup sebelumnya.
Deindustrialisasi prematur memiliki konsekuensi yang serius, baik secara ekonomi maupun politik.
Secara ekonomi, deindustrialisasi menurunkan pertumbuhan ekonomi yang potensial dan
kemungkinan konvergensi dengan tingkat pendapatan negara maju. Secara politik,
deindustrialisasi prematur membuat proses demokratisasi menjadi lemah dan rentan. Kebangkitan
politik merkantilis, ultranasionalis, dan bahkan fasis menjadi indikasi kekecewaan yang dirasakan
oleh sekelompok orang yang kehilangan pekerjaan akibat deindustrialisasi, seperti yang dialami
beberapa negara maju.
Deindustrialisasi dapat dilihat melalui beberapa indikator:
Penyerapan tenaga
Kontribusi terhadap
kerja Daya saing global
PDB
Tingkat penyerapan tenaga kerja pada Kecenderungan penurunan
Kontribusi sektor industri manufaktur
sektor industri pengolahan mengalami daya saing produksi barang
terhadap PDB yang terus mengalami
stagnasi yang cenderung menurun dalam negeri di pasar global
penurunan. Pertumbuhan ekonomi tidak
dibandingkan dengan sektor lain seperti dan jaringan produksi
mampu diimbangi oleh pertumbuhan
konstruksi dan perdagangan. manufaktur global.
industri manufaktur.
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: Bank Dunia (diolah)
Global Competitiveness Index
1 Revisi UU Minerba
Disahkannya UU No. 3 Tahun 2020 tentang
perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
Pengelolaan dan
Divestasi
perizinan
Penguasaan minerba Pemegang IUP yang sahamnya
diselenggarakan oleh pemerintah dimiliki asing wajib divestasi 51%
pusat kepada pemerintah
34 didukung berbagai program dan kegiatan kelautan sesuai target pembangunan nasional pada tingkat K/L dan
pemda.
Fungsi
● Pedoman K/L dan pemda untuk
perencanaan pembangunan kelautan;
● Acuan Masyarakat dan pelaku usaha
untuk ikut mewujudkan kelautan sebagai
poros maritim dunia
Fokus 7 Pilar
Pembangunan ekosistem industri kemaritiman Sumber Daya Kelautan dan pengembangan SDM;
yang berkesinambungan dengan dasar renaksi Hankam, penegakan hk. & keselamatan laut;
jilid II Tata kelola dan kelembagaan laut;
Ekonomi, infrastruktur kelautan & kesejahteraan;
Pengelolaan & perlindungan lingkungan laut;
Budaya bahari; dan
Diplomasi maritim
RIPIN 2015-2035
Efisiensi
2018 2019