Anda di halaman 1dari 23

TUGAS INDIVIDU PKNAT

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG


KOMPRES HANGAT UNTUK PAYUDARA

DISUSUN OLEH:
SATIYA EVALIA TAROSA
2004099

PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah

Masa nifas adalah masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Demikian juga masa neonate merupakan
masa yang kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam 7 hari setelah
lahir. Melalui pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas
dapat mencegah kematian ini. Salah satu asuhan masa nifas adalah menjaga
kesehatan payudara ibu sehingga dapat menjamin asupan Air Susu Ibu (ASI)
sebagai nutrisi terbaik bagi bayi (Maryunani, 2014).
Salah satu masalah yang timbul selama masa nifas adalah bendungan ASI.
Menurut penelitian Lusiya Wijayanti (2010), dari 32 orang yang mengalami
bendungan ASI, 12 orang (37,5%) mengatakan penyebab terjadinya bendungan
ASI dikarenakan terlambat memberikan ASI, 19 orang (59,37%) mengatakan
terjadi infeksi pada payudara, dan sisanya 1 orang (3,12%) mengatakan
bendungan ASI yang dialami karena adanya penyakit seperti tuberculose. Hasil
penelitian (Murniati dkk, 2002), menunjukkan bahwa terdapat 17 (53,1%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang bendungan ASI.
Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu nifas dengan
praktik pencegahan bendungan ASI (breastcare) dengan α= 0,001.
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu
yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusu, produksi meningkat
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik dan dapat
pula karena adanya batasan waktu menyusui. Salah satu penyebab bendungan
ASI yaitu puting susu yang terbenam (Prawirohardjo, 2008).
Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah
terjadinya bendungan ASI; menyusui bayi segera setelah lahir, menyusui bayi
tanpa dijadwal, mengeluarkan sedikit ASI kemudian dioleskan pada putting
sebelum menyusui agar puting lebih lembek, mengeluarkan ASI dengan tangan
atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan, melaksanakan perawatan
payudara setelah melahirkan, untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan
kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian pada payudara kiri
dan kanan, untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu
berikan kompres sebelum menyusui, untuk mengurangi bendungan divena dan
pembuluh darah bening dalam payudara, melakukan pengurutan yang dimulai
dari puting ke arah korpus mamae, ibu harus rileks, memijat leher dan punggung
belakang (Rukiyah dkk, 2011).
Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan
metode non farmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal dan berpotensi
mempunyai efek kurang baik. Nyeri akibat pembengkakan payudara pada ibu
post partum dapat diberikan kompres hangat sebelum menyusui untuk
mengurangi rasa sakit (Depkes RI, 2010).Kompres hangat dengan suhu 40,5-
43°C merupakan salah satu pilihan tindakan yang digunakan untuk mengurangi
dan bahkan mengatasi rasa nyeri (Potter,dkk 2012). Kompres hangat dianggap
bermanfaat untuk memperbaiki sirkulasi darah, terutama pada engorgement
payudara post partum (Kusumastuti, 2008).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah pada makalah ini adalah


“apakah ada pengaruh penggunaan kompres hangat payudara terhadap Ibu post
partum dengan Bendungan ASI”
C. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap ibu post partum dengan
Bendungan ASI
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui manfaat kompres hangat pada ibu post partum
dengan Bendungan ASI.
b. Untuk mengetahui penatalaksanaan kompres hangat pada ibu post
partumdengan Bendungan ASI.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bendungan Payudara (Engorgement)

1. Definisi
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani, 2015: 13).
Bendungan air susu ibu adalah pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa nyeri disertai
kenaikan suhu badan (Yanti, 2017). Bendungan ASI (Bendungan Payudara)
adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari
saluran sistem laktasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015: 160).
2. Etiologi
a. Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan.
Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah dalam
menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saay bayi menyusu. Akibatnya, ibu tidak
mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,
bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
e. Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI) (Rukiyah,
Yulianti, 2012: 20)

B. Kompres Hangat

1. Definisi
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada tubuh
yang memerlukan. Penggunaan panas dingin meliputi penggunaan kantong
es, masase mandi air panas atau dingin, penggunaan selimut atau bantal
panas (Kristiana, 2014).
2. Tujuan
Menurut Tamsuri (2014), Kompres hangat selain menurunkan sensasi
nyeri juga dapat meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang
mengalami kerusakan. Kompres hangat meningkatkan suhu kulit lokal,
sirkulasi dan metabolisme jaringan, kompres hangat lokal atau selimut
hangat akan menenangkan wanita terhadap jenis massase yang dihentakkan
yang tidak dapat ditoleransi wanita saat kulitnya sensitive atau sakit
berkaitan dengan respons melawan atau menghindar. Selain itu, Kompres
dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan
melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan
mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan nyaman, dan meredakan
Vasokongesti pelsi.
3. Manfaat Kompres Hangat
Penggunaan hangat selain memberi efek mengatasi atau menghilangkan
sensasi nyeri, tehnik ini juga memberikan reaksi fisiologi antara lain
meningkatkan respon inflamasi, meningkatkan aliran darah dalam jaringan,
meningkatkan pembentukan dalam edema. Penggunaan panas (aplikasi
kompres hangat) sebaiknya dilakukan pada trauma yang lebih 48 jam sistitis,
hemoroid, nyeri punggung, artritis dan bursitis. Penggunaan kompres hangat
dikontraindikasikan pada trauma 12 – 24 jam pertama, perdarahan atau
edema, gangguan vaskuler, pleuritis. Contoh metode penggunaan kompres
hangat :
a. Handuk atau waslap dicelupkan ke dalam air hangat dan diletakkan pada
bagian tubuh (handuk ditutup dengan plastik di sekitar daerah kompres
agar panas tidak menyebar keluar)
b. Menggunakan kantong atau buli –buli panas.
c. Mandi air hangat
d. Berjemur di sinar matahari
e. Menggunakan selimut hangat, bantal panas.
f. Menggunakan lampu penghangat.
Apabila suhu yang diaplikasikan terlalu tinggi akan menimbulkan rasa
tidak nyaman dan kurang memberikan efek penurunan nyeri pada klien.
Untuk itu suhu perlu diatur yaitu sekitar 52ᴼC pada dewasa normal, 40,5 – 46
ᴼC pada klien dewasa yang tidak sadar, dan 40,5 –46 ᴼC pada anak kecil di
bawah usia 2 tahun.
4. Prosedur Kompres Hangat
Instrumen yang digunakan adalah tiga buah handuk (2 handuk kecil
untukkompres hangat, 1 handuk ukuran sedang untuk menutup dan
mengeringkanpayudara yang sudah dikompres), air yang bersuhu 37ᴼC
dalam waskom, thermometer air dan stopwatch (Runiari dan Surinati, 2013)
a. Langkah yang pertama yaitu menyiapkan instrumen yang akan
digunakan, lalu membuka baju bagian atas pasien dan meletakkan
handuk ukuran sedang di bahu untuk menutup bagian payudara.
b. Langkah selanjutnya melakukan kompres hangat pada bagian payudara
pasien secara bergantian. Cara mengompres, menggunakan handuk kecil
yang sudah dicelupkan ke waskom yang berisi air hangat lalu
dikompreskan pada bagian payudara mulai dari pangkal payudara
menuju puting susu. Setelah itu mengeringkan payudara dengan handuk
dan merapikan pasien (Kristiana,2014). Menurut (Asmadi, 2008), cara
pemberian kompres hangat yaitu sebagai berikut:
 Ibu diminta tetap rileks serta nyaman selama dilakukan tindakan.
 Handuk atau waslap dicelupkan ke dalam air hangat dan diletakkan
pada bagian payudara
 Pengompresan pada payudara ini dilakukan selama 3 kali dalam 1
hari.
 Pengompresan dilakukan selama 15 menit pada suhu 37-41°C.
 Setiap setelah pengompresan dilakukan jeda waktu selama 20 menit
lalu diulang pengompresan kembali.
 Pengompresan dilakukan pada hari ke 3 – 7 setelah postpartum.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI KE 4 PADA Ny. S UMUR 27


TAHUN DENGANBENDUNGAN ASI DI BPM Ny. S KECAMATAN
KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

I. PENGKAJIAN

Tanggal / Jam pengkajian : 2 Juni 2021 / 10.30 WIB


Tempat : BPM Ny. S

A. Data Subyektif

1. Biodata
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. G
Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Kulu 4/4
2. Alasan datang : ingin memeriksakan keadaannya
3. Keluhan utama
a. Ibu mengatakan payudaranya bengkak dan terasa nyeri,
kemerahan serta panas
b. Ibu mengatakan telah melahirkan 6 hari yang lalu
4. Riwayat obstetri dan ginekologi
a. Riwayat kehamilan, persalianan dan nifas yang lalu

Persalinan Nifas

Hamil Kompli-
Umur Jenis BB
ke Tgl kasi Jenis
kehamil persalin Penolong laktasi Komplikasi
lahir kelamin lahir
an an
Ibu Bayi

03 –
39 3100
1 10 – Spontan Bidan - - Pr Ya -
minggu gr
2017

27 –
38 3150
2 05 – Spontan Bidan - - Pr Ya -
minggu gr
2021

b. Riwayat penggunaan kontrasepsi

1) Jenis kontrasepsi : suntik KB 3 bulan

2) Lama : lupa

3) Keluhan : tidak ada

4) Alasan lepas : ingin memiliki anak kembali

5) Rencana yang akan datang : implan

6) Alasan : ingin mencoba metode lain


5. Kebutuhan sehari–hari

No. Sekarang
a. Pola Nutrisi
1) Makan 1) 3 x
2) Porsi 2) 1 piring
3) Macam 3) Nasi sayur lauk
4) Gangguan 4) Tidak ada
5) Minum 5) 5 gelas
6) Macam 6) Air putih
7) Gangguan 7) Tidak ada

b. Pola eliminasi
1) BAB 1) 1kali
2) Warna 2) coklat
3) Konsistensi 3) lunak
4) Gangguan 4) Tidak ada
5) BAK 5) ± 50 cc
6) Warna 6) Kuning jernih
7) Gangguan 7) Tidak ada

c. Pola istirahat Belum

Keluhan Merasa lelah setelah


melahirkan
d. Pola aktifitas Ibu mengatakan aktivitas
sehari–hari mengurus rumah
e. Pola seksual Belum (masih masa nifas)

Keluhan Tidak ada

6. Data psikologi
a. Status anak yang dikandung : sah
b. Tanggapan suami dan keluarga : ibu mengatakan suami dan
keluarga senang dengan
kehamilannya
c. Kesiapan mental ibu : ibu mengatakan siap untuk
melahirkan dan merawat
anaknya
7. Data perkawinan
a. Status perkawinan : Sah
b. Perkawinan ke :1
c. Lama perkawinan : 5 tahun dari suami pertama
8. Data spiritual
Ibu mengatakan selama masa nifas tidak menjalankan kegiatan ibadah
apapun
9. Data sosial budaya
Ibu mengatakan menganut budaya setempat untuk menggunakan pilis
selama 40 hari
10. Data pengetahuan ibu
Ibu mengatakan selama masa nifas sangat penting untuk menjaga
kebersihan
11. Data sosial ekonomi
a. Pantangan makan : ibu mengatakan tidak ada pantangan
makan
b. Minum jamu : ibu mengatakan tidak minum jamu
c. Obat–obatan : ibu mengatakan tidak minum obat–
obatan selain dari tenaga kesehatan
d. Miras dan rokok : ibu mengatakan tidak minas/merokok
e. Memelihara binatang : ibu mengatakan tidak memelihara
binatang seperti; kucing

12. Lingkungan yang berpengaruh


Kondisi dan tempat tinggal ibu mendukung semua anjuran dari bidan
dan dokter.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : composmentis
b. Keadaan umum : baik
c. Tanda vital : TD : 100 / 80 mmhg
Nadi : 84 / menit
Suhu : 36,4ºc
Respirasi : 23 x / menit
d. Tinggi badan : 152 cm
e. LILA : 28,5 cm
f. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : mesocephal
2) Rambut : bersih tidak rontok
3) Muka : tidak oedem
4) Mata : simetris
5) Hidung : tidak ada benjolan yang abnormal
6) Mulut/bibir : tidak ada stomatitis
7) Telinga : serumen dalam batas normal
g. Leher : tidak ada pembesaran venajugularis dan
kelenjar tiroid
h. Aksila : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i. Dada :
1) Bentuk : simetris
2) Mamae : membesar
j. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
k. Genetalia : tidak oedem
l. Anus : tidak ada hemoroid
m. Ekstremitas : tangan dan kaki tidak oedem

2. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
1) Muka : ada cloasma gravidarum
2) Mamae : bengkak, kemerahan terasa panas
3) Puting susu : menonjol
4) Kolumstru : sudah keluar
5) Kebersihan : terjaga
6) Abdomen : ada striae gravidarum, ada linea nigra
7) Genetalia : tidak ada varises, tidak oedem
b. Perkusi
1) Reflek patella kanan : positif
2) Reflek patella kiri : positif

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rongen : tidak dilakukan
b. USG : tidak dilakukan

II. INTERPRESTASI DATA Diagnosa :


Ny. S umur 27 tahun P2A0 post partum hari ke 4 dengan Bendungan ASI
Dasar :

A. Data Subyektif
1. Ibu mengatakan payudaranya bengkak dan nyeri
2. Ibu mengatakan usianya 27 tahun
3. Ibu mengatakan telah melahirkan 4 hari yang lalu

B. Data Obyektif

1. Keadaan umum : baik


2. Tanda vital : TD : 100 / 80 mmhg
Nadi : 84 / menit
Suhu : 38,4ºc
Respirasi : 23 x / menit
3. Mamae : bengkak, kemerahan

Masalah :-

Dasar : ibu mengatakan payudaranya bengkak dan nyeri,


kemerahan dan panas

Kebutuhan : kompres payudara untuk meredakan nyeri pada


pembengkakan payudara

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Tidak ada
V. RENCANA
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu tentang kompres hangat
3. Melakukan dan mengajari ibu kompres hangat
4. Melakukan evaluasi

VI. PELAKSANAAN

Tanggal 2 Juni 2021


Jam 10.35 WIB 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
TD : 100/80 mmHg N : 84 x / menit
Rr : 23 x / menit S : 38,4°C
Jam 10.40 WIB 2. Memberitahu ibu tentang kompres hangat dan
penatalaksanaannya
a. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat
pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau
alat yang menimbulkan hangat pada tubuh yang
memerlukan. Penggunaan panas dingin meliputi
penggunaan kantong es, masase mandi air panas atau
dingin, penggunaan selimut atau bantal panas.
b. Manfaat
Penggunaan hangat selain memberi efek mengatasi
atau menghilangkan sensasi nyeri, teknik ini juga
memberikan reaksi fisiologi antara lain meningkatkan
respon inflamasi, meningkatkan aliran darah dalam
jaringan, meningkatkan pembentukan dalam edema.
Penggunaan panas (aplikasi kompres hangat) sebaiknya
dilakukan pada trauma yang lebih 48 jam sistitis,
hemoroid, nyeri punggung, artritis dan bursitis.
Penggunaan kompres hangat dikontraindikasikan pada
trauma 12 – 24 jam pertama, perdarahan atau edema,
gangguan vaskuler, pleuritis
c. Cara pemberian kompres hangat
1) Pertama cuci tangan terlebih dahulu
2) Ibu diminta tetap rileks serta nyaman selama
dilakukan tindakan.
3) Handuk atau waslap dicelupkan ke dalam air hangat
dan diletakkan pada bagian payudara
4) Pengompresan pada payudara ini dilakukan selama 3
kali dalam 1 hari.
5) Pengompresan dilakukan selama 15 menit pada suhu
37-41°C.
6) Setiap setelah pengompresan dilakukan jeda waktu
selama 20 menit lalu diulang pengompresan kembali.
7) Cuci tangan kembali
Jam 11.00 WIB Melakukan evaluasi

VII. EVALUASI

Tanggal 2 Juni 2021


Jam 11.00 WIB
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu sudah mengerti dan mengetahui tentang kompres hangat payudara
c. Ibu telah diberikan terapi kompres hangat dan ibu dapat melakukan secara
mandiri dirumah
d. Ibu merasakan nyeri pada payudara yang bengkak berkurang.
BAB IV

PEMBAHASAN

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan


kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik,
psikososial dan spritual. Informasi yang diperoleh mengenai data-data
tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari
klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik
(Nurhayati, dkk, 2013).
Pengkajian data dasar pada kasus bendungan ASI dilakukan pada
saat pengamatan pertama kali di ruangan postnatal care. Pengkajian
meliputi anamnesis langsung oleh pasien. Pengkajian ini berupa identitas
pasien, keluhan pasien, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas ibu,
riwayat kesehatan, riwayat reproduksi, riwayat keluarga berencana, dan
riwayat pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pengkajian data objektif
diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-anda vital dan
pemriksaan fisik. Pengkajian pada kasus ini dilanjutkan pada
pendokumentasian asuhan kebidanan.
Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar atau pengkajian data
awal yang merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mengumpulkan semua data dan informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi Ny “D”. Ibu mengatakan
mengeluh nyeri pada payudaranya yang bengkak dan kemerahan serta
panas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum ibu baik,
composmentis tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 84 x / menit, respirasi
23 x / menit dan suhu 38,4°C.
Faktor-faktor yang dirasakan pada ibu Pengosongan mammae yang
tidak sempurna, faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar, tidak
dilakukan IMD dan bayi tidak menyusui segera setelah lahir (Rukiyah
dkk., 2012: 16-17).Tanda dan gejala yang dialami pada ibu dengan
bendungan ASI adalah payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan,
warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38°C (Rukiyah, Yulianti 2012:
22). Berdasarkan uraian tersebut maka ada persamaan antara teori dengan
gejala yang dirasakan ibu.
Rencana tindakan yang telah disuusn untuk Ny.D yaitu
menyampaikan kepada ibu kondisinya sekarang bahwa ibu mengalami
bendungan ASI, mengobservasi tanda- tanda vital dan melakukan
penatalaksanaan kompres hangat pada ibu. Penatalaksanaan yang
dilakukan pada ibu dengan bendungan ASI menurut kemenkes RI,
sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara
dengan menggunakan kain basah/hangat dan kain dingin secara bergantian
selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju puting, keluarkan
ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi lunak, susukan
bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan
pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar, pada masa-
masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu mengosongkan
payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran ASI secara
manual dari payudara, letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es dan
kompres kain hangat secara bergantian pada payudara setelah menyusui
atau setelah payudara dipompa, bila perlu berikan parasetamol 3x1 500 mg
per oral untuk mengurangi nyeri dan penurun demam, lakukan evaluasi
setelah 3 hari (Kemenkes RI, 2013: 227-228).Hal ini sesuai dengan asuhan
yang diberikan pada Ny. D sehingga tidak ada kesenjangan antara praktek
dan teori.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan dari laporan tugas akhir
yang berjudul asuhan kebidanan pada Ny. S dengan Bendungan ASI di BPM Ny.
S, yaitu:
1. Pengkajian pada kasus ini didapatkan data subyektif yaitu ibu mengatakan
merasa nyeri pada payudaranya kemerahan dan panas
2. Pada data obyektif didapatkan pada payudaranya ibu berwarna kemerahan,
bengkak dan terasa panas
3. Berdasarkan data yang diperoleh dari data subyektif dan obyektif di atas
dapat disimpulkan bahwa analisa asuhan kebidanan ini adalah Ny. S dengan
Bendungan ASI dengan kebutuhan kompres hangat payudara
4. Penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan Bendungan
ASI telah sesuai yaitu ibu dijelaskan mengenai Bendungan ASI dan
penatalaksanaanya, Ibu sudah diberikan Kompres hangat untuk mengurangi
nyeri pada Payudara yang Bengkak
5. Ny. S telah mengetahui hasil pemeriksaan dan mengetahui kondisinya. Ibu
memahami penatalaksanaan kompres hangat dan dapat mempraktekannya
secara mandiri,ibu sudah diberikan kompres hangat pada payudara yang
bengkak.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa
Dapat digunakan dalam memberi asuhan kebidanan tentang ibu nifas terutama
dengan keluhan bendungan ASI
2. Bagi institusi
Sebagai tambahan informasi untuk mahasiswa dalam memberikan pelayanan
nantinya di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maryunani. Kebidanan Komunitas. Jakarta: TIM. 2014


2. Depkes RI. Kumpulan Buku Acuan Asuhan Nifas dan BBL. Jakarta: Direktorat
Bina Kesehatan Anak. 2010
3. Potter, dkk. Penatalaksanaan Nyeri: Farmakologis dan Non Farmakologis,
Jakarta: Graha Medika. 2012
4. Kusumastuti. Metode Pengobatan Non Farmakologis, Jakarta : Graha Medika.
2008
5. Prawihardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
6. Rukiyah. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : TIM. 2012.
7. Maryunani, A. Buku Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi.
8. Jakarta: CV. Trans Info Media. 2012
9. Yanti, D & Sundawati, D. Buku Asuhan Kebidanan Masa Nifas “Belajar
Menjadi Bidan.
10. Profesional”. Bandung: PT Refika Aditama. 2013.
11. Walyani, E.S & Purwoastuti, T.E. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
12. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2015.
13. Runiari, Nengah, & Surinati. 2013. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat
terhadap Intensitas Nyeri Pembengkakan Payudara Pada Ibu Post Partum di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Dauh Puri. Jurnal. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
14. Kristiana, N. M. 2014. Pemberian Kompres Panas terhadap Penurunan Nyeri
Payudara pada Asuhan Keperawatan Ny.Y dengan Post Partum Spontan di
Ruang Mawar Rumah Sakit dr. Moewrdi. Jurnal. Program Studi D-III
Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
15. Nurhayati, dkk. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2013
16. Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasardan Rujukan. Edisi pertama. 2013

Anda mungkin juga menyukai