Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM II - 01111840000041 (1-4) 1

Analisis Kekasaran Bahan Melalui Metode


Pencitraan Spekel
Ahmad Thariq Fawzi, Arifah Cardinalia, Umi Latifah, dan Gontjang Prajitno
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jalan Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: thariq.18011@mhs.its.ac.id
Abstrak—Telah dilakukan percobaan yang berjudul Analisis yang memiliki kombinasi emisi terstimulasi, resonansi
Kekasaran Bahan Melalui Metode Pencitraan Spekel. kaviti, dan sumber pumping. Cahaya laser yang
Percobaan bertujuan membandingkan kekasaran beberapa terbangkitkan sesuai dengan medium aktif yang digunakan.
amplas mesh dan kertas HVS dengan tisu melalui metode Pengelompokan laser berdasar medium aktifnya dibagi
pencitraan spekel. Percobaan berprinsip pada sifat-sifat
cahaya dan fenomena citra spekel. Percobaan dimulai dengan
menjadi laser padat, cairan, gas, dan semikonduktor. Sumber
peralatan disusun, laser dan polarisator disejajarkan, sinar cahaya laser memiliki keunggulan dibanding sumber cahaya
laser dihidupkan, sudut polarisasi diatur dan dipastikan sinar lainnya karena cahaya laser bersifat monokromatis,
laser tetap mengenai bahan uji, citra spekel ditangkap dengan memiliki kesejajaran tinggi (divergensi kecil), kecerahan
kamera, percobaan diulang untuk variasi sudut polarisasi yang yang tinggi, dan koheren [4].
lain, percobaan diulang untuk bahan uji yang lain, seluruh Secara alami cahaya memiliki sifat-sifat yang menyertai
data potret citra spekel diolah agar diketahui nilai standar jika menerima perlakuan tertentu. Cahaya dapat
deviasi dan mean-nya pada laptop dengan software Imagej, dipantulkan. Hukum pemantulan menyatakan bahwa sudut
percobaan diakhiri dengan dilakukan perhitungan nilai
sinar datang akan sama dengan sudut pantulnya. Cahaya
contrast untuk seluruh data potret citra spekel. Percobaan ini
memiliki hasil bahwa bahan uji dengan nilai kekasaran rendah dapat dibiaskan. Pembiasan adalah peristiwa berubahnya
sampai tinggi berturut-turut yaitu tisu, kertas HVS, amplas arah rambat cahaya ketika melewati medium rambat yang
2000 mesh, amplas 1500 mesh, dan amplas 80 mesh. berbeda. Cahaya mengalami dispersi. Dispersi merupakan
terurainya cahaya polikromatik menjadi cahaya-cahaya
Kata Kunci—cahaya, citra spekel, ImageJ, interferensi, monokromatik karena perbedaan cepat rambat dan derajat
kekasaran bahan. pembiasan yang dimiliki oleh masing-masing cahaya
monokromatik saat melewati suatu medium. Cahaya dapat
mengalami polarisasi. Cahaya yang terpolarisasi medan-
I. PENDAHULUAN
medannya berosilasi pada arah yang tetap selama merambat.

B AHAN yang berbeda materi penyusunnya akan


memiliki sifat permukaan bahan yang berbeda. Sifat
permukaan bahan erat kaitannya dengan kekasaran
Cahaya dapat mengalami interferensi. Interferensi terjadi
saat dua gelombang cahaya saling bersuperposisi. Cahaya
juga dapat mengalami difraksi. Difraksi adalah peristiwa
permukaan bahan. Walaupun sekilas kekasaran permukaan terbentuknya pola terang-gelap pada layar tangkap saat
di antara bahan-bahan terlihat sama secara makroskopis, menerima suatu cahaya setelah melewati suatu celah sempit
selama bahan-bahan tersebut tersusun dari unsur [5].
mikroskopis yang berbeda, maka kekasaran permukaan Interferensi gelombang merupakan peristiwa saat dua
bahannya tidak akan sama. Untuk membedakan kekasaran gelombang saling bersuperposisi, yaitu saat dua simpangan
permukaan suatu bahan pada tingkatan mikroskopisnya, gelombang yang setitik saling berkombinasi. Terdapat dua
dapat diketahui dengan metode pencitraan spekel. Agar jenis interferensi, interferensi konstruktif dan interferensi
didapat pemahaman yang lebih lanjut mengenai metode destruktif. Interferensi konstruktif terjadi saat dua
pencitraan spekel dalam menentukan kekasaran suatu bahan, gelombang yang bersuperposisi sefase dan hasil kombinasi
oleh karena itulah percobaan ini dilakukan. dari simpangan-simpangannya menjadi lebih besar dari
Gelombang cahaya merupakan gelombang semula. Sedangkan interferensi destruktif terjadi saat dua
elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang bersuperposisi berlawanan fase dan hasil
gelombang transversal yang dapat merambat pada medium kombinasi dari simpangan-simpangannya menjadi lebih
hampa. Pada medium hampa, cahaya merambat dengan kecil dari semula. Syarat terjadinya interferensi gelombang-
kecepatan sebesar 3x10^8 m/s. Gelombang elektromagnetik gelombangnya harus koheren, sehingga amplitudo, panjang
memiliki medan listrik dan medan magnet yang berosilasi gelombang, dan frekuensinya sama, serta beda fasenya
saling tegak lurus di antara keduanya juga dengan arah selalu tetap [1].
rambat gelombangnya. Secara alami gelombang cahaya Spekel adalah bintik-bintik terang dan gelap yang terjadi
merambat dalam kondisi cahaya polikromatik, yaitu cahaya sebagai hasil interferensi di antara sinar-sinar yang
putih yang terdiri dari banyak rentang panjang gelombang. dipantulkan oleh suatu permukaan difus (penghambur)
Sedangkan untuk suatu sumber cahaya yang memancarkan apabila permukaan tersebut diterangi dengan berkas cahaya
satu rentang panjang gelombang tertentu, cahaya tersebut monokromatik. Citra spekel digital adalah data-data digital
merupakan suatu cahaya monokromatik. Satu rentang sebagai hasil perekaman terhadap citra spekel dengan
panjang gelombang cahaya monokromatik tertentu menggunakan kamera elektronik. Citra spekel digital ini
diidentifikasi sebagai suatu warna tertentu pada spektrum dapat ditayangkan pada layar monitor atau pun disimpan di-
cahaya tampak [2].
Laser (Light Amplifications by Stimulated Emission of
Radiations) adalah cahaya yang dihasilkan oleh suatu sistem
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM II - 01111840000041 (1-4) 2

Gambar. 1. Skema Percobaan.

0.5
0.45 Amplas
0.4 80
0.35 mesh
0.3 Amplas
Contrast

0.25 1500
0.2 mesh
0.15 Amplas
2000
0.1
mesh
0.05
HVS
0
0 25 50 75 Tisu 100

Sudut Polarisasi (0)

Gambar. 2. Grafik contrast terhadap variasi sudut polarisasi pada tiap


bahan uji.

dalam komputer untuk keperluan lebih lanjut [3].

Gambar. 3. Diagram Alir percobaan.


II. METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan E. Persamaan
Adapun Alat dan Bahan beserta fungsinya pada Persamaan yang digunakan pada percobaan ini adalah
percobaan ini yaitu tiga buah amplas (80 mesh, 1500 mesh, sebagai berikut:
dan 2000 mesh) sebagai bahan uji, satu kertas HVS sebagai
standar deviasi
bahan uji, satu tisu sebagai bahan uji, Laser He-Ne sebagai Contrast= (1)
sumber cahaya koheren, satu kamera handphone sebagai mean
peranti digital penangkap citra, satu polarisator sebagai
penentu arah sudut datang tunggal cahaya, satu laptop III. HASIL DAN DISKUSI
dengan software ImageJ sebagai peranti pengolah hasil
tangkapan citra. A. Analisis Data
B. Skema Alat Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data
percobaan yang disajikan dalam Tabel 1. pada Halaman 3.
Skema Alat pada percobaan ini ditunjukkan oleh Gambar.
1. pada Halaman 2. B. Perhitungan
C. Langkah Kerja Adapun sampel perhitungan untuk menentukan besarnya
nilai contrast untuk setiap data potret citra spekel pada
Langkah kerja pada percobaan ini yaitu: Pertama, percobaan ini adalah sebagai berikut:
peralatan disusun sesuai Skema Percobaan; Kedua, laser dan
polarisator disejajarkan; Ketiga, sinar laser dihidupkan; Diketahui : Standar deviasi = 29,276; Mean =
Keempat, sudut polarisasi diatur dan dipastikan sinar laser 111,079;
tetap mengenai bahan uji; Kelima, citra spekel ditangkap Bahan = Amplas 1500 mesh;
dengan kamera; Keenam, langkah keempat sampai kelima Sudut polarisasi = 90˚
diulang untuk variasi sudut polarisasi yang lain; Ketujuh, Ditanya : Contrast ?
langkah ketiga sampai keenam diulang untuk bahan uji yang Jawab :
lain; kedelapan, seluruh data potret citra spekel diolah agar standar deviasi 29,276
diketahui nilai standar deviasi dan mean-nya pada laptop Contrast= = =0,264
mean 111,079
dengan software Imagej; Terakhir, dilakukan perhitungan
nilai contrast untuk seluruh data potret citra spekel. Adapun perhitungan selengkapnya disajikan dalam
Tabel 2. pada Halaman 3.
D. Diagram Alir
C. Grafik
Diagram Alir (flowchart) pada percobaan ini ditunjukkan
oleh Gambar. 3. pada Halaman 2.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM II - 01111840000041 (1-4) 3

Adapun kurva contrast terhadap variasi sudut polarisasi Dari analisis perhitungan diketahui bahwa semakin tinggi
dari tiap bahan uji hasil analisis perhitungan ditunjukkan nilai contrast dari potret citra spekel, semakin tinggi nilai
oleh Gambar. 2. pada Halaman 2. kekasaran suatu bahan. Diketahui kekasaran tisu paling
rendah dengan rerata nilai contrast sebesar 0,061. Kertas
Tabel 1. HVS sedikit lebih kasar dengan rerata nilai contrast sebesar
Data percobaan hasil pengolahan potret citra spekel 0,070. Kekasaran Amplas 2000 mesh paling rendah di
No Sudut Standar antara amplas lainnya namun jauh lebih kasar dari kertas
Bahan Mean
. Polarisasi Deviasi HVS dan tisu dengan rerata nilai contrast sebesar 0,258.
Amplas 1500 mesh sedikit lebih kasar dengan rerata nilai
1 0˚ 25,743 83,574
2 30˚ 25,868 77,311 contrast sebesar 0,265. Dan amplas 80 mesh menjadi bahan
3 Amplas 80 mesh 60˚ 27,400 61,239 uji paling kasar dengan rerata nilai contrast sebesar 0,383.
4 90˚ 28,889 65,256
5 0˚ 25,293 97,277 Tabel 2.
6 30˚ 25,738 95,936 Hasil analisis perhitungan data percobaan
7 Amplas 1500 60˚ 24,574 91,419
mesh 111,07
8 90˚ 29,276 No. Bahan Sudut Polarisasi Contrast
9
1 0˚ 0,308026420
9 0˚ 21,213 91,657
2 30˚ 0,334596629
10 30˚ 23,128 88,382 Amplas 80 mesh
Amplas 2000 3 60˚ 0,447427293
101,22
11 mesh 60˚ 27,122 4 90˚ 0,442702587
4
12 90˚ 23,624 86,764 5 0˚ 0,260010074
6 30˚ 0,268283022
177,08 Amplas 1500 mesh
13 0˚ 10,578 7 60˚ 0,268806266
0
8 90˚ 0,263560169
169,06
14 30˚ 13,321
4 9 0˚ 0,231438952
HVS 181,63
15 60˚ 11,867 10 30˚ 0,261682243
7 11 Amplas 2000 mesh 60˚ 0,267940409
188,33 12 90˚ 0,272278825
16 90˚ 14,414
2
13 0˚ 0,059735713
191,78 14 30˚ 0,078792647
17 0˚ 13,479
0 15 HVS 60˚ 0,065333605
200,92 16 90˚ 0,076535055
18 30˚ 10,990
5
Tisu 194,00 17 0˚ 0,070283658
19 60˚ 11,951
3 18 30˚ 0,054697026
193,23 19 Tisu 60˚ 0,061602140
20 90˚ 11,378
0 20 90˚ 0,058883196

D. Pembahasan
Kekasaran permukaan suatu bahan pada tingkatan Dari grafik yang memperlihatkan hubungan antara nilai
mikroskopisnya, dapat diketahui dengan metode pencitraan contrast dengan sudut polarisasi sumber cahaya tidak dapat
spekel. Metode pencitraan spekel ini memanfaatkan sifat- disimpulkan dengan jelas hubungan keduanya.
sifat dasar cahaya yang dapat terpolarisasi, dipantulkan, dan Ketidakjelasan hubungan keduanya dikarenakan data yang
berinterferensi. Sumber cahaya dilewatkan pada suatu bersifat fluktuatif. Sudut-sudut polarisasi bergantian
polarisator agar didapat sudut datang yang pasti dari sumber menghasilkan nilai contrast tertinggi pada satu bahan uji
cahaya. Di belakang polarisator diletakkan bahan uji namun bukan yang tertinggi pada bahan uji lainnya. Hal ini
sehingga tersinari sumber cahaya tersebut. Bahan dengan menunjukkan keacakan pola spekel yang terbentuk dan
permukaan yang tidak rata akan memantulkan kembali keacakan struktur mikroskopis dari bahan dengan
cahaya secara berhamburan. Hamburan pantulan-pantulan permukaan kasar.
cahaya tersebut dapat mengalami interferensi jika sumber
cahayanya koheren. Terdapat dua kemungkinan interferensi
IV. KESIMPULAN
yang terjadi, yaitu interferensi konstruktif dan interferensi
destruktif. Interferensi konstruktif akan menghasilkan pola Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan
terang berintensitas tinggi, sedangkan interferensi destruktif kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai contrast dari potret
akan menghasilkan pola gelap berintensitas rendah. Pola citra spekel, semakin tinggi nilai kekasaran suatu bahan.
terang-gelap yang terbentuk akan menyebar secara acak Bahan uji dengan nilai kekasaran rendah sampai tinggi di
sehingga pada permukaan bahan akan nampak pola bintik- antaranya tisu yang memiliki rerata nilai contrast sebesar
bintik terang. Pola bintik yang nampak itulah yang 0,061, kertas HVS yang memiliki rerata nilai contrast
dimaksud dengan pola spekel. Pola bintik akan nampak sebesar 0,070, amplas 2000 mesh yang memiliki rerata nilai
semakin jelas apabila bahan memiliki kekasaran yang contrast sebesar 0,258, amplas 1500 mesh yang memiliki
semakin tinggi karena perbedaan intensitas dari pola terang rerata nilai contrast sebesar 0,265, dan amplas 80 mesh yang
dan pola gelap akan semakin besar. Karena adanya syarat memiliki rerata nilai contrast sebesar 0,383.
sumber cahaya yang koheren agar terjadi interferensi, maka
pada percobaan ini dipakai sumber cahaya dari Laser He-
Ne.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM II - 01111840000041 (1-4) 4

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Laboratorium Optoelektronika Departemen Fisika ITS yang
telah menyediakan tempat untuk melakukan praktikum (a) (b) (c) (d)
sehingga praktikum dapat dilaksanakan dengan baik, asisten Gambar. L-6. Histogram hasil pengolahan potret citra spekel pada amplas
praktikum Laboratorium Optoelektroika, Arifah Cardinalia 2000 mesh dengan sudut polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.
dan Umi Latifah, yang selalu membimbing penulis dalam
melakukan praktikum dari awal hingga akhir praktikum, dan
teman-teman satu kelompok yang membantu dalam
pelaksanaan praktikum dan pengambilan data praktikum.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
sehingga pada akhirnya penulisan laporan praktikum ini (a) (b) (c) (d)
dapat terselesaikan. Gambar. L-7. Potret citra spekel pada kertas HVS dengan sudut polarisasi
(a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.

DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Mikrajuddin, Fisika Dasar II, Bandung: ITB, 2017.
[2] H. Eugene, Optics, 5th ed. Boston: Pearson, 2017.
[3] Muchiar dan M. M. Kisman, “Visualisasi Simpangan Getaran dengan
Metode Interferometri Pola Spekel Elektronik”, Jurnal Teknologi (a) (b) (c) (d)
Universitas Muhammadiyah Jakarta, vol. 7, no. 2, pp. 72-75, Jul. Gambar. L-8. Histogram hasil pengolahan potret citra spekel pada kertas
2015. HVS dengan sudut polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.
[4] Tim Dosen Optika, Optika, Surabaya: Departemen Fisika, FSains-
ITS, 2019.
[5] Y. D. Hugh and F. A. Roger, Sears and Zemansky’s University
Physics with Modern Physics, 14th ed. Boston: Pearson, 2016.

LAMPIRAN (a) (b) (c) (d)


Gambar. L-9. Potret citra spekel pada tisu dengan sudut polarisasi (a) 0˚,
Adapun lampiran pendukung Laporan adalah sebagai (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.
berikut:

(a) (b) (c) (d) (a) (b) (c) (d)


Gambar. L-1. Potret citra spekel pada amplas 80 mesh dengan sudut Gambar. L-10. Histogram hasil pengolahan potret citra spekel pada tisu
polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚. dengan sudut polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.

(a) (b) (c) (d)


Gambar. L-2. Histogram hasil pengolahan potret citra spekel pada amplas
80 mesh dengan sudut polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.

(a) (b) (c) (d)


Gambar. L-3. Potret citra spekel pada amplas 1500 mesh dengan sudut
polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.

(a) (b) (c) (d)


Gambar. L-4. Histogram hasil pengolahan potret citra spekel pada amplas
1500 mesh dengan sudut polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.

(a) (b) (c) (d)


Gambar. L-5. Potret citra spekel pada amplas 2000 mesh dengan sudut
polarisasi (a) 0˚, (b) 30˚, (c) 60˚, dan (d) 90˚.

Anda mungkin juga menyukai