Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK DISENTISISASI

SISTEMATIS

Mata Kuliah
Mikro Konseling
 Merupakan salah satu teknik terbaru dan terpopuler untuk merubah
tingkah laku konseli. Teknik ini diyakini secara empiris berhasil, dan
hanya memerlukan waktu yang pendek untuk mencapai perubahan
tingkah laku yang spesifik.
 Kegunaan teknik ini adalah untuk merubah tingkah laku yang spesifik.
Teknik disentisisasi sistematis meliputi tiga komponen yaitu : (1) latihan
relaksasi otot (penenangan) (2) penentuan dan penyusunan rangsangan
sesuai dengan tingkat kualitas kecemasan yang ditimbulkan (3)
pemasangan cara penenangan dengan tingkat kecemasan.
Langkah-langkah pelaksanaan teknikng

a. Menganalisa tingkah laku konseli. Analisa tingkah laku konseli perlu dilakukan
untuk (1) meyakinkan dan menyadarkan konseli bahwa kecemasannya yang
tidak masuk akal atau berlebihan itu merupakan hasil belajar. Oleh
karenanya, untuk menghilangkannya diperlukan pula proses belajar (2)
meyakinkan konseli bahwa teknik disentisisasi sistematis merupakan cara yang
tepat dan bermanfaat untuk merubah tingkah lakunya (3) menjadikan konseli
benar-benar memahami seluruh proses atau prosedur pelaksanaan keseluruhan
teknik sehingga diperoleh kerja sama antara konselor dan konseli dalam
melaksanakan instruksi dan kegiatan yangdilakukan konseli (4) memperoleh
data yang dapat dipergunakan untuk merumuskan reaksi kecemasan yang
akan didisentisisasi (5) mengetahui unsur-unsur yang disentisisasikan untuk
mengatasi kecemasan.
b. Melibatkan konseli dalam proses mempelajari situasi yang menimbulkan
kecemasan
c. Menyusun rangsangan berdasarkan urutan intensitas kecemasan yang
ditimbulkan
d. Melaksanakan penenangan otot mulai dari penenangan pikiran, otot leher,
bahu, tangan, perut dan sampai ke kaki
e. Memberikan rangsangan yang menimbulkan hierarki kecemasan, mulai dari
reaksi kecemasan paling rendah sampai yang paling tinggi
f. Melibatkan konseli dalam menyusun rangsangan sesuai dengan hierarki
kecemasanya yang timbul
g. Meminta konseli membayangkan kekuatan atau intensitas kecemasan yang
ditimbulkan dalam setiap situasi ransangan dengan menggunakan skor 0-
100. Hal ini memungkinkan konselor membedakan rangkaian peningkatan
kecemasan yang ditimbulkan oleh rangsangan tahap demi tahap.

Rangsangan hendaknya disusun dari reaksi kecemasan tidak ada (0) sampai
reaksi kecemasan paling tinggi (100). Hierarki kecemasan harus senyata dan
sekonkrit mungkin dalam menghadapi situasi yang mencemaskan seperti situasi,
orang, waktu, dan tempat.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh konselor dalam menyusun urutan
rangsangan yaitu :
1) Hierarki harus sesuai dengan sifat konseli. Oleh karenanya penyusunan hierarki
sangat individual, meskipun pengalaman konselor dengan konseli sebelumnya
dapat memberikan petunjuk
2) Perhatikan sejarah kehidupan psikologis konseli
3) Perhatikan respon konseli terhadap daftar kecemasan (fear schedule)
4) Perhatikan materi yang diperoleh dari wawancara

Jika konseli menemui kesulitan untuk melakukannya, maka konselor perlu menolong
konseli melatih emosi dan tingkah laku yang mengisi suasana itu. Proses tersebut
dinamakan “cognitive rehearsal”.
Contoh :
Rumusan hirarki kecemasan menghadapi tes. Bayangkan :
1) Anda bangun pagi hari dimana tes akan dilaksanakan
2) Pikirkan tentang tes
3) Bayangkan anda berada dalam kelas yang siap untuk tes
4) Bayangkan anda sedang memperbincangkan dengan teman
sekelas tentang cara menjawab pertanyaan tes yang akan
dilaksanakan
5) Bayangkan anda sedang berjalan memasuki kelas untuk ujian
6) Bayangkan anda sedang duduk di dalam kelas dan dosen sedang
membagikan kertas soal
7) Bayangkan anda sedang melihat pertanyaan ujian dan mencoba
menjawabnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai