DISENTISISASI SISTEMATIS
Oleh :
Dosen Pengampu:
2021
Teknik Desentisasi Sistematis
sistematis yaitu teknik yang dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa
yang bisa membuatnya cemas secara dengan sedikit demi sedikit yang diberikan
secara terus- menerus sampai siswa tersebut tidak merasakan kecemasaa lagi.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa teknik ini digunakan untuk mengurangi
kecemasan dengan menghapus respons yang tidak diinginkan siswa yaitu melalui
stimulus pemicu kecemasan. Dari hal ini dapat dipahami bahwa teknik ini melatih
untuk tetap rileks dan nyaman meski dihadapkan pada hal yang memicu kecemasan.
Hal itu dilaksanakan secara bertahap dari tingkat paling rendah hingga paling tinggi.
c. Dari pernyataan yang telah dibahas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
pendekatan behavioristik yang mana siswa diberikan pelatihan untuk tetap nyaman
secara bertahap yang mana siswa membayangkan suatu hal yang menegangkan dan
kemudian diminta untuk tetap rileks sampai padakondisi yang paling mencemaskan.
bertahap mulai dari kecemasan yang paling rendah sampai pada yang paling tinggi.
1
d. Tujuan Teknik Desensitisasi Sistematik Sebagaimana merujuk pada pengertian yang
agar tetap merasa nyaman.Adapun sebagaimana mengutip dari Latipun, bahwa tujuan
teknik desensitisasi sistematik ialah untuk melatih konseli tetap rileks dengan
dipahami bahwa teknik ini bertujuan agar siswa tetap merasa nyaman meski
konseli untuk dapat memberikan respons yang tidak konsisten terkait dengan
kondisi nyaman bagi konseli. Tujuaan teknik desentisasi sitematis yang lain adalah:
3) Menenangkan klien dari keteganggan yang dialami dengan cara mengajarkan klien
untuk rileks.
4) Menghapus tingkah laku negative seperti kecemasan. Dengan demikian teknik ini
diberikan agar siswa yang mengalami kecemasan dapat segera hilang, jika teknik ini
orang yang mengalami kecemasan itu bisa merubah rasa ketakutannya tersebut
sehingga dia merubah dari yang berfikir negative ke positif. Walker menyatakan
tujuan dari teknik disentisasi sistematis yaituDigunakan apabila konseli merasa takut
dengan hal tertentu seperti takut menghadapi ujian, takut menghadapi operasi, dan
2
takut naik pesawat terbang. Selain itu juga digunakan untuk seseorang yang
walker tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwaasannya tujuan dari teknik ini
yaitu untuk mengatasi siswa yang mengalami kecemasan ketika akan melaksanakan
ujian akhir, yang mana siwa akan selalu merasa was-was dengan keadaan yang akan
dialaminya.
2. Menyusun hierarki secara bersama antara konselor dan tetstee mengenai situasi yang
menimbulkan kecemasan dimulai dari tingkat paling rendah sampai dengan paling
tinggi. Kecemasan siswa disusun secara sistematis sehingga mudah dalam pemberian
stimulus yang secara bertahap menghasilkan responsyang berbeda. Hal ini karena
3. Memberikan latihan relaksasi otot dimulai dari lengan sampai dengan kaki yakni
secara spesifik dimulai dari lengan, kepala, leher, bahu, bagian belakang, perut, dada
serta anggota badan bagian bawah yang lainnya. Relaksasi dilakukan untuk
menciptakan kondisi yang nyaman bagi siswa baik secara fisik maupun mental.
3
5. testee diminta menutup mata dan membayangkan suatu hal yang mencemaskan dari
6. testee diminta untuk membayangkan situasi yang menyenangkan apabila pada suatu
relaksasi kepada testee, testee yang awalnya merasa tegang dengan keadaan lama-
kelamaan akan tidak merasa cemas dan takut untuk menghadapi suatu ancaman yang
diterimanya. Tahapan yang harus dilalui oleh konseli selain dari Willis diantaranya
sebagai beriku :
1. Konselor menjelaskan kepada konseli bahwa proses perubahan tingkah laku tidak
akan berhasil jika konseli tidak mempunyai keyakinan bahwa masalahnya itu
3. Konseli diajak untuk menyusun suatu daftar kejadian yang berhubungan dengan
5. Konselor diminta untuk mengepalkan tangannya ketika merasa tidak enak. Bila
konseli bisa mengatasi rasa tidak enaknya tersebut maka konseli diminta untuk
4
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Fobia
Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap
suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang
merupakan salah satu tipe dari gangguan ansieas dan dibedakan dalam tiga jenis
berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan yaitu Agorafobia, Fobia khas, dan Fobia
Sosial.
Pengertian Claustrophobia
Klaustrofobia merupakan salah satu jenis fobia, di mana seseorang memiliki rasa
takut yang berlebih terhadap tempat tertutup. Secara umum, merasa takut saat
terperangkap sebenarnya merupakan hal yang normal –dengan catatan bila terdapat
ancaman yang benar adanya. Akan tetapi, orang dengan klaustrofobia dapat merasakan
ketakutan pada situasi berada di ruang tertutup tanpa terdapatnya tanda bahaya yang
menghindari ruang tertutup –seperti lift, terowongan, kereta bawah tanah, toilet umum,
Sebagian orang dengan klaustrofobia mengalami ansietas yang ringan saat berada di
tempat tertutup, dan sebagian lainnya dapat mengalami ansietas yang berat dan bahkan
serangan panik. Perasaan yang paling sering dialami adalah rasa takut akan kehilangan
kendali.
5
Kriteria Diagnosis
F 40.0 Agorafobia
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan)
setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang/keramaian , tempat umum, bepergian
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita
menjadi “house-bound”)
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
b. Ansietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
6
F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
b. Ansietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly spesific
situations); dan
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti halnya
1. Agorafobia
A. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi darinya kemungkinan meloloskan
diri adalah sulit (atau merasa malu) atau saat mungkin tidak terdapat pertolongan jika
mendapat serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak diharapkan atau secara
seperti di luar rumah sendirian; berada ditempat ramai atau berdiri di sebuah barisan,
berada di atas jembatan atau bepergian dengan bis, kereta, atau mobil.
B. Situasi dihindari (misalnya jarang bepergian) atau jika dilakukan dengan penderitaan
yang jelas atau dengan kecemasan mendapat serangan panik atau gejala mirip panik
C. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi sosial karena takut
7
gangguan obsesif-kompulsif (misalnya menghindari kotoran pada seseorang dengan
stimuli yang berhubungan dengan stresor yang berat) atau gangguan cemas perpisahan
Catatan: Agorafobia bukanlah suatu gangguan yang diberi kode, catatlah diagnosis
yang spesifik saat agorafobia terjadi misalnya gangguan panik dengan agorafobia atau
2. Fobia khas
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditandai oleh
adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik (misalnya, naik pesawat
B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan segera, dapat
berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau predisposisi oleh situasi.
D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau
akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6bulan.
8
G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan objek atau
situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti Gangguan
karena takut merasa malu), Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau Agorafobia
Sebutkan tipe :
• Tipe Binatang
3. Fobia Sosial
A. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial
atau memperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau
kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak dengan
cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akan menghinakan atau memalukan.
Catatan : pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuan sesuai usianya untuk
melakukan hubungan sosial dengan orang yang telah dikenalnya dan kecemasan hanya
terjadi dalam lingkungan teman sebaya, bukan dalam interaksi dengan orang dewasa.
9
B. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan kecemasan,
dapat berupa seragan panik yang berhubungan dengan situasi atai dipredisposisi oleh
situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis tantrum diam
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara
aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit bulan.
G. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum dan tidak
lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya, Gangguan Panik Dengan
H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannya misalnya
takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau memperlihatkan
Sebutkan Jika :
Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga pertimbangkan
10
Etiologi
traumatis muncul untuk memicu gangguan kecemasan pada orang yang sudah rentan
untuk menjadi cemas, dapat juga diakibatkan oleh penyebab medis yaitu untuk
sejumlah besar orang yang memiliki kecemasan terkait dengan masalah kesehatan yang
mendasarinya.
dapat diakibatkan beberapa hal. Menurut Durand & Barlow (2005), ada beberapa
a. Traumatic event
Kebanyakan orang yang mengalami fobia khas disebabkan oleh kejadian trauma.
Contohnya jika kita digigit oleh anjing, maka kita akan menjadi fobia terhadap anjing.
b. Information transmition
Seseorang dapat mengalami fobia khas karena sering mengingat sesuatu yang
berbahaya. Misalnya seorang wanita mengalami fobia terhadap ular, padahal wanita
tersebut belum pernah bertemu dengan ular. Tetapi, ia sering dibilang atau mendengar
bahwa akan ada ular yang berbahaya di rumput yang tinggi. Hal ini membuat wanita
11
c. Sosial dan Kultural
Faktor ini sangat kuat dapat mempengaruhi seseorang mengalami fobia khas. Dalam
masyarakat tidak dapat diterima jika seorang laki-laki menunjukkan ketakutan dan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena
penyebabnya
1. Lingkungan
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman
yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan
rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh
dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam
rumah
b. Lingkungan Sosial
12
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan
individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan
munculnya kecemasan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan
rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
3. Sebab-sebab fisik
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,
semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi
timbulnya kecemasan.
arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada
individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan. Rasa cemas juga dapat
timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya, kecemasan ini lebih
dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran
13
Penatalaksanaan
A. Terapi psikologik
a. Terapi Perilaku merupakan terapi yang efektif. Seperti terapi desensitisasi yang sering
asal dari fobia, fenomena tujuan sekunder, dan peranan daya tahan dan memungkinkan
pasien mencari cara yang sehat dalam menghadapi stimuli yang menyebabkan
kecemasan. Psikoterapi ini dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk mengatasi
kegelisahan. Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis
pikiran dan perilaku negatif dan menggantinya dengan yang positif. Pada pasien yang
memilki kecemasan akan fobia terhadap sesuatu dapat dilakukan dengan terapi rasional
emotif tingkah laku. Terapi ini didefinisikan berupa terapi yang berusaha
menghilangkan cara berfikir klien yang tidak logis dan irasional, dan menggantinya
dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara menyerang, menentang,
c. Terapi lain seperti hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira, Sylvia D. 2010. Buku Ajar Psikiatri. In: J Elizabeth Kandou. Fobia. Badan
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.
4. WOLMAN, Benjamin B, George Stricker. Anxiety and Related Disorder. New York:
5. Gentry, WD. Handbook of behavioral medicine. New York: The Guilford Press;1994
15