Anda di halaman 1dari 18

 K  U  I T  A  S
A.   Pendahuluan
kuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi liabilitas. Dengan kata lain,

E ekuitas merupakan aset bersih (net assets) entitas atau selisih antara total aset dan total
liabilitas. Atau instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan
entitas dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain. Ekuitas sebagai bagian hak
pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi
mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta
pendirian yang berlaku. [1]
Ekuitas entitas terkait dengan bentuk hukum entitas, yaitu entitas perorangan
(proprietorships), persekutuan (partnerships), dan korporasi atau perseroan (corporations).
Dalam kasus entitas perorangan, ekuitas pemilik pada aset disajikan pada sebuah akun modal
tunggal. Saldo akun ini adalah hasil akumulasi dari investasi pemilik, penarikan oleh pemilik, dan laba
atau rugi periode lalu. Di dalam persekutuan, akun modal dibentuk untuk masing-masing mitra/sekutu
(partner). Saldo akun modal mengikhtisarkan jumlah investasi, penarikan, dan bagian dari laba atau
rugi periode  lalu untuk masing-masing sekutu dan akun ini mengukur modal masing-masing sekutu
dalam aset entitas. Dalam sebuah perseroan (Perseroan Terbatas – PT), selisih antara aset dan
liabilitas disebut sebagai ekuitas pemegang saham (stockholders’   atau shareholders’ equity) atau
ekuitas pemilik (owners’ equity), atau modal korporasi (corporate capital).
Penyajian ekuitas di laporan posisi keuangan pada entitas perseroan terdiri atas:
a.    Modal kontribusi atau modal disetor (contributed capital – paid in capital).  Pada  umumnya
disajikan dalam dua bagian, yaitu: (1) modal saham (capital stock – share capital), dan
(2) tambahan modal disetor atau agio saham (additional-paid in capital or share
premium).  Modal saham terdiri dari saham preferen dan saham biasa, sedangkan  tambahan modal
disetor merupakan investasi pemegang saham dari pembayaran yang melebihi nilai nominal saham.
Tambahan modal disetor juga dipengaruhi oleh berbagai transaksi seperti pembelian/perolehan
kembali saham, dividen saham, pelunasan saham, dan konversi saham.
b.    Saldo laba (retained earnings). Jumlah laba periode lalu yang tidak dibagikan kepada pemegang
saham dilaporkan sebagai saldo laba.
c.     Saham treasuri (treasury stock).  Pada saat entitas membeli kembali sahamnya, maka pembelian
kembali saham tersebut sebagai “saham beredar yang diperoleh kembali” atau “saham treasuri.”
Jumlah yang dibayar untuk membeli kembali saham treasuri tersebut disajikan sebagai pengurang
ekuitas pemegang saham.
d.    Ekuitas lain (others equity).  Merupakan jumlah pos-pos  yang berkaitan dengan pendapatan
komprehensif lain. Komponen ekuitas lain merupakan komponen  laba rugi komprehensif yang terdiri
dari:
i.      Perubahan dalam surplus revaluasi;
ii.     Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui;
iii.   Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing;

iv.   Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai
tersedia untuk dijual; dan
v.    Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai arus kas.
e.    Kepentingan non-pengendali (non-controlling interest).  Merupakan bagian ekuitas entitas anak
yang tidak dimiliki oleh entitas induk.
 Jika tidak memiliki entitas anak, maka tidak terdapat akun kepentingan nonpengendali.  Sehingga
komponen ekuitas terdiri dari: modal disetor, tambahan modal disetor, saldo laba, dan komponen
ekuitas lain.
Beberapa istilah yang terkait dengan ekuitas, yaitu (1) modal dasar (modal saham yang diotorisasi
– authorized shares capital) didefinisikan sebagai jumlah maksimum saham yang diizinkan atau
diotorisasi untuk diterbitkan sesuai dengan akta pendirian entitas,  (2) modal saham yang belum
diterbitkan (unissued shares) merupakan jumlah saham yang diotorisasi namun belum diterbitkan
atau belum ditempatkan, (3) modalsaham yang diterbitkan (issued shares) merupakan jumlah
saham yang diterbitkan atau ditempatkan (didistribusikan kepada pemegang saham), (4) modal
saham yang beredar (outstanding shares) jumlah saham yang diterbitkan dan masih di tangan
pemegang saham (diterbitkan dikurangi dengan saham treasuri – issued less treasury shares), dan
(5) saham treasuri atau saham beredar yang diperoleh kembali (treasury shares) merupakan
saham yang diterbitkan dan diperoleh kembali oleh entitas yang menerbitkan tetapi belum ditarik,
dan  (6) modal ditempatkan dan  disetor penuh (modal disetor – issued and fully
paid) merupakan jumlah saham yang telah diterbitkan atau ditempatkan  dan disetor penuh oleh
pemegang saham.
B.    Jenis-jenis  Saham
Pada saat perseroan terbatas berdiri biasanya hanya diterbitkan satu jenis saham yang disebut
dengan saham biasa (ordinary shares – common stocks). Entitas kemudian menyadari adanya
keuntungan dengan menerbitkan satu atau lebih jenis saham lainnya dengan prioritas dan hak-hak
yang berbeda. Saham dengan hak-hak tertentu yang melebihi saham biasa disebut dengan saham
preferen (preference shares – preferred stocks).
1.    Saham Biasa
Pemegang saham biasa dari suatu perseroan terbatas dapat disebut pemilik sesungguhnya dari
perseroan tersebut. Jika kinerja entitas buruk, pemegang saham biasa dapat kehilangan sebagian
atau seluruh investasinya karena mereka dapat menerima bagian kas dari entitas hanya setelah
kewajiban terhadap semua pihak-pihak lain (seperti kreditor, karyawan, pemerintah, dan pemegang
saham preferen) telah dipenuhi. Sebaliknya jika kinerja entitas baik, pemegang saham biasa dapat
memperoleh keuntungan karena mereka memiliki seluruh aset entitas setelah dikurangi liabilitas yang
harus dipenuhi kepada pihak lain. Singkatnya, pemegang saham biasa memiliki risiko yang lebih
besar, namun mereka juga dapat memperoleh imbalan  yang lebih tinggi pula pada investasi mereka.
Di luar batasan-batasan yang ada dalam anggaran dasar entitas, ada hak-hak dasar tertentu yang
dimiliki setiap pemegang saham biasa. Hak-hak tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan tertentu entitas seperti
rencana kompensasi manajemen atau akuisisi entitas yang besar.
b.    Memelihara proporsi kepemilikan saham dalam entitas melalui pembelian saham biasa tambahan jika
dan ketika saham tambahan tersebut diterbitkan. Hak ini disebut dengan hak memesan efek terlebih
dahulu - HMETD (preemptive right) dan menjamin bahwa persentase kepemilikan pemegang
saham biasa dari seorang pemegang saham tidak terdilusi tanpa dikehendaki olehnya.
2.    Saham Preferen
Saham preferen adalah saham dengan kelas khusus yang memiliki beberapa preferensi atau
kelebihan atau fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik berikut adalah yang paling
penting dengan penerbitan saham preferen:
a.    Preferensi atas dividen.
b.    Preferensi atas aset pada saat likuidasi.
c.     Dapat dikonversi menjadi saham biasa.
d.    Tidak mempunyai hak suara.
Saham preferen biasanya diterbitkan dengan suatu nilai nominal atau nilai pari (par-value
shares), dan preferensi dividen dinyatakan sebagai suatu persentase dari nilai nominal. Jadi
pemegang saham preferen 8%, dengan nilai nominal Rp1.000 memberikan hak dividen tahunan
Rp80 per saham sebelum ada pembagian dividen tunai kepada pemegang saham biasa. Saham ini
biasanya disebut saham preferen 8%. Dalam kasus saham preferen tanpa nilai nominal (no-par
shares), preferensi dividen dinyatakan sebagai jumlah rupiah spesifik, misalnya Rp70 per saham.
Atau berhak memperoleh dividen sebesar Rp70 per saham sebelum dividen tunai dibayarkan kepada
pemegang saham biasa. Saham ini umumnya disebut saham preferen Rp70.
Karakterisitik paling umum yang melekat pada saham preferen adalah:
a.    Saham preferen kumulatif dan non-kumulatif.
b.    Saham preferen partisipasi.
c.     Saham preferen konvertibel.
d.    Saham preferen yang dapat ditarik.
e.    Saham preferen yang dapat ditebus.

C.    Akuntansi Penerbitan Saham


Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan saham adalah: (1) akuntansi untuk saham dengan nilai
nominal dan tanpa nilai nominal, (2) akuntansi untuk saham yang  diterbitkan secara pesanan, (3)
akuntansi untuk saham yang diterbitkan  dalam transaksi nonkas, (4) akuntansi untuk biaya penebitan
saham.
1.    Penebitan secara tunai
Saham dapat diterbitkan dengan nilai nominal tanpa nilai nominal dengan nilai dinyatakan, serta
tanpa nilai nominal dan tanpa nilai dinyatakan.
a.    Saham dengan nilai nominal
Asumsikan PT Jayakarta menerbitkan 4.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal sebesar
Rp10.000 pada tanggal 1 April 2013 dengan nilai sebesar Rp45.000.000 tunai. Jurnal untuk mencatat
transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
45.000.000
 Saham  Biasa 40.000.000
Tambahan Modal Disetor 5.000.000

b.    Saham tanpa nilai nominal


Jika, dalam contoh tersebut, saham biasa tidak memiliki nilai nominal, tetapi memiliki nilai dinyatakan
atau nilai ditetapkan sebesar Rp10.000, maka jurnalnya akan sama saja. Namun, jika tidak ada nilai
ditetapkan, seluruh kas yang diterima pada penjualan saham dicatat dengan mengkredit akun modal
saham, dan tidak ada tambahan modal disetor atau agio saham tersebut. Dengan mengasumsikan
saham PT Jayakarta adalah saham biasa yang tidak memiliki nilai nominal maupun nilai ditetapkan,
jurnal untuk mencatat penjualan 4.000 lembar seharga Rp45.000.000 adalah sebagai berikut.
45.000.000
Saham  Biasa 45.000.000
Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa. Bila
jumlah yang diterima dari penerbitan saham tersebut lebih besar daripada nilai nominalnya, selisih
yang terjadi dicatat pada akun Tambahan Modal Disetor  atau Agio Saham (Additonal Paid-in
Capital in Excess of Par atau  Share   Premium).
Sebagai ilustrasi, misalkan PT Jayakarta menerbitkan 10.000 lembar saham preferen dengan nilai
nominal Rp10.000 seharga Rp12.000 per saham. PT Jayakarta mencatat penerbitan ini sebagai
berikut.
Kas 120.000.000
Saham  Preferen 100.000.000
Tambahan Modal Disetor 20.000.000

2.    Saham yang Diterbitkan Berdasarkan Pesanan


Saham dapat diterbitkan berdasarkan pesanan. Suatu pesanan (subscription) adalah kontrak hukum
yang mengikat antara pemesan atau pembeli saham (subscriber) dan entitas (penerbit saham). Suatu
pesanan membuat enitas mempunyai hak – hak tertentu sebagai pemegang saham kecuali jika hak-
hak tertentu sebagai pemegang saham ditahan oleh hukum atau oleh kontrak. Biasanya, sertifikat
saham yang membuktikan besarnya kepemilikan tidak akan diterbitkan sampai seluruh harga
pesanan telah diterima entitas.
Jurnal berikut mengilustrasikan pencatatan penerbitan saham yang dijual berdasarkan pesanan.
1-30 November: Menerima pesanan 5.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal sebesar
Rp1.000 dan harga jual sebesar Rp12.500 per lembar saham, dengan 50% dibayar di muka,
sedangkan sisanya dibayar 60 hari kemudian.
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa 62.500.000
Saham Biasa yang Dipesan 5.000.000
Tambahan Modal Disetor 57.500.000
Kas 31.250.000
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa 31.250.000

1-31 Desember: Menerima pelunasan setengah dari sisa piutang pesanan saham dan
menerbitkan saham kepada pemesan saham yang telah membayar penuh sebanyak 2.500
lembar.

Kas 15.625.000
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa 15.625.000
Saham Biasa yang Dipesan 2.500.000
Saham Biasa 2.500.000
Modal disetor merupakan jumlah yang akan dilaporkan dalam seksi ekuitas pada laporan posisi
keuangan tanggal 31 Desember sebagai berikut.
Ekuitas
Modal Disetor
Saham Biasa, nilai nominal Rp1.000, 2.500 lembar ditempatkan
dan disetor Rp  2.500.000
Saham Biasa yang Dipesan, 2.500 lembar        2.500.000
Tambahan Modal Disetor      57.500.000
Rp62.500.000
Dikurang: P i utang kepada Pemesan Saham Biasa     (15.625.000)
Total Modal Disetor Rp46.875.000
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa normalnya tidak boleh disajikan sebagai aset, tetapi sebagai
pengurang ekuitas.
Jika pemesan membatalkan pesanan karena gagal membayar sisa pesanan ketika jatuh tempo,
entitas dapat (1) mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan, (2) mengembalikan
jumlah yang telah dibayarkan dikurangi biaya yang terjadi pada saat menjual kembali saham tersebut,
(3) menyatakan jumlah yang dibayarkan oleh pemesan telah hangus dan mencatat jumlah yang telah
dibayarkan sebagai tambahan dari pembatalan penjualan saham, dan (4) menerbitkan saham yang
sebanding dengan jumlah pembayaran yang telah dilakukan.
3.    Saham yang Diterbitkan dalam Transaksi Nonkas
Saham yamg diterbitkan sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan aset
nonkas atau  pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar aset atau nilai wajar saham yang
bersangkutan, tergantung mana yang lebih jelas. Jika nilai wajar saham yang diterbitkan dan aset
atau jasa yang diterima belum dapat ditentukan, maka seharusnya digunakan teknik penilaian yang
tepat, misalnya melalui entitas penilai.
Serangkaian transaksi berikut mengilustrasikan prosedur pencatatan penerbitan 10.000 lembar
saham biasa dengan nilai nominal Rp10.000 yang ditukar dengan tanah pada PT Angkasa Pura
dalam berbagai keadaan.
1.     Nilai wajar tanah belum dapat ditentukan oleh PT Angkasa Pura, tetapi nilai  wajar saham
diketahui sebesar Rp140.000.000.
Tanah 140.000.000
Saham Biasa  100.000.000
Tambahan Modal Disetor 40.000.000

2.     Nilai wajar saham belum dapat ditentukan oleh PT Angkasa Pura, tetapi nilai wajar tanah
diketahui sebesar Rp150.000.000.
Tanah 150.000.000
Saham Biasa 100.000.000
Tambahan Modal Disetor 50.000.000

3.     Nilai wajar saham maupun nilai wajar tanah belum diketahui oleh PT Angkasa Pura. Konsultan
independen menetapkan nilai tanah sebesar Rp125.000.000 berdasarkan pada arus kas
didiskontokan yang diharapkan.
Tanah 125.000.000
Saham Biasa 100.000.000
Tambahan Modal Disetor 25.000.000

4.    Biaya Penerbitan Saham


Entitas umumnya membayar berbagai biaya dalam penerbitan atau perolehan kembali instrumen
ekuitasnya (saham). Biaya penerbitan saham atau biaya emisi saham (share issuance costs) antara
lain berupa biaya pendaftaran dan komisi lain yang ditetapkan, biaya yang dibayarkan kepada
penasehat hukum, dan penasehat profesional lain, biaya percetakan dan meterai. Biaya yang timbul
dari transaksi ekuitas dicatat sebagai pengurang ekuitas (pengurang tambahan modal
disetor)  sepanjang biaya tersebut merupakan biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan transasksi ekuitas, tetapi diabaikan jika tidak dapat diatribusikan secara langsung.
Biaya transaksi ekuitas yang diabaikan tersebut diakui sebagai beban.
D.   Perolehan Kembali Saham Beredar
Pada saat saham entitas yang telah diterbitkan kemudian diperoleh kembali dan dipegang atas nama
entitas penerbit, saham tersebut disebut sebagai Saham yang Diperoleh Kembali (Shares
Reacquired – Shares Repurchases) atau Saham Treasuri (Treasury Shares). Jika entitas
memperoleh kembali saham yang telah diterbitkan dikurangkan dari ekuitas. Dengan kata lain, saham
treasuri tidak mengurangi jumlah saham yang diterbitkan tetapi mengurangi jumlah saham yang
beredar. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari pembelian, penjualan, penerbitan, atau
pembatalan instrumen ekuitas entitas tidak dapat diakui dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau
kerugian timbul dari aktivitas operasi, investasi entitas, dan bukan dari transaksi dengan pemegang
saham.
Saham sebuah entitas dapat diperoleh kembali untuk ditarik secara langsung atau diperoleh kembali
dan disimpan sebagai saham diperoleh kembali.
Terdapat dua metode pencatatan saham yang diperoleh kembali, yaitu: (1) metode biaya perolehan
(cost method), yang mencatat saham yang diperoleh kembali dalam satu akun ekuitas khusus
sampai saham dilepas kembali atau ditarik, dan (2) metode nilai nominal (par valuemethod), yang
mencatat pembelian saham yang diperoleh seolah-olah saham akan ditarik.
1.    Metode Biaya
Dengan metode biaya, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali
dan disajikan sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis, disajikan dalam jumlah
lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih antara harga perolehan kembali dengan nilai nominal
disajikan sebagai pengurang atau penambah akun Tambahan Modal Disetor. Jika tambahan modal
disetor menjadi defisit karena transaksi perolehan kembali, defisit tersebut dibebankan pada Saldo
Laba.
2.    Metode Nilai Nominal
Dengan metode nilai nominal, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal saham
yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akun modal saham. Apabila saham yang
diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas nilai nominal, akun Tambahan
Modal Disetor akan didebit dengan Tambahan Modal Disetor yang bersangkutan. Dalam hal jumlah
yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih
tersebut dibukukan dengan mendebit akun Saldo Laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih
kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun
Tambahan Modal dari Perolehan Kembali Saham. Metode ini lazimnya bila perolehan kembali
dilakukan dalam rangka penarikan saham dan akan dikeluarkan lagi di kemudian hari.
PT Anastasia yang baru berdiri tahun 2012 telah menerbitkan 10.000 lembar saham biasa dengan
nilai nominal Rp1, seharga Rp15 per lembar. Laba bersih adalah Rp30.000.
Kas 150.000
Saham Biasa 10.000
Tambahan Modal Disetor  140.000

2013: Memperoleh kembali 1.000 lembar saham biasa dengan harga Rp40 per lembar
Metode Biaya Metode Nilai Nominal
Modal Saham yang Diperoleh Modal Saham yang
Kembali 40.000 Diperoleh Kembali 1.000
Kas 40.000 Tambahan Modal Disetor 14.000
Saldo Laba 25.000
Kas 40.000
   1.000 x (Rp40 – Rp15) = Rp25.000

2013: Menjual 200 lembar saham yang diperoleh kembali dengan harga Rp50 per lembar
Metode Biaya Metode Nilai Nominal
Kas 10.000 Kas 10.000
Modal Saham yang Modal Saham yang
Diperoleh Kembali 8.000 Diperoleh Kembali 200
Tambahan Modal  dari Tambahan Modal
Perolehan Kembali Saham dari  Perolehan Kembali
2.000
Saham 9.800
   Karena saham yang diperoleh kembali dilepas
dengan harga yang lebih besar daripada harga
perolehannya sebesar Rp40, kelebihan tersebut
dicatat dalam akun Tambahan Modal  dari
Perolehan Kembali Saham.
   200 x Rp40 = Rp8.000

2013: Menjual 500 lembar saham yang diperoleh kembali dengan harga Rp34 per lembar
Metode Biaya Metode Nilai Nominal
Kas 17.000 Kas 17.000
Tambahan Modal  dari Modal Saham yang
Perolehan Kembali Saham Diperoleh Kembali 500
Saldo Laba 2.000 Tambahan Modal dari
Modal Saham yang 1.000 Perolehan Saham
16.500
Diperoleh Kembali Kembali
20.000
  Karena saham yang diperoleh kembali dilepas
dengan harga yang lebih kecil daripada harga
perolehannya sebesar Rp40, kelebihan tersebut
dicatat dalam akun Saldo Laba, setelah akun
Tambahan Modal  dari Perolehan Kembali Saham
didebit terlebih dahulu.
  500 x Rp40 = Rp20.000

2013: Menarik sisa 300 lembar saham yang diperoleh kembali (3% dari penerbitan awal sebesar
10.000 lembar)
Metode Biaya Metode Nilai Nominal
Saham Biasa 300 Saham Biasa 300
Tambahan Modal Disetor 4.200 Modal Saham yang
Saldo Laba 7.500 Diperoleh Kembali 300
Modal Saham yang
Diperoleh Kembali 12.000
  Sebagai alternatif, seluruh selisih sebesar
Rp11.700 antara nilai Saham Biasa dan harga
perolehan kembali saham dapat didebet ke akun
Saldo Laba.
  [300 x (Rp40 – Rp150] = Rp7.500
  (300 x Rp40 = Rp12.000

Dengan menggunakan contoh di atas dapat disajikan perbandingan kedua metode terhadap
ekuitas setelah perolehan kembali saham, tetapi sebelum pelepasan kembali atau penarikan
saham tersebut.
Perbandingan pengaruh kedua metode terhadap ekuitas
Metode Biaya Metode Nilai
Nominal
Modal Disetor
Saham Biasa Rp  10.000 Rp  10.000
Tambahan Modal Disetor     140.000     126.000
Total Modal Disetor Rp150.000 Rp136.000
Saldo Laba       30.000         5.000
Total Modal Disetor dan Saldo Laba Rp180.000 Rp141.000
Dikurang: Modal Saham yang Diperoleh Kembali       40.000          1.000
Total Ekuitas Rp140.000 Rp140.000

E.    Akuntansi untuk Dividen


Akun saldo laba merupakan tempat pertemuan antara akun-akun laporan laba rugi komprehensif dan
laporan posisi keuangan. Dalam periode-periode berikutnya, saldo laba dapat bertambah karena laba
bersih dan berkurang karena rugi bersih  dan dividen. Akibatnya, akun saldo laba mencerminkan
akumulasi laba bersih periodik setelah mempertimbangkan pembagian laba dan koreksi laba rugi
periode lalu dari suatu entitas. Ketika rugi atau pos-pos lainnya menghasilkan saldo debit, maka saldo
debit tersebut disebut defisit. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen,
kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya dicadangkan
untuk perluasan pabrik atau untuk memenuhi regulasi maupun ikatan tertentu.
 Bagian saldo laba yang dibatasi dilaporkan dalam laporan posisi keuangan secara terpisah dari
jumlah yang tidak dibatasi yang tersedia untuk dividen. Bagian yang dibatasi yang menggambarkan
pencadangan dapat ditetapkan sebagai saldo laba yang diappropriasi (appropriated retained
earnings) dan bagian yang tidak dibatasi sebagai saldo laba tidak diapproprisasi
(unappropriated retained earnings).
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu entitas secara proporsional sesuai
dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen memiliki jenis
sebagai berikut:  dividen tunai, dividen properti,  dividen likuidasi, dan dividen saham.
Ada tiga tanggal penting dalam pengakuan dan pembayaran dividen: (1) tanggal pengumuman, (2)
tanggal pencatatan, dan (3) tanggal pembayaran. Dividen terutang kepada pemegang saham yang
tercatat setelah tanggal pengumuman dan sebelum tanggal pembayaran. Kewajiban untuk utang
dividen dicatat pada tanggal pengumuman dan dihapuskan pada tanggal pembayaran. Kewajiban
yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok liabilitas lancar.
1.    Dividen Tunai
Bagi entitas, dividen tunai (cash dividends) mengurangi saldo laba dan kas. Bagi investor, dividen
tunai tersebut menghasilkan kas dan dicatat sebagai pendapatan dividen. Jurnal untuk mencatat
pengumuman dan pembayaran dividen tunai sebesar Rp100.000.000 adalah:
Pengumuman dividen
Saldo laba 100.000.000
Utang Dividen 100.000.000
Pembayaran dividen
Utang dividen 100.000.000
Kas 100.000.000

2.    Dividen Properti
Distribusi kepada pemegang saham yang terutang dalam bentuk aset selain kas disebut sebagai
dividen properti (property dividends – dividends in kind). Seringkali aset yang didistribusikan
adalah efek atau sekuritas dari entitas lain yang dimiliki oleh entitas. Dengan demikian, entitas
mentransfer kepada pemegang saham kepemilikannya di entitas lain dalam efek tersebut. Transfer ini
harus dicatat dengan menggunakan nilai wajar (pada tanggal pengumuman) atas aset yang dibagikan
dan keuntungan maupun kerugian diakui sebesar selisih antara nilai tercatat dan nilai wajar aset
entitas. Dividen properti dinilai pada nilai tercatat jika nilai wajar tidak dapat ditentukan.
Asumsikan PT Bakrie memiliki 100.000 lembar saham pada PT Jayanti, dengan nilai tercatat sebesar
Rp2.700.000 dan nilai wajar saat itu sebesar Rp3.000.000 atau sebesar Rp30 per saham. Saham
tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham. Ada 1.000.000 lembar saham PT Bakrie
yang beredar. Jadi, dividen sebesar 1/10 lembar saham PT Jayanti diumumkan akan dibagikan per
satu lembar saham PT Jayanti yang beredar. Jurnal PT Bakrie untuk pengumuman dan pembayaran
dividen adalah sebagai berikut.
Pengumuman dividen
Saldo laba 3.000.000
Utang Dividen Properti 2.700.000
Keuntungan dari Pembagian Dividen Properti 300.000
Pembayaran dividen
Utang dividen Properti 2.700.000
Investasi dalam  Saham PT Jayanti 2.700.000

3.    Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi (liquidating dividends) adalah suatu pembagian yang mencerminkan suatu
pengembalian kepada pemegang saham atas sebagian dari modal disetor. Dividen likuidasi dicatat
dengan mengurangi Tambahan Modal Disetor.
Asumsikan bahwa PT Jayanti mengumumkan dan membayar dividen tunai dan dividen likuidasi
parsial sebesar Rp150.000. Dari jumlah ini, sebesar Rp100.000 merupakan dividen tunai senilai Rp10
untuk 10.000 lembar saham biasa. Sisa sebesar Rp50.000 merupakan dividen likuidasi senilai Rp5
per lembar, yang dicatat sebagai pengurang Tambahan Modal Disetor. Jurnalnya adalah sebagai
berikut.
Pengumuman dividen
Saldo laba 100.000
Tambahan Modal Disetor 50.000
Utang Dividen 150.000
Pembayaran dividen
Utang dividen 150.000
Kas 150.000

4.    Dividen Saham
Entitas dapat membagikan saham tambahan dari entitas itu sendiri kepada para pemegang saham
sebagai dividen saham (stock dividends). Jadi, dividen saham merupakan penerbitan oleh suatu
entitas atas saham miliknya sendiri kepada pemegang saham atas dasar prorata. Suatu dividen
saham tidak mentransfer kas atau aset lain kepada para pemegang saham. Dalam akuntansi untuk
dividen saham, ada perbedaan antara dividen saham dalam jumlah kecil (small stock
dividends) dan dividen saham dalam jumlah besar (large stock dividends).

a.    Dividen dalam jumlah kecil


Dividen saham yang kurang dari 20% - 25% dari jumlah lembar saham yang beredar disebut sebagai
dividen dalam jumlah kecil. Pada dividen dalam jumlah kecil, entitas harus mentransfer dari  Saldo
Laba ke Modal Saham dan Tambahan Modal Disetor suatu jumlah yang besarnya sama dengan nilai
wajar dari saham tambahan yang diterbitkan.
Asumsikan ekuitas PT Fuji pada tanggal 1 Juli adalah sebagai berikut.
Saham Biasa, nilai nominal Rp1.000, 100.000 lembar saham
beredar Rp   100.000.000
Tambahan Modal Disetor     1.100.000.000
Saldo Laba        750.000.000
Entitas mengumumkan 10% dividen saham, atau dividen sebesar 1 lembar saham untuk tiap 10
lembar saham yang dipegang. Sebelum dividen saham diumumkan, saham tersebut dijual dengan
harga Rp22.000 per lembar. Setelah 10% dividen saham diumumkan, 1 lembar saham awal yang
bernilai sebesar Rp22.000 akan menjadi 1,1 lembar, masing-masing dengan nilai sebesar Rp20.000
(Rp22.000/1,1). Dividen saham tersebut akan dicatat pada nilai pasar dari saham baru yang
diterbitkan, atau sebesar Rp200.000.000 (10.000 lembar saham baru dengan harga setelah dividen
Rp20.000). Jurnal untuk mencatat pengumuman dividen dan penerbitan saham oleh PT Fuji adalah
sebagai berikut.
Pengumuman dividen
Saldo Laba 200.000.000
Dividen Saham yang Dapat Didistribusikan 10.000.000
Tambahan Modal Disetor 190.000.000
Pembayaran dividen
Dividen Saham yang Dapat Didistribusikan 10.000.000
Saham Biasa 10.000.000
Jika laporan posisi keuangan disiapkan setelah pengumuman dividen saham, tetapi sebelum
penerbitan saham, Dividen Saham yang Dapat Didistribusikan dilaporkan dalam komponen ekuitas
sebagai penambah modal saham beredar.
b.    Dividen dalam jumlah besar
Dividen saham yang menerbitkan lebih dari 20% - 25% dari jumlah saham yang beredar disebut
sebagai dividen saham dalam jumlah besar. Pada dividen dalam jumlah besar, nilai nominal atau nilai
dinyatakan dari saham yang baru diterbitkan akan ditransfer ke akun modal disetor dari saldo laba
atau tambahan modal disetor.
Asumsikan PT Fuji mengumumkan dividen dalam jumlah besar sebenyak 50% atau dividen sejumlah
1 lembar saham untuk 2 lembar saham yang dipegang. Jurnal pengumuman dividen dan penerbitan
50.000 lembar saham baru (100.000 x 0,50) adalah sebagai berikut.
Pengumuman dividen
Saldo Laba 50.000.000
Dividen Saham yang Dapat Didistribusikan 50.000.000
atau
Tambahan Modal Disetor 50.000.000
Dividen Saham yang Dapat Didistribusikan 50.000.000
Pembayaran dividen
Dividen Saham yang Dapat Didistribusikan 50.000.000
Saham Biasa 50.000.000

5.    Pecah Saham versus Dividen Saham


Jika suatu entitas tidak membagikan laba selama beberapa tahun dan saldo laba yang cukup besar
telah diakumulasikan, maka nilai pasar sahamnya yang beredar cenderung naik. Saham yang
diterbitkan pada harga yang lebih rendah dari Rp500 per saham dapat dengan mudah memiliki nilai
pasar yang melebihi Rp2.000 per saham. Makin tinggi harga pasar saham, makin kecil saham itu
dapat dibeli oleh beberapa investor.  Untuk mengurangi nilai pasar saham, cara yang biasa dipakai
adalah menggunakan pecah saham (stock splits atau share splits).Entitas dapat melakukan pecah
saham dengan cara mengurangi nilai nominal atau nilai dinyatakan per lembar saham dan secara
proporsional menambah jumlah lembar saham yang beredar.  
Misalnya, entitas memiliki 1.000.000 lembar saham yang beredar dengan nilai nominal Rp3.000 dapat
memecah saham dengan dasar 3 untuk 1. Setelah pemecahan, entitas memiliki 3.000.000 lembar
saham beredar dengan nilai nominal sebesar Rp1.000, dan setiap pemegang saham akan
mempunyai 3 lembar saham untuk satu lembar saham yang dipegang sebelumnya. Namun, setiap
lembar saham yang sekarang hanya mencerminkan sepertiga dari kepemilikan modal yang
sebelumnya; lebih lanjut lagi, setiap lembar saham sekarang dapat diharapkan untuk dijual kurang
lebih sepertiga dari nilai pasar sebelumnya.  
Dari sudut pandang akuntansi, tidak ada jurnal yang dicatat untuk pecah saham. Namun, suatu
catatan memorandum dibuat untuk menunjukkan bahwa nilai nominal saham telah berubah, dan
jumlah saham telah bertambah.
Ilustrasi berikut menggambarkan pecah saham 1 untuk 2, atas 1.000 lembar saham dengan nilai
nominal Rp100 dan nilai nominal itu dibagi dua setelah penerbitan saham tambahan.
Ekuitas sebelum pecah saham 1 menjadi 2 Ekuitas setelah pecah saham 1 menjadi 2
Saham Biasa, 1.000 lembar, nilai Saham Biasa, 2.000 lembar, nilai
nominal Rp100 Rp100.000 nominal Rp50 Rp100.000
Saldo laba        50.000 Saldo laba        50.000
Rp150.000 Rp150.000
Dari sudut pandang investor, suatu pecah saham dapat dipandang sama seperti dividen saham.
Walaupun dividen saham dapat dibandingkan dengan pecah saham dari sudut pandang investor,
pengaruhnya terhadap modal entitas berbeda dengan pecah saham. Dividen saham menghasilkan
penambahan jumlah saham beredar, dan, karena nilai nominal atau nilai dinyatakan tidak berubah,
saldo Modal Saham juga meningkat. Sebaliknya, pecah saham hanya membagi saldo Modal Saham
menjadi beberapa bagian, dengan cara mengurangi nilai nominal atau nilai  dinyatakan per lembar
saham. Oleh karena itu, pecah saham tidak melibatkan pemindahan akun-akun modal, maka tidak
ada jurnal yang diperlukan. Sebagai gantinya, perubahan jumlah saham yang beredar, dan
perubahan nilai nominal atau nilai dinyatakan, dapat dicatat dengan jurnal memorandum.
Berikut ini contoh perbandingan dividen saham versus pecah saham. (100% dividen saham versus
pecah saham berbasis 2 untuk 1)
Ekuitas
Saham Biasa, nilai nominal Rp5, 50.000 lembar saham beredar Rp250.000
Tambahan Modal Disetor      400.000
Saldo Laba      300.000
Total Ekuitas Rp950.000
Sebelum dividen saham atau pecah saham
Ekuitas setelah 100% dividen saham Ekuitas setelah 2 untuk 1 pecah saham
Saham Biasa, nilai Saham Biasa, nilai
nominal Rp5,100.000 lembar Rp500.000 nominal Rp2,5 100.000 lembar Rp250.000
saham beredar      400.000 saham beredar      400.000
Tambahan Modal Disetor *        50.000 Tambahan Modal Disetor      300.000
Saldo Laba Saldo Laba
Total Ekuitas Rp950.000 Total Ekuitas Rp950.000
*Sebagian atau seluruh transfer Rp250.000 ke saham biasa pada nilai nominal dapat berasal dari
tambahan modal disetor.

F.    Penyajian Ekuitas
1.    Laporan Posisi Keuangan
Ilustrasi berikut merupakan contoh dari kelompok ekuitas yang merupakan sebagian pos-pos ekuitas.
PT XYZ
Ekuitas Pemegang Saham
31 Desember 20XX
Modal saham
Preferen, nilai nominal Rp100, kumulatif, diotorisasi 100.000
lembar, diterbitkan dan beredar 30.000 lembar Rp3.000.000
Biasa, tanpa nilai nominal, nilai dinyatakan Rp10 per lembar,
500.000 lembar diotorisasi, 400.000 lembar diterbitkan
Dividen saham biasa yang dapat dibagikan, 20.000 lembar      4.000.000
Tambahan modal disetor
Preferen          200.000 Rp 7.200.000
Biasa
Saldo laba          150.000
Modal saham yang diperoleh kembali (2.000 lembar saham          840.000           990.000
biasa)        4.360.000
Ekuitas lainnya (kerugian komprehensif lain)
Total ekuitas            (190.000)
         (360.000)
Rp12.000.000

2.    Laporan Perubahan Ekuitas


Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: [PSAK No. 1 (revisi 2009):
Penyajian Laporan Keuangan].
a)    Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah
yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali;
b)   Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara
retrospektif;
i.      Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode,
secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari: Laba atau rugi;
ii.     Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
iii.   Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah
kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas
anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Contoh:
Modal Saldo Keuntungan Revaluasi  aset Total
Saham Laba (kerugian) tetap
kepemilikan yang
belum direalisasi
aset keuangan
tersedia untuk
dijual
Saldo 31 Des Rp600.000 Rp120.00 Rp22.000 Rp15.000 Rp   757.000
2011 0
Penerbitan saham 200.000 200.000
biasa
Total laba    11.000        8.000 89.000
komprehensif 70.000 (20.000)
Dividen (20.000)

Saldo 31 Des 2012 Rp800.000 Rp170.00 Rp33.000 Rp23.000 Rp1.026.000


0

Soal-soal
1.    PT Gayus memulai usahanya pada 1 Januari. Modal dasar adalah 20.000 lembar saham biasa
dengan nilai nominal sebesar Rp1.000 dan 4.000 lembar, 10%, saham preferen yang dapat
dikonversi (convertible preferred stock) dengan nilai nominal sebesar Rp100.000. Transaksi
berikut  ini menyangkut ekuitas yang terjadi selama tahun pertama operasinya.
1 Jan. Menerbitkan 500 lembar saham biasa kepada para pendiri perusahaan dengan
menerima properti yang dinilai sebesar Rp17.000.000 dan jasa yang dinilai sebesar
Rp7.000.000. Properti tersebut diperoleh para pendiri dengan harga perolehan sebesar
Rp9.000.000 tiga tahun sebelumnya dan saat ini tercatat pada pembukuan perusahaan
sebesar Rp5.000.000.
23 Feb Menerbitkan 1.000 lembar saham preferen konvertibel dengan nilai nominal sebesar
Rp100.000 per lembar. Setiap lembar saham preferen dapat dikonversi menjadi lima
lembar saham biasa. Saham tersebut diterbitkan dengan harga Rp150.000 per lembar,
dan perusahaan membayar sebesar Rp7.500.000 kepada agen untuk penjualan
saham.
10 Mar Menjual 3.000 lembar saham biasa dengan harga Rp39.000 per lembar. Biaya
penerbitan saham adalah sebesar Rp2.500.000.
10 Menjual 4.000 lembar saham biasa berdasarkan pesanan saham dengan harga
Apr. Rp45.000 per lembar. Tidak ada saham yang diterbitkan sampai kontrak pemesanan
dibayar penuh. Tidak ada kas yang diterima
14 Jul. Menukar 700 lembar saham biasa dan 140 lembar saham preferen dengan sebuah
bangunan yang mempunyai nilai pasar wajar sebesar Rp51.000.000. Bangunan
tersebut awalnya dibeli dengan harga Rp38.000.000 oleh investor dan memiliki nilai
buku sebesar Rp22.000.000. Selain itu,  600 lembar saham biasa dijual tunai seharga
Rp24.000.000.
3 Ags. Menerima pembayaran penuh untuk sebagian dari pesanan saham dan sisanya masih
berupa piutang. Total kas yang diterima sebesar Rp140.000.000. Sertifikat saham
diterbitkan untuk pesanan yang telah dibayar penuh.
1 Des. Mengumumkan dividen tunai sebesar Rp10.000 per lembar untuk saham preferen,
yang akan dibayar pada tanggal 31 Desember kepada pemegang saham yang tercatat
pada tanggal 15 Desember, dan dividen tunai sebesar Rp2.000 per lembar untuk
saham biasa, yang akan dibayar pada tanggal 5 Januari tahun berikutnya kepada
pemegang saham yang tercatat pada tanggal 15 Desember. (Tidak ada dividen yang
dibayar pada pemesanan saham yang belum diterbitkan).
31 Membayar dividen saham preferen.
Des.
31 Menerima pernyataan dari pemegang saham preferen sebanyak 800 lembar saham
Des. yang tidak akan dibayar karena harga saham turun menjadi Rp25.000 per lembar.
Jumlah yang masih harus dilunasi sesuai kontrak sebesar Rp30.000.000. Jumlah
sebelumnya dibayarkan berdasarkan kontrak dinyatakan hangus sesuai perjanjian.

Laba bersih untuk tahun pertama operasi adalah Rp60.000.000. Asumsikan bahwa pendapatan
dan beban ditutup pada akun sementara, Ikhtisar Laba Rugi. Gunakan akun ini untuk melengkapi
proses tutup buku.
Diminta
a)    Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut pada pembukuan PT Gayus.
b)   Susunlah bagian ekuitas dalam neraca PT Gayus pada tanggal 31 Desember.
2.    Berikut ini adalah seksi ekuitas PT Thomas pada tanggal 31 Desember 2012:
Modal saham
Modal dasar  (275.000 lembar saham biasa, nominal Rp1.000 per
saham, modal ditempatkan  dan disetor penuh 240.000 lembar
saham biasa) Rp   240.000.000
Tambahan modal disetor    3.840.000.000
Saldo laba         900.000.000

Pada tanggal 1 Juni 2013, Thomas memperoleh kembali 15.000 lembar saham biasa dengan harga
Rp16.000. Transaksi-transaksi berikut terjadi selama tahun 2013 sehubungan dengan saham ini
adalah sebagai berikut:
1 Juli Dijual 5.000 lembar dengan harga Rp20.000
1 Agustus Dijual 7.000 lembar dengan harga Rp14.000
1 September Menarik 1.000 lembar saham

1)    Dengan menggunakan metode biaya untuk mencatat saham yang diperoleh kembali:
a.    Buatlah jurnal untuk mencatat seluruh transaksi saham yang diperoleh kembali selama tahun 2013.
b.    Susunlah seksi ekuitas di laporan posisi keuangan 31 Desember 2013, diasumsikan Saldo Laba
sebesar Rp1.005.000.000 (sebelum pengaruh yang ditimbulkan transaksi saham yang diperoleh
kembali).
2)    Dengan menggunakan metode nilai nominal untuk mencatat saham yang diperoleh kembali:
a.    Buatlah jurnal untuk mencatat seluruh transaksi saham yang diperoleh kembali selama tahun 2013.
b.    Susunlah seksi ekuitas di laporan posisi keuangan 31 Desember 2013, diasumsikan Saldo Laba
sebesar Rp1.005.000.000 (sebelum pengaruh yang ditimbulkan transaksi saham yang diperoleh
kembali).

3.    PT Wika, Tbk melaporkan jumlah-jumlah berikut dalam kelompok ekuitas pemegang saham tanggal
31 Desember 2012:
Saham preferen, 10%, nilai nominal Rp100.000 (10.000 lembar
diotorisasi, 2.000 lembar diterbitkan) Rp200.000.000
Saham biasa, nilai nominal Rp5.000 (100.000 lembar diotorisasi,
20.000 lembar diterbitkan)      100.000.000
Tambahan modal disetor      125.000.000
Saldo laba      450.000.000
Total Rp875.000.000
Selama tahun 2013, Wika mengambil bagian dalam transaksi-transaksi ekuitas pemegang saham
berikut ini:
a.    Membayar dividen tahunan sebesar Rp10.000 per saham untuk tahun 2013 atas saham preferen dan
dividen Rp2.000 atas saham biasa. Dividen-dividen ini telah diumumkan pada tanggal 31 Desember
2012.
b.    Membeli 1.700 lembar saham biasa miliknya yang beredar dengan harga Rp40.000 per saham. Wika
menggunakan metode biaya perolehan.
c.     Menerbitkan kembali 700 saham treasuri untuk memperoleh tanah yang dinilai seharga
Rp30.000.000.
d.    Menerbitkan 500 lembar saham preferen dengan harga Rp105 per saham.
e.    Mengumumkan dividen saham 10% atas saham biasa yang beredar ketika saham dijual dengan
harga Rp45.000 per saham.
f.     Menerbitkan dividen saham.
g.    Mengumumkan dividen tahunan sebesar Rp10.000 per saham  untuk tahun 2013 atas saham
preferen dan dividen Rp2.000 per saham atas saham biasa. Dividen-dividen ini akan dibayarkan
dalam tahun 2014.
Diminta
a)    Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang diuraikan di atas.
b)   Susunlah kelompok ekuitas pemegang saham tanggal 31 Desember 2013. Asumsikan bahwa laba
bersih tahun 2013 adalah Rp330.000.000.
Jawaban Soal No. 1

a)    Jurnal

1 Jan Properti 17.000


Beban Organisasi 7.000
Saham Biasa 500
Tambahan Modal Disetor – Biasa 23.500
Menerbitkan 800 lembar saham biasa, nominal Rp1 dengan menukarkannya
dengan properti dan jasa
23 Febr Kas 142.500
Saham Preferen 100.000
Tambahan Modal Disetor – Preferen 42.500
Menjual 1.000 lembar saham preferen, nominal Rp150 per lembar dikurangi biaya
komisi Rp7.500
10 Mar Kas 114.500
Saham Biasa 3.000
Tambahan Modal Disetor – Biasa 111.500
Menjual 3.000 lembar saham preferen, nominal Rp39 per lembar dikurang biaya
penerbitan Rp2.500
10 Apr Piutang kepada Pemesan Saham Biasa 180.000
Saham Biasa yang Dipesan 4.000
Tambahan Modal Disetor – Biasa 176.000
Diterima pesanan 4.000 lembar saham biasa nominal Rp1 pada Rp45 per lembar
14 Juli Kas 24.000
Bangunan 51.000
Saham Biasa 1.300
Tambahan Modal Disetor – Biasa 50.700
Saham Preferen 14.000
Tambahan Modal Disetor – Preferen 9.000
Menjual 600 lembar saham biasa nominal Rp1 pada harga Rp40 per lembar dan
menukar 700 lembar saham biasa nominal Rp1 dan 140 lembar saham preferen
nominal Rp100 dengan sebuah bangunan.
3 Agts Kas 140.000
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa 140.000
Saham Biasa yang Dipesan 2.000
Saham Biasa 2.000
Menerima tunai atas piutang dan diterbitkan 2.000 lembar saham biasa nominal
Rp1
1 Des Saldo Laba 25.000
Utang Dividen 25.000
Diumumkan Rp10 per lembar dividen tunai saham preferen (1.140 saham preferen
x Rp10 = Rp11.400); Rp2 per lembar saham biasa (6.800 lembar x Rp2 =
Rp13.600)
31 Des Utang Dividen 11.400
Kas 11.400
Dibayar dividen saham preferen Rp10 per lembar
31 Des Saham Biasa yang Dipesan 800
Tambahan Modal Disetor – Biasa 35.200
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa 30.000
Tambahan Modal Disetor dari Piutang Saham yang
Gagal 6.000
Pemesan cedera janji atas 800 lembar yang sebelumnya dipesan pada Rp45 per
lembar.
31 Des Ikhtisar Laba Rugi 60.000
Saldo Laba 60.000
Untuk menutup ikhtisar laba rugi

b)   Seksi Ekuitas
Ekuitas Pemegang Saham
Modal Kontribusi
Saham preferen, konvertibel, modal dasar 4.000 lembar, ditempatkan dan
disetor penuh 1.140 lembar, nominal Rp100 Rp114.000
Tambahan modal disetor – preferen        51.500
Saham biasa,  modal dasar 20.000 lembar, ditempatkan dan disetor penuh
6.800 lembar, nominal Rp1          6.800
Saham biasa yang dipesan (1.200 lembar)          1.200
Tambahan modal disetor – biasa      326.500
Tambahan modal disetor dari pesanan saham yang gagal          6.000 
Total modal kontribusi Rp606.000
Saldo laba        35.000
Total modal kontribusi dan saldo laba Rp541.000
Kurang: Piutang kepada pemesan saham biasa        10.000
Total ekuitas pemegang saham Rp531.000

Jawaban Soal No. 2


1 Juni: Memperoleh kembali 15.000 lembar saham biasa dengan harga Rp16.000 per lembar
Metode Biaya Metode Nilai Nominal
Modal Saham yang Diperoleh Modal Saham yang
Kembali 240.000 Diperoleh Kembali  15.000
Kas 240.000 Tambahan Modal Disetor 240.000
Tambahan Modal  dari
Perolehan Kembali
Saham  15.000
Kas 240.000

1  Juli 2013: Menjual 5.000 lembar saham yang diperoleh kembali dengan harga Rp20.000 per lembar
Metode Biaya Metode Nilai Nominal
Kas 100.000 Kas 100.000
Modal Saham yang Modal Saham yang
Diperoleh Kembali 80.000 Diperoleh Kembali 80.000
Tambahan Modal  dari Tambahan Modal  dari
Perolehan Kembali Saham Perolehan 20.000
20.000 Kembali  Saham

1 Agustus 2013: Menjual 7.000 lembar saham yang diperoleh kembali dengan harga Rp14.000 per
lembar
Metode Biaya Metode Nilai Nomina
Kas 98.000 Kas 98.000
Tambahan Modal  dari Modal Saham yang
Perolehan Kembali Saham Diperoleh Kembali 7.000
Modal Saham yang 14.000 Tambahan Modal  dari
Diperoleh Kembali 112.000 Perolehan Kembali
Saham 91.000

1 September 2013: Menarik sisa 1.000 lembar saham


Metode Biaya Metode Nilai Nominal
Saham Biasa 1.000 Saham Biasa 1.000
Tambahan Modal Disetor 16.000 Modal Saham yang
Modal Saham yang Diperoleh Kembali 1.000
Diperoleh Kembali 16.000
Tambahan Modal  dari
Perolehan Kembali Saham
1.000

Modal saham
Modal dasar  (275.000 lembar saham biasa, nominal Rp1.000 per
saham, modal ditempatkan  dan disetor penuh 239.000 lembar
saham biasa, saham yang diperoleh kembali 2.000 lembar) Rp   239.000.000
Tambahan modal disetor    3.824.000.000
Tambahan modal dari perolehan kembali saham              7.000.000
Saldo laba            1.005.000
Total modal disetor dan saldo laba Rp5.075.000.000
Kurang: Saham yang diperoleh kembali            32.000.000
Total ekuitas Rp5.043.000.000

Modal saham
Modal dasar  (275.000 lembar saham biasa, nominal Rp1.000 per
saham, modal ditempatkan  dan disetor penuh 239.000 lembar
saham biasa, saham yang diperoleh kembali 2.000 lembar) Rp     239.000.00
 Kurang: Saham yang diperoleh kembali 0
           2.000.000
Saham biasa yang beredar Rp     237.000.00
0
Tambahan modal disetor 3.786.000.000
Tambahan modal dari perolehan kembali saham 15.000.000
Saldo laba 1.005.000.000
Total ekuitas Rp5.043.000.000

BAHAN UTS  GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013

1.    Pada 1 Januari 2011, Lin Company menerbitkan obligasi konvertibel (convertible bonds) dengan nilai
nominal Rp50.000.000 dengan harga pasar Rp60.000.000. Obligasi dapat dikonversi menjadi 6.000
lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp1.000. Obligasi berjangka waktu 5 tahun dan
mempunyai suku bunga yang ditetapkan 10% dan dibayar secara tahunan. Suku bunga pasar untuk
obligasi non-konvertibel sejenis pada 1 Januari 2011 adalah 8%. Komponen liabilitas dari obligasi
dihitung sebesar Rp53.993.000. Berikut skedul amortisasi obligasi yang disajikan untuk obligasi
tersebut.
Metode Suku Bunga Efektif
Obligasi 10% Didiskontokan pada 8%
Tanggal Kas Beban Bunga Amortisasi Jumlah Tercatat
Obligasi
1/1/11 Rp53.993.000
31/12/11 Rp5.000.000 Rp4.319.000 Rp.........       ............
31/12/12     5.000.000      4.265.000      .........       ............
31/12/13     5.000.000     4.206.000     .........       ............
31/12/14     5.000.000     4.143.000     .........        ............
31/12/15    5.000.000     4.074.000     .........       ............
Diminta
a.    Isi tabel di atas untuk amortisasi premi dan jumlah tercatat obligasi.
b.    Buatlah jurnal untuk mencatat penerbitan obligasi konvertibel pada 1 Januari 2011.
c.     Buatlah jurnal untuk mencatat bunga akrual pada 31 Desember 2012.
d.    Asumsikan obligasi dikonversi pada 31 Desember 2013. Nilai wajar komponen liabilitas dari obligasi
ditetapkan sebesar Rp54.000.000pada 31 Desember 2013. Buatlah jurnal untuk mencatat konversi
pada 31 Desember 2013. Asumsikan bunga akrual yang berkaitkan dengan tahun 2013 telah dicatat.
e.    Asumsikan obligasi konvertibel dibeli kembali pada 31 Desember 2013 sebesar Rp55.500.000 selain
daripada  dikonversi. Sebagaimana telah ditunjukkan, komponen liabilitas dari obligasi ditetapkan
sebesar Rp54.000.000 pada 31 Desember 2013. Asumsikan bunga akrual yang berkaitan  dengan
tahun 2013 telah dicatat. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi ini.
f.     Asumsikan obligasi jatuh tempo pada 31 Desember 2015, dan Lin membeli kembali
obligasi tersebut.  Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi ini.

2.    Skedul amortisasi dan bunga berikut mencerminkan penerbitan obligasi 10 tahun oleh PT Sukma
Jaya, Tbk yang dijual seluruhnya kepada PT Sumarecon, Tbk pada tanggal 1 Januari 2012, dan
pembayaran bunga serta beban berikutnya. Akhir tahun entitas adalah 31 Desember, dan laporan
keuangan hanya disajikan sekali setahun.

Skedul Amortisasi
Tahun Kas Bunga Amortisasi Nilai tercatat
1/1/2012 Rp  94.349.000
2012 Rp11.000.000 Rp11.322.000 Rp........ ...........
2013     11.000.000      11.361.000 ......... ...........
2014     11.000.000     11.404.000 ......... ...........
2015    11.000.000      11.452.000 ......... ...........
2016    11.000.000     11.507.000 ......... ...........
2017    11.000.000     11.567.000 ......... ...........
2018    11.000.000     11.635.000 ......... ...........
2019    11.000.000     11.712.000 ......... ...........
2020    11.000.000     11.797.000 ......... ...........
2021    11.000.000     11.894.000 ......... 100.000.000    
Diminta
a.    Tunjukkan apakah obligasi itu diterbitkan pada premi atau diskonto dan bagaimana Anda
menentukan fakta ini dari skedul tersebut.
b.    Tunjukkan apakah skedul amortisasi ini didasarkan atas metode garis lurus atau metode suku bunga
efektif dan bagaimana Anda dapat menentukan metode mana yang akan digunakan.
c.     Tentukan suku bunga ditetapkan dan suku bunga efektif.
d.    Isi kolom amortisasi dan nilai tercatat.
e.    Berdasarkan skedul di atas, buatlah jurnal untuk mencatat penerbitan obligasi pada tanggal 1 Januari
2012.
f.     Berdasarkan skedul di atas, buatlah jurnal untuk mencerminkan transaksi obligasi dan akrual untuk
tahun 2012. (Bunga dibayar tanggal 1 Januari).
g.    Berdasarkan skedul di atas, buatlah jurnal untuk mencerminkan transaksi obligasi dan
akrual untuk tahun 2015.
h.    Asumsikan bahwa pada tanggal 1 April 2015, PT Sukma Jaya Tbk membeli kembali obligasi
tersebut pada 99,5%. Buatlah jurnal pembelian kembali obligasi tersebut. (Tunjukkan
penghitungannya).
3.    Dari soal butir nomor 2, buatlah jurnal yang dilakukan oleh PT Sumarecon, Tbk untuk pertanyaan e, f,
g, dan h.

4.    Pada tanggal 5 Januari 2012, PT Unilever Indo menerima suatu akta pendirian dengan modal dasar
5.000 lembar saham preferen 8% pada nilai nominal Rp100 dan 50.000 lembar saham biasa pada
nilai nominal Rp10. Entitas kemudian menyelesaikan transaksi-transaksi berikut ini:

11 Januari Menerbitkan 20.000 lembar saham biasa pada Rp16 per saham.
1 Februari Menerbitkan kepada PT Ramona 4.000 lembar saham preferen untuk
ditukar dengan aset berikut ini: mesin dengan nilai wajar Rp50.000,
bangunan pabrik dengan nilai wajar Rp160.000, dan tanah dengan nilai
taksiran Rp270.000.
29 Juli Membeli 1.800 saham biasa dengan harga Rp17 per saham (Gunakan
metode biaya – cost method).
10 Agustus Menjual 1.800 saham treasuri (treasury shares) seharga Rp14 per saham.
31 Desember Mengumumkan dividen tunai Rp0,25 per lembar atas saham biasa dan
mengumumkan dividen saham preferen.
31 Desember Menutup akun ikhtisar laba rugi. Terdapat laba bersih sebesar Rp175.700.
Diminta
a.    Buatlah  jurnal untuk mencatat transaksi di atas.
b.    Susunlah kelompok ekuitas pemegang saham dalam laporan posisi keuangan PT Unilever Indo pada
tanggal 31 Desember 2012.

5.    PT Gayus  melakukan pembelian efek secara tunai berikut ini selama tahun 2012, yang merupakan
tahun pertama PT Gayus berinvestasi dalam efek.
15 Januari Membeli 9.000 lembar saham biasa PT Galau dengan harga Rp33,50 per
lembar ditambah komisi Rp1.980.
1 April Membeli 5.000 lembar saham biasa PT Gemas dengan harga Rp52,00 per
lembar ditambah komisi Rp3.370.
10 September Membeli 7.000 lembar saham preferen PT Gamang dengan harga Rp26,50
ditambah biaya komisi Rp4.910.

Pada tanggal 20 Mei 2012, PT Gayus menjual 3.000 lembar saham biasa PT Galau pada harga
pasar sebesar Rp35 per saham dikurangi biaya komisi pialang, pajak, dan honor sebesar Rp2.850.
Nilai wajar akhir tahun per saham adalah: PT Galau Rp30, PT Gemas Rp55, dan PT Gamang Rp28.
Selain itu, PT Gayus menyimpan efek ini dengan maksud menjualnya untuk memperoleh laba
dari apresiasi harga.
Diminta
a.    Buatlah jurnal untuk mencatat ketiga pembelian efek di atas.
b.    Buatlah jurnal untuk penjualan efek pada tanggal 20 Mei 2012
c.     Hitunglah keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi dan buatlah jurnal
penyesuaian untuk PT Gayus pada tanggal 31 Desember 2012.

6.    Kelompok Usaha Bakrie memiliki dua aset keuangan (efek) tersedia untuk dijual dalam portofolionya
pada akhir tahun 2012, yang merupakan tahun pertama usahanya:
Keuntungan
Biaya Perolehan Nilai Wajar (Kerugian) Kepemilikan yan
Investasi
g Belum Direalisasi
Saham biasa PT Radar Rp105.000.000 Rp125.000.000 Rp20.000.000
Saham biasa PT Konin     260.000.000      300.000.000      40.000.000
Total portofolio Rp365.000.000 Rp425.000.000 Rp60.000.000
Saldo penyesuaian nilai wajar efek  sebelumnya                       0
Penyesuaian nilai wajar efek - debit Rp60.000.000

Selama tahun 2013, Kelompok Usaha Bakrie menjual 50% saham biasa PT Konin dengan harga
Rp150.000.000 dan merealisasi keuntungan atas penjualan sebesar Rp20.000.000 (Rp150.000.000 –
Rp130.000.000).  Pada akhir tahun 2013, Kelompok Usaha Bakrie melaporkan nilai wajar saham
biasa PT Radar Rp130.000.000 dan PT Konin Rp160.000.000.
Diminta
a.    Buatlah jurnal penyesuaian pada akhir tahun 2012.
b.    Buatlah jurnal penjualan saham selama tahun 2013.
c.     Buatlah laporan laba rugi komprehensif pada tahun 2012 dan 2013, dengan asumsi laba bersih
untuk tahun 2012 dan 2013 adalah masing-masing sebesar Rp1.150.000.000.
Buatlah jurnal penyesuaian pada akhir tahun 2013.

7.    Instrumen keuangan dapat diklasifikasikan menjadi aset keuangan, liabilitas keuangan, dan
instrumen ekuitas.
a.    Sebutkan kategori  aset keuangan dan liabilitas keuangan.
b.    Bagaimana mengukur aset keuangan dan liabilitas keuangan pada saat pengakuan atau pengukuran
awal dan pengukuran berikutnya.
c.     Sebutkan  perlakuan akuntansi atas biaya transaksi pada masing-masing kategori aset keuangan
dan liabilitas keuangan tersebut.
d.    Sebutkan perlakuan akuntansi atas keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi
pada masing-masing kategori aset keuangan tersebut.
8.    Pembelian saham treasuri (treasury stock) makin sering dilakukan seiring dengan pembayaran
dividen.
a.    Sebutkan dua metode pencatatan saham treasuri dan jelaskan secara singkat perbedaan kedua
metode tersebut.
b.    Bagaimana saham treasuri disajikan dalam laporan posisi keuangan?
c.     Apakah keuntungan atau kerugian yang timbul dari pembelian, penjualan, penerbitan, atau
pembatalan saham treasuri diakui? Mengapa? Jelaskan.

9.    Pecah saham (shares split) dan dividen saham (stock dividend) dapat digunakan oleh entitas untuk
mengubah jumlah saham yang beredar.
a.    Apa yang dimaksud dengan pecah saham yang dilaksanakan dalam bentuk dividen?
b.    Dari sudut pandang akuntansi, jelaskan bagaimana pecah saham yang dilaksanakan dalam bentuk
dividen berbeda dari dividen saham biasa.
c.     Bagaimana dividen saham yang telah diumumkan tetapi belum diterbitkan harus diklasifikasikan
dalam laporan posisi keuangan? Mengapa?

Anda mungkin juga menyukai