Anda di halaman 1dari 4

MEMAHAMI IMAN, ISLAM DAN IHSAN

SERTA HUBUNGAN ANTARA KETIGANYA

A. Pendahuluan
Agama Islam adalah agama yang syumul (sempurna, menyeluruh, totalitas). Secara garis
besar ajaran agama Islam terdiri atas 3 bagian, yaitu: Aqidah (iman/tauhid), Syari`ah (ibadah dan
mu`amalah), dan Akhlaq (tasawuf). Ketiga bagian ajaran Islam ini dikenal juga dengan “Tiga Pilar
Ajaran Islam” atau sering juga diistilahkan dengan “Trilogi Risalah Islam” yang maksudnya yakni
ada tiga keilmuan dalam ajaran Islam, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan. Walhasil, ketiganya ini
merupakan pokok-pokok ajaran Islam.
Secara ringkas dapat diartikan bahwa Iman adalah kepercayaan atau keyakinan, Islam
adalah pelaksanaan atau pembuktian dari keyakinan tersebut, sedangkan Ihsan adalah etika dalam
keyakinan dan pengamalannya. Pelaku Iman disebut mukmin, pelaksana Islam disebut Muslim, dan
pengamal Ihsan disebut Muhsin.

B. Hadits tentang Iman, Islam dan Ihsan


Trilogi Risalah Islam dan pengertiannya disebutkan langsung oleh Rasulullah Saw dalam
sebuah hadits shahih berikut ini:
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ َذ َات ي َ ْو ٍم ْذ َطلَ َع‬ ُ ‫هللا َصىَّل‬ ِ ِ‫ بَيْنَ َما حَن ْ ُن ُجلُ ْو ٌس ِع ْندَ َر ُس ْول‬:‫هللا َع ْن ُه َأيْض ًا قَا َل‬ ُ َ ‫َع ْن مُع َ َر َريِض‬
‫ِإ‬
‫ َحىَّت‬،‫ َو َال ي َ ْع ِرفُ ُه ِمنَّا َأ َح ٌد‬،‫الس َف ِر‬ َّ ‫ َال يُ َرى عَلَ ْي ِه َأثَ ُر‬،‫الش ْع ِر‬ َّ ‫عَلَ ْينَا َر ُج ٌل َش ِديْدُ ب َ َي ِاض ال ِث ّ َي ِاب َش ِديْدُ َس َوا ِد‬
‫ اَي ُم َح َّمد‬:‫َجلَ َس ىَل النَّيِب ِ ّ ص ىل هللا علي ه وس مل فََأ ْس نَدَ ُر ْك َبت َ ْي ِه ىَل ُر ْك َبت َ ْي ِه َو َو َض َع َكفَّ ْي ِه عَىَل فَ ِخ َذيْ ِه َوقَ ا َل‬
‫ِإ‬ ِ ‫ فَ َق ا َل َر ُس ْو ُل‬،‫َأ ْخرِب ْ يِن ِإ َع ِن ْا ْس َال ِم‬
‫هللا َوَأ َّن‬ُ َّ‫ ْا ِس َال ُم َأ ْن ت َ ْش هَدَ َأ ْن َال هَل َ ال‬: ‫هللا ص ىل هللا علي ه وس مل‬
‫ِإ ِإ‬
:‫ َوحَت ُ َّجِإل الْ َبيْ َت ِن ْاس َت َط ْع َت لَ ْي ِه َس ِب ْي ًال قَ ا َل‬  ‫الص َال َة َوت ُْؤيِت َ َّالزاكَ َة َوت َُص ْو َم َر َمضَ َان‬ ِ ‫ُم َح َّمدً ا َر ُس ْو ُلِإل‬
َّ َ ‫هللا َوتُ ِقمْي‬
ِ ‫ َأ ْن تُ ْؤ ِم َِإن اِب ِهلل َو َم َالئِ َك ِت ِإ ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُس هِل‬:‫ فََأ ْخرِب ْ يِن َع ِن ْا يْ َم ِان قَ ا َل‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ فَ َعجِ ْبنَا هَل ُ ي َْسَأهُل ُ َويُ َص ِّدقُه‬،‫َصدَ ْق َت‬
‫ِإل‬
‫هللا َأَكن ََّك‬َ َ‫ َأ ْن تَ ْع ُب د‬:‫ قَ ا َل‬،‫ قَا َل فََأ ْخرِب ْ يِن َع ِن ْا ْح َس ِان‬،‫ قَا َل َصدَ ْق َت‬.‫َوالْ َي ْو ِم اآل ِخ ِر َوت ُْؤ ِم َن اِب لْ َقدَ ِر َخرْي ِ ِه َورَش ّ ِ ِه‬
‫ِإل‬
‫ قَ ا َل‬.‫الس ائِ ِل‬ َّ ‫ َم ا الْ َم ْس ُؤ ْو ُل َعهْن َ ا ِب َأ ْعمَل َ ِم َن‬:‫ قَ ا َل‬،‫الس اعَ ِة‬ َّ ‫ فََأ ْخرِب ْ يِن َع ِن‬:‫ قَا َل‬. َ‫تَ َرا ُه فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َرا ُه فَِإ ن َّ ُه يَ َراك‬
،‫ َأ ْن تَدِل َ ْاَأل َم ُة َربَّهَت َا َوَأ ْن تَ َرى الْ ُح َفا َة الْ ُع َرا َة الْ َعاةَل َ ِرعَا َء الشَّ ا ِء ي َ َت َط َاولُ ْو َن يِف الْ ُبنْيَ ِان‬:‫ قَا َل‬،‫فََأ ْخرِب ْ يِن َع ْن َأ َم َاراهِت َا‬
ْ ‫ فَ ن َّ ُه ِجرْب ِ يْ ُل َأتـَ امُك‬:‫ قَ ا َل‬. َ ‫ اَ ُهلل َو َر ُس ْوهُل ُ َأ ْعمَل‬:‫السائِ ِل ؟ قُلْ ُت‬ َّ ‫ اَي مُع َ َر َأتَدْ ِري َم ِن‬:‫ مُث َّ قَا َل‬،‫مُث َّ ان َْطلَ َق فَلَ ِبث ْ ُت َم ِليًّا‬
‫ِإ‬  . ْ ‫ي ُ َع ِل ّ ُممُك ْ ِديْنَمُك‬
“Dari Umar ra. ia berkata: Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw suatu hari, tiba-tiba
datang seorang laki-laki yang mengenakan baju sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak
tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang
mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi Saw, lalu menempelkan kedua lututnya pada
lutut Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?" Maka
Rasulullah Saw menjawab, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang
disembah) selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu". Kemudian ia berkata, “Anda
benar”.  Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian ia bertanya
lagi, “Beritahukan aku tentang Iman”. Lalu Nabi Saw menjawab, "Engkau beriman kepada Allah,
para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Kiyamat, dan engkau beriman kepada
takdir yang baik maupun yang buruk”. Kemudian dia berkata, “Anda benar”. Lalu ia bertanya lagi,
“Beritahukan aku tentang Ihsan”. Kemudian Nabi Saw menjawab, “Ihsan adalah engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia melihat engkau”.
Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang kapan kejadiannya hari kiyamat”. Beliau
menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya”. Dia berkata, “Beritahukan aku
tentang tanda-tandanya”. Nabi Saw bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika
engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya". Akhirnya orang itu berlalu pergi dan aku berdiam
sebentar. Kemudian Rasulullah Saw bertanya, “Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya
tadi?”. Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda, “Dia adalah
Malaikat Jibril as yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian (Islam)”. (HR. Imam
Muslim, al-Bukhari, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad bin Hambal).

C. Definisi Iman, Islam dan Ihsan


Pada Hadits di atas, Rasulullah Saw mendefinisikan tentang Iman, Islam dan Ihsan, yang
kemudian para ulama menyimpulkan bahwa dari definisi tersebut dapat dijadikan sebagai rukun,
terutama rukun Iman dan rukun Islam.

1. Pengertian Iman
Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amana-yu'minu yang artinya percaya atau
menerima. Menurut istilah, iman adalah keyakinan atau kepercayaan kepada rukun Iman yang
enam. Kesempurnaan iman harus mencakup 3 aspek, yaitu: tashdiqun bil qalbi (membenarkan
dengan hati), ikrarun bil lisan (mengucapkan dengan lisan), dan 'amalun bil arkan
(memperbuat/beramal dengan anggota badan). Orang beriman disebut mukmin.
Ketika mendefinisikan Iman dalam hadits di atas, Rasulullah Saw mengemukakan Rukun
Iman (Arkanul Iman) yang enam, yakni percaya kepada: (1) Allah SWT, (2) para Malaikat, (3)
kitab-kitab, (4) para Rasul, (5) hari kiyamat, dan (6) takdir.

2. Pengertian Islam 
Kata Islam secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu aslama yang artinya patuh, pasrah,
menyerah diri, atau selamat dan damai. Islam adalah agama Allah SWT, sebagaimana Firman-Nya
dalam al-Qur`an Surah Ali Imran: 19, yang artinya, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi
Allah hanyalah Islam". Pemeluk Islam atau orang yang tunduk dan patuh berserah diri kepada
Allah SWT disebut Muslim.
Dari pengertian Islam dalam Hadits di atas, para ulama menetapkan menjadi Rukun Islam
yang lima, yaitu: (1) Dua kalimah syahadat, (2) Shalat, (3) Zakat, (4) Puasa Ramadhan, dan (5)
Haji bagi yang mampu.

3. Pengertian Ihsan
Kata Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsana - yuhsinu - ihsanan yang artinya kebaikan
atau berbuat baik. Sedangkan menurut istilah, ihsan ialah berbakti dan mengabdikan diri kepada
Allah SWT atas dasar kesadaran dan keikhlasan. Pelakunya disebut Muhsin. Ihsan atau kebaikan
tertinggi adalah seperti disabdakan Rasulullah Saw, "Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada
Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihat kamu.” (HR. Bukhari).
Selain dalam hal ibadah kepada Allah SWT, ihsan juga bermakna akhlak atau perilaku baik
kepada sesama sebagai pengamalan Iman dan Islam. Rasulullah Saw bersabda:
،ُ‫ فَلْ ُي ْك ِر ْم َض ْي َفه‬،‫ابهلل َوال َي و ِم اآل ِخ ِر‬
ِ ‫ َو َم ْن اَك َن يُ ْؤ ِم ُن‬،‫ فَ َال يُ ْؤ ِذ َج َار ُه‬،‫َم ْن اَك َن يُ ْؤ ِم ُن ابهلل َوال َيو ِم اآلخ ِر‬
(‫ ) ُمتَّ َف ٌق عَلَي ِه‬.‫ فَلْ َي ُق ْل َخرْي ًا َأ ْو ِليَ ْس ُك ْت‬،‫ابهلل َوال َيو ِم اآل ِخ ِر‬
ِ ‫َو َم ْن اَك َن يُ ْؤ ِم ُن‬
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Para ulama menggolongkan ihsan menjadi 4 bagian yaitu, ihsan kepada: (1) Allah, (2) diri
sendiri, (3) sesama manusia, dan (4) sesama makhluk. Imam al-Ghazali memberikan pendapat
bahwa orang yang mau berhubungan langsung dengan Allah maka harus terlebih dahulu
memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Untuk mengenal Allah SWT maka
sebelumnya perlu mengenal diri sendiri, karena pada diri setiap manusia ada unsur ketuhanan.
Sedangkan cara untuk mengenal diri adalah dengan mengetahui proses kejadian manusia itu
sendiri.

D. Kaitan Iman, Islam dan Ihsan


Antara Islam dan Iman tidak dapat dipisahkan. Apabila seorang hanya berislam tetapi tidak
beriman, maka keislamannya tidak diterima Allah SWT dan ia tidak mendapat faedah di akhirat.
Begitu juga sebaliknya, jika seorang hanya beriman saja tetapi tidak berislam, maka ia tidak
selamat dari siksa neraka yang amat dahsyat, mereka itu bukanlah mukmin sejati, tetapi mukmin
muslim tabai, yang beriman dan berislam hanya mengikuti kedua orang tuanya atau nenek
moyangnya.
Antara Iman, Islam dan Ihsan, ketiganya tidak bisa dipisahkan oleh manusia di dunia ini,
kalau diibaratkan hubungan di antara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan
sisi lainya berkaitan erat. Segitiga ini tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait.
Jadi manusia yang bertakwa harus bisa meraih dan menyambungkan antara Iman, Islam dan Ihsan.
Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, mengatakan bahwa, jika diperbandingkan antara iman dan
ihsan, maka Ihsan itu lebih luas cakupannya, bila ditinjau dari substansinya. Sedangkan iman lebih
luas daripada Islam bila ditinjau dari substansinya. Maka dalam sikap ihsan sudah terkumpul di
dalamnya iman dan Islam. Sehingga orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa dibandingkan
orang-orang mu’min yang lain, dan orang yang mu’min itu juga lebih istimewa dibandingkan
orang-orang muslim yang lain. (Kitab At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan,
hlm. 63).
Para ulama’ muhaqqiq/peneliti menyatakan bahwa, setiap mukmin pasti muslim, karena orang
yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan
melaksanakan amal-amal Islam/amalan lahir. Dan belum tentu setiap muslim itu pasti mukmin,
karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan
sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga
statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mukmin dengan iman yang sempurna.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
‫۞ قَال َ ِت ٱَأْلع َْر ُاب َءا َمنَّا ۖ قُل ل َّ ْم ت ُْؤ ِمنُو ۟ا َولَٰ ِكن قُولُ ٓو ۟ا َأ ْس لَ ْمنَا َول َ َّما ي َ دْ خ ُِل ٱ ميَٰ ُن ىِف قُلُ و ِبمُك ْ ۖ َو ن ت ُِطي ُع و ۟ا‬
‫ِإْل‬
‫ِإ‬ ‫ٱهَّلل َ َو َر ُسوهَل ُۥ اَل ي َ ِل ْتمُك ِّم ْن َأمْع َ ٰ لِمُك ْ َش ْي ًٔٔـًا ۚ َّن ٱهَّلل َ غَ ُف ٌور َّر ِح ٌمي‬
“Orang-orang Arab Badui itu berkata, "Kami telah beriman". Katakanlah, "Kamu belum beriman,
‫ِإ‬
tapi katakanlah 'kami telah Islam (tunduk)', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika
kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Al Hujurat: 14).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa agama ini memiliki tingkatan-tingkatan, dimana
satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu Islam, tingkatan kedua
adalah Iman, dan tingkatan ketiga adalah Ihsan.

E. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa pembagian ajaran agama Islam adalah
sebagaimana disampaikan oleh Nabi Saw dalam Haditsnya, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Siapa
saja yang ingin mencapai derajat muhsin maka dia harus muslim, siapa yang ingin sempurna
Islamnya maka ia harus mukmin. Antara Iman, Islam dan Ihsan memiliki korelasi/keterkaitan yang
kuat. Seseorang yang Imannya lurus, maka Islamnya akan benar, dan seseorang yang Islamnya
benar maka akan menggapai Ihsan yang sempurna, atau berakhlak mulia.

Referensi
1. Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, Terjemah Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, Buana
Ilmu Populer
2. Abu Ammar, Menjadi Ahli Tauhid di Akhir Zaman, Granada Mediatama
3. Muhammad bin Abdul Aziz As-Sulaiman Al-Qarawi, AL-JADID Penjelasan Lengkap Ilmu
Tauhid, Pustaka Imam Bonjol
4. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab at-Tamimi, Kitab Tauhid Memurnikan Laa Ilaha
Illallah, Media Hidayah
5. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi, Syarah Kitab Tauhid Jalan Menuju
Permurnian Aqidah,  Daar Ilmi
6. Syaikh Muhammad bin Shalil al-‘Utsaimin, Al-Qaulul Mufid Penjelasan Kitab Tauhid, Jilid 1,
Griya Ilmu
7. Syaikh Shaduq, Tauhid : Hadits-Hadits Tematis Tentang Akidah, Buku Agama [Jilid 1], Nur
Al - Huda
8. Syaikh Shalih bin Fauzan, Kitab Tauhid, Insan Kamil
9. Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitab Tauhid, Jilid 2, Darul Haq
10. Imam Nawawi, Hadits tentang Iman, Islam dan Ihsan dalam Arba`in Nawawiyah.

Anda mungkin juga menyukai