Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Dan Makna Qosidah Secara

Umum
By Khiky Phuspita SaryPosted on April 5, 2018

Sebelum kita membahas terlebih jauh tentang Qasidah, yang perlu kita tau adalah asal
mula qasidah tersebut, qasida merupakan salah satu suku kata di dalam bahasa arab
yang mempunyai arti “Lagu” namun lagu tersebut tidak seperti lagu-lagu saat ini yang
beredar luas di pasaran, Qasida sendiri mengkhusukan dengan syair-syair yang
bertemakan agama islam.

Pengertian Qasidah Secara Umum


Yang lebih menarik lagi Qasida juga merupakan salah satu jenis kesenian yang
mempunyai khas tersendiri dengan alat musiknya, yang paling mencolok dari alat
musik yang di gunakan adalah Rebana dan Kecrek, tanpa kedua alat tersebut maka
tidak akan menjadi kelompok qasida.

Fungsi Serta Maksud Qasidah


Dengan sangat jelas asal mula qasida adalah lagu maka fungsi dan tujuannya adalah
untuk hiburan, namun di balik hiburan ada banyak makna yang bisa di ambil di
dalamnya karena banyak sekali pesan yang tersirat di setiap syairnya.

Contoh seperti membuat syair yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Muhammad
SAW, Dakwah Islam dan masih banyak contoh lainnya dengan satu tujuan yaitu
menjunjung tinggi sejarah agama islam khususnya di Indonesia.

Sejarah Munculnya Qasidah


Kaum Anshor ya benar sekali untuk pertama kalinya qasidah muncul pada saat
Baginda Nabi Muhammad SAW hijrah kemadinah beserta para sahabat-sahabat beliau
dari kota makkah almukarromah yaitu tanah kelahiran mereka, sesampainya di Kota
Madinah para rombongan di sambut dengan lagu-lagu yang sangat indah sebagai
pujian kepada Nabi dan sahabat beserta semua rombongan.
Musik rebana yang mereka (Kaum Anshor) lantunkan sampai saat ini masih selalu dan
sangat sering kita dengar dan pastinya masih sangat nikmat untuk di dengarkan,
menurut saya sendiri syair di dalam lagu tersebut mempunyai makna yang sangat
mendalam seperti contoh di bawah ini salah satunya.

Ya Nabi salam alaika, keselamatan untukmu


Ya Rasul salam alaika, keseamatan untukmu
Ya khabib salam alaika, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati

Batasan Dalam Membuat Syair Qasidah


Para ulama’ Indonesia menyepakati bahwa ada beberapa poin yang harus terkandung
di dalam lirik qasidah sebagai berikut

 Menambah keimanan kepada Allah dan Hari Akhir.


 Memberikan semangat orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta
Rasulnya.
 Memberikan semangat orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma’shiyat.
 Memberikan semangat orang untuk bertindak amar ma’ruf dan nahyi munkar.
 Memberikan semangat orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa
patriotis.
 Memberikan semangat orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat
riya.
 Tidak di perbolehkan menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan
menggugas syahwat.
 Tidak di perbolehkan menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat
orang malas bekerja.

Jika semua poin yang di atas sudah bisa di penuhi maka lagu tersebut bisa di
masukkan kepada kategori qasidah.

Demikian sedikit ulasan mengenai Pengertian Dan Makna Qasidah Secara Umum dalam


bahasa arab serta maksud dan tujuan qasidah, semoga dengan menjunjung tinggi nilai
seni qasidah bisa membantu kita lebih mencintai Sang Pencipta dan Para Rosulnya
Amin, Terimakasih sudah membaca dan semoga bisa bermanfaat Amin dan jangan
lupa share jika website IdPengertian ini kamu sukai jangan lupa berikan masukan untuk
kami.
Pengertian Oasidah

Qasidah berasal dari kata "qasidah" (bahasa Arab), artinya "lagu"atau  nyanyian".
Tetapi arti qasidah selanjutnya menunjuk kapada lagu dan musik dengan ciri tersendiri, yaitu
lagu dengan syair-syair bertemakan agama Islam atau da'wah Islam. Qasidah juga
menunjukkan grup kesenian dengan alat musiknya yang paling pokok  adalah rebana,
kecrek, dan lain-lain. Satu grup kesenian qasidah terdiri atas lima hingga enam orang
dengan memainkan rebana berbagai ukuran, dari yang paling kecil hingga rebana yang
paling besar, dan ditambah dengan alat kecrek. Pada perkembangan  selanjutnya
kesenian qasidah dapat dimainkan dengan alat kesenian lainnya sesuai keterampilan
seniman itu sendiri.

Maksud dan fungsi Qasidah


Kesenian qasidah diadakan dengan maksud untuk memberikan hiburan musik
dan Seniman muslim berkreasi dengan maksud tertentu, seperti sebagai berikut:

Rekreatif atau hiburan.


Menyemarakkam hari-hari besar Islam.
Da'wah Islam.

Sejarah dan Perkembangan Qasidah


Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya,  qasidah
ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya
dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya  (Makkah) ke
Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut  kedatangan Nabi
dan mendendangkan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu
pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati
hingga sekarang. Sebagai contoh dari lagu-lagu pujian itu adalah sebagai berikut:

Ya Nabi, keselamatan untukmu


Ya Rasul, keseamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati

Seni qasidah pun biasa dipergunakan pada acara Marhaban, yaitu acara
menyambut kelahiran bayi serta pada acara cukuran bayi yang berumur 40 hari, dan pada
hari besar Islam lainnya.

Berbeda dengan jenis-jenis musik dan lagu yang tumbuh dalam


budaya Indonesia, qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan ulama
dan pesantren. Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan pesantren dapat
dikatakan kurang menerima jenis kesenian lainnnya, bahkan cenderung mengharamkan.
Sehingga dengan kondisi seperti ini dapat dipahami jika kesenian qasidah lebih banyak
berkembang pada masyarakat yang memiliki ciri budaya Islam yang kental seperti di
pesantren-pesantren. Dalam hal ini di Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang
masih kental, maka kesenian qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu.

Dari segi isi syair lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu
qasidah haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:

Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir;


Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma'shiyat.
Mendorong orang untuk bertindak amar ma'ruf dan nahyi munkar.
Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan menggugas  syahwat.
Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang malas bekerj a.

Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai berkembang di
daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup qasidah selalu datang silih berganti.
Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu menggunakan alat musik rebana dan kecrek
hingga pada bentuknya yang bercampur musik modern dapat terus berkembang.
Bahkan bentuk qasidah yang asli masih kuat dipertahankan oleh kaum muslimin, termasuk
daerah Propinsi Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftar tidak kurang dari 83 grup
Qasida yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.

Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Dartowahab merupakan grup Qasidah yang
pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria
(dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya, kemudian meredup kembali.
Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah
baik yang mempertahankan bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah di modernisir dapat
bertahan dengan pengemarnya masing-masing.

Daerah Penyebaran Qasidah


Masyarakat Banten merupakan masyarakat yang sangat religius. Oleh karena itu senian Qasidah tumbuh
subur di hampir seluruh daerah Propinsi Banten. Grup-grup qasidah yang sudah terdaftar menurut data
pada tahun 2002 ada sebanyak 83 grup, tersebar di seluruh kota dan kabupaten, dan terbanyak terdapat di
Kota Tangerang.

Di kota Tangerang merupakan tempat penyebaran seni Qasidah yang paling banyak, tercatat
sebanyak 45 grup Qasidah sudah terdaftar di dinas Budaya dan Pariwisata Propinsi Banten dalam
data tahun 2002

Qasidah merupakan kesenian yang mudah dikenal bagi kalangan muslimin di tanah  air.
Demikian pula di wilayah Banten, seni ini berkembang bersama
dengan berkembangnya seni Qiro'ah (seni baca Al-Quran) yang dapat dikatakan selalu
ada di tiap kampung. Demikian pula dengan seni qasidah, setiap santri dan anak-anak
remaja yang belajar mengaji di mesjid-mesjid, majelis ta'lim maupun pesantren, dalam
rangka

mengisi waktu biasanya mereka belajar pula seni qasidah. Oleh karena itu, agak
sulit untuk melacak silsilah dan tokoh seni qasidah ini.

Para pemimpin qasidah seperti tercantum dalam tabel-taben grup kesenian Qasidah di atas
dapat disebutkan sebagai tokoh-tokoh Qasidah di wilayah Banten. Belum lagi kelompok
seni qasidah yang tidak mendaftarkan pada Dinas Kebudayaan Propinsi  Banten,
jumlahnya tentu lebih banyak lagi. Pendek kata, hampir di tiap kampung dan desa selalu
terdapat kelompok seni qasidah ini. Sehingga dapat dikatakan hampir merata di seluruh
daerah Banten.

Pemain Qasidah, Busana dan Pertunjukan


Pemain Qasidah sedikitnya ada 8 orang, dan mereka terdiri atas:
3 orang pemegang rebana kecil yang berfungsi sebagai melodi atau pengatur lagu.
4 orang pemegang rebana besar; dari rebana ke-4 hingga ke-7 ukurannya
bertambah besar, sehingga rebana ke-7 merupakan yang paling besar.
1 orang pembawa alat musik kecrek yang bertugas mengiringi tabuhan ke-7 rebana tersebut.

Rebana besar ini adalah sebagai pengiring lagu. Dan dapat pula ditambah dengan alat seni
lainnya tergantung pada senimannya itu sendiri. Adapun penyanyi bisa secara khusus sebagai
penyanyi yang tidak memegang rebana, atau bisa pula para pemegang rebana Namun
pada umumnya penyanyi adalah pemegang ke-3 rebana kecil. Dan dalam penampilannya
ke-7 seniman qasidah ini biasanya mereka dituntut untuk dapat bernyanyi toor. Sedangkan
penabuh kecrek biasanya tidak tampil sebagai penyanyi tunggal,  ugasnya hanyalah
menyelaraskan irama tabuhan rebana dengan kecrek saja.

Pemain Qasidah mengenakan busana muslim seragam dengan warna-warni


yang mencolok, jika wanita. Sedangkan jika pria biasanya memakai baju koko lengkap
dengan pecinya. Namun ada pula seniman pria yang menggunakan jas dengan peci
hitam, dan ada pula seragam wanitanya yang menggunakan kebaya panjang dengan
kerudung yang menutup seluruh kepala. Sekarang penggunaan busana para seniman
qasidah lebih semarak dan disesuaikan dengan perkembangan busana saat Mi. Yang
penting, ketentuan busana muslim yang menutup seluruh bagian tubuh wanita sesuai
ketentuan agama Islam, sedang busana pria tidak sebagaimana pada busana wanita.
Busana ria cukup dengan baju koko dan peci saja.

Pertunjukan Qasidah hampir sama dengan pertunjukan seni suara dan musik
lainnya seperti musik populer dan dangdut, yakni menampilkan sederetan lagu yang
telah dipersiapkan pemain maupun memenuhi permintaan lagi dari penonton. Namun
pada pertunjukan qasidah pria ada pula yang diselingi dengan humor diantara
pertunjukan lagu-lagu.

Qasidah (qasidah, qasida; bahasa Arab: "‫"قصيدة‬, bahasa Persia: ‫ قصیده‬atau ‫ چكامه‬dibaca:


chakameh) adalah bentuk syair epikkesusastraan Arab yang dinyanyikan. Penyanyi
menyanyikan lirik berisi puji-pujian (dakwah keagamaan dan satire) untuk kaum muslim.
Kasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya banyak
mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam.
Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh kegembiraan yang hampir menyerupai
irama-irama Timur Tengah dengan diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat
dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di
tempat yang dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu-bulunya.
Awalnya rebana berfungsi sebagai instrument dalam menyayikan lagu-lagu keagamaan berupa
pujian-pujian terhadap Allah swt dan rasul-rasul-Nya, salawat, syair-syair Arab, dan lain lain.
Oleh karena itulah ia disebut rebana yang berasal dari kata rabbana, artinya wahai Tuhan kami
(suatu doa dan pujian terhadap Tuhan)
Lagu kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa Indonesia selain Arab. Grup kasidah
modern membawa seorang penyanyi bintang yang dibantu paduan suara wanita. Alat musik
yang dimainkan adalah rebana dan mandolin, disertai alat-alat modern, misalnya: biola, gitar
listrik, keyboard dan flute. Perintis kasidah modern adalah grup Nasida Ria dari Semarang yang
semuanya perempuan. Lagu yang top yakni Perdamaian dari Nasida Ria. Pada tahun 1970-
an, Bimbo, Koes Plus dan AKA mengedarkan album kasidah modern.
Artikel bertopik  lagu  atau  musik ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
  dengan  mengembangkannya.
Kategori: 

Pengertian Oasidah

Qasidah berasal dari kata "qasidah" (bahasa Arab), artinya "lagu"atau  nyanyian".
Tetapi arti qasidah selanjutnya menunjuk kapada lagu dan musik dengan ciri tersendiri, yaitu
lagu dengan syair-syair bertemakan agama Islam atau da'wah Islam. Qasidah juga
menunjukkan grup kesenian dengan alat musiknya yang paling pokok  adalah rebana,
kecrek, dan lain-lain. Satu grup kesenian qasidah terdiri atas lima hingga enam orang
dengan memainkan rebana berbagai ukuran, dari yang paling kecil hingga rebana yang
paling besar, dan ditambah dengan alat kecrek. Pada perkembangan  selanjutnya
kesenian qasidah dapat dimainkan dengan alat kesenian lainnya sesuai keterampilan
seniman itu sendiri.

Maksud dan fungsi Qasidah


Kesenian qasidah diadakan dengan maksud untuk memberikan hiburan musik
dan Seniman muslim berkreasi dengan maksud tertentu, seperti sebagai berikut:

Rekreatif atau hiburan.


Menyemarakkam hari-hari besar Islam.
Da'wah Islam.

Sejarah dan Perkembangan Qasidah


Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya,  qasidah
ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya
dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya  (Makkah) ke
Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut  kedatangan Nabi
dan mendendangkan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu
pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati
hingga sekarang. Sebagai contoh dari lagu-lagu pujian itu adalah sebagai berikut:

Ya Nabi, keselamatan untukmu


Ya Rasul, keseamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati

Seni qasidah pun biasa dipergunakan pada acara Marhaban, yaitu acara
menyambut kelahiran bayi serta pada acara cukuran bayi yang berumur 40 hari, dan pada
hari besar Islam lainnya.

Berbeda dengan jenis-jenis musik dan lagu yang tumbuh dalam


budaya Indonesia, qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan ulama
dan pesantren. Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan pesantren dapat
dikatakan kurang menerima jenis kesenian lainnnya, bahkan cenderung mengharamkan.
Sehingga dengan kondisi seperti ini dapat dipahami jika kesenian qasidah lebih banyak
berkembang pada masyarakat yang memiliki ciri budaya Islam yang kental seperti di
pesantren-pesantren. Dalam hal ini di Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang
masih kental, maka kesenian qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu.

Dari segi isi syair lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu
qasidah haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:

Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir;


Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma'shiyat.
Mendorong orang untuk bertindak amar ma'ruf dan nahyi munkar.
Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan menggugas  syahwat.
Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang malas bekerj a.

Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai berkembang di
daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup qasidah selalu datang silih berganti.
Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu menggunakan alat musik rebana dan kecrek
hingga pada bentuknya yang bercampur musik modern dapat terus berkembang.
Bahkan bentuk qasidah yang asli masih kuat dipertahankan oleh kaum muslimin, termasuk
daerah Propinsi Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftar tidak kurang dari 83 grup
Qasida yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.

Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Dartowahab merupakan grup Qasidah yang
pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria
(dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya, kemudian meredup kembali.
Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah
baik yang mempertahankan bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah di modernisir dapat
bertahan dengan pengemarnya masing-masing.

Daerah Penyebaran Qasidah


Masyarakat Banten merupakan masyarakat yang sangat religius. Oleh karena itu senian Qasidah tumbuh
subur di hampir seluruh daerah Propinsi Banten. Grup-grup qasidah yang sudah terdaftar menurut data
pada tahun 2002 ada sebanyak 83 grup, tersebar di seluruh kota dan kabupaten, dan terbanyak terdapat di
Kota Tangerang.

Di kota Tangerang merupakan tempat penyebaran seni Qasidah yang paling banyak, tercatat
sebanyak 45 grup Qasidah sudah terdaftar di dinas Budaya dan Pariwisata Propinsi Banten dalam
data tahun 2002

Qasidah merupakan kesenian yang mudah dikenal bagi kalangan muslimin di tanah  air.
Demikian pula di wilayah Banten, seni ini berkembang bersama
dengan berkembangnya seni Qiro'ah (seni baca Al-Quran) yang dapat dikatakan selalu
ada di tiap kampung. Demikian pula dengan seni qasidah, setiap santri dan anak-anak
remaja yang belajar mengaji di mesjid-mesjid, majelis ta'lim maupun pesantren, dalam
rangka

mengisi waktu biasanya mereka belajar pula seni qasidah. Oleh karena itu, agak
sulit untuk melacak silsilah dan tokoh seni qasidah ini.

Para pemimpin qasidah seperti tercantum dalam tabel-taben grup kesenian Qasidah di atas
dapat disebutkan sebagai tokoh-tokoh Qasidah di wilayah Banten. Belum lagi kelompok
seni qasidah yang tidak mendaftarkan pada Dinas Kebudayaan Propinsi  Banten,
jumlahnya tentu lebih banyak lagi. Pendek kata, hampir di tiap kampung dan desa selalu
terdapat kelompok seni qasidah ini. Sehingga dapat dikatakan hampir merata di seluruh
daerah Banten.

Pemain Qasidah, Busana dan Pertunjukan


Pemain Qasidah sedikitnya ada 8 orang, dan mereka terdiri atas:
3 orang pemegang rebana kecil yang berfungsi sebagai melodi atau pengatur lagu.
4 orang pemegang rebana besar; dari rebana ke-4 hingga ke-7 ukurannya
bertambah besar, sehingga rebana ke-7 merupakan yang paling besar.
1 orang pembawa alat musik kecrek yang bertugas mengiringi tabuhan ke-7 rebana tersebut.

Rebana besar ini adalah sebagai pengiring lagu. Dan dapat pula ditambah dengan alat seni
lainnya tergantung pada senimannya itu sendiri. Adapun penyanyi bisa secara khusus sebagai
penyanyi yang tidak memegang rebana, atau bisa pula para pemegang rebana Namun
pada umumnya penyanyi adalah pemegang ke-3 rebana kecil. Dan dalam penampilannya
ke-7 seniman qasidah ini biasanya mereka dituntut untuk dapat bernyanyi toor. Sedangkan
penabuh kecrek biasanya tidak tampil sebagai penyanyi tunggal,  ugasnya hanyalah
menyelaraskan irama tabuhan rebana dengan kecrek saja.

Pemain Qasidah mengenakan busana muslim seragam dengan warna-warni


yang mencolok, jika wanita. Sedangkan jika pria biasanya memakai baju koko lengkap
dengan pecinya. Namun ada pula seniman pria yang menggunakan jas dengan peci
hitam, dan ada pula seragam wanitanya yang menggunakan kebaya panjang dengan
kerudung yang menutup seluruh kepala. Sekarang penggunaan busana para seniman
qasidah lebih semarak dan disesuaikan dengan perkembangan busana saat Mi. Yang
penting, ketentuan busana muslim yang menutup seluruh bagian tubuh wanita sesuai
ketentuan agama Islam, sedang busana pria tidak sebagaimana pada busana wanita.
Busana ria cukup dengan baju koko dan peci saja.

Pertunjukan Qasidah hampir sama dengan pertunjukan seni suara dan musik
lainnya seperti musik populer dan dangdut, yakni menampilkan sederetan lagu yang
telah dipersiapkan pemain maupun memenuhi permintaan lagi dari penonton. Namun
pada pertunjukan qasidah pria ada pula yang diselingi dengan humor diantara
pertunjukan lagu-lagu.

Sumber : Masduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi Banten Departemen


Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Pengertian Oasidah

Qasidah berasal dari kata "qasidah" (bahasa Arab), artinya "lagu"atau  nyanyian".
Tetapi arti qasidah selanjutnya menunjuk kapada lagu dan musik dengan ciri tersendiri, yaitu
lagu dengan syair-syair bertemakan agama Islam atau da'wah Islam. Qasidah juga
menunjukkan grup kesenian dengan alat musiknya yang paling pokok  adalah rebana,
kecrek, dan lain-lain. Satu grup kesenian qasidah terdiri atas lima hingga enam orang
dengan memainkan rebana berbagai ukuran, dari yang paling kecil hingga rebana yang
paling besar, dan ditambah dengan alat kecrek. Pada perkembangan  selanjutnya
kesenian qasidah dapat dimainkan dengan alat kesenian lainnya sesuai keterampilan
seniman itu sendiri.

Maksud dan fungsi Qasidah


Kesenian qasidah diadakan dengan maksud untuk memberikan hiburan musik
dan Seniman muslim berkreasi dengan maksud tertentu, seperti sebagai berikut:

Rekreatif atau hiburan.


Menyemarakkam hari-hari besar Islam.
Da'wah Islam.

Sejarah dan Perkembangan Qasidah


Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya,  qasidah
ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya
dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya  (Makkah) ke
Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut  kedatangan Nabi
dan mendendangkan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu
pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati
hingga sekarang. Sebagai contoh dari lagu-lagu pujian itu adalah sebagai berikut:

Ya Nabi, keselamatan untukmu


Ya Rasul, keseamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati
Seni qasidah pun biasa dipergunakan pada acara Marhaban, yaitu acara
menyambut kelahiran bayi serta pada acara cukuran bayi yang berumur 40 hari, dan pada
hari besar Islam lainnya.

Berbeda dengan jenis-jenis musik dan lagu yang tumbuh dalam


budaya Indonesia, qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan ulama
dan pesantren. Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan pesantren dapat
dikatakan kurang menerima jenis kesenian lainnnya, bahkan cenderung mengharamkan.
Sehingga dengan kondisi seperti ini dapat dipahami jika kesenian qasidah lebih banyak
berkembang pada masyarakat yang memiliki ciri budaya Islam yang kental seperti di
pesantren-pesantren. Dalam hal ini di Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang
masih kental, maka kesenian qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu.

Dari segi isi syair lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu
qasidah haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:

Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir;


Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma'shiyat.
Mendorong orang untuk bertindak amar ma'ruf dan nahyi munkar.
Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan menggugas  syahwat.
Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang malas bekerj a.

Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai berkembang di
daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup qasidah selalu datang silih berganti.
Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu menggunakan alat musik rebana dan kecrek
hingga pada bentuknya yang bercampur musik modern dapat terus berkembang.
Bahkan bentuk qasidah yang asli masih kuat dipertahankan oleh kaum muslimin, termasuk
daerah Propinsi Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftar tidak kurang dari 83 grup
Qasida yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.

Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Dartowahab merupakan grup Qasidah yang
pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria
(dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya, kemudian meredup kembali.
Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah
baik yang mempertahankan bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah di modernisir dapat
bertahan dengan pengemarnya masing-masing.

Daerah Penyebaran Qasidah


Masyarakat Banten merupakan masyarakat yang sangat religius. Oleh karena itu senian Qasidah tumbuh
subur di hampir seluruh daerah Propinsi Banten. Grup-grup qasidah yang sudah terdaftar menurut data
pada tahun 2002 ada sebanyak 83 grup, tersebar di seluruh kota dan kabupaten, dan terbanyak terdapat di
Kota Tangerang.

Di kota Tangerang merupakan tempat penyebaran seni Qasidah yang paling banyak, tercatat
sebanyak 45 grup Qasidah sudah terdaftar di dinas Budaya dan Pariwisata Propinsi Banten dalam
data tahun 2002

Qasidah merupakan kesenian yang mudah dikenal bagi kalangan muslimin di tanah  air.
Demikian pula di wilayah Banten, seni ini berkembang bersama
dengan berkembangnya seni Qiro'ah (seni baca Al-Quran) yang dapat dikatakan selalu
ada di tiap kampung. Demikian pula dengan seni qasidah, setiap santri dan anak-anak
remaja yang belajar mengaji di mesjid-mesjid, majelis ta'lim maupun pesantren, dalam
rangka

mengisi waktu biasanya mereka belajar pula seni qasidah. Oleh karena itu, agak
sulit untuk melacak silsilah dan tokoh seni qasidah ini.

Para pemimpin qasidah seperti tercantum dalam tabel-taben grup kesenian Qasidah di atas
dapat disebutkan sebagai tokoh-tokoh Qasidah di wilayah Banten. Belum lagi kelompok
seni qasidah yang tidak mendaftarkan pada Dinas Kebudayaan Propinsi  Banten,
jumlahnya tentu lebih banyak lagi. Pendek kata, hampir di tiap kampung dan desa selalu
terdapat kelompok seni qasidah ini. Sehingga dapat dikatakan hampir merata di seluruh
daerah Banten.

Pemain Qasidah, Busana dan Pertunjukan


Pemain Qasidah sedikitnya ada 8 orang, dan mereka terdiri atas:
3 orang pemegang rebana kecil yang berfungsi sebagai melodi atau pengatur lagu.
4 orang pemegang rebana besar; dari rebana ke-4 hingga ke-7 ukurannya
bertambah besar, sehingga rebana ke-7 merupakan yang paling besar.
1 orang pembawa alat musik kecrek yang bertugas mengiringi tabuhan ke-7 rebana tersebut.

Rebana besar ini adalah sebagai pengiring lagu. Dan dapat pula ditambah dengan alat seni
lainnya tergantung pada senimannya itu sendiri. Adapun penyanyi bisa secara khusus sebagai
penyanyi yang tidak memegang rebana, atau bisa pula para pemegang rebana Namun
pada umumnya penyanyi adalah pemegang ke-3 rebana kecil. Dan dalam penampilannya
ke-7 seniman qasidah ini biasanya mereka dituntut untuk dapat bernyanyi toor. Sedangkan
penabuh kecrek biasanya tidak tampil sebagai penyanyi tunggal,  ugasnya hanyalah
menyelaraskan irama tabuhan rebana dengan kecrek saja.

Pemain Qasidah mengenakan busana muslim seragam dengan warna-warni


yang mencolok, jika wanita. Sedangkan jika pria biasanya memakai baju koko lengkap
dengan pecinya. Namun ada pula seniman pria yang menggunakan jas dengan peci
hitam, dan ada pula seragam wanitanya yang menggunakan kebaya panjang dengan
kerudung yang menutup seluruh kepala. Sekarang penggunaan busana para seniman
qasidah lebih semarak dan disesuaikan dengan perkembangan busana saat Mi. Yang
penting, ketentuan busana muslim yang menutup seluruh bagian tubuh wanita sesuai
ketentuan agama Islam, sedang busana pria tidak sebagaimana pada busana wanita.
Busana ria cukup dengan baju koko dan peci saja.

Pertunjukan Qasidah hampir sama dengan pertunjukan seni suara dan musik
lainnya seperti musik populer dan dangdut, yakni menampilkan sederetan lagu yang
telah dipersiapkan pemain maupun memenuhi permintaan lagi dari penonton. Namun
pada pertunjukan qasidah pria ada pula yang diselingi dengan humor diantara
pertunjukan lagu-lagu.

Sumber : Masduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi Banten Departemen


Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Photo : http://www.sripoku.com

Label: Kesenian

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Selamat Jalan Kang Ibing

Telusuri

About Me
Dado
Putera Banjar Patroman

                      

Blogroll

 Wisata Riau
 Distortion of Music
 Sembarang Ada
 Irvan Setiawan

Informasi Wisata dan Budaya on Facebook

Anda mungkin juga menyukai