Anda di halaman 1dari 34

A.

HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II


105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

BAB I
PENDAHULUAN
Pada setiap bangunan keairan baik itu sebuah bendungan, embung ataupun
saluran irigasi biasnya akan di lengkapi dengan bangunan pelimpah. Bangunan
Pelimpah adalah bangunan beserta intalasinya untuk mengalirkan air banjir yang
masuk ke dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan.
Secara umum pelimpah memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dimana
pelimpah itu akan dibangun. Pada embung dan bendungan fungsi utama pelimpah
adalah sebagai bangunan pelindung bagi tubuh bendungan terhadap bahaya peluapan
dengan membuang kelebihan air banjir ke arah hilirnya. Sedangkan pada bendung
dan saluran irigasi fungsi utama pelimpah adalah sebagai peninggi muka air dan
pengukur debit. Namun, pada kondisi-kondisi yang diinginkan pelimpah yang ada
pada embung dan bendungan dapat juga digunakan sebagai pengukur debit.
Terdapat berbagai type bangunan pelimpah dan untuk menentukan
typebangunan yang sesuai diperlukan suatu studi yang luas dan mendalan sehingga
diperoleh altematif yang ekonomis. Bangunan pelimpah yang paling umum
dipergunakan pada bendungan urugan yaitu pelimpah terbuka dengan ambang tetap.
Bangunan ini biasanya terdiri dari lima bagian yaitu :

1. Saluran pengarah aliran


2. Saluran pengatur aliran
3. Saluran Transisi
4. Saluran peluncur
5. Peredam energy

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

BAB II
BANGUNAN PELIMPAH
(SPILLWAY)
1. Pengertian
Bangunan Pelimpah (spillway) adalah bangunan beserta instalasinya
untuk mengalirkan air banjir yang masuk kedalam bendungan agar tidak
membahayakan keamanan tubuh bendungan.
2. Pembagian Type Bangunan Pelimpah
a. Tipe Pelimpah Berdasarkan Bentuk
1) Pelimpah Luncur (Chute), Pelimpah tipe ini umumnya digunakan
dalam kaitannya dengan bendungan tipe urugan tanah atau batu,
meskipun pelimpah luncur juga digunakan pada bendungan beton
gravity. Bendungan umumnya terletak di lembah (canyon) yang
sempit dan tidak tersedia ruang cukup untuk pelimpah bebas.
Pelimpah luncur umumnya ditempatkan pada tumpuan yang
berdekatan dengan bendungan, meskipun dapat pula ditempatkan pada
lokasi pelana yang jauh dari lokasi struktur bendungan.

2) Pelimpah Samping (Side Channel Spillway), Pelimpah tipe ini


digunakan pada kondisi yang sama seperti pelimpah luncur. Disebabkan
bentuknya yang unik, maka pelimpah samping dapat ditempatkan pada
tumpuan bendungan yang sempit. Pelimpah samping umumnya tanpa
pintu. Karakteristik aliran adalah sama dengan aliran melalui ambang
bebas, kecuali pada debit aliran tinggi yang mungkin merendam

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

sebagian puncak pelimpah. Pelimpah jenis ini mempunyai keuntungan


lain, mempunyai saluran yang sempit, akibat terjalnya lereng tumpuan,
ambang pelimpah dapat didesain cukup panjang untuk mengakomodasi
debit banjir desain.

3) Pelimpah Corong (Shaft), Pelimpah corong termasuk salah satu dari


berbagai konfigurasi desain mercu, dengan dan tanpa pintu,
seluruhnya merupakan transisi ke sistem konduit atau terowongan di
hilir mercu. Sistem konduit tertutup pada pelimpah corong merupakan
pengganti saluran luncur pelimpah yang digunakan pada pelimpah
konvensional.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

4) Pelimpah Sipon (Siphon), Pelimpah sipon dibangun dengan satu atau


lebih sipon pada ketinggian mercu, kadang-kadang digunakan untuk
menyediakan pengaturan muka air otomatis dalam batas yang pendek
atau bila kapasitas debit hanya diperlukan pada periode waktu yang
singkat.

5) Pelimpah Labirin, karakteristik pelimpah labirin yaitu adanya


perubahan alinyemen dari tata letak untuk memperpanjang mercu
dibanding dengan mercu konvensional pada ruang lateral yang sama.
Perubahan alinyemen membentuk satu seri dari weirbentuk V yang
terhubung satu sama lain.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

6) Pelimpah Inlet Bak Terjun (Box Inlet Drop Spillway), Pelimpah tipe
bak terjun (drop) vertikal atau tipe jatuh bebas merupakan salah satu
dari bentuk aliran yang jatuh bebas dari daerah waduk. Tipe ini sesuai
untuk bendungan tipe busur yang tipis, aliran air dapat mengalir
bebas, atau sepanjang bagian mercu yang sempit.
7) Pelimpah Konduit / Terowongan merupakan saluran tertutup yang
dapat berupa shaft vertikal atau miring atau horisontal yang melalui
formasi tanah atau batuan. Sebagai bangunan/ambang pengendali
dapat berupa hampir semua jenis ambang pelimpah dengan bukaan
vertikal atau miring, lubang gloryatau saluran samping, dan lain-lain.
Terowongan biasanya didesain untuk aliran sebagianpenuh, kecuali
untuk lubang glory. Tipe ini biasanya dilengkapi dengan aerasi. Bila
saluran tertutup dibangun di bawah bendungan, bangunan tersebut
disebut sebagai pelimpah konduit. Jenis pelimpah ini biasanya cocok
untuk bendungan pada lokasi di lembah yang lebar, dimana konduit
pengelak dibuat di dekat aliran sungai.

b. Tipe Pelimpah Berdasarkan Fungsi


Berdasarkan fungsinya maka bangunan pelimpah merupakan
bangunan hidraulik yang menyalurkan aliran normal dan atau aliran banjir,
serta melindungi kesatuan bangunan pada bendungan. Bangunan pelimpah
mempunyai dimensi hidraulik untuk dapat menyalurkan Banjir Desain

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

dengan aman. Besaran Banjir Desain akan sama atau lebih kecil dari
Banjir Maksimum Boleh Jadi.
1) Pelimpah Utama (Service Spillway). Berdasarkan fungsinya maka
bangunan pelimpah merupakan bangunan hidraulik yang menyalurkan
aliran normal dan atau aliran banjir, serta melindungi kesatuan
bangunan pada bendungan. Bangunan pelimpah mempunyai dimensi
hidraulik untuk dapat menyalurkan Banjir Desain dengan aman.
Besaran Banjir Desain akan sama atau lebih kecil dari Banjir
Maksimum Boleh Jadi.
2) Pelimpah Tambahan (Auxiliary Spillway). Pelimpah tambahan jarang
digunakan dan dapat menjadi pelimpah sekunder yang di operasikan
untuk membantu pelimpah utama. Pada masa operasi diperkenankan
terjadi kerusakan struktur atau erosi sampai tingkat yang diijinkan
pada pelimpah tambahan akibat pengeluaran air sampai dan termasuk
debit desain. Pelimpah tambahan diperlukan apabila kapasitas
pelimpah utama tidak mencukupi untuk mengalirkan banjir desain.
3) Pelimpah Darurat (Emergency Spillway). Pelimpah darurat didesain untuk
memberikan perlindungan tambahan terhadap peluapan bendungan dan
dimaksudkan untuk digunakan pada kondisi ekstrim seperti kesalahan operasi
atau tidak berfungsinya pelimpah utama atau kondisi darurat lain atau pada
waktu terjadinya banjir yang sangat besar, atau Banjir Maksimum Boleh Jadi.
Seperti juga pada pelimpah tambahan (auxiliary), maka pada pelimpah darurat
di perkenankan terjadi kerusakan struktur dan atau erosi sampai tingkat yang di
ijinkan, akibat pengeluaran air sampai dan termasuk debit desain.
3. Klasifikasi Pelimpah
1) Pelimpah Tanpa Pintu
a) Pelimpah dengan mercu Ogeedan sill kendali
b) Bak mandi atau saluran dengan dua sisi dan pelimpah samping dengan
mercu ogee
c) Pelimpah “Morning Glory“
d) Pelimpah dengan mercu labirin

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

2) Pelimpah DenganPintu
a) Pelimpah berpintu
b) Pelimpah dengan “fuse gate“
4. Komponen Pelimpah
a) Saluran pengarah dan log pengaman debris.
b) Bangunan kendali, seperti struktur mercu atau sill yang dapat dilengkapi
dengan pintu, balok sekat (bulkhead), atau balok penutup (stop log)
bersama dengan peralatan operasi terkait.
c) Bangunan pembawa seperti lantai dan dinding saluran luncur dan atau
konduit atau terowongan.
d) Bangunan akhir (terminal) seperti peredam energi loncatan hidraulik, bak
lontar (flip bucket), bak pusaran (roller bucket).
e) Saluran hilir.

Gambar. Komponen Bangunan Pelimpah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

BAB III
PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)
Dalam perencanaan bangunan pelimpah, perencanaan yang dilakukan secara
bertahap untuk seluruh bagian dari bangunan itu sendiri yang akan diuraikan
dibawah ini :
A. Saluran Pengarah Aliran
Sesuai dengan fungsinya sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran
tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolis yang baik, maka kecepatan masuknya
aliran air direncanakan tidak melebihi 4 m/dt dan lebar salurannya makin
mengecil ke arah hilir, apabila kecepatan tersebut melebihi 4 m/dtk aliran akan
bersifat heliosiodal dan kapasitas pengalirannya akan menurun. Disamping itu,
aliran heliosiodal tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban hidro dinamis
pada bangunan pelimpah. Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya lebih
besar dan 1/5 x tinggi rencana limpasan diatas mercu ambang pelimpah. Lihat
gambar 2.1 :

Gambar 2.1 : Saluran pengarah aliran dan ambang debit pada sebuah
bangunan pelimpah
Selain didasarkan pada kedua persyaratan tersebut, bentuk dan dimensi
saluran pengarah aliran biasanya disesuaikan dengan kondisi topografi setempat
serta dengan persyaratan aliran hidrolis yang baik.
B. Saluran Pengatur Aliran
Sesuai dengan fungsinya sebagai pengatur aliran (debit) air yang
melintasi bangunan pelimpah maka bentuk dan sistim kerja saluran pengatur
aliran ini harus diselesaikan dengan ketelitian pengaturan yang disyaratkan untuk
bagian ini, bentuk dan dimensinya diperoleh dari perhitungan-perhitungan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

hidrolik yang didasarkan pada rumus - rumus empiris dan untuk selanjutnya akan
diberikan beberapa contoh tipe saluran pengatur aliran.
a. Type Ambang Bebas (Flowing Into Canal Type)
Digunakan untuk debit air yang kecil dengan bentuk sederhana bagian depan
dapat berbentuk tegak atau miring, kemudian horizontal dan akhirnya
berbentuk lengkung serta untuk memperoleh lebar ambang (b). Lihat gambar
2.2, dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Saluran pengatur dengan ambang bebas pada bangunan


pelimpah
 Untuk ambang berbentuk persegi empat dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
D
ho=
3
3
Q
b= × D2
1,704 C

 Untuk ambang berbentuk trapezium dapat dihitung dengan rumus sebagai


berikut :
3 ( 2. Z . d +b ) −√ 16. Z2 . D 2+16. Z p . b+9. b2
ho=
10 z
Q= AVo=C √ 2. g . ho ( D−ho ) { b+ z ( D 0−ho ) }
Dimana :
Q = Debit Banjir (m3/dtk)
D = Kedalaman air tertinggi di dalam saluran pengarah aliran (m)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

C = Koefisien Pengaliran masuk ke saluran pengarah (penampang


setengah lingkaran C=1 dan c penampang persegi empat C =
0,82) pengarah (m)
A = Penampang basah didalam saluran pengarah (m2)
Vo = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran pengarah (m/dtk)

Urutan perhitungan dilakukan sebagai berikut :


1. Tentukan terlebih dahulu besarnya kedalaman air tertinggi didalam saluran
pengarah (D) da kemiringan dinding saluran pengarah (Z = D cos O)
2. Tentukan lebar ambang (b)

b. Type Bendung Pelimpah (Over Flow Weir Type)


Bendung pelimpah ini merupakan salah satu komponen dari saluran
pengatur aliran dibuat untuk lebih meningkatkan pengaturan serta
memperbesar debit air yang akan melintasi bangunan pelimpah.
Dimensi saluran pengatur type bending pelimpah dapat diperoleh dari rumus
hidrolika sebagai berikut :

1. Rumus Debit :
3
Q=C × Be × H 2
Dimana :
Q = Debit (m3/dtk)
C = Koefisien Limpahan
Be = Lebar efektif mercu bendung (m)
H = Total tinggi tekanan air diatas mercu bendung (m)

2. Koefisien Limpahan (C)


Koefisien limpahan pada bendung tersebut biasanya berkisar antara 2,0
s/d 2,1 dan angka ini dipengaruhi oleh berbagai factor.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Gambar 2.3 : Koefisien Limpahan dari berbagai type bending (yang


dipengaruhi oleh kedalaman air dalam saluran pengarah)

3. Lebar effektif mercu bendung (Be)


Rumus untuk menghitung lebar effektif bending menurut: “Civil
Engineering Departement US Army”
Be=B ' −2 ( n . Kp+ Ka ) H
Dimana :
Be = Lebar Effektif bendung (m)
B’ = Lebar Total Pelimpah (m)
n = Jumlah Pilar diatas mercu
Kp = Koefisien Kontraksi pada pilar
Ka = Koefisien Kontraksi pada pangkal bendung
H = Tingi Energi di atas mercu bendung (m)
c. Type Pelimpah Samping (Side Weir Over Flow Type)
Suatu bangunan pelimpah saluran yang saluran peluncurnya berposisi
menyamping terhadap saluran pengaturan aliran di udiknya disebut bangunan
pelimpah samping (Side Spillway). Al i r a n y a n g m e l i n t a s i b a n g u n a n
p e l i m p a h s a m p i n g t e r s e b u t , s e o l a h - o l a h t e r b a g i menjadi dua
tingkatan dengan dua buah peredam energi, yaitu yang pertama
terletak  pada bagian akhir saluran pengatur yang disebut saluran saming

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

(side ditch) dan yang kedua adalah peredam energi di bagian akhir dari
bangunan pelimpah tersebut. Persyaratan yang perlu diperhatikan pada
bangunan pelimpah type ini adalah harga debit banjir yang melintasinya tidak
menyebabkan aliran yang menenggelamkan bendung pada saluran pengatur,
karena saluran samping agar dibuat cukup rendah terhdap bendung tersebut.
11 Rumus Debit menurut I.Hinds.

Qx=q × x
v=a × xn
n+1
Y= ×hv
n
Dimana ;
Qx = Debit pada titik x (m3/dtk)
q = Debit per unit, lebar yang melintasi bendung pengatur
(m3/dtk)
x = jarak antara tepi udik bendung dengan suatu titik pada mercu
bendung
v = kecepatan rata-rata aliran air didalam saluran samping pada
titik tertentu
n = exponent untuk kecepatan aliran air didalam saluran samping
(antara 0,4 s/d 0,8)
y = Perbedaan elevasi antara mercu bendung dengan permukaan
air dalam saluran samping pada bidang Ax yang melalui titik
tersebut.

Gambar 2.4 : Skema aliran air melintasi sebuah bendung

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

12 Pemilihan kombinasi yang sesuai dengan angka koefisien dan n pada


rumus kecepatan I.Hinds diatas supaya dicari dalam kombinasi
sedemikian rupa sehingga pihak biaya konstruksi saluran samping
ekonomis. Sedangkan dilain pihak agar mempunyai bentuk hidrolis yang
menguntungkan. Angka “n” yang paling menguntugkan tersebut dapat
diperoleh dengan beberapa metode.

C. Saluran Transisi
Saluran transisi adalah saluran diantara mercu pelimpah dan saluran
peluncur. Saluran transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan
disalurkan tidak menimbulkan air terhenti (back water) di bagian hilir
saluran samping dan memberikan kondisi yang paling menguntungkan,
baik pada aliran di dalam saluran transisi tersebut maupun pada aliran
permulaan yang akan menuju saluran peluncur. Bentuk saluran transisi ditentukan
sebagai berikut :

Gambar 2.5. Skema bagian transisi saluran pengarah pada bangunan pelimpah
 Menghitung nilai y

b 1−b2
y=
2
Dimana :
y = Selisih lebar saluran transisi bagian hulu dan hilir (m)
b1 = Lebar efektif bendung (m)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

b2 = b1 × tg ø

 Menghitung nilai L

y
L=
tg ø
Dimana :
L = Panjang saluran transisi (m)
b1 = Selisih lebar saluran transisi bagian hulu dan hilir (m)

 Menghitung nilai ∆H

L=S × L
Dimana :
∆H = Beda ketinggian saluran (m)
S = Kemiringan dasar
L = Panjang saluran transisi (m)
D. Saluran Peluncur
Pada perencanaan bangunan pelimpah antara tinggi mercu dengan
bangunan peredam energi diberi saluran peluncur (floodway). Saluran ini
berfungsi untuk mengatur aliran air yang melimpah dari mercu dapat mengalir
dengan lancar tanpa hambatan-hambatan hidrolis. Perencanaan dimensi saluran
peluncur pada mulanya didasarkan pada kondisi tpografi daerah setempat. Dalam
perencanaannya hendaknya didasarkan pada aspek ekonomis, keamanan hidrolis
dan keamanan konstruksinya. Pada saluran peluncur ini diusahakan memiliki trase
yang lurus dan bilangan Froude yang terjadi di dalamnya tidak melebihi nilai 9.

Dengan merencanakan saluran peluncur (Flood Way) harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut :
 Agar air yang mengalir dari pelimpah berjalan lancar tanpa hambatan-
hambatan hidrolis.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

 Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil dalam menerima
saluran beban yang timbul.
 Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin.

1. Perhitungan Hidrolika untuk saluran primer


a. Perhitungan sistem coba-coba banding pertama, Rumus ke kekalan
energi dalam aliran (Rumus Bernoulli) :
Z 1+d 1+ hv 1=Z 2+d 2+ hv 2+h 2
Dimana :
Z = elevasi dasar saluran pada suatu bidang vertical
d = kedalaman air pada bidang tersebut (m)
H2 = Tinggi tekanan kecepatan pada bidang tersebut (m)
H2 = kehilangan tinggi tekanan yang terjadi diantara dua buah
bidang vertical yang ditentukan (m)

Gambar 2.6 : Skema penampang memanjang aliran pada saluran


peluncur
b. Perhitungan Sistim Coba banding ke dua
c. Perhitungan tanpa sistim coba banding

2. Penentuan kemiringan dasar saluran peluncur


Disesuaikan dengan kondisi topografi serta untuk memperoleh hubungan
yang kontinue antara saluran peluncur dengan peredam energi maka sudut
kemiringan dasar saluran biasanya berubah-ubah dalam berbagai variasi
(berbentuk lengkungan). Untuk memperoleh bentuk lengkungan dasar saluran

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

peluncur dapat dikerjakan dengan rumus yang berasal dari persamaan


parabolis.

3. Bagian yang berbentuk terompet pada ujung hilir saluran primer, saluran
peluncur pada hakikatnya metode perhitungan untuk merencanakan bagian
saluran yang berbentuk terompet ini belum ada, akan tetapi disarankan agar
sudut pelebaran O tidak melebihi besarnya sudut yang diperoleh dari rumus
sebagai berikut :
1
tanθ=
3F
V
F=
gd

Dimana :
O = Sudut Pelebaran
F = Angka Froude
V = Kecepatan Aliran Air (m/dtk)
d = Kedalaman aliran air (m)
g = gravitas (m/dtk2)

4. Saluran peluncur dengan tampak atas melengkung


Apabila didalam suatu saluran peluncur dengan tampak atas yang
melengkung mengalir dengan kecepatan tinggi, maka akan timbul gelombang
benturan hidrolis yang berasal dari dinding lingkaran luar dan gelombang
benturan negative yang berasal dari dinding lingkaran dalam.
E. Mercu Pelimpah
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung
pelimpah yaitu Tipe ogee dan tipe bulat. Kedua bentuk mercu tersebut dapat
dipakai baik untuk konstruksi beton maupun  pasangan batu atau bentuk
kombinasi dari keduanya. Kemiringan maksimum muka bendung bagian hilir
yang dibicarakan di sini berkemiringan 1 : 1 batas bendung dengan muka hilir
vertical. Mungkin menguntungkan jika bahan pondasinya dibuat
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

dari batu keras dan tidak diperlukan kolam olak. Dalam hal ini kavitasi dan
aerasi tirai luapan harus diperhitungkan dengan baik.
1. Desain Hidraulis Pelimpah
1.2 Bentuk Mercu
Pada umumnya ada 3 bentuk mercu pelimpah yang sering digunakan, yakni :
a. Tipe I, tipe ini cocok untuk pelimpah ogee yang mempunyai beda tinggi
tekanan yang rendah (low head).
b. Tipe II, tipe yang paling banyak digunakan. Permukaan pelimpah bagian
hulu/depan berbentuk vertikal dan melengkung ke atas sampai mercu dan
setelah itu akan membentuk lereng, seperti gambar di bawah.
c. Tipe III, permukaan pelimpah bagian depan berbentuk vertikal dan
membesar pada bagian mercu yang menggantung(overhang). Pembesaran
tersebut sebesar minimal 1/3 tinggi tekanan dan menyambung dengan
permukaan hulu dengan sudut 30º terhadap vertikal.

Gambar 2.8 : type bentuk mercu


Selain tipe-tipe di atas, di bawah adalah penampang pelimpah dari U.S Army Corps of
Engineers untuk memperoleh koordinat (x,y) untuk penampang bagian hilir,
menurut rumus :
X1,85 = 2 Hd0,85 y ......................................................................................................... (1)
Dimana :
Hd = tinggi tekanan desain di atas mercu.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

2. Kriteria Desain Tinggi Tekanan Melalui Pelimpah


Untuk pelimpah dengan tinggi tekanan (head) sedang, tekanan negatif sebesar
- 1,5 m tinggi air masih diijinkan. Bila diambil 1.33 kali Hd, maka nilai tekanan
negatif adalah sekitar 0,6 Hd. Pada bukaan sebagian, tekanan negatif dapat berkisar
sekitar 4,8 m tinggi air, dimana tekanan negatif yang diijinkan biasanya sekitar 3 m.
Secara teoritis, koefisien aliran dengan mengabaikan gesekan adalah sebesar
2,96, tetapi pada prakteknya sulit dicapai di lapangan. Secara praktis koefisien aliran
yang digunakan tanpa mengijinkan adanya tekanan subatmosfir adalah sebesar 2,21.
Beberapa faktor yang mempengaruhi koefisien aliran, diantaranya adalah :
a. Kondisi penampang bagian atas, bila desainnya memadai koefisen 2,76 dapat
dicapai.
b. Kemiringan bagian hilir (glacis).
c. Pengaruh kedalaman dari saluran depan.
d. Tinggi tekanan yang berbeda dari tinggi desain.
e. Kemiringan bagian hulu.
f. Pengaruh apron hilir dan kondisi terendam tidaknya bagian hilir.
F. Saluran Peredam Energi
Sebelum aliran air yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi
ke dalam sungai, maka aliran dengan kecepatan yang tinggi dalam kondisi aliran-
aliran subkritis. Dengan demikian, kandungan energi dengan daya penggerus yang
sangat kuat tersebut harus diredusit hingga mencapai tingkat yang normal
kembali, sehingga aliran tersebut kembali kedalam sungai tanpa membahayakan
kestabilan alur sungai yang bersangkutan.

Guna meredusir energi yang terdapat didalam aliran tersebut, maka


diujung hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan yang disebut
peredam energi pencegah gerusan (scour protection stilling basin). Bangunan
pemecah energi terdiri dari beberapa type yang penggunaannnya disesuaikan
dengan kondisi topografi serta sistem kerjanya. Agar diperoleh tipe peredam
energy yang sesuai, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Gambar karakteristik hidrolis pada peredam energy yang direncanakan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

2. Hubungan lokasi antara peredam energi dengan tubuh bendungan.


3. Karakteristik hidrolis dan karakteristik konstruksi dari bangunan pelimpah.
4. Kondisi-kondisi topografi, geologi dan hidrolis di daerah tempat kedudukan
calon peredam energy.
5. Situasi serta tingkat perkembangan ari sungai disebelah hilirnya.

Tipe-tipe kolam olak :


a. Tipe Loncatan (water jump type)
Peredam energy loncatan biasanya dibuat untuk sungai-sungai yang
dangkal dengan kedalaman yang kecil dibandingkan kedalaman loncatan
hidrolis aliran di ujung udik peredam energy, akan tetapi tipe ini hanya cocok
untuk sungai dengan dasar alur yang kokoh. Demikian pula biaya
pembuatannya cukup rendah tetapi efektifitas kerjanya lebih mudah daripada
tipe-tipe yang lain, dan biasanya menimbulkan olakan-olakan pada aliran di
hilirnya.
Standar kasar sebagai dasar pembuatan peredam tersebut adalah
sebagai berikut :
 Penentuan posisi dan lokasi dari ujung akhir peredam energi loncatan
 Bentuk ujung hilir peredam energi loncatan
 Posisi terjunan pada peredam energi loncatan
 Intensitas penggerusan yang disebabkan oleh terjunan pada energi loncatan

Gambar 2.8 : Bentuk Lengkungan peredam pada energi loncatan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

b. Tipe USBR
Tipe kolam olak yang akan direncanakan di sebelah hilir bangunan
bergantung pada energi air yang masuk, tergantung pada bilangan froud, dan
juga bahan konstruksi kolam olak.
Secara umum kolam olakan masih bisa dibedakan dalam tiga tipe
utama yaitu :
 Kolam Olakan datar
 Kolam olakan miring kehilir
 Kolam olakan miring keudik
Akan tetapi yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan
datar. Kolam olakan datar mempunyai berbagai variasi terpenting yang terdiri
dari 4 tipe dan dibedakan oleh kondisi hidrolis dan kondisi konstruksinya
sebagaimana yang diuraikan dibawah ini :
1) Kolam Olakan Datar type I
Kolam olakan datar tipe 1 adalah suatu kolam olakan dengan dasar
yang datar dan terjadinya peredaman energi yang terkandung dalam aliran
air dengan benturan secara langsung aliran tersebut ke atas permukaan
dasar kolam, lihat gambar 2.9. karena penyempurnaan redaman terjadi
akibat gesekan-gesekan yang terjadi antara molekul-molukel air di dalam
kolam olakan, sehingga air yang meninggalkan kolam tersebut mengalir
memasuki alur sungai dalam kondisi yang sudah tenang.
Akan tetapi kolam olakan menjadi lebih panjang dan karenanya
type 1 ini hanya sesuai untuk mengalirkan debit yang relative kecil dengan
kapasitas peredaman energi yang kecil pula dan kolam olakan pun akan
berdimensi kecil dan kolam lakan type 1 ini biasanya dibangun untuk
suatu kondisi yang tidak memungkinkan pembuatan perlengkapan-
perlengkapan lainnya pada kolam olakan tersebut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Gambar 2.9 : Kolam Olakan Datar type I USBR

2) Kolam Olakan Datar type II


Kolam Olakan datar tipe II, lihat gambar 2.10 dimana terjadinya
peredaman energy yang terkandung didalam aliran adalah akibat gesekan
di antara molekul-molekul air di dalam kolam dan dibantu oleh
perlengkapan-perlengkapan yang di buat berupa gigi pemencar aliran di
pinggir udik dasar kolam dan ambang bergerigi dipinggir hilirnya.
Kolam olakan type ini cocok di gunakana untuk aliran dengan
tekanan hidrostatis yang tinggi dan debit yang besar (q < 45 m3/dtk/m,
tekanan hidrostatis 60 m dan bilangan Froude > 4,5). Gigi pemencar
aliran berfungsi untuk lebih meningkatkan effektifitas peredaman
sedangkan ambang bergerigi berfungsi sebagai penstabil loncatan hidrolis
dalam kolam olakan tersebut. Kolam olakan tipe ini sangat sesuai untuk
bendungan urugan dan penggunaannya cukup luas.
Akan tetapi untuk bangunan pelimpah, misalnya dengan V=18
m/dtk maka akan lebih ekonomis apabila dipergunakan kolam olakan datar
III.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Gambar 2.10 : Bentuk Kolam Olakan Datar Type II USBR

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

3) Kolam Olakan Datar type III


Pada hakikatnya prinsip kerja dari kolam olakan ini mirip dengan
sistem dari kolam olakan datar tipe II, akan tetapi lebih sesuai untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang
akan kecil ( q<18,5 m3/dtk/m, V< 18 m/dtk dan bilangan Froude > 4,5).
Untuk mengurangi panjang kolam olakan, biasanya dibuatkan gigi
pemencar aliran di tepi udik dasar kolam, gigi penghadang aliran (gigi
benturan) pada kolam olakan lihat gambar 2.11. Kolam olakan ini biasanya
untuk bangunan pelimpah pada bendungan urugan yang rendah.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Gambar 2.11 : Bentuk Kolam Olakan Datar type III

4) Kolam Olakan Datar type IV


Sistem kerja kolam olakan tipe ini sama dengan sistem kerja kolam
olakan datar tipe III. Akan tetapi penggnaannya paling cocok adalah untuk
aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang besar per
unit lebar, yaitu untuk aliran dalam kondisi super kritis dengan bilangan
Froude antara 2,5 s/d 4,5.
Biasanya kolam olakan tipe ini dipergunakan pada bangunan
pelimpah suatu bendungan urugan yang sangat rendah atau pada bendung,
penyadap bendung konsolidasi, bendung penyangga dan lain-lain. Lihat
gambar 2.12. Berhubung peredam energi untuk aliran dengan angka
Froude antara 2,5 s/d 4,5 umumnya sangat sukar, karena getaran

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

hidrostatis yang timbul pada aliran tersebut tidak dapat dicegah secara
sempurna, maka apabila keadaannya memungkinkan sebaiknya lebar
kolam diperbesar supaya bilangan froudenya berada di luar angka-angka
tersebut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Gambar 2.12 : Bentuk Kolam Olakan Datar Type IV USBR.

a) Panjang kolam olakan


Untuk penentuan panjang kolam olakan datar dapat digunakan ukuran
standard, sebagaimana yang tertera pada Gambar 2.13 di bawah ini (Sosrodarsono
& takeda, 1977).

Gambar 2.13 : Grafik penentuan panjang loncatan hydrolis (hasil perhitungan).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Kedalaman air pada bagian hulu dan sebelah hilir loncatan hydrolis tersebut
dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut : (Sosrodarsono & Takeda, 1997).

Dimana D1 dan D2 adalah kedalaman air, komponen D1 dipindahkan ke kanan


dan harga V12 / g D1 = F12 maka akan diperoleh rumus sebagai berikut :

Selanjutnya bilangan Froude dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

b) Gigi-gigi pemencar aliran, gigi-gigi benturan dan ambang ujung hilir kolam
olakan.
Pada kolam olakan datar tipe II dan III, tinggi dan lebar gigi pemencar
disarankan agar mendekati angka kedalaman air di depan loncatan hydrolis
(D1), sedang jarak antara dinding samping kolam dengan gigi paling pinggir
diambil ½ D1 dan jarak antara masing-masing blok dapat diambil sama dengan
harga D1 (Sosrodarsono & Takeda, 1997).
Salah satu cara yang paling efektif guna mengurangi panjangnya kolam
olakan adalah dengan pembuatan sebaris atau lebih gigi-gigi benturan pada
dasar kolam yang berfungsi sebagai penghadang aliran serta mendeformir
loncatan hydrolis menjadi lebih pendek. Semakin besar bilangan Froude suatu
aliran maka gigi-gigi benturan dibuat semakin tinggi dan didasarkan pada
harga D1, ukuran tingginya ditetapkan dengan diagram seperti pada Gambar
2.14 (Sosrodarsono & Takeda, 1977).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Gambar 2.14 : Grafik penentuan tinggi gigi benturan pada kolam


olakan datar tipe III (hasil perhitungan).

Ujung hilir kolam olakan datar tipe III dibuat dengan ambang rata seperti yang
pada Gambar 2.15 (Sosrodarsono & Takeda, 1977).

Gambar 2.15 : Grafik penentuan ambang hilir pada kolam olakan datar tipe
III (hasil perhitungan).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

c) Tinggi jagaan.
Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah direncanakan untuk dapat
menghindarkan terjadinya limpasan, pada kemungkinan elevasi permukaan
aliran air yang paling tinggi, ditambah tinggi ombak serta kemungkinan adanya
benda-benda terapung yang terdapat pada aliran tersebut (Sosrodarsono &
Takeda). Perhitungan untuk memperoleh tinggi jagaan pada bangunan
pelimpah dapat digunakan rumus empiris sebagai berikut :

Fb = C . V . d1/2
Atau

Fb = 0,6 + 0,037 . V. d1/3


Dimana :

Fb minimal = 0,5 s/d 0,6 m di atas permukaan air.


Fb = tinggi jagaan (m)
C = koefisien = 0,1 untuk penampang saluran berbentuk persegi panjang
dan koefisien = 0,13 untuk penampang berbentuk trapesium.
V = kecepatan aliran (m/det).
d = kedalaman air di dalam saluran (m).

c. Tipe Bak Pusaran (roller bucket type)


Peredam energi tipe bak pusaran adalah bangunan peredam energi
yang terdapat di dalam aliran air dengan proses pergesekan di antara
molekul-molekul air akibat timbulnya pusaran-pusaran vertical di dalam
suatu kolam. Biasanya bak pusaran ini membutuhkan pondasi batuan yang
kukuh dan air yang terdapat di hilirnya cukup dalam. Bak pusaran
ini mempunyai bentuk serta modifikasi yang beraneka ragam, disesuaikan
dengan kondisi topografi dan geologi tempat kedudukannya serta kondisi
fluktuasi permukaan air di hilir kolam tersebut.
Prosedur dimana pembuatan teknis kolam pusaran adalah sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

1) Didasarkan pada penetapan debit q (m3/detk/m) yang melintasi kolam


pusaran serta didasarkan pada perbedaan elevasi permukaan air di udik
dan di hilir bendungan H (m), maka kecepatan aliran air diujung hilir
saluran peluncur dengan kedalaman D1 (m) dengan mudah dapat
dihitung dan selanjutnya bilangan Froude dari aliran tersebut dapat
dihitung pula :
V
Fr=
√ g D1

2) Dengan menggunakan diagram pada gambar 2.16 maka harga bilangan


Froude akan diperoleh harga :
Rmin yang diperkenankan
V2
D 1+ 1
2g

Dengan demikian Rmin dapat dihitung.


3) Dari harga-harga bilangan Froude dan Rmin yang diperkenankan tersebut
dan dengan menggunakan diagram pada Gambar 2.17 maka akan dapat
diketahui perbandingan antara kedalaman air minimum disebelah hilirnya
(Tmin) dan kedalaman kritis aliran air diujung hilir peluncur (D1).
Dengan demikian harga Tmin dapat diketahui.
4) Dengan prosedur yang sama seperti Tmin, tetapi dengan menggunakan
diagram pada gambar 2.18, kedalaman air maximum disebelah hilir bak
pusaran (Tmax) dicari.
5) Dengan sistim coba banding, elevasi embang kolam pusaran dapat
ditentukan sedemikian rupa, sehingga elevasi hilirnya terletak antara
Tmax dan Tmin yang telah dihitung lebih dahulu. Selanjutnya dengan
menggunakan pada gambar 2.19 dan dengan cara perhitungan diatas,
akan dapat diperoleh elevasi permukaan air di hilir bak terdapat
kedalaman minimumnya agar pusaran air tidak terjadi di luar bak pusaran
tersebut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Kedalaman air minimum tersebut dinamakan Kedalaman Perpindahan


Pusaran (sweet out water depth) lihat contoh peredam energi bak pusaran
pada gambar 2.20.

Gambar 2.16 Radius Minimum Lengkungan Bak Pusaran

Gambar 2.17 : Kedalaman minimum air sungai di hilir bak pusaran

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

Gambar 2.18 : Kedalaman maximum air sungai di hilir bak Pusaran

Gambar 2.19: Kedalaman minimum air yang dapat menyebabkan pusaran


terjadi di luar bak pusaran

Gambar 2.20: Peredam Energi type Bak pusaran

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

LEMBAR ASISTENSI
KONSTRUKSI BENDUNGAN II

No. TANGGAL KETERANGAN PARAF


 Lengkapi teori. Tambahkan
12/04/2020 grafik untuk menentukan
Panjang kolam olakan datar
hubungan antara bilangan
Froud dgn L/D2pada
pembahasan Peredam
Energi
 Lanjutkan perhitungan
perencanaan bangunan
pelimpah

 Perhitungan ok, lanjutkan


22/05/2020
 Tambahkan keterangan b1
04/06/2020 pada perhit. Sal. Transisi
perhitungannya diambil dari
perhitungan apa
 Koreksi panjang saluran
pada elevasi titik C,
sesuaikan dengan perhit.
Pada sal. Transisi
 Koreksi pembacaan grafik
loncatan hidrolis

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32
A.HARDIYANTI PUTRI TAMARA KONSTRUKSI BENDUNGAN II
105 81 11087 18 “PERENCANAAN SPILLWAY”

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
32

Anda mungkin juga menyukai