BAB I
PENDAHULUAN
Pada setiap bangunan keairan baik itu sebuah bendungan, embung ataupun
saluran irigasi biasnya akan di lengkapi dengan bangunan pelimpah. Bangunan
Pelimpah adalah bangunan beserta intalasinya untuk mengalirkan air banjir yang
masuk ke dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan.
Secara umum pelimpah memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dimana
pelimpah itu akan dibangun. Pada embung dan bendungan fungsi utama pelimpah
adalah sebagai bangunan pelindung bagi tubuh bendungan terhadap bahaya peluapan
dengan membuang kelebihan air banjir ke arah hilirnya. Sedangkan pada bendung
dan saluran irigasi fungsi utama pelimpah adalah sebagai peninggi muka air dan
pengukur debit. Namun, pada kondisi-kondisi yang diinginkan pelimpah yang ada
pada embung dan bendungan dapat juga digunakan sebagai pengukur debit.
Terdapat berbagai type bangunan pelimpah dan untuk menentukan
typebangunan yang sesuai diperlukan suatu studi yang luas dan mendalan sehingga
diperoleh altematif yang ekonomis. Bangunan pelimpah yang paling umum
dipergunakan pada bendungan urugan yaitu pelimpah terbuka dengan ambang tetap.
Bangunan ini biasanya terdiri dari lima bagian yaitu :
BAB II
BANGUNAN PELIMPAH
(SPILLWAY)
1. Pengertian
Bangunan Pelimpah (spillway) adalah bangunan beserta instalasinya
untuk mengalirkan air banjir yang masuk kedalam bendungan agar tidak
membahayakan keamanan tubuh bendungan.
2. Pembagian Type Bangunan Pelimpah
a. Tipe Pelimpah Berdasarkan Bentuk
1) Pelimpah Luncur (Chute), Pelimpah tipe ini umumnya digunakan
dalam kaitannya dengan bendungan tipe urugan tanah atau batu,
meskipun pelimpah luncur juga digunakan pada bendungan beton
gravity. Bendungan umumnya terletak di lembah (canyon) yang
sempit dan tidak tersedia ruang cukup untuk pelimpah bebas.
Pelimpah luncur umumnya ditempatkan pada tumpuan yang
berdekatan dengan bendungan, meskipun dapat pula ditempatkan pada
lokasi pelana yang jauh dari lokasi struktur bendungan.
6) Pelimpah Inlet Bak Terjun (Box Inlet Drop Spillway), Pelimpah tipe
bak terjun (drop) vertikal atau tipe jatuh bebas merupakan salah satu
dari bentuk aliran yang jatuh bebas dari daerah waduk. Tipe ini sesuai
untuk bendungan tipe busur yang tipis, aliran air dapat mengalir
bebas, atau sepanjang bagian mercu yang sempit.
7) Pelimpah Konduit / Terowongan merupakan saluran tertutup yang
dapat berupa shaft vertikal atau miring atau horisontal yang melalui
formasi tanah atau batuan. Sebagai bangunan/ambang pengendali
dapat berupa hampir semua jenis ambang pelimpah dengan bukaan
vertikal atau miring, lubang gloryatau saluran samping, dan lain-lain.
Terowongan biasanya didesain untuk aliran sebagianpenuh, kecuali
untuk lubang glory. Tipe ini biasanya dilengkapi dengan aerasi. Bila
saluran tertutup dibangun di bawah bendungan, bangunan tersebut
disebut sebagai pelimpah konduit. Jenis pelimpah ini biasanya cocok
untuk bendungan pada lokasi di lembah yang lebar, dimana konduit
pengelak dibuat di dekat aliran sungai.
dengan aman. Besaran Banjir Desain akan sama atau lebih kecil dari
Banjir Maksimum Boleh Jadi.
1) Pelimpah Utama (Service Spillway). Berdasarkan fungsinya maka
bangunan pelimpah merupakan bangunan hidraulik yang menyalurkan
aliran normal dan atau aliran banjir, serta melindungi kesatuan
bangunan pada bendungan. Bangunan pelimpah mempunyai dimensi
hidraulik untuk dapat menyalurkan Banjir Desain dengan aman.
Besaran Banjir Desain akan sama atau lebih kecil dari Banjir
Maksimum Boleh Jadi.
2) Pelimpah Tambahan (Auxiliary Spillway). Pelimpah tambahan jarang
digunakan dan dapat menjadi pelimpah sekunder yang di operasikan
untuk membantu pelimpah utama. Pada masa operasi diperkenankan
terjadi kerusakan struktur atau erosi sampai tingkat yang diijinkan
pada pelimpah tambahan akibat pengeluaran air sampai dan termasuk
debit desain. Pelimpah tambahan diperlukan apabila kapasitas
pelimpah utama tidak mencukupi untuk mengalirkan banjir desain.
3) Pelimpah Darurat (Emergency Spillway). Pelimpah darurat didesain untuk
memberikan perlindungan tambahan terhadap peluapan bendungan dan
dimaksudkan untuk digunakan pada kondisi ekstrim seperti kesalahan operasi
atau tidak berfungsinya pelimpah utama atau kondisi darurat lain atau pada
waktu terjadinya banjir yang sangat besar, atau Banjir Maksimum Boleh Jadi.
Seperti juga pada pelimpah tambahan (auxiliary), maka pada pelimpah darurat
di perkenankan terjadi kerusakan struktur dan atau erosi sampai tingkat yang di
ijinkan, akibat pengeluaran air sampai dan termasuk debit desain.
3. Klasifikasi Pelimpah
1) Pelimpah Tanpa Pintu
a) Pelimpah dengan mercu Ogeedan sill kendali
b) Bak mandi atau saluran dengan dua sisi dan pelimpah samping dengan
mercu ogee
c) Pelimpah “Morning Glory“
d) Pelimpah dengan mercu labirin
2) Pelimpah DenganPintu
a) Pelimpah berpintu
b) Pelimpah dengan “fuse gate“
4. Komponen Pelimpah
a) Saluran pengarah dan log pengaman debris.
b) Bangunan kendali, seperti struktur mercu atau sill yang dapat dilengkapi
dengan pintu, balok sekat (bulkhead), atau balok penutup (stop log)
bersama dengan peralatan operasi terkait.
c) Bangunan pembawa seperti lantai dan dinding saluran luncur dan atau
konduit atau terowongan.
d) Bangunan akhir (terminal) seperti peredam energi loncatan hidraulik, bak
lontar (flip bucket), bak pusaran (roller bucket).
e) Saluran hilir.
BAB III
PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)
Dalam perencanaan bangunan pelimpah, perencanaan yang dilakukan secara
bertahap untuk seluruh bagian dari bangunan itu sendiri yang akan diuraikan
dibawah ini :
A. Saluran Pengarah Aliran
Sesuai dengan fungsinya sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran
tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolis yang baik, maka kecepatan masuknya
aliran air direncanakan tidak melebihi 4 m/dt dan lebar salurannya makin
mengecil ke arah hilir, apabila kecepatan tersebut melebihi 4 m/dtk aliran akan
bersifat heliosiodal dan kapasitas pengalirannya akan menurun. Disamping itu,
aliran heliosiodal tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban hidro dinamis
pada bangunan pelimpah. Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya lebih
besar dan 1/5 x tinggi rencana limpasan diatas mercu ambang pelimpah. Lihat
gambar 2.1 :
Gambar 2.1 : Saluran pengarah aliran dan ambang debit pada sebuah
bangunan pelimpah
Selain didasarkan pada kedua persyaratan tersebut, bentuk dan dimensi
saluran pengarah aliran biasanya disesuaikan dengan kondisi topografi setempat
serta dengan persyaratan aliran hidrolis yang baik.
B. Saluran Pengatur Aliran
Sesuai dengan fungsinya sebagai pengatur aliran (debit) air yang
melintasi bangunan pelimpah maka bentuk dan sistim kerja saluran pengatur
aliran ini harus diselesaikan dengan ketelitian pengaturan yang disyaratkan untuk
bagian ini, bentuk dan dimensinya diperoleh dari perhitungan-perhitungan
hidrolik yang didasarkan pada rumus - rumus empiris dan untuk selanjutnya akan
diberikan beberapa contoh tipe saluran pengatur aliran.
a. Type Ambang Bebas (Flowing Into Canal Type)
Digunakan untuk debit air yang kecil dengan bentuk sederhana bagian depan
dapat berbentuk tegak atau miring, kemudian horizontal dan akhirnya
berbentuk lengkung serta untuk memperoleh lebar ambang (b). Lihat gambar
2.2, dapat digunakan rumus sebagai berikut :
1. Rumus Debit :
3
Q=C × Be × H 2
Dimana :
Q = Debit (m3/dtk)
C = Koefisien Limpahan
Be = Lebar efektif mercu bendung (m)
H = Total tinggi tekanan air diatas mercu bendung (m)
(side ditch) dan yang kedua adalah peredam energi di bagian akhir dari
bangunan pelimpah tersebut. Persyaratan yang perlu diperhatikan pada
bangunan pelimpah type ini adalah harga debit banjir yang melintasinya tidak
menyebabkan aliran yang menenggelamkan bendung pada saluran pengatur,
karena saluran samping agar dibuat cukup rendah terhdap bendung tersebut.
11 Rumus Debit menurut I.Hinds.
Qx=q × x
v=a × xn
n+1
Y= ×hv
n
Dimana ;
Qx = Debit pada titik x (m3/dtk)
q = Debit per unit, lebar yang melintasi bendung pengatur
(m3/dtk)
x = jarak antara tepi udik bendung dengan suatu titik pada mercu
bendung
v = kecepatan rata-rata aliran air didalam saluran samping pada
titik tertentu
n = exponent untuk kecepatan aliran air didalam saluran samping
(antara 0,4 s/d 0,8)
y = Perbedaan elevasi antara mercu bendung dengan permukaan
air dalam saluran samping pada bidang Ax yang melalui titik
tersebut.
C. Saluran Transisi
Saluran transisi adalah saluran diantara mercu pelimpah dan saluran
peluncur. Saluran transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan
disalurkan tidak menimbulkan air terhenti (back water) di bagian hilir
saluran samping dan memberikan kondisi yang paling menguntungkan,
baik pada aliran di dalam saluran transisi tersebut maupun pada aliran
permulaan yang akan menuju saluran peluncur. Bentuk saluran transisi ditentukan
sebagai berikut :
Gambar 2.5. Skema bagian transisi saluran pengarah pada bangunan pelimpah
Menghitung nilai y
b 1−b2
y=
2
Dimana :
y = Selisih lebar saluran transisi bagian hulu dan hilir (m)
b1 = Lebar efektif bendung (m)
b2 = b1 × tg ø
Menghitung nilai L
y
L=
tg ø
Dimana :
L = Panjang saluran transisi (m)
b1 = Selisih lebar saluran transisi bagian hulu dan hilir (m)
Menghitung nilai ∆H
L=S × L
Dimana :
∆H = Beda ketinggian saluran (m)
S = Kemiringan dasar
L = Panjang saluran transisi (m)
D. Saluran Peluncur
Pada perencanaan bangunan pelimpah antara tinggi mercu dengan
bangunan peredam energi diberi saluran peluncur (floodway). Saluran ini
berfungsi untuk mengatur aliran air yang melimpah dari mercu dapat mengalir
dengan lancar tanpa hambatan-hambatan hidrolis. Perencanaan dimensi saluran
peluncur pada mulanya didasarkan pada kondisi tpografi daerah setempat. Dalam
perencanaannya hendaknya didasarkan pada aspek ekonomis, keamanan hidrolis
dan keamanan konstruksinya. Pada saluran peluncur ini diusahakan memiliki trase
yang lurus dan bilangan Froude yang terjadi di dalamnya tidak melebihi nilai 9.
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil dalam menerima
saluran beban yang timbul.
Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin.
3. Bagian yang berbentuk terompet pada ujung hilir saluran primer, saluran
peluncur pada hakikatnya metode perhitungan untuk merencanakan bagian
saluran yang berbentuk terompet ini belum ada, akan tetapi disarankan agar
sudut pelebaran O tidak melebihi besarnya sudut yang diperoleh dari rumus
sebagai berikut :
1
tanθ=
3F
V
F=
gd
Dimana :
O = Sudut Pelebaran
F = Angka Froude
V = Kecepatan Aliran Air (m/dtk)
d = Kedalaman aliran air (m)
g = gravitas (m/dtk2)
dari batu keras dan tidak diperlukan kolam olak. Dalam hal ini kavitasi dan
aerasi tirai luapan harus diperhitungkan dengan baik.
1. Desain Hidraulis Pelimpah
1.2 Bentuk Mercu
Pada umumnya ada 3 bentuk mercu pelimpah yang sering digunakan, yakni :
a. Tipe I, tipe ini cocok untuk pelimpah ogee yang mempunyai beda tinggi
tekanan yang rendah (low head).
b. Tipe II, tipe yang paling banyak digunakan. Permukaan pelimpah bagian
hulu/depan berbentuk vertikal dan melengkung ke atas sampai mercu dan
setelah itu akan membentuk lereng, seperti gambar di bawah.
c. Tipe III, permukaan pelimpah bagian depan berbentuk vertikal dan
membesar pada bagian mercu yang menggantung(overhang). Pembesaran
tersebut sebesar minimal 1/3 tinggi tekanan dan menyambung dengan
permukaan hulu dengan sudut 30º terhadap vertikal.
b. Tipe USBR
Tipe kolam olak yang akan direncanakan di sebelah hilir bangunan
bergantung pada energi air yang masuk, tergantung pada bilangan froud, dan
juga bahan konstruksi kolam olak.
Secara umum kolam olakan masih bisa dibedakan dalam tiga tipe
utama yaitu :
Kolam Olakan datar
Kolam olakan miring kehilir
Kolam olakan miring keudik
Akan tetapi yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan
datar. Kolam olakan datar mempunyai berbagai variasi terpenting yang terdiri
dari 4 tipe dan dibedakan oleh kondisi hidrolis dan kondisi konstruksinya
sebagaimana yang diuraikan dibawah ini :
1) Kolam Olakan Datar type I
Kolam olakan datar tipe 1 adalah suatu kolam olakan dengan dasar
yang datar dan terjadinya peredaman energi yang terkandung dalam aliran
air dengan benturan secara langsung aliran tersebut ke atas permukaan
dasar kolam, lihat gambar 2.9. karena penyempurnaan redaman terjadi
akibat gesekan-gesekan yang terjadi antara molekul-molukel air di dalam
kolam olakan, sehingga air yang meninggalkan kolam tersebut mengalir
memasuki alur sungai dalam kondisi yang sudah tenang.
Akan tetapi kolam olakan menjadi lebih panjang dan karenanya
type 1 ini hanya sesuai untuk mengalirkan debit yang relative kecil dengan
kapasitas peredaman energi yang kecil pula dan kolam olakan pun akan
berdimensi kecil dan kolam lakan type 1 ini biasanya dibangun untuk
suatu kondisi yang tidak memungkinkan pembuatan perlengkapan-
perlengkapan lainnya pada kolam olakan tersebut.
hidrostatis yang timbul pada aliran tersebut tidak dapat dicegah secara
sempurna, maka apabila keadaannya memungkinkan sebaiknya lebar
kolam diperbesar supaya bilangan froudenya berada di luar angka-angka
tersebut.
Kedalaman air pada bagian hulu dan sebelah hilir loncatan hydrolis tersebut
dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut : (Sosrodarsono & Takeda, 1997).
b) Gigi-gigi pemencar aliran, gigi-gigi benturan dan ambang ujung hilir kolam
olakan.
Pada kolam olakan datar tipe II dan III, tinggi dan lebar gigi pemencar
disarankan agar mendekati angka kedalaman air di depan loncatan hydrolis
(D1), sedang jarak antara dinding samping kolam dengan gigi paling pinggir
diambil ½ D1 dan jarak antara masing-masing blok dapat diambil sama dengan
harga D1 (Sosrodarsono & Takeda, 1997).
Salah satu cara yang paling efektif guna mengurangi panjangnya kolam
olakan adalah dengan pembuatan sebaris atau lebih gigi-gigi benturan pada
dasar kolam yang berfungsi sebagai penghadang aliran serta mendeformir
loncatan hydrolis menjadi lebih pendek. Semakin besar bilangan Froude suatu
aliran maka gigi-gigi benturan dibuat semakin tinggi dan didasarkan pada
harga D1, ukuran tingginya ditetapkan dengan diagram seperti pada Gambar
2.14 (Sosrodarsono & Takeda, 1977).
Ujung hilir kolam olakan datar tipe III dibuat dengan ambang rata seperti yang
pada Gambar 2.15 (Sosrodarsono & Takeda, 1977).
Gambar 2.15 : Grafik penentuan ambang hilir pada kolam olakan datar tipe
III (hasil perhitungan).
c) Tinggi jagaan.
Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah direncanakan untuk dapat
menghindarkan terjadinya limpasan, pada kemungkinan elevasi permukaan
aliran air yang paling tinggi, ditambah tinggi ombak serta kemungkinan adanya
benda-benda terapung yang terdapat pada aliran tersebut (Sosrodarsono &
Takeda). Perhitungan untuk memperoleh tinggi jagaan pada bangunan
pelimpah dapat digunakan rumus empiris sebagai berikut :
Fb = C . V . d1/2
Atau
LEMBAR ASISTENSI
KONSTRUKSI BENDUNGAN II