Hukum humaniter melindungi orang-orang yang berdasarkan Konvensi Jenewa dan Protokol
Tambahannya memiliki kedudukan untuk dilindungi secara khusus serta objek-objek tertentu
juga dilindungi. Dilindungi adalah : mereka tidak boleh dijadikan sasaran militer.
Siapa sajakah yang harus dilindungi pada saat sengketa bersenjata ? Hukum humaniter
melindungi orang-orang yang tidak atau tidak lagi terlibat dalam pertempuran seperti
penduduk sipil, orang-orang yang terluka, tawanan perang, korban kapal karam, petugas medis
dan rohaniwan.
b). Kombatan yang telah berstatus hors de combat (tidak mampu lagi melanjutkan
pertempuran) dan jatuh ke tangan musuh ( perlindungan terhadap tawanan perang).
2) Perlindungan Khusus
Penduduk sipil yang tergabung dalam suatu organisasi sosial yang melaksanakan tugas-
tugas yang bersifat sosial untuk membantu penduduk sipil lainnya pada waktu sengketa
bersenjata; misalnya : Perhimpunan Palang Merah Nasional, Perhimpunan Penolong
Sukarela termasuk anggota pertahanan sipil.
3). Para anggota angkatan perang regular yang menyatakan kesetiaannya pada suatu
pemerintah atau kekuasaan yang tidak diakui oleh negara penahan.
4). Orang-orang yang menyertai angkatan perang tanpa dengan sebenarnya menjadi
anggota dari angkatan perang tersebut, seperti anggota sipil awak pesawat udara
militer, wartawan perang, leveransir perbekalan, anggota kesatuan-kesatuan kerja
atau dinas-dinas yang bertanggungjawab atas kesejahteraan angkatan perang, asal
saja mereka telah mendapatkan pengakuan dari angkatan perang yang disertai dan
melengkapi diri mereka dengan sebuah kartu pengenal.
5). Awak kapal niaga termasuk nahkoda, pandu laut, dan taruna serta awak pesawat
udara sipil dari pihak-pihak yang bersengketa yang tidak mendapatkan perlakuan
yang lebih baik menurut ketentuan-ketentuan apapun dalam hukum internasional.
6). Penduduk wilayah yang belum diduduki, yang tatkala musuh mendekat, atas
kemampuannya sendiri dan dengan serentak mengangkat senjata untuk melawan
pasukan-pasukan yang datang menyerbu, tanpa memiliki waktu yang cukup untuk
menbentuk kesatuan-kesatuan bersenjata secara teratur, asal saja mereka
membawa senjata secara terbuka dan menhormati hukum dan kebiasaan
berperang (leeve en masse).
Dari keenam golongan di atas, yang termasuk kategori kombatan yakni nomor : (1), (2), (3), dan
(6) sedangkan nomor (4) dan (5) termasuk kategori penduduk sipil, namun apabila tertangkap
oleh musuh, berhak diperlukan sebagai tawanan perang.
Terhadap kedua kelompok di atas, pihak-pihak yang bersengketa harus melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
a) menjamin penghormatan, artinya mereka harus diperlakukan secara manusiawi
b) menjamin perlindungan, artinya mereka harus dilindungi dari ketidakadilan dan bahaya
yang mungkin timbul dari suatu peperangan, dan terhadap kemungkinan atas perkosaan
integritas kepribadian mereka.
c) memberikan perawatan kesehatan, artinya mereka berhak atas perawatan kesehatan
yang setara dan tidak boleh diabaikan, walaupun ia pihak musuh.
Di darat:
o tawanan perang tidak boleh ditahan dalam penjara
o tempat tinggal / asrama perang harus sama baiknya dengan tempat tinggal dari
negara penahan.
Hygienisch.
o Makanan bagi tawanan perang harus cukup kualitas-kuantitas, maupun
variasinya.
Sehat
o Negara penahan harus mengawasi dan mengambil segala kebersihan dan
kesehatan di dalam kamp tawanan.
Jauh dari tempat pertempuran
Sanksi Pidana :
6. Berakhirnya Tawanan :
a.pemulangan langsung :
Perlindungan terhadap penduduk sipil diatur dalam Konvensi Jenewa IV dan Bagian II Protokol
Tambahan 1977.
1.Perlindungan Umum
Berdasarkan Konvensi Jenewa IV, perlindungan umum yang diberikan kepada penduduk
sipil tidak boleh dilakukan secara diskriminatif.
Dalam segala keadaan, penduduk sipil berhak atas penghormatan pribadi, hak
kekeluargaan, kekayaan dan praktek ajaran agamanya.
Terhadap penduduk sipil, tidak boleh dilakukan tindakan-tindakan sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 27 – 34, yaitu :
melakukan pemaksaan jasmani maupun rohani untuk memperoleh keterangan,
melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan jasmani,
menjatuhkan hukuman kolektif,
melakukan intimidasi, teror, dan perampokan,
melakukan pembalasan,
menjadikan mereka sebagai sandera,
melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan jasmani atau permusuhan
terhadap orang yang dilindungi.
Konvensi Jenewa IV, juga mengatur mengenai pembentukan kawasan-kawasan rumah
sakit dan daerah-daerah keselamatan (safety zones), dengan persetujuan bersama
antara pihak-pihak yang bersengketa.
Pembentukan kawasan ini terutama ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada
orang-orang sipil yang rentan terhadap akibat perang (seperti : orang luka dan sakit,
lemah, perempuan hamil atau menyusui, perempuan yang memiliki anak-anak balita,
orang lanjut usia dan anak-anak.
Daerah keselamatan ini harus memnuhi syarat-syarat :
Daerah kesehatan hanya boleh meliputi bagian kecil dari wilayah yang diperintah
oleh negara-negara yang mengadakannya.
Daerah-daerah itu harus berpenduduk relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
kemungkinan-kemungkinan akomodasi yang terdapat disitu.
Daerah-daerah itu harus jauh letaknya dan tidak ada hubungannya dengan
segala macam obyek-obyek militer atau bangunan-bangunan industry yang
besar.
Daerah-daerah seperti itu tidak boleh ditempatkan di wilayah-wilayah yang
menurut perkiraan, dapat dijadikan areal untuk melakukan peperangan.
Daerah keselamatan (safety zones) berbeda dengan daerah-daerah yang
dinetralisasikan (netralized zones).
Daerah keselamatan diperuntukan bagi penduduk sipil yang rentan terhadap
bahaya peperangan.
Daerah netral ditujukan untuk :
kombatan dan non kombatan yang berstatus hors de combat;
orang-orang sipil yang berada dalam daerah tersebut, namun mereka
tidak ikut serta dalam permusuhan dan tidak melakukan kegiatan-
kegiatan yang bersifat militer selama mereka berdiam dalam batas-batas
daerah netral tersebut.
Di antara penduduk sipil yang harus dilindungi, terdapat 3 kelompok orang-orang sipil
yang perlu dilindungi, yaitu ;
Orang asing di wilayah pendudukan:
harus diberi ijin untuk meninggalkan negara tersebut.
hukum yang berlaku bagi mereka harus sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku di masa damai.
Orang yang tinggal di wilayah pendudukan:
o penduduk sipil yang berada di dalam wilayah pendudukan harus
dilindungi.
o penguasa pendudukan (occupying power) tidak boleh mengubah hukum
yang berlaku di wilayah tersebut.
o pemerintah daerah-daerah di wilayah yang diduduki termasuk
pengadilannya harus diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitas mereka.
o orang-orang sipil di wilayah yang diduduki harus dihormati hak asasinya,
misalnya : tidak boleh dipaksa bekerja untuk penguasa pendudukan,
tidak boleh dipaksa melakukan kegiatan militer.
Interniran Sipil
Penduduk sipil yang dilindungi dapat diinternir (Seksi IV Pasal 79 – 135 Konvensi
Jenewa IV).
Walaupun para interniran sipil dilindungi, namun tetap dapat dijatuhi sanksi
pidana dan sanksi disipliner. Sanksi-sanksi tersebut harus berdasarkan / sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku di daerah yang diinternir.
2.Perlindungan Khusus
Objek—objek yang harus dilindungi pada waktu sengketa bersenjata tidak boleh dijadikan
sasaran untuk diserang, yaitu:
Frits Kalshoven and Liesbeth Zegveld, Constraining on the Waging of War, - An Interoduction to
International humanitarian Law, ICRC, Geneva, 2001.
Hans – Peter Gasser, International Humanitarian Law – An Introduction, Henry Institute Haupt,
1993.