HUKUM HUMANITER
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Keberadaan Hukum Humaniter (humanitarian law) atau yang dahulu
dikenal dengan hukum perang (law of war), atau hukum sengketa bersenjata
(law of armed conflict) memiliki sejarah yang sama tuannya dengan peradaban
manusia tentang perang itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada aturan-aturan
berperang yang termuat dalam aturan tingkah laku, moral dan agama yang ada.
Bahkan pada masa 3000-1500 SM ketentuan-ketentuan ini sudah ada pada
bangsa Sumeria, Babilonia dan Mesir Kuno. Selain itu pula konsep perang yang
adil (just war) sudah dikenal dalam peradaban bangsa Romawi.
b. Agar ketentuan hukum humaniter dipatuhi oleh seluruh prajurit maka
terlebih dahulu para prajurit harus mengetahui apa isi dan makna dari hukum
humaniter. Sejalan dengan itu, pasal 47 Konvensi Jenewa IV mengatur
tentang kewajiban untuk menyebarluaskan isi Konvensi baik di waktu damai
maupun di waktu perang, serta memasukkan dalam program-program kegiatan
Militer termasuk dalam pendidikan.
c. Guna melaksanakan isi dan makna hukum humaniter sebagaimana yang
tertuang dalam Konvensi Jenewa, dengan ini dibuat bahan ajaran tentang hukum
humaniter agar dapat dipelajari, dipahami dan diterapkan dalam pelaksanaan
tugas sebagai seorang Prajurit TNI Angkatan Darat.
RAHASIA
2
BAB II
KOMBATAN DAN NON KOMBATAN
4. Umum.
6. Non Kombatan.
7. Evaluasi.
BAB III
11. Evaluasi.
a. Sebutkan sasaran orang, sasaran benda dan sasaran tempat yang boleh
diserang !
b. Sebutkan sasaran orang, sasaran benda dan sasaran tempat yang tidak
boleh diserang !
BAB IV
PENGGUNAAN SENJATA
12. Umum.
14. Evaluasi.
BAB V
15. Umum.
6) Personel Kesehatan.
a) Anggota militer yang khusus dilatih untuk dipekerjakan pada
dinas kesehatan militer (pasal 25 dan pasal 29 Konvensi Jenewa I).
b) Namun anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus
dalam administrasi kesatuan-kesatuan dan bangunan-bangunan
kesehatan serta rohaniawan yang bertugas dalam angkatan perang
tidak termasuk tawanan perang namun harus dihormati dan
dilindungi dalam segala keadaan.
4) Uang dan benda berharga hanya bisa diambil dari tawanan perang
atas perintah Perwira jika hal tersebut disalahgunakan untuk
memperlancar pelarian. Barang-barang yang dipindahkan untuk
pengamanan bisa dipertanggung jawabkan dan dikembalikan kepada
pemiliknya, biasanya setelah mereka mencapai kamp tawanan permanen,
atau paling tidak pada saat dikembalikan ke tanah airnya.
12
a. Korban perang yaitu orang yang luka, sakit dan korban dalam
peperangan.
1) Orang yang luka dan sakit adalah setiap orang baik militer mapun
sipil yang karena trauma, penyakit atau ketidakmampuan mental atau fisik
membutuhkan bantuan atau perawatan medis dan tidak mampu lagi
terlibat dalam pertempuran.
2) Sedangkan korban kapal karam adalah setiap orang baik militer
maupun sipil yang karam di laut atau perairan lain sebagai akibat dari
kecelakaan yang menimpanya dan tidak mampu lagi terlibat dalam
pertempuran.
b. Perlindungan umum yang diberikan kepada orang yang luka, sakit dan
korban karam kapal.
1) Anggota angkatan perang yang luka dan sakit atau tidak mampu
lagi terlibat dalam pertempuran harus dilindungi dan tidak boleh diserang.
15
18. Evaluasi.
BAB VI
19. Umum.
i. Orang sipil tidak boleh digunakan sebagai tameng dengan maksud untuk
menguntungkan bagi operasi militer atau merintangi operasi-operasi militer pihak
musuh.
j. Para pihak yang berperang tidak dibenarkan memaksa orang sipil menjadi
perlindungan bagi operasi-operasi militer, dan mengambil keuntungan dari
keberadaan atau gerakan orang sipil untuk melindungi operasi-operasi Militer.
Hal ini tidak menghalangi seorang Komandan Militer untuk mempertahankan
sebuah kota dan Komandan Militer diperbolehkan melakukan kekerasan
bersenjata untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam suatu
wilayah yang padat penduduknya, terutama bila wilayah tersebut sedang
terkepung dan ruang manuvernya terbatas.
k. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan, misalnya adalah :
1) Menempatkan personel militer di bawah perlindungan konvoi
kendaraan yang mengangkut bantuan.
2) Menyembunyikan senjata di wilayah pemukiman.
3) Menembakkan mortir dari pasar.
4) Dilarang menempatkan warga sipil pada tempat-tempat yang
membahayakan sehingga mereka mudah menjadi sasaran tembakan,
dengan tujuan melindungi pasukan sendiri dari serangan musuh.
21. Evaluasi.
BAB VII
TANDA-TANDA PERLINDUNGAN
22. Umum.
24. Evaluasi.
BAB VIII
25. Umum.
27. Evaluasi.
BAB IX
PENENTUAN CARA (TAKTIK DAN TEKNIK) BERTEMPUR
28. Umum.
30. Evaluasi.
23
BAB X
EVALUASI
31. Evaluasi.
BAB XI
PENUTUP
32. Penutup. Demikian Naskah Sekolah Sementara ini disusun sebagai bahan
ajaran bagi Tenaga Pendidik dan Prajurit Siswa dalam proses belajar mengajar
pelajaran Hukum Humaniter pada Pendidikan Pertama Bintara TNI AD Tahap I.
Agus Kriswanto
Brigadir Jenderal TNI
RAHASIA
24
AHASIA