Anda di halaman 1dari 12

Lex Et Societatis Vol. VIII/No.

4/Okt-Des/2020

PERLAKUAN TERHADAP TAWANAN PERANG Kata kunci: tawanan perang; hukum humaniter;
MENURUT HUKUM HUMANITER
INTERNASIONAL1 PENDAHULUAN
Oleh: Senta Esterlita Ayomi2 A. Latar Belakang
Natalia L. Lengkong3 Terdapat juga prinsip kemanusiaan sebagai
Stefan Obadja Voges4 salah satu prinsip dasar dalam Hukum
Humaniter Internasional, dimaksudkan dalam
ABSTRAK memberikan bantuan tanpa diskriminasi
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk kepada orang yang teruka di medan perang ,
mengetahui bagaimana menetapkan status berupaya dengan kapasitas internasional dan
tawanan perang dalam situasi konflik nasional untuk mengurangi penderitaan
bersenjata dan bagaimana perlakuan terhadap manusia dimanapun ditemukan prinsip ini.
tawanan perang Hukum Humaniter Selain itu, prinsip ini bermanfaat untuk
Internasional yang dengan metode penelitian meningkatkan saling pengertian, pesahabatan,
hukum normatif disimpulkan: 1. Hukum kerjasama dan perdamaian yang bekelanjutan
Humaniter Internasional menentukan bahwa diantara semua rakyat sehingga tidak
seseorang yang berstatus sebagai combatant menciptakan diskriminasi karena kebangsaan,
(dalam hal ini lawful combatant) otomatis ras, kepercayaan agama, pendapat kelas atau
berhak diperlakukan sebagai tawanan perang politik. Sebagai prinsip dasar Hukum Humaniter
(prisoner of war) apabila mereka tidak mampu Internasional, para pihak yang bersengketa
lagi melanjutkan pertempuran dan tertangkap diharuskan untuk memperhatikan
pihak lawan. Tetapi ada juga sekelompok perikemanusiaan, dimana mereka dilarang
penduduk sipil tertentu, walaupun mereka untuk menggunakan kekerasan yang dapat
bukan kombatan, apabila jatuh ke tangan menimbulkan luka yang berlebihan atau
musuh berhak pula mendapatkan status penderitaan yang tidak perlu termasuk kepada
prisoner of war sebagaimana yang diatur dalam tawanan perang.5
Pasal 4A dan 4B Konvensi Jenewa III Tahun
1949. Ketentuan tentang siapa yang berhak B. Perumusan Masalah
mendapatkan status dan perlakuan sebagai 1. Bagaimana menetapkan status tawanan
tawanan perang (prisoner of war) telah perang dalam situasi konflik bersenjata ?
disempurnakan dalam Protokol I Tahun 1977, 2. Bagaimana perlakuan terhadap tawanan
diatur dalam pasal 43,44, 45. Kemudian dalam perang Hukum Humaniter Internasional?
Konvensi Jenewa IV disebutkan pula bahwa
status tawanan perang tidak termasuk para E. Metode Penelitian
nonkombatan yang tidak bersenjata saat Penelitian ini merupakan penelitian jenis
ditangkap pada masa perang, mereka itu penelitian hukum normatif.
dilindungi. 2. Tawanan perang itu harus
diperlakukan dengan baik karena hak-hak PEMBAHASAN
mereka diatur didalam Konvensi Jenewa III A. Menetapkan Status Tawanan Perang Dalam
Tahun 1949 yaitu hak mendapatkan perlakuan Situasi Konflik Bersenjata
manusiawi, hak kehormatan martabat dan Secara umum tawanan perang itu
harga diri, hak perawatan medis, hak merupakan tentara yang ditangkap dalam masa
memperoleh perlakuan yang adil, hak perang, tetapi bukan hanya tentara saja yang
melaksanakan ritual keagamaan, hak aktivitas ikut dalam berperang atau berkonflik terdapat
mental dan fisik, hak mendapatkan kebutuhan anggota milisi dan korps sukarelawan lain,
primer seperti sandang, pangan dan papan dan termasuk anggota gerakan perlawanan
hak berkomunikasi dengan dunia luar. terorganisasi, yang menjadi bagian dari salah
satu pihak yang berkonflik. Hukum Humaniter
1
Internasional juga menentukan bahwa
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
5
16071101056 DANIAL “Penghormatan prinsip-prinsip kemanusiaan
3
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum terhadap tawanan perang dalam konflik bersenjata
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum menurut onvensi Jenewa III Tahun 1949” Hm. 1.

153
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

seseorang yang berstatus sebagai combatant dan melengkap diri mereka dengan
(dalam hal ini lawful combatant) otomatis sebuah kartu pengenal.
berhak diperlakukan sebagai prisoner of war e. Awak kapal niaga termasuk nakhoda,
apabila mereka tidak mampu lagi melanjutkan pandu laut, teruna serta awak pesawat
pertempuran dan tertangkap pihak lawan. terbang sipil dari pihak-pihak yang
Tetapi ada pula sekelompok penduduk sipil bersengketayang tidak mendapat
tertentu, walaupun mereka bukan kombatan, eprlakuan yang lebih baik menurut
apabila jatuh ke tangan musuh berhak pula ketentuan-ketentuan apapun dalam
mendapatkan status prisoner of war Hukum Internasional.
sebagaiaman yang diatur dalam Pasal 4A f. Penduduk wilayah yng belum diduduki,
Konvensi Jenewa III tahun 1949.6 Pasal ini yang ketika musuh mendekat, atas
menyebutkan bahwa mereka yang berhak kemauannya sendiri dan dengans
mendapatkan status sebagai tawanan perang serentak mengangkat senjata untuk
(prisoner of war) adalah sebagai berikut:7 melawan pasukan-pasukan yang datang
a. Para anggota angkatan perang dari pihak menyerbu, tanpa memiliki waktu yang
yang bersengketa, anggota-anggota milisi cukup untuk membentuk kesatuan-
atau korps sukarela yang merupakan kesatuan bersenjata secara teratur, asal
bagian dari angkatan perang itu. saja mereka membaw sebjata secara
b. Para anggota milisi lainnya, termasuk terbuka dan menghormati hukum dan
gerakan perlawanan yang kebiasaan perang.
diorganisasikan (organized resistance Dari enam golongan tersebut diatas, poin a,
movement) yang tergolong pada satu b c termasuk dalam kategori kombatan, yang
pihak yang bersengketa dan beroperasi apabila tertangkap akan diperlakukan sebagai
di dalam atau di luar wilayah mereka, tawanan perang. Sedangkan poin d dan e
sekalipun wilayah itu diduduki, dan berada dalam kategori penduduk sipil, namun
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: apabila mereka ditangkap oleh pihak musuh
1. dipimpin oleh orang yang bertanggung tetap behak mendapatkan status sebagai
jawab atas bawahannya; prisoner of war.8
2. menggunakan tanda pengenal tetap Pasal 5 Konvensi Jenewa III sendiri
yang dapat dilihat dari jauh; menerangkan bahwa status tawanan perang
3. membawa senjata secara terbuka; mulai berlaku apabila seseorang telah
4. melakukan operasinya sesuai dengan memenuhi syarat yang ada dalam Pasal 4A dan
hukum dan kebiasaan perang. 4B, dan sejak saat pemberlakuan itu mereka
c. Para anggota angkatan perang reguler jatuh ke tangan musuh hingga saat
yang menyatakan kesetiaannya pada pembebasan. Dalam Pasal 4B menjelaskan
suatu pemerintah atau kekuasaan yang tentang orang yang akan diperlakukan sebagai
tidak diakui oleh negara penahan. tawanan perang ketika ditangan musuh : 9
d. Orang-orang yang menyertai angkatan 1) Orang yang tergolong atau pernah
perang tanpa dengan sebenranya tergolong dalam angkatan pernag dari
menjadi anggota dari angkatan perang wilayah yang diduduki, apabila negara
itu, seperti anggota sipil awak pesawat yang menduduki wilayah itu memandang
terbang militer, wartawan perang, perlu untuk menginternir mereka karena
anggota-anggota kesatuan kerja, dinas- kesetiaan itu, walaupun negara itu
dinas yang bertanggung jawab atas semula telah membebaskan mereka
kesejahteraan angkatan perang, asalkan selagi permusuhan berlangsung di luar
mereka telah mendapatkan pengakuan wilayah yang diduduki negara itu,
dari angkatan perang yang disertainya terutama jika orang-orang tersebut telah
mencoba dengan tidak berhasil untuk
bergabung kembali dengan angkatan
6
Arlina Permanasari, dkk,. Pengantar Hukum Humaniter
8
Internasional Committee of the Red Cross, Miamita Print, Fritz Kanshoven, Constaint of The Waging of war, seconf
Jakarta, 1999, hlm. 164. edition, ICRC, Genewa, 2008, hal.41
7 9
Pasal 4A Konvensi Jenewa III Tahun 1949. Pasal 4B Konvensi Jenewa III 1949

154
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

perang mereka yang terlibat dalam mengindahkan ketentuan Hukum


pertempuran, atau jika mereka tidak Humaniter International;
memenuhi panggilan yang ditujukan 2) unlawful combatant, mereka akan
kepada mereka berkenaan dengan mendapatkan resiko yang lebih berat
penginterniran. atau perlakuan khusus yang lebih keras
2) Orang-orang yang termasuk dalam salah apabila mereka tertangkap.
satu golongan tersebut dalam Pasal ini, Karakteristik unlawful combantant ini ialah
yang telah diterima oleh negara-negara mereka yang ketika tertangkap tidak dianggap
netral atau negara-negara yang tidak sebagai status tawanan perang atau prisoner of
turut berperang dalam wilayahnya, dan war (POW).12 Pengertian tersebut juga
yang harus diinternir oleh negara-negara dijelaskan oleh penasihat hukum dari ICRC
itu menurut hukum internasional, tanpa bahwa mereka ialah semua orang yang terlibat
mempengaruhi tiap perlakuan yang lebih dalam suatu pertempuran atau peperangan
baik yang mungkin diberikan kepada tetapi mereka dianggap sebagai Prisoner of war
mereka oleh negara-negara itu menurut ketika jatuh ketangan musuh, dan orang
hukum internasioanl, tanapa tersebut harus merupakan penduduk sipil.13
memperngaruhi tiap perlakuan yang Yang menjadi contoh-contoh unlawful
lebih baik yang mungkin diberikan combatant antara lain :
kepada mereka oleh negara-negara itu a. Spionase, atau Mata-mata dalam
dan dengan perkecualian Pasal 8, 10, 15, Konvensi Den Haag IV diatur dalam Pasal
30 paragraf kelima Pasal 58, 67, 92, 126 29 yang berbunyi14: “Seorang hanya
dan apabila terdapat hubungan dapat dianggap sebagai mata-mata
diplomatik antara pihak-pihak dalam apabila melakukan suatu perbuatan
sengketa dengan negara netral atau secara diam-diam atau berpura-pura
negara yang tidak turut berperang untuk mencari dan memperoleh
bersangkutan, Pasal-Pasal mengenai informasi didaerah oprasi dari negara-
negara pelindungan. negara yang berperang dengan maksud
J.G.Starke menjelaskan bahwa dalam suatu untuk memberitahukannya kepada pihak
konflik bersenjata, pihak-pihak yang bertikai musuh”. Disetiap negara mengatur
dibagi kedalam 2(dua) statusnya itu:10 hukum tentang spionase dan
1. Satu kelompok mempunyai status menyatakan setiap kegitan spionase
sebagai kombatan dan berhak ikut serta adalah sebuah bentuk kejahatan apabila
secara langsung dalam permusuhan, negara tersebut menjadi sasaran
boleh membunuh dan dibunuh dan kegiatan spionase itu sebabnya kegiatan
apabila tertangkap diperlakukan sebagai Memata-matai/Spionase sangatlah
tawanan perang. beresiko. Konvensi Jenewa Protokol I
2. Sedang kelompok yang lain, memiliki memberikan definisi tentang status agent
status sebagai oang sipil (civilian) yang Mata-mata, sebagaimana tercantum
tidak boleh turut serta dalam dalam Pasal 46 ayat 1 yang berbunyi:15
permusuhan, harus dilindungi dan tidak Berdasarkan ketentuan pasal tersebut,
boleh dijadikan sebagai sasaran apabila seorang angkatan bersenjata
serangan. melakukan kegiatan Mata-mata dan
Kombatan sendiri terdiri atas 2 (dua) jatuh kedalam kekuasaan lawan ia akan
golongan yaitu:11 menerima kosekuensinya dengan tidak
1) lawful combatant, akan mendapatkan diberlakukan sebagai Tawanan Perang
perlindungan sebagai tawanan perang melainkan diperlakukan sebagai seorang
dan berstatus prisoner of war karena ia
12
Gary D. Solis, The Law Of Armed Conflict: International
Humanitarian Law In War (Cambridge University
10
J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional, Terjemahan Press,2010), hal .207
13
Bambang Iriana Djajatmadja, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, Ibid
14
hlm. 547 Pasal 29 Den Haag IV 1907
11 15
Ibid. Pasal 46 ayat 1Protokol Tambahan I 1977

155
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

mata-mata, kecuali apabila mata-mata tentang perlindungan anak dari


mengenakan seragam angkatan perekrutan anak sebagai tentara diatur
bersenjata atau dia sudah kembali pada dalam Konvensi Jenewa IV tentang
satuannya walaupun dia melakukan perlindungan penduduk sipil tahun 1949,
kegiatan mata-mata dan jatuh di tangan ketentuan serupa juga diatur dalam
musush dia tetap mendapatkan haknya Protokol Tambahan II Tahun 1977 yang
sebagai tawanan perang seperti yang melarang perekrutan anak sebagai
tertulis pada Pasal 46 ayat-ayat tentara.21 Namun ada beberapa kasus
selanjutnya.16 terjadi dimana anak-anak atau yang
b. Tentara bayaran (Merecenary), sering masih dibawah umur bukannya
diartikan sebagai tentara yang bertempur dilindungi tetapi dijadikan sebagai
dalam sebuah konflik bersenjata dengan pasukan yang ikut dalam pertempuran,
motivasi utama berupa keuntungan yang mana mereka biasa disebut dengan
materi dan kepentingan ideologi maupun tentara anak dimana seperti yang kita
paham politik.17 Pada umumnya tentara ketahui bahwa anak-anak harus
bayaran adalah mantan anggota tentara dilindungi dalam perang menurut Hukum
atau anggota tentara yang telah habis Humaniter Internasional. Penggunaan
masa dinasnya. Umumnya mereka tentara anak ini selain melanggar Hukum
dipaksa dikeluarkan dari dinas militer Humaniter Internasional juga melanggar
karena sanksi yang diterimanya ataupun Hukum Perlindungan Anak-anak. Dalam
karena pengurangan personel dalam Protokol Tambahan I, anak-anak memang
tubuh angkatan bersenjata. Di bawah tidak ditetapkan mempunyai hak untuk
Protokol Tambahan I tahun 1977 untuk diperlakukan sebagai tawanan perang,
Konvensi Jenewa tahun 1949, menjadi melainkan mereka disebutkan harus
tentara bayaran bukanlah suatu memperoleh keuntungan Perlindungan
kejahatan khusus. Mereka tidak dapat Khusus yang ditetapkan dalam hukum
dijadikan sasaran serangan militer karena Jenewa, terlepas apakah berstatus
tidak termasuk dalam kelompok tawanan perang atau tidak.22
kombatan.18 Dalam Pasal 47 ayat (1) Perlindungan Khusus tersebut terdapat
Protokol Tambahan I 1977 menyatakan: “ dalam Pasal 77 Protokol Tambahan 1
Seorang tentara bayaran tidak berhak 1977 yaitu:23
atas status kombatan atau tawanan 1. Anak-anak harus dilindungi dari
perang”.19 Mereka dapat dituntut karena perbuatan-perbuatan yang tidak
menjadi tentara bayaran hanya di bawah senonoh dan pihak yang bertikai
hukum nasional kekuasaan kehakiman harus menyediakan bantuan dan
jika memang terdapat ketentuan hukum perawatan yang mereka butuhkan.
yang menyatakan mercenaries sebagai 2. Pihak yang bersengketa harus
distinct crime.20 mengambil segala tindakan dan
c. Juvenile – Tentara Anak, Hukum menjauhkan anak-anak dari segala
Humaniter menempatkan ketentuan perekrutan anak tersebut menjadi
tentara.
16
1Febriyanto Rampengan, “Status Perlindungan Hukum
21
Agen Mata-Mata Ditinjau Dari Hukum Humaniter I Gusti Widayanti, Dewa Gede Mangku, Ni Putu
Internasional”, Lex Privatum Vol. V/No. 10,Des 2017, Hal Yuliartini, “Penggunaan Tentara Anak Dalam Konflik
.131 Bersenjata Ditinjau Dari Perspektif Hukum Humaniter
17
Wirawan Sukarwo, Tentara Bayaran AS di Irak, Jakarta, Internasiona”, e-Journal Komunitas Yustisia Universitas
Gagas Media, 2009.hlm. 35. Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum ,Volume 2
18
Albert Camus, The Practical Guide to Humaniterian Law, No,2019, hal.2
22
guide-humaniterian-law.org.Diakses dari http://guide- Fitra Amalia, Penggunaan Tentara Anak,Pelanggaran
humaniterian- Terhadap Konvensi Jenewa,2019, Hal 2,
law.org/content/article/3/mercenaries/.Diakses pada https://www.kompasiana.com/fitrah92746/5dbc2cb4097f
tanggal 25 Juli 2020 pukul 23.26 WITA 361a8b1d6652/penggunaan-tentara-anak-pelanggaran-
19
Pasal 47 ayat (1) Protokol Tambahan I 1977 terhadap-konvensi-jenewa?page=2 diakses pada 26 Juli
20
Albert Camus, The Practical Guide to Humaniterian Law, 2020 pukul 14.59 WITA
23
Loc.Cit., Pasal 77 Protokol Tambahan I 1977

156
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

3. Tetapi dalam melatih anak yang disebut sebagai Angkatan Bersenjata dan
berusia lima belas tahun tapi belum kombatan. Pasal 43 memberi batasan dari
mencapai usia delapan belas tahun, Angkatan Bersenjata sebagai berikut:26
maka mereka harus mengutamakan 1. Angkatan Bersenjata dari pihak yang
mereka yang tertua. bertikai terdiri dari Angkatan Bersenjata
4. Perlindungan khusus yang diberikan yang terorganisasi (organized armed
kepada anak-anak ini diterapkan baik porces), group dan unit yang berada di
mereka dalam status tahanan bawah komando yang bertanggung
maupun tidak; Apabila anak-anak jawab atas kelakuan anak buahnya
ditangkap ditahan/ditawan, ataupun kepada pihak tersebut, sekalipun pihak
diasingkan karena hal-hal yang itu diwakili oleh pemerintah atau
berkaitan dengan konflik bersenjata, penguasa (authority) yang tidak diakui
mereka harus ditempatkan ditempat oleh pihak lawan (adverse party).
yang terpisah dengan orang dewasa, Angkatan Bersenjata tersebut harus
kecuali orang-orang dewasa tersebut tunduk kepada sistem disiplin kesatuan
adalah keluargannya. (internal diciplinary System) yang antara
5. Anak-anak tidak boleh dihukum mati. lain berisi pelaksanaan ketentuan hukum
Perlindungan hukum berdasarkan Protokol internasional yang berlaku dalam
Tambahan II, yaitu pasal Pasal 4 ayat (3) huruf c pertikaian bersenjata.
telah memberikan pemaparan yang tegas 2. Anggota Angkatan Bersenjata dari pihak
mengenai keterlibatan anak dalam permusuhan yang bertikai (kecuali personil medik dan
atau konflik bersenjata yaitu dengan melarang pendeta seperti tersebut dalam Pasal 37
anak-anak yang berusia di bawah lima belas Konvensi Jenewa III) adalah kombatan,
tahun untuk direkrut dalam angkatan perang. yaitu mereka yang berhak untuk turut
Pasal 4 ayat (3) huruf d Protokol Tambahan II serta secara langsung dalam
tahun 1977 memberikan pemahaman bahwa permusuhan.
mereka yang berusia di bawah lima belas tahun 3. Apabila salah satu pihak yang bertikai
atau belum mencapai umur lima belas tahun memasukkan sebuah kesatuan (agency)
akan mendapatkan perlindungan istimewa jika para militer atau penegak hukum dalam
mereka terlibat langsung dalam permusuhan Angkatan Bersenjata mereka, maka
apabila mereka tertangkap dan kemudian meraka wajib memberitahukan hal ini
menjadi tawanan perang. Pasal 6 ayat (2) huruf pada pihak-pihak lain yang bertikai.
h mengatur mengenai larangan pemberlakuan Dalam Pasal 44 diatur tentang ‘kombatan’
hukuman mati bagi mereka yang berusia di dan ‘tawanan perang’ dengan ketentuan-
bawah delapan belas tahun pada saat ketentuan sebagai berikut:27
pelanggaran itu dilakukan, larangan itu juga 1) Setiap kombatan, seperti ditentukan
berlaku bagi ibu hamil dan ibu yang memiliki dalam Pasal 43, yang jatuh dalam
anak yang masih kecil.24 kekuasaan pihak lawan, akan menjadi
Seorang Tentara Anak dapat juga berstatus tawanan perang (prisoner of war);
kombatan jika memenuhi unsur dalam Pasal 2) Sekalipun semua kombatan harus
4A ayat 2, apabila saat menjadi kombatan para mentaati ketentuan-ketentuan hukum
tentara anak ini menjadi tawanan perang maka internasional yang berlaku dalam
hak-hak yang mereka dapatkan adalah hak-hak pertikaian bersenjata, namun
yang dimiiki oleh kombatan juga.25 pelanggaran ketetuan tersebut tidak
Ketentuan tentang siapa yang berhak akan menghilangkan haknya untuk
mendapatkan status dan perlakuan sebagai menjadi kombatan apabila ia jatuh dalam
tawanan perang (prisoner of war) ini kemudian kekuasaan pihak lawan, dan juga tidak
disempurnakan dalam Protokol I Tahun 1977 menghilangkan haknya menjadi tawanan
yang memberikan definisi baru dari apa yang

24 26
I Gusti Widayanti1, Dewa Gede Mangku, Ni Putu Haryo Mataram, Hukum Humaniter, Rajawali, Jakarta,
Yuliartini, Op.Cit, Hal. 6-7 1984, hlm. 72-75.
25 27
Fitra Amalia, Op.Cit, Hal. 4 Ibid

157
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

perang, kecuali apa yang ditentukan 6) Pasal ini tidak mengurangi (without
dalam ayat (3-4). prejudice) hak setiap orang untuk
3) Untuk menambah perlindungan bagi menjadi tawanan perang sesuai dengan
penduduk sipil dari akibat permusuhan, Pasal 4 Konvensi Jenewa III(yang
kombatan diharuskan untuk membahas tentang kriteria-kriteria
membedakan diri dari penduduk sipil seseorang bisa berstatus sebagai
pada waktu mereka sedang menyerang tawanan perang).
atau di dalam suatu operasi militer yang 7) Pasal ini tidak dimaksudkan untuk
mendahului serangan tersebut, tetapi mengubah kebiasaan secara umum telah
mengingat dalam suatu pertikaian diterima negara-negara yang
bersenjata terdapat situasi dimana berhubungan dengan pemakaian
mengingat sifat permusuhan tersebut, seragam (uniform) oleh kombatan yang
jika kombatan tidak dapat membedakan termasuk kesatuan yang reguler dan
diri, ia akan tetap memperoleh statusnya bersergam serta bersenjata (regular
sebagai kombatan asalkan dalam uniformed armed units) dari pihak yang
keadaan tersebut ia membawa senjata bertikai.
secara terbuka: 8) Sebagai tambahan dari kategori orang
a) Selama setiap pertempuran tersebut dalam Pasal 13 Konvensi Jenewa
(engagement) militer; III (Tawanan perang harus diperlakukan
b) Selama ia dapat dilihat/keliatan oleh dengan perikemanusiaan, Tawanan
musuh pada waktu ia terlibat dalam perang juga harus selalu dilindungi,
suatu persiapan (deployment) militer terutama terhadap tindakan-tindakan
mendahului serangan dimana ia turut kekerasan atau ancaman-ancaman, dan
serta. Perbuatan yang memenuhi terhadap penghinaan-penghinaan serta
ketentuan ini tidak boleh dianggap tontonan umum, Tindakan-tindakan
secara licik (perfidious) dalam Pasal 37 pembalasan terhadap tawanan perang
ayat (1c) berbunyi: “Pura-pura sebagai dilarang.), maka semua anggota
orang sipil, status bukan kombatan”. Angkatan Bersenjata dari pihak bertikai
4) Seorang kombatan yang jatuh dalam seperti dirumuskan dalam Pasal 43
kekuasaan pihak lawan sedang ia tidak Protokol ini, berhak atas perlindungan
memenuhi persyaratan yang ditentukan yang diatur dalam Konvensi tersebut,
dalam kalimat kedua dari Pasal 3 (Orang apabila mereka terluka atau sakit, baik di
yang tidak ambil bagian aktif dalam darat maupun di laut.
permusuhan dipelakukan secara Pasal 43 dan 44 menetapkan peserta perang
manusiawi “Termasuk anggota militer adalah anggota angkatan bersenjata suatu
yang sudah tidak ambil bagian aktif lagi pihak pada konflik bersenjata internasional,
karena sakit, cedera, atau tertawan.”) sedangkan dalam Pasal 45 pada intinya
akan kehilangan haknya sebagai tawanan menyatakan bahwa apabila seorang yang
perang, tetapi ia akan diberikan ditangkap diragukan statusnya apakah dia
perlindungan yang sama dalam segala kombatan atau penduduk sipil, maka ia akan
aspek seperti yang diberikan pada tetap menikmati status sebagai tawanan
tawanan perang oleh Konvensi Jenewa III perang sampai pengadilan yang bekompeten
dan Protokol ini. menetapankan status sebenarnya.28 Dalam
5) Setiap kombatan yang jatuh ke dalam Konvensi Jenewa IV disebutkan pula bahwa
kekuasaan pihak lawan, pada waktu status tawanan perang tidak termasuk para
(sedang) tidak terlibat dalam serangan nonkombatan yang tidak bersenjata yang
atau dalam suatu operasi militer sebagai ditangkap pada masa perang, mereka itu
persiapan suatu serangan, tidak akan dilindungi.29
kehilangan haknya (forfeit) sebagai
kombatan dan tawanan perang sebagai
akibat kegiatan sebelumnya. 28
Arlina Permatasari dkk, Pengantar Hukum Humaniter,
op.cit, hlm 164
29
Tahanan Perang, Loc.Cit

158
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

B. Perlakuan Terhadap Tawanan Perang konvensi seperti Konvensi Den Haag 1907,
Menurut Hukum Humaniter Internasional Konvensi Jenewa 1949 serta Protokol
Hukum Kemanusiaan Internasional, Hukum Tambahan I dan II Tahun 1977.
Humaniter Internasional (HHI), yang seringkali Konvensi-konvensi Jenewa 1949 serta
disebut juga sebagai hukum konflik bersenjata Protokol Tambahan tentang Perlindungan
(bahasa Inggris: International Humanitarian Korban Perang (Geneva Convention of 1949 for
Law), adalah batang tubuh hukum yang The Protection of victims of war) terdiri atas 4
mencakup Konvensi Jenewa dan Konvensi Den (empat) konvensi, yaitu:32
Haag berserta perjanjian-perjanjian, 1) Konvensi Jenewa untuk Perbaikan
yurisprudensi dan hukum kebiasaan Keadaan yang luka dan Sakit dalam
30
internasional yang mengikutinya. Hukum Angkatan Bersenjata di Medan
Humaniter Internasional menetapkan perilaku Pertempuran Darat (Geneva Convention
dan tanggung jawab negara-negara yang for the Amelioration of the Condition of
berperang, negara-negara netral dan individu- the Wounded and Sick in Armed Forces in
individu yang terlibat peperangan, yaitu the Field, of August 12, 1949).
terhadap satu sama lain dan terhadap orang- 2) Konvensi Jenewa untuk Perbaikan
orang yang dilindungi, bisanya berarti orang Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata di
sipil. Laut yang Luka, Sakit dan Korban Karam
Hukum Humaniter Internasional adalah (Geneva Convention for the Amelioration
wajib bagi negara yang terikat oleh perjanjian- of the Condition of wounded, Sick, and
perjanjian yang relevan dalam hukum tersebut. Shipwrecked Members of Armed Forces
Ada juga sejumlah aturan perang tak tertulis at Sea, of August 12, 1949).
yang merupakan kebiasaan, yang banyak 3) Konvensi Jenewa mengenai Perlakuan
diantaranya dieksplorasi dalam Pengadilan Tawanan Perang (Geneva Convention
Perang Nurenberg. Dalam pengertian yang relative to the Treatment of Prisonesr of
diperluas, aturan-aturan tak tertulis ini juga War, of August 12, 1949).
menetapkan sejumlah hak permisif serta 4) Konvensi Jenewa mngenai Perlindungan
sejumlah larangan perilaku bagi negara-negara Orang Sipil di Waktu Perang (Geneva
berperang bila mereka berurusan dengan Convention relative to the Protection of
pasukan yang tidak reguler atau dengan pihak Civilian Persons in time of War, of August
non-penandatangan. Pelanggaran hukum 12, 1949).
kemanusiaan internasional disebut kejahatan Berkaitan dengan judul skripsi ini, maka
perang.31 yang akan dibahas adalah Konvensi Jenewa
Di dalam suatu konflik bersenjata atau yang ke-3 dan Protokol Tambahan I Tahun
perang maka selalu ada akibat yang timbul 1977. Dalam Konvensi Jenewa III ditentukan
yaitu banyak menimbulkan korban, baik itu bahwa negara penahan wajib bertanggung
kombatan maupun penduduk sipil. Mau tak jawab atas perlakuan yang diberikan kepada
mau maka akan terjadi penahanan terhadap tawanan-tawanannya. Tawanan yang dimaksud
kombatan yang tertangkap yang masih dalam adalah tawanan negara musuh, yaitu orang-
keadaan hidup, apakah masih dalam keadaan perorangan yang merupakan kombatan dari
baik-baik saja ataupun dalam keadaan terluka. negara musuh. Dalam hal ini, kombatan negara
Tapi tidak bisa disangkal bahwa tawanan musuh yang menjadi tawanan mempunyai
perang ini akan mengalami hal-hal yang suatu perlindungan hukum dan tetap
mengerikan selama mereka dalam tahanan mendapatkan hak-haknya.
sebagai tawanan perang. Akibat yang Pengaturan mengenai perlindungan
mengerikan yang terjadi terhadap kombatan terhadap tawanan perang dapat ditemui di
maupun penduduk sipil seperti yang diceritakan
oleh Henry Dunant dalam perkembangannya
mendapat pengaturan dalam beberapa
32
Lona Puspita, Perlindungan Hukum Terhadap Tawanan
30
ICCR What is international humanitarian law?, diakses Perang Berdasarkan Konvensi Jenewa III Tahun 1949 dan
pada tanggal 17 Mei 2020 Declaration of Human Rights, diakses dari https://osf.io>
31
Tahanan Perang, Loc-Cit download pada tanggal 17 Juli 2020.

159
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

dalam pasal-pasal pada Konvensi Jenewa III, tawanan di mana tawanan perang dapat
diantaranya:33 memperoleh bahan makanan, sabun dan
1. Pasal13 ayat (1): tembakau serta barang kebutuhan
Pasal ini mengatur mngenai kewajiban sehari-hari.34
negara penahan untuk memperlakukan 4. Pasal 29 sampai dengan Pasal 32:
tawanan perang berdasarkan prinsip- Pasal-pasal ini memberikan pengaturan
prinsip hukum humaniter internasional mengenai kewajiban negara untuk
yang salah satunya adalah prinsip memelihara dan merawat kesehatan
kemanusiaan. Dalam hal ini Tawanan tawanan perang. Dalam hal ini Negara
perang terutama tidak boleh dijadikan Penahan wajib mengambil segala
obyek pengudungan jasmani, percobaan- tindakan kesehatan yang diperlukan
percobaan kedokteran atau ilmiah dalam untuk menjamin bahwa tawanan perang
bentuk apapun juga yang tidak akan bertahan dan tekena wabah-wabah
dibenarkan oleh pengobatan kedokteran, menular selama berada dibawah
kedokteran gigi atau kesehatan dari perintah musuh, Setiap kamp tawanan
tawanan bersangkutan dan dilakukan harus mempunyai rumah sakit yang
demi kepentingannya. cukup memenuhi syarat di mana
2. Pasal 13 ayat (2): tawanan perang dapat memperoleh
Pasal ini berisi larangan dilakukannya pengamatan kesehatan yang mereka
penganiayaan, kekerasan fisik maupun perlukan, begitupun juga makanan yang
non fisik serta penghinaan. Dalam pasal tepat, Pemeriksaan kesehatan tawanan
ini sudah sangat jelas bahwa negara perang harus diadakan sekurang-
penahan tidak boleh menggunaan kurangnya sekali sebulan dan Tawanan
kekerasan pada seorang tawanan perang, perang yang menjadi dokter, ahli bedah,
jika terjadi hal-hal tersebut sampai dokter gigi, perawat atau tenaga
membahayakan nyawa dari tawanan pembantu kesehatan, dapat diwajibkan
perang tersebut akan dianggap oleh Negara Penahan untuk menjalankan
pelanggaran berat dalam konvensi ini. fungsi mereka dibidang kesehatan
3. Pasal 25 sampai dengan Pasal 28: mereka bagi kepentingan tawanan
Pasal-pasal ini memberikan pengaturan perang yang menaati Negara yang sama,
mengenai kewajiban negara penahan walaupun mereka itu tidak tergolong
untuk memberi jaminan atas sandang, dalam dinas kesehatan angkatan
pangan dan papan bagi para tawanan perangnya.35
perang. Dalam hal ini negara penahan 5. Pasal 34 sampai dengan Pasal 42:
wajib memberikan pakaian, makanan, Pasal-pasal ini memberikan pengaturan
serta tempat tinggal kepada tawanan mengani kewajiban negara penahan
perang karena itu adalah kebutuhan yang untuk menjamin kebebasan tawanan
mendasar pada manusia. Tawanan perang untuk melakukan kegiatan
perang harus diberi tempat tinggal sesuai keagamaan, intelektual serta jasmani.
syarat-syarat yang diberikan kepada Dalam hal ini Tawanan perang harus
tentara Negara Penahan yang memperoleh kebebasan penuh dalam
ditempatkan di daerah yang sama. mejalankan kewajiban keagamaan
Rangsum makanan harian pokok harus mereka, Para Rokhaniawan yang jatuh
cukup berkwalitas, kwantitas dan dalam tangan Negara musuh harus
macam-macamnya untuk memelihara diperkenankan untuk menyelenggarakan
kesehatan yang baik dari tawanan perang dan menjalankan secara bebas bantuan-
dan untuk mencegah berkurangnya berat bantuan keagamaan di antara tawanan
badan atau timbulnya penyakit perang dari agama yang sama sesuai
kekurangan makanan, dan Kantin-kantin dengan hati nurani keagamaan mereka,
harus diadakan di semua tempat Tawanan perang yang menjadi petugas-

34
Rangkuman pasal 25-25 Konvensi Jenewa III 1949
33 35
Konvensi Jenewa III Tahun 1949 Rangkuman pasal 29-32 Konvensi Jenewa III 1949

160
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

petugas keagamaan harus bebas untuk tersebut dengan alat-alat yang memadai.
memberikan bantuan kerohanian kepada Dan penyensoran surat-menyurat yang
angauta-anggota mereka apapun juga dialamatkan kepada tawanan perang
golongannya, Jika tawanan perang tidak atau yang dikirim oleh mereka harus
mendapat bantuan dari seorang dilakukan secepat mungkin.37
rohaniwan atau petugas keagamaan 8. Pasal 78:
mereka maka harus diangkat mengisi Pasal ini memberi pengaturan mengenai
jabatan itu dan harus ada persetujuan kewajiban negara untuk memberikan hak
dari negara penahan, Negara Penahan kepada tawanan perang yang ingin
harus memberikan dorongan pada melakukan pengaduan terhadap keadaan
kegiatan-kegiatan intelektual, dan perlakuan yang ditujukan kepadanya
pendidikan, hiburan, olah raga serta kepada para penguasa militer atau
permainan-permainan bersama di antara kepada para wakil negara pelindung.
tawanan.36 Dalam hal ini Permohonan dan
6. Pasal 58 sampai dengan Pasal 68: pengaduan tidak boleh dibatasi, juga
Pasal-pasal ini memberikan pengaturan tidak boleh dianggap sebagai bagian
mengenai kewajiban negara penahan jatah surat-menyurat sebagaimana
untuk membayarkan sejumlah uang ditentukan dalam Pasal 71(Tawanan
muka dan upah bagi tawanan perang perang harus diperkenankan mengirim
yang dipekerjakan. Dalam pasal-pasal ini serta menerima surat-surat dan kartu38).
intinya mengatur tentang sumber- Permohonan dan pengaduan ini harus
sumber keuangan terhadap Tawanan diteruskan dengan segera. Permohonan
Perang. dan pengaduan ini tidak boleh
7. Pasal 69 sampai dengan Pasal 77: mengakibatkan hukuman apapun,
Pasal-pasal ini memberi pengaturan sekalipun kemudian ternyata bahwa
mengenai kewajiban negara untuk permohonan atau pengaduan itu tidak
memenuhi hak tawaan perang dalam beralasan.
melakukan hubungan dengan dunia luar. 9. Pasal 99 sampai dengan Pasal 108:
Dalam hal ini tawanan perang behak Pasal-pasal ini memberikan pengaturan
menulis surat atau kartu untuk dikirim mengenai kewajiban negara penahan
kepada keluarganya dan juga berhak untuk menjamin terselenggaranya
menerima surat, dimana negara penahan pengadilan yang bebas tanpa memihak
yang menyediakan fasilitas penyaluran bagi para tawanan perang. Dalam hal ini
yang diperuntukan tawanan perang atau menyebutkan bahwa Tawanan perang
dikirim untuk mereka, dapat juga tidak boleh diadili atau dijatuhi hukuman
menerima dengan pos atau dengan cara untuk perbuatan yang tidak dilarang oleh
lain baik bingkisan-bingkisan perorangan Undang-undang Negara Penahan atau
atau kiriman-kiriman kolektip yang oleh hukum internasional yang berlaku,
terutama berisi bahan makanan, pakaian, Untuk itu Negara-negara Pelindung harus
obat-obatan serta barang-barang. Semua diberitahu selekas mungkin tentang jenis
sumbangan untuk tawanan perang harus pelanggaran yang menurut undang-
dibebaskan dari pajak pemasukan, bea undang Negara Penahan dapat dihukum
cukai dan biaya-biaya lainnya. Bila dengan hukuman mati. Apabila hukuman
operasi-operasi militer mencegah mati dijatuhkan atas diri seorang
Negara-negara yang bersangkutan untuk tawanan perang, keputusan itu tidak
memenuhi kewajibannya menjamin boleh dijalankan sebelum lewat waktu
pengangkutan kiriman-kiriman tersebut sekurang-kurangnya enam bulan mulai
maka Negara-negara Pelindung yang dari saat Negara Pelindung menerima
bersangkutan dapat bertindak untuk pemberitahuan, dan Seorang tawanan
menjamin pengangkutan kiriman perang hanya dapat dihukum dengan sah

37
Rangkuman pasal 69-77 Konvensi Jenewa III 1949
36 38
Rangkuman pasal 32-42 Konvensi Jenewa III 1949 Pasal 71 Konvensi Jenewa III 1949

161
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

apabila hukuman dijatuhkan oleh mendapatkan status dan perlakuan


pengadilan. Pemeriksaan pendahuluan sebagai tawanan perang (prisoner of war)
terhadap seorang tawanan perang harus telah disempurnakan dalam Protokol I
dilakukan secepat keadaan mengizinkan, Tahun 1977, diatur dalam pasal 43,44,
sehingga ia dapat diadili selekas 45. Kemudian dalam Konvensi Jenewa IV
mungkin. Jika Negara Penahan telah disebutkan pula bahwa status tawanan
memutuskan mengadakan pemeriksaan- perang tidak termasuk para
pemeriksaan di pengadilan terhadap nonkombatan yang tidak bersenjata saat
seorang tawanan perang, Negara ditangkap pada masa perang, mereka itu
Penahan harus memberitahukannya dilindungi.
kepada Negara Pelindung selekas 2. Tawanan perang itu harus diperlakukan
mungkin dan sekurang-kurangnya tiga dengan baik karena hak-hak mereka
minggu sebelum peradilan dimulai, dan diatur didalam Konvensi Jenewa III Tahun
Tawanan perang berhak akan bantuan 1949 yaitu hak mendapatkan perlakuan
salah seorang kawan tawanannya untuk manusiawi, hak kehormatan martabat
menjadi seorang pembela atau dan harga diri, hak perawatan medis, hak
pengacara dan berhak memanggil saksi, memperoleh perlakuan yang adil, hak
dalam hal ini setiap tawanan perang melaksanakan ritual keagamaan, hak
berhak mengajukan banding atau petisi aktivitas mental dan fisik, hak
untuk membatalkan atau merobah mendapatkan kebutuhan primer seperti
hukuman yang dijatuhkan terhadapnya. sandang, pangan dan papan dan hak
Tiap keputusan dan hukuman yang berkomunikasi dengan dunia luar.
dijatuhkan atas diri seorang tawanan
perang harus segera dilaporkan kepada B. Saran
Negara Pelindung dalam bentuk 1. Tawanan perang adalah manusia biasa
pemberitahuan singkat. Ketika hukuman yang kemudian terlibat dalam perang
yang akan dijalani oleh tawanan perang karena keadaan dimana negaranya
harus dijalani dalam bangunan yang terlibat dalam suatu peperangan, oleh
sama dan menurut keadaan dan syarat- karena itu hal-hal yang diatur dalam
syarat yang sama seperti apa yang Konvensi Jenewa III Tahun 1949 dan
berlaku bagi anggota-anggota angkatan Protokol Tambahan I tahun 1977 harus
perang Negara Penahan. 39 ditaati dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh negara-negara yang terlibat
PENUTUP dalam peperangan. Mereka harus
A. Kesimpulan mendapatkan perlakuan yang
1. Hukum Humaniter Internasional sepantasnya sebagai seorang manusia
menentukan bahwa seseorang yang yang mempunyai Hak Asasi Manusia.
berstatus sebagai combatant (dalam hal 2. Sebisa mungkin perang itu dihindari oleh
ini lawful combatant) otomatis berhak suatu negara yang sedang mengalami
diperlakukan sebagai tawanan perang konflik internal didalam negaranya
(prisoner of war) apabila mereka tidak sendiri maupun konflik antar satu negara
mampu lagi melanjutkan pertempuran dengan negara lainnya, agar penduduk
dan tertangkap pihak lawan. Tetapi ada sipil tidak menjadi korbannya yang
juga sekelompok penduduk sipil tertentu, seharusnya bisa menjadi penerus bangsa
walaupun mereka bukan kombatan, tapi harus menjadi korban dalam konflik
apabila jatuh ke tangan musuh berhak bersenjata.
pula mendapatkan status prisoner of war
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4A DAFTAR PUSTAKA
dan 4B Konvensi Jenewa III Tahun 1949. Mataram, Haryo. 1984. Hukum Humaniter.
Ketentuan tentang siapa yang berhak Jakarta: Rajawali

39
Rangkuman pasal 99-108 Konvensi Jenewa III 1949

162
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

Permatasari, Arlina dkk. 1999. Pengantar Hukum Humaniter Internasional”,


Hukum Humaniter. ICRC. Jakarta: Miamita Hubungan Internasional.
Print Rusman,Rina. 2004. Beberapa Perkembangan
Ambarwati,Denny.R, Rina.R.2012. Hukum Hukum Humaniter Internasional.
Humaniter Internsional Dalam Hubungan Jakarta: Makalah disampaikan dalam
Intenasional. Jakarta: Pt Raja Grafindo Kursus Dasar HHI dan Ham untuk Dosen
Persedo Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang
Soekanto, Soerjono. 2001. Penelitian Hukum diselenggarakan di Banjarmasin
Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. atas kerja sama antara Fakultas Syari’ah
Persada: RajaGrafindo IAIN Antasari dan ICRC Delegasi.
Starke J.G. 1989. Pengantar Hukum Mataram, Haryo, GPH. 1994. Sekelumit Tentang
Internasional.Terjemahan Bambang Iriana Hukum Humaniter. Surakarta: Sebelas
Djajatmadja. Jakarta: Sinar Grafika Maret University Press
Haryomataram, KPHG. 2012. Pengantar Hukum Lachs, Manfred, and Cristopher Swinarski (Ed).
Humaniter.Jakarta: Raja Grafindo 1984. Responsibility For The Development
Persada of Humanitarian Law, Studies and Essay on
Yulia, Lia. 2015. Konteks Dan Perspektif Politik International Humanitarian Law and Red
Terkait Hukum HumaniterInternasional Cross Principles, Laiden: Martinus Nijhoff
Kontemporer. Jakarta : RajaGrafindo Publisher.
Persada Wagiman, Wahyu. 2014. Hukum Humaniter dan
Putri Ria Wierma. 2012. Hukum Humaniter Hak Asasi Manusia. Makalah yang
Internasional, Bandar Lampung: disampaikan pada Kursus HAM untuk
Universitas Lampung Pengacara XI.
Effendi, A. Mashyur dan Taufanis, Evandri. Rudy, T. May. 2001, Hukum Internasional 2,
2010. HAM Dalam Dinamika/Dimensi Bandung: Refika Aditama
Hukum,Politik Ekonomi, dan Sosial, Bogor: Shaw, Malcolm. 1997. International Law, Fourth
Ghalia Indonesia Edition, Cambridge : Grotius Publication
Gasser Hans Peter dalam Hanung Hisbullah Alston Philip dan Franz Magnis-suseno. 2008.
Hamda, Konsep Perlindungan Tawanan “Hukum Hak Asasi Manusia”, Yogyakarta:
Perang Menurut Hukum Humaniter Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas
Internasional dan Hukum Islam, Jurnal Islam Indonesia.
Hukum No.30 Vol 12 September 2005 Triana, Nita. Jul-Des 2009.Perlindungan
Green, Leslie. 2008. The Contemporary Law of Perempuan dan Anak Ketika Perang Dalam
Armed Conflict, Juris Published, Hukum Humaniter Internasional. Jurnal
Manchester University Press. Studi Gender & Anak, Pusat Studi
Istanto, Sugeng. 1994. Hukum Internasional, Gender STAIN Purwokerto,YINYANG Vol. 4.
Yogyakarta: Universita Atmajaya No 2 pp. 320-334. ISSN: 1907-2791.
Yogyakarta Kusumo, Ayub dan Kukuh Tejomutri, 2015.
Kanshoven, Fritz. 2008. Constaint of The “Alternatif atas Pemberlakuan Hukum
Waging of war, seconf edition, ICRC: Humaniter Internasional dalam Konflik
Genewa Bersenjata Melawan Islamic State of Iraq
Tavel, Harroff, Marion. 1993 .Kegiatan Komite and Syria”, Yustisia. Vol. 4 No. 3
Internasional Palang Merah (ICRC) Pada DANIAL, 2015,“Penghormatan prinsip-prinsip
Waktu Kekerasan Dalam Negeri, terj. ICRC kemanusiaan terhadap tawanan perang
Delegation Jakarta, Jakata: ICRC dalam konflik bersenjata menurut onvensi
Publication, Jenewa III Tahun 1949”, Jurnal Idea Hukum
R. Sianturi. 2010. Hukum Pidana Militer di Vol. No. 2, Magister Hukum Fakultas
Indonesia, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Hukum Tentara Nasional Indonesia ICRC, Commentary on the Additional Protocol of
Latuputty Herryanto Marcelino. 2016. “ Status June 1977, Claude Pilloud et all, with the
Hukum Pihak-Pihak Yang Bertikai Dalam collaboration of jean Picted, Yves Sandoz,
Konflik Berse njata Di Suriah Berdasar

163
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

ed, Martinus Nijoff Publishers, Geneva


1987,
Pietro, Verri.1992. Dictionary of the
International Law of Armed Conflict, ICRC,
Geneve
Solis Gary D, 2010, The Law Of Armed Conflict:
International Humanitarian Law In War
,Ingris: Cambridge University Press.
Rampengan, Febriyanto, Des 2017, “Status
Perlindungan Hukum Agen Mata-Mata
Ditinjau Dari Hukum Humaniter
Internasional”, Lex Privatum Vol. V/No. 10
International Commite Of The Red Cross, 2008.
“Hukum Humaniter Internasiona;Komite
Internasional Palang Merah ”ICRC Delegasi
Indonesia,Jakarta:ICRC Publications.
Sukarwo Wirawan , 2009 Tentara Bayaran AS di
Irak, Jakarta:Gagas Media.
I Gusti Widayanti, Dewa Gede Mangku, Ni Putu
Yuliartini, 2019, “Penggunaan Tentara
Anak Dalam Konflik Bersenjata Ditinjau
Dari Perspektif Hukum Humaniter
Internasiona”, e-Journal Komunitas
Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum ,Volume 2 No.
Mirsa Prajodi, Handojo.L, Ayub T. S. K, Konflik
Bersenjata Di Wilayah Ukraina Tahun 2014
Menurut Hukum Humaniter Internasional ,
Belli ac Pacis. Vol. 1. No.1 Juni
Gillard, Emanuela-Chiara, Business Goes to
War: Private Military/Security Companies
and International Humanitarian Law,
International Review of the Red Cross. Vol.
88, No. 836, September 2006.
Michael N. Schmitt, Humanitarian Law and
Direct Participation in Hostilities by
Private Contractors or Civilian
Employees,Chicago Journal of International
Law. Vol. 5, Januari 2005

164

Anda mungkin juga menyukai