4/Okt-Des/2020
PERLAKUAN TERHADAP TAWANAN PERANG Kata kunci: tawanan perang; hukum humaniter;
MENURUT HUKUM HUMANITER
INTERNASIONAL1 PENDAHULUAN
Oleh: Senta Esterlita Ayomi2 A. Latar Belakang
Natalia L. Lengkong3 Terdapat juga prinsip kemanusiaan sebagai
Stefan Obadja Voges4 salah satu prinsip dasar dalam Hukum
Humaniter Internasional, dimaksudkan dalam
ABSTRAK memberikan bantuan tanpa diskriminasi
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk kepada orang yang teruka di medan perang ,
mengetahui bagaimana menetapkan status berupaya dengan kapasitas internasional dan
tawanan perang dalam situasi konflik nasional untuk mengurangi penderitaan
bersenjata dan bagaimana perlakuan terhadap manusia dimanapun ditemukan prinsip ini.
tawanan perang Hukum Humaniter Selain itu, prinsip ini bermanfaat untuk
Internasional yang dengan metode penelitian meningkatkan saling pengertian, pesahabatan,
hukum normatif disimpulkan: 1. Hukum kerjasama dan perdamaian yang bekelanjutan
Humaniter Internasional menentukan bahwa diantara semua rakyat sehingga tidak
seseorang yang berstatus sebagai combatant menciptakan diskriminasi karena kebangsaan,
(dalam hal ini lawful combatant) otomatis ras, kepercayaan agama, pendapat kelas atau
berhak diperlakukan sebagai tawanan perang politik. Sebagai prinsip dasar Hukum Humaniter
(prisoner of war) apabila mereka tidak mampu Internasional, para pihak yang bersengketa
lagi melanjutkan pertempuran dan tertangkap diharuskan untuk memperhatikan
pihak lawan. Tetapi ada juga sekelompok perikemanusiaan, dimana mereka dilarang
penduduk sipil tertentu, walaupun mereka untuk menggunakan kekerasan yang dapat
bukan kombatan, apabila jatuh ke tangan menimbulkan luka yang berlebihan atau
musuh berhak pula mendapatkan status penderitaan yang tidak perlu termasuk kepada
prisoner of war sebagaimana yang diatur dalam tawanan perang.5
Pasal 4A dan 4B Konvensi Jenewa III Tahun
1949. Ketentuan tentang siapa yang berhak B. Perumusan Masalah
mendapatkan status dan perlakuan sebagai 1. Bagaimana menetapkan status tawanan
tawanan perang (prisoner of war) telah perang dalam situasi konflik bersenjata ?
disempurnakan dalam Protokol I Tahun 1977, 2. Bagaimana perlakuan terhadap tawanan
diatur dalam pasal 43,44, 45. Kemudian dalam perang Hukum Humaniter Internasional?
Konvensi Jenewa IV disebutkan pula bahwa
status tawanan perang tidak termasuk para E. Metode Penelitian
nonkombatan yang tidak bersenjata saat Penelitian ini merupakan penelitian jenis
ditangkap pada masa perang, mereka itu penelitian hukum normatif.
dilindungi. 2. Tawanan perang itu harus
diperlakukan dengan baik karena hak-hak PEMBAHASAN
mereka diatur didalam Konvensi Jenewa III A. Menetapkan Status Tawanan Perang Dalam
Tahun 1949 yaitu hak mendapatkan perlakuan Situasi Konflik Bersenjata
manusiawi, hak kehormatan martabat dan Secara umum tawanan perang itu
harga diri, hak perawatan medis, hak merupakan tentara yang ditangkap dalam masa
memperoleh perlakuan yang adil, hak perang, tetapi bukan hanya tentara saja yang
melaksanakan ritual keagamaan, hak aktivitas ikut dalam berperang atau berkonflik terdapat
mental dan fisik, hak mendapatkan kebutuhan anggota milisi dan korps sukarelawan lain,
primer seperti sandang, pangan dan papan dan termasuk anggota gerakan perlawanan
hak berkomunikasi dengan dunia luar. terorganisasi, yang menjadi bagian dari salah
satu pihak yang berkonflik. Hukum Humaniter
1
Internasional juga menentukan bahwa
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
5
16071101056 DANIAL “Penghormatan prinsip-prinsip kemanusiaan
3
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum terhadap tawanan perang dalam konflik bersenjata
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum menurut onvensi Jenewa III Tahun 1949” Hm. 1.
153
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
seseorang yang berstatus sebagai combatant dan melengkap diri mereka dengan
(dalam hal ini lawful combatant) otomatis sebuah kartu pengenal.
berhak diperlakukan sebagai prisoner of war e. Awak kapal niaga termasuk nakhoda,
apabila mereka tidak mampu lagi melanjutkan pandu laut, teruna serta awak pesawat
pertempuran dan tertangkap pihak lawan. terbang sipil dari pihak-pihak yang
Tetapi ada pula sekelompok penduduk sipil bersengketayang tidak mendapat
tertentu, walaupun mereka bukan kombatan, eprlakuan yang lebih baik menurut
apabila jatuh ke tangan musuh berhak pula ketentuan-ketentuan apapun dalam
mendapatkan status prisoner of war Hukum Internasional.
sebagaiaman yang diatur dalam Pasal 4A f. Penduduk wilayah yng belum diduduki,
Konvensi Jenewa III tahun 1949.6 Pasal ini yang ketika musuh mendekat, atas
menyebutkan bahwa mereka yang berhak kemauannya sendiri dan dengans
mendapatkan status sebagai tawanan perang serentak mengangkat senjata untuk
(prisoner of war) adalah sebagai berikut:7 melawan pasukan-pasukan yang datang
a. Para anggota angkatan perang dari pihak menyerbu, tanpa memiliki waktu yang
yang bersengketa, anggota-anggota milisi cukup untuk membentuk kesatuan-
atau korps sukarela yang merupakan kesatuan bersenjata secara teratur, asal
bagian dari angkatan perang itu. saja mereka membaw sebjata secara
b. Para anggota milisi lainnya, termasuk terbuka dan menghormati hukum dan
gerakan perlawanan yang kebiasaan perang.
diorganisasikan (organized resistance Dari enam golongan tersebut diatas, poin a,
movement) yang tergolong pada satu b c termasuk dalam kategori kombatan, yang
pihak yang bersengketa dan beroperasi apabila tertangkap akan diperlakukan sebagai
di dalam atau di luar wilayah mereka, tawanan perang. Sedangkan poin d dan e
sekalipun wilayah itu diduduki, dan berada dalam kategori penduduk sipil, namun
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: apabila mereka ditangkap oleh pihak musuh
1. dipimpin oleh orang yang bertanggung tetap behak mendapatkan status sebagai
jawab atas bawahannya; prisoner of war.8
2. menggunakan tanda pengenal tetap Pasal 5 Konvensi Jenewa III sendiri
yang dapat dilihat dari jauh; menerangkan bahwa status tawanan perang
3. membawa senjata secara terbuka; mulai berlaku apabila seseorang telah
4. melakukan operasinya sesuai dengan memenuhi syarat yang ada dalam Pasal 4A dan
hukum dan kebiasaan perang. 4B, dan sejak saat pemberlakuan itu mereka
c. Para anggota angkatan perang reguler jatuh ke tangan musuh hingga saat
yang menyatakan kesetiaannya pada pembebasan. Dalam Pasal 4B menjelaskan
suatu pemerintah atau kekuasaan yang tentang orang yang akan diperlakukan sebagai
tidak diakui oleh negara penahan. tawanan perang ketika ditangan musuh : 9
d. Orang-orang yang menyertai angkatan 1) Orang yang tergolong atau pernah
perang tanpa dengan sebenranya tergolong dalam angkatan pernag dari
menjadi anggota dari angkatan perang wilayah yang diduduki, apabila negara
itu, seperti anggota sipil awak pesawat yang menduduki wilayah itu memandang
terbang militer, wartawan perang, perlu untuk menginternir mereka karena
anggota-anggota kesatuan kerja, dinas- kesetiaan itu, walaupun negara itu
dinas yang bertanggung jawab atas semula telah membebaskan mereka
kesejahteraan angkatan perang, asalkan selagi permusuhan berlangsung di luar
mereka telah mendapatkan pengakuan wilayah yang diduduki negara itu,
dari angkatan perang yang disertainya terutama jika orang-orang tersebut telah
mencoba dengan tidak berhasil untuk
bergabung kembali dengan angkatan
6
Arlina Permanasari, dkk,. Pengantar Hukum Humaniter
8
Internasional Committee of the Red Cross, Miamita Print, Fritz Kanshoven, Constaint of The Waging of war, seconf
Jakarta, 1999, hlm. 164. edition, ICRC, Genewa, 2008, hal.41
7 9
Pasal 4A Konvensi Jenewa III Tahun 1949. Pasal 4B Konvensi Jenewa III 1949
154
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
155
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
156
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
3. Tetapi dalam melatih anak yang disebut sebagai Angkatan Bersenjata dan
berusia lima belas tahun tapi belum kombatan. Pasal 43 memberi batasan dari
mencapai usia delapan belas tahun, Angkatan Bersenjata sebagai berikut:26
maka mereka harus mengutamakan 1. Angkatan Bersenjata dari pihak yang
mereka yang tertua. bertikai terdiri dari Angkatan Bersenjata
4. Perlindungan khusus yang diberikan yang terorganisasi (organized armed
kepada anak-anak ini diterapkan baik porces), group dan unit yang berada di
mereka dalam status tahanan bawah komando yang bertanggung
maupun tidak; Apabila anak-anak jawab atas kelakuan anak buahnya
ditangkap ditahan/ditawan, ataupun kepada pihak tersebut, sekalipun pihak
diasingkan karena hal-hal yang itu diwakili oleh pemerintah atau
berkaitan dengan konflik bersenjata, penguasa (authority) yang tidak diakui
mereka harus ditempatkan ditempat oleh pihak lawan (adverse party).
yang terpisah dengan orang dewasa, Angkatan Bersenjata tersebut harus
kecuali orang-orang dewasa tersebut tunduk kepada sistem disiplin kesatuan
adalah keluargannya. (internal diciplinary System) yang antara
5. Anak-anak tidak boleh dihukum mati. lain berisi pelaksanaan ketentuan hukum
Perlindungan hukum berdasarkan Protokol internasional yang berlaku dalam
Tambahan II, yaitu pasal Pasal 4 ayat (3) huruf c pertikaian bersenjata.
telah memberikan pemaparan yang tegas 2. Anggota Angkatan Bersenjata dari pihak
mengenai keterlibatan anak dalam permusuhan yang bertikai (kecuali personil medik dan
atau konflik bersenjata yaitu dengan melarang pendeta seperti tersebut dalam Pasal 37
anak-anak yang berusia di bawah lima belas Konvensi Jenewa III) adalah kombatan,
tahun untuk direkrut dalam angkatan perang. yaitu mereka yang berhak untuk turut
Pasal 4 ayat (3) huruf d Protokol Tambahan II serta secara langsung dalam
tahun 1977 memberikan pemahaman bahwa permusuhan.
mereka yang berusia di bawah lima belas tahun 3. Apabila salah satu pihak yang bertikai
atau belum mencapai umur lima belas tahun memasukkan sebuah kesatuan (agency)
akan mendapatkan perlindungan istimewa jika para militer atau penegak hukum dalam
mereka terlibat langsung dalam permusuhan Angkatan Bersenjata mereka, maka
apabila mereka tertangkap dan kemudian meraka wajib memberitahukan hal ini
menjadi tawanan perang. Pasal 6 ayat (2) huruf pada pihak-pihak lain yang bertikai.
h mengatur mengenai larangan pemberlakuan Dalam Pasal 44 diatur tentang ‘kombatan’
hukuman mati bagi mereka yang berusia di dan ‘tawanan perang’ dengan ketentuan-
bawah delapan belas tahun pada saat ketentuan sebagai berikut:27
pelanggaran itu dilakukan, larangan itu juga 1) Setiap kombatan, seperti ditentukan
berlaku bagi ibu hamil dan ibu yang memiliki dalam Pasal 43, yang jatuh dalam
anak yang masih kecil.24 kekuasaan pihak lawan, akan menjadi
Seorang Tentara Anak dapat juga berstatus tawanan perang (prisoner of war);
kombatan jika memenuhi unsur dalam Pasal 2) Sekalipun semua kombatan harus
4A ayat 2, apabila saat menjadi kombatan para mentaati ketentuan-ketentuan hukum
tentara anak ini menjadi tawanan perang maka internasional yang berlaku dalam
hak-hak yang mereka dapatkan adalah hak-hak pertikaian bersenjata, namun
yang dimiiki oleh kombatan juga.25 pelanggaran ketetuan tersebut tidak
Ketentuan tentang siapa yang berhak akan menghilangkan haknya untuk
mendapatkan status dan perlakuan sebagai menjadi kombatan apabila ia jatuh dalam
tawanan perang (prisoner of war) ini kemudian kekuasaan pihak lawan, dan juga tidak
disempurnakan dalam Protokol I Tahun 1977 menghilangkan haknya menjadi tawanan
yang memberikan definisi baru dari apa yang
24 26
I Gusti Widayanti1, Dewa Gede Mangku, Ni Putu Haryo Mataram, Hukum Humaniter, Rajawali, Jakarta,
Yuliartini, Op.Cit, Hal. 6-7 1984, hlm. 72-75.
25 27
Fitra Amalia, Op.Cit, Hal. 4 Ibid
157
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
perang, kecuali apa yang ditentukan 6) Pasal ini tidak mengurangi (without
dalam ayat (3-4). prejudice) hak setiap orang untuk
3) Untuk menambah perlindungan bagi menjadi tawanan perang sesuai dengan
penduduk sipil dari akibat permusuhan, Pasal 4 Konvensi Jenewa III(yang
kombatan diharuskan untuk membahas tentang kriteria-kriteria
membedakan diri dari penduduk sipil seseorang bisa berstatus sebagai
pada waktu mereka sedang menyerang tawanan perang).
atau di dalam suatu operasi militer yang 7) Pasal ini tidak dimaksudkan untuk
mendahului serangan tersebut, tetapi mengubah kebiasaan secara umum telah
mengingat dalam suatu pertikaian diterima negara-negara yang
bersenjata terdapat situasi dimana berhubungan dengan pemakaian
mengingat sifat permusuhan tersebut, seragam (uniform) oleh kombatan yang
jika kombatan tidak dapat membedakan termasuk kesatuan yang reguler dan
diri, ia akan tetap memperoleh statusnya bersergam serta bersenjata (regular
sebagai kombatan asalkan dalam uniformed armed units) dari pihak yang
keadaan tersebut ia membawa senjata bertikai.
secara terbuka: 8) Sebagai tambahan dari kategori orang
a) Selama setiap pertempuran tersebut dalam Pasal 13 Konvensi Jenewa
(engagement) militer; III (Tawanan perang harus diperlakukan
b) Selama ia dapat dilihat/keliatan oleh dengan perikemanusiaan, Tawanan
musuh pada waktu ia terlibat dalam perang juga harus selalu dilindungi,
suatu persiapan (deployment) militer terutama terhadap tindakan-tindakan
mendahului serangan dimana ia turut kekerasan atau ancaman-ancaman, dan
serta. Perbuatan yang memenuhi terhadap penghinaan-penghinaan serta
ketentuan ini tidak boleh dianggap tontonan umum, Tindakan-tindakan
secara licik (perfidious) dalam Pasal 37 pembalasan terhadap tawanan perang
ayat (1c) berbunyi: “Pura-pura sebagai dilarang.), maka semua anggota
orang sipil, status bukan kombatan”. Angkatan Bersenjata dari pihak bertikai
4) Seorang kombatan yang jatuh dalam seperti dirumuskan dalam Pasal 43
kekuasaan pihak lawan sedang ia tidak Protokol ini, berhak atas perlindungan
memenuhi persyaratan yang ditentukan yang diatur dalam Konvensi tersebut,
dalam kalimat kedua dari Pasal 3 (Orang apabila mereka terluka atau sakit, baik di
yang tidak ambil bagian aktif dalam darat maupun di laut.
permusuhan dipelakukan secara Pasal 43 dan 44 menetapkan peserta perang
manusiawi “Termasuk anggota militer adalah anggota angkatan bersenjata suatu
yang sudah tidak ambil bagian aktif lagi pihak pada konflik bersenjata internasional,
karena sakit, cedera, atau tertawan.”) sedangkan dalam Pasal 45 pada intinya
akan kehilangan haknya sebagai tawanan menyatakan bahwa apabila seorang yang
perang, tetapi ia akan diberikan ditangkap diragukan statusnya apakah dia
perlindungan yang sama dalam segala kombatan atau penduduk sipil, maka ia akan
aspek seperti yang diberikan pada tetap menikmati status sebagai tawanan
tawanan perang oleh Konvensi Jenewa III perang sampai pengadilan yang bekompeten
dan Protokol ini. menetapankan status sebenarnya.28 Dalam
5) Setiap kombatan yang jatuh ke dalam Konvensi Jenewa IV disebutkan pula bahwa
kekuasaan pihak lawan, pada waktu status tawanan perang tidak termasuk para
(sedang) tidak terlibat dalam serangan nonkombatan yang tidak bersenjata yang
atau dalam suatu operasi militer sebagai ditangkap pada masa perang, mereka itu
persiapan suatu serangan, tidak akan dilindungi.29
kehilangan haknya (forfeit) sebagai
kombatan dan tawanan perang sebagai
akibat kegiatan sebelumnya. 28
Arlina Permatasari dkk, Pengantar Hukum Humaniter,
op.cit, hlm 164
29
Tahanan Perang, Loc.Cit
158
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
B. Perlakuan Terhadap Tawanan Perang konvensi seperti Konvensi Den Haag 1907,
Menurut Hukum Humaniter Internasional Konvensi Jenewa 1949 serta Protokol
Hukum Kemanusiaan Internasional, Hukum Tambahan I dan II Tahun 1977.
Humaniter Internasional (HHI), yang seringkali Konvensi-konvensi Jenewa 1949 serta
disebut juga sebagai hukum konflik bersenjata Protokol Tambahan tentang Perlindungan
(bahasa Inggris: International Humanitarian Korban Perang (Geneva Convention of 1949 for
Law), adalah batang tubuh hukum yang The Protection of victims of war) terdiri atas 4
mencakup Konvensi Jenewa dan Konvensi Den (empat) konvensi, yaitu:32
Haag berserta perjanjian-perjanjian, 1) Konvensi Jenewa untuk Perbaikan
yurisprudensi dan hukum kebiasaan Keadaan yang luka dan Sakit dalam
30
internasional yang mengikutinya. Hukum Angkatan Bersenjata di Medan
Humaniter Internasional menetapkan perilaku Pertempuran Darat (Geneva Convention
dan tanggung jawab negara-negara yang for the Amelioration of the Condition of
berperang, negara-negara netral dan individu- the Wounded and Sick in Armed Forces in
individu yang terlibat peperangan, yaitu the Field, of August 12, 1949).
terhadap satu sama lain dan terhadap orang- 2) Konvensi Jenewa untuk Perbaikan
orang yang dilindungi, bisanya berarti orang Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata di
sipil. Laut yang Luka, Sakit dan Korban Karam
Hukum Humaniter Internasional adalah (Geneva Convention for the Amelioration
wajib bagi negara yang terikat oleh perjanjian- of the Condition of wounded, Sick, and
perjanjian yang relevan dalam hukum tersebut. Shipwrecked Members of Armed Forces
Ada juga sejumlah aturan perang tak tertulis at Sea, of August 12, 1949).
yang merupakan kebiasaan, yang banyak 3) Konvensi Jenewa mengenai Perlakuan
diantaranya dieksplorasi dalam Pengadilan Tawanan Perang (Geneva Convention
Perang Nurenberg. Dalam pengertian yang relative to the Treatment of Prisonesr of
diperluas, aturan-aturan tak tertulis ini juga War, of August 12, 1949).
menetapkan sejumlah hak permisif serta 4) Konvensi Jenewa mngenai Perlindungan
sejumlah larangan perilaku bagi negara-negara Orang Sipil di Waktu Perang (Geneva
berperang bila mereka berurusan dengan Convention relative to the Protection of
pasukan yang tidak reguler atau dengan pihak Civilian Persons in time of War, of August
non-penandatangan. Pelanggaran hukum 12, 1949).
kemanusiaan internasional disebut kejahatan Berkaitan dengan judul skripsi ini, maka
perang.31 yang akan dibahas adalah Konvensi Jenewa
Di dalam suatu konflik bersenjata atau yang ke-3 dan Protokol Tambahan I Tahun
perang maka selalu ada akibat yang timbul 1977. Dalam Konvensi Jenewa III ditentukan
yaitu banyak menimbulkan korban, baik itu bahwa negara penahan wajib bertanggung
kombatan maupun penduduk sipil. Mau tak jawab atas perlakuan yang diberikan kepada
mau maka akan terjadi penahanan terhadap tawanan-tawanannya. Tawanan yang dimaksud
kombatan yang tertangkap yang masih dalam adalah tawanan negara musuh, yaitu orang-
keadaan hidup, apakah masih dalam keadaan perorangan yang merupakan kombatan dari
baik-baik saja ataupun dalam keadaan terluka. negara musuh. Dalam hal ini, kombatan negara
Tapi tidak bisa disangkal bahwa tawanan musuh yang menjadi tawanan mempunyai
perang ini akan mengalami hal-hal yang suatu perlindungan hukum dan tetap
mengerikan selama mereka dalam tahanan mendapatkan hak-haknya.
sebagai tawanan perang. Akibat yang Pengaturan mengenai perlindungan
mengerikan yang terjadi terhadap kombatan terhadap tawanan perang dapat ditemui di
maupun penduduk sipil seperti yang diceritakan
oleh Henry Dunant dalam perkembangannya
mendapat pengaturan dalam beberapa
32
Lona Puspita, Perlindungan Hukum Terhadap Tawanan
30
ICCR What is international humanitarian law?, diakses Perang Berdasarkan Konvensi Jenewa III Tahun 1949 dan
pada tanggal 17 Mei 2020 Declaration of Human Rights, diakses dari https://osf.io>
31
Tahanan Perang, Loc-Cit download pada tanggal 17 Juli 2020.
159
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
dalam pasal-pasal pada Konvensi Jenewa III, tawanan di mana tawanan perang dapat
diantaranya:33 memperoleh bahan makanan, sabun dan
1. Pasal13 ayat (1): tembakau serta barang kebutuhan
Pasal ini mengatur mngenai kewajiban sehari-hari.34
negara penahan untuk memperlakukan 4. Pasal 29 sampai dengan Pasal 32:
tawanan perang berdasarkan prinsip- Pasal-pasal ini memberikan pengaturan
prinsip hukum humaniter internasional mengenai kewajiban negara untuk
yang salah satunya adalah prinsip memelihara dan merawat kesehatan
kemanusiaan. Dalam hal ini Tawanan tawanan perang. Dalam hal ini Negara
perang terutama tidak boleh dijadikan Penahan wajib mengambil segala
obyek pengudungan jasmani, percobaan- tindakan kesehatan yang diperlukan
percobaan kedokteran atau ilmiah dalam untuk menjamin bahwa tawanan perang
bentuk apapun juga yang tidak akan bertahan dan tekena wabah-wabah
dibenarkan oleh pengobatan kedokteran, menular selama berada dibawah
kedokteran gigi atau kesehatan dari perintah musuh, Setiap kamp tawanan
tawanan bersangkutan dan dilakukan harus mempunyai rumah sakit yang
demi kepentingannya. cukup memenuhi syarat di mana
2. Pasal 13 ayat (2): tawanan perang dapat memperoleh
Pasal ini berisi larangan dilakukannya pengamatan kesehatan yang mereka
penganiayaan, kekerasan fisik maupun perlukan, begitupun juga makanan yang
non fisik serta penghinaan. Dalam pasal tepat, Pemeriksaan kesehatan tawanan
ini sudah sangat jelas bahwa negara perang harus diadakan sekurang-
penahan tidak boleh menggunaan kurangnya sekali sebulan dan Tawanan
kekerasan pada seorang tawanan perang, perang yang menjadi dokter, ahli bedah,
jika terjadi hal-hal tersebut sampai dokter gigi, perawat atau tenaga
membahayakan nyawa dari tawanan pembantu kesehatan, dapat diwajibkan
perang tersebut akan dianggap oleh Negara Penahan untuk menjalankan
pelanggaran berat dalam konvensi ini. fungsi mereka dibidang kesehatan
3. Pasal 25 sampai dengan Pasal 28: mereka bagi kepentingan tawanan
Pasal-pasal ini memberikan pengaturan perang yang menaati Negara yang sama,
mengenai kewajiban negara penahan walaupun mereka itu tidak tergolong
untuk memberi jaminan atas sandang, dalam dinas kesehatan angkatan
pangan dan papan bagi para tawanan perangnya.35
perang. Dalam hal ini negara penahan 5. Pasal 34 sampai dengan Pasal 42:
wajib memberikan pakaian, makanan, Pasal-pasal ini memberikan pengaturan
serta tempat tinggal kepada tawanan mengani kewajiban negara penahan
perang karena itu adalah kebutuhan yang untuk menjamin kebebasan tawanan
mendasar pada manusia. Tawanan perang untuk melakukan kegiatan
perang harus diberi tempat tinggal sesuai keagamaan, intelektual serta jasmani.
syarat-syarat yang diberikan kepada Dalam hal ini Tawanan perang harus
tentara Negara Penahan yang memperoleh kebebasan penuh dalam
ditempatkan di daerah yang sama. mejalankan kewajiban keagamaan
Rangsum makanan harian pokok harus mereka, Para Rokhaniawan yang jatuh
cukup berkwalitas, kwantitas dan dalam tangan Negara musuh harus
macam-macamnya untuk memelihara diperkenankan untuk menyelenggarakan
kesehatan yang baik dari tawanan perang dan menjalankan secara bebas bantuan-
dan untuk mencegah berkurangnya berat bantuan keagamaan di antara tawanan
badan atau timbulnya penyakit perang dari agama yang sama sesuai
kekurangan makanan, dan Kantin-kantin dengan hati nurani keagamaan mereka,
harus diadakan di semua tempat Tawanan perang yang menjadi petugas-
34
Rangkuman pasal 25-25 Konvensi Jenewa III 1949
33 35
Konvensi Jenewa III Tahun 1949 Rangkuman pasal 29-32 Konvensi Jenewa III 1949
160
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
petugas keagamaan harus bebas untuk tersebut dengan alat-alat yang memadai.
memberikan bantuan kerohanian kepada Dan penyensoran surat-menyurat yang
angauta-anggota mereka apapun juga dialamatkan kepada tawanan perang
golongannya, Jika tawanan perang tidak atau yang dikirim oleh mereka harus
mendapat bantuan dari seorang dilakukan secepat mungkin.37
rohaniwan atau petugas keagamaan 8. Pasal 78:
mereka maka harus diangkat mengisi Pasal ini memberi pengaturan mengenai
jabatan itu dan harus ada persetujuan kewajiban negara untuk memberikan hak
dari negara penahan, Negara Penahan kepada tawanan perang yang ingin
harus memberikan dorongan pada melakukan pengaduan terhadap keadaan
kegiatan-kegiatan intelektual, dan perlakuan yang ditujukan kepadanya
pendidikan, hiburan, olah raga serta kepada para penguasa militer atau
permainan-permainan bersama di antara kepada para wakil negara pelindung.
tawanan.36 Dalam hal ini Permohonan dan
6. Pasal 58 sampai dengan Pasal 68: pengaduan tidak boleh dibatasi, juga
Pasal-pasal ini memberikan pengaturan tidak boleh dianggap sebagai bagian
mengenai kewajiban negara penahan jatah surat-menyurat sebagaimana
untuk membayarkan sejumlah uang ditentukan dalam Pasal 71(Tawanan
muka dan upah bagi tawanan perang perang harus diperkenankan mengirim
yang dipekerjakan. Dalam pasal-pasal ini serta menerima surat-surat dan kartu38).
intinya mengatur tentang sumber- Permohonan dan pengaduan ini harus
sumber keuangan terhadap Tawanan diteruskan dengan segera. Permohonan
Perang. dan pengaduan ini tidak boleh
7. Pasal 69 sampai dengan Pasal 77: mengakibatkan hukuman apapun,
Pasal-pasal ini memberi pengaturan sekalipun kemudian ternyata bahwa
mengenai kewajiban negara untuk permohonan atau pengaduan itu tidak
memenuhi hak tawaan perang dalam beralasan.
melakukan hubungan dengan dunia luar. 9. Pasal 99 sampai dengan Pasal 108:
Dalam hal ini tawanan perang behak Pasal-pasal ini memberikan pengaturan
menulis surat atau kartu untuk dikirim mengenai kewajiban negara penahan
kepada keluarganya dan juga berhak untuk menjamin terselenggaranya
menerima surat, dimana negara penahan pengadilan yang bebas tanpa memihak
yang menyediakan fasilitas penyaluran bagi para tawanan perang. Dalam hal ini
yang diperuntukan tawanan perang atau menyebutkan bahwa Tawanan perang
dikirim untuk mereka, dapat juga tidak boleh diadili atau dijatuhi hukuman
menerima dengan pos atau dengan cara untuk perbuatan yang tidak dilarang oleh
lain baik bingkisan-bingkisan perorangan Undang-undang Negara Penahan atau
atau kiriman-kiriman kolektip yang oleh hukum internasional yang berlaku,
terutama berisi bahan makanan, pakaian, Untuk itu Negara-negara Pelindung harus
obat-obatan serta barang-barang. Semua diberitahu selekas mungkin tentang jenis
sumbangan untuk tawanan perang harus pelanggaran yang menurut undang-
dibebaskan dari pajak pemasukan, bea undang Negara Penahan dapat dihukum
cukai dan biaya-biaya lainnya. Bila dengan hukuman mati. Apabila hukuman
operasi-operasi militer mencegah mati dijatuhkan atas diri seorang
Negara-negara yang bersangkutan untuk tawanan perang, keputusan itu tidak
memenuhi kewajibannya menjamin boleh dijalankan sebelum lewat waktu
pengangkutan kiriman-kiriman tersebut sekurang-kurangnya enam bulan mulai
maka Negara-negara Pelindung yang dari saat Negara Pelindung menerima
bersangkutan dapat bertindak untuk pemberitahuan, dan Seorang tawanan
menjamin pengangkutan kiriman perang hanya dapat dihukum dengan sah
37
Rangkuman pasal 69-77 Konvensi Jenewa III 1949
36 38
Rangkuman pasal 32-42 Konvensi Jenewa III 1949 Pasal 71 Konvensi Jenewa III 1949
161
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
39
Rangkuman pasal 99-108 Konvensi Jenewa III 1949
162
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
163
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
164