Anda di halaman 1dari 2

Nama : Bernadeta Lyra

NIM : E0020108

1.

a. Konsep perlindungan terhadap kombatan diatur dalam Konvensi Jenewa 1949. Perlindungan ini juga
termasuk kepada yang berstatus hors de combat atau jatuh ketangan musuh. Kombatan yang jatuh ke
tangan pihak musuh harus diperlakukan sebagai tawanan perang dan mendapat perlindungan hukum
yang semestinya menurut Konvensi Jenewa III 1949 yang mana saat menjadi tawanan perang, mereka
harus diperlakukan secara manusiawi, dilindungi dari bahaya dan ketidakadilan, dan diberikan
perawatan kesehatan.

b. Perlindungan penduduk sipil sama kuatnya dengan perlindungan terhadap kombatan dan hors de
combat, di mana juga diatur dalam Konvensi Jenewa IV 1949 dan Bagian IV Protokol Tambahan I 1977 di
mana terdapat perlindungan umum yang diberikan kepada penduduk sipil tidak boleh diskriminatif dan
perlindungan khusus yaitu kepada mereka yang tergabung dalam suatu organisasi sosial yang
melaksanakan tugas-tugas yang bersifat sosial untuk membantu pendudul sipil lainnya pada waktu
sengketa bersenjata. Selain itu, perlindungan terhadap penduduk sipil juga diatur dalam:

-Instruksi Lieber Tahun 1863

-Konvensi Jenewa 1864

-Deklarasi St Petersburg 1868

-Konvensi Den Haag 1899 & 1907

Perlindungan juga diberikan kepada penduduk sipil dalam hal orang asing yang berada di suatu wilayah
pendudukan. Sebagaimana diatur dalam pasal 35 Konvensi Jenewa IV dan juga kepada interniran sipil
yang oleh negara penahan dilindungi dengan diberikan penempatan di tempat yang telah ditunjuk
negara penahan. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 42 Konvensi Jenewa IV

c. Sedangkan objek sipil, perlindungannya terdapat dalam Pasal 52 ayat 1 Protokol Tambahan I 1977,
yang bunyinya “Obyek sipil tidak boleh dijadikan sasaran penyerangan/pembalasan. Bila hal itu
diragukan apakah itu obyek sipil atau bukan, maka obyek tersebut harus diperlakukan sebagai obyek
sipil” Selain itu juga terdapat pada Konvensi Den Haag 1907 dan Konvensi Den Haag 1954. Obyek sipil
dilindungi dikarenakan bahwa dalam kenyataan di suatu konflik bersenjata masih banyak obyek sipil
yang menjadi sasaran perang yang mengakibatkan penderitaan terhadap warga sipil akibat fasilitas-
fasilitas yang tidak dapat digunakan sebagaimana fungsi dan kegunaanya.

2. Bentuk perlindungan umum terhadap penduduk sipil yaitu tidak boleh dilakukan secara diskriminatif.
penduduk sipil berhak atas penghormatan pribadi, hak kekeluargaan, kekayaan dan praktek ajaran
agamanya. Terhadap mereka tidak boleh dilakukan tindakan

a. Melakukan pemaksaan jasmani maupun rohani untuk memperoleh keterangan;


b. Melakukan tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan jasmani;
c. Melakukan intimidasi, terorisme dan perampokan
d. Melakukan tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan jasmani atau permusuhan terhadap
orang yang dilindungi
e. Dsb.

Sedangkan perlindungan khusus, yaitu bagi mereka yang tergabung dalam suatu organisasi sosial yang
melaksanakan tugas-tugas yang bersifat sosial untuk membantu pendudul sipil lainnya pada waktu
sengketa bersenjata. Yaitu penduduk sipil yang menjadi anggota perhimpunan palang merah nasional
atau perhimpuan penolong sipil lainnya, termasuk anggota pertahanan sipil.

3. Menurut pendapat saya, penduduk sipil yang jatuh ke tangan musuh memang harus dilindingi,
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Konvensi Jenewa IV. Mereka yang sukarela turut serta ini termasuk
orang-orang yang karena pekerjaannya harus dihormati dan oleh sebab itu mereka tidak boleh diserang.
Orang-orang itu misalnya para anggota dinas kesehatan, petugas rumah sakit, dan para rohaniwan.
Mereka harus dilindungi dari serangan lawan sehingga mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu.
Mau bagaimana pun, mereka tetap sebagai penduduk sipil, yang mana juga sesuai dengan KOnvensi
Jenewa 1949, protocol tambahan I dan II. Jika terdapat pelanggaran terhadap konvensi tersebut maka
kejahatan itu termasuk ke dalam pidana internasional dan akan di adili di mahkamah pidana
internasional sesuai statute roma 1998.

Anda mungkin juga menyukai