MODUL 07
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Perhitungan Hidrologi sebagai Materi Substansi
dalam Pelatihan Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Sumber Daya Air.
Modul Perhitungan Hidrologi ini disusun dalam 9 (sembilan) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami perhitungan
hidrologi dalam perencanaan bendungan. Penekanan orientasi pembelajaran pada
modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Tim Validasi Sistem Diklat, sehingga modul ini dapat disajikan dengan
baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus
terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi
ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Temperatur Maksimum Dan Minimum Bulanan Stasiun Ciparay Pada
Bulan Oktober 2009 ...................................................................................7
Tabel 2.2. Kelembaban Udara (RH) ...........................................................................8
Tabel 2.3. Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan..................................12
Tabel 3.1. Tahap 1: Pengumpulan Seluruh Data ......................................................28
Tabel 3.2. Tahap 2: Mengurutkan Data dari Besar ke Kecil ......................................29
Tabel 3.3. Data Asli ..................................................................................................30
Tabel 3.4. Tahap 1: Pengelompokan Data Berdasarkan Kurun Waktu (Bulan) .........30
Tabel 3.5. Tahap 2: Pengurutan Data Dari Besar Ke Kecil .......................................31
Tabel 3.6. Tahap 3: Perhitungan Probabilitas Dengan Rumus P=m/(n+1) ................31
Tabel 3.7. Tahap 4: Perhitungan Debit Andal (Probabilitas 80 % atau Kala Ulang 5
Tahun) .....................................................................................................32
Tabel 3.8. Contoh Metode Rippl dengan Kebutuhan = Inflow Rata-Rata ..................34
Tabel 3.9. Contoh Metode Rippl dengan Kebutuhan =2/3 Inflow rata-rata ................36
Tabel 4.1. Hubungan Antara Fungsi Distribusi, Parameter dan Besarnya ................51
Tabel 4.2. Standar Gamma Distribution (w) ..............................................................52
Tabel 4.3. Luas Dibawah Kurva Standar Normal Distribusi ......................................52
Tabel 4.4. Perhitungan Besarnya PMP untuk Masing-Masing Pos Hujan .................57
Tabel 5.1. Patokan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah Untuk Bangunan
Bendungan ..............................................................................................62
Tabel 8.1. Contoh Lembar Perhitungan pada Kartu Pengukuran Debit dan
Sedimen ................................................................................................114
DAFTAR GAMBAR
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Deskripsi
Modul Perhitungan Hidrologi ini terdiri dari tujuh kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan pertama membahas tentang pengolahan data hidrologi. Kegiatan
belajar kedua membahas tentang ketersediaan air dan kapasitas waduk.
Kegiatan belajar ketiga membahas tentang analisis curah hujan desain. Kegiatan
belajar keempat membahas tentang analisa banjir desain. Kegiatan belajar
kelima membahas tentang penelusuran banjir. Kegiatan belajar keenam
membahas tentang rencana pola operasi waduk. Kegiatan belajar ketujuh
membahas laju sedimentasi.
Persyaratan
Metode
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
Waduk adalah tampungan air pada saat musim hujan dan digunakan pada
musim kemarau yang merubah pola aliran alam supaya dapat digunakan
untuk kesejahteraan manusia. Waduk merupakan penyangga antara
kebutuhan dan pasok air untuk berbahgai kepentingan. Waduk terbentuk
dengan menahan aliran sungai di tempat yang memenuhi persyaratan lokasi
bendungan.
BAB II
PENGOLAHAN DATA HIDROLOGI
2.1 Iklim
Pos iklim yang lengkap terdiri dari berbagai peralatan seperti terlihat pada pos
klimatologi dibawah ini.
Pintu masuk pos klimatologi Pagar pengamanan sekeliling pos klimatologi
Tangki
penampung air
1.5 m
Penakar Hujan Penakar Hujan
1.0 m Otomatik
Biasa
1.5 m 1.5 m
Sangkar alat dengan
pintu menghadap utara
6.0 m
Alat Pencata
Lama Penyinaran
Matahari
1.5 m 1.0 m
Alat pengukur
Alat pengukur Radiasi kecepatan angin
3.0 m
Matahari
Alat Pengukur penguapan
2.0 m
(Panci Penguapan)
10.0 m
Tabel 2.1. Temperatur Maksimum Dan Minimum Bulanan Stasiun Ciparay Pada
Bulan Oktober 2009
Temp. max Temp. min
1 32.0 20.0
2 31.0 20.0
3 31.0 20.0
4 31.0 21.0
5 30.0 19.0
6 30.0 20.0
7 29.0 20.0
8 29.0 20.0
9 30.0 19.0
10 30.0 20.0
11 30.0 20.0
12 30.0 20.0
13 30.0 19.0
14 30.0 20.0
15 29.0 20.0
16 31.0 16.0
17 32.0 18.0
18 30.0 19.0
19 30.0 19.0
20 31.0 18.0
21 30.0 18.0
22 31.0 19.0
23 29.0 20.0
24 29.0 19.0
25 30.0 19.0
26 30.0 19.0
27 29.0 17.0
28 30.0 19.0
29 30.0 19.0
30 31.0 19.0
31 30.0 19.0
Jumlah 935.0 595.0
Rata-rata 30.2 19.2
Jarak antara garis panjang dengan garis panjang adalah satu jam ditulis 10,
dan antara garis panjang ke garis pendek adalah setengah jam ditulis 5. Hasil
pembacaan selama satu hari dibagi dengan 10, dan hasilnya kemudian dibagi
lagi dengan kemungkinan lamanya penyinaran matahari (semenjak terbit
matahari sampai terbenam, tanpa awan), setelah itu dikalikan 100 %.
Hasil yang terbakar untuk data tanggal 30 – 09 - 2010
Jam 7–8 =5
8–9 = 10
9 – 10 = 10
10 – 11 = 10
11 – 12 = 10
12 – 13 = 10
13 – 14 = 10
14 – 15 = 10
15 – 16 = 10
Jumlah = 85
85
Jadi lama penyinaran = = 8.5
10
Kemungkinan penyinaran untuk Ciparay bulan September adalah 12.04 jam,
yaitu dari waktu matahari terbit jam 05.43 sampai dengan waktu mata hari
terbenam jam 17.47.
8.5
Jadi lama penyinaran = x 100 % = 70.60 % = 71 %.
12.4
2.2 Presipitasi
Presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hydrometeor, yang
merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari kondensasi uap
air di atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas
raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari
larutan tersebut (terpresipitasi). Udara menjadi jenuh melalui dua proses,
pendinginan atau penambahan uap air. (http://id.wikipedia.org/wiki/Presipitasi)
Untuk kajian ini presipitasi yang dimaksud adalah berkaitan dengan curah
hujan. Derajat atau besaran curah hujan dinyatakan dengan jumlah curah
hujan dalam suatu satuan waktu, satuan yang digunakan mm/jam dan disebut
intensitas curah hujan (Sosrodarsono dan Takeda 1978), tabel berikut
menyajikan keadaan curah hujan berkaitan dengan intensitasnya.
Terdapat dua macam penkar hujan yang lazim digunakan di Indonesia, yaitu:
a) Penakar curah hujan biasa; Peralatan penakar curah hujan biasa berupa
tabung/ corong yang mempunyai luas corong 100cm² dan 200cm².
Banyaknya curah hujan ditakar dengan gelas ukur sesuai dengan luas
corong alat hujan yang dipakai.
Cara pengamatan:
Pergantian kertas grafik disesuaikan dengan macam kertasnya:
Pada setiap pemasangan kertas grafik sebaiknya ditulis informasi
yang diperlukan, misal: lokasi stasiun, jam/ tanggal/ bulan/ tahun
pemasangan atau pengambilan, tekanan air tandan, nama pengamat
Apabila curah hujan kurang dari 0,1 dianggap 0, tidak diamati/ rusak
diberi tanda strip
Saat ini telah dikembangkan sistem telemetring dimana data dari pengamatan
otomatik tidak dinyatakan dalam grafik tetapi dalam bentuk digital dan
tersimpan dalam peralatan penyimpan/ storage (modem) yang dapat
menyimpan data hujan menitan lebih dari satu tahun data dan dapat juga
ditransmisikan melalui jaringan GSM dan atau internet sehingga dapat
diketahui/ diambil secara real/ tepat waktu.
Hasil akhir pengolahan data hujan adalah tabulasi ketersediaan data hujan
dalam satu periode tertentu, umumnya adalah hujan harian dalam satu tahun,
jika sudah ada data ini maka tentu saja dapat dinyatakan juga dalam
mingguan, dasarian, tengah bulanan, dan bulanan, serta tahunan.
Untuk keperluan khusus data hujan yang diperlukan bukan data harian, tetapi
data harian maksimum (data intensitas hujan perhari tertinggi), dan jika
memungkinkan diperlukan juga berapa lama waktu hujan pada saat tersebut,
untuk informasi semacam ini hanya dapat diperoleh dari pengamatan hujan
otomatis (ARR), baik dalam bentuk grafik atau digital/ logger.
Sub-bab berikut ini akan menjelaskan bagaimana data debit aliran ari suatu
Pos Duga Air (PDA) yang terpasang. Untuk mendapatkan data debit sungai
pada suatu lokasi pos duga air diperlukan lima tahap pelaksanaan pekerjaan,
yaitu:
a) Pengumpulan data tinggi muka air
b) Pengukuran debit sungai,
c) Perhitungan debit sungai
d) Pembuatan lengkung debit
e) Perhitungan dan evaluasi data debit.
Pengamatan tinggi muka air dilakukan dengan dua jenis alat, yaitu :
a) Alat duga air biasa, berupa papan pencatatan tinggi muka air yang dibaca
sebanyak tiga kali sehari pada pukul 07.00, pukul 12.00 dan pukul 17.00.
Disamping itu dibaca setiap jam pada tinggi muka air tertentu seperti pada
saat banjir.
b) Alat duga air otomatik berupa alat yang dapat melakukan pencatatan
fluktuasi tinggi muka air secara otomatis. Hasil pencatatan berupa
hidrograf muka air yang menggambarkan hubungan antara muka air dan
waktu.
Keterangan:
Q = debit (m³/detik)
2) Tahap Perhitungan
Perhitungan dilaksanakan sebagai berikut
Data pembacaan papan duga
Tinggi muka air rata-rata harian dihitung dengan rumus :
Keterangan :
Keterangan :
H : tinggi muka air harian rata-rata
H : tinggi muka air pada pukul 01.00
H₂ : tinggi muka air pada pukul 02.00
H₂₄ : tinggi muka air pada pukul 24.00
Hasil dari publikasi ini adalah data debit harian, untuk keperluan khusus
seperti halnya data hujan diperlukan juga data debit harian maksimum (debit
puncak/banjir pada tahun tersebut) dan disajikan khusus dengan grafiknya
mulai dari kondisi normal, terjadi peningkatan, puncak, penurunan, dan
kembali ke normal, data semacam ini hanya dapat diperoleh dari pos duga air
otomatis atau Automatic Water Level Recorder (AWLR), dalam bentuk grafik
atau digital dengan runtut waktu yang sangat pendek (menit).
2.6 Latihan
Jawablah soal-soal berikut ini!
1. Berikan uraian terkait dengan manfaat data hujan dalam perencanaan
SDA?
2. Berikan penjelasan terkait dengan manfaat dari data iklim/ klimatologi
pada perencanaan SDA?
3. Berikan penjelasan terkait dengan manfaat dari data debit pada
perencanaan SDA?
2.7 Rangkuman
Pengolahan data hidrologi dimulai dari pengolahan data hujan, pengolahan
data debit aliran, pengumpulan data tinggi air muka (perhitungan debit
sungai).
2.8 Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan melingkari jawaban yang Anda
anggap tepat!
BAB III
KETERSEDIAAN AIR DAN KAPASITAS WADUK
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang
ketersediaan air dan kapasitas waduk.
3.1 Umum
Perencanaan suatu proyek penampungan air atau waduk adalah berdasarkan
estimasi atau perkiraan ketersediaan air untuk menjamin suplesi air setiap
tahunnya, baik musim hujan maupun musim kering atau kemarau. Hal
tersebut tidak hanya mencakup kapasitas tamping waduk dan tinggi
bendungan sesuai dengan ketersediaan airnya, tetapi jug seluruh sistim utilasi
harus didesain berdasarkan kebutuhan dan manfaatnya, misalnya kapasitas
terpasang dari PLTA, sistim distribusi irigasi dan lain sebagainya.
Tujuan lain dari studi hidrologi tersebut adalah untuk menentukan hidrograf
untuk banjir desain tertentu untuk menentukan kapasitas spillway, saluran
pengelak/ cofferdam, dll.
Pengujian Data
Pengumpulan Data
Ya
Penyusunan Data dari Besar ke
Kecil untuk seluruh data
Perhitungan Besarnya
Probabilitas/ Kala ulang untuk
setiap data debit
Debit Andalan
Untuk lebih jelasnya tahapan perhitungan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
No urut Debit No urut Debit No urut Debit No urut Debit No urut Debit
1 5,18 31 0,88 61 9,29 91 2,59 121 10,9
2 8,58 32 1,19 62 15,2 92 1,75 122 5,14
3 6,63 33 0,95 63 6,46 93 1,65 123 3,81
4 6 34 3,94 64 4,06 94 1,69 124 3,12
5 3,53 35 3,68 65 2,5 95 5,08 125 2,02
6 4,48 36 6,35 66 1,8 96 6,24 126 1,59
7 1,86 37 6,48 67 1,46 97 4,33 127 1,17
8 1,5 38 8,81 68 0,8 98 6,43 128 0,76
9 5 39 8,01 69 0,67 99 5,64 129 0,72
10 4,42 40 4,55 70 2,34 100 4,15 130 0,81
11 8,37 41 5,12 71 4,95 101 3,75 131 1,37
12 4,46 42 3,43 72 5,71 102 2,96 132 5,72
13 15,4 43 2,07 73 6,83 103 1,5 133 3,65
14 12,5 44 2,5 74 6,21 104 0,67 134 4,53
15 6,97 45 2,3 75 6,17 105 0,8 135 2,75
16 4,2 46 2,33 76 5,06 106 2,1 136 1,71
17 2,45 47 2,42 77 3,66 107 3,5 137 1,12
18 1,6 48 4,41 78 3,42 108 3,69 138 0,92
19 0,83 49 12,5 79 1,34 109 4,97 139 0,62
20 0,43 50 7,35 80 1,67 110 6 140 0,49
21 0,37 51 6,51 81 2,64 111 4,83 141 0,49
22 0,57 52 4,05 82 5,27 112 3,81 142 0,77
23 1,18 53 4,91 83 6,91 113 1,93 143 1,51
24 2,79 54 5,25 84 8,36 114 1,52 144 1,97
25 5,14 55 2,52 85 10,2 115 1,48
26 6,2 56 2,16 86 16,1 116 1,4
27 6,12 57 2,58 87 3,62 117 1,34
28 3,93 58 1,66 88 8,57 118 2,54
29 4,44 59 1,56 89 8,46 119 3,62
30 1,53 60 5,69 90 4,53 120 3,7
No urut Debit No urut Debit No urut Debit No urut Debit No urut Debit
1 5,18 31 0,88 61 9,29 91 2,59 121 10,9
2 8,58 32 1,19 62 15,2 92 1,75 122 5,14
3 6,63 33 0,95 63 6,46 93 1,65 123 3,81
4 6 34 3,94 64 4,06 94 1,69 124 3,12
5 3,53 35 3,68 65 2,5 95 5,08 125 2,02
6 4,48 36 6,35 66 1,8 96 6,24 126 1,59
7 1,86 37 6,48 67 1,46 97 4,33 127 1,17
8 1,5 38 8,81 68 0,8 98 6,43 128 0,76
9 5 39 8,01 69 0,67 99 5,64 129 0,72
10 4,42 40 4,55 70 2,34 100 4,15 130 0,81
11 8,37 41 5,12 71 4,95 101 3,75 131 1,37
12 4,46 42 3,43 72 5,71 102 2,96 132 5,72
13 15,4 43 2,07 73 6,83 103 1,5 133 3,65
14 12,5 44 2,5 74 6,21 104 0,67 134 4,53
15 6,97 45 2,3 75 6,17 105 0,8 135 2,75
16 4,2 46 2,33 76 5,06 106 2,1 136 1,71
17 2,45 47 2,42 77 3,66 107 3,5 137 1,12
18 1,6 48 4,41 78 3,42 108 3,69 138 0,92
19 0,83 49 12,5 79 1,34 109 4,97 139 0,62
20 0,43 50 7,35 80 1,67 110 6 140 0,49
21 0,37 51 6,51 81 2,64 111 4,83 141 0,49
22 0,57 52 4,05 82 5,27 112 3,81 142 0,77
23 1,18 53 4,91 83 6,91 113 1,93 143 1,51
24 2,79 54 5,25 84 8,36 114 1,52 144 1,97
25 5,14 55 2,52 85 10,2 115 1,48
26 6,2 56 2,16 86 16,1 116 1,4
27 6,12 57 2,58 87 3,62 117 1,34
28 3,93 58 1,66 88 8,57 118 2,54
29 4,44 59 1,56 89 8,46 119 3,62
30 1,53 60 5,69 90 4,53 120 3,7
No Tahun 19
85 87 88 89 90 91 92 93 95 96 97 99
1 5,18 15,4 5,14 6,48 12,5 9,29 6,83 10,2 4,33 4,97 10,9 3,65
2 8,58 12,5 6,2 8,81 7,35 15,2 6,21 16,1 6,43 6 5,14 4,53
3 6,63 6,97 6,12 8,01 6,51 6,46 6,17 3,62 5,64 4,83 3,81 2,75
4 6 4,2 3,93 4,55 4,05 4,06 5,06 8,57 4,15 3,81 3,12 1,71
5 3,53 2,45 4,44 5,12 4,91 2,5 3,66 8,46 3,75 1,93 2,02 1,12
6 4,48 1,6 1,53 3,43 5,25 1,8 3,42 4,53 2,96 1,52 1,59 0,92
7 1,86 0,83 0,88 2,07 2,52 1,46 1,34 2,59 1,5 1,48 1,17 0,62
8 1,5 0,43 1,19 2,5 2,16 0,8 1,67 1,75 0,67 1,4 0,76 0,49
9 5 0,37 0,95 2,3 2,58 0,67 2,64 1,65 0,8 1,34 0,72 0,49
10 4,42 0,57 3,94 2,33 1,66 2,34 5,27 1,69 2,1 2,54 0,81 0,77
11 8,37 1,18 3,68 2,42 1,56 4,95 6,91 5,08 3,5 3,62 1,37 1,51
12 4,46 2,79 6,35 4,41 5,69 5,71 8,36 6,24 3,69 3,7 5,72 1,97
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 15,40 16,10 8,01 8,57 8,46 5,25 2,59 2,50 5,00 5,27 8,37 8,36
2 12,50 15,20 6,97 6,00 5,12 4,53 2,52 2,16 2,64 4,42 6,91 6,35
3 10,90 12,50 6,63 5,06 4,91 4,48 2,07 1,75 2,58 3,94 5,08 6,24
4 10,20 8,81 6,51 4,55 4,44 3,43 1,86 1,67 2,30 2,54 4,95 5,72
5 9,29 8,58 6,46 4,20 3,75 3,42 1,50 1,50 1,65 2,34 3,68 5,71
6 6,83 7,35 6,17 4,15 3,66 2,96 1,48 1,40 1,34 2,33 3,62 5,69
7 6,48 6,43 6,12 4,06 3,53 1,80 1,46 1,19 0,95 2,10 3,50 4,46
8 5,18 6,21 5,64 4,05 2,50 1,60 1,34 0,80 0,80 1,69 2,42 4,41
9 5,14 6,20 4,83 3,93 2,45 1,59 1,17 0,76 0,72 1,66 1,56 3,70
10 4,97 6,00 3,81 3,81 2,02 1,53 0,88 0,67 0,67 0,81 1,51 3,69
11 4,33 5,14 3,62 3,12 1,93 1,52 0,83 0,49 0,49 0,77 1,37 2,79
12 3,65 4,53 2,75 1,71 1,12 0,92 0,62 0,43 0,37 0,57 1,18 1,97
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 15,40 16,10 8,01 8,57 8,46 5,25 2,59 2,50 5,00 5,27 8,37 8,36
2 12,50 15,20 6,97 6,00 5,12 4,53 2,52 2,16 2,64 4,42 6,91 6,35
3 10,90 12,50 6,63 5,06 4,91 4,48 2,07 1,75 2,58 3,94 5,08 6,24
4 10,20 8,81 6,51 4,55 4,44 3,43 1,86 1,67 2,30 2,54 4,95 5,72
5 9,29 8,58 6,46 4,20 3,75 3,42 1,50 1,50 1,65 2,34 3,68 5,71
6 6,83 7,35 6,17 4,15 3,66 2,96 1,48 1,40 1,34 2,33 3,62 5,69
7 6,48 6,43 6,12 4,06 3,53 1,80 1,46 1,19 0,95 2,10 3,50 4,46
8 5,18 6,21 5,64 4,05 2,50 1,60 1,34 0,80 0,80 1,69 2,42 4,41
9 5,14 6,20 4,83 3,93 2,45 1,59 1,17 0,76 0,72 1,66 1,56 3,70
10 4,97 6,00 3,81 3,81 2,02 1,53 0,88 0,67 0,67 0,81 1,51 3,69
11 4,33 5,14 3,62 3,12 1,93 1,52 0,83 0,49 0,49 0,77 1,37 2,79
12 3,65 4,53 2,75 1,71 1,12 0,92 0,62 0,43 0,37 0,57 1,18 1,97
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 0,08 15,40 16,10 8,01 8,57 8,46 5,25 2,59 2,50 5,00 5,27 8,37 8,36
2 0,15 12,50 15,20 6,97 6,00 5,12 4,53 2,52 2,16 2,64 4,42 6,91 6,35
3 0,23 10,90 12,50 6,63 5,06 4,91 4,48 2,07 1,75 2,58 3,94 5,08 6,24
4 0,31 10,20 8,81 6,51 4,55 4,44 3,43 1,86 1,67 2,30 2,54 4,95 5,72
5 0,38 9,29 8,58 6,46 4,20 3,75 3,42 1,50 1,50 1,65 2,34 3,68 5,71
6 0,46 6,83 7,35 6,17 4,15 3,66 2,96 1,48 1,40 1,34 2,33 3,62 5,69
7 0,54 6,48 6,43 6,12 4,06 3,53 1,80 1,46 1,19 0,95 2,10 3,50 4,46
8 0,62 5,18 6,21 5,64 4,05 2,50 1,60 1,34 0,80 0,80 1,69 2,42 4,41
9 0,69 5,14 6,20 4,83 3,93 2,45 1,59 1,17 0,76 0,72 1,66 1,56 3,70
10 0,77 4,97 6,00 3,81 3,81 2,02 1,53 0,88 0,67 0,67 0,81 1,51 3,69
11 0,85 4,33 5,14 3,62 3,12 1,93 1,52 0,83 0,49 0,49 0,77 1,37 2,79
12 0,92 3,65 4,53 2,75 1,71 1,12 0,92 0,62 0,43 0,37 0,57 1,18 1,97
Tabel 3.7. Tahap 4: Perhitungan Debit Andal (Probabilitas 80 % atau Kala Ulang
5 Tahun)
Bulan ke-
Probabilitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0,8 4,71 5,66 3,73 3,53 1,98 1,53 0,86 0,60 0,60 0,79 1,45 3,33
5
Debit (m3/det)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Jelas bahwa jika perhitungan kapasitas waduk didasarkan pada satu tahun
data, hal itu mungkin tidak representative, karena tahun yang mewakili
mungkin lebih kering atau lebih basah dari biasanya. Seri data minimum 20
tahun atau lebih panjang pencatatan data direkomendasikan untuk digunakan
sebagai periode desain.
32 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Aliran masuk pertama-tama dikonversi dari m³/s ke dalam m³ (10⁶) per bulan.
Outflow diambil konstan dan sama dengan rata-rata aliran, yang dikenal
sebagai kasus waduk yang ideal. Contoh ini menunjukkan bahwa aliran keluar
dari bulan Mei seterusnya lebih besar daripada aliran masuk. Sejak saat itu
pengurangan waduk adalah untuk mencapai tingkat minimum pada bulan
November dan garis tangent yang menyinggung aliran kumulatif pada bulan
April adalah penyimpangan air yang diperlukan untuk mempertahankan
pengambilan konstan. Estimasi lengkung maa dan garis singgungnya diplot
dalam Gambar 3.5.
Pengambilan air biasanya ditentukan lebih kecil dari rata-rata inflow untuk
mengurangi tinggi bendungan dan beayanya. Jika pengambilan air waduk
tersebut diambil sama dengan 2/3 dari aliran masuk rata-rata, kapasitas
waduk yang diperlukan berkurang sekitar setengah dari nilai untuk kasus
waduk yang ideal (lihat Tabel 3.5 dan Gambar 3.8). Sebagai konsekuensinya
1/3 dari aliran masuk melimpas keluar melalui pelimpah dan hal ini dapat
dimanfaatkan untuk produksi energi.
Pendekatan numerik sangat cocok untuk konsep yang tidak konstan dalam
waktu. Prosedur menghitung untuk setiap t bulan deficit penyimpanan S dalam
waduk sebagai berikut :
Gambar 3.6. Contoh Metode Rippl dengan Kebutuhan = 2/3 Inflow Rata-
Rata
Dengan :
O : Aliran Keluar (Outflow)
I : Aliran Masuk (Inflow)
Tabel 3.9. Contoh Metode Rippl dengan Kebutuhan =2/3 Inflow rata-rata
Inflow Inflow Kumulatif Outflow Kumulatif Kumulatif Kapasitas
Bulan (m3/s) (10^6m3) Inflow (m3/s) Outflow Outlow - Inflow Waduk
(10^6m3) (2/3 Inflow) (10^6m3) (10^6m3) (10^6m3)
0
J 448 1200 1200
F 506 1224 2424
M 183 489 2913
A 173 449 3362
M 119 318 3680 3680 0
J 56 144 3824 278 3958 134
J 37 100 3924 278 4237 313
A 15 39 3963 278 4515 552
S 9.3 24 3987 278 4793 806
O 15 39 4026 278 5071 1045
N 76 197 4223 278 5350 1127 1127
D 292 783 5006 278 5628 622
J 448 1200 6206
F 506 1224 7430
M 183 489 7919
A 173 449 8368
M 119 318 8686 278 8686 0
J 56 144 8830 278 8964 134
J 37 100 8930 278 9243 313
A 15 39 8969 278 9521 552
S 9.3 24 8993 278 9799 806
O 15 39 9032 278 10077 1045
N 76 197 9229 278 10356 1127 1127
D 292 783 10012 278 10634 622
Average 417
Gambar 3.7. Contoh Metode Rippl dengan Kebutuhan =2/3 Inflow rata-rata
3.5 Latihan
Jawablah soal-soal berikut dengan benar!
1. Bagaimana pendapat Saudara/i terkait dengan tata guna lahan terhadap
perubahan kapasitas tampung suatu waduk ?
2. Pada kondisi dimana debit pengamatan aliran masuk ke waduk tidak
teramati, langkah apa yang Saudara/i akan lakukan untuk memperkirakan
besarnya inflow yang masuk ke waduk. Berikan uraiannya.
3. Bangunan air apa yang saudara harus rencanakan jika ketersediaan air di
suatu DAS tidak memadai untuk pemenuhan kebutuhan airnya, data
hidrologi apa yang Saudara/i butuhkan?
3.6 Rangkuman
Perencanaan suatu proyek penampungan air atau waduk adalah berdasarkan
estimasi atau perkiraan ketersediaan air untuk menjamin suplesi air setiap
tahunnya, baik musim hujan maupun musim kering atau kemarau. Hal
tersebut tidak hanya mencakup kapasitas tamping waduk dan tinggi
bendungan sesuai dengan ketersediaan airnya, tetapi jug seluruh sistim utilasi
harus didesain berdasarkan kebutuhan dan manfaatnya, misalnya kapasitas
terpasang dari PLTA, sistim distribusi irigasi dan lain sebagainya.
3.7 Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan melingkari jawaban yang Anda
anggap tepat!
1. Besarnya inflow ke waduk dapat ditentukan dari....
a. Pengamatan debit aliran sungai-sungai disekeliling waduk
b. Dari perhitungan keseimbangan tata air di DAS
c. Dari pemeruman
d. Semuanya benar
BAB IV
ANALISIS CURAH HUJAN DESAIN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan analisis curah
hujan desain.
4.1 Umum
Pada bagian ini akan dituliskan bagaimana analisis banjir desain dari data
hujan dimulai dari metode pendekatan hingga penentuan curah hujan desain
yang berisikan analisis frekuensi dan curah hujan maksimum boleh jadi (CMB)
atau Probable Maximum Precipitation.
Durasi hujan dan distribusi hujan ini dapat disusun hidrograf hujan badai yang
menggambarkan hubungan antara intensitas hujan dengan interval waktu.
Ada beberapa jenis hidrograf satuan yang lazim digunakan di Indonesia yaitu
Synder, Clark, SCS, Gama I, Nakayasu, ITB-1, ITB-2,. Didalam SK SNI-18-
1989-F dan SNI Perhitungan Debit Banjir SNI 2415-2016 metode yang
direkomendasikan untuk digunakan adalah metoda Snyder, SCS dan Gama I.
Pengujian Data
(Outlier) (LENGKUNG DEBIT)
Analisa Frekwensi
HIDROGRAF
Area Reduction BANJIR
Factor (ARF)
HUJAN
Hujan DPS EFEKTIF
Distribusi HIDROGRAF
Hujan Jam-jaman SATUAN AKTUAL
Hujan Desain
Hujan efektif
Dalam kenyataanya jarang dijumpai data hujan atau data debit yang sesuai
dengan ditribusi normal.Masin-masing distribusi memiliki sifat-sifat khas,
sehingga setiap data hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistic
masing-masing distribusi.pemeliharaan distribusi yang tidak tepat dapat
mengundang kesalahan yang cukup besar, dengan demikian pengambilan
salah satu distribusi secara sembarang sangat tidak dianjurkan.
Untuk analisis frekuensi ini, data hujan yang dimaksud adalah data hujan rata-
rata DAS. Ada dua cara penyiapan data yang disarankan yang dianggap
paling baik,seperti berikut:
a) Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-rata setiap hari
sepanjang data yang tersedia. Bila tersedia data 20 tahun, berarti
hitungan rata-rata diulang sebanyak 20x365=7300 kali. Cara ini yang
terbaik, akan tetapi memrlukan waktu penyiapan data yang cukup
panjang.
b) Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menggantikan cara pertama
dilakukan seperti berikut ini.
1) Dalam satu tahun tertentu, untuk stasiun I dicari data hujan maksimum
tahunannya. Selanjutnya dicari hujan harian pada hari kejadian yang
sama dalam tahun yang sama, dan kemudian di hitung rata-rata DAS.
Masih dalam tahun yang sama, dicari hujan maksimum tahunan untuk
stasiun II. Untuk hari kejadian yang sama, hujan harian untuk stasiun-
stasiun lain dicari dan dirata-ratakan. Demikian selanjutnya sehingga
dlam satu tahun itu jika terdapat N buah staisun maka akan terdapat N
buah data hujan rata-rata DAS.
2) Untuk tahun berikutnya cara yang sama dilakukan untuk seluruh data
yang tersedia. Dengan cara ini, bila tersedia T tahub data dan dalam
DAS terdapat N stasiun hujan, maka setiap tahun akan terdapat N
data hujan rata-rata DAS, dan seluruhnya terdapat TxN data. Hujan
rata-rata yang diperoleh dengan cara ini dianggap sama (mendekati)
hujan-hujan terbesar yang terjadi. Oleh sebab itu, hujan maksimum
tahunan DAS tersebut sama dengan hujan maksimum yang diperoleh
dengan hitungan diatas setiap tahun. Cara ini ternyata memberikan
hasil yang sangat dekat dengan cara yang dianjurkan dalam butir 1.
Apabila dari data yang tersedia tidak mungkin dilakukan dengan
kedua cara tersebut diatas, maka dapat dilakukan penyiapan data
dengan cara ke 3.
X Tr X Sx .Y
X X
2
Sx
2 i
N 1
T 1
Y = -ln (-ln ( ))
T
dengan pengertian :
X = rata-rata tahunan dari seri data debit pengamatan banjir sesaat
Sx = simpangan baku
Y = perubahan reduksi
N = jumlah data
XTr = besarnya debit banjir rencanauntuk kala ulang Tr
Tr = periode ulang
X = rata-rata
= standar deviasi
= kemiringan (skewness)
= Koefisien kurtosis
44 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
2x a 2b a diketahui
x = ab + c c diketahui
Prosedur a :
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahunnya (> 20 tahun)
2) Data puncak banjir dilogkan (log x1, log x2, log x3..... dst)
3) Misalkan Z1 = log xx1, Z2 = logx2 dst
Hitung parameter statistik dari data Z ( Z , Z , Z )
Tentukan besarnya periode ulang (T tahun) banjir yang akan dihitung
4) Hitung (P) = 1/T dan (np) = 1 - 1/T
5) Lihat tabel standar normal, tentukan nilai y dari (np) yang dihitung
6) Hitung besarnya ZTR = Z + z . Y
7) Hitung besarnya debit banjir rencana dengan formula
XTr = 10 ZTR
Prosedur b:
Prosedur perhitungan debit banjir dengan fungsi distribusi log normal 3
parameter (a, c, dan k) :
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahun pengamatan (> 20 tahun)
2) Hitung parameter statistik ( X , , ) dari data debit tersebut
3) Hitung parameter fungsi distribusi
2
u 1
2
u (u 2 1)
1
2
u (u
1
3 2
1)
1
2
1
3
1
K ln
C
( 1)3 / 2
a X C
3
2
2 a 2 b a didapat
4) Hitung (p) = 1/T dan (np) = 1 – 1/T
5) Dari tabel standard gamma distribusi, nilai b dan kemungkinan tidak
terjadi (np) yang telah dihitung tentukan, diperoleh nilai w
6) Hitung besarnya debit banjir rencana
XTr = a . w
2 a 2 b a didapat
5) Hitung (p) = 1/T dan (np) = 1 – 1/T
6) Dari tabel standard gamma distribusi, nilai b dan kemungkinan tidak
terjadi (np) yang telah dihitung, tentukan nilai w
7) Hitung ZTr = a.w
8) Hitung besarnya debit banjir rencana XTR = 10 ZTR
2 a 2 b a didapat
Z = c +ab c didapat
5) Hitung (p) = 1/T dan (np) = 1 – 1/T
6) Dari tabel standard gamma distribusi, nilai b dan kemungkinan tidak
terjadi (np) yang telah dihitung, tentukan nilai w
7) Hitung ZTr = c + a.w
Hitung besarnya debit banjir rencana XTR = 10 ZTR
Pada metode ini CMB dihitung untuk masing-masing pos hujan (point rainfall),
yang selanjutnya dicari CMB rata-ratanya, dan akhirnya diubah menjadi hujan
DAS yang diperoleh dari perkalian CMB rata-rata dengan koefisien reduksi.
Hersfield mengembangkan rumus frekuensi menjadi :
Xm = Xn + Km Sn
Dimana :
Xn dan Sn = rata-rata dan simpangan baku dari rentetan data hujan harian
maksimum tahunan berjumlah n.
Kedua jenis grafik tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4 disamping
itu ada dua grafik tambahan yang diperlukan untuk penyesuaian terhadap
panjang data n, dan periode waktu pengamatan (24 jam), masing-masing lihat
gambar 4.5. Bagi daerah-daerah yang sudah memiliki peta isohiet CMB hasil
studi Puslitbang Air seperti Pulau Jawa, perlu dihitung pula CMB-DAS
berdasarkan perhitungan CMB hujan titik, oleh karena itu menjadi CMB-DAS
masih perlu dikalikan dengan koefisien reduksi. Selnjutnya hasil-hasil
perhitungan dari kedua cara tersebut dibandingkan dan dipilih yang paling
realistis.
Urutan perhitungan Curah hujan Maksimum Boleh jadi adalah sebagai berikut:
Catatan : Xn-m dan Sn-m adalah mean atau nilai rata-rata dan nilai rata-rata
simpangan baku yang dihitung dengan membuang data hujan maksimum
pada setap seri, sementara Xn dan Sn dihitung tanpa membuang data hujan
maksimum.
GAMBAR 2
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Xn-m / Xn dengan Faktor Penyesuaian X n
Grafik hubungan Xn-m / X n dengan factor penyesuaian Xn
GambarGAMBAR
4.8. Grafik 3Penyesuaian Terhadap Panjang Data
Grafik penyesuaian terhadap panjang data
GAMBAR Antara
Gambar 4.9. Grafik Hubungan 4 Sn-m / Sn dengan Faktor Penyesuaian Sn
Grafik hubungan antara Sn-m / Sn dengan faktor penyesuaian S n
4.5 Latihan
1. Berikan uraian singkat bagaimana tahapan yang perlu dilakukan bila
Saudara/i diminta untuk menghitung hujan rencana pada kondisi dimana
data hujan harian maximum tahunan tidak tersedia dalam 10 tahun.
2. Berikan uraian singkat pada kondisi apa kita menggunakan fungsi
distribusi Normal dan Gumble untuk perhitungan hujan rencana?
3. Berikan uraian singkat bagaimana tahapan Saudara/i menghitung
besarnya intensitas hujan untuk kebutuhan perhitungan besarnya debit
banjir rencana pada suatu daerah pemukiman?
4.6 Rangkuman
Desain bangunan pelimpah pada bendungan besar, perlu memperhitungkan
factor keamanan agar menampung dan mengalirkan air dengan aman. Oleh
karena itu dibutuhkan perkiraan besarnya hujan badai terbesar yang akan
menghasilkan debit aliran masuk yang besar pula. Nilai besaran hujan badai
terbesar yang mungkin terjadi ditinjau secara matematis maupun fisik
(meteorology) harus realistis.
4.7 Evaluasi
1. Data hujan yang digunakan untuk analisis besarnya hujan rancangan
adalah.....
a. Data curah hujan bulanan maximum
b. Data curah hujan harian maximum tahunan
c. Data curah hujan tahunan maximum
d. Semuanya benar
BAB V
ANALISA BANJIR DESAIN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang
analisis banjir desain.
5.1 Umum
Untuk membuat desain bangunan pelimpah, diperlukan debit banjir rencana
yang realistis. Untuk hal ini, angka-angka hasil perhitungan hidrologi perlu diuji
dengan menggunakan data banjir-banjir besar dari pencatatan atau
pengamatan setempat. Disini banjir rencana dibedakan menjadi dua, yaitu;
yang pertama banjir rencana dengan periode ulang tertentu misal banjir
dengan periode ulang 25,100, dan 1000 tahun yang umum dikenal sebagai
Q25, Q100, Q1000 yang kedua adalah Banjir Maksimum Boleh jadi (BMB)
atau dikenal sebagai “Probable Mximum Flood” (PMF).
Mulai
Tentukan Tipe
Bendungan
Urugan Beton
Tidak
Ya Ya
Ya Ya
Qdes: BMB dan Q500, Q1000 dan pilih Qdes: Q200 Qdes: Q100 Qdes: 0.5 Q100
Qdes: Q1000 terbesar Q1000 dan
pilih terbesar Q1000 Kapasitas Pelimpah Kapasitas Pelimpah Kapasitas Pelimpah
dan BMB 0.5BMB min 125% Qdes min 125% Qdes min 125% Qdes
dan 0.5BMB
Tidak Tidak
Ya Ya Ya
Selesai
Gambar 5.1. Bagan Alir Penentuan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah
Bendungan Sesuai SNI 03-4332-1994
DATA PUNCAK DATA HUJAN HARIAN DATA HUJAN MENITAN DATA HIDROLOGI
BANJIR > 20 THN MAXIMUM > 20 THN MAXIMUM > 20 THN DISEKITARNYA
HIDROGRAPH BANJIR
DEBIT PUNCAK BANJIR ANALISA REGIONAL
RENCANA
TIM KOORDINASI
INFORMASI Ya Ti da k KEBUTUHAN
KE MASYARAKAT PERINGATAN DINI BENCANA ?
PLANNING
116,904 244,225
3333 438157 61302357 3333 56,1079
Total Total 3 1
M1 = 123.4 M1 = 2,078
M2 = 16229.0 M2 = 4,33
M3 = 2270457.7 M3 = 9,046
m2 = 989.5 m2 = 0,011
m3 = 22898.6 m3 = 0,00
X rata2 = 123.4 Z rata2 = 2,078
STD = 31.46 STD ( Z ) = 0,107
Skewness = 0.736 Skewness = 0,278
Normal Distribusi : X X Y
T= 5 P = 1/5 NP = 4/5 Y5 = 0,85
T = 50 P = 1/50 NP = 49/50 Y50 = 0,05
T = 100 P = 1/100 NP = 99/100 Y100 = 2,33
Log Normal :
X 5 10 Z5 147,55
X 50 10 Z50 198,31
X 100 10 Z100 212,48
2 (0,736) 2
u 1 1 1,27
2 2
3
1
2
1 1
u (u 1) u (u 2 1) 2 1
2 1 3
1,27 (1,27 2 1) 1,27 (1,27 2 1)
1
2
1
3 1
2
1
3
1
(1,27 0,783) (1,27 0,783) 1
1 1
3 3
Gamma Distribusi :
X 5 aW5 666,68
X 50 aW50 783,26
X 100 aW100 810,26
X 5 10 Z5 10 2,1683 147,3
X 50 10 Z50 10 2,3151 206,6
X 100 10 Z100 10 2,3516 224,7
Gumbel Distribusi :
Mencari harga K
T= 5 P = 1/5 u= - Ln -Ln(1-p) =1,5 K= 0,7797u – 0,45 = 0,7196
T= 50 P = 1/50 u= 3,90 K= 0,7797u – 0,45 = 2,5908
T= 100 P = 1/100 u= 4,600 K= 0,7797u – 0,45 = 3,1366
Q = qo + (0,5772 + ln L) m /det
3
dengan pengertian :
1 M
qi qo
M i 1
L = M/N
Tahun Banjir (m3/det)
1977 4365,6
4032,3
4026,1
1978 4843,4
4340,1
4113,3
1979 4596,2
1980 4232,6
4461,3
= 334,5 m3/det
5.3.3 Debit Banjir Dengan Metode Rasional Pada DAS yang Luasnya <50 Km 2
a) Contoh Perhitungan Banjir Dengan Metode Melchior
S. Cipinang
f = 54.08 km2
= 0.9
i = 0.002319
R 24
q
50 thn
3.6 t
208.2145188
.
q 6.088
3.6 9.5
V 1.315 .q. f .i 2
V 1.315 0.9 6.088 54.08 0.002319 2 0.361
L 36
T 27.525 jam
3.6 .V 3.6 . 0.361
t 1
120 .f
t 9
120 f
12 1
120 . 54.1
9.5 9
misalnya : t 12 jam 0.882
120 54.1
67.65 67.65
q 5.030
t 145
. 12 145
.
4.1 4.1
1 1 0.641
.q 7 0.882 . 5.030 7
t.R24 10,85.208,2
Rt = 190,63 mm
t 1 10,85 1
Rt 190,63
q 4,88m 3 / km2 / det
3,6t 3,6.10,85
S. Cipinang
2/3 2/3
R100 24 208.2 24
Rt 10.204 mm / jam
24 t 24 18.814
C Rt . f 0.910.20454.08
Q100 137.955m 3 / det
3.6 3.6
5.3.4 Contoh Perhitungan Debit Banjir Rencana dengan Metode Unit Hidograf
a) Contoh Perhitungan Pembuatan Aktual Unit Hidograf Satuan
Data di bawah ini adalah hasil pengukuran aliran darihujan lebat dengan
durasi 6 jam, luas daerah pengaliran sungai yang diukur ini = 316 km2
Asumsikan aliran dasarnya konstan = 17.0 m3/det
Waktu Aliran Waktu Aliran Waktu Aliran
1 Juni 0,00 17,0 2 Juni 0,00 150,0 3 Juni 0,00 53,8
6,00 113,2 6,00 113,2 6,00 42,5
12,00 254,5 12,00 87,7 12,00 31,1
18,00 198,0 18,00 67,9 18,00 22,6
4 Juni 0,00 17,0
Pertanyaan :
1) Hitung dan gambar unit hidrograp dengan durasi 6 jam
2) Hitung tinggi hujan efektif yang diwakili oleh Flood Hydrograph
300
0
FLOOD HYDROGRAPH
Q(m3/det) 200
100
UNIT HYDROGRAPH
0 6 12 18 0 6 12 18 0 6 12 18 0 6
Waktu (jam)
Waktu Debit Total Aliran dasar Ordinat limpasan langsung Ordinat hidrograp
satuan
Tanggal Tanggal (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Juni 0,00 17,00 17 0,00 0.000
6,00 113,20 17 96,20 14.846
12.00 264,60 17 247,60 86.651
18,00 198,00 17 181,00 27.932
2 Juni 0,00 150,00 17 133,00 20.526
6,00 113,20 17 96,20 14.846
12,00 87,70 17 70,70 10.910
18,00 67,90 17 50,90 7.855
3 Juni 0,00 53,80 17 36,80 5.679
6,00 42,50 17 25,50 3.935
12,00 81,10 17 14,10 2.176
18,00 22,64 17 5,640 0.870
4 Juni 0,00 1700 17 0,00 0.000
Qnet = 947,54
947,54.6.60.60
heff = = 0,0648 m = 6,48 cm
316000000
Hitung hujan eff, besarnya 2; 6,75 dan 3,75 cm dan dimulai selang 3 jam
Ordinat dari unit hidrograp diberikan dalam Tabel berikut :
Jam 03 06 09 12 15 18 21 24 03 06 09 12 15 18 21 24
Ordinat Unit
0 110 365 500 390 310 250 235 175 130 95 65 40 22 10 0
Hidrologi (m3/det)
heff
Q=U1+U2+U3
Q = (m3/det)
U3
U1 U2
t p C1 ( L.LC ) n
t p adalah Waktu dari titik berat curah hujan efektif ke puncak banjir
cp
q p 275
tp
Jika t c > t R
t ' p t p 0,25(t R t c )
Jika t c < t R
Tp t p 0,5 t R
25,4 A
Qp q p .
1000
Q p adalah debit maksimum total (m3/det)
Q = f (t)
Q t
Y X
Qp tp
(1 x) 2
Qp Y 10 a , persamaan Alexseyev
x
Q p .T p
Q
W
W = 1000h.A
h = curah hujan efektif (excess rainfall)
dalam mm
t tp
t (jam) 1 2 3 4 5 6 7 8
R (mm) 7,51 5,10 8,28 3,10 2,33 0,77 0,51 0,25
(1 x) 2
Y 10 8.8373
x
5.4 Latihan
1. Sebutkan pendekatan yang dapat Saudara/i dapat lakukan untuk
perhitungan debit banjir rencana pada saat data debit observasi tidak
tersedia dalam kurun waktu yang cukup?
2. Menurut pendapat Saudara/i metoda apa yang paling tepat untuk
perhitungan debit banjir untuk DAS yang kecil dan daerah pemukiman /
drainase perkotaan dan apa yang melandasi pendapat Saudara.
3. Berikan penjelasan data debit banjir rancangan yang Saudara/i akan
hitung akan dibutuhkan untuk apa dalam perencanaan suatu bendungan/
waduk ?
5.5 Rangkuman
Untuk membuat desain bangunan pelimpah, diperlukan debit banjir rencana
yang realistis. Untuk hal ini, angka-angka hasil perhitungan hidrologi perlu diuji
dengan menggunakan data banjir-banjir besar dari pencatatan atau
pengamatan setempat. Disini banjir rencana dibedakan menjadi dua, yaitu;
yang pertama banjir rencana dengan periode ulang tertentu misal banjir
dengan periode ulang 25,100, dan 1000 tahun yang umum dikenal sebagai
Q25, Q100, Q1000 yang kedua adalah Banjir Maksimum Boleh jadi (BMB)
atau dikenal sebagai “Probable Mximum Flood” (PMF).
5.6 Evaluasi
1. Data yang diperlukan dalam perhitungan debit banjir design adalah.....
a. Data debit banjir harian maximum yang teramati di lokasi banjir
minimal 10 thn
b. Data curah hujan harian
c. Data debit banjir sesaat maximum untuk kurun waktu minimal 10
tahun
d. Semuanya benar
BAB VI
PENELUSURAN BANJIR
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang
penelusuran banjir.
Metode ini digunakan untuk menghitung hidrograf aliran ke luar dari waduk
dengan muka air datar, jika diketahui hidrograp aliran masuk dan karakteristik
tampungan aliran keluar. Tampungan disini mempunyai pengertian isi atau
volume air dalam waduk. Dengan berubahnya bentuk hidrograp aliran masuk
maka adanya isi tampungan akan berubah pula. Persamaan daasar yang
digunakan adalah persamaan kesinambungan dimana :
Volume Rata2 Aliran masuk – Vol. Rata-rata Aliran keluar= perubahan Vol.
Tampungan
Hubungan antara elevasi muka air dan tampungan atau volume waduk dapat
ditentukan dari pengukuran dengan echo sounder sehingga dapat dibuat
kontur ketinggian/ elevasi berhubungan dengan luas genangan waduk dan
dapat dihitung volumenya.
Pada ruas kanan pada persamaan 3 terdiri dari 2 anu yang telah diketahui
besarnya sebelumnya, (2Sn+1)/Δt-On+1) dan On+1, sehingga ruas kiri dapat
dihitung. Prosedur perhitungan ini diulangi setiap urutan penelusuran.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 81
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
[ ] [ ] …………………………….(1)
Dimana :
Pada danau alam dimana simpanan (storage) adalah fungsi dari outflow pada
elevasi berapapun juga, T s menggambarkan factor pembanding antara
simpanan (storage) dan outflow
S=Ts°............................................................................................................. (3)
Persamaan yang dipakai computer dapat dikaji lebih mudah dengan melihat
persamaan (3) dan Gambar (5) sebagai berikut :
Persamaan 3 :
= Ts ( d 0 / dt ) ....................................................................................... (4)
It = 0t + Ts (d0/dt).......................................................................................... (5)
Persamaan 1 :
[ ] [ ]
[ ]
Bila Dimana :
Im = inflow rata-rata
01 = outflow pada permulaan periode
t = selang waktu
Ts = waktu simpanan (storage time)
Bila inflow dan outflow permulaan periode diketahui, maka outflow pada akhir
periode (02) didapat dari persamaan (7).
Hal ini dilakukan karena tidak setiap waduk tersedia data inflow-nya. Analisis
dapat dilakukan dengan mencoba memodifikasi rumusan yang telah ada
untuk mendapatkan inflow suatu waduk apabila diketahui outflow.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer yang diambil dari
dat pengamatan di sekitar waduk. Variabel yang akan diamati adalah evaluasi/
fluktuasi muka air waduk dan debit yang dikeluarkan (dari pelimpah dan atau
outlet) sedangkan inflow ke wauk berasal dari sungai dan hujan. Data-data
yang dihasilkan dari inflow ke waduk berasal dari sungai dan hujan. Data-data
yang dihasilkan dari pengamatan dapat dicari dari modifikasi rumus baru
dengan berbagai perbandingan. Data hasil perhitungan yang didapatkan
kemudian dibandingkan dengan data pengamatan.
Bila periode penelusuran dt diubah menjadi Δt, II dan I2 dapat diketahui dari
hidrograf debit masuk ke waduk, sedangkan S merupakan tampungan waduk
pada permulaan periode penelusuran yang diukur dari faslitas pengeluaran
(mercu bangunan pelimpa atau outlet), maka penelusuran banjir menurut
Schulz (1976).
Dengan :
II = debit yang masuk di atas debit yang dicari (m3/dt), I2 = debit masuk
yang dicari (m3/dt)
Q = debit yang keluar dari waduk (m3/dt), Ψ1 = keadaan pada saat
permulaann penelusuran
Ψ2 = keadaan pada saat akhir penelusuran, Δt = periode peneusuran
(detik,jam, atau hari)
S = besarnya tampungan (storage) waduk (m3), Q adalah debit keluar pada
permulaan periode penelusuran. Kalau pengeluarannya berupa
pelimpah, maka
Q = C.B.H3/2………………............................................................………….. [4]
Dengan :
C = koefisien debit bangunan pelimpah (1,7,-2,2m1/2/dt)
B = lebar bangunan ambang pelimpah (m)
H = Tinggi energy di atas ambang bangunan pelimpah (m)
{ }
Dengan I1 = Q1
kesesuaian ini ditinjau dari % kesalahan yang terjadi dan disarankan sekecil
mungkin tanpa menyebutkan suatu nilai (Fleming,1975;HEC-1,1990).
Tingkat kesesuaian yang perlu dilihat pada mode adalah sebagai berikut :
| |
| |
| |
............................................. (7)
Dengan :
ΔQc = Beda debit puncak antara pengamatan dan simulasi (m3/dt)
ΔV = beda volume aliran antara pengamatan dan simulasi (m3)
Δtc = beda waktu mencapai puncak antara pengamatan dan simulasi (Jam)
Qpp = debit puncak pengamatan (m3/dt)
Qps = debit puncak simulasi (m3/dt)
Vp = volume aliran pengamatan (m3)
Vs = volume aliran simulasi (m3)
Tcp = waktu puncak pengamatan (jam)
Tcs = waktu puncak simulasi (jam)
6.5 Latihan
1. Menurut pendapat Saudara/i kapan diperlukan analisis penelusuran
banjir?
2. Bagaimana dampak dari pengaruh sedimentasi pada penelusuran banjir ?
3. Menurut pendapat saudara apakah pengaruh dari perubahan tata guna
lahan dapat berpengaruh pada penelusuran banjir di waduk?
6.6 Rangkuman
Sistem operasi suatu waduk memerlukan adanya kajian untuk mengetahui
berapa besarnya debit masuk (inflow) dan debit keluar (outflow) serta debit
maksimum yang terbuang lewat pelimpah pada saat muka air waduk melebihi
normal atau saat banjir.
Hal ini dilakukan karena tidak setiap waduk tersedia data inflow-nya. Analisis
dapat dilakukan dengan mencoba memodifikasi rumusan yang telah ada
untuk mendapatkan inflow suatu waduk apabila diketahui outflow.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer yang diambil dari
dat pengamatan di sekitar waduk. Variabel yang akan diamati adalah evaluasi/
fluktuasi muka air waduk dan debit yang dikeluarkan (dari pelimpah dan atau
outlet) sedangkan inflow ke wauk berasal dari sungai dan hujan. Data-data
yang dihasilkan dari inflow ke waduk berasal dari sungai dan hujan. Data-data
yang dihasilkan dari pengamatan dapat dicari dari modifikasi rumus baru
dengan berbagai perbandingan. Data hasil perhitungan yang didapatkan
kemudian dibandingkan dengan data pengamatan.
6.7 Evaluasi
1. Penelusuran banjir dimaksudkan untuk mengetahui besarnya hidrograph
banjir.....
a. Dihilir dari pengamatan debit banjir
b. Mengetahui besarnya outflow dari inflow yang masuk ke waduk
c. a dan b benar
d. Semua salah
BAB VII
RENCANA POLA OPERASI WADUK
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang
rencana pola operasi waduk.
7.1 Tujuan
Tujuan dilakukan studi operasi waduk adalah untuk menentukan penggunaan
air waduk yang optimum terutama untuk berbagai keperluan. Kata optimum
digunakan untuk membuat keseimbangan berbagai keperluan yang biasanya
air yang diperoleh akan lebih sedikit dibandingkan jika waduk hanya
digunakan untuk satu fungsi saja. Misalnya, air yang diperoleh untuk
hydropower tidak maksimum, jika waduk harus memenuhi keperluan irigasi,
domestic dan keperluan lainnya. Sebaliknya, jika waduk hanya untuk
hydropower, air yang dperoleh untuk hydropower akan maksimum.
Pedoman dalam pola operasi waduk dapat dilakukan/ dibuat untuk tahap
perencanaan maupun tahap pengoperasian waduk. Hal-hal yang diperlukan
pada tahap perencanaan dan tahap operasi dapat dilihat pada Gambar 7.1
dibawah ini.
Pola operasi waduk ini juga dibutuhkan untuk menjamin air keluar dari waduk
pada saat banjir tidak menyebabkan atau memperparah banjir dihilirnya.
Sebaliknya, pada musim kemarau dapat mengurangi dampak kekeringan
dengan pengatura penyimpanan air pada akhir musim penghujan.
Gambar 7.2. Pola Operasi Waduk dari Waktu ke Waktu Berpedomankan Pada
Rule Curve yang Telah Dibuat.
Inflow(I)-Outflow(O)=ΔStorage…………………………......................……… (1)
Dengan :
S = tampungan
I = debil inflow
O = debit outflow
E = evaporasi
R = resapan
t = langkah waktu
hujan
evaporasi
Infitrasi
St = St-1+[I-R-Oa-(Eo-Ea]*Δt……………………………………………….(5)
Dengan :
Oa : outflow actual
Eo : Evaporasi (m3/s)
Ea : evapotranspirasi actual (m3/s)
A : luas permukaan waduk (m2)
100 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Luas permukaan waduk berubah dengan jumlah air yang disimpan. Solusi
persamaan neraca air di waduk memerlukan hubungan antara A dan S. Nilai
rata-rata A untuk langkah waktu Δt, maka dapat ditemukan sebagai rata-rata A
untuk penyimpanan St-1 dan St. sejak St tidak diketahui, persamaan neraca
air harus diselesaikan dengan literasi. Sebagai contoh lengkung hubungan
Elevasi-Tampungan-Luas Permukaan waduk dapat dilihat pada gambar 7.5.
Dalam analisis waduk, time series inflow, curah hujan dan penguapan
diketahui nilai-nilainya. Hal ini memungkinkan adanya parameter yang tidak
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 101
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
diketahui, seperti variasi penyimpanan dari waktu ke waktu dan outflow actual
dari waduk. Dari hasil analisis outflow target dapat diperkirakan sebagai fungsi
dari waktu. Setelah pembangunan waduk, Standard Pola Operasi waduk tidak
mungkin sepenuhnya berlaku, karena waduk dapat melayani lebih dari satu
tujuan, seperti konservasi air, pembangkit listrik, retensi banjir dan rekreasi.
102 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 103
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
b) Lengkung Tampungan Mati (The Dead Storage Curve, DSC) adalah batas
yang tidak bisa dilanggar, karena air yang tersimpan tidak bisa
dioperasikan di bawah batas tampungan mati. Jika S turun di bawah DSC,
outflow berkurang sebagai berikut:
7.6 Latihan
1. Berikan uraian tentang tahapan dalam penyusunan pola operasi dari
suatu waduk?
2. Berikan penjelasan mengapa sering terjadi konflik dalam pola operasi
waduk yang multifungsi?
3. Solusi apa yang saudara usulkan didalam mengoperasikan waduk
multifungsi supaya optimal?
7.7 Rangkuman
Pola operasi waduk harus disusun untuk pegangan operasi waduk di
lapangan. Pola ini dihasilkan dari air keluaran yang optimum dan harus
diperbaharui terus menerus sesuai dengan kondisi yang ada. Kaji ulang pola
operasi eaduk dilakukan, karena pengaruh perubahan data hidrologi dan
meteorology serta perubahan peruntukan waduk.
7.8 Evaluasi
1. Menurut pendapat saudara data apa yang diperlukan untuk pola operasi
dari suatu waduk......
a. Data inflow yang masuk ke waduk
b. Data kebutuhan air hilir
c. Kurva hubungan antara elevasi-area dan volume
d. Semuanya benar
104 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 105
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
106 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
BAB VIII
LAJU SEDIMENTASI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang laju
sedimentasi.
8.1 Pendahuluan
Kajian hidrologi suatu satuan wilayah sungai (SWS) atau daerah pengaliran
sungai (DPS) yang terkait dengan masalah pengelolaan dan pengembangan
sumber daya air, konservasi tanah dan air, perencanaan bangunan air
umumnya tidak lepas dari tersedianya data sedimen yang terangkut oleh
aliran sungai. Sebagai misal menentukan berapa besar laju pendangkalan:
sungai, saluran irigasi, waduk, danau, situ, ataupun penentuan laju erosi
lahan, semuanya itu ditentukan oleh tersedianya data sedimen runtut waktu
dari suatu lokasi pos duga air. Perencaan tanggul banjir, perencanaan lebar
dan kemiringan saluran irigasi tidak lepas dari penentuan debit sedimen di
lokasi yang direncanakan itu.
Hasil sedimen (sediment yield) suatu DPS merupakan bagian dari material
hasil erosi yang terangkut melalui jaringan pengaliran ke arah hilir atau di titik
pengukuran. Hasil sedimen yang dinyatakan dalam satuan volume atau tebal
sedimen per satuan luas DPS disebut dengan laju hasil sedimen (sediment
yield rate).
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 107
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Muatan sedimen dasar adalah bagian dari muatan sedimen yang bergerak di
sepanjang dasar sungai dengan cara menggelinding, meloncat-loncat ataupun
bergeser. Muatan sedimen suspensi adalah bagian dari muatan sedimen
yang bergerak tersuspensi atau melayang di dalam aliran dan hanya sedikit
sekali berinteraksi dengan dasar sungai karena selalu terdorong ke atas oleh
turbulensi aliran. Umumnya partikel muatan sedimen dasar lebih kasar jika
dibanding muatan sedimen tersuspensi. Beberapa bagian dari partikel
sedimen dapat terjadi bergerak sebagai muatan sedimen suspensi di suatu
titik, tetapi di lain tempat dapat bergerak sebagai muatan sedimen dasar, atau
dapat terjadi sebaliknya.
Muatan material dasar adalah bagian dari muatan sedimen yang berada di
dasar sungai umumnya ukuran partikelnya lebih kasar, bersumber dari dasar
sungai dan cenderung mengendap pada kondisi aliran tertentu. Sedangkan
muatan material halus, yang umumnya dinyatakan sebagai muatan bilas
(wash load), adalah bagian dari muatan sedimen yang ukurannya alus, tidak
berasal dari dasar sungai, dan cenderung mengendap. Sumber utama dari
muatan bilas adalah hasil pelapukan dari lapisan atas batuan atau tanah dari
DPS yang bersangkutan. Muatan bilas akan dapat ditemui dengan jumlah
yang besar pada saat awal musim hujan.
108 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Suatu alur sungai sering dijumpai pulau-pulau kecil atau dataran banjir yang
terdiri dari material lepas dan tebing sungai melalui daerah volkanik atau
tebing sungai yang mengalami pelapukan dan mudah longsor, keadaan itu
dapat menambah angkutan sedimen.
Muatan sedimen dasar umumnya sulit diukur di lapangan dan oleh karena itu
umumnya ditaksir sebagai prosentase terhadap muatan sedimen suspensi
atau dihitung dengan rumus-rumus empiris. Umumnya rumus-rumus itu
dikembangkan dari hasil penelitian di luar negeri. Oleh karena itu penerapan
rumus perhitungan muatan sedimen dasar masih perlu dikalibrasikan sesuai
dengan kondisi di Indonesia.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 109
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
110 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
a) Aliran tidak melimpah, bagian alur sungai yang lurus sepanjang lebih dari
3 x lebar aliran saat banjir dan mudah dicapai;
b) Bebas dari arus balik, terjunan;
c) Konsentrasi sedimen tercampur merata pada lebar penampang
pengukuran;
d) Aliran tampak turbulen sehingga sedimen tercampur meskipun
turbulensinya tidak tinggi, bila turbulensinya tinggi, maka tidak tepat
sebagai lokasi pengukuran debit;
e) Terdapat kereta gantung atau sarana pengukuran lainnya pada saat
banjir;
f) Bentuk penampang sungai teratur, tidak berbatu-batu, tidak mempunyai
dataran banjir, tidak terdapat penyempitan alur atau pelebaran alur yang
berarti.
Peralatan yang digunakan adalah alat ukur tinggi muka air jenis otomatik
(AWLR), dilengkapi papan duga air. Alat ukur debit menggunakan alat ukur
arus (current meter). Alat ukur lebar dan kedalaman aliran. Alat pengambil
sampel sedimen jenis USDH 48 untuk digunakan pada saat pengukuran debit
dengan merawas dan USD 59 untuk pengukuran debit menggunakan perahu.
Alat komunikasi, alat hitung dan botol sampel isi 500 ml lengkap dengan
etiketnya, selain itu dilengkapi kartu pengukuran debit, blanko pembacaan
muka air, alat penerangan untuk melaksanakan pengukuran pada malam hari
dan baju pelampung.
C i Vi
C i 1
n
V
i 1
i
Keterangan :
C = konsentrasi rata-rata di suatu vertikal
Ci = konsentrasi pada titik pengukuran
Vi = kecepatan aliran pada titik pengukuran
112 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 113
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Tabel 8.1. Contoh Lembar Perhitungan pada Kartu Pengukuran Debit dan
Sedimen
Leba Dala Kumula
Rai Wakt Kecepatan (Vi) Luas Debit
No. r m Titik N tif
u
(bi) (li) (di) Titik Rata2 (ai) (qi) (qi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0 0.00 0.00 0.00
1 0.50 0.50 0.16 0.6 100 50 0.283 0.283 0.080 0.023 0.023
2 1.00 0.50 0.26 0.6 162 50 0.448 0.448 0.130 0.058 0.081
3 1.50 0.50 0.24 0.6 148 50 0.411 0.411 0.120 0.049 0.130
4 2.00 0.50 0.21 0.6 147 50 0.408 0.408 0.105 0.043 0.173
5 2.50 0.50 0.41 0.2 182 50 0.500 0.422 0.25 0.087 0.260
0.8 123 50 0.344
6 3.00 0.50 0.34 0.6 208 50 0.560 0.560 0.170 0.097 0.357
*)
7 3.50 0.50 0.36 0.6 227 50 0.618 0.618 0.180 0.111 0.468
8 4.00 0.50 0.42 0.2 221 50 0.602 0.507 0.210 0.106 0.574
0.8 148 50 0.411
9 4.50 0.50 0.40 0.2 239 50 0.649 0.583 0.200 0.117 0.691
0.8 188 50 0.516
*)
10 5.00 0.50 0.40 0.2 261 50 0.707 0.573 0.200 0.114 0.805
0.8 158 50 0.437
11 5.50 0.50 0.40 0.2 258 50 0.699 0.611 0.200 0.122 0.927
0.8 191 50 0.523
12 6.00 0.00 0.00
Debit total Q = 0.927
Tanda *) = titik pengambilan sampel sedimen
Keterangan :
a) Kolom 1, 2, 4, 5, 6 dan 7 diukur di lapangan
b) Debit dihitung dengan metode interval tengah
c) Debit total = 0,927 m3/detik, bila sampel sedimen diambil pada 1/6, 3/6
dan 5/6 debit, maka titik pengambilan sampel (tanda *)) :
1) 1/6 x 0,927 m3/det = 0,154 m3/det, diantara rai ke-3 dan ke-4;
2) 3/6 x 0,927 m3/det = 0,463 m3/det, tepat pada rai ke-7;
3) 5/6 x 0,927 m3/det = 0,772 m3/det, diantara rai ke-9 dan ke-10.
114 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
C x q i
C i 1
n
...................................................................
qi 1
i
C i
C i 1
Pada cara EWI atau ETR, penampang melintang pengukuran dibagi menjadi
minimal 3 jalur vertikal dengan jarak antara setiap vertikal adalah sama.
Konsentrasi rata-rata dari i = 1, 2, 3.......... n buah vertikal saat pengukuran
dihitung dengan rumus :
W i
C i 1
n
U
i 1
i
Keterangan :
Wi = berat sampel pada vertikal ke-i
Ui = volume sampel pada vertikal ke-i
Keuntungan cara EWI adalah tidak selalu diperlukan pengukuran debit, tetapi
yang menjadi kendala adalah sulitnya menentukan waktu gerak alat
pengambil sampel turun dan naik dari semua vertikal harus sama, agar
volume sampel sama besarnya, memenuhi ketentuan teknis dari setiap jenis
alat yang digunakan. Cara ini sangat jarang digunakan di Indonesia.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 115
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
a) Nomor sampel;
b) Nama sungai dan lokasi;
c) Tanggal, waktu dan nama pengukur;
d) Tinggi muka air dan debit saat pengukuran.
Qs k . C . Q
Nilai k adalah faktor yang sama besarnya, tergantung dari satuan setiap
unsur.
Qs 0,0864 x C x Q
Nilai k=1, bila Qs (kg/detik), C (kg/m3) dan Q (m3/detik), maka debit sedimen
suspensi saat pengukuran adalah :
Qs C . Q
116 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Contoh :
Dari pengukuran debit sebesar 25 m3/detik, dilakukan pengambilan sampel
sedimen dengan cara integrasi kedalaman pada 3 jalur vertikal bagian debit :
1/6, 3/6 dan 5/6 debit. Hasil konsentrasinya untuk setiap bagian adalah :
b) Perhitungan debit sedimen runtut waktu (bila tersedia debit runtut waktu).
Dengan tahap itu, maka sedimen yield suatu DPS dapat ditentukan setelah
menghitung debit sedimen dasar dan sedimen suspensi yang terletak di
daerah unsample zone (lokasi setebal beberapa cm diantara alat pengambil
sampel dan dasar sungai). Umumnya sedimen unsample zone diperkirakan 2
– 10 % dari sedimen suspensi.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 117
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
qb 1
x
s s - g D 350
1/ 2
4
- 0,188
s - D 50
x
n'
3/ 2
R S
n
D1/6
n' 90
26
118 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Keterangan :
Contoh
D50 = 3,20 mm
Hitung sedimen dasar saat itu bila kerapatan (density) air dan sedimen
dianggap = specific gravity (BD) ari dan sedimen. BD air = 1,00
ton/m3 dan sedimen = 2,65 ton/m3.
Jawab
Q
Kecepatan rata-rata = = V = 1,31 m/detik
A
1 2/3 1/2
Koefisien kekasaran Manning = V R S n 0,0212
n
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 119
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
1/2
b 1000 1
0,072 x x
2650 2650 - 1000 9,81 x 3,20 x 10 -3
3
qb = 0,139 kg/detik/m
m = 14 kg/detik
2) Rumus Einstein
Rumus pendekatan yang digunakan, untuk menghitung debit sedimen
dasar/unit lebar :
qb 1
x
s s - g D 335
s - D 35
x
n'
3/ 2
R S
n
Jawab
10 (tanpa satuan)
qb = 0,149 kg/detik/m
Pemetaan dapat dilakukan dengan metode: garis kontur atau jalur (range).
Metode garis kontur dilaksanakan sebelum waduk diisi air. Metode jalur
digunakan setelah pengisian waduk. Data yang diperlukan: peta dasar, lokasi
jalur pemetaan, nomor jalur, BM, titik tetap pembantu. Diperlukan: perahu dan
perlengkapannya, alat ukur jarak dan arah, alat ukur kedalaman (echo
sounding), alat komunikasi, rambu-rambu dan sebagainya.
122 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
- Hidrograf
- Statistik.
Data debit yang salah atau meragukan kebenarannya harus tidak
digunakan untuk perhitungan sedimen.
c) Mengumpulkan lengkung sedimen suspensi.
Lengkung sedimen suspensi adalah grafik atau persamaan yang
menggambarkan hubungan antara debit sedimen (Qs) terhadap debit (Q).
Data yang digunakan harus terlebih dahulu dicek kebenarannya. Rumus
umum yang digunakan :
Qs a Q b
atau
Y a bX
Dalam hal ini Yi = log Qsi sebagai variabel tidak bebas (VTB) dan Xi = log
Qi sebagai variabel bebas (VB) untuk sebanyak i > dari 10 buah
pengukuran mulai kondisi muka air rendah sampai tinggi. Nilai a = titik
potong (intercept) dan b = koefisien regresi yang untuk n buah data dapat
ditentukan dengan cara kuadrat terkecil, seperti rumus berikut ini :
n _
_
i 1
X i - X
Y i - Y
kovarian XY ......................
b
_ 2
n
varian X
Xi - X
i 1
_
_
a Y - b X .............................................................
_
1 n
Y Yi ...............................................................
n i 1
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 123
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
_
1 n
X X i ..............................................................
n i 1
a. R = koefisien korelasi
b. R2 = koefisien determinasi
d. Uji t
e. Uji F
2) Jika nilai R > 0,70 dianggap persamaan 10.3 cukup baik. Nilai R
dihitung dengan persamaan berikut ini :
_
Y i - Y
R
_
Yi - Y
_
Y - Yi
R2
_
Yi - Y
4) Penentuan angka SEE, semakin kecil angka SEE maka model yang
dihasilkan semakin baik. Angka SEE dihitung dengan persamaan
berikut ini :
2
n
Yi - Y i
i 1
SEE
n-2
bi - i
i
SEB
1
SEB SEE 2
_
X i - X i
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 125
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
n - k - 1
(2) Dengan menggunakan angka peluang (P) :
jika P terhitung > 5,0%, maka Ho diterima;
jika P terhitung < 5,0%, maka Ho ditolak.
Contoh
Tentukan persamaan lengkung sedimen data berikut ini.
Q (X) QS(Y) Log 10 X Log 10 Y
35 1.73 1.5441 0.2380
39 2.45 1.5911 0.3892 HASIL
43 3.31 1.6335 0.5198
54 6.83 1.7324 0.6344 Multiple R 0.983
56 6.99 1.7482 0.8445 R. Square 0.965
88 10.44 1.9445 1.0187 Adjusted R Square 0.961
95 16.36 1.9777 1.2138 Standard Error 0.092
105 27.47 2.0212 1.4389 Observations 10
112 29.06 2.0492 1.4633
119 33.96 2.0755 1.5310
Df SS MS F Significance F
Total 9 1.945
126 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Q su % Q s
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 127
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Q sd % Q s .................................................................
Contoh .......................................................................
Dari DPS Waduk PLTA PB Sudirman dengan luas DPS = 1022 Km2,
berdasarkan data tahun 1956 – 1979 mempunyai angkutan sedimen
melayang rata-rata 7,040 juta ton/tahun. Hitung hasil sedimen DPS itu jika
berat jenis sedimen = 1,097 ton/m3.
Jawab
128 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
8.11 Latihan
1. Menurut pandangan Saudara/i apakah pengaruh dari perubahan tata guna
lahan dan perubahan iklim berpengaruh pada laju sedimentasi. Uraikan
mengapa dan bagaimana?
2. Hal-hal apakah yang dapat diidentifikasi secara awal bahwa telah terjadi
pendangkalan suatu waduk, meskipun belum dilakukan pengukuran
kembali kapasitas tampung waduk?
3. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan
Sedimentasi yang terjadi di waduk, Sebutkan?
8.12 Rangkuman
Kajian hidrologi suatu satuan wilayah sungai (SWS) atau daerah pengaliran
sungai (DPS) yang terkait dengan masalah pengelolaan dan pengembangan
sumber daya air, konservasi tanah dan air, perencanaan bangunan air
umumnya tidak lepas dari tersedianya data sedimen yang terangkut oleh
aliran sungai. Sebagai misal menentukan berapa besar laju pendangkalan:
sungai, saluran irigasi, waduk, danau, situ, ataupun penentuan laju erosi
lahan, semuanya itu ditentukan oleh tersedianya data sedimen runtut waktu
dari suatu lokasi pos duga air. Perencaan tanggul banjir, perencanaan lebar
dan kemiringan saluran irigasi tidak lepas dari penentuan debit sedimen di
lokasi yang direncanakan itu.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 129
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
8.13 Evaluasi
1. Pengambilan sampel air dan sedimen dasar dapat dilakukan.....
a. Setelah dilakukannya pengukuran debit
b. Bisa dilakukan kapan saja
c. Dilakukan secara kontinu tanpa melakukan pengukuran debit
d. Semuanya benar
130 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
BAB IX
PENUTUP
9.1 Simpulan
Pengolahan data hidrologi dimulai dari pengolahan data hujan, pengolahan
data debit aliran, pengumpulan data tinggi air muka (perhitungan debit
sungai).
maksimum yang terbuang lewat pelimpah pada saat muka air waduk melebihi
normal atau saat banjir.
Hal ini dilakukan karena tidak setiap waduk tersedia data inflow-nya. Analisis
dapat dilakukan dengan mencoba memodifikasi rumusan yang telah ada
untuk mendapatkan inflow suatu waduk apabila diketahui outflow.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer yang diambil dari
dat pengamatan di sekitar waduk. Variabel yang akan diamati adalah evaluasi/
fluktuasi muka air waduk dan debit yang dikeluarkan (dari pelimpah dan atau
outlet) sedangkan inflow ke wauk berasal dari sungai dan hujan. Data-data
yang dihasilkan dari inflow ke waduk berasal dari sungai dan hujan. Data-data
yang dihasilkan dari pengamatan dapat dicari dari modifikasi rumus baru
dengan berbagai perbandingan. Data hasil perhitungan yang didapatkan
kemudian dibandingkan dengan data pengamatan.
Kajian hidrologi suatu satuan wilayah sungai (SWS) atau daerah pengaliran
sungai (DPS) yang terkait dengan masalah pengelolaan dan pengembangan
sumber daya air, konservasi tanah dan air, perencanaan bangunan air
umumnya tidak lepas dari tersedianya data sedimen yang terangkut oleh
aliran sungai. Sebagai misal menentukan berapa besar laju pendangkalan:
132 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
sungai, saluran irigasi, waduk, danau, situ, ataupun penentuan laju erosi
lahan, semuanya itu ditentukan oleh tersedianya data sedimen runtut waktu
dari suatu lokasi pos duga air. Perencaan tanggul banjir, perencanaan lebar
dan kemiringan saluran irigasi tidak lepas dari penentuan debit sedimen di
lokasi yang direncanakan itu.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 133
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Burges, S.J., Latenmaier, D.P. and Bates, C.L, 1975. Properties of the Three
Parameter Lognormal Probability Distribution, Water Resour. Res., 11(2) :
229-235
Chow, V.T. A General Formula for Hydrologic Frequency Analysis, Trans. Am.
Geophys. Union, Vol. 32, pp. 231-237, April 1951.
Dalrymple, T. Regional Flood Frequency, High Res. Board Res. Rep. 11-B, pp. 4-20,
1950.
DPMA, 1982, Penelitian dan Evaluasi Tingkat Erosi yang Terjadi di Suatu DPS,
DPMA, Bandung.
Gumbel, E.J. Statistics of Extremes, Columbia University Press, New York, 1958.
Gringorten I.,1963. Plotting Rule foe Extrems Probability Paper, J. Geophy. Res., vol
68, pp 813-814
Jackson, D.R., 1981. WRC Standard Flood Frequency Guideline, Journal of the
Water Resources Management and Planning Division, American Society of
Civil Engineering 107(WR1), 211-224
134 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Loebis, J., 1984. Banjir Rencana untuk Bangunan Air, Direktorat Penyelidikan
masalah Air, Dept. Pekerjaan Umum.
Mutreja. K.M, 1990 : Applied Hydrology, Tata Mc. Graw Hill, New Delhi.
Paulhus,J.L.H., and J.F. Miller. Flood Frequency Derive from Rainfall Data. J.
Hydraul. Div. ASCE. Vol 83, pp 1451, December 1957.
Rob. Van der Weert, 1994 : Hydrologycal Conditions in Indonesia, Delft Hydraulic,
Netherland.
Sampudjo, K; Mohd. Arief Ilyas, 1989, Erosion and Sedimentation Monitoring in the
Upper Citarum River Basin, Makalah disajikan pada ISEV di Yogyakarta.
Santosh, K.G., 1977 : Water Resources and Hidrology, Khana Pub. New Delhi.
Slade, J.J., Jr., 1936. An asymmetric probability function, Trans. Of Am. Soc. Civil
Eng. 101 : 35-61
Soewarno, 1998, Hidrologi Operasional, Jilid 1 dan 2, Naskah sedang dalam proses
penerbitan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 135
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Varshney, R.S., 1974 : Engineering Hydrology, Nem Chand & Bros, Roorke.
136 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
GLOSARIUM
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 137
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
KUNCI JAWABAN
2. Berikan penjelasan terkait dengan manfaat dari data iklim / klimatologi pada
perencanaan SDA?
Jawaban:
Manfaat Data iklim adalah dapat digunakan untuk menghitung besarnya
evapotranspirasi serta kebutuhan air tanaman disuatu areal petak tanaman.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 139
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
140 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
3. Bangunan air apa yang saudara harus rencanakan jika ketersediaan air di
suatu DAS tidak memadai untuk pemenuhan kebutuhan airnya, data
hidrologi apa yang Saudara/i butuhkan?
Jawaban:
Pada kondisi ketersediaan air tidak memadai untuk pemenuhan kebutuhan
air, maka infrastruktur yang perlu dibangun adalah bendungan. Data
hidrologi yang dibutuhkan terdiri dari data observasi hidrologi (data hujan,
data debit, data iklim, data sedimentasi) yang durasi datanya disesuaikan
dengan analisis hidrologi yang diperlukan untuk menunjang perencanaan
bendungan seperti analisis hujan rencana, analisis debit banjir rencana,
analisis penelusuran banjir, analisis evapotranspirasi, analisis hujan efektif,
analisis debit andalan, debit aliran rendah, dan debit sedimentasi.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 141
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
2. Berikan uraian singkat pada kondisi apa kita menggunakan fungsi distribusi
Normal dan Gumble untuk perhitungan hujan rencana?
Jawaban:
Perhitungan Banjir Rencana menggunakan Fungsi distribusi Normal dipilih
jika koefisien kemiringan (skewness mendekati nol) sedangkan untuk fungsi
distribusi Gumble dipilih jika skewness nya mendekati 1.13.
142 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 143
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
3. Berikan penjelasan data debit banjir rancangan yang Saudara/i akan hitung
akan dibutuhkan untuk apa dalam perencanaan suatu bendungan/ waduk?
Jawaban:
Besarnya debit banjir rencana yang dihitung digunakan untuk perhitungan
dimensi dari spillway (pelimpah) dan flood storage (tampungan banjir).
Perhitungan ini juga akan terkait dengan luas areal genangan yang terjadi
bila terjadi banjir untuk suatu perioda ulang tertentu.
144 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 145
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
146 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah dirasakan dimana seringkali
terjadi pada musim kemarau masih terjadi hujan lebat dengan intensitas
hujan yang teramati terjadi peningkatan (terlihat dari pemantauan total
hujan yang hampir merata dari tahun ke tahun namun jumlah hari hujan
menurun). Dengan intensitas hujan meningkat maka terjadi energi
pengelupasan tanah / erosi yang bertambah besar sehingga terjadi
peningkatan laju sedimentasi yang bertambah besar.
2. Hal-hal apakah yang dapat diidentifikasi secara awal bahwa telah terjadi
pendangkalan suatu waduk, meskipun belum dilakukan pengukuran
kembali kapasitas tampung waduk?
Jawaban:
Pendangkalan telah terjadi dapat teramati dari terjadinya peningkatan
frekwensi limpasan air melaui pelimpah, hal ini disebabkan pada saat
belum terjadi pendangkalan yang besar debit banjir masih dapat
tertampung di waduk, tapi karena ada pengurangan kapasitas tampung
waduk oleh adanya sedimentasi, maka jika terjadi banjir waduk sudah tidak
dapat menampung nya lagi sehingga air akan terbuang melalui pelimpah
bertambah sering.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 147
MODUL 7 PERHITUNGAN HIDROLOGI
148 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI