PUISI KELOMPOK 9
Fasilitator : Bagus Burhanuddin Suhud
Peserta : 1. Naila Aftina
2. Nur Maimuna Rasyidawati
3. Nuryanti
4. Usthur Raaid
5. Rizki Adi Supatra
:: ULASAN ::
Puisi ini bagus, bercerita tentang perubahan sifat, yang dahulu introvert kemudian ia
bangkit memerbaiki diri karena termotivasi oleh nasihat dari orang lain. Dalam
pengemasan bahasanya rapi serta runtut. Dan yang menarik dari puisi ini, pada bait ke
dua sampai akhir puisi memiliki rima yang sama, tapi tidak mengebiri maknanya.
:: ULASAN ::
Secara isi puisi ini mengandung makna yang luar biasa, memotivasi diri dengan mengingat doa
dari orang tua, juga mengingat usaha yang telah ia lakukan. Pada bait kedua kita diajak untuk
mengingat orang tua kita yg selalu mendoakan akan kesuksesan kita. Dan pada bait ketiga
penulis mengajak kita untuk tidak melupakan usaha-usaha kita yg digambarkan dengan kalimat
"Apa dengan mudah kau siakan guyur keringat yang lalu?". Pemilihan kata dalam puisi ini cukup
sederhana, akan tetapi justru itu yg menjadi kekuatan dalam puisi ini.
:: ULASAN ::
Dalam tiap baitnya puisi ini mempunyai makna tersendiri, disajikan dengan bahasa yg
sederhana, karena puisi memang tak selalu harus hiperbola. Membaca puisi ini ditiap
baitnya menuntun kita untuk membaca selanjutnya. Dan pesan utama dari puisi ini
disimpan pada bait terakhir.
Cahaya Mentari
:: ULASAN ::
Puisi ini singkat, tapi pesan yang ingin disampaikan dapat kita tangkap. Karna puisi ini
singkat, maka kita harus membaca puisi ini sampai tuntas untuk mendapat pesannya.
Dan benar saja klimaks dari puisi ini terdapat pada dua baris terakhirnya.
:: ULASAN ::
Sama dengan puisi sebelumnya, puisi ini singkat, tapi pesannya dapat tersampaikan. Hanya saja
ada sedikit yg bagi saya mengganggu, yakni di baris kedua mungkin bisa diperindah dan
diperjelas lagi, kata "ini" dan "itu" dalam baris kedua malah membuat ambigu dari kalimat di
baris kedua.
:: ULASAN ::
Dalam puisi ini secara tersirat dapat kita tangkap semangat berusaha yg penulis
gambarkan deng kata "tinta merah" akan tetapi di akhir puisi ini penulis juga
mengingatkan akan pentingnya doa. Sedikit saran untuk puisi ini, bisa lebih diperjelas lagi
korelasi antara harapan, awan, dan diari.
Akulah Garuda
:: ULASAN ::
Puisi ini kaya akan majas, akan tetapi tidak terlalu sulit untuk menangkap maksud dari
majas tersebut. Lewat majas-majas itulah penulis menyampaikan maksudnya.
:: ULASAN ::
Karakteristik puisi ini hampir sama dengan puisi sebelumnya, kaya majas tapi tak sulit
menangkap maknanya.
:: ULASAN ::
Puisi ini bagus, permainan katanya juga cantik. Hanya saja ada beberapa kata yang
mungkin kurang familiar.seperti kata "kalacakra" dan "elipsis". Alangkah lebih baik
kata-kata yang kurang familiar itu diberi tanda dan diberi penjelasan ttg maksudnya.
Aku
Di mana aku
Tempat macam apa ini
Gelap gulita tanpa cahaya,
Tidakkah kau lihat jutaan cahaya sepanjang Suramadu
Yang kupasang dengan suara-suara ikhlas
Ah,
Tempat macam apa ini
Sempit, kecil, tak leluasa kubergerak
Tidakkah kau lihat rumah Tuhanku di ujung jalan itu
Jika kau berlari, tak cukup tiga jarum jam menghitung
Kubangun atas dasar ayat-ayat suci
Ah,
Tempat macam apa ini
Tanpa celah, lubang, ventilasi
Tidakkah kau lihat gerbang hijau deket Mbok Sum?
Jika kau masuk penuh lubang-lubang kebisingan
Kubangun dengan nada-nada keridloan penuh tawa dan taqwa
:: ULASAN ::
Di awal puisi ini kita dibuat bingung menebak-nebak ttg tempat yang dimaksud. Tetapi
pertanyaan itu akhirnya terjawab pada bait keenam.
Sehelai Rindu
Sejenak menghentikan napas
Aku lantang membusungkan dada
Inilah ayahku,
Premannya para preman
Juaranya para juara
Kiainya para kiai
Dermawannya para dermawan
:: ULASAN ::
Puisi ini sangat bagus sekali. Puisi ini merupakan penjelasan dari pepatah arab
"“Laisal fataa man yaquulu ‘haadzaa abii’, walaakinnal fataa man yaquulu ‘haa anaa
dzaa’ ". Penyusunan kata dalam puisi ini juga cukup bagus dan tertata.
:: ULASAN ::
Puisi ini sebenarnya bagus, mengangkat tema yang kekinian. Hanya saja saya belum dapat
menangkap makna puisi itu yang masuk dalam tema besar dari panitia.
Pemuda Pemudi
Hidupkan mimpimu!
hancurkan tembok derita yang ada didepanmu
Wahai pemuda pemudi angkatlah bendera merah, tanda tak ingin menyerah
Menuju masa depan yang cerah
Pulanglah!
bawa berita kemenangan, niscaya akan kujemput dengan rasa penuh kesenangan
:: ULASAN ::
Lihatlah mereka,
Keluar dari zona nyamannya, bersimpuh kringat di dahinya, melawan rasa sungkan yang ada di
atas kesadarannya.
Lihatlah mereka,
Rela membaca berjuta - juta kata, memahami setiap maknanya tanpa mengeluh meneteskan air
mata.
Lihatlah mereka,
Rela mengorbankan waktunya, demi mencari ilmu untuk masa depannya.
:: ULASAN ::
Mereka sekarang, hanya peduli dengan keasyikan media sosial, dengan menulis rasa kesal.
Mereka sekarang lebih bahagia bermain di ruang sunyi tanpa bunyi.
Mereka lebih nyaman memandang layar tak bersuara, daripada keluar menyaksikan keadaan
yang sedang membara.
Mereka tak lagi mendengar suara kesakitan, dari anak - anak yang menangis kelaparan.
Apa guna hidupmu, jikalau itu membuat rasa pedulimu hilang tak berdebu.
Apa guna masa remajamu, jikalau itu tak membantu orang disekitarmu.
:: ULASAN ::
Pakaian rapi, tas gendong merah, dan uang saku yang mewah,
Keinginan duduk di bangku kayu, sementara terpatahkan, karna ekonomi yang layu.
:: ULASAN ::