Anda di halaman 1dari 21

DOKUMEN PUISI KARYA PESERTA

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


DAN ULASAN FASILITATOR

PUISI KELOMPOK 9
Fasilitator : Bagus Burhanuddin Suhud
Peserta : 1. Naila Aftina
2. Nur Maimuna Rasyidawati
3. Nuryanti
4. Usthur Raaid
5. Rizki Adi Supatra

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Puisi Naila Aftina

Keluar dari Persembunyian


Di balik tirai, aku bersembunyi dalam ruang sunyi.
Ruang nyaman yang menutupku dari kerumunan.
Malu yang lekat nan takut yang mengikat,
Membuatku asing dalaml ingkup bising.

Namun lontar kata menyadarkan.


Bahwa rasa ciut yang membalut harus kusirnakan.
Terjun dalam wadah pengalaman,
Keluar dari persembunyian.

Bangun dari ilusi ketakutan,


Menghadapi realitas kehidupan yang penuh tantangan.
Dengan sekeliling yang menghangatkan,
Merekahkan senyuman tanpa kepalsuan.

Desir waktu membawa perubahan.


Diriku kian jadi seorang yang berperan.
Sekepal cita akan terwujudkan,
Karena diri telah bangkit dari keterpurukan.

Kudus, 30Maret 2020

:: ULASAN ::
Puisi ini bagus, bercerita tentang perubahan sifat, yang dahulu introvert kemudian ia
bangkit memerbaiki diri karena termotivasi oleh nasihat dari orang lain. Dalam
pengemasan bahasanya rapi serta runtut. Dan yang menarik dari puisi ini, pada bait ke
dua sampai akhir puisi memiliki rima yang sama, tapi tidak mengebiri maknanya.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Langkah Cita

Katamu kau lelah.


Payah, hampir goyah.
Katamu kau ingin henti.
Mengayunkan langkah menuju mimpi.

Lupakah engkau pada keduanya?


Yang selalu menengadah,
Doanya terpanjat pasrah.
Harap masa depanmu cerah.

Masihkah kau ragu dengan jejak dan langkah?


Apa dengan mudah kau siakan guyur keringat yang lalu?
Yang bercucuran teteskan saksi perjuangan,
Mencari bekal untuk jembatan menuju impian.

lalu, kau ceritakan cita dengan ceria,


Apa itu sekadar halusinasi tanpa aksi?
Hidupkan kembali semangatmu yang redup,
Sebab masih ada kesempatan untuk nyatakan mimpi.

Kudus, 03 April 2020

:: ULASAN ::

Secara isi puisi ini mengandung makna yang luar biasa, memotivasi diri dengan mengingat doa
dari orang tua, juga mengingat usaha yang telah ia lakukan. Pada bait kedua kita diajak untuk
mengingat orang tua kita yg selalu mendoakan akan kesuksesan kita. Dan pada bait ketiga
penulis mengajak kita untuk tidak melupakan usaha-usaha kita yg digambarkan dengan kalimat
"Apa dengan mudah kau siakan guyur keringat yang lalu?". Pemilihan kata dalam puisi ini cukup
sederhana, akan tetapi justru itu yg menjadi kekuatan dalam puisi ini.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Juang untuk Pertiwi

Alunan waktu terus berjalan,


Tiap detiknya membawa perubahan.
Menghadapkan berbagai kenyataan.

Sedang kita lihat Ibu Pertiwi.


Yang semakin hari kian terpekik,
Sebab publik yang takut berkutik.

Padahal era zaman semakin melejit.


Membesit pikir kau melit.
Tapi kesadarannya semakin pelit.

Kita lihat lukisan pengorbanan,


Kita dengar dongeng perjuangan.
Kita ratapi penuh kesakitan.

Sedang kita muda mudi,


Terlalu acuh dengan situasi,
Tak paham kondisi.

Mau kita jadikan apa negeri ini?


Kita ladang harapan,
Janji kita dalam ikrar, harus terbuktikan.

Kita niat kan penuh kesadaran.


Kita lanjutkan urutan,
Karena gilir kita Pertiwi termajukan.

Kudus, 04 April 2020

:: ULASAN ::

Dalam tiap baitnya puisi ini mempunyai makna tersendiri, disajikan dengan bahasa yg
sederhana, karena puisi memang tak selalu harus hiperbola. Membaca puisi ini ditiap
baitnya menuntun kita untuk membaca selanjutnya. Dan pesan utama dari puisi ini
disimpan pada bait terakhir.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Puisi Nur Maimuna Rasyidawati

Cahaya Mentari

Mentari di ufuk timur telah menampakkan sinarnya


Mari kita rayakan hari yang bersinar
Begitupun rasa yang bergelora
Bangkit tak akan lagi terlelap
Gejolak dalam semangat
Dari malamnya kunang kunang
Kemalangan sebuah penderitaan
Ketika ikuti jalan terbit
Di situlah cahaya muncul

:: ULASAN ::
Puisi ini singkat, tapi pesan yang ingin disampaikan dapat kita tangkap. Karna puisi ini
singkat, maka kita harus membaca puisi ini sampai tuntas untuk mendapat pesannya.
Dan benar saja klimaks dari puisi ini terdapat pada dua baris terakhirnya.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Langit Cerah

Kebanyakan menutut dengan rasa kesal


Ini itu sebuah takdir
Bisa acuh tak bisa hindar
Panasnya jiwa terbakar
Gapai tujuan utama
Pantang mundur
Ayo!
Lihat langit begitu cerah
Mimpi akan mencerahkan hal gelap sekalipun

:: ULASAN ::
Sama dengan puisi sebelumnya, puisi ini singkat, tapi pesannya dapat tersampaikan. Hanya saja
ada sedikit yg bagi saya mengganggu, yakni di baris kedua mungkin bisa diperindah dan
diperjelas lagi, kata "ini" dan "itu" dalam baris kedua malah membuat ambigu dari kalimat di
baris kedua.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Diari Harapan

Harapan itu bagaikan awan


Awan selalu indah dilihat
Walaupun harus rela menghilang
Diari selalu daku tuliskan
Dalam sebuah tinta merah
Daku membacanya
Bagaikan alam bawah sadar
Tak sanggup daku gapai
Namun selalu beriringan dengan doa

:: ULASAN ::

Dalam puisi ini secara tersirat dapat kita tangkap semangat berusaha yg penulis
gambarkan deng kata "tinta merah" akan tetapi di akhir puisi ini penulis juga
mengingatkan akan pentingnya doa. Sedikit saran untuk puisi ini, bisa lebih diperjelas lagi
korelasi antara harapan, awan, dan diari.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Puisi Nuryanti

Akulah Garuda

Aku terlahir dari sayap-sayap tak sempurna


Dibesarkan bersama anomali raga
Tak peduli lidah menari licinnya
Biar pandang itu melihatku sebelah mata

Akan kubuktikan nama Bangsa terbawa


Bersanding bersama di mata dunia
Bukan olimpiade atau penemuan luar biasa
Kekurangan ini mampu persembahkan pada negeri tercinta

Dari liuk kaki-kaki musuh


Akan kuulang kejayaan yang lusuh
Di bawah mistar ini aku akan merengkuh
Tertawa saja, silakan anggap cita-cita yang tak tersentuh

Pijakku memang tak setegak sang saka


Tidak pula sekuat cengkeraman sang garuda
Namun mimpi itu yakinkan asa
Untuk terbangkan merah putih di angkasa

Bumi Kasunanan Prawoto, 04 April 2020

:: ULASAN ::

Puisi ini kaya akan majas, akan tetapi tidak terlalu sulit untuk menangkap maksud dari
majas tersebut. Lewat majas-majas itulah penulis menyampaikan maksudnya.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Tarian Imaji

Aku berdiri di sabana senyap


Tempat kata bersembunyi
Di sana aku berbincang dengan entahlah
"Sajak-sajakku hanya selembar pucat yang hampir mati."

Segelincir tanya kemudian turuni lembah hati


"Sehina inikah inginku untuk abadi?"
Sudahlah, imlakan saja di sini
Perihal apa yang kau cakapkan nanti,
hanya terik persoalan suara manusia yang hanya menyakiti
Biar gema sampaikan pada semesta untuk diamini sebagai doa paling puisi

Belukar telah mengabarkan padaku


"Suara-suara itu akan hilang dan berlalu."
"Kemarilah, akan kutiupkan ruhmu," lirih hati mengucap tanpa lelah
Lalu ilalang merayuku menari bersama diksi

Bumi Kasunanan Prawoto, 05 April 2020

:: ULASAN ::
Karakteristik puisi ini hampir sama dengan puisi sebelumnya, kaya majas tapi tak sulit
menangkap maknanya.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Belenggu

Aku sedang melipat harapan dalam sebuah keegoisan.


Berdiri pada lorong-lorong ketidakpastian,
sembari mencacah luka di puisi yang kehilangan nyawa.
Genangan tirta segera menenggelamkanku di samudra penyesalan.
"Apakah ego telah cukup menjadi harga kebebasan?" tanya sang khilaf.
Ia tertunduk dalam sebuah impian.
Menimbang-nimbang apa itu keputusan.
Anak-anak jiwa yang dirawat dengan ketulusan,
akankah berakhir seiring kalacakra yang terucapkan?
Ah! Ia dalam siksa.
Intuisi dibunuh paksa, elipsisnya teriakkan bangga.
"Aku akan segera melipat kata pada lukanya." Teriak sang padam.
Ia tertatih dalam perih, menggandeng aksara yang belum juga pulih.
Lalu ada yang menyeretku masuk ke sebuah ruang .
Tempat semua mimpiku dibesarkan.
Tentang ribuan aksara yang telah kupinjamkan diksi untuk memberi nyawa.
Aku terisak, napasku kian sesak.
"Bangkitlah!" Perintah sang hati.
Kugerayangi aksara, menyentuhnya dengan air mata.
Kubebaskan kata

Bumi Kasunanan Prawoto, 05 April 2020

:: ULASAN ::
Puisi ini bagus, permainan katanya juga cantik. Hanya saja ada beberapa kata yang
mungkin kurang familiar.seperti kata "kalacakra" dan "elipsis". Alangkah lebih baik
kata-kata yang kurang familiar itu diberi tanda dan diberi penjelasan ttg maksudnya.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Puisi Usthur Raaid

Tempat Macam Apa Ini

Aku
Di mana aku
Tempat macam apa ini
Gelap gulita tanpa cahaya,
Tidakkah kau lihat jutaan cahaya sepanjang Suramadu
Yang kupasang dengan suara-suara ikhlas

Ah,
Tempat macam apa ini
Sempit, kecil, tak leluasa kubergerak
Tidakkah kau lihat rumah Tuhanku di ujung jalan itu
Jika kau berlari, tak cukup tiga jarum jam menghitung
Kubangun atas dasar ayat-ayat suci

Ah,
Tempat macam apa ini
Tanpa celah, lubang, ventilasi
Tidakkah kau lihat gerbang hijau deket Mbok Sum?
Jika kau masuk penuh lubang-lubang kebisingan
Kubangun dengan nada-nada keridloan penuh tawa dan taqwa

Ah tempat macam apa ini


Cukup seutas kain tuk berbaring
Cobalah kau lihat puluhan toko berjajar
Jika kau masuk ratusan juta helai gelantungan rapi
Ku isi dengan gaya-gaya syar'i

Ah tempat apa ini


Kotor , bau pekat menyekat
Tidakkah kau lihat zaitun , jakfarun
Yang kuracik dengan nada keistiqomahan

Ah, tempat apa ini?


8 pertanyaan saja untuk masuk
Tidakkah kau lihat staf HRD-ku di sana
50 pertanyaan berturut-turut mereka susun
Biarlah pertanyaan-pertanyaanmu dijawab mereka.
KEMAH SASTRA KUDUS 2020
: Kebangkitan Kaum Muda
Di saat bangkit nanti,
Cukup siapkan aku bidadari tercantik
Cukup siapkan aku jutaan sabu
Cukup siapkan aku jamu kuat
Karena aku ingin nge-fly sejadi-jadinya di saat bangkitku
Tak perlu kemewahan
Karena ia tak menyimpan kepuasan
Hanya menyimpan kekurangan yang abadi.

Jurang, 7 April 2020 02.00

:: ULASAN ::
Di awal puisi ini kita dibuat bingung menebak-nebak ttg tempat yang dimaksud. Tetapi
pertanyaan itu akhirnya terjawab pada bait keenam.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Haa Ana

Sehelai Rindu
Sejenak menghentikan napas
Aku lantang membusungkan dada
Inilah ayahku,
Premannya para preman
Juaranya para juara
Kiainya para kiai
Dermawannya para dermawan

Tau lah aku ini siapa?


Buah jatuh tak jauh dari pohonnya
Kan gak mungkin
Pohon durian keluar nangka

Lidahku semakin menjadi-jadi


Mataku semakin melotot
Apalagi tanganku saat melambai
Beh...
Semua yang menghalangi gilang sekali tebas
Orang-orang sekitarku menunduk
Apalagi orang-orang lusuh itu
Yang menengadah tanpa malu
Ku kirim rentetan kertas pemberian ayahku
Maklum lah, aku ini siapa

Hanya saja, semua menghilang tanpa jejak


Uang yang dulu ku dapat tanpa keringat
Sekarang mengkerut
Nafasku tak sepanjang dahulu
Dadaku tak sebusung kala itu, malah semakin membungkuk

Sejak pohon durian tumbang,


Bukan sekedar nangka yang ku temui
Melainkan tewel diatas tanah
Diambil hanya sebagai pelengkap ayam-ayam kampung

Mungkin sudah saatnya


Aku meniadakan kata "Hadza Abi"
Melaikan Haa Ana
KEMAH SASTRA KUDUS 2020
: Kebangkitan Kaum Muda
Jurang, 7 April 2020
04.00

:: ULASAN ::
Puisi ini sangat bagus sekali. Puisi ini merupakan penjelasan dari pepatah arab
"“Laisal fataa man yaquulu ‘haadzaa abii’, walaakinnal fataa man yaquulu ‘haa anaa
dzaa’ ". Penyusunan kata dalam puisi ini juga cukup bagus dan tertata.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
KEMAH SASTRA KUDUS 2020
: Kebangkitan Kaum Muda
Di Rumah Aja

Daun-daun cemara mulai melambai


Daun jati semakin berguguran tak beraturan
Daun telinga berdengung tanpa alasan

Mata rantai makanan sedikit agak terhenti


Sepasang mata mulai merayu menggoda
Tidak juga mata hati yang lesu merasakan rindu

Rindu akan suasana itu


Dimana keramaian tak jadi beban fikiran
Dimana TOA - TOA masjid berteriak tak ada yang protes
Dimana bepergian bebas tanpa ijin
Dimana ka'bah ramai oleh para hamba
Dimana gereja ramai untuk kebhaktian
Dimana vihara, pura dan klenteng tanpa sepi para penganut
Berat rasanya untuk bangkit
Meyakinkan sekitar bahwa musuh kita adalah keyakinan

Mata semakin tertutup kabut kebenaran


Hanya pembenaran hati yang memberontak kenyataan
Dimana letak kebangkitan
Jika batuk biasa adalah virus mematikan
Bersin sekali sudah dikarantina
Bersin dua kali sudah mendekati ajal
Bersin tiga kali dijauhi masyarakat
Hingga mati pun
Ditolak dari kuburan,
Mereka takut malaikat yang menanyai dikubur tertular virus

Jutaan beria HOAX berjajar rapi


Para Dokter mengatakan kebenaran
Kau malah acuh membenarkan diri
Pembawa berita menyampaikan keaktualan
Kau malah menyalurkan berita ketakutan
Cukuplah taati peraturan
Siapa tahu, engkau sasaran virus mematikan
Jangan takut tidak kerja kau tak makan
Percayalah
Tuhanmu memberimu rizki
KEMAH SASTRA KUDUS 2020
: Kebangkitan Kaum Muda
Meski tak berupa gaji
Bisa jadi kematianmu hari ini
Adalah rizki sekitarmu
Berpositif tinkinglah
Supaya tidak ikut positif COVID-19

Jurang 7 April 2020


06.15

:: ULASAN ::

Puisi ini sebenarnya bagus, mengangkat tema yang kekinian. Hanya saja saya belum dapat
menangkap makna puisi itu yang masuk dalam tema besar dari panitia.

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Puisi Rizki Adi Supatra

Pemuda Pemudi

Rasa sunyi itu, kembali menghantui suasana ibu pertiwi


Pagi serasa hambar, tanpa pemuda pemudi yang sedang mencari jati diri

Bangunlah wahai para pemuda!


Gemparkan seisi alam raya, dengan tangan penuh darah penuh luka, tunjukkan bahwa kau kuat
menahan diri, dari tajamnya duri yang menghalangi

Bangunlah wahai para pemudi!


Tunjukkanlah bahwa raga dan jasadmu, peduli
Terhadap alam yang kian sunyi,

Hidupkan mimpimu!
hancurkan tembok derita yang ada didepanmu

Mulailah berjalan menuju titik cerah,


Tak peduli dengan bisikan, omong kosong
Yang membuat hati ragu untuk melangkah

Wahai pemuda pemudi angkatlah bendera merah, tanda tak ingin menyerah
Menuju masa depan yang cerah

Pulanglah!
bawa berita kemenangan, niscaya akan kujemput dengan rasa penuh kesenangan

Kudus, 28 Maret 2020

:: ULASAN ::

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Asa di Nusantara

Kabarkan ke seluruh dunia,


bahwa sekarang pemuda pemudimu begitu semangat menggapai cita

Lihatlah mereka,
Keluar dari zona nyamannya, bersimpuh kringat di dahinya, melawan rasa sungkan yang ada di
atas kesadarannya.

Lihatlah mereka,
Rela membaca berjuta - juta kata, memahami setiap maknanya tanpa mengeluh meneteskan air
mata.

Lihatlah mereka,
Rela mengorbankan waktunya, demi mencari ilmu untuk masa depannya.

Tidakkah kau merasa bangga?


dengan mereka para penerus bangsa.
Yang terus percaya, dan tak pernah putus asa
Demi membangun nusantara, agar dikenal seluruh dunia

Kudus, 01 April 2020

:: ULASAN ::

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Para Tunas yang Layu

Mereka tak lagi berdiri tegak!


Mereka tak lagi bisa membentak!
Mereka tak lagi berani maju ke depan!

Mereka sekarang, hanya peduli dengan keasyikan media sosial, dengan menulis rasa kesal.
Mereka sekarang lebih bahagia bermain di ruang sunyi tanpa bunyi.

Mereka hanya mengetik tanda pagar,


Untuk apa?
Untuk membangunkan naluri kepeduliannya terhadap alam sekitar.
Tanpa bergerak keluar

Mereka lebih nyaman memandang layar tak bersuara, daripada keluar menyaksikan keadaan
yang sedang membara.
Mereka tak lagi mendengar suara kesakitan, dari anak - anak yang menangis kelaparan.
Apa guna hidupmu, jikalau itu membuat rasa pedulimu hilang tak berdebu.
Apa guna masa remajamu, jikalau itu tak membantu orang disekitarmu.

Kudus, 02 April 2020

:: ULASAN ::

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda
Suara Hati Sang Pemimpi

Matahari memancarkan sinar kehangatan,


Para pemimpi berjalan rapi dipinggir jalan, menuju tempat mengais kepandaian

Pakaian rapi, tas gendong merah, dan uang saku yang mewah,

Berbanding terbalik dengan mereka.


Para pemimpi yang terjeda cita-citanya, demi mempertahankan hidup adik-adiknya .

Keinginan duduk di bangku kayu, sementara terpatahkan, karna ekonomi yang layu.

Suara hati, seakan tak bisa berbohong pada diri sendiri.


Air mata menetes, membasahi pipi menjadi saksi bisu.
Tingginya cita - cita anak itu

Kudus, 04 April 2020

:: ULASAN ::

KEMAH SASTRA KUDUS 2020


: Kebangkitan Kaum Muda

Anda mungkin juga menyukai