Disusun Oleh :
CICI RESTA, S.Farm
52120026
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker STIKes Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya
Disetujui Oleh :
Apt. Tresna Lestari, S.Si., M.Si apt. Wahyu Fitriantoro Purta, S.Farm
NIY : 880095
Mengetahui :
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
berupa kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 605 Ciamis dengan baik
dan dapat menyusun laporan ini.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di STIKes Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan selama pelaksanaan PKPA ini:
1. Apotek Kimia Farma 605 Ciamis sebagai tempat PKPA telah dilaksanakan.
2. Apt. Hj. Nur Rahayuningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi
Pendidikan Apoteker STIKes Bakti Tunas Husada.
3. Apt. Tresna Lestari, M.Si selaku pembimbing praktek kerja profesi apoteker.
4. apt. Wahyu Fitriantoro Putra, S.Farm, selaku pembimbing eksternal praktek
kerja profesi apoteker di Apotek Kimia Farma 605 Ciamis
5. Apt. Anissa Setiani, S. Farm selaku Apoteker Pendamping di Apotek Kimia
Farma 605 Ciamis
6. Kepada seluruh staff yang ada di Apotek Kimia Farma 605 Ciamis
7. Kedua orang tua dan serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa,
kasih sayang dan motivasi sehingga menjadi sumber kekuatan dan semangat
bagi penulis.
8. Seluruh rekan-rekan PSPPA angkatan III, terimakasih atas dukungan dan
motivasi serta bantuannya.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas kebaikan dan
ketulusan semua pihak yang telah membantu, dalam penulisan laporan ini dari awal
sampai akhir.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
laporan ini. Maka dari itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat
ii
diharapkan oleh penulis. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi ilmu pengetahuan dan dunia kesehatan khususnya kefarmasian.
Semoga kerjasama yang baik ini dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan di masa
mendatang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Apotek ........................................................................... 3
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek................................................................ 3
2.3 Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang – Undangan
tentang Apotek ................................................................................ 3
2.4 Persyaratan Apotek ......................................................................... 4
2.5 Persyaratan APA ............................................................................. 6
2.6 Tugas dan Tanggung Jawab APA ................................................... 6
2.7 Studi Kelayakan Pendirian Apotek ................................................. 7
2.8 Pengelolaan Apotek ........................................................................ 11
2.9 Perpajakan ....................................................................................... 24
2.10 Pelayanan KIE dan Pharmaceutical Care ........................................ 28
2.11 Evaluasi Apotek .............................................................................. 29
BAB III KEGIATAN PKPA DI APOTEK DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Kimia Farma ...................................................................... 32
3.2 Apotek Kimia Farma 605 Ciamis ................................................... 35
3.3 Pengelolaan Apotek ........................................................................ 36
3.4 Perpajakan ....................................................................................... 43
3.5 Pelayanan KIE dan Pharmaceutical Care ........................................ 43
3.6 Evaluasi Apotek .............................................................................. 44
iv
BAB IV TUGAS KHUSUS
4.1 Definisi Antibiotika......................................................................... 45
4.2 Penggolongan Antibiotika............................................................... 45
4.3 Efek Samping Antibiotik ................................................................ 47
4.4 Penggunaan Antibiotik untuk Kelompok Khusus ........................... 48
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ......................................................................................... 57
5.2 Saran ................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN ................................................................................................... 61
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kimia Farma 605 ......................................... 35
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Apotek Kimia Farma 605 Ciamis ................................................. 60
Lampiran 2 Swalayan ....................................................................................... 61
Lampiran 3 Surat Pesanan ................................................................................ 62
Lampiran 4 Surat Pesanan Prekursor Farmasi ................................................. 63
Lampiran 5 Surat Pesanan Psikotropika .......................................................... 64
Lampiran 6 Nota Penerimaan Obat .................................................................. 65
Lampiran 7 Kwitansi Apotek ........................................................................... 66
Lampiran 8 Copy Resep ................................................................................... 67
Lampiran 9 Nota Pengambilan / Pengantar Obat ............................................. 68
Lampiran 10 Form Swamedikasi ..................................................................... 69
Lampiran 11 Etiket dan Label .......................................................................... 70
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Medication error merupakan kejadian yang tidak hanya merugikan pasien, namun
juga dapat berbahaya bagi keselamatan pasien khususnya dalam pengobatan.
(Permenkes No 51 Tahun 2009)
Apoteker juga harus dapat memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pengobatan, proses pelayanan, serta mencegah ataupun
mengatasi masalah terkait Obat (drug related problem), masalah
farmakoekonomi, dan juga mengenai farmasi social (socio-pharmacoeconomy).
Untuk menghindari hal tersebut, apoteker harus menjalankannya sesuai dengan
standar pelayanan kefarmasian. Apoteker juga diharapkan mampu berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan lainnya, dalam pemerian terapi kepada pasien secara
rasional (Permenkes No. 73 Tahun 2016)
Apoteker yang bertanggung jawab di apotek memiliki peran khusus dalam
meningkatkan upaya kesehatan masyarakat serta perbekalan farmasi lainnya.
Peranan apoteker di apotek tidak hanya memastikan bahwa stok obat selalu
tersedia, namun apoteker juga berperan dalam melakukan monitoring atau
pemantauan terhadap kondisi pasien. Serta mengatur jadwal pemberiaan obat agar
pasien dapat rutin meminum obat. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya bekerja sama dengan Apoteker Kimia Farma dalam
menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dari tanggal 29 Maret
sampai dengan 08 Mei 2021.
1.2 Tujuan
a. Memahami peran dan fungsi apotek
b. Mempelajari cara pengelolaan dan pelayanan obat di apotek secara
langsung
c. Mempelajari cara berkomunikasi yang baik
dengan pasien pada saat memberikan infomasi
obat
d. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki
dunia kerja sebagai Apoteker yang professional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
d. Ketenagaan
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki
surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
maka pemerintah tidak akan memberikan izin atas ide bisnis yang
diajukan.
e. Masyarakat
Masyarakat memerlukan studi kelayakan sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, apakah mendukung suatu bisnis atau tidak.
Jika berdasarkan hasil studi kelayakan suatu ide bisnis dinyatakan
akan memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap
masyarakat dibandingkan dampak negatifnya maka masyarakat akan
mendukung ide bisnis tersebut. Namun, jika studi kelayakan
menyatakan bahwa suatu ide bisnis akan memberikan dampak negatif
yang lebih besar terhadap masyarakat dibandingkan dampak
positifnya maka masyarakat akan menolak ide bisnis tersebut
(Suliyanto, 2010).
D. Langkah – langkah Membuat Studi Kelayakan
a. Penemuan ide bisnis
Tahap penemuan ide merupakan tahap seseorang menemukan sebuah
ide bisnis. Ide bisnis muncul karena peluang bisnis yang dipandang
memiliki prospek yang baik terlihat. Penemuan ide bisnis ini dapat
bersumber dari bacaan, hasil pengamatan, informasi dari orang lain,
media masa, maupun berdasarkan pengalaman.
b. Melakukan studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gambaran umum
peluang bisnis dari ide bisnis yang akan dijalankan, termasuk
didalamnya prospek dan kendala yang dapat muncul dari bisnis yang
akan dilakukan. Jika berdasarkan studi pendahuluan suatu ide bisnis
yang akan dijalankan memiliki kendala yang besar dan kurang
prospek maka penyusunan studi kelayakan yang lebih mendalam
tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, jika berdasarkan studi
pendahuluan sebuah ide bisnis memiliki prospek yang baik dan
pelaku bisnis memiliki keyakinan untuk mengatasi kendala yang
mungkin muncul maka proses dilanjutkan dengan tahun berikutnya.
10
kadaluwarsa.
2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi
yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara
alfabetis.
5) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire
First Out) dan FIFO (First In First Out)
e. Pemusnahan dan penarikan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
3) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
13
peraturan perundangundangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
5) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya
memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Penc`atatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan
terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
14
Kegiatan:
1) Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai
resiko tinggi mengalami efek samping Obat.
2) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat
Nasional Faktor yang perlu diperhatikan:
4) Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
5) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
B. Administrasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
kegiatan administrasi di apotek meliputi :
a. Administrasi umum
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Petunjuk
teknismengenai pencatatan dan pelaporan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.
b. Administrasi pelayanan
Administratif pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring
penggunaan obat.
22
C. SDM
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh
Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga
Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat
Izin Praktik Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus
memenuhi kriteria:
a. Persyaratan administrasi
1) Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang
terakreditasi
2) Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
3) Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
4) Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
b. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda
pengenal.
c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
e. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik)
yang berlaku.
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus
menjalankan peran yaitu:
a. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan
pasien. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
23
b. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil
keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien.
c. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun
profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh
karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti
kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang
Obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Obat.
f. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing
Professional Development/CPD)
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan
Kefarmasian dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan
pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.
24
2.9 Perpajakan
Subjek pajak penghasilan terbagi mejadi beberapa bagian (Dirjen Pajak,
2013) :
a. Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
b. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
c. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia, yang dapat berupa:
1) Tempat kedudukan manajemen
2) Cabang perusahaan
3) Kantor perwakilan
4) Gedung kantor
5) Pabrik
6) Bengkel
7) Gudang
8) Ruang untuk promosi dan penjualan
9) Pertambangan dan penggalian sumber alam
10) Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
11) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan
12) Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
25
d. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
e. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas
f. Agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi
atau menanggung risiko di Indonesia; \Komputer, agen elektronik, atau
peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha
melalui internet.
Subjek Pajak Dalam Negeri (Dirjen Pajak, 2013) adalah:
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau orang pribadi yang dalam 8Pajak Penghasilan suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia; Kewajiban pajak subjektif orang pribadi dimulai pada saat
orang pribadi tersebut dilahirkan, berada, atau berniat untuk bertempat
tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali
unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah
4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;
Kewajiban pajak subyektif badan dimulai pada saat badan tersebut
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada
saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.
26
2) PPh 23
Apabila apotek dimiliki suatu persero maka selain pajak
diatas, dikenakan pula ketentuan PPh pasal 23 yang mengatur bahwa
keuntungan bersih yang dibagikan kepada persero dikenai 15% dari
saham yang dibagikan tersebut. PPh 23 merupakan pajak yang
dikenakan pada badan usaha berdasarkan pembagian deviden.
3) PPh 25
Berupa pembayaran pajak yang berupa cicilan tiap bulan
sebesar 1/12 dari perhitungan pajak satu tahun
sebelumnya.Pembayaran dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 15
dan pada akhir tahun diperhitungkan dengan besar pajak yang
sesungguhnya yang harus dibayar
4) PPh 28
Apabila pajak yang terhutang untuk satu tahun pajak ternyata
lebih kecil dari jumlah kredit pajak (PPh 25) maka setelah dilakukan
perhitungan, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah
dilakukan pemeriksaan dengan hutang pajak berikut sanksi-
sanksinya
5) PPh 29
Apabila pajak yang terhutang untuk satu tahun pajak ternyata
lebih besar dari jumlah kredit pajak yang sudah dilakukan
perhitungan, maka kekurangan pajak yang terhutang harus dilunasi
selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak
berakhir bagi Wajib Pajak sebelum surat pemberitahuan
disampaikan.
6) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan dikenakan setiap tahun dan
besarnya tergantung dari luas tanah, luas bangunan, serta lokasi
apotek yang ditempati apotek sebagai sarana usaha.
28
32
33
Apoteker Pendamping
apt. Anissa Setiana, S.Farm
c. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 605 berdasarkan kelas
terapi, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pengambilan
obat yang sesuai dengan indikasi penyakit pasien. Jumlah stok obat ini
dapat diketahui melalui kartu stok ataupun data di computer. Selain
berdasarkan kelas terapi, penyimpanan juga dilakukan berdasarkan
system FEFO (First Expired First Out). Selain itu juga, penyimpanan
dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan penyimpanan narkotika
dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang terbuat dari kayu,
tertutup rapat dan terkunci. Penyimpanan yang lainnya juga
dilakukan, seperti penyimpanan berdasarkan resep. Penyimpanan obat
deng resep BPJS disimpan di dalam lemari yang berbeda, dengan
tujuan agar mempermudah dalam pelayanan.
d. Pemusnahan
Pemusnahan obat yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 605
seperti pemusnahan obat non narkotika, dilakukan dengan cara
membuat Berita Acara sesuai dengan Peraturan yang ada dan
disaksikan oleh Apoteker serta Tenaga Teknis Kefarmasian. Dalam
pemusnahan resep, hamper tidak pernah dilakukan. Karena resep yang
ada di Apotek Kimia Farma 605 dikumpulkan atau diarsipkan.
Pemusnahan obat narkotika dan psikotropika disaksikan oleh
petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan serta petugas
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Apoteker Pengelola Apotek harus
membuat berita acara paling sedikit 3 rangkap. Berita acara tersebut
dikirimkan kepada Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
serta Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
e. Pengendalian
Pengendalian perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 605
dilakukan melalui:
1) Kartu Stok
Pengendalian persediaan barang dilakukan oleh asisten apoteker.
39
Seluruh barang yang masuk dan yang keluar ditulis dalam kartu
stok. Hal ini berguna untuk mengetahui jenis barang yang harus
dipesan atau dibeli. Pembelian atau pemesanan baranag dilakukan
setiap hari senin
2) Stok Opname
Stok opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang
yang dilakukan setiap satu kali dalam tiga bulan. Pemeriksaan
dilakukan untuk mengecek apakah jumlah fisik barang sesuai
dengan data dalam kartu stok atau data di komputer. Stok fisik yang
dihitung adalah sisa fisik barang saat berakhirnya periode stok opname
f. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan data di Apotek Kimai Farma 605 dilakukan dengan
system computer. Pencatatan ini dilakukan setiap kegiatan
berlangsung dari mulai pengadaan seperti Surap Pesanan, penerimaan
(Faktur dan surat penerimaan barang), penyimpanan di kartu stok dan
di data computer serta nota atau struk penjualan.
Dalam pelaporan obat Narkotika dan Psikotropika di Apotek Kimia
Farma 605, dilakukan setiap satu bulan sekali yang dilakukan oleh
Apoteker dengan cara melakukan pelaporan SIPNAP secara online.
Pelaporan keuangan atau pendapatan harian Apotek Kimia Farma 605
dilakukan setiap hari.
B. Pengelolaan Resep Administratif
a. Pelayanan Resep Tunai
Pelayanan resep tunai ini dilakukan pada pelanggan atau
konsumen yang datang langsung ke apotek untuk menebus obat yang
dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Alur pada pelayanan ini,
meliputi:
1) Pasien datang dan menyerahkan resep
2) Petugas memeriksa kelengkapan resep serta ketersediaan obat yang
ada dalam resep
3) Penetapan harga
40
3.4 Perpajakan
Sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), PPN bukanlah hal yang asing. PPN
merupakan pajak yang sudah pasti akan muncul dan wajib dipungut atas setiap
pertambahan nilai karena adanya produksi Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau
Jasa Kena Pajak (JKP) oleh PKP. Tarif PPN-nya sebesar 10%.
Setiap sebulan sekali pajak disetorkan ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
Ketentuan pemberian kode dan nomor faktur pajak mengacu pada Peraturan
Direktur Jenderal Pajak nomor PER-24/PJ/2012. Nomor faktur pajak diberikan
secara otomatis melalui laman efaktur.pajak.go.id dan nomor ini diberikan per
tahun.
45
46
NO Antibiotik Informasi
Resep 1
51
2) Kesesuaian Farmasetis
3) Aspek Klinis
a. Amoxicillin
Indikasi Dosis Mekanisme
Antibiotik Oral: 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan Amoksisilin merupakan
pada infeksi berat; antibiotik golongan
Anak hingga 10 tahun: 125 - 250 mg tiap 8 penisilin yang efektif
jam, dosis digandakan pada infeksi berat. untuk mengatasi infeksi
Otitis media, 1 g setiap 8 jam. Anak 40 yang disebabkan oleh
mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi bakteri Gram positif dan
(maksimum 3 g sehari). Gram negatif.
Pneumonia, 0,5 – 1 g setiap 8 jam. Amoksisilin bersifat
Antrax (terapi dan profilaksis setelah bakteriolitik,
paparan), 500 mg setiap 8 jam; Anak berat mengandung senyawa β-
badan kurang dari 20 kg, 80 mg/kg bb laktam, dan berperan
sehari dalam 3 dosis terbagi, berat badan sebagai inhibitor sintesis
lebih dari 20 kg, dosis dewasa. dinding sel. Mekanisme
Terapi oral jangka pendek: aksi amoksisilin yaitu
Abses gigi: 3 g, diulangi setelah 8 jam; menghambat sintesis
Infeksi saluran kemih: 3 g, diulangi setelah dinding sel bakteri
10-12 jam; dengan mengikat satu
Injeksi intramuskular: 500 mg tiap 8 jam; atau lebih pada ikatan
Anak, 50-100 mg/kg bb sehari dalam dosis penisilin-protein (PBPs –
terbagi; Protein binding
Injeksi intravena atau infus: 500 mg tiap 8 penisilin’s), sehingga
jam, dapat dinaikkan sampai 1 g tiap 6 jam menyebabkan
pada infeksi berat; Anak: 50-100 mg/hari penghambatan pada
53
b. Methylprednisolone
Indikasi Dosis Mekanisme
Antiinflamasi Dosis dewasa: 2-60 mg per hari, terbagi Metilprednisolon (MT)
menjadi 1-4 kali pemberian, tergantung adalah obat golongan
jenis penyakit yang sedang diobati. kortikosteroid.
Dosis anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per Kortikosteroid
hari. Pemberian obat dilakukan tiap 6-12 merupakan golongan
jam (Alodokter). hormon steroid yang
sangat penting yang
berefek pada fisiologi
manusia. Mekanisme
aksi kortikosteroid
sebagai anti inflamasi
adalah dengan
menghambat sintesis
asam arakidonat oleh
pospolipid agar tidak
membentuk
prostaglandin dan
leukotrien untuk
mengeluarkan mediator
inflamasi serta
menurukan permeabilitas
vaskular pada daerah
yang mengalami
inflamasi (Gupta et al.
2008).
54
c. Cetirizine
Indikasi Dosis Mekanisme
Antihistamin Dewasa dan anak diatas 6 tahun: 10mg/hari Mekanisme kerja obat
pada malam hari bersama makanan. Anak cetirizine adalah dengan
3-6 tahun : 5 mg/hari pada malam hari atau menghalangi peningkatan
2,5 mg pada pagi dan malam hari. Tidak permeabilitas kapiler,
ada data untuk menurunkan dosis pada dan edema yang
pasien lansia. Insufisiensi ginjal, disebabkan oleh
dosis 1/2 kali dosis rekomendasi (PIONAS). pelepasan histamin.
Selain itu, kerja obat
yang menekan aksi
histamin pada saraf
akhir, akan mengurangi
rasa gatal dan kemerahan
pada kulit akibat reaksi
alergi.
Resep 2
55
2) Kesesuaian Farmasetis
2) Aspek Klinis
a. Azitromicin
5.1 Simpulan
Apotek merupakan sarana untuk melakukan pelayanan kefarmasian yang
dipimpin oleh apoteker dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian.Pemberian
Informasi tentang penggunaan obat kepada pasien merupakan hal yang harus
diperhatikan oleh tenaga kefarmasian. Sehingga kesalahan penggunaan obat
padapasien dapat dihindari. Hal tersebut akan menjadikan pelayanan kefarmasian
di Apotek semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan
masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker yang
dilaksanaan di Apotek Kimia Farma 605 Ciamis, maka penulis memberikan
beberapa masukan dalam hal berikut:
a. Perlu disediakannya ruangan konseling untuk menunjang pelayanan
konsultasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada pasien oleh apoteker.
b. Program Pelayanan Informasi Obat (PIO) terus ditingkatkan seperti
dengan cara menyediakan brosur-brosur atau papan media mengenai
informasi obat atau pun informasi mengenai kesehatan terbaru pada
umumnya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, L.L., B.A. Chabner, and B.C. Knollmann, Goodman & Gilman's: The
Pharmacological Basis of Therapeutics. 2011, McGraw-Hill: New York
Corwin, E.J. (2011). Patofisiologi Buku Ajar. Cetikan ke-3. Jakarta: EGC. Interna
Publishing.
Dorland, W.A., Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 28, diterjemahkan oleh
Mahode, A.A. dan Rachman, L.Y., hal. 68, Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta.
Gunawan, S.G., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeth, (Ed), 2007, Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 585-595.
Gupta, P., Bhatia, V., 2008. Corticosteroid Physiology and Priciples Therapy,
Indian Jurnal Pediatric, vol.75,
Kaur, S.P., Rekha, R., Sanju, N., 2011. Amoxicillin : A Broad Spectrum
Antibiotic. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 3 (3), 30-37.
58
59
Nuraini, Bianti. 2015. “Risk Factors of Hypertension.” Jurnal Majority 4(5): 10–
19.
Pratiwi, S,T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 151-
162.
Sukandar, E., 2008, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, PAPDI, Jakarta.
World Health Organization, 2013, Guidelines for ATC Classification and DDD
Assignment, 16th edition, WHO Collaborating Centre for Drug Statistics
Methodology Norwegian Institute of Public Health, Oslo, pp. 15-22. Apotek
Kimia Farma 605 Ciamis
LAMPIRAN 1
Apotek Kimia Farma 605 Ciamis
60
LAMPIRAN 2
Swalayan
61
LAMPIRAN 3
Surat Pesanan
62
LAMPIRAN 4
Surat Pesanan Prekursor Farmasi
63
LAMPIRAN 5
Surat Pesanan Psikotropik
64
LAMPIRAN 6
65
LAMPIRAN 7
Kwitansi Apotek
66
LAMPIRAN 8
Copy Resep
67
LAMPIRAN 9
68
LAMPIRAN 10
Form Swamedikasi
69
LAMPIRAN 11
70