Konsultasi Mandiri di Internet, Awas “Cyberchondria” !
Pada akhir tahun 2019 Dunia kembali digegerkan oleh wabah virus menular yang masih memiliki hubungan dengan virus Mers dan Sars yakni Covid-19, Covid-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus. COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Akses penyebaran Covid- 19 yang begitu mudah dan cepat membentuk peraturan-peraturan baru yang ditetapkan oleh pemerintah, mulai dari selalu menggunakan masker, menjaga jarak, selalu mencuci tangan, hingga himbauan untuk dirumah saja jika tidak memiliki kepentingan mendesak. Kesempatan ini membuat media mengunggah berita kesehatan secara terus menerus, hingga tidak mudah untuk memfilter kebenaran atas pemberitaan yang disuguhkan, tak hanya menjadi peluang bagi media, adanya pemberitaan-pemberitaan yang menyeramkan terkait Covid-19 membuat ketakutan bagi beberapa orang yang hendak konsultasi secara langsung kepada dokter, sehingga muncul berbagai tele-kesehatan seperti Halodoc, Alodokter, dan masih banyak lagi media yang ingin mempermudah orang-orang untuk mendapatkan perawatan medis, sehingga mereka tidak perlu meninggalkan rumah mereka di tengah-tengah pandemi Covid-19. Bagi sejumlah orang, menemui dokter merupakan perkara yang mudah. Tetapi untuk sebagian besar penduduk Indonesia, berkonsultasi dengan dokter seringkali membutuhkan waktu tunggu yang cukup panjang. Oleh karena itu mereka lebih memilih untuk memakai salah satu layanan yang disediakan oleh Halodoc yaitu konsultasi dokter. Tidak sedikit juga yang hanya membaca artikel-artikel yang disediakan oleh Halodoc sesuai dengan apa yang mereka alami. Namun, menampung informasi kesehatan tanpa berkonsultasi terkait gangguan yang diderita dapat menyebabkan salah satu gejala yang disebut self-diagnosis. Halodoc memberikan banyak manfaat di masa sekarang. Selain untuk mempermudah konsultasi kesehatan dimanapun kita berada, Halodoc juga dapat memudahkan kita dalam berbagai hal di dunia kesehatan melalui berbagai artikel di mana saja dan kapan saja. Namun, pada zaman sekarang banyak orang yang lebih berketergantungan dengan internet sehingga mereka juga dengan mudah mengidentifikasi kondisi kesehatan mereka. Saat seseorang terpaku pada pemahaman suatu penyakit dengan gejala yang sama melalui internet, hingga dapat mendiagnosis penyakitnya sendiri hanya melalui informasi yang didapatkan dari internet, kondisi ini dapat disebut dengan istilah Cyberchondria. Seperti artikel yang dipublikasikan oleh Halodoc, Cyberchondria merupakan gangguan mental di mana seseorang memiliki kecemasan dan obsesi berlebihan terhadap kesehatannya. Bisa juga dikatakan sebagai kecemasan berlebihan terkait dengan kesehatan yang berhubungan atau diakibatkan oleh penggunaan internet. Penyakit mendiagnosis diri sendiri melalui internet ini menyebabkan kegelisahan dan bahkan depresi ketika membaca tentang suatu gejala atau penyakit yang tengah dialami melalui internet. Cyberchondria dapat dicontohkan dengan seseorang menganggap dirinya menderita bipolar hanya karena sering mengalami perubahan suasana hati yang cenderung tidak stabil. Sebenarnya perubahan suasana hati merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap individu. Bisa jadi gejala tersebut perubahan suasana hati yang cenderung kurang stabil bisa menjadi gejala penyakit gangguan kesehatan mental lainnya. Gejala munculnya Cyberchondria ini akan ditandai dengan munculnya : 1. Rasa memiliki berbagai penyakit yang berbahaya hingga bahkan dapat mengancam nyawa mereka. 2. Memiliki rasa cemas dan takut berlebihan terhadap kondisinya setelah membaca berbagai literatur dari internet tentang penyakit yang mereka khawatirkan. Seharusnya mereka menemui para ahli untuk menenangkan diri. 3. Gejala suatu penyakit tampak besar dan berlebihan yang disebabkan oleh pikirannya sendiri, padahal kenyataannya mereka berada dalam kondisi mental yang stabil. Gejala Cyberchondria dapat bertambah parah ketika mereka berasumsi terlalu jauh dan mengalami kecemasan berlebih dalam diri. Kondisi tersebut dapat muncul disebabkan oleh stress berlebihan dalam berbagai hal. Langkah terbaik untuk melakukan pencegahan dengan selalu menjaga kondisi pikiran dan psikologis pada diri masing-masing. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang dapat menenangkan hati dan pikiran, seperti lebih fokus terhadap hobi yang disukai, refreshing ketika sedang jenuh, dan masih banyak lagi hal kecil yang bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Kecemasan yang dialami oleh penderita Cyberchondria tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan lanjutan, karena nyawamu dapat terancam hanya dengan depresi ringan.