b) Sejarah
PT PAL INDONESIA (PERSERO) bermula dari
sebuah galangan kapal yang bernama MARINE
ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh
Pemerintah Belanda pada tahun 1939. Pada masa
pendudukan Jepang, perusahaan ini beralih nama
menjadi Kaigun SE 2124. Setelah kemerdekaan,
Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan
ini dan mengubah namanya menjadi Penataran
Angkatan Laut (PAL). Kemudian pada tanggal 15
April 1980, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 4 Tahun 1980, status perusahaan PT PAL
INDONESIA (PERSERO) berubah dari Perusahaan
Umum menjadi Perseroan Terbatas .
27
28
4. Tugas Pokok
a. Melaksanakan rancang bangun kapal maupun non
kapal. Yaitu dengan merancang kapal baik berupa
kapal perang, kapal pesiar, kapal niaga dan lain – lain.
Selain merancang kapal, juga merancang produk yang
bukan kapal misalnya mesin turbin, alat penghancur
sampah, offshore kilang minyak tengah lat dan
sebagainya.
b. Memproduksi kapal – kapal jenis niaga maupun
perang.Berbagai kapal jenis niaga sudah diproduksi.
Sudah ratusan lebih kapal telah terjual mulai dari
perahu layar sampai kapal pesiar, kapal tanker 17500
DWT, Container Vessel Palwo Buwono 1600 Teus, baru –
baru ini telah memproduksi kapal BSBC 50.000 DWT,
31
b) Divisi Akuntansi
Mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan
akutansi perusahaan sesuai dengan prinsip
akutansi yang berlaku.
Melaksanakan pengelolaan invoicing dan
penagihannya, untuk menunjang optimalisasi
cash flow perusahaan.
Menyusun rencana kerja jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang dalam
bidang akutansi dan keuangan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan
perusahaan.
43
b) Divisi Kawasan
Merencanakan dan mengendalikan terhadap
pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur
beserta anggarannya.
Merencanakan dan mengendalikan terhadap
pengelolaan dan pemeliharaan utilitas dan
lingkungan hidup.
Merencanakan dan mengendalikan terhadap
pengelolaan keselamatan kerja.
Merencanakan dan mengendalikan terhadap
pegelolaan keamanan dan ketertiban.
Membina pengelolaan aset perusahaan.
45
b) Departemen Erection
Departemen Erection memiliki tanggung jawab
menjabarkan dan melaksanakan program kerja
divisi kapal niaga atas kegiatan organisasi
perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
pengkoordiniran, dan pengendalian pekerja yang
berkaitan dengan seluruh kegiatan erection, gran
erection, welding, scaffolding, dan tank test.
Departemen Erection membawahi dan membina
1 biro dan 6 bengkel, yaitu :
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas untuk menjabarkan dan
melaksanakan program kerja Departemen
Erection dalam bidang rekayasa kegiatan
produksi di lingkup departemen bersangkutan
sehingga diperoleh teknik atau proses produksi
yang efektif dan efisien serta hasil produksi
fabrikasi yang optimal.
2. Bengkel Grand Assembly
Bertugas untuk menjabarkan dan
melaksanakan program kerja Departemen
Erection dalam bidang perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian pekerjaan penyetelan grand
block, pengecekan akurasi, pengecekan zero
margin dan fitting block.
3. Bengkel Erection l
49
d) Rekayasa umum
Pada saat ini PT PAL INDONESIA (PERSERO)
telah menguasai teknologi produksi komponen
pendukung industri pembangkit listrik tenaga seperti
boiler dan Balance of Point. Kemmapuan ini akan terus
ditingkatkan sampai pada taraf kemampuan modular
dan EPC bagi industri pembangkit tenaga listrik sklaa
kecil menengah smapai dengan 50 Mega Watt. PT
PAL INDONESIA (PERSERO) telah menguasai
produk rekayasa umum seperti Steam Turbin Assembly,
komponen Balance of Point dan boiler sampai dengan
600MPT PAL INDONESIA (PERSERO) MW.
Sementara itu produk rekaysa mum yang sedang
dikembangkan adalah Steam Turbine Power Plant,
Jacket’s Structure sampai dengan 1000 ton serta
Monopod dan Anjungan (Platform) sampai dengan
1000 ton.
2) Faktor penghambat
63
B. Pembahasan
Berikut diagram alur pengerjaan rel cradle:
perancangan dan
pemilihan bahan
Marking
64
Pemotongan
Penggerindaan
Assenbly Profil H
Di bending
Pengelasan bila memuai
(molet)
Assembly Rel
Cradle
2. Tahap Marking
Setelah proses perancangan dan pemilihan bahan
selesai, serta bahan sudah siap di bengkel proses
seanjutnya adalah marking atau penandaan. Sebelum
memulai marking, plat di beri ukuran sesuai dengan
kebutuhan, setelah itu diberi penanda (bisa dengan garis
kecil ataupun titi) mengunakan kapur. Bila kedua sisi
sudah terdapat penanda, kemudian mulai memarking
menggunakan sipatan. Marking dilakukan oleh dua orang
yang memegang kedua ujung tali sipatan kemuduan salah
satu orang merik tali ke atas lalu dilepaskan untuk
mendapatkan gambar garis dari kapur sipatan, sesuai
keinginan atau ukuran yang sudah ditetapkan dengan
patokan penanda yang sudah dibuat.
3. Tahap pemotongan
Hal yang pertama dilakukan dalam proses pemotongan
atau cutting adalah memastikan adanya gas asseteline dan
oksigen yang cukup untuk memoton. Saat proses
pemotongan tidak bisa memotong secara secara
keseluruhan secra langsung untuk menghindari adanya
pemuaian atau dalam bahasa bengkel molet. Cara yang
dilakuka untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan
menyisakan sedikit plat yang belum dipotong di bagian
ujung nya, agar plat bisa tetap menyatu saat proses
pemotongan selesai.
Teknik
Pemotongan yang
tepat Permukaan
potong halus dan
persegi, garis
vertical lurus dan
1 rapat sejajar.
2 Kecepatan Potong
Terlalu Rendah
Sebuah hasil
pemotongan
dengan kecepatan
potong rendah,
dimana bagian
permukaan potong
Gambar 3.14 Kecepatan
halus namun pada
Rendah
bagian bawah
terdapat terak yang
menggantung. pada
71
Teknik
NO Hasil Pemotongan
Pemotongan
kondisi
pemotongan seperti
ini, oksigen dan gas
bahan bakar yang
terbuang cukup
banyak.
Kecepatan Potong
Terlalu cepat
Ketika kecepatan
potong terlalu
tinggi, maka pada
permukaan potong
alur garis vertical
terlihat kasar dan
melengkung pada
3 ujung bawah.
Terdapat sedikit
terak namun dapat
dibersihkan. Gambar 3.15 Kecepatan
Cepat
4 Nozzle Terlalu
Jauh dari
Permukaan
Teknik
NO Hasil Pemotongan
Pemotongan
logam potong,
terjadi radius
berlebih pada
bagian tengah hasil
potongan. Posisi
nozzle yang ideal
adalah 1-2 mm
diatas permukaan
logam.
Nozzle Terlalu
Dekat permukaan
Ketika nozzle
diposisikan terlalu
rendah akan
merusak ujung
bagian nozzle dan
5 akan mempercepat
timbulnya kotoran
pada nozzle. Dari
bentuk potongan
akan membentuk Gambar 3.17 Nozzle Dekat
seperti radius
dibagian atas plat
yang dipotong.
6 Tekanan Oksigen
Pemotongan yang
berlebih
Jika tekanan
pemotongan
73
Teknik
NO Hasil Pemotongan
Pemotongan
oksigen terlalu
tinggi akan
menyebabkan hasil
pemotongan tidak
merata disetiap
sisinya. Selain itu
efisiensi
pemotongan juga
berkurang karena
oksigen yang
terbuang semakin
Gambar 3.18 Oksigen
banyak dan
Berlebihan
menyebabkan
distorsi pada aliran
oksigen setelah
keluar dari nozzle.
7 Berlebihnya waktu
Pemanasan Awal
(Preheat)
Operator
berpengalaman
sering mencoba
untuk
meningkatkan
kecepatan
pemotongan
dengan cara
memperlama
proses preheat.
logam akan
mengalami
pemuaian yang
74
Teknik
NO Hasil Pemotongan
Pemotongan
Penggunaan nozzle
yeng Kotor
Menyebabkan
aliran oksigen
terganggu,
sehingga
permukaan potong
8 tidak lagi halus dan
persegi atau
membentuk radius.
Untuk menghindari Gambar 3.20 Nozzle Kotor
hal ini, pastikan
nozzle selalu
dibersihkan setelah
digunakan untuk 2x
memotong plat.
4. Tahap penggerindaan
Plat yang sudah selesai dipotong kemudian
dipindahkan ke bagian assembly menggunakan crane.
Fungsi utama dari grinding adalah untuk menghaluskan
bekas pemotongan yang kurang rapi. Apabila bekas
potongan tidak dirapkan maka proses assembly tidak bisa
sempurna karena bekas potongan tidak merata.
76