Anda di halaman 1dari 14

TRANSKULTURAL NURSING

“ BAYI TIDAK BOLEH KELUAR RUMAH

SEBELUM 40 HARI KELAHIRAN ”

Disusun Oleh :

1. Afrida Nurin Nisrina ( 20.03.0042 )

2. Ayu Puji Lestari ( 20.03.0051 )

3. Daru Frengki Ardiani ( 20.03.0007 )

4. Ghina Ferlia Ifani Realita ( 20.03.0059 )

5. Ivana Laela Putri Zaharoh ( 20.03.0009 )

6. Sheny Ariska Mutia Indiani ( 20.03.0002 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Transkultural Nursing
dengan tepat waktu.
Makalah pembahasan aplikasi konsep dan prinsip transcultural nursing disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan Stikes Serulingmas Cilacap.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Transkultural Nursing.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Iva Puspaneli
Setyaningrum, Ns, M.Kep selaku pengampu mata kuliah Antropologi Kesehatan. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, 23 Oktober 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1

1.3 Tujuan.........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3

2.1 Pengertian Transkultural Nursing..............................................................................3

2.2 Pedoman Strategi Intervensi Dalam Transkultural Nursing......................................4

2.3 Pengaplikasian Isu Bayi Tidak Boleh Keluar Rumah Sebelum 40 Hari

Kelahiran Kedalam Pedoman Strategi Intervensi Dalam Transkultural

Nursing.............................................................................................................................5

2.4 Resiko Yang Terjadi Apabila Bayi Yang Baru Lahir Keluar Rumah

Sebelum 40 Hari...............................................................................................................7

BAB III PENUTUP..........................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................9

3.2 Saran...........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia banyak sekali kita temui budaya dan adat istiadat yang dianut oleh
masyarakat sehingga cara berfikir masyarakat satu dengan lainnya berbeda-beda
.Dengan nilai yang mereka anut sudah menjadi suatu kebiasaan dan terkadang sulit
untuk dirubah. Mereka sering kali memecahkan masalah terutama untuk kesehatan
dengan hal-hal yang kadang tidak rasional bersifat mistis dan sangat bertolak jauh
dengan ilmu medis. Contohnya adalah seperti adanya mitos bahwa bayi tidak boleh
keluar rumah sebelum 40 hari. Kepercayaan ini didapat sejak dari nenek moyang dan
sudah diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga sangat sulit untuk mengubah
persepsi dan kepercayaan mereka yang kita lihat mereka masih nyaman dan masih tetap
dengan cara yang mereka lakukan , mereka berfikir hal tersebut yang paling ampuh
untuk menyembuhkan penyakit walaupun pada kenyataannya sangat bertolak belakang
dengan ilmu medis. Ada sebagian orang yang masih mengganggap ilmu medis itu
merepotkan dan memerlukan biaya yang sangat mahal ,mereka lebih senang
memanfaatkan ilmu dukun yang mereka percayai dapat menyebuhkan penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari transkultural nursing ?


2. Apa saja pedoman strategi intervensi dalam transcultural nursing ?
3. Isu tentang bayi yang baru lahir tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari
4. Bagaimana resiko apabila bayi yang baru lahir keluar rumah sebelum 40 hari

1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas Antropologi Kesehatan


2. Untuk mengetahui apa saja pedoman strategi intervensi dalam transkultural
nursing
3. Untuk mengetahui pengertian dari transkultural nursing
4. Untuk mengetahui isu tentang bayi yang baru lahir tidak boleh keluar rumah
sebelum 40 hari

1
5. Untuk mengetahui bagaimana resiko apabila bayi yang baru lahir keluar rumah
sebelum 40 hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transkultural Nursing

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah
esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya
pasien pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi
keperawatan diberikan sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di miliki klien,
sehingga  klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya.
Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua yaitu intervensi dan implementasi
keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatannya.
Di Indonesia banyak sekali kita temui budaya dan adat istiadat yang dianut oleh
masyarakat sehingga cara berfikir masyarakat satu dengan lainnya berbeda-beda
.Dengan nilai yang mereka anut sudah menjadi suatu kebiasaan dan terkadang sulit
untuk dirubah. Mereka sering kali memecahkan masalah terutama untuk kesehatan
dengan hal-hal yang kadang tidak rasional bersifat mistis dan sangat bertolak jauh
dengan ilmu medis. Contohnya adalah seperti adanya mitos bahwa bayi tidak boleh
keluar rumah sebelum 40 hari. Kepercayaan ini didapat sejak dari nenek moyang dan
sudah diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga sangat sulit untuk mengubah
persepsi dan kepercayaan mereka yang kita lihat mereka masih nyaman dan masih tetap
dengan cara yang mereka lakukan , mereka berfikir hal tersebut yang paling ampuh
untuk menyembuhkan penyakit walaupun pada kenyataannya sangat bertolak belakang
dengan ilmu medis. Ada sebagian orang yang masih mengganggap ilmu medis itu

3
merepotkan dan memerlukan biaya yang sangat mahal ,mereka lebih senang
memanfaatkan ilmu dukun yang mereka percayai dapat menyebuhkan penyakit.

2.2 Pedoman Strategi Intervensi Dalam Transkultural Nursing


a. Cultural care preservation/maintenance/Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap
pagi.
 Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi
 Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
 Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation/Negosiasi Budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan


untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya
kliensedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

 Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien


 Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
 Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

c. Cultural care reaprtening/reconstruction/Restrukturisasi Budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan


status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya

4
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

 Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
 Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
 Gunakan pihak ketiga bila perlu
 Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
 Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.

2.3 Pengaplikasian Isu Bayi Tidak Boleh Keluar Rumah Sebelum 40 Hari
Kelahiran Kedalam Pedoman Strategi Intervensi Dalam Transkultural Nursing

A. Cultural care preservation/maintenance/Mempertahankan budaya


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Yaitu dalam masalah/isu ini perawat juga harus tetap
mengedukasi dengan cara memberikan pandangan berbeda, bahwa budaya
tesebut baik tapi tentu alasannya bukan karena bayi akan diganggu oleh
makhluk halus atau mitos lainnya tetapi.

1. Menunggu ibu pulih dari proses persalinan

Secara medis, 40 hari adalah waktu yang dibutuhkan bagi ibu untuk
memulihkan diri dari persalinan. Komplikasi yang bisa saja terjadi setelah
melahirkan antara lain pembekuan darah, infeksi, atau perdarahan. Hal ini
umumnya terjadi dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, namun jarang
terjadi. Karena itu kebanyakan dokter menyarankan agar ibu menunggu
setidaknya tiga atau empat minggu sebelum keluar dari rumah. Untuk ibu yang
bersalin melalui operasi caesar, biasanya baru aman untuk bepergian setelah
enam minggu.

5
2. Bayi masih rentan terkena penyakit

Kondisi bayi yang masih kecil membuatnya menjadi lebih rentan terkena
pelbagai penyakit. Bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna,
sehingga tubuh mereka belum mampu menjadi “benteng” yang kuat dan dapat
melindungi mereka dari terpaan sejumlah hal yang tidak bersahabat di sekitar
mereka, seperti polusi, asap rokok, dan bakteri penyakit.

3. Perawatan bayi masih merepotkan

Untuk bayi yang masih mendapatkan ASI eksklusif, mengajaknya keluar rumah
bisa menjadi hal yang “merepotkan”. Sebab jika sedang berada di tempat umum,
tidak mudah untuk menyusui Si Kecil. Sebab, tidak semua tempat umum sudah
menyediakan ruang khusus untuk ibu menyusui.

B. Cultural careaccomodation/negotiation/Negosiasi Budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan


untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Yaitu dengan cara perawat memberikan arahan
bagaimana budaya ini harus dipertahankan tetapi ada yang harus diberikan
“kelonggaran”. Contoh :

1. Mendatangi POSYANDU atau disaat pandemic seperti sekarang bisa untuk


menghubungi perawat/bidan agar datang kerumah untuk imusinasi bayi.

 Hepatitis B

 Bcg

 Polio dpt

6
2. Berjemur

Karena Dengan menjemur bayi yang baru lahir, sinar matahari akan


membantu tubuh untuk mengatur produksi melatonin. Kadar tersebut
dapat membuat pola tidur bayi menjadi lebih baik dan sangat penting
untuk tahun pertamanya.

C. Cultural care reaprtening/reconstruction/Restrukturisasi Budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan


status kesehatan. Namun dalam masalah/isu ini karena memang penting dan
wajib dilakukan maka tidak perlu adanya perubahan justru sebaiknya perawat
memberikan edukasi bahwa sebenarnya bayi tidak boleh keluar sebelum 40 hari
adalah benar tapi bukan tentang mitos mitos dari kebudayaan tertentu akan
tetapi lebih ke kesehatan ibu dan anak. Yaitu untuk :

1. Menunggu ibu pulih dari proses persalinan

Secara medis, 40 hari adalah waktu yang dibutuhkan bagi ibu untuk
memulihkan diri dari persalinan. Komplikasi yang bisa saja terjadi setelah
melahirkan antara lain pembekuan darah, infeksi, atau perdarahan. Hal ini
umumnya terjadi dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, namun jarang
terjadi. Karena itu kebanyakan dokter menyarankan agar ibu menunggu
setidaknya tiga atau empat minggu sebelum keluar dari rumah. Untuk ibu yang
bersalin melalui operasi caesar, biasanya baru aman untuk bepergian setelah
enam minggu.

2. Bayi masih rentan terkena penyakit

Kondisi bayi yang masih kecil membuatnya menjadi lebih rentan terkena
pelbagai penyakit. Bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna,
sehingga tubuh mereka belum mampu menjadi “benteng” yang kuat dan dapat

7
melindungi mereka dari terpaan sejumlah hal yang tidak bersahabat di sekitar
mereka, seperti polusi, asap rokok, dan bakteri penyakit.

3. Perawatan bayi masih merepotkan

Untuk bayi yang masih mendapatkan ASI eksklusif, mengajaknya keluar rumah
bisa menjadi hal yang “merepotkan”. Sebab jika sedang berada di tempat umum,
tidak mudah untuk menyusui Si Kecil. Sebab, tidak semua tempat umum sudah
menyediakan ruang khusus untuk ibu menyusui.

2.4 Resiko Yang Terjadi Apabila Bayi Yang Baru Lahir Keluar Rumah
Sebelum 40 Hari

Karena Kondisi bayi yang masih kecil membuatnya menjadi lebih rentan terkena
berbagai penyakit. Bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna,
sehingga tubuh mereka belum mampu menjadi “benteng” yang kuat dan dapat
melindungi mereka dari terpaan sejumlah hal yang tidak bersahabat di sekitar mereka,
seperti polusi, asap rokok, dan bakteri penyakit. Ada juga polusi udara dan kuman
penyakit, suasana di luar rumah tentu lebih bising. Banyak suara dari aneka sumber,
serta polusi cahaya yang membuat kerja mata bayi kurang nyaman. Di dalam rumah,
cahaya yang ditangkap mata si kecil hanyalah pijar lampu, pantulan sinar matahari, dan
obyek-obyek di sekitarnya. Matanya belum siap menangkap terlalu banyak obyek dan
cahaya.

Dipikir-pikir logis juga. Bukan soal mitos diganggu makhluk halus atau
kepercayaan leluhur, menunggu 40 hari sebelum membawa bayi bepergian ke luar
rumah adalah keputusan yang bijak. Nah, sekarang mungkin ibu perlu membagikan
informasi ini kepada teman yang sudah tak sabar mengajak ibu jalan-jalan. Saat ibu
mengajak bayi keluar rumah, sangat besar kemungkinannya ia bisa terekspos siapa pun

8
yang sedang dalam kondisi sakit. Padahal sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir masih
dalam tahap perkembangan dan mungkin tidak mampu melawan infeksi. Terlebih lagi
jika orang-orang yang menyentuh atau mencium si kecil ternyata tidak memperhatikan
kebersihan dirinya sendiri, cuci tangan terlebih dahulu misalnya. Jadi, mengajak bayi
keluar rumah sebelum berusia 40 hari akan lebih mudah baginya terkena infeksi
dibandingkan saat sudah berusia sedikit lebih tua. Terutama bagi bayi yang lahir
prematur atau memiliki kondisi yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seperti
halnya HIV. Selain itu, penting juga untuk membatasi paparan terhadap kuman-kuman
di udara yang bisa membahayakan sistem kekebalan tubuh bayi yang belum matang.
Termasuk melindungi bayi dari paparan virus dan bakteri dari orang-orang yang ingin
menyentuh atau menciumnya. Seperti misalnya, menyuruh orang-orang yang ingin
menyentuh si kecil untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Transcultural Nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia. Dan isu dari bayi yang baru lahir tidak boleh keluar rumah
sebelum 40 hari adalah termasuk dalam pedoman yang mempertahankan budaya,
karena hal tersebut tidak bertentangan dengan kesehatan, sebab bayi tidak boleh keluar
rumah agar kesehatan bayi tetap terjaga, karena daya tahan tubuh si bayi masih lemah
dan belum sempurna dan mudah terkena virus atau bakteri penyebab penyakit.

3.2 Saran
Bayi yang belum berumur 40 hari setelah kelahiran memang sebaiknya tidak boleh
keluar rumah karena kondisi bayi yang masih kecil membuatnya menjadi lebih rentan
terkena berbagai penyakit. Bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang
sempurna, sehingga tubuh mereka belum mampu menjadi “benteng” yang kuat dan
dapat melindungi mereka dari terpaan sejumlah hal yang tidak bersahabat di sekitar
mereka, seperti polusi, asap rokok, dan bakteri penyakit. Ada juga polusi udara dan
kuman penyakit, suasana di luar rumah tentu lebih bising.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-transkultural-atau-
transcultural-nursing/5873/2
https://doktersehat.com/benarkah-mitos-bayi-baru-boleh-keluar-dari-rumah-setelah-40-
hari/
https://parenting.orami.co.id/magazine/kenapa-bayi-baru-lahir-belum-boleh-keluar-
rumah-sebelum-berusia-40-hari/
https://ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/bayi-belum-boleh-keluar-rumah-sebelum-
40-hari-
https://parenting.orami.co.id/magazine/kenapa-bayi-baru-lahir-belum-boleh-keluar-rumah-
sebelum-berusia-40-hari/
https://www.popmama.com/baby/0-6-months/dianarthasalina/mitos-bayi-menunggu-40-
hari-untuk-keluar-rumah

11

Anda mungkin juga menyukai