Alkohol termasuk zat adiktif atau zat yang dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan. Konsumsi alkohol menyumbang sekitar 3,8 % dari semua kematian global dan 4,6 % ketidakmampuan dalam mengatur kehidupannya. Di Eropa, masalah ini tampak menjadi sangat relevan, dengan 6,5 % dari semua kematian yang disebabkan oleh alkohol, dan perkiraan baru – baru ini menunjukkan bahwa minuman berbahaya, terutama jika berhubungan dengan ketergantungan alkohol. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014, dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah 0,8% dan prevalensi ketergantungan alkohol adalah 0,7% pada pria maupun wanita. Apabila dilihat dari persentasenya, prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol dan prevalensi ketergantungan alkohol sangatlah kecil. Namun, apabila angka tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia, sebanyak 1.928.000 orang penduduk Indonesia mengalami gangguan karena penggunaan alkohol dan sebanyak 1.180.900 orang penduduk Indonesia mengalami ketergantungan alkohol. Penyalahgunaan alkohol adalah masalah kesehatan utama dan juga masalah sosisal di masyarakat. Penderita ketergantungan alkohol biasanya memiliki pola konsumsi yang lebih berat dan berakibat pada kerusakan organ yang semakin meluas. Penyalahgunaan alcohol adalah penyebab paling sering dari sirosis hepatis di Eropa, dan penyakit hati alkoholik merupakan penyebab utama dari kejadian kematian pada dewasa. Penyakit Hati Alkoholik/Alcoholic Liver Disease adalah penyebab utama penyakit hati kronik di seluruh dunia dan menyebabkan fibrosis dan sirosis. Laporan terbaru yang diterbitkan oleh National Instute on Alcohol Abuse and Alcoholism menunjukkan bahwa sirosis hati adalah penyebab kematian ke-12 di AS, dengan 29,925 total kematian pada 2007, 48% diantaranya berhubungan dengan alkohol. Spektrum dari ALD meliputi steatosis/fatty liver (perlemakan hati), hepatitis alkoholik, fibrosis, sirosis dan kanker hepatoseluler. 4. Terapi Saat Ini Kerusakan hati ringan yang disebabkan oleh alkoholisme dapat dihilangkan dengan pantangan jangka panjang, yang saat ini merupakan pengobatan utama untuk ALD. Namun, perawatan untuk pecandu alkohol bergantung pada tingkat konsumsi alkohol. a. Terapi Nutrisi Penderita hati alkoholik sering kali mengalami malnutrisi yang disebabkan oleh kerusakan protein, yang menyebabkan infeksi bakteri. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memberikan dukungan nutrisi bagi pasien AH ringan dengan memberikan protein tinggi, diet rendah lemak, dan menyeimbangkan kadar vitamin B, C, K, dan asam folat. Suplemen nutrisi ini meningkatkan kondisi pasien seperti yang diamati pada penelitian sebelumnya melalui diagnosis jangka pendek, seperti analisis fungsi hati dan analisis histologis. Pasien dengan intoksikasi alkohol akut atau ensefalopati hepatik tinggi harus menjaga saluran pernapasan, dan pasien dengan AH berat biasanya memerlukan program rehabilitasi rujukan. Menurut studi klinis, asupan protein harian pasien ALD harus 1,5 g / kg berat badan. Selain itu, perlu untuk sering mendapatkan vitamin B pada pasien dengan ALD dan malnutrisi, karena potensi risiko ensefalopati Wernicke. b. Terapi Penarikan Alkohol Obat penarikan alkohol khusus digunakan secara klinis sebagai pengobatan yang membantu untuk mengobati pecandu alkohol yang kecanduan konsumsi alkohol dan yang aktif minum alkohol. Pasien dengan rencana perawatan transplantasi hati perlu mendapatkan kualifikasi transplantasi hati melalui penghentian penggunaan alkohol secara total. Disulfiram adalah penghambat dehidrogenase alkohol ireversibel yang sering digunakan untuk mengobati alkoholisme. Namun, tidak disarankan untuk menggunakan Disulfram untuk pasien ALD lanjut, karena potensi hepatotoksisitasnya yang parah . Acamprosate, adalah Obat yang digunakan bersamaan dengan konseling untuk mengobati ketergantungan alkohol, dan cukup efektif dalam mencegah kekambuhan, tetapi mungkin memiliki potensi toksisitas hati. Baclofen, agonis reseptor asam gamma-aminobutirat B, juga ditemukan efektif dalam mempertahankan penarikan, bahkan pada pasien dengan sirosis. Selain itu, antagonis opioid naltrexone telah terbukti mengurangi relaps, meskipun kemungkinan keberhasilannya sedang. c. Terapi Terkait Hormon Kortikosteroid telah digunakan untuk memperbaiki status gizi pasien AH. Obat anti- tiroid propylthiouracil juga telah dievaluasi untuk pengobatan AH akut. Namun, analisis dari enam uji klinis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa propylthiouracil tidak mempengaruhi dalam kelangsungan hidup dan dikaitkan dengan reaksi yang merugikan. Karena ALD dikaitkan dengan peningkatan tingkat stres oksidatif, antioksidan seperti vitamin E dan silymarin telah diteliti dan dievaluasi untuk pengobatan pasien AH dalam penelitian sebelumnya. Sayangnya, waktu kelangsungan hidup pasien tidak meningkat. Namun, penelitian lain, yang mengevaluasi manfaat potensial dari kombinasi N-acetylcysteine dan kortikosteroid, menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup pasien. Losartan dianggap sebagai obat yang mampu untuk mencegah perkembangan fibrosis hati dan perkembangannya serta regresi hingga tahap fibrosis. Prednisolon, obat steroid, digunakan untuk menghambat peradangan hepatosit. Meskipun uji coba awal dengan oksandrolon menunjukkan hasil positif, namun tidak dikonfirmasi dengan penelitian lebih lanjut dan tidak ada manfaat yang ditunjukkan dalam meta-analisis. d. Transplantasi Hati Transplantasi hati adalah pilihan utama untuk pasien ALD stadium lanjut. Transplantasi hati memiliki prognosis yang lebih baik untuk pasien dengan hepatitis alkoholik berat, yang tidak sensitif terhadap perawatan obat. Hati yang berfungsi secara fisiologis dapat diberikan kepada pasien ALD melalui transplantasi hati. Meskipun meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas hidup pasien, hal itu tidak menghilangkan alkoholisme yang mendasari. Oleh karena itu, ini mungkin berpotensi untuk kambuh.