Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penerapan

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal,
cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun menurut Lukman Ali,
penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995:1044).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun
kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Penerapan adalah perbuatan menerapkan (Salim, 2002). Sedangkan menurut
beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan
mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok
atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang saya dapatkan
dari http://kbbi.web.id/terap-2, penerapan adalah proses, cara, perbuatan
menerapkan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah suatu perbuatan
mempraktekkan teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu
dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh kelompok atau golongan
yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

2.2. Proyek Kontruksi

Proyek adalah suatu kegiatan sementara yang memiliki tujuan dan


sasaran yang jelas, berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
sumber daya tertentu. Sebuah proyek terdiri dari urutan rangkaian kegitatan
panjang dan di muai sejak dituangkannya gagasan, direncanakan , kemudian
dilaksanakan , sampai benar-benar memerikan hasil yang sesuai dengan
perencanaanya. Setiap proyek memiliki tujuan yang khusus, dimana untuk
mencapai tujuan tersebut ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya
yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal

6
tersebut merupakan parameter yang sangat penting bagi penyelenggaraan
proyek yang diasosiasikan sebagai sasaran proyek (Soeharto, 1999).
Proyek kontruksi merupakan proyek yang berkaitan dengan
pembangunan suatu bangunan dan inftastruktur yang umumnya mencakup
pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur.
Selain itu, juga melibatkan bidang ilmu lainnya, seperti teknik industri, mesin
, elektro, geoteknik, lanskap (Irika wisiasanti dan Lenggogeni, 2013). Proyek
konstruksi adalah gabungan dari berbagai sumber daya yang dihimpun dalam
suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai suatu sasaran tertentu
(Cleland dan King, 1983). Proyek konstruksi merupakan kegiatan yang
bersifat sementara (waktu terbatas), tidak bersifat rutin, mempunyai waktu
awal dan waktu akhir, sumber daya terbatas, dan dimaksudkan untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Tahapan proyek kontruksi dimulai sejak munculnya prakarsa
pembangngunan selanjutnya ditindaklanjuti dengan surwei dan seterusnva,
hingga kontruksi benar-benar berdiri dan dapat dioperasikan sesuai dengan
tuiuan fungsionalnya, tahapan yang terjadi dalam pembangunan proyeknya
tidak jauh berbeda. Hanya pembagian tahapan yang bisanya disebut sebagai
siklus hidup proyek kontruksi di buat menjadi lebih terperinci walaupun
dasar dari tahapan proyek, yaitu tahap awal, menengah, dan akhir tetap dapat
terrihat dalam sikrus hidup tersebut.
Adapun tahapan dalam proyek kontruksi menurut Irika wisiasanti dan
Lenggogeni sebagai berikut :
1. Tahap konseptual atau tahap kelayakan
Tahap ini merupakan tahap awal bagi pemilik proyek atau pemberi tugas.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, antara lain :
a. Memformulasikan Gagasan,
b. Studi kelayakan yang mencakup berbagai aspek,
c. Pembuatan Strategi perencanaan.
2. Tahap perencanaan dan Desain

7
Tahap ini merupakan tahap ke dua, tahap ini sudah melibatkan beberapa
konsultan untuk membuat perencanaan bagi keberlanjutan proyek. Pada
tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan, antara lain :
a. Desain dasar perencanaan Proyek,
b. Perencanaan lebih jelas mengenai biaya dan penjadwalan Proyek,
c. Penentuan syarat dan ketentuan kontarak serta pelaksanaan
pelelangan.
3. Tahap Produksi/Pelaksanaan/Kontruksi
Tahap ini merupakan tahap ke tiga, yaitu tahap pembangunan atau
implementasi proyek kontruksi yang sudah melibatkan pelaksana atau
kontraktor. Tahap ini berisikan kegiatan-kegitan, yaitu antra lain :
a. Mobilisasi dan Demobilisasi peralatan dan tenaga kerja,
b. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan sipil,
c. Pengendalian dan pengujian-pengujian
4. Tahap Serah Terima/Operasional
Tahap ini merupakan tahap terkhir dalam proyek kontruksi setelah
pelaksanaan pembangunan terjadi. Pada tahap ini dilakukan, antara lain :
a. Serah terima proyek
b. Perawatan bangunan hingga jangka waktu yang telah disepakati,
c. Opersional pembangunan.

2.3. Proyek Real Estate

Real Estate berasal dari Bahasa Inggris, yang asal katanya berasal dari
bahasa Spanyol. Real berarti royal atau kerajaan. Real Estate disebut sebagai
suatu kawasan tanah yang dikuasai oleh raja, bangsawan dan land lord (tuan
tanah pada jaman feodal diabad pertengahan), atau singkatnya properti milik
kerajaan. Real estate seperti yang diungkapkan Gunther (1995 : 1), adalah
suatu penyediaan tanah beserta perlengkapannya yang berupa benda tidak
bergerak untuk pembangunan perumahan dan industri dengan status
kepemilikan perseorangan. Sedangkan menurut Clap (1988), bahwa real

8
estate adalah sesuatu yang secara permanen melekat padanya, seperti pohon,
bangunan, dan mineral yang berada di bawah permukaan tanah. Di Indonesia,
istilah real estate lebih cenderung ditunjukkan kepada bentuk lingkungan
perumahan yang dilengkapi dengan fasilitasnya. Namun pada dasarnya, real
estate adalah suatu produk yang dibangun di atas sejumlah lahan atau
kawasan.
Pengertian Real Estate menurut beberapa ahli :

1. Real Estate adalah tanah dan semua peningkatan permanen diatasnya,


termasuk bangunan-bangunan (Thomsett and Thomsett,1994)

2. Real Estate adalah tanah dan seluruh pengembang diatasnya maupun pada
tanah tersebut. Dimana pengembang diatasnya dapat berupa pembangunan
jalan, tanah terbuka (misalnya pembukaan hutan) dan selokan, dengan
demikian real estate dapat diartikan sebagai tanah dan semua pengembang
lainnya yang melekat terhadap tanah tersebut, baik yang ada diatas
maupun di tanah tersebut (Tosh,1992)

3. Real estate dapat berbentuk fisik tanah seperti struktur dan pengembangan
lainnya yang melekat secara permanen (Wurtzebach,1994).

Real Etate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen


diatasnya termasuk bengunan-bangunan, seperti, gedung, pembangunan jalan,
tanah terbuka, dan segala bentuk pembangunan lainnya yang melekat secara
permanen. Menurut peraturan undang-undang di Indonesia, pengertian
mengenai Industri real estate tercantum dalam PDMN No. 5 Tahun 1974 yang
mengatur tentang Industri real estate. Dalam peraturan ini pengertian industri
real estate adalah perusahaan property yang bergerak dalam bidang
penyedian, pengadaan, serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha
industri, termasuk industri pariwisata.

Berdasarkan Pemendagri No.3 Tahun 1987 disebutkan bahwa real


estate Yang selanjutnya disebut perusahaan pembagungan perumahan adalah
badan usaha yang berbentuk badan Hukum yang usahanya bergerak dalam

9
bidang pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilengkapi dengan
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan prasarana lingkungan yang diperlukan oleh
masyarakat penghuni lingkungan dan sekitarnya.

2.4. Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir,


memimpin,dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai
sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek
menggunakan pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan
horisontal". ( imam soeharto, 1999). PMBOK, 2004, dalam buku budi
santosa, (2009) Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan
(knowledges), Keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques)
dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
proyek

Menurut Irka widiasanti dan Lenggogeni Sumber daya terbagi atas 5


bagian yaitu:
1. Manpower (tenaga kerja);
2. Machiners (alat dan peralatan);
3. Material (bahan bangunan);
4. Money (uang);
5. Method (metode).

Tugas seorang manajer pada suatu proyek konstruksi adalah


memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin dengan efektif dan efisien
dalam kerangka perencanaan waktu, biaya, dan mutu untuk pencapaian
tujuan pemilik proyek. Konsep dasar yang menjadi esensi suatu
pembangunan proyek konstruksi adalah kemampuan manajer dalam
menempatkan sumber daya manusia, peralatan, dan material dengan biaya

10
terbatas, waktu yang telah ditentukan, dan mutu yang seslrai dengan
perencanaan awal, Sehingga hal ini menjadi tantangan utama seorang
manajer proyek konstruksi. Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi
dan integrasi tahapan prosesmanajemen proyek yaitu inisiasi (initialiting),
perencanaan (planning),eksekusi(executing), pengawasan (monitoring), dan
pengendalian (controlling) serta akhirnyapenutupan (closing) keseluruhan
proses proyek tersebut.

2.5. Metode Penjadwalan Proyek Kontruksi

2.5.1. Penjadwalan Prooyek


Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Pada
jadwal telah dimasukan faktor waktu. Metode menyusun jadwal yang
terkenal adalah analisis jaringan (network), yang menggambarkan
dalam suatu grafik hubungan urutan pekerjaan proyek. Pekerjaan yang
harus mendahului atau didahului oleh pekerjaan lain Di identifikasi
dalam kaitanya dengan waktu. Jaringan kerja ini sangat berguna untuk
perencanaan dan pengendalian proyek (Soeharto,1997: 114).
Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan
dan urutan kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat diselesaikan
(Ervianto, 2002: 154). Penjadwalan adalah berfikir secara mendalam
melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis,
serta menyusun berbagai macam tugas yang menghasilkan suatu
kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam kegiatan dalam
rangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat (Luthan dan
Syafiriadi, 2006: 8).

Pada umumnya penjadwalan proyek dikerjakan oleh konsultan


perencana dan kemudian dikoordinasikan dengan kontraktor dan
pemilik (owner) dengan ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak.

11
Dengan demikian, maka penjadwalan waktu setiap kegiatan proyek
perlu diatur secara efisien dan seoptimal mungkin sehingga tidak akan
terjadi keterlambatan penjadwalan waktu, maka kontraktor membuat
pengelolaan penjadwalan proyek sesuai dengan karakteristik proyek
konstruksi yang direncanakan dan kondisi di lapangan pada waktu
pelaksanaan, serta mudah untuk dimonitoring pada setiap waktu.
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan,
yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan
kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga
kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progress
waktu penyelesaian proyek.(Ir.Abrar Husen, MT 2008).

Menurut Abrar Husen, (2010) penjadwalan adalah pengalokasian


waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan
dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal
dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada,
sedangkan perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek
yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus
menyiapkan segala program teknis dan administratif agar dapat
diimplementasikan. Suatu penjadwalan proyek akan berlangsung sesuai
dengan yang telah direncanakan apabila didukung dengan ketersedian
sumber daya pada lokasi proyek. Dan tujuan dari proses konstruksi
dapat dicapai apabila proses planning dan scheduling dapat dilakukan
dengan baik, dikarenakan proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian
proses dari seluruh aktivitas agar tercapai alokasi sumber daya yang
efisien dan durasi yang efektif. Penjadwalan proyek dapat membantu
untuk memperlihatkan hubungan antar aktivitas yang dilakukan proyek
tersebut. Penjadwalan ini juga berfungsi untuk mendahulukan proses
perjalanan sebuah aktivitas terdahulu sebelum aktivitas berikutnya di
jalankan. (Venn Y. I. Ilwaru, Dorteus L. Rahakbauw, Jeky Tetimelay),
setelah pekerjaan proyek dipecah-pecah menjadi paket-paket pekerjaan,

12
selanjutnya dapat dibuat penjadwalannya. Yang perlu diperhatikan
disini adalah waktu pengerjaan tiap paket pekerjaan dan kejadian apa
yang dihasilkan dari serangkaian paket kerja tertentu. Yang perlu
dijadwalkan adalah paket pekerjaan atau aktivitas. Sedangkankejadian
(events) dan milestone hanyalah akibat dari selesainya aktivitas. Jika
orang mengerjakan pengecatan tembok maka itu disebut aktivitas,
mulai atau selesainya pengecatan adalah kejadian. Sedangkan aktivitas
pembebasan tanah akan menghasikan milestone tersedianya lahan untuk
bangunan. Milestone digunakan untuk menandai telah selesainya
beberapa aktivitas yang kritis dan sulit. Bagi manajemen puncak,
jadwal proyek mungkin tidak perlu sedetail apa yang diperlukan oleh
personel operasional dilapangan. Jadwal dari aktivitas besar ini sering
disebut Jadwal Induk Proyek. Jadwal ini dikembangkan selama tahap
inisiasi dan bisa diperbarui setelah itu (budi santoso, 2009).

Menurtut Kusnanto (2010), ada beberapa tujuan dan manfaat


Perencanaan jadawal Proyek Antara alain:
Tujuan perencanaan jadwal adalah :
1. Mempermudah perumusan masalah proyek
2. Menentukan metode atau cara yang sesuai
3. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir
4. Mendapatkan hasil yang optimum
Manfaat perencanaan tersebut bagi proyek adalah :
1. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan
2. Mengetahui kegiatan yang perlu menjadi perhatian (kegitan kritis)
3. Mengetahui dengan jelas kapan memulai kegiatan dan kapan harus
menyelesaikannya.

Sedanhkan menurut Faisol (2010), tujuan Perencanaan


Penjadwalan Proyek sebagai berikut:

13
a. Mengetahui hubungan antar pekerjaan, baik mendahului maupun
yang mengikuti;
b. Mengetahui durasi tiap pekerjaan dan durasi proyek;
c. Mengetahui waktu mulai dan waktu akhir setiap pekerjaan;
d. Sebagai alat penyediaan dan pengendalian sumber daya
e. Sebagai alat monitoring, pengendalian dan evaluasi proyek

Perencanaan proyek adalah memilih dan menentukan langkah


kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Suatu perencanaan
terutama perencanaan dasar yang berupa anggaran ataupun jadwal
induk, harus bersifat lentur, dalam arti dapat mengalami penyesuaian
bilaman hal tersebut dipandang perlu, misalnya ada perubahan situasi
dan kondisi pada waktu pelaksanaan yang tidak dapat diperkirakan pada
waktu penyusunan rencana dasar. Perencanaan yang baik akan dapat
menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang
tidak prinsip dengan memegang pada sasaran-sasaran yang digariskan.

2.5.2. Metode Penjadwalan Linier

Konsep dasar metode penjadwalan linier adalah penyajian dalam


diagram grafik yang menunjukkan hubungan antara unit (kuantitas) dan
waktu dari setiap aktivitas. Metode penjadwalan linier adalah metode
yang efektif untuk proyek yang memiliki karakteristik kegiatan berulang,
baik yang bersifat horizontal (jalan dan pembuatan pipa irigasi) maupun
vertical (gedung bertingkat). Menurut Hegazy dan Wassef (2001)
terdapat dua kategori yakni proyek yang berulang karena pengulangan
seragam dari unit kerja selama proyek berlangsung (seperti beberapa unit
rumah yang serupa, segmen-segmen lantai pada bangunan bertingkat)
dan proyek yang harus berulang-ulang karena geometris layout (seperti
ruas-ruas jalan raya dan proyek pipa). Proyek dengan kategori tersebut
biasanya disebut sebagai proyek berulang atau linier menurut Ammar

14
dan Elbeltagi, (2001). Menurut Birrel (1989) Proyek dengan kategori
berulang atau linier dijadwalkan dengan cara untuk meminimalkan
waktu tunggu kru dan memastikan kesinambungan sumber daya. Metode
penjadwalan linear merupakan metode efektif untuk proyek yang
memiliki karakteristik kegiatan berulang, baik yang bersifat horizontal
maupun vertikal. Menurut Mawdesley (1997) terdapat dua jenis umum
dalam metode penjadwalan linear. Proyek ini dijadwalkan dengan cara
untuk meminimalkan waktu tunggu kru dan memastikan kesinambungan
sumber daya. Metode penjadwalan linier dapat menjadi alternatif pada
penjadwalan jenis proyek berulang yang umumnya menggunakan
metode jaringan. Proyek yang dalam pengerjaannya berulang cukup
umum untuk ditemui dalam pekerjaan konstruksi.

2.5.3. Metode Penjadwalan Linier Of Balancing

Pada mulanya Line of Balanceing berasal dari industri manufaktur


dan pada tahun 1942 dikembangkan kembali oleh Departemen Angkatan
Laut AS untuk pemrograman dan pengendalian proyek-proyek yang
bersifat repetitif. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Nation
Building Agency di Inggris untuk proyek-proyek perumahan yang se
jenis, diketahui alat penjadwalan yang orientasinya pada sumber daya ini
ternyata lebih sesuai dan realistik daripada alat penjadwalan yang
berorientasi pada dominasi kegiatan. Kemudian metode ini diadaptasi
oleh Lumsden (1968) untuk perencanaan dan pengendalian proyek, di
mana produktifitas sumber daya dipertimbangkan sebagai bagian yang
penting.
Linier Of Balancing adalah metode yang menggunakan
keseimbangan operasi, yaitu tiap-tiap kegiatan adalah kinerja yang terus
menerus. Keuntungan utama dari metodologi Linier Of Balancing adalah
menyediakan tingkat produktifitas dan informasi durasi dalam bentuk
format grafik yang lebih mudah. Selain itu, plot Linier Of Balancing

15
juga dapat menunjukkan dengan sekilas apa yang salah pada kemajuan
kegiatan, dan dapat mendeteksi potensial gangguan yang akan datang.
Dengan demikian, Linier Of Balancing mempunyai pemahaman yang
lebih baik untuk proyek-proyek yang tersusun dari kegiatan berulang
dari pada teknik penjadwalan yang lain, karena Linier Of Balancing
memberikan kemungkinan untuk mengatur tingkat produktifitas
kegiatan, mempunyai kehalusan dan efisiensi dalam aliran sumber daya,
dan membutuhkan sedikit waktu dan upaya untuk memproduksinya dari
pada penjadwalan network (Arditi dan Albulak, 1986). Linier Of
Balancing merupakan metode yang menggunakan keseimbangan
operasi, yaitu tiap-tiap kegiatan adalah kinerja yang terus menerus.
Keuntungan utama dari
metode Linier Of Balancing ini yaitu menyediakan tingkat produktifitas
dan informasi durasi dalam bentuk format grafik yang relative lebih
mudah. Selain itu, plot Linier Of Balancing dapat menunjukkan dengan
sekilas apa yang salah pada kemajuan kegiatan, dan dapat memprediksi
potensi gangguan yang akan dating(Hilmi, 2008). Menurut Arditi dan
Albulak (1986),

Menurut Mawdesley (1997), linier Of Balancing didefinisikan


berdasarkan dasar sebagai berikut
a. Berdasarkan pada tingkat pengiriman atau handover rate
b. Logika konstruksi dasar dari unit yang berulang digambarkan dalam
bentuk sebuah Network yang disebut dengan “Production Diagram”.
c. Konstanta dari pada tingkat produksi biasanya menggunakan satuan
jumlah unit/unit time.

Di dalam berbagai literatur Internasional biasanya Linier Of


Balancing ditunjukkan sebagai alat penjadwalan yang hanya cocok
untuk proyek-proyek yang tersusun atas kegiatan berulang, dan tidak
cocok untuk proyek non-repetitive (Arditi et al., 2002). Namun di

16
Finlandia, Linier Of Balancing telah menjadi alat penjadwalan yang
pokok pada perusahaan besar konstruksi sejak tahun 1980 an, di mana
Linier Of Balancing digunakan untuk penjadwalan proyek-proyek yang
spesial dan proyek konstruksi residential (Kiiras, 1989; Kankainen dan
Sandvik, 1993) dengan menggunakan bantuan software DYNA Project.
Keuntungan yang didapat dengan bantuan software ini antara lain, yaitu :
meminimalkan resiko penjadwalan, menjadi cara analisis alternatif yang
lebih baik, mempercepat durasi proyek, cepat dalam memeriksa
kelayakan
jadwal, menjadi standar pelaporan kemajuan waktu riil untuk
manajemen dan memungkinkan optimasi kontrol kegiatan.

Linier Of Balancing ini didasarkan pada asumsi yang mendasari


bahwa tingkat produksi untuk kegiatan adalah seragam. Dengan kata
lain, tingkat produksi dari suatu kegiatan adalah linier di mana waktu di
plot pada satu sumbu, biasanya horisontal, dan unit atau tahapan
kegiatan pada sumbu vertikal. Tingkat produksi dari suatu kegiatan
adalah kemiringan garis produksi dan dinyatakan dalam unit per waktu.
Penjadwalan LOB dapat dilakukan lebih efisien bila konsep line of
balance dikombinasikan dengan teknologi jaringan. Biasanya, diagram
jaringan untuk salah satu dari banyak unit yang akan diproduksi
disiapkan dan dimasukkan ke dalam jadwal Linier Of Balancing ().

Menurut Pai er al (2013), Linier Of Balancing memiliki kelebihan


sebagai berikut :
1. Memberikan kemampuan Project Manager untuk melihat, pada saat.
proses berjalannya proyek, apakah mereka mampu menyelesaikan
proyek tepat waktu dengan melanjutkan cara bekerja yang sudah
terealisasi
2. Menunjukkan hambatan, memberikan kemampuan project manager
untuk fokus pada titik-titik yang berpotensi terjadi gangguan.

17
3. Membantu mencegah timbulnya permasalahan perekrutan tenaga kerja
selama proses konstruksi.
4. Memberikan kemampuan project manager untuk memastikan proses
perpindahan antar unit kerja dengan konflik minimal dan mengurangi
waktu tunggu pekerja dan peralatan.

Menurut Mawdesley (1997), Linier Of Balancing mempunyai


format dasar grafik X-Y dengan sumbu axis (X) merupakan variabel
waktu dan sumbu ordinat (Y) merupakan variabel jumlah unit berulang.
LOB pada penelitian ini akan digambarkan sebagai jajar genjang untuk
setiap pekerjaan. Setiap aktivitas digambarkan sebagai garis horisontal
sepanjang durasi (sumbu X) dan setinggi jumlah unitnya (sumbu Y).
Setiap garis Linier Of Balancing, yang mewakili setiap pekerjaan,
mempunyai kemiringan garis konstan/gradien (m) yang menunjukkan
kecepatan produksi (Arditi dan Albulak, 1986). Jika telah diketahui
kemiringan garis (Gambar 3), maka penentuan nilai pada setiap titik di
sepanjang garis yang sama dapat ditentukan menggunakan persamaan
linear.
Garis aktifitas pada metode Line of Balance tidak boleh saling
berpotongan (no cross) atau dengan kata lain rangkaian aktivitasnya
tidak boleh saling mengganggu atau saling mendahului. Artinya progress
atau kemajuan pekerjaan dari aktifitas yang mengikuti (successor) tidak
boleh mendahului aktifitas yang mendahuluinya (predecessor). Bila ini
sampai terjadi, maka akan terjadi konflik kegiatan atau dapat
mengganggu semua jalannya proyek tersebut (Hinze, 2008 : 302).

18
Gambar 2.1. Penjadwalan Linier Of Balancing yang menunjukkan
Konflik yang harus di hindari (Sumber : Hinze, 2008)

2.5.4. Teknik Perhitungan LoB


Format dasar dari LoB adalah Time diplotkan pada sumbu
horizontal dan unit number pada sumbu vertikal (Mawdesley et al., 1997
: 23). Konsep Linier Of Balancing didasarkan pada pengetahuan tentang
bagaimana unit yang banyak harus diselesaikan pada beberapa hari agar
program pengiriman unit dapat dicapai (Lumsden, 1968). Karena
kecepatan pengiriman m diasumsikan konstan, maka hubungan antara
Linier Of Balancing kuantitas q dan waktu t adalah linier. Hal ini
ditunjukkan dalam Gambar 2.9 sebagai garis miring.

Gambar 2.2. Hubungan antara Linier Of Balancing Kuantitas q dan Wantu t


(Sumber : Ardit et., 2002)

Terlihat dari gambar 2.22 di atas hubungan antara LoB kuantitas q


dan waktu t adalah linier dengan rumus sebagai berikut:
q = mt + c
Di mana :

19
q = kuantitas unit pada LoB
m = kecepatan pengiriman
t = waktu
c = konstanta

Karena nilai c berimpitan dengan sumbu q, maka diperoleh rumus:


q2 = m(t2-t1) + q1, atau
t2 = [(q2-q1) / m] + t1

Di mana :
q1 = kuantitas unit ke-1 pada Linier Of Balancing
t1 = waktu untuk unit ke-1
q2 = kuantitas unit ke-2 pada Linier Of Balancing
t2 = waktu untuk unit ke-2

Menurut Nugraheni (2004), dalam analisis penjadwalan dengan


menggunakan Line of Balance terdapat beberapa tahapan diantaranya:
a. Logika ketergantungan
Dalam pelaksanaannya metode ini meganalisis jenis pekerjaan yang
dapat dikerjakan bersamaan (Linear) namun tidak mengganggu
pekerjaan selanjutnya, dan metode ini dalam pengerjaannya terdapat
pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan karena tidak terdapat
hubungan yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan selanjutnya.
Maka dari itu perlu dilakukan pengelompokan jenis pekerjaan
berdasarkan logika ketergantungan jenis pekerjaan tersebut dan
pengelompokan pekerjaan yang bisa dikerjakan bersamaan
(Nugraheni., 2004).

b. Variabel dalam perhitungan Line of Balancing


Pada pembuatan jadwal dengan metode Line of Balancing terdapat
variablel yang menentukan proses penjadwalan tersebut. Beberapa

20
variabel yang digunakan umumnya sama dan dapat ditemukan pada
metode penjadwalan lainya seperti jumlah jam kerja per hari, jumlah
hari kerja, dan jumlah jam kerja per minggu. Namun pada metode ini
terdapat variabel target pencapaian jumlah pekerjaan yang ditentukan
perencana.

c. Rumus perhitungan pada Line of Balance


Menurut Nugraheni (2004), dalam perhitungan Linier Of Balancing
terdapat beberapa perhitungan yang perlu ditentukan untuk membuat
penjadwalan Linier Of Balancing diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah jam kerja pada jenis pekerjaan per unit target
mingguan (M).
M = (Jumlah pekerja x durasi pekerjaan )/pekerjaan unit per
minggu.
2. Menentukan jumlah total pekerja untuk target pekerjaan mingguan
secara teoritis (N).
N = 𝑀 𝑥 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢.
3. Menentukan estimasi jumlah pekerja pada kelompok kerja per jenis
pekerjaan (n)
4. Menentukan jumlah kelompok kerja yang dibutuhkan (H)
5. Menentukan jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam satu kelompok
(A)
A=nxH
6. Menentukan rataan actual kelompok kerja yang digunakan (R)
R = (𝐴 𝑥 𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢)/𝑀
7. Menentukan waktu pengerjaan jenis pekerjaan dalam 1 unit (t)
t = M/(𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 h𝑎𝑟𝑖 )
8. Menentukan jarak waktu yang diperlukan untuk memulai pekerjaan
pada unit terakhir (T)
T = ((𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡 – 1)) x Hari kerja

21
d. Penundaan
Menurut Hinze (2008) garis aktifitas pada metode Line of Balance
tidak boleh saling mengganggu atau mendahului dan juga tidak boleh
saling berpotongan (no cross) atau dengan kata lain rangkaian
aktivitasnya berurutan dan tidak boleh saling mengganggu atau saling
mendahului. Artinya progress atau kemajuan pekerjaan dari aktifitas
yang mengikuti (successor) tidak boleh mendahului aktifitas yang
mendahuluinya (predecessor). Bila ini sampai terjadi, maka akan
terjadi konflik kegiatan atau dapat mengganggu semua jalannya
proyek tersebut. Maka perlu dilakukan penundaan pada jenis
pekerjaan tersebut agar pekerjaan yang direncanakan tetap berjalan
sesuai antara successor danpredecessor pekerjaan tersebut.

2.5.5 Buffer
Menurut Kenley dan Seppanen (2009), Buffer adalah penyerapan
yang memungkinkan untuk mengatasi gangguan antara tugas-tugas atau
lokasi yang berdekatan, buffer merupakan komponen dari hubungan
logika antara dua tugas tapi yang dapat menyerap penundaan. Buffer
tampak sangat mirip dengan kelambanan (float), yang digunakan untuk
melindungi jadwal dan dimaksudkan untuk menyerap variasi kecil dalam
produksi. Menurut Hinze (2008) terdapat dua jenis buffer di dalam LoB,
yaitu time buffer dan distance/space buffer.

Menurut Setianto (2004) penyebeb dari Buffer ini sendiri biasanya


disebabkan oleh:
1. Kecepatan produksi yang berbeda di mana kegiatan yang mendahului
mempunyai kecepatan produksi yang lebih lambat dari kegiatan yang
mengikuti.
2. Perbaikan dan keterbatasan peralatan
3. Keterbatasan material
4. Variasi jumlah kelompok pekerja di mana kegiatan yang mendahului

22
menggunakan kelompok pekerja yang lebih banyak daripada kegiatan
yang mengikuti.

Gambar. 2.3. Buffer (Sumber : Hinze, 2008)

2.5.6 Produktivitas
Menurut Riyanto (1986) secara teknis produktivitas adalah suatu
perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan
sumber daya yang diperlukan (input). Menurut Faisol (2010), definisi
produktivitas adalah:
1. Perbandingan antara output dan input. Inputnya adalah tenaga, kerja,
alat, material, energi dan uang. Sedangkan outputnya adalah quantity,
barang dan jasa.
2. Produksi/hasil dari suatu pekerjaan oleh satuan tenaga kerja dalam satu
satuan waktu.

Menurut Faisol (2010) dari penelitian yang telah dilakukan, faktor-


faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja antara lain:
1. Tenaga Kerja
Untuk tenaga kerja sendiri, produktivitas dipengaruhi oleh:
a. Pengalaman
Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu pekerjaan
yang sejenis secara berulang-ulang maka akan mengurangi jam-
orang tenaga kerja untuk memproduksinya atau dengan kata lain
akan meningkatkan angka produktivitas kerjanya

23
b. Pelatihan
Pelatihan yang dimaksud adalah pekerjaan yang diberikan
sebelumnya dengan tujuan meningkatkan produktivitas.

c. Motivasi
Salah satu fungsi manajemen adalah pengarahan (directing) dan
menggerakan SDM agar dapat melaksanakan apa yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Hayness
motivasi adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya untuk melakukan
sesuatu.

d. Umur
Yang maksud disini, umur terlalu muda atau terlalu tua
mengakibatkan produktivitas berkurang, sehingga umur yang
produktif mempengaruhi produktivitas.

e. Lembur
Kerja lembur mempunyai indikasi penurunan produktivitas karena
bekerja di waktu istirahat, namun hal ini tetap dilakukan demi
mengajar schedule proyek.

f. Kepadatan Tenaga
Kepadatan tenaga kerja pada satu luasan tertentu jika mencapai titik
jenuh (optimal) akan menurunkan angka produktivitas. Makin padat,
makin sibuk, timbul gangguan pergerakan manusia dan alat, maka
produktivitas akan menurun (indeks produktivitas naik).

g. Komunikasi

24
Salah satu penyebab keberhasilan/kegagalan proyek/rendahnya/
tingginya produktivitas proyek atau tenaga kerja adalah
memiliki/tidak memiliki system komunikasi yang baik.

2. Kondisi Fisik Lapangan


Kondisi fisik lapangan yang baik akan berpengaruh besar terhadap
peningkatan produktivitas.

3. Iklim/cuaca
Pengaruh iklim/cuaca terhadap produktivitas adalah:
a. Udara yang panas dengan temperatur tinggi akan mempercepat rasa
lelah, sehingga produktivitas turun.
b. Begitu juga pada daerah yang dingin pada waktu salju turun,
produktivitas kerja turun.

4. Peralatan
Peralatan yang baik dan jumlah mencukupi mendukung juga untuk
peningkatan produktivitas
5. Material
Ketersediaan material yang cukup dan sesuai spesifikasi juga
mendukung untuk peningkatan produktivitas.
6. Ukuran besar proyek
7. Manajemen
Manajemen yang baik dalam pengelolaan proyek dapat meningkatkan
produktivitas proyek yang sedang dilaksanakan.

Menurut Tamamengka dan Walangitan (2016), faktor-faktor yang


mempengaruhi produktivitas adalah:
1. Keadaan cuaca
2. Keadaan fisik lapangan
3. Sarana bantu

25
4. Komposisi kelompok kerja
5. Kerja lembur
6. Ukuran besar proyek
7. Pekerja langsung versus sub kontraktor
8. Kurva pengalaman
9. Kepadatan tenaga kerja

2.6. Penelitian Terdahulu


N PENULIS JUDUL TUJUAN
O
1 Nugraheni (2004) Analisis Penjadwalan Untuk mendapatkan waktu yang
Ulang (Rescheduling) lebih singkat dan efisien dalam
Proyek dengan pengerjaan unitsesuai dengan
Memanfaatkan Line pesifikasi kebutuhan proyek
Balance Diagram
2 Sanjaya dan Pengendalian Proyek menganalisis pengendalian proyek
Prawira dengan Metode dengan metode bagian linear
(2014) Keseimbangan Garis setimbang (line of balance) dalam
(lineof Balance) (Studi penjadwalan proyek untuk
Kasus Pada Proyek mengoptimalkan pemanfaatan
Perumahan Maysa sumber daya.
Tamansari Residence)
3 Prasetyo (2017) Analisis Penjadwalan Untuk mendapatkan penjadwalan
Ulang Waktu Pelaksanaan ulang pada proyek Rehabilitasi
Proyek Jalan dengan Line /Peningkatan Lingkungan RW I –
of Balance (Studi Kasus RW IV Kelurahan Kedungsari
Peoyek Rehabilitasi / Kota Magelang Tahun Anggaran
Peningkatan Jalan 2016 dengan metode penjadwalan
Lingkungan RW I – RW line of balance serta untuk
IV Kelurahan Kedungsari mengetahui cara menigkatan
Kota Magelang Tahun produktivitas
Anggaran 2016)
4 Hilimi (2018) Analisis Penjadwalan Mengetahui durasi dalam
Ulang Proyek dengan penjadwalan ulang pembangunan
Metode LSM (Studi Kasus: Perumahan Green Valley type
Proyek Pembangunan 36/60 dengan metode LSM.
Perumahan (Green Valley Mengetahui perbandingan
type 36/60 di Rangkas keunggulan metoda penjadwalan
Bitung) antara jadwal proyek existing
dengan penjadwalan ulang
menggunakan metode LSM
5 Hidayat (2016) Analisa penggunaan Mengaplikasikan model

26
Merode Penjadwalan Line penjadwalan proyek yang sesuai
Of Balancing pada Proyek bagi proyek yang memiliki
Konytruksi Repetitif pekerjaan repetitive dan
Menganalisa kelebihan dan
kekurangan LOB dari segi
penggunaan metode, perhitungan
kecepatan produksi, logika
ketergantungan, dan hambatan
pada aktivitas

27

Anda mungkin juga menyukai