Anda di halaman 1dari 15

dr.

Ulil

Prof Harris (USU) :

 Pasien nyeri dada ke IGD, diapakan? Anamnesis tipe nyeri dada


 Tipikal. Kamu minta apa? EKG
 Depresi V3-V5. Diagnosis? Km apakan? ACS. Loading obat awal ACS.
 Trus minta apa? HSTropI
 500. Diagnosis? Kamu cari apa? NSTEMI. Stratifikasi GRACE score.
 GRACE score 150. Pasien masih nyeri, obat OMT sudah masuk. Rencana apa? Refrakter
chestpain. Very high risk  Immidiate PCI dalam 2 jam
 Apa saja yang masuk kriteria very high risk? SESUAI GUIDELINE NSTEACS.
 Tahu Syntax score dan intinya apa? Score prognostic penentu jenis revask berdasarkan
gambaran ICA. Nilai >22, pilihan revask CABG.
 Pasien DM, pilihan stent? Kenapa? DES, mengurangi akut stent thrombosis yang bisa
tinggi angka kejadiannya pada DM.

dr. Anwar (UI) :

 Melanjutkan. Pasien diatas tiba2 nyeri lagi dan di EKG hasilnya ini (menunjukan EKG),
diagnose? STEMI Anterior septal
 cathnya LM distal 70%, LAD proximal 70%, LCx 80% mid. Syntax berapa? Plan? Sekitar
40-an. CABG
 pasien menolak CABG, Diapain? Dimana? PCI, LM-LAD.
 Bagaimana tahu culprit lesi pada NSTEMI? TIMI: ulserasi plak, ada tidaknya thrombus,
gambaran hazy, diseksi koroner
 pertanyaan bonus, pasang mana dulu? LAD, LM atau LM-LAD langsung sewaktu index
prosedur? LM dulu (jawaban kesepakatan bersama para penguji :D )
 LCx revask gk? Kapan? Tidak saat ini. Observasi klinis dahulu, ada tidaknya iskemik,
hemodinamik instability atau aritmia.
 Kapan non culprit dibuka langsung saat procedur tindakan primary? Hemodinamik
masih tidak stabil atau on going chest pain post revask culprit, critical stenosis atau
unstable plak pada nonculprit lession.
 Apa yang baru dari guideline Myocard Revask yang baru? Radial access class IA,
pemilihan revask PCI vs CABG, penanganan CIN, penggunaan DAPT + OAC, dll (banyak
yang dijelaskan, liha guideline sendiri ya..)

dr. Irsad (UGM) :

 Melanjutkan pasien: pasien sudah stabil. Apa plan selanjutnya? Rehab jantung
 Bagaimana? Jelaskan semua rehab fase 1, 2, entry test dan peresepan latihan.
 Apa entry testnya, pasien stabil dan EF 55%? Pasien stabil tanpa komplikasi PCI? TMT
dengan metode modified Bruce.
 TMT untuk apa saja? Threshold iskemik dan penentuan resep latihan
 Bagaimana cara pemilihan entry Test? EF, ada tidak komplikasi prosedur, dll
 Rehab apa lagi yang penting? Psikososial.
 Apa itu? Jelaskan semua tentang peran psikososial + termasuk cara reaktivitas post ACS
 Pasien seorang pekerja lapangan, bagaimana edukasinya? Kerja tambang menunggu
kondisi stabil dahulu.
 Kapan tahu stabil? Perlu TMT ulang 3-6 bulan.
 Apa yang dilihat pada TMT evaluasi? Ada tidaknya iskemik, bila ada threshold iskemik
berapa mets dan dijadikan batas threshold aktivitas. Pekerjaan kemudian disesuaikan
dengan hasil TMT evaluasi.

Kembali lagi ke prof Haris (karena waktu masi ada)

 Bagaimana tatalaksana pasien AHF tidak stabil? Airway Breathing :C-PEP/Bi-PEP atau
ventilator bila ada gagal napas. Circulation : inotropik/vasopressor bila hipotensi.
Dobutamin bila hipotensi tanpa tanda syok, dopamine/norepinefrin bila ada tanda syok.
Furosemide atau vasodilator bila ada kongesti setelah perfusi cukup baik. Segera
identifikasi penyebab AHF, CHAMP!
 Guideline Maternal yang baru, apa yang perubahan isi guideline yang menarik? Intinya
kelas maternal cardiovascular risk dan penggunaan antikoagulan pada ibu hamil

dr Dyah

dr. Eko Antono (UNPAD)  guideline STEMI 2017

Laki-laki, datang ke IGD dengan keluhan chest pain


 Anamnesis  angina
 Pemeriksaan fisik, vital sign
 EKG  elevasi segmen ST di V1-V4
 penegakan diagnosis dalam berapa menit?
 Manajemen : berdasarkan kapabilitas RS  capable PCI, non-capable PCI 
target time to wire, time to lytic bolus
 Trombolisis  tipe obat fibrinolisis  spesifik fibrin dan non spesifik fibrin
 apa bedanya?
 Evaluasi post fibrinolitik  EKG, nyeri dada, irama reperfusi. Apa bentuk irama
reperfusi?  AIVR
 Kapan dilakukan evaluasi keberhasilan fibrinolisis? 60-90 menit post fibrinolisis
 Apa manajemen setelah fibrinolisis  tergantung failed atau successful

Prof. Ganesha (UI)

Bayi, usia 2 bulan, datang dengan sianosis dan gelisah  apa yang anda lakukan?
 Manajemen spell
 Knee-chest position  apa tujuannya?
 Sedasi  apa pilihannya? Kenapa?
 Koreksi asidosis  kapan dilakukan
 Spell kemudian teratasi  apa manajemen berikutnya  menegakkan Dx  apa
saja DD PJB sianotik? Bagaimana penegakan Dx nya
 DD PJB sianotik dengan oligemia
 TOF
 Atresia pulmonal
 PS valvar
 Ebstein anomaly
 bagaimana membedakan dengan Px fisik, EKG dan Ro thorax?

dr. Hariadi Hariawan (UGM)  Guideline ESC NSTEMI 2015

 Pasien NSTEMI
 Manajemen NSTEMI
 Stratifikasi Risiko
 Lebih tinggi mortalitas STEMI atau NSTEMI? Saat hospitalisasi dan 6 bulan
post hospitalisasi  kenapa?
 Pasien tersebut kemudian dilakukan cath, dilakukan stent 1 DES di LAD, 1 bulan
kemudian kontrol dengan irama AF  manajemen?
 Penilaian risiko  CHADS2VASC skor, apa saja komponennya
 Risiko bleeding  HAS BLED, apa saja komponennya
 Pasien dengan CHADS2VASC 2, HAS BLED 1  bagaimana manajemen
antitrombotiknya
 Apa tujuan pemberian antikoagulan pada AF?
 Pasien tersebut kemudian pada kontrol berikutnya mengeluh nyeri perut 
manajemen?  pemberian PPI, apa pilihannya? Kenapa?
 Apa trial fondaparinux pada pasien NSTEMI?
dr. Iqbal

Prof. Budi Yuli (UGM)

 Laki2, 60 tahun, datang ke UGD dg keluhan pingsan 2 menit, apa yang dilakukan? 
anamnesis : karakteristik pingsan (kardial atau non-kardial, prodromal, palpitasi, somatis,
durasi, frekuensi), rekurensi dan progresivitas, keluhan penyerta (angina, failure, neurologis),
faktor risiko
 Selanjutnya Px fisik  vital sign TD 140/80, nadi 35, RR 20, afebris, jantung dbn
 EKG, diberi gambar, diminta interpretasi  TAVB, selanjutnya?  cari reversible cause
(iskemik, elektrolit, pengaruh obat), kongenital, atau degeneratif (Lenegre-Lev)
 Selanjutnya yg dilakukan  pacemaker, sementara di UGD?  TCP, transfer cathlab pasang
TPM, rawat ICCU

dr. Syukri (UNAND)

 Kalo curiga iskemik, apa yg dilakukan?  immediate pci


 Didapatkan lesi RCA 70%  FFR
 Bagaimana prosedur dan interpretasi FFR?  jelasin mulai dari stadium hiperemis,
pengukuran pressure
 Sampai kapan ditunggu?  14 hari, lalu PPM
 Pasien dipasang stent dan PPM, obatnya apa saja?  antiplatelet, statin, acei, bb
 Jelaskan fungsi dari keempat obat diatas pada pasien post PCI? Antiplatelet (trombosis),
statin (stenosis), acei dan bb (remodeling)

dr. Yan (UNDIP)

 Pasien menolak PPM, apa yg dilakukan?  edukasi risiko, apa saja dan bagaimana
mekanismenya?  pingsan berulang, disfungsi organ lain (perfusi turun), CHF (aritmia-
induced, disfungsi diastolik)
 Tetap menolak, dikasih apa?  Salbutamol, isoproterenol, dan sejenisnya
 Guideline CHF 2018, apa yg baru?  klasifikasi CHF, penggunaan ARNI, pendekatan CRT dan
algoritma AHF
 Jelaskan mekanisme kerja ARNI?
 Prof Budi Yuli memberi EKG post PPM, interpretasikan?  AV sinkroni, berarti pake double
chamber

dr. Cynthia

Prof. Dr. dr. Budi Yuli S., SpPD(K), SpJP(K) (UGM)

Seorang laki-laki, 65 tahun datang dengan keluhan sering nggliyer 1 bulan, keluhan disertai
pingsan sebanyak 2 kali. Keluhan nggliyer saat pasien aktifitas. Keluhan nyeri dada (+), tidak
dipengaruhi aktifitas, keringat dingin (-), durasi rata2 5 menit. Keluhan mual (+) muntah (+) saat
pasien nggliyer. Riwayat dyspnea deu effort (-), Ortopnea (-), kaki bengkak (-).

Faktor risiko: merokok (+), Darah tinggi (-), DM (-), FH (-), dyslipidemia (?)

 Apa yang akan anda lakukan ? pem fisik

Pemeriksaan fisik: TD 150/90 mmhg, nadi: 30 bpm, Rate: 16 bpm, sat O2 98%.

Lain-lain dalam batas normal

 Ditunjukan EKG. Baca? TAVB 24 BPM, p rate 100 bpm, Normoaksis.


 Apa yang anda lakukan? Kemungkinan bapak pingsan dan nggliyer karena irama jantung
bapak yang lambat, kemudian edukasi pasien untuk pemasangan temporary pace
maker.
 Ada berapa jenis temporary pacemaker? 2, transkutan dan transvena temporary
pacemaker
 Cara pemasangan TCP bagaimana? Cara pemasangan Transvena pacemaker? Di
posisikan di mana?
dr. Syukri (UNAND)

pasien yang sama..

 Jika anda berada di UGD dengan akses cathlab, bagaimana plannya? Langsung tranvena
pacemaker. Tindakan apa yang bisa dilakukan? Pemberian obat SA, berapa ampul? 2
ampul? Kenapa 2 ampul? Karena kl 1 ampul, rate ngga akan naik (jawaban dr. Syukri).
Terapi lain menunggu tpm? Drip dopamine.
 Diagnosis pasien apa? karena keluhan tidak khas angina, dengan riwayat sinkope 1
bulan, curiga TAVB ec degenerative, masih perlu dilacak reversible causenya. Lacak
laboratorium  normal.
 Pasien sdh di ICCU, bagaimana untuk mengeksklud koroner? Karena jawabnya muter2,
di arahkan ke koroangiografi.
 Kapan kita lakukan koroangiografi pada pasien ini, dengan usia 65 thn, riwayat merokok
(+) kapan seharusnya kita lakukan koroangiografi. Saat pemasangan tpm, 2-3 hari post
tpm, atau sampe 2 minggu? Saya ngga tau jawabannya, dari beliau kayanya jawabnya
jika klinis pasien sdh stabil…
 Lalu dilakukan koroner, hasilnya stenosis 80% di proksimal RCA. Apakah langsung
pasang stent? Saya jawab ngga, jawaban salah, harusnya dipasang stent karena sudah
ada aritmia dengan bukti proksimal stenosis 80%. Pasien kemudian dilakukan
pemasangan stent pasien masih TAVB.

Pasien lalu dilakukan pemasangan ppm.

dr. Yan (UNDIP)

 terapi obat apa pada pasien ini, CAD on PCI dan PPM? DAPT, high intensity statin, Ace
inhibitor, beta blocker.
 Apa fungsi beta bloker pada pasien ini? Anti aritmia, anti remodelling
dr. Yoko

Prof. Harris Hassan (USU)

Prof. Harris : Pasien laki-laki usia 60 tahun, DM, mengeluh nyeri tungkai kiri sejak 3 hari ini,
kaki dingin dan berubah warna kemerahan. Apa yang Anda pikirkan?

Jawab : Acute limb ischemia

Prof. Harris : Bagaimana menegakkan diagnosisnya?

Jawab : Anamnesis tentang onset, karakteristik nyeri, ada claudicatio intermitten apa
tidak dll, kemudian pemeriksaan fisik  cari 6P

Prof. Harris : Pemeriksaan penunjang apa yang Anda perlukan sampai kemungkinan
dilakukan tindakan?

Jawab : Pemeriksaan Duplex Ultrasound Prof, sampai dengan tindakan Arteriografi


stand by PIAT (Trombolysis)

Prof. Harris : Bagaimanan klasifikasi yang dipakai dalam ALI?

Jawab : Klasifikasi Rutherford yaitu Rutherford I, IIa, IIb dan III  jelaskan kriterianya
termasuk deficit sensorik dan motorik serta kriteria audible arteri dan vena (sesuai AHA)

Prof. Harris : Kalau masih stage I dan IIa terapinya apa?

Jawab : Menurut guideline masih bisa dilakukan trombolisis (PIAT) Prof

Prof. Harris : Kalau IIb dan III?

Jawab : IIb: Trombo-embolectomi dan III: Amputasi

Prof. Harris : Kalau pada kasus ini kemungkinan stage yang mana trus Anda apakan?
Jawab : Kemungkinan stage IIa Prof, berarti masih ada indikasi untuk dilakukan
trombolisis

Prof. Harris : Oke, pasien ini sudah Anda lakukan trombolisis, 12 jam kemudian tiba-tiba
pasien mengeluh nyeri bertambah berat, kaki juga masih teraba dingin, apa yang Anda
pikirkan?

Jawab : Kemungkinan keberhasilan terapi reperfusi yaitu suatu reperfusion injury


(compartemen syndrome) atau pemberatan dari ALI itu sendiri, sehingga perlu kita lakukan
evaluasi kembali dengan DUS guna menilai apakah sudah terdapat aliran pada distal thrombus
atau mungkin bertambah berat dibandingkan DUS sebelumnya

Prof. Harris : Kalau ternyata gagal apa yang Anda lakukan?

Jawab : Kami perlu mengkonsulkan ke sejawat bedah vaskular Prof untuk kemungkinan
revaskularisasi yang lain  tromboembolektomi atau mungkin bypass

Prof. Harris : Oke, sekarang lanjut ke kasus yang lain…Seorang wanita usia 40 tahun
dikonsulkan dari TS bedah dengan Ca mammae hendak menjalani kemoterapi, TS bedah
menanyakan apakah boleh dilakukan kemo pada pasien ini. Apa yang Anda lakukan?

Jawab : Saya lakukan anamnesis Prof mengenai ada tidaknya keluhan di bidang kardiak
(chest pain, failure dll), faktor risiko dll, pemeriksaan fisik (cardiomegaly dll), pemeriksaan EKG
dan juga echocardiografi untuk melihat anatomi dan fungsional jantung

Prof. Harris : Dari echo EF pasien ini 40% dengan LVIDd 56 dengan LA dilatasi, apa yang Anda
pikirkan?

Jawab : Pasien ini sudah mengalami gagal jantung Prof

Prof. Harris : Kemudian apa yang Anda sarankan?

Jawab : Kami menyarankan penggunaan obat-obatan kemoterapi yang tidak


kardiotoksik Prof
Prof. Harris : Terus apa yang Anda lakukan?

Jawab : Pasien kami edukasi tentang sakitnya dan kami terapi dengan obat-obatan HF
Prof, seperti ACEi atau ARB dan beta blocker, diuretic bila ada simptom

Prof. Harris : Ya betul, ya intinya memang sebaiknya pasien tersebut kita terapi dahulu gagal
jantungnya untuk kemudian baru bisa dilakukan kemoterapi. Cukup dari saya…

Jawab : Terimakasih banyak Prof.

dr. Anwar (UI)

dr. Anwar : Ada seorang pasien laki-laki 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada
saat duduk-duduk, hilang sendiri setelah 5 menit…faktor risiko smoker. Apa yang Anda lakukan?

Jawab : Kami lakukan anamnesis Dokter, mengenai keluhannya apakah ke arah kardiak
atau non kardiak (SOCRATES)  ini kita langsung nanya ke dr. Anwar karena beliau berperan
seolah-olah menjadi pasiennya…intinya dari anamnesis kesimpulan saya tidak khas angina dan
bukan ACS

dr. Anwar : Pemeriksaan apa lagi yang Anda lakukan?

Jawab : Pemeriksaan fisik dan EKG, Dok

dr. Anwar : Pemeriksaan fisik normal, EKG nya seperti ini (ditunjukkan gambar EKG dari
laptop beliau)…bagaimana car abaca EKGnya?

Jawab : Kita lihat EKG layak baca atau tidak dari identitas dan waktu pemeriksaan…

dr. Anwar : …memotong langsung, ya EKG ini layak baca, trus bagaimana selanjutnya?

Jawab : Kita lihat mulai dari irama, frekuensi….dst (intinya EKG pasien ini normal)

dr. Anwar : Apa yang Anda lakukan lagi?

Jawab : ….berpikir menebak-nebak apa yang beliau inginkan…


Prof. Harris : Anda di Sardjito, rumah sakit pusat rujukan…apa lagi yang dilakukan?  beliau
baiiik banget sudah berusaha mengarahkan tapi saya setap gak nangkep maksud penguji…

Jawab : DAN DISINILAH SAYA TERJEBAK….sy jawab menurut saya keluhan pasien bukan
suatu keluhan khas angina Dokter, karena tidak memenuhi kriteria bla..bla…dan saya simpulkan
ini suatu non-anginal pain dengan PTP bla-bla…hiks

dr. Anwar : Oke, kemudian apa yang Anda lakukan?

Jawab : Edukasi Dokter terkait kesimpulan pemeriksaan kita, dan rencana kita untuk
echo dan TMT, kemudian kita pulangkan

dr. Anwar : Pasien Anda pulangkan? Trus Anda kasih obat apa…missal itu pasien datangnya
sore-sore gitu?

Jawab : Kami berikan analgetik Dok, seperti Paracetamol 3x650 mg

dr. Anwar : Oke, Anda pulangkan ya? Trus besok paginya pasien datang lagi ke IGD dengan
keluhan nyeri dada lagi dengan EKG (ditunjukkan EKGnya dari laptop beliau : ST elevasi inferior
dengan ST depresi di antero lateral) dengan TD 70/palpasi…akral dingin…Apa yang Anda
lakukan?

Jawab : (Sy tercengang dan syok…hwaaaa…saya salah…hiks…baru terbayang berarti


pasien td harusnya sy assest lbh dalam ke arah ACS UAP at rest atau NSTEMI)

dr. Anwar : Bagaimana kalau begini, Anda ditanya istrinya…”Dok, gimana kata Dokter suami
saya kemarin tidak apa-apa…?”

Jawab : (…terdiam….deg-degan mengakui kesalahan…dan takut tidak lulus)

dr. Anwar : Ya, disinilah menurut saya PTP memang tidak pas ya untuk diterapkan di IGD.
Ini kasus benar-benar terjadi ya, saya pernah jumpai di Jakarta…Kalau sudah seperti ini Anda
sudah tahu kesalahan Anda dimana?
Jawab : Iya Dok, seharusnya saya lebih memastikan keluhan ke arah ACS, melakukan
evaluasi EKG setiap 10-15 menit kalau memang inconclusive, dan cek cardiac enzyme

dr. Anwar : Nha…itu betul seharusnya seperti itu ya…Terus kalau sudah seperti ini apa yang
Anda lakukan? Settingnya Anda di Sardjito

Jawab : Kami berikan terapi awal ACS (loading antiplatelet (ditanya tentang dosis
loading aspirin brp cara pemberiannya gimana dikunyah, clopidogrel, ticagrelor dan
prasugrel…) kemudian kita siapkan primary PCI

dr. Anwar : Oke setuju ya,,,pasien kita dorong ke cathlab…kalau primary loading
clopidogrelnya berapa? Ticagrelor berapa, di magelang ada Tica gak kira-kira?

Jawab : CPG loading 600 mg Dok, ticagrelor tetap 180 mg…di Magelang kemungkinan
belum ada ticagrelor Dok, jadi kita menggunakan Aspirin 320 mg dan clopidogrel 600 mg

dr. Anwar : Oke pasien ini sudah dilakukan primary PCI, didapatkan hasil…RCA proximal
total oklusi, LAD proksimal stenosis 80%, mana yang mau Anda buka?

Jawab : Culprit lesion Dokter, jadi RCA nya yang kita buka

dr. Anwar : LAD nya gak Anda buka?

Jawab : Menurut guideline STEMI 2017 complete revasc tidak direkomendasikan untuk
rutin dilakukan Dok

dr. Anwar : Oke, Anda tahu trialnya apa?

Jawab : …terdiam mikir…mohon maaf sy lupa Dokter…

dr. Anwar : Kembali ke kasus ini, kira-kira Anda buka tidak LADnya?

Jawab : Mengingat pasien ini memang jatuh pada kondisi syok kardiogenik, menurut
saya masih ada indikasi untuk kita lakukan complete revasc Dokter…
dr. Anwar : Ya, saya setuju…dan saya kira Prof. Harris juga setuju ya kita lakukan complete
revasc

Prof. Harris : (mengangguk) setuju

dr. Anwar : Oke, setelah selesai perawatan…pasien pulang diagnosis apa yang Anda
tuliskan di era BPJS sekarang ini terkait klaim dll?

Jawab : Kami tuliskan diagnose CAD2VD post primary PCI di RCA dan LAD, STEMI
inferior, Syok Kardiogenik Dokter

dr. Anwar : Oke setuju ya…yang penting syok kardiogenik harus Anda cantumkan di
diagnosis agar semua prosedur kita dapat tertanggung semua oleh pihak BPJS.

Oke, cukup dari saya…

dr. Irsad (UGM)

dr. Irsad : Oke, meneruskan kasus dari dr. Anwar…pasien tadi mau pulang, apa yang Anda
lakukan terkait rehab dan prevensi?

Jawab : Saya akan melakukan rehab jantung Dokter, terkait tujuan rahab adalah
mengembalikan bla..bla… saya akan melakukan rehab Fase I, II dst sesuai dengan 4 pilar rehab
(medical goal, psikological goal, social goal, health service goal)…. Entry test bisa kita pilih
berdasarkan risiko pasien (high, intermediate, low) bisa dengan 6MWT atau TMT

dr. Irsad : Pada pasien ini entry test pa yang Anda pilih? Berdasarkan apa?

Jawab : Sy memilih 6MWT Dokter karena pasien pernah mengalami periode syok
kardiogenik sehingga sy menilai pasien ini high risk

dr. Irsad : Pasien ini selama 6 menit mampu menempuh jarak 300 meter, bagaimana
peresepan latihannya?
Jawab : Dalam 6 menit menempuh jarak 300 meter berarti dalam 30 menit pasien
mampu menempuh jarak 1500 meter. Karena rekomendasi latihan 4-5x seminggu @30 menit.
Pasien ini high risk jadi saya meresepkan 50% dari kapasitas fungsional sehingga saya
menyarankan latihan jalan 800 meter dalam 30 menit sebanyak 4-5x seminggu atau lebih bagus
setiap hari. Jarak tempuh dinaikkan bertahap sebesar 100 meter perminggunya, jadi minggu I
target 800 menet/30 menit, minggu II 900 meter/menit dst

dr. Irsad : Oke, kalau pekerjaan pasien ini ternyata sopir, kapan dia boleh menyetir lagi?

Jawab : Saya akan menghitung kapasitas fungsional (METS) dia dulu Dok, dengan TMT
untuk melihat apakah dia benar-benar siap melakukan aktivitas keseharian dia atau tidak

dr. Irsad : Kalau sopir kira-kira butuh berapa METs?

Jawab : bingung…asal jawab sekitar 7 METs Dok

dr. Anwar : (Beliau langsung memotong) Nha ini pertanyaan sering ditanyakan pasien…
kalau mau berhubungan sex butuh berapa METs ya Dok?

Jawab : ….sekitar 6 METs Dok

dr. Anwar : Ah masaak? (tersenyum beliau)

Jawab : (mengkoreksi)…mhn maaf 4 METs Dokter

dr. Anwar : Ya…sekitar 4 METs ya…kalau untuk aktivitas sehari-hari missal mandi dll butuh
berapa METs?

Jawab : Sekitar 2-3 METs Dokter

dr. Anwar : Oke sekitar 2 METs saja cukup ya

dr. Irsad : Kembali ke kasus tadi, untuk prevensinya bagaimana?

Jawab : Prevensi sekunder…pemberian DAPT, pengendalian faktor risiko smoker,


hipertensi dll, sebutkan target TD bila HT, HbA1c dan LDL
dr. Irsad : Anda akan memberikan statin tidak?

Jawab : Berdasarkan skor ASCVD kita tetap memberikan terapi statin  high intensity
statin Dokter karena dengan riwayat CVD dengan target LDL <70 mg/dL

dr. Irsad : ASCVD itu skor dari mana?

Jawab : (Saya jawab) …Amerika/AHA Dokter

Semoga sukses dan lulus semua ujiannya teman-teman… Aamiin


---S E M O G A B E R M A N F A A T---

Anda mungkin juga menyukai