Dalam beberapa decade terakhir telah terjadi semacam evolusi dalam praktik
pelaporan keuangan yaitu makin banyaknya informasi yang diungkapkan dalam pelaporan
keuangan melalui pengungkapan sukarela. Salah satu aspek yang diungkapkan secara suarela
dalam pelaopran keuangan tersebut adalah informasi tentang aspek social dan lingkungan
berkaitan dengan kegiatan bisnis yang dijalankan perusahaan.
Apa yan dinamakan pengungkapan social dan lingkungan ? selama ini belum ada
defenisi tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan pengungkapan social dan
lingkungan. Hal ini disebabkan perekambangan praktik PSL masih dalam tahap embrio jika
dibandingkan perkembangan praktik pelaporan keungan ( Deegan 200 ).
Menurut elkington ( 1997 ) social audit adalah proses yang mengungkapan organisasi
untuk menilai kinerjanya berdasarkan harapan dan persyaratan yang ditentukan masyarakat.
Sampai saat ini tidak ada consensus berkaitan dengan informasi apa saja yang dimasukkan
dalam PSL. Konsekuensinya, untuk menentukan apa yang seharusnya diungkapkan,
penyususnnan laporan keungan biasanya dihadapkan pada masalah bagaimana mengukur dan
mengklasifikasikan onformasi dalam PSL. Misalnya, comprehensive study yang dilakukan
oleh AICPA pada tahun 1977 menyimpulkan beberapa temuan berkaitan pengukuran social
sebagai berikut :
1) Meskipun ada gap yang luas, perusahaan memiliki sejumlah informasi tentang kegiatan
perusahaan dan jenis konsekuensi sosialnya yang kebanyakan dinamakan “social
conditiaon”.
2) Di berbagai area, informasi yang tersedia tidak lengkap dan sering tidak akurat, biasanya
tidak mengukur atau tidak mampu mengukur dengan baik dampak social yang
ditimbulkan.
3) Informasi makin lengkap dan akurat ketika informasi tersebut diminta oleh huku,
peraturan atau perjanjian kontraktual.
4) Informasi kebanyakan berkaitan dengan karyawan.
5) Sebagian perusahaan telah menggunakan informasi social dalam menentukan kebijakan,
praktik, melakukan tindakan dan memonitor hasilnya.
6) Meningkatnya jumlah perusahaan yang menyajikan laporan berakitan dengan aspek
social cenderung untuk menarik perhatian publik, lporan ini mungkin salah karena adanya
usaha yang hanya menekankan pada fakta yang menguntungkan, atau menggunakan
bahasa berlebihan.
7) Perusahaan tidak meminta atau menerima laporan audit pihak ketiga atas informasi yang
disajikan, meskipun beberapa pendekatan ditemukan dalam laporan tertentu.
Tidak berapa lam setelah itu, Ernst dan Ernst ( 1978 ) melakukan survey dan
menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu social ( dan lingkungan )
jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikategorikan kedalam kelompok
berikut ini :
a) Lingkungan
b) Energy
c) Praktik bisnis yang wajar ( fair )
d) Sumber daya manusia
e) Keterlibatan masyarakat
f) Produk yang dihasilkan
g) Pengungkapan lainnya
a) Kondisi pekerjaan
b) Penghasilan karyawan
c) Jam kerja
d) Pengaruh teknologi
e) Kualifikasi dan penelitian
f) Subsidi yang diterima dari perusahaan
g) Polusi lingkungan
h) Kontribusi perusahaan pada tujuan social seperti pembangunan daerah, pengangguran,
dan lai-lain.
Atas dasar berbagai hal tersebut, Tinker et al (1991) mengatakan bahwa PSL pada
dasarnya merupakan redleksi atas munculnya konflik social kapitalis dengan kelompok lain, (
seperi pekerja, kelompok pecinta lingkungan, konsumen, dan lainnya ). Tinker dan Niemark
(1984) menyatakan bahwa :
…publik, secara umum, menjadi makin sadar atas konsekuensi negative dari
pertumbuhan perusahaan… Publik menekankan bisnis dan pemerintah untuk
mengeluarkan dana gunan memperbaiki atau mencegah lingkungan fisik, untuk
menjamin kesehatan dan keselamatan konsumen, pekerja dan mereka yang tinggal di
lingkungan dimana produk dibuat dan limbah dibuang, dan untuk bertanggung jawab
terhadap konsekuensi timbul dari adanya penutupan pabrik dan pengangguran karena
teknologi.
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari praktek PSL ini seperti menselaraskan
nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai social, menghindari tekanan dari kelompok tertentu,
meningkatkan image dan reputasi perusahaan, menunjukkan prinsip-prinsip manajerial dan
menunjukkan tanggung jawab social perusahaan.
Oleh karena egiatan perusahaan dapat menimbulkan dampak social dan lingkungan,
praktek PSL merupaan alat manajerial yang digunakan perusahaan untuk menghindari
konflik social dan lingkungan. Selain itu, praktik PSL dapat dipandang sebagai wujud
akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak social dan
lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan baik pengaruh yang bai maupun yang buruk.