net/publication/338630486
CITATIONS READS
0 8,360
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
KEMAMPUAN PENILIK DALAM MELAKSANAKAN TUGAS POKOK DITINJAU DARI KEPUTUSAN MENPAN NO.15/KEP/MENPAN/3/2002 View project
HUBUNGAN KEMAMPUAN PENALARAN DALAM MATEMATIKA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA View project
All content following this page was uploaded by Baso Intang Sappaile on 16 January 2020.
Abstrak: Skala adalah alat pengumpul data yang dapat merupakan skala
penilaian yang sifatnya ordinal, seperti skala Likert. Skor butir pernyataan
pada skala ordinal tidaklah tepat dilakukan penjumlahan dari sejumlah skor,
tetapi penjumlahan skor dapat dilakukan bila skor pernyataan merupakan
skala interval atau skala rasio. Untuk memperoleh skor butir pernyataan yang
sifatnya interval diperlukan transformasi data dengan pendekatan distribusi Z.
)
Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd. adalah Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Makassar.
1
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 064, Januari 2007, hal. 126-135, ISSN 0215-2673
non-tes. Yang termasuk kelompok tes, sama antar satuan atau titik pangkal yang
misalnya tes prestasi belajar, tes tetap.
inteligensi, tes bakat; sedangkan yang
termasuk nontes misalnya pedoman 2. 1. 2 Skala Ordinal
wawancara, pedoman observasi, daftar
Skala ordinal menunjukkan urutan atau
cocok (check list), skala sikap, skala
tingkatan atau rangking di samping
penilaian, dan sebagainya. Jenis
pengelompokan (skala nominal). Misal-
instrumen tersebut memiliki skala ukuran
nya, variabel "pendidikan" dengan
yang berbeda-beda, misalnya: skala
kategori 1 = di bawah SD, 2 = tamat SD,
nominal, ordinal, interval, dan skala
3 = tamat SLTP, dan 4 = tamat SLTA
rasio.
atau lebih; dan variabel "persetujuan"
dengan kategori sangat setuju hingga
2. 1 Skala Ukuran
sangat tidak setuju. Nur (1987: 8)
Skala merupakan suatu sistem pengukur- menyatakan skala ordinal memiliki sifat
an dari data kontinum yang ditata ke urutan yang sama seperti nilai pada
dalam interval. Kontinum tersebut dapat sistem bilangan real, akan tetapi nilai-
mempunyai absolut pada kedua ujung- nilai dalam skala ordinal itu tidak
nya, dapat pula hanya mempunyai titik memiliki sifat kesamaan jarak antara
relatif. Berkaitan dengan skala ukuran, satuan dan titik pangkal tetap.
Agung (1992: 38) membedakan empat
macam skala ukuran, yaitu: skala 2. 1. 3 Skala Interval
nominal, skala ordinal, skala interval,
Skala interval termasuk ukuran yang
dan skala rasio.
bersifat numerik di mana interval antara
dua ukuran yang berbeda mempunyai
2. 1. 1 Skala Nominal
pengertian. Sedangkan untuk skala
Skala nominal dapat dinyatakan sebagai
ordinal, selisih antara dua ukuran tidak
ukuran yang tak sebenarnya, di mana
mempunyai pengertian. Misalnya, tem-
skor/ukuran untuk tiap unit observasi
peratur dalam Celcius. Interval dari 0
atau individu sebenarnya hanyalah
sampai 20 derajat besarnya sama dengan
merupakan tanda atau simbol yang
interval dari 10 sampai 30 derajat.
menunjukkan ke dalam kelompok atau
Tetapi 30 derajat Celcius panasnya tidak
kelas mana individu tersebut termasuk.
sama dengan tiga kali lipat 10 derajat
Misalnya variabel "jenis kelamin"
Celcius, karena "0 derajat" tidak sama
dengan skor yang mungkin 1 = pria dan
dengan "tidak ada panasnya sama
2 = wanita. Skor 1, 2 yang diberikan
sekali", seperti es mempunyai suhu 0
hanya untuk membedakan antara kelom-
derajat Celcius. Dalam hal ini dinyatakan
pok yang satu dengan lainnya. Nur
bahwa titik nol tidak merupakan titik
(1987: 7) menyatakan nominal adalah
absolut. Nur (1987: 8) menyatakan
skala di mana bilangan digunakan
bahwa skala interval juga menunjukkan
semata-mata hanya sebagai label atau
urutan, akan tetapi selain itu jarak antara
nama untuk elemen-elemen di dalam
bilangan memiliki arti bila dikaitkan
sistem data dan tidak memiliki sifat
dengan sifat yang diukur.
urutan yang mengandung arti, jarak yang
3
Baso Intang Sappaile_Pembobotan Butir ...
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 064, Januari 2007, hal. 126-135, ISSN 0215-2673
semua respon benar menurut alasannya kan dalam spesifikasi. Demikian pula
masing-masing. kondisi pengukuran harus benar-benar
Dalam menentukan kategori suatu mendekati kondisi alami, sehingga para
skala Likert, dapat berbentuk: sangat subjek dapat menampilkan respon yang
tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, benar-benar mencerminkan keadaan
setuju, sangat setuju; atau tidak pernah, yang sebenarnya.
jarang, kadang-kadang, sering, selalu, Dengan menggunakan Tabel-1
tergantung dari konsep yang hendak dilakukan langkah-langkah sebagai beri-
diukur. Misalnya yang kita ukur adalah kut.
sikap terhadap sesuatu, tentu yang lebih Pertama. Menghitung frekuensi (f)
tepat digunakan adalah kategori: sangat jawaban responden pada setiap kategori.
tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, Kedua. Menentukan proporsi (p), yaitu
setuju, sangat setuju. dengan membagi setiap frekuensi dengan
banyaknya subyek.
2. 3 Analisis Hasil Uji-Coba Ketiga. Menentukan proporsi kumulatif
(cp), yaitu proporsi suatu kategori ditam-
Hasil uji-coba dianalisis satu demi satu
bah dengan proporsi-proporsi kategori di
pernyataan. Tiap pernyataan dianalisis
kirinya.
tentang distribusi jawaban responden,
Keempat. Menentukan titik tengah pro-
misalnya kategori SS, S, RR, TS, STS
porsi kumulatif (m-cp).
dengan menghitung frekuensi jawaban
Kelima. Nilai z diperoleh dengan
responden yang memilih SS dan
membandingkan tabel z untuk masing-
seterusnya. Suryabrata (2000: 181)
masing titik tengah prporsi kumulatifnya.
menyatakan bahwa yang perlu diperha-
Keenam. Penambahan suatu bilangan
tikan dalam kelompok subjek yang akan
sedemikian hingga nilai z yang negatif
dilibatkan dalam uji-coba harus benar-
menjadi satu.
benar sesuai dengan apa yang dirumus-
Tabel yang diadaptasi dari Edwards (1957: 150) dalam bukunya Techniques of
Attitude Scale Contruction.
Dari Tabel-2 di atas, diperoleh Z-skor: Berdasarkan jawaban 200 responden uji-
1,0000; 1,9697; 3,1701; 4,3966; 5,4964 coba, diperoleh distribusi berikut.
yang merupakan skala interval. Jadi butir STS = 2, TS = 24, RR = 113, S = 56, dan
pernyataan 1 mempunyai bobot kategori SS = 5. Dari distribusi ini dimasukkan ke
STS, TS, RR, S, dan SS berturut-turut 1; Tabel-3 berikut.
1,9697; 3,1701; 4,3966; 5,4964. Dari distribusi ini dibuat tabel seperti
Tabel-3 berikut.
Pernyataan 2. Saya senang belajar
matematika.
6
Baso Intang Sappaile_Pembobotan Butir ...
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 064, Januari 2007, hal. 126-135, ISSN 0215-2673
7
Baso Intang Sappaile_Pembobotan Butir ...
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 064, Januari 2007, hal. 126-135, ISSN 0215-2673
Andaikan skor rata-rata sikap terhadap sikap negatif terhadap matematika (skor
matematika dari sekelompok siswa sama rata-rata = 2,5 berada pada interval
dengan 2,5 maka dapat dinyatakan 1,0000 sampai dengan 2,6487).
bahwa kelompok siswa tersebut memiliki
Atas simpulan ini, maka disarankan
4. Simpulan dan Saran agar dalam memberikan skor terhadap
butir pernyataan dari suatu instrumen
Berdasarkan uraian-uraian menge-
yang berskala ordinal diusahakan skor
nai penbobotan butir pernyataan dalam
yang akan diperoleh dalam bentuk skala
bentuk skala Likert dengan pendekatan
interval. Di samping itu, skor yang
distribusi Z dan contoh yang telah
diperoleh tetap menggunakan empat
dikemukakan di atas, maka disimpulkan
angka di belakang koma.
sebagai berikut.
a. Dengan pembobotan butir pernyataan
Pustaka Acuan
dalam bentuk skala Likert, skor-skor
yang diperoleh merupakan skor yang Agung, 1992, Metode Penelitian Sosial
kontinum (skala interval), sehingga Pengertian dan Pemakaian Praktis,
skor setiap responden dari keselu- PT. Gramedia Pustaka Utama,
ruhan butir dapat dianalisis dengan Jakarta.
statistik parametrik. Djaali., Puji Muljono., Ramly, 2000,
b. Untuk menentukan kategori untuk Pengukuran Dalam Pendidikan,
setiap responden, terlebih dahulu Program Pascasarjana, Jakarta.
menetapkan interval-interval katego- Edrawds, 1957, Tehniques of Attitude
ri yang didasarkan atas titik tengah Scale Construc-tion, Appleton-
dari jumlah skor untuk setiap kate- Century-Crofts Inc, New York.
gori. Nur, Mohamad, 1987, Pengantar Teori
c. Tidaklah tepat jika skor setiap kate- Tes, P2LPTK, Jakarta.
gori yang berskala ordinal ditetapkan Sudjana, Nana, 2004, Penilaian Hasil
sebelum analisis uji-coba. Misalnya Proses Belajar Mengajar, Remaja
pernyataan positif dengan menetap- Rosdakarya, Bandung.
kan bobot 5 untuk SS, bobot 4 untuk Suherman, Erman dan Yaya Sukjaya K,
S, bobot 3 untuk RR, bobot 2 TS, dan 1990, Petunjuk Praktis Untuk
bobot 1 STS. Demikian juga untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
pernyataan negatif dengan memberi Matematika, Wijayakusumah, Ban-
bobot 1 untuk SS, bobot 2 untuk S, dung.
bobot 3 untuk RR, bobot 4 untuk TS, Suryabrata, Sumadi, 2000, Pengem-
dan bobot 5 untuk STS. Penetapan bangan Alat Ukur Psikologis, Andi,
seperti ini, skala yang diperoleh Yokyakarta ■
merupakan skala ordinal yang sama
sekali tidak dapat dijumlahkan.
8
Baso Intang Sappaile_Pembobotan Butir ...