Disusun Oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Wabah dan kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. Wabah dan
KLB ini mempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwa yang demikian
mendadak, melibatkan banyak orang dan dapat menimbulkan banyak kematian. Wabah adalah
keadaan berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
menimbulkan malapetaka. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Saat terjadi wabah dan KLB perlu dilakukan langkah-langkah yang tepat agar kejadian
kesakitan tidak bertambah. Indonesia sendiri masih memiliki angka KLB dan wabah yang tinggi.
Hal ini memerlukan respon yang cepat dan akurat agar proses penanggulangannya menjadi lebih
cepat, seperti membentuk Tim Gerak Cepat di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Untuk
itu, perlu pengetahuan dan keterampalian yang cukup untuk petugas yang akan terjun ke
lapangan.
Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta PP No. 40
tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular mengatur agar setiap wabah
penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar
biasa – KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Wabah adalah keadaan berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta menimbulkan malapetaka
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
2.2 Jenis dan Tata Cara Penemuan Penyakit Menular yang Menimbulkan Wabah
2.2.1 Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah
2
10. Avian Influenza H5N1
11. Antraks
12. Leptospirosis
2
13. Hepatitis
14. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
15. Meningitis
16. Yellow Fever
17. Chikungunya
c. Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh
Menteri.
2.2.2 Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah
a. Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat dilakukan secara
pasif dan aktif.
b. Penemuan secara pasif melalui penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayan.
c. Penemuan secara aktif melalui kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan
diagnosis secara epidemiologi berdasarkan gambaran umum penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan wabah yang selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan laboratorium.
d. Selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya.
3
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
Berikut ini siapa saja yang memiliki wewenang dalam menetapkan KLB:
(1) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau Menteri
dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu
kriteria sebagaimana dimaksud diatas.
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsi menetapkan
suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud diatas di wilayah kerjanya
masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB sesuai contoh formulir W1 terlampir.
(3) Dalam hal kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di
wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas kesehatan provinsi dapat menetapkan
daerah tersebut dalam keadaan KLB.
(4) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Menteri menetapkan
daerah tersebut dalam keadaan KLB.
(5) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau Menteri
harus mencabut penetapan daerah dalam keadaan KLB berdasarkan pertimbangan
keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan KLB.
4
b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya, ekonomi, dan
pertimbangan keamanan.
Menteri menetapkan daerah dalam keadaan wabah berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud diatas. Menteri juga harus mencabut penetapan daerah wabah berdasarkan
pertimbangan keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan wabah
5
d. dan Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam
sejak menerima laporan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara :
(1) Pelaksanaan penanggulangan KLB/Wabah harus dilaporkan secara berjenjang
kepada Menteri dalam kurun waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam.
(2) Pelaporan KLB/Wabah meliputi laporan penetapan, perkembangan dan
laporan penanggulangan KLB/Wabah.
2.5.2 Ketenagaan
a) Dalam rangka upaya penanggulangan KLB/Wabah, dibentuk Tim Gerak Cepat di tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
b) Tim Gerak Cepat terdiri atas tenaga medis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, entomolog
kesehatan, tenaga laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada program/sektor terkait
maupun masyarakat. Tim Gerak Cepat ditetapkan oleh:
1. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atas nama bupati/walikota untuk tingkat
kabupaten/kota
2. Kepala dinas kesehatan provinsi atas nama gubernur untuk tingkat provinsi
6
3. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat.
Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli asing setelah
mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam keadaan KLB/wabah seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan terhadap penderita atau
tersangka penderita. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan perbekalan
kesehatan meliputi bahan, alat, obat dan vaksin serta bahan/alat pendukung lainnya.
7
2.8. Pembagian dan Klasifikasi Wabah
2.6.1 Pembagian Wabah Menurut Sifatnya
a. Common Source Epidemic / Point Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam
suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun
Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan
makanan, polusi kimia di udara terbuka. Dapat ditandai oleh (2,4) :
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan
masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena
adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vector, relatif lama
waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran
anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi
cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada
batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran
geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus (2,4). Ditandai oleh :
8
4. Waktu munculnya penyakit tidak jelas.
8
2.8.2 Klasifikasi Wabah
c. Endotoxin
2. Infeksi
a. Virus
b. Bakteri
c. Protozoa
d. Cacing
3. Toxin Biologis
b. Afla toxin
4. Toxin Kimia
9
EPIDEMIC
(WABAH)
9
BAB III
KESIMPULAN
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Penyakit yang
dapat menimbulkan wabah didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya,
keamanan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menyebabkan dampak malapetaka di
masyarakat.
Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah
dan puskesmas terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita penyakit
yang sedang wabah. Pembinaan dan pengawasan terhadap penanggulangan KLB/Wabah
dilakukan oleh Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota.
10
DAFTAR PUSTAKA
11