Anda di halaman 1dari 16

MINI LECTURE

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DAN WABAH

Disusun Oleh:

Meylisa Gresia 1915051

Vanessa Rahmadia 1915059

Pembimbing:

dr. Dani, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2020
DAFTAR ISI

1
BAB I

PENDAHULUAN

Wabah dan kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. Wabah dan
KLB ini mempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwa yang demikian
mendadak, melibatkan banyak orang dan dapat menimbulkan banyak kematian. Wabah adalah
keadaan berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
menimbulkan malapetaka. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Saat terjadi wabah dan KLB perlu dilakukan langkah-langkah yang tepat agar kejadian
kesakitan tidak bertambah. Indonesia sendiri masih memiliki angka KLB dan wabah yang tinggi.
Hal ini memerlukan respon yang cepat dan akurat agar proses penanggulangannya menjadi lebih
cepat, seperti membentuk Tim Gerak Cepat di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Untuk
itu, perlu pengetahuan dan keterampalian yang cukup untuk petugas yang akan terjun ke
lapangan.

Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta PP No. 40
tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular mengatur agar setiap wabah
penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar
biasa – KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi KLB/ Wabah

Wabah adalah keadaan berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta menimbulkan malapetaka

Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

2.2 Jenis dan Tata Cara Penemuan Penyakit Menular yang Menimbulkan Wabah
2.2.1 Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah

a. Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah


didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya, keamanan, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat.
b. Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah sebagai
berikut:
1. Kolera
2. Pes
3. Demam Berdarah Dengue
4. Campak
5. Polio
6. Difteri
7. Pertusis
8. Rabies
9. Malaria

2
10. Avian Influenza H5N1
11. Antraks
12. Leptospirosis

2
13. Hepatitis
14. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
15. Meningitis
16. Yellow Fever
17. Chikungunya
c. Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh
Menteri.

2.2.2 Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah
a. Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat dilakukan secara
pasif dan aktif.
b. Penemuan secara pasif melalui penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayan.
c. Penemuan secara aktif melalui kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan
diagnosis secara epidemiologi berdasarkan gambaran umum penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan wabah yang selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan laboratorium.
d. Selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya.

2.3 Upaya Penanggulangan KLB/ Wabah


2.3.1 Penetapan Daerah KLB
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut:
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam,
hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

3
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
Berikut ini siapa saja yang memiliki wewenang dalam menetapkan KLB:
(1) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau Menteri
dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu
kriteria sebagaimana dimaksud diatas.
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsi menetapkan
suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud diatas di wilayah kerjanya
masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB sesuai contoh formulir W1 terlampir.
(3) Dalam hal kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di
wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas kesehatan provinsi dapat menetapkan
daerah tersebut dalam keadaan KLB.
(4) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Menteri menetapkan
daerah tersebut dalam keadaan KLB.
(5) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau Menteri
harus mencabut penetapan daerah dalam keadaan KLB berdasarkan pertimbangan
keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan KLB.

2.3.2 Penetapan Daerah Wabah


Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLB berkembang atau
meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angka kesakitan dan/atau
angka kematian.

4
b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya, ekonomi, dan
pertimbangan keamanan.
Menteri menetapkan daerah dalam keadaan wabah berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud diatas. Menteri juga harus mencabut penetapan daerah wabah berdasarkan
pertimbangan keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan wabah

2.3.3 Penanggulangan KLB/Wabah


Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat, meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan
dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat; dan
g. upaya penanggulangan lainnya; antara lain berupa meliburkan sekolah untuk sementara
waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara waktu, melakukan pengamatan secara
intensif/surveilans selama terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadap upaya
penanggulangan secara keseluruhan sesuai dengan jenis penyakit yang menyebabkan
KLB/Wabah

2.4 Pelaporan KLB /Wabah


a. Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah
dan puskesmas terdekat atau jejaringnya selambatlambatnya 24 (dua puluh empat) jam
sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu
b. Pimpinan puskesmas yang menerima laporan harus segera melaporkan kepada kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak
menerima informasi.
c. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan adanya penderita atau
tersangka penderita penyakit tertentu secara berjenjang kepada bupati/walikota, gubernur,

5
d. dan Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam
sejak menerima laporan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara :
(1) Pelaksanaan penanggulangan KLB/Wabah harus dilaporkan secara berjenjang
kepada Menteri dalam kurun waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam.
(2) Pelaporan KLB/Wabah meliputi laporan penetapan, perkembangan dan
laporan penanggulangan KLB/Wabah.

2.5 Sumber Daya


2.5.1 Pendanaan
a. Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah dibebankan pada
anggaran pemerintah daerah.
b. Dalam kondisi pemerintah daerah tidak mampu menanggulangi KLB/Wabah maka
dimungkinkan untuk mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah atau
pemerintah daerah lainnya.
c. Pengajuan permintaan bantuan menggunakan contoh formulir terlampir.
Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan penanggulangan KLB/Wabah
kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam penanggulangan KLB/Wabah, Pemerintah dapat bekerja sama dengan negara lain
atau badan internasional dalam mengupayakan sumber pembiayaan dan/atau tenaga ahli
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.5.2 Ketenagaan
a) Dalam rangka upaya penanggulangan KLB/Wabah, dibentuk Tim Gerak Cepat di tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
b) Tim Gerak Cepat terdiri atas tenaga medis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, entomolog
kesehatan, tenaga laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada program/sektor terkait
maupun masyarakat. Tim Gerak Cepat ditetapkan oleh:
1. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atas nama bupati/walikota untuk tingkat
kabupaten/kota
2. Kepala dinas kesehatan provinsi atas nama gubernur untuk tingkat provinsi

6
3. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat.
Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli asing setelah
mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam keadaan KLB/wabah seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan terhadap penderita atau
tersangka penderita. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan perbekalan
kesehatan meliputi bahan, alat, obat dan vaksin serta bahan/alat pendukung lainnya.

2.6 Pembinaan dan Pengawasan


Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penanggulangan KLB/Wabah.
Pengawasan Pemerintah merupakan suatu keharusan yang dilakukan terhadap
penyelenggaran pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun daerah. Demikian pula
Pemerintahan Daerah dalam pelaksanaan pengawasan harus tercipta keteraturan dalam
kegiatan pengelolaan.
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui:
1) Peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam penanggulangan
KLB/Wabah
2) Peningkatan jejaring kerja dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah
3) Pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan penanggulangan
KLB/Wabah
4) Bimbingan teknis terhadap penanggulangan KLB/Wabah

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya wabah


Sejumlah faktor mempengaruhi dilakukan atau tidaknya investigasi wabah :
a. Patogenesitas Bibit penyakit, keparahan dan potensi menyebarnya suatu penyakt
b. Lingkungan hal ini termasuk erhatian dan tekanan dari masyarakat, ketersediaan sumber
daya kesehatan
c. Herd Immunity

7
2.8. Pembagian dan Klasifikasi Wabah
2.6.1 Pembagian Wabah Menurut Sifatnya
a. Common Source Epidemic / Point Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam
suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun
Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan
makanan, polusi kimia di udara terbuka. Dapat ditandai oleh (2,4) :

- Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat.

- Masa inkubasi yang pendek.

- Episode penyakit merupakan episode tunggal.

- Waktu munculnya penyakit jelas.

- Lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat.

b. Propagated/Progresive Epidemic atau Contagious disease epidemic

Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan
masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena
adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vector, relatif lama
waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran
anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi
cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada
batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran
geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus (2,4). Ditandai oleh :

1. Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan.

2. Masa inkubasi yang panjang.

3. Episode penyakit yang bersifat majemuk.

8
4. Waktu munculnya penyakit tidak jelas.

5. Lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama.

c. Continual source outbreak


Yang dimaksud disini adalah suatu keadaan wabah yang disamping ditemukan gejala-
gejala dari wabah bentuk pertama juga ditemukan gejala-gejala dari wabah bentuk kedua
(2,4).

8
2.8.2 Klasifikasi Wabah

Menurut penyebabnya, penyakit yang menimbulkan wabah digolongkan menjadi (3) :

1. Toxin, terdiri dari :

a. Enterotoxin (Stapylococcus aureus)

b. Exotoxin (Clostridium botolinum)

c. Endotoxin

2. Infeksi

a. Virus

b. Bakteri

c. Protozoa

d. Cacing

3. Toxin Biologis

a. Racun jamur, Plankton, racun ikan, racum tumbuhan.

b. Afla toxin

4. Toxin Kimia

a. Zat kimia organik : logam berat (Hg).

b. Gas beracun : CO2, CO.

9
EPIDEMIC
(WABAH)

ONSET EXPOSURE TRANSMISSION EPIDEMIC CURVE

Mass Common Bell-


Explosive Staggering Progressive propagated Classical Inverted point
(simultaneous) source shaped

Mendadak Tersembunyi Kejadian Kasus2 lain Penyebaran -Penyebaran


Sebagian Timbul terjadi pada muncul dari dari orang ke
Besar perlahan- waktu yang setelah seorang ke orang Timbulnya Timbul dan Timbul
Timbulny hilangnya dan
Kasus lahan bersamaan kasus orang -Penyebaran dlm wkt
a dlm wkt berlgs dlm hilangnya
terjadi pertama banyak melalui vektor lama,hilan
pendek, wkt yg sama. berlgs dlm
dalam (vector- gnya dlm
hilangnya Puncak wkt yg
wkt
satu transmitted) dlm wkt kurve bulat sama.
pendek.
periode lama. Contoh. Puncak
Contoh:
masa Contoh: contact- kurve
Vector
inkubasi Water- transmitted lancip
borne
borne Contoh.
diseases
diseases Keracunan
makanan

Gambar 2.8.1 Klasifikasi Wabah

9
BAB III

KESIMPULAN

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Penyakit yang
dapat menimbulkan wabah didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya,
keamanan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menyebabkan dampak malapetaka di
masyarakat.

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,


mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB
yang sedang terjadi. Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat meliputi penyelidikan epidemiologis, penatalaksanaan
penderita, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah,
penyuluhan kepada masyarakat, dan upaya penanggulangan lainnya.

Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah
dan puskesmas terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita penyakit
yang sedang wabah. Pembinaan dan pengawasan terhadap penanggulangan KLB/Wabah
dilakukan oleh Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN.


Wabah, Penyakit dan Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA 1501/MENKES/PER/X/2010. No.503, tahun 2010

11

Anda mungkin juga menyukai