Anda di halaman 1dari 74

WABAH DAN TIM GERAK CEPAT

KLB
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501
Tahun 2010

SYAMSUL ARIFIN
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UPR
Contents
1. Pengertian KLB/Wabah
2. Jenis Penyakit Potensial KLB/Wabah
3. Penetapan Daerah KLB/Wabah
4. Penanggulangan KLB/Wabah
5. Pelaporan
6. Sumber Daya (Pendanaan, Ketenagaan,
Sarana & Prasarana)
7. Pembinaan & Pengawasan
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1:ASAL 1
1. WABAH PENYAKIT MENULAR (WABAH)  kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
2. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)  Timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.

Pengertian lain : Penderita, Penyelidikan epidimiologi, Pemerintah,


Pemerintah Daerah, Menteri, Direktur Jenderal dan TGC (Tim Gerak
Cepat)
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan meliputi :
1. Penetapan jenis penyakit menular
tertentu yang dapat menimbulkan wabah,
2. Tata cara penetapan dan pencabutan
penetapan daerah KLB/Wabah,
3. Tata cara penanggulangan, dan
4. Tata cara pelaporan.
Bab II
Jenis Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah
Umum
Pasal 3
Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah didasarkan pada pertimbangan :
1.Epidemiologis,
2.Sosial budaya,
3.Keamanan,
4.Ekonomi,
5.Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
6.Menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat.
Pasal 4
1. Jenis Penyakit Menular Tertentu yang
dapat Menimbulkan Wabah
a. Kolera j. Avian Influenza H5N1
b. Pes k. Antraks
c. DBD l. Leptospirosis
m. Hepatitis
d. Campak
n. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi
e. Polio
2009
f. Difteri o. Meningitis
g. Pertusis p. Yellow Fever
2. Penyakit
h. Rabiesmenular tertentu
q. lainnya
Chikungunyayang dapat
menimbulkan
i. Malaria wabah ditetapkan oleh Menteri.
Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah

Pasal 5

1.Pasif dan Aktif


Pasif : penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas
pelayanan kesehatan
Aktif : Kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan
diagnosis secara epidemiologi
2.Selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
pemeri ksaan penunjang lainnya
3.Ketentuan lebih lanjut tercantum dalam lampiran
SY AR ( 2017) 8
Bab III
Penetapan Daerah KLB
Pasal 6
Bagian Ke Satu
• Timbulnya suatu penyakit menular Penetapan Daerah KLB
berpotensi KLB seperti pada pasal 4
yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah

• Peningkatan kejadian kesakitan terus


menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya

• Peningkatan kejadian kesakitan dua


kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun
waktu jam, hari atau minggu menurut
jenis penyakitnya
Penetapan KLB (2)
• Jumlah penderita baru dalam
periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan dalam
tahun sebelumnya

• Rata-rata jumlah kejadian


kesakitan per bulan selama 1
(satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya
Penetapan KLB (3)
• Angka kematian kasus suatu penyakit
(Case Fatality Rate) dalam satu kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan
50% atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit
periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama

• Angka proporsi penyakit (proportional


rate) penderita baru suatu penyakit
pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding
satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama
Ukuran Kematian
• CDR = crude death rate = angka kematian
kasar atau jumlah seluruh kematian selama
satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun. (x!00%)
• SDR = Specific Death rate = jumlah seluruh
kematian akibat penyakit tertentu selama
satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun
• CFR= Case fatality rate = adalah jumlah
kematian oleh sebab penyakit tertentu di
jumlah kasus penyakit tersebut. (x 100 %)
SY AR ( 2017) 12
Pasal 7

a) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas


kesehatan provinsi, atau Menteri dapat menetapkan
daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah
memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6.

b) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala


dinas kesehatan provinsi menetapkan suatu daerah
dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) di wilayah kerjanya masing-masing dengan
menerbitkan laporan KLB sesuai contoh formulir W1
terlampir.
Pasal 8

(1) Dalam hal kepala dinas kesehatan kab/kota tidak menetapkan


suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas
kesehatan provinsi dapat menetapkan daerah tersebut dalam
keadaan KLB.

(2) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas
kesehatan kab/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya
dalam keadaan KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam
keadaan KLB.

Pasal 9
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan
provinsi, atau Menteri harus mencabut penetapan daerah dalam
keadaan KLB berdasarkan pertimbangan keadaan daerah tersebut
tidak sesuai dengan keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6.
Bagian Kedua
Penetapan Daerah Wabah
Pasal 10
1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah
dilakukan apabila situasi KLB berkembang atau
meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka,
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan
peningkatan angka kesakitan dan/atau angka
kematian.
b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan
aspek sosial budaya, ekonomi, dan pertimbangan
keamanan.
Siapa yg Menetapkan &
Mencabut Daerah Wabah

Pasal 11 : Menteri menetapkan daerah


dalam keadaan wabah berdasarkan
pertimbangan seperti diatas.

Pasal 12 : Menteri harus mencabut


penetapan daerah wabah berdasarkan
pertimbangan keadaan.
Bagian Ketiga
Penanggulangan KLB/Wabah
Pasal 13
1. Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara
terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan masyarakat.
2. Penanggulangan KLB/Wabah meliputi:
a. Penyelidikan epidemiologis;
b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup
kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan
isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. Pencegahan dan pengebalan;
d. Pemusnahan penyebab penyakit;
e. Penanganan jenazah akibat wabah;
f. Penyuluhan kepada masyarakat; dan
g. Upaya penanggulangan lainnya.
Pasal 14
• Dinas kesehatan kabupaten/kota harus
melakukan upaya penanggulangan secara dini
apabila di daerahnya memenuhi salah satu
kriteria KLB, baik sebelum maupun setelah
daerah ditetapkan dalam keadaan KLB.

• Upaya penanggulangan secara dini dilakukan


kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung
sejak daerahnya memenuhi salah satu kriteria
KLB.
Pasal 15
1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan KLB
atau suatu daerah dalam keadaan wabah
diperlukan untuk mempermudah koordinasi dan
optimalisasi sumber daya di bidang kesehatan
dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah.

2) Sumber daya di bidang kesehatan meliputi


segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi.
Bab IV
Pelaporan
Pasal 16
1) Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan
kepada kepala desa/lurah dan puskesmas terdekat atau jejaringnya
selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak mengetahui
adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu yg dpt
menimbulkan KLB/wabah.
2) Pimpinan puskesmas yang menerima laporan harus segera
melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak menerima
informasi.
3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan
adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu secara
berjenjang kepada bupati/walikota, gubernur, dan Menteri melalui
Direktur Jenderal selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam
sejak menerima laporan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
Pu = Puskesmas
Ka = Kabupaten
WPr = Provinsi

SY AR ( 2017) 21
• Kelompok 1 = Penyakit karantina/penyakit wabah
pentiong = kholera, pes dan Yellow fever
• Kelompok 2= Penyakit potensi wabah/KLB yang
menjalar dalam waktu cepat/mempunyai mortalitas
tinggi : DHF, Campak, Rabies, Tetanus neonatorum,
Diare, Pertusis, Poliomeylitis
• Kelompok3 = Penyakit potyensial wabah/KLB lainnya
dan beberapa penyakit penting : malaria, Frambosia,
Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhusd abdominalis,
meningitis, keracunan, ecencephalitis, Tetanus
• Kelompok 4 = Penyakit-penyakit menular yang tidak
berpotensi wabah dan KLB = kecacingan, kusta, Tbc,
Syphilis, GO, Filiarisasi

SY AR ( 2017) 22
BAB V
Sumber Daya
Bagian Kesatu
Pendanaan
Pasal 18
1) Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan
KLB/Wabah dibebankan pada anggaran pemerintah
daerah.
2) Dalam kondisi pemerintah daerah tidak mampu
menanggulangi KLB/Wabah maka dimungkinkan untuk
mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah
atau pemerintah daerah lainnya.
3) Pengajuan permintaan bantuan sebagaimana
dimaksud menggunakan contoh formulir terlampir.
• Pasal 19 : Pemerintah dapat melimpahkan
sumber pendanaan penanggulangan
KLB/Wabah kepada pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

• Pasal 20 : Dalam penanggulangan KLB/Wabah,


Pemerintah dapat bekerja sama dengan negara
lain atau badan internasional dalam
mengupayakan sumber pembiayaan dan/atau
tenaga ahli sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua
Ketenagaan
Pasal 21
1) Dalam rangka upaya penanggulangan
KLB/Wabah, dibentuk Tim Gerak Cepat di
tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud


terdiri atas tenaga medis, epidemiolog
kesehatan, sanitarian, entomolog
kesehatan, tenaga laboratorium, dengan
melibatkan tenaga pada program/sektor
terkait maupun masyarakat.
Pasal 22
Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ditetapkan oleh:
1.Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
atas nama bupati/walikota untuk tingkat
kabupaten/kota;
2.Kepala dinas kesehatan provinsi atas
nama gubernur untuk tingkat provinsi; dan
3.Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk
tingkat pusat.
Pasal 23
Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat
melibatkan tenaga ahli asing setelah
mendapat persetujuan dari Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Ketiga
Sarana dan Prasarana
• Pasal 24 : Dalam keadaan KLB/wabah seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan
terhadap penderita atau tersangka penderita.

• Pasal 25 : Dalam keadaan KLB/Wabah,


Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
menyediakan perbekalan kesehatan meliputi
bahan, alat, obat dan vaksin serta bahan/alat
pendukung lainnya.
Bab VI
Pembinaan Dan Pengawasan
Pasal 26
1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penanggulangan KLB/Wabah.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui:
a. Peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam
penanggulangan KLB/wabah;
b. Peningkatan jejaring kerja dalam upaya
penanggulangan KLB/wabah;
c. Pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan
penanggulangan KLB/wabah; dan
d. Bimbingan teknis terhadap penanggulangan
KLB/wabah.
Bab VII
Ketentuan Penutup

• Pasal 27 : Pada saat Peraturan ini mulai


berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang
Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah, Tata Cara
Penyampaian Laporannya, dan Tata Cara
Penanggulangan Seperlunya, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
• Pasal 28 : Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan ini
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 503


KESIAPSIAGAAN dan
MITIGASI BENCANA
dalam
UU No. 24 Tahun 2007
Topik Bahasan

• Manajemen Bencana
• UU Nomor 24 Tahun 2007
• Penyelenggaraan PB
• Kesiapsiagaan
• Mitigasi
Bencana (disaster)
Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Jenis Bencana (UU 24/2007)

Alam

BENCANA Non Alam

Sosial

35
Bencana Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempabumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor
36
Bencana non-Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.

Bencana Sosial :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.
37
Manajemen Bencana

Segala upaya atau kegiatan yang


dilaksanakan dalam rangka
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan
berkaitan dengan bencana yang
dilakukan pada sebelum, pada saat dan
setelah bencana.
MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN
RESIKO
BENCANA
MITIGASI
MANAJEMEN MANAJEMEN
KESIAPSIAGAAN KEDARURATAN PEMULIHAN

PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA


Pra Pasca
Tanggap Darurat
Bencana Bencana
Siklus Penanganan Bencana
TANGGAP
BENCANA DARURAT

KESIAPSIAGAAN

MITIGASI

PEMULIHAN

PENCEGAHAN
SIKLUS MANAJEMEN BENCANA

BENCANA

Tanggap
Darurat
Kesiapsiagaan

Pencegahan Pemulihan
dan Mitigasi
Penyelenggaraan PB
• Penyelenggaraan penanggulangan
bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Penyelenggaraan PB
Perencanaan
Situasi Tidak Pencegahan
Ada Pengurangan Risiko
Pendidikan
Bencana
Pelatihan
Penelitian
Prabencana Penaatan Tata Ruang
Situasi Terdapat Mitigasi
Potensi Bencana Peringatan Dini
Kesiapsiagaan

Kajian Cepat
Penyeleng Status Keadaan Darurat
garaan Saat Tanggap Penyelamatan & Evakuasi
Darurat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perlindungan
Pemulihan

Prasarana dan Sarana


Rehabilitasi
Sosial
Ekonomi
Pascabencana Kesehatan
Rekonstruksi Kamtib
Lingkungan
Kesiapsiagaan dalam UU
24/2007
• Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan
tepat dalam menghadapi kejadian bencana.
• Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud, dilakukan melalui:
a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan
bencana;
b. pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini;
c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar;
d. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat;
e. penyiapan lokasi evakuasi;
f. penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur
tetap tanggap darurat bencana; dan
g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk
pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
Apa arti Kesiapsiagaan?
• Mampu mengenali ancaman dan
memprediksi sebelum terjadinya bencana
• Mampu mencegah bencana, jika mungkin.
• Jika tidak, mampu mengurangi dampaknya
• Jika terjadi bencana, mampu menanggulangi
secara efektif.
• Setelah bencana terjadi, mampu pulih
kembali.
Tahap Kesiapsiagaan

Ada 9 kegiatan dalam tahap kesiapsiagaan:


– Penilaian Risiko (risk assessment)
– Perencanaan Siaga (contingency planning)
– Mobilisasi Sumberdaya (resource mobilization)
– Pendidikan dan Pelatihan (training & education)
– Koordinasi (coordination)
– Mekanisme Respon (response mechanism)
– Peringatan Dini (early warning)
– Manajemen Informasi (information systems)
– Gladi / Simulasi (drilling/simulation)
Penilaian Risiko

• Identifikasi ancaman
(hazard),
kerentananan
(vulnerability)
• Analisis Risiko
Bencana
• Tentukan tingkat
Risiko
• Buat Peta Risiko
Bencana
Rencana Kontinjensi
• Tentukan satu jenis
ancaman
• Buat Skenario Kejadian
• Susun Kebijakan
Penanganan
• Kaji Kebutuhan
• Inventarisasi Sumberdaya
• Buat Perencanaan setiap
Sektor
Mobilisasi Sumberdaya
• Inventarisasi semua
Sumberdaya yang
dimiliki oleh Daerah / PMI
Sektor
• Identifikasi Sumberdaya
yang Tersedia dan Siap
Digunakan SATLAK
• Identifikasi Sumberdaya
dari Luar yang dapat PU TNI
dimobilisasi untuk
keperluan darurat
Pendidikan dan Pelatihan

• Melakukan pendidikan
di sekolah-sekolah
dan
• Melakukan pelatihan
secara kontinyu:
– Manajerial
– Teknis operasional
Koordinasi
• Membentuk forum
koordinasi
• Menyelenggarakan
pertemuan berkala SATLAK

secara rutin
• Saling bertukar
informasi SAR Kesehatan PU Sosial

• Menyusun Rencana
Terpadu
Peringatan Dini
Penyampaian informasi
yang tepat waktu dan
efektif, melalui
kelembagaan yang jelas,
sehingga memungkinkan
setiap individu yang
terancam bahaya dapat
mengambil langkah
untuk menghindari atau
mengurangi risiko dan
mempersiapkan diri
untuk melakukan upaya
tanggap darurat yang
efektif.
Mekanisme Respon
• Menyiapkan Posko
• Menyiapkan Tim Reaksi
Cepat
• Mempunyai Prosedur
Tetap
• Menentukan Incident
Commander
• Melakukan upaya
penanganan di luar
prosedur rutin
Manajemen Informasi
• Ciptakan sistem informasi yang mudah
diakses, dimengerti dan disebarluaskan.
• Informasi yang disampaikan harus:
– Akurat (accurate)
– Tepat waktu (timely)
– Dapat dipercaya (reliable)
– Mudah dikomunikasikan (communicable)
TIM GERAK CEPAT
BENCANA/KLB
Batasan
Tim Gerak Cepat (TGC) :
• Sekelompok tenaga kesehatan yang
bertugas menyelesaikan pengamatan dan
penanggulangan wabah di lapangan
sesuai dengan data penderita puskesmas
atau data penyelidikan epideomologis.
SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA
a. Tim Gerak cepat diharapkan dapat
segera bergerak dalam waktu 0-24 jam
setelah ada informasi kejadian bencana.
Tim gerak cepat ini terdiri dari :
1) pelayanan medik :
a. Dokter umum : 1 orang
b. Dokter spesialis bedah : 1 orang
c. Dokter spesialis anestesi : 1
orang
PRA
SAAT
PASCA
Tugas /kegiatan TGC KLB
a. Pengamatan :
• Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.
• Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai
terutama anggota keluarga
• Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang
diduga tercemari dan sebagai sumber penularan.
• Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan
mengantisipasi penyebarannya
• Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap
penderita yang ditemukan di lapangan.
• Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga
• Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara
penanggulangan secara lengkap
Contoh Susunan Tim
• Penanggungjawab : Kepala Puskesmas
• Ketua : ( PJ Program P2M)
• Sekretaris : (PJ. Kesling)
• Anggota :
- dokter
- perawat
b. Pembentukan Pusat Rehidrasi
• Untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan
pengobatan. Tugas pusat rehidrasi :
• Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang
berkunjung.
• Melakukan pencatatan nama,umur,alamatlengkap, masa inkubasi,
gejala diagnosa dsb.
• Memberikan data penderita ke Petugas TGC
• Mengatur logistik
• Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi.
• Penyuluhan bagi penderita dan keluarga
• Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (isolisasi).
• Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang
dirawat.(yang diinfus,tidak diinfus)
c.Membuat Laporan Kejadian KLB secara tertulis meliputi:
• Melaporkan kasus menurut orang, tempat, waktu sesuai
dengan kasus KLB
• Melakukan pencatatan nama,umur,alamatlengkap, masa
inkubasi, gejala diagnosa dsb.
• Memberikan data penderita ke Petugas TGC
• Membuat catatan prosedur penatalaksanaan yang sudah
dilakukan.
• Melakukan jumlah kasus yang tertangani dengan baik, yang
sehat, rawat inap dan rekomendasi
• Memastikan sumber penularan KLB bagi penyakit menular
• Melakukan Penyebarluasan Data KLB
• Menutup keadaan KLB sudah berakhir
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai