2016
– ASTMA BRONCHIALE
By : Silence Dogood
PRASYARAT : REAKSI HIPERSENSITIVITAS
1|Page
Allergen pertama kali ditangkap oleh makrofag makrofag lalu memomotongnya ( menjadi
epitopes) dan dipresentasikan oleh APC dan berikatan dengan MHC klas II pada CD4+ T cell
CD 4+ T cell berubah menjadi sel TH2 sel TH2 akan mengeluarkan IL-4, IL-3, IL-5, dan GM-CSF
IL-4 akan merangsang sel B IgE untuk mengeluarkan antibody antibody IgE akan berikatan
dengan reseptor IgE Fc pada sel mast Terjadi pengeluaran mediator-mediator dari sel mast
Terjadi respon awal (vasodilatasi, kebocoran dari vaskuler ke jaringan sekitar dan spamse otot
polos
Leukosit dipanggil untuk memperbesar efek dan mempertahankan rekasi inflamasi tanpa
adanya pajanan dari alergen
Terkena pajanan sel T helper 2 akan mengeluarkan IL-4, IL-3, IL-5, dan GM-CSF IL-3 dan IL-
5 dari sel T helper 2 dan sel mast dan GM-CSF dari sel mast merangsang pemanggilan eosinophil
eosinophil diaktifkan dan mengeluarkan granula mukosa edema, sekresi mucus
bertambah, inflitrasi leukosit, broncospasm dan kerusakan epitel
Cat : apabila sudah pernah terpapar sebelumnya sel B IgE dapat langsung berekasi tanpa
menunggu perubahan dari sel T. Allergen juga langsung dapat merangsang sel mast yang sudah
berikatan dengan IgE dan menghasilkan reaksi alergi
2|Page
3|Page
4|Page
Vasoactive amines :
o Histamin Kontraksi otot polos, peningkatan permiabilitas vaskuler, dan
peningkatan sekresi muskus oleh hidung, bronkus dan asam lambung
Enzymes
o Mengandung neutral proteases (Chymase, tryptase) dan beberapa asam
hydrolase kerusakan jaringan
Proteoglycans
o Mengandung heparin ( anti coagulant)
Lipid mediators
o Leukotrienes
Leukotrienes C4 dan D4 adalah yang paling kuat menyebabkan
vasoactive dan spasmogenic (membuat spasme)
Leukotrienes B4 bersifat kemotatik untuk neutrophil, eosinophilis
dan monocytes
PGD2 (Prostaglandin D2) Bronchospasm dan peningkatan muscus
5|Page
PAF (Platelet activating factor) Agregrasi platelet, pelepasan
histamine, bronchospasm, peningkatan permiabilitas vascular, dan
vasodilatasi
Cytokines
o TNF, IL – 1 dan chemokines leukocyte recruitment
o IL – 4 merangsang Th2
6|Page
PRASYARAT : HISTOLOGI BRONKUS
Epitel respirasi
Lamina propria : jar. Ikat padat mengandung serabut kolagen, elastis, retikuler
7|Page
Tunika adventitia jar. Ikat padat
ASTMHA
DEFINISI
Asma kelainan Inflamasi kronik saluran nafas. Proses inflamsi ini melibatkan berbagai sel
inflamasi antara lain sel mast, eosinophil, limfosit T dan neutrophil. Pada individu yang sensitive
kelainan inflamasi ini menyebabkan gejala-gejala yang berhubungan dengan obtruksi saluran
nafas yang menyeluruh dengan derajat yang bervariasi, yang sering membaik (reversible) secara
spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga menyebabkan hiperreaktivitas bronkus
terhadap berbagai ransangan
PDPI
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-
batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan
napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
FAKTOR RESIKO
8|Page
Atopy
o Merupakan faktor resiko mayor dari asthma
o Pada orang nonatpoic mempunyai faktor resiko yang sangat rendah terkena
asthma
o Atopy dikarenakan secara genetika menentukan produksi IgE antibody yang
spesfik, banyak pasein yang menderita atopy menunjukkan dalam riwayat
keluarganya ada yang terkena atopy
Genetic predisposition
o Pada Chromosome 5q yang dimana berhubungan dengan atopy
9|Page
Infection
o Viral infection (terumata rhinovirus) merupakan fatkor yang dapat
mencetuskan eksaserbasi
o Hygiene hypothesis
Kekurangan paparan infeksi pada anak anak akan menyebabakan Th2
bias yang dimana seringnya terkena paparan infeksi dan endotoxin akan
menyebabkan predominant Th1
Diet
o Diet rendah vitamin C dan vitamin A, magnesium, selenium, dan omega-3-
polyunsaturaed fats (fish oil) atau tinggi Na dan omega-6-polyunsaturated
meningkatkan terjadinya asma
o Defisensi vitamin D dapat menjadi faktor predisposisi terjadi penyakit asthma
Air Pollution
o Polusi udara dapat menjadi faktor pencetus terjadi nya asthma
Obesitas
o Pada orang obese serang astma lebih sering muncul dan sangat susah di control
o Ini desebabkan inflammatory adipokines dan reduced anti inflammatory
adipokins yang lepaskan dari penyimpanan lemak
10 | P a g e
INSIDENSI
11 | P a g e
Klasifikasi asma berdasarkan pola waktu terjadi serangan :
1) Asma intermiten : pada jenis ini serangan asma timbul kadang kadang.
Diantara dua serangan, nilai APE normal, tidak terdapat atau hanya ada
hipereaktivitas bronkus yang ringan
2) Asma persisten : terdapat variabilitas APE antara siang dan malam, serangan
sering terjadi, dan terdapat hipereaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita
asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali normal
meskipun diberikan pengobatan kortikosteroid yang intensif.
3) Brittle asma : Penderita jenis ini mempunyai saluran nafas yang sensitive,
variabilitas obstruksi saluran nafas Dari hari ke hari sangat ekstrim. Penderita
mempunyai risiko untuk eksaserbasi tibatiba yang berat dan mengancam jiwa.
Klasifikasi berdasarkan beratnya penyakit
12 | P a g e
Klasifikasi berdasarkan ringan, sedang, beratnya penyakit
13 | P a g e
PATOGENESIS ASMA BRONCHIALE
Konsep patogenesis asma terkini, yaitu asma adalah suatu proses inflmasi dising saluran
napas yang bersifat kronik yang khas mengakibatkan terbatasnya aliran udara dan peningkatan
reaktivitas saluran napas.
14 | P a g e
15 | P a g e
16 | P a g e
PATOFISIOLOGI ASMA
Secara klinis, gangguan asma adalah gangguan saluran pernapasan yang terjadi
disebabkan oleh agen-agen sensitasi dan iritasi ditandai dengan:
a. Obstruksi saluran napas akut yang reversibel akibat bronkokontriksi, edema, dan
peradangan saluran napas
b. Eksresi mukus yang diinduksi oleh pajanan agen-agen tertentu
Umumnya agen sensitasi merangsang produksi suatu imunoglobulin E /IgE spesifik pada individu
yang rentan
17 | P a g e
PENCETUS
Bronkokontriksi, edema
mukosa, hipersekresi mukus
Peningkatan kerja
napas
Hiperventiasi alveolar
Acidosis
Vasokontriksi P02 ↓
Pulmonal PCO2
↑
GEJALA KLINIK
18 | P a g e
INDENTIFIKASI MASALAH
Ny A insidensi, 58 thn
Batuk berdahak
Riwayat Alergi: pasien alergi debu Faktor resiko alergen, (x) merokok=singkirkan PPOK
Pemeriksaan Fisik
Suhu : 36,8c
KEPALA
Mata : DBN
Telinga : DBN
Hidung : tampak pernapasan cuping hidung= usaha bernapas meningkat
Mulut : DBN
LEHER
19 | P a g e
KGB :DBN
JVP : DBN
TORAKS
Palpasi :dbn
Perkusi : dbn
Cor : DBN
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN
LABORATORIUM
HB : 14,5 g/dl
PCV/Hematokrit: 41,5%
Leukosit : 16.300/mm3 inflamasi
LED : 20mm/1jam inflamasi
Hitung jenis : 0/10/2/60/26/1 eosinofilia, rx alergi
Urine rutin : DBN
DASAR DIAGNOSIS
Anamesis
Pemeriksaan Fisik
Takikardi
Takhinophe
Pernafasan cuping hidung
Retraksi suprasternal = otot tambahan respirasi
Wheezing
20 | P a g e
oTerjadi karena adanya tuburlensi aliran udara dan vibrasi dari saluran nafas kecil
yang dimana ada obstruksi parsial (bronchospasm, edema, collapse, neoplasma,
atau benda asing)
Leukositosis
LED meningkat
Eosinofilia
21 | P a g e
DIAGNOSIS BANDING
• Suspek Asma Bronkhiale serangan akut derajat berat pada asma tidak terkontrol
• Suspek Asma Bronkhiale serangan akut derajat sedang pada asma tidak terkontrol
• Suspek Asma Bronkhiale serangan akut derajat ringan pada asma tidak terkontrol
DIAGNOSIS KERJA
Asma bronkhiale serangan akut derajat sedang-berat pada asma tidak terkontrol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
22 | P a g e
oHasil dapat diperoleh dalam waktu 15 menit, bila positif maka akan timbul
benjolan warna merah disertau rasa gatal
o Test ini lebih baik dari Skin Prick, namu resiko lebih tinggi untuk terjadi nya
reaksi sistemik, serta seringkali memerikan reaksi positif palsu
o Indikasi intracutaneous test, bila ekstra allergen skin prick tidak memberikan
hasil reaktif cukup kuat
Patch Test
o Dilakukan bila diduga reaksi alergi akibat kontak dengan bahan kimia atau
dermatitis kontak alergika
o Dilakukan dengan meletakan bahan bahan kimia pada fin chamber (plaster) lalu
ditempelkan pada punggung kulit
o Hasil test dapat dibaca setelah 48 s/d 72 jam, selama tes dianjurkan agar tidak
melakukan aktivitas berat dan mengeluarkan keringat, tidak bolhe mandi, posisi
tidur terlungkup dan usahakan punggung tidak bergesekan dengan apa pun
o Hasil posiitf ditunjukkan dnegan munculnya bercak kemerahan pada kulit
tersebut
Persentase eosinofiul
o Diketahui melalui pemeriksaan hitung jenis leukosit, jumlah eosinophil absolut
yang dapat di baca pada pemeriksaan dengan hemositometer atau secara
otomatis dengan cell counter
Pemeriksaan sputum
o Pada penderita asma bronkial dengan loop dapat ditemukan Kristal Charcot
Leiden dan Spiral Cruschmann
Kadar IgE
o Pada pendeirta asthma mengalami peningkatan kadar IgE
o Diperiksan dnegan metode ELISA
Spesifikasi IgE terhadap satu jenis allergen
o Pemeriksaan IgE-RAST (Radioallergosorbert Test) dalam sampel serum melalui
enzyme linked human IgE antibodu pada reaski kolorimetrik
Chest X-ray
o Menyingkirkan penyakit paru lain yang bergejala seperti asma atau
penyakit penyerta
o Berfungsi untuk komplikasi (pneumotoraks) atau untuk memeriksa
pulmonary shadows dengan allergic bronchipulmonary aspergilosis
PENATALAKSAAN
Tujuan :
- Jangka pendek
o Menghilangkan gejala
- Jangka panjang :
o Mengontrol gejala
o Mengurangi eksaserbasi
23 | P a g e
Non Farmakologi
Obat Asma
Dikelompokkan menjadi dua golongan :
o Reliever / pelega : untuk mengatasi serangan akut asma
o Controller : untuk mengontrol asma tersebut untuk jangka waktu yang
lama
Yang termasuk obat reliever / pelega :
o Short Acting Beta Agonis (SABA) inhalasi (Ventolin Inhaler)
o SABA oral (Salbutamol)
o Anti kolinergik inhalasi (Ipratropium Bromida)
o Kortikosteroid Sistemik (Metil Prednisolon, Prednison)
o Metil Xantin (Teofilin lepas cepat)
Yang termasuk obat controler :
o Kortikosteroid Inhalasi (Budesonide, Flutikason)
o Kortikosteroid Sistemik
o Long Acting Beta Agonis(LABA) Inhalasi (Formoterol)
o LABA oral (prokaterol, bambuterol)
o Metil Xantin ( Teofilin lepas lambat)
o Kombinasi Beta Agonis kerja lama dan Kortikosteroid Inhalasi ( Seretide ,
Symbicort )
1. Golongan simpatomimetik : Agonis alfa dan beta adrenergik.
Mekanisme Kerja :
1. Stimulasi reseptor α adrenergik yang mengakibatkan terjadinya
vasokonstriksi, dekongestan nasal dan peningkatan tekanan darah.
24 | P a g e
2. Stimulasi reseptor β1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan
kontraktilitas dan irama jantung.
3. Stimulasi reseptor β2 yang menyebabkan bronkodilatasi, peningkatan
klirens mukosiliari, stabilisasi sel mast dan menstimulasi otot skelet.
Selektifitas relatif obat-obat simpatomimetik adalah faktor penentu
utama penggunaan secara klinik dan untuk memprediksi efek samping
yang umum. Obat simpatomimetik selektif β2 memiliki manfaat yang
besar dan bronkodilator yang paling efektif dengan efek samping yang
minimal pada terapi asma. Penggunaan langsung melalui inhalasi akan
meningkatkan bronkoselektifitas, memberikan efek yang lebih cepat dan
memberikan efek perlindungan yang lebih besar terhadap rangsangan
(misalnya alergen, latihan) yang menimbulkan bronkospasme
dibandingkan bila diberikan secara sistemik.
2. Xantin
Mekanisme Kerja :
Metilxantin (teofilin, garamnya yang mudah larut dan turunannya) akan
merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah
pulmonal, merangsang SSP, menginduksi diuresis, meningkatkan sekresi
asam lambung, menurunkan tekanan sfinkter esofageal bawah dan
menghambat kontraksi uterus. Teofilin juga merupakan stimulan pusat
pernafasan. Aminofilin mempunyai efek kuat pada kontraktilitas diafragma
pada orang sehat dan dengan demikian mampu menurunkan kelelahan serta
memperbaiki kontraktilitas pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran
pernapasan kronik.
3. Antikolinergik (Ipratropium Bromida)
Mekanisme Kerja :
Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik
(parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara
mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada
tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik.Ipratropium bromida (semprot
hidung) mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat
sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung.
4. Kromolin Sodium dan Nedokromil
A. Kromolin Natrium
Mekanisme Kerja :
Kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin tidak mempunyai
aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas
glukokortikoid. Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan
25 | P a g e
SRS-A (Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin
bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.
B. Nedokromil Natrium
Mekanisme Kerja :
Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma.
Obat ini akan menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator
dari berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil,
makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat
perkembangan respon bronko konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap
antigen terinhalasi.
5. Kortikosteroid
Mekanisme Kerja :
Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik dengan
cara kerja dan efek yang sama dengan glukokortikoid. Glukokortikoid dapat
menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan
efek obat beta adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung. Penggunaan
inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan efek sistemik
minimal.
Menurut GINA 2014
26 | P a g e
27 | P a g e
Penata untuk mengontrol gejala (jangka panjang)
Pemberian pengontrol jangka panjang digunakan biasanya mulai dari step 3, yaitu memberikan
kontroler kortikosteroid inhalasi/LABA dosis rendah dengan reliever SABA/
kortikosteroidinhalasi dosis rendah/ formoterol. Obat yang biasa diberi adalah symbicort
(budesonide (ICS)/formoterol (LABA) )
- Berikan oksigen melalui nasal kanul 2l/ menit sampai saturasi oksigen 90-95%
- Berikan obat golongan SABA (Salbutamol) inhalasi 4-10 puff setiap 20 menit selama 1
jam 100 microgram per puff
- Prednisolon 1mg/kgbb (maksimal dosis 50 mg dewasa, 40 mg anak-anak) sediaan: tablet
5 mg, 25 mg
28 | P a g e
PENCEGAHAN
Pada penderita asma biasanya pencegahan lebih mengarah pada pencegahan serangan
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
29 | P a g e
30 | P a g e