Masyarakat pulau – pulau Lease mengelola tanaman cengkeh dan pala dalam kawasan
pertanian yang disebut sebagai “ dusung cengkeh” untuk tanaman cengkeh dan “ dusung
pala” untuk tanaman pala. Demikian juga penamaan “ dusung” bagi tanaman lain sesuai
dengan jenis tanaman dominannya. Istilah dusung sering disamakan dengan DUSUN namun
Dusun adalah anak desa yang berada dalam suatu pemerintahan desa
Prof Hansz Joackhim Weidelt (1999) dari Gootingen University Germany dalam buku
Sylviculuture of Tropical Rain Forest menyatakan bahwa “Sistem dusung” di Maluku dapat
disamakan dengan “Agroforestry modern” sekarang ini, karena dalam suatu bentang lahan
terdapat tanaman kehutanan, tanaman pertanian, tanaman semusim, ternak ayam dan sapi.
Masyarakat secara tradisional membagi bentuk – bentuk dusung sesuai peruntukannya, yaitu
1. Hak Kepemilikan
Dusung negeri
Dusung Raja
Dusung Pakter
Dusung Dati
Dusung pusaka
Dusung Perusah
Dusung Babaliang
Dusung Pengasihan
Dusung Atiting
Dusung Papeda
Dusung cengkeh
Dusung kelapa
Dusung Pala
Dusung Sagu
3. Umur tanaman
Dusung tua
Dusung muda
Dusung baru
4. Nama tempat
Dusung Hatuselamano
Dusung Apallo
Dusung Matilise
Dusun Atiting adalah dusun yang diberikan dari dusung dati kepada anak perempuan yang
sudah kawin tetapi suaminya tidak mempunyai dusung, atau kepada anak perempuan yang
tidak kawin.
Atiting sendiri adalah suatu wadah yang terbuat dari kulit pelepah sagu (Hahesi) untuk
membawa barang dan bahan makanan oleh perempuan yang diletakkan di atas kepala
(keku) dengan beralaskan kain aniong dibawah dulang (baki dari kayu kenari).
Dusun Atiting adalah bentuk upaya nyata masyarakat terhadap persamaan hak antara anak
laki – laki dan perempuan. Dalam dusung Dati anak perempuan tidak dapat menjadi ahli
waris, sehingga hak hidup anak perempuan ditanggulangi dengan dusung atiting.