Anda di halaman 1dari 11

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada Tindakan Ekstraksi

Gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado

Moh. Fahmi M. Mokodompit


Vonny N. S. Wowor
Christy N. Mintjelungan

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: fahmimoko@gmail.com

Abstract: One of the high-risk actions in dentistry that can cause cross-infection is tooth
extraction because its direct contact with blood, saliva, and critical instrument. This study was
aimed to determine the prevention and control of cross infection in dental extractions at the
Dentistry Clilnic of Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. This was a descriptive
observational study with a cross sectional design. There were 35 subjects in this study
obtained by using purposive sampling method. Data were obtained by using a checklist. The
results showed that the prevention and control of cross- infection before dental extraction
achieved 46,07%; during dental extraction 59.92%; and after dental extraction 23,81%. The
mean achievement for dental extraction was 60.59%. It is concluded that the prevention and
control of cross-infection in dental extraction at the Dentistry Clinic of Rumah Sakit Pancaran
Kasih Manado was below maximum level.
Keywords: prevention and control of cross-infection, tooth extraction

Abstrak: Salah satu tindakan medis di bidang kedokteran gigi yang mempunyai risiko tinggi
terjadinya infeksi silang ialah tindakan ekstraksi gigi karena pada saat pelaksanaannya banyak
berkontak dengan darah, saliva, dan instrumen berkategori kritis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada tindakan
ekstraksi gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Jenis penelitian ialah
deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Jumlah subyek sebanyak 35 pasien,
diperoleh menggunakan metode purposive sampling. Data penelitian diperoleh dengan
menggunakan lembar checklist. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan dan pengen-
dalian infeksi silang sebelum tindakan ekstraksi gigi sebesar 46,07%; selama tindakan sebesar
59,92%; dan setelah tindakan sebesar 23,81%. Hasil rerata keseluruhan tindakan ekstraksi gigi
dilakukan sebesar 60,59%. Simpulan penelitian ini ialah tindakan ekstraksi gigi di Poli Gigi
Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado belum maksimal.
Kata kunci: pencegahan dan pengendalian infeksi, tindakan ekstraksi gigi

Penyebaran penyakit menular telah menular dengan prevalensi tertinggi di


meningkatkan kekhawatiran masyarakat Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
maupun petugas kesehatan dalam beberapa (Riskesdas 2013) merupakan infeksi
dekade terakhir akibat munculnya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tuber-
mematikan seperti infeksi Human Immuno- kulosis, hepatitis, selain itu infeksi virus
deficiency Virus (HIV), wabah Severe HIV setiap tahunnya semakin meningkat.2
Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada Penyakit-penyakit tersebut berisiko tinggi
tahun 2003, dan ancaman virus H5N1 (flu tertular saat pelayanan kesehatan gigi dan
burung) dan H1N1 (flu babi).1 Penyakit mulut baik kepada pasien atau dokter gigi

87
88 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

selaku operator yang melakukan tindakan ialah infeksi nosokomial dengan besaran
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.2 mencapai 15,74%, jauh di atas negara maju
Seorang dokter gigi berisiko untuk yang hanya mencapai angka 4,8-15,5%.
terkena infeksi dan dapat pula menularkan Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi
infeksi dari pasien ke pasien lainnya yang yang berasal atau terjadi di rumah sakit.6
dikenal sebagai nama infeksi silang. Terdapat risiko tinggi bagi dokter gigi
Menurut Kementerian Kesehatan tahun untuk terkena infeksi silang pada saat
2012, infeksi silang dapat terjadi di tempat melakukan tindakan ektraksi gigi di
pelayanan kesehatan gigi melalui empat poliklinik gigi di rumah sakit.
cara, yaitu pasien ke tenaga pelayanan Berdasarkan uraian tersebut, penulis
kesehatan gigi, tenaga pelayanan kesehatan tertarik melakukan penelitian mengenai
gigi ke pasien, pasien ke pasien, dan tempat pencegahan dan pengendalian infeksi
pelayanan kesehatan gigi ke komunitas silang pada tindakan ekstraksi gigi di
masyarakat.3 Dokter gigi dalam melakukan Poliklinik Gigi Rumah Sakit Pancaran
tindakan perawatan berkontak dengan Kasih Manado. Penentuan lokasi penelitian
saliva (air liur) dan darah. Saliva dan darah didasarkan atas pertimbangan lokasi yang
merupakan perantara penularan infeksi mudah dijangkau. Selain itu, hasil survei
sehingga tindakan dalam praktek dokter awal mendapatkan banyak pasien yang
gigi beresiko tinggi tertular infeksi. Salah dilakukan tindakan ekstraksi gigi di
satu tindakan di bidang kedokteran gigi poliklinik gigi rumah sakit ini yang dapat
dengan resiko tertular infeksi yang tinggi membantu proses penelitian ini.
yaitu tindakan ekstraksi gigi.
Ekstraksi gigi adalah proses penca- METODE PENELITIAN
butan gigi dari dalam soket dan tulang Jenis penelitian ini ialah deskriptif
alveolar. Tindakan ekstraksi gigi berisiko observasional dengan desain potong
tinggi dalam penularan infeksi silang lintang. Penelitian dilaksanakan di Poli-
dikarenakan tindakan ini mengakibatkan klinik Gigi Rumah Sakit Pancaran Kasih
terjadi pendarahan dalam mulut pasien; Manado pada bulan April 2019. Populasi
selain itu juga menggunakan alat-alat dan penelitian ialah seluruh tindakan ekstraksi
instrumen berkategori kritis. Profil kese- gigi yang dilakukan di Poliklinik Gigi
hatan Kabupaten/Kota Sulawesi Utara Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado.
tahun 2017 menunjukkan terdapat 8.012 Jumlah subyek penelitian sebanyak 35
tindakan ekstraksi gigi yang dilakukan orang operator yang diperoleh dengan
sepanjang tahun 2016 di seluruh kabupaten/ teknik purposive sampling.
kota di Sulawesi Utara.4 Angka-angka ini Peneliti melakukan observasi pada
menunjukkan bahwa tindakan ekstraksi operator dimulai dari sebelum tindakan,
gigi merupakan tindakan yang banyak selama tindakan, dan setelah tindakan
dilakukan sehingga perlu kewaspadaan ekstraksi gigi dengan menggunakan lembar
lebih akan risiko terjadinya infeksi silang checklist. Data yang diperoleh diolah seca-
pada tindakan ini. ra manual dan disajikan berdasarkan
Di rumah sakit, infeksi merupakan distribusi frekuensi dalam bentuk tabel.
masalah yang cukup besar pada pelayanan
kesehatan di berbagai belahan dunia dan HASIL PENELITIAN
merupakan risiko terhadap sistem pela- Hasil penelitian tentang tindakan
yanan kesehatan rumah sakit itu sendiri. pencegahan dan pengendalian infeksi
Diperkirakan kurang lebih 20-40% dari silang sebelum ekstraksi gigi terdiri atas
kejadian infeksi rumah sakit ialah akibat tindakan desinfeksi area kerja operator,
infeksi silang (cross infection) dari petugas perlindungan pribadi operator, dan asisten
kesehatan yang melakukan pelayanan operator.
kesehatan.5 Di Indonesia sendiri, suatu Distribusi frekuensi tindakan desin-
bentuk infeksi silang yang banyak terjadi feksi lingkungan kerja operator sebelum
Mokodompit, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian infeksi … 89

tindakan ekstraksi gigi terdiri dari tindakan mencuci tangan, memakai sarung tangan
desinfeksi pada pegangan lampu, tombol bedah steril, memakai kacamata pelindung,
dental unit, sandaran kepala, tempat duduk, memakai baju kerja dan memakai sepatu
dan meja instrumen. Tabel 1 menunjukkan tertutup. Tabel 3 menunjukkan 42,14%
bahwa tindakan desinfeksi lingkungan responden melakukan tindakan perlin-
kerja operator sebelum tindakan ekstraksi dungan pribadi sedangkan 57,86% respon-
gigi dilakukan pada sebesar 31,43% den tidak melakukannya.
responden, sedangkan 68,57% responden Distribusi frekuensi tindakan
tidak melakukannya. pencegahan dan pengendalian infeksi
Distribusi frekuensi perlindungan silang selama tindakan ekstraksi gigi terdiri
pribadi operator sebelum tindakan ekstraksi dari pasien berkumur dengan larutan
gigi terdiri dari: telah melakukan vaksin antiseptik, pengolesan desinfektan sebelum
hepatitis B, menggunakan masker, mencuci insersi jarum suntik, menutup jarum suntik
tangan, memakai sarung tangan bedah setelah tindakan anastesi, menutup jarum
steril, memakai kacamata pelindung, suntik dengan teknik satu tangan,
memakai baju kerja, dan memakai sepatu meletakkan instrumen tajam pada tempat
tertutup. Tabel 2 menunjukkan tindakan yang aman dan tangan operator tidak
perlindungan pribadi operator dilakukan menyentuh lingkungan kerja yang tidak
pada sebesar 64,64% responden, sedangkan steril. Tabel 4 menunjukkan 46,07%
35,35% responden tidak melakukannya. responden melakukan tindakan pencegahan
Distribusi frekuensi perlindungan dan pengendalian infeksi silang sebelum
pribadi asisten operator sebelum tindakan tindakan ekstraksi gigi, sedangkan 53,93%
ekstraksi gigi terdiri dari: telah melakukan responden tidak melakukannya.
vaksin hepatitis B, menggunakan masker,

Tabel 1. Tindakan desinfeksi lingkungan kerja operator sebelum tindakan ekstraksi gigi
Tindakan desinfeksi Ya Tidak Total
lingkungan kerja operator n % n % n %
Pegangan lampu 11 31,43 24 68,57 35 100,0
Tombol dental unit 11 31,43 24 68,57 35 100,0
Sandaran kepala 11 31,43 24 68,57 35 100,0
Tempat duduk 11 31,43 24 68,57 35 100,0
Meja instrumen 11 31,43 24 68,57 35 100,0
Rerata 31,43 68,57 100,0

Tabel 2. Perlindungan pribadi operator sebelum tindakan ekstraksi gigi


Ya Tidak Total
Perlindungan pribadi
n % n % n %
Telah melakukan vaksinasi
hepatitis B 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Menggunakan masker 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Mencuci tangan sebelum
memakai sarung tangan 30 85,71 5 14,29 35 100,0
Memakai sarung tangan 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Memakai sarung tangan
bedah steril 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Memakai kacamata pelindung 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Memakai pakaian
pelindung/baju kerja 26 74,29 9 25,71 35 100,0
Memakai sepatu tertutup 20 57,14 15 42,86 35 100,0
Rerata 64,64 35,36 100,0
90 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

Tabel 3. Perlindungan pribadi asisten operator sebelum tindakan ekstraksi gigi

Ya Tidak Total
Perlindungan pribadi
n % n % n %
Telah melakukan vaksinasi
hepatitis B 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Menggunakan masker 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Mencuci tangan sebelum
memakai sarung tangan 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Memakai sarung tangan 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Memakai sarung tangan bedah
steril 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Memakai kacamata pelindung 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Memakai pakaian
pelindung/baju kerja 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Memakai sepatu tertutup 13 37,14 22 62,86 35 100,0
Rerata 42,14 57,86 100,0

Tabel 4. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang sebelum tindakan ekstraksi gigi
Pencegahan dan pengendalian infeksi Ya Tidak Total
silang sebelum tindakan ekstraksi gigi % % %
Desinfeksi lingkungan kerja operator 31,43 68,57 100,0
Perlindungan pribadi operator 64,64 35,36 100,0
Perlindungan pribadi asisten operator 42,14 57,86 100,0
Rerata 46,07 53,93 100,0

Tabel 5 menunjukkan 59,52% tindakan ekstraksi gigi, sedangkan 40,48%


responden melakukan tindakan pencegahan responden tidak melakukannya.
dan pengendalian infeksi silang selama

Tabel 5. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang selama tindakan ekstraksi gigi
Tindakan pencegahan dan Ya Tidak Total
pengendalian n % n % n %
Pasien berkumur dengan larutan
antiseptik 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Pengolesan desinfektan sebelum
insersi jarum suntik 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Jarum suntik ditutup setelah
tindakan anastesi 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Menutup jarum suntik dengan
teknik satu tangan 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Meletakkan instrumen tajam yang
sudah terkontaminasi pada tempat
yang aman 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Tangan operator tidak menyentuh
lingkungan kerja yang tidak steril 20 57,14 15 42,86 35 100,0
Rerata 59,52 40,48 100,0
Mokodompit, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian infeksi … 91

Distribusi frekuensi pencegahan dan safety box dan sampah non infeksius di
pengendalian infeksi silang setelah tindak- wadah berwarna hitam. Tabel 6 menun-
an ekstraksi gigi terdiri dari operator dan jukkan 76,19% operator melakukan
asisten operator mencuci tangan setelah tindakan pencegahan dan pengendalian
sarung tangan dibuka, asisten operator infeksi silang setelah tindakan ekstraksi
menggunakan sarung tangan yang terbuat gigi, sedangkan 23,81% operator tidak
dari bahan karet tebal sebelum mencuci melakukannya.
instrumen, pemindahan baki instrumen Tabel 7 menunjukkan tindakan pence-
dalam keadaan tertutup dan tidak melewati gahan dan pengendalian infeksi silang
daerah steril, pembersihan instrumen, sebelum tindakan ekstraksi gigi, selama
sterilisasi instrumen, penempatan sampah tindakan ekstraksi gigi dan setelah tindakan
infeksius di wadah berwarna kuning, ekstraksi gigi.
sampah instrumen tajam sekali pakai di

Tabel 6. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang setelah tindakan ekstraksi gigi

Tindakan pencegahan dan Ya Tidak Total


pengendalian n % n % n %
Mencuci tangan setelah sarung tangan
dibuka:
Operator 30 85,71 5 14,29 35 100,0
Asisten operator 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Asisten operator menggunakan sarung
tangan karet tebal sebelum mencuci
instrumen bekas pakai 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Pemindahan baki instrumen ke daerah
dekontaminasi dalam keadaan tertutup 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Pemindahan instrumen terkontaminasi
tidak melewati daerah steril 0 0,0 35 100,0 35 100,0
Pembersihan instrumen bekas pakai
dengan air,sikat dan deterjen 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Sterilisasi instrumen 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Menempatkan sampah infeksius pada
tempat sampah berwarna kuning 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Menempatkan jarum suntik dan
instrumen tajam sekali pakai pada
safety box yang tahan bocor 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Menempatkan sampah non infeksius di
tempat sampah berwarna hitam 35 100,0 0 0,0 35 100,0
Rerata 76,19 23.81 100,0

Tabel 7. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang sebelum, selama dan setelah tindakan
ekstraksi gigi
Pencegahan dan pengendalian Ya Tidak Total
infeksi silang % % %
Sebelum tindakan ekstraksi gigi 46,07 53,93 100,0
Selama tindakan ekstraksi gigi 59,52 40,48 100,0
Setelah tindakan ekstraksi gigi 76,19 23,81 100,0
Rerata 60,59 39,41 100,0
92 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

BAHASAN tindakan desinfeksi terlebih dahulu.


Pada penelitian ini, tindakan ekstraksi Adanya percikan saliva bercampur darah
gigi yang diteliti sebanyak 35 tindakan pada lingkungan kerja responden yang
yang terbagi atas pencegahan dan pengen- terkadang tidak tampak dengan mata
dalian infeksi silang sebelum tindakan telanjang sangat berpotensi menyebabkan
ekstraksi gigi, selama tindakan ekstraksi terjadinya penyebaran infeksi melalui
gigi dan setelah tindakan ekstraksi gigi. infeksi silang antara pasien ke operator atau
Pencegahan dan pengendalian infeksi ke tenaga kesehatan yang bertugas di
silang sebelum tindakan ekstraksi gigi rumah sakit serta ke masyarakat pengun-
terdiri dari tindakan desinfeksi permukaan jung rumah sakit.
kerja, perlindungan pribadi operator dan Selanjutnya hasil penelitian perlin-
perlindungan pribadi asisten operator. dungan pribadi operator sebelum tindakan
Tabel 1 menunjukkan hanya sebesar ekstraksi gigi menunjukkan 64,64%
31,43% responden yang melakukan tindak- responden telah melakukan tindakan
an desinfeksi lingkungan kerjanya.. perlindungan pribadi (Tabel 2). Tindakan
Berdasarkan pengamatan penulis, tindakan perlindungan pribadi ini meliputi vaksinasi
desinfeksi area kerja responden hanya hepatitis B dan penggunaan alat pelindung
dilakukan setiap pagi hari pada awal poli diri (APD). Semua responden, yakni
gigi memulai jam operasional pelayanan operator (100%) telah melakukan vaksinasi
dan tidak dilakukan setiap pergantian hepatitis B. Hal ini tentunya menunjukkan
pasien. Area kerja responden seperti adanya kesadaran responden akan penting-
pegangan lampu, tombol dental unit, nya vaksinasi hepatitis B untuk menghin-
sandaran kepala pasien, tempat duduk dan dari risiko infeksi silang saat melakukan
meja instrumen dilakukan tindakan tindakan ekstraksi gigi.
desinfeksi dengan menggunakan kain lap Hasil penelitian mengenai perlin-
yang dibasahi dengan cairan desinfektan dungan pribadi berupa mencuci tangan
berupa alkohol 70%. Apabila terdapat sebelum menggunakan sarung tangan,
percikan darah atau saliva dari pasien di terdapat 85,71% responden melakukan
area kerja, responden biasanya mengguna- tindakan tersebut. Hasil ini sejalan dengan
kan tisu basah terlebih dahulu untuk penelitian yang dilakukan oleh Siampa7 di
menghilangkan sisa darah dan saliva pasien Makassar mengenai dokter gigi mencuci
tersebut sebelum mengguna-kan kain lap tangan sebelum menggunakan sarung
yang dibasahi dengan alkohol 70%. tangan, yang mendapatkan hasil yang
Berdasarkan hasil tanya jawab dengan hampir sama yaitu sebesar 86,00%
responden, diperoleh alasan mengapa responden yang melakukannya. Idealnya
tindakan desinfeksi area kerja hanya semua responden harus melakukan tindak-
dilakukan di pagi hari ketika awal jam an mencuci tangan sebelum memakai
operasional poli gigi dilakukan. Responden sarung tangan mengingat pentingnya
beralasan apabila tindakan desinfeksi area tindakan ini untuk menghilangkan kotoran
kerja dilakukan setiap pergantian pasien dan debu secara mekanis dari permukaan
akan menyita waktu yang cukup banyak kulit dan mengurangi jumlah mikro-
dan membuat waktu perawatan setiap orgnaisme yang menempel di tangan.
pasien akan bertambah. Selain itu menurut Dalam hal penggunaan sarung tangan
responden tindakan desinfeksi area kerja semua responden (100%) sudah mengguna-
operator hanya perlu dilakukan ketika area kannya. Hasil ini menunjukkan kesadaran
kerja operator benar-benar terpapar darah responden akan pentingnya penggunaan
atau saliva pasien. Hal ini menunjukkan alat perlindungan diri berupa sarung tangan
masih kurangnya pemahaman dan kesa- sudah baik. Namun berdasarkan penga-
daran responden akan bahaya infeksi silang matan penulis, sarung tangan yang diguna-
ketika melakukan tindakan ekstraksi gigi di kan belum sesuai dengan peruntukan
area kerja operator yang tidak dilakukan tindakan ekstraksi gigi yang akan dilakukan
Mokodompit, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian infeksi … 93

responden. Sarung tangan yang digunakan Wibowo et al8 yang mendapatkan 37,5%
responden ialah sarung tangan periksa yang responden yang menggunakan kacamata
terbuat dari bahan vinil yang tipis dan pelindung dikarenakan responden merasa
mudah sobek. Penggunaan sarung tangan kurang nyaman dalam menggunakannya
ini saat melakukan tindakan ekstraksi gigi saat melakukan tindakan ekstraksi gigi.
akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi Hasil penelitian tentang pemakaian
silang karena mudah sobek ketika tertusuk pakaian pelindung atau baju kerja yang
instrumen tajam yang sudah terkonta- bersih mendapatkan 74,29% responden
minasi. Dengan demikian meningkatkan menggunakannya. Pakaian pelindung yang
risiko penularan infeksi dari pasien ke digunakan berupa snelli atau jas dokter
operator. Seharusnya responden mengguna- bertangan pendek. Namun dari pengamatan
kan jenis sarung tangan bedah (sarung penulis masih ada responden yang tidak
tangan latex) yang sesuai peruntukannya menggunakannya. Berdasarkan hasil tanya
untuk tindakan ekstraksi gigi karena steril jawab, respoden beralasan menggunakan
dan tidak mudah sobek. pakaian pelindung/jas kerja mengganggu
Hasil penelitian menunjukkan semua kenyamanan saat bekerja. Selain itu res-
(100%) respoden menggunakan masker ponden tidak mengetahui apakah ada
saat akan melakukan tindakan ekstraksi ketentuan dari pihak rumah sakit Pancaran
gigi. Hasil penelitian ini didukung oleh Kasih yang mewajibkan penggunaan pakai-
penelitian sebelumnya tentang proteksi an pelindung/jas kerja saat bekerja. Hal ini
dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi menunjukkan masih kurangnya pema-
silang yang dilakukan oleh Wibowo et al8 haman sebagian operator akan pentingnya
di Makassar, yang melaporkan sebagian penggunaan pakaian pelindung saat
besar dokter gigi (82,5%) menggunakan menangani pasien, dalam hal ini pada
masker setiap memeriksa pasien. Namun tindakan ekstraksi gigi. Kurangnya penga-
berdasarkan pengamatan penulis, masker wasan dari pihak rumah sakit juga menye-
yang digunakan responden tidak diganti babkan beberapa responden tidak
setiap pergantian pasien. Masker yang tidak menggunakan pakaian pelindung/jas kerja
diganti setiap pergantian pasien dapat saat menangani pasien.
menjadi media penularan infeksi silang Mengenai penggunaan alat perlin-
karena terkena cipratan darah ataupun dungan diri berupa penggunaan sepatu
saliva dari pasien sebelumnya. tertutup didapatkan hasil 57,14% responden
Hasil penelitian tentang penggunaan sudah menggunakannya. Pemakaian sepatu
kacamata pelindung menujukkan semua tertutup sendiri bertujuan untuk menghin-
respoden tidak menggunakan kacamata dari cederanya kaki operator dari instrumen
pelindung sebelum melakukan tindakan bekas pakai yang terjatuh dan melukai
ekstraksi gigi. Berdasarkan hasil tanya operator. Berdasarkan hasil tanya jawab,
jawab, respoden umumnya sudah mema- responden sebenarnya sadar akan penting-
hami pentingnya penggunaan kacamata nya penggunaan sepatu tertutup untuk
pelindung untuk menghindari terpaparnya menghindari bahaya terjadinya infeksi
selaput lendir mata terhadap percikan darah silang, namun karena tidak adanya aturan
atau saliva pasien, namun responden meng- yang mewajibkan penggunaannya dan
anggap penggunaan kacamata pelindung kurangnya pengawasan dari pihak rumah
saat bekerja mengganggu kenyamanan saat sakit membuat responden memilih untuk
bekerja. Selain itu tidak disediakannya tidak menggunakannya. Alasan yang dike-
kacamata pelindung oleh pihak Rumah mukakan menunjukkan masih kurangnya
Sakit Pancaran Kasih di Poliklinik Gigi pemahaman operator akan bahaya infeksi
membuat responden terbiasa tidak meng- silang yang mungkin terjadi akibat tidak
gunakan kacamata pelindung saat melaku- digunakannya pakaian pelindung.
kan tindakan ekstraksi gigi. Hal ini juga Penelitian mengenai perlindungan
dijelaskan dan serupa dengan penelitian pribadi asisten operator menunjukkan hasil
94 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

42,14% responden telah melakukan tindak- Dalam hal pemakaian baju pelindung
an perlindungan pribadi (Tabel 3). Semua dan kacamata pelindung, didapatkan hasil
asisten operator (100%) telak melakukan tidak ada (0%) responden yang mengguna-
vaksinasi hepatitis B yang menunjukkan kannya. Responden beralasan tidak disedia-
adanya kesadaran responden akan bahaya kannya baju kerja dan kacamata pelindung
resiko infeksi silang apabila tidak dari pihak Rumah Sakit Pancaran Kasih
melakukan vaksinasi hepatitis B. Selanjut- Manado membuat mereka merasa tidak
nya bentuk perlindungan pribadi berupa perlu menggunakannya. Selain itu respon-
mencuci tangan sebelum memakai sarung den beralasan menggunakan baju kerja dan
tangan, menunjukkan tidak ada satupun kacamata pelindung dapat mengurangi
(0%) responden yang melakukannya. kenyamanan saat bekerja. Menurut penulis,
Berdasarkan hasil tanya jawab, responden responden belum memahami pentingnya
beralasan pada saat tindakan ekstraksi gigi penggunaan baju kerja dan kacamata
responden tidak akan bersentuhan langsung pelindung sebagai alat perlindungan diri
dengan mukosa mulut pasien sehingga untuk menghindari percikan darah dan
tidak perlu melakukan cuci tangan sebelum saliva pasien yang dapat menjadi media
menggunakan sarung tangan. Hal ini penularan infeksi silang saat membantu
menunjukkan masih kurangnya pemaham- operator ketika tindakan ekstraksi gigi
an dan kesadaran responden akan penting- dilakukan.
nya mencuci tangan sebelum menggunakan Hasil penelitian penggunaan alat
sarung tangan. Tindakan cuci tangan dapat perlindungan diri berikutnya berupa
mengurangi mikroorganisme yang terdapat penggunaan sepatu tertutup saat tindakan
di tangan dan dapat mencegah tangan ekstraksi gigi menunjukkan hasil yang
menjadi media penularan infeksi silang rendah yaitu 37,14% responden yang
karena mungkin saja responden sebelum menggunakan sepatu tertutup. Penggunaan
menggunakan sarung tangan telah menyen- sepatu tertutup sendiri bertujuan untuk
tuh permukaan kerja yang tidak didesin- menghindari tertusuknya kaki ketika ada
feksi terlebih dahulu. Selanjutnya dalam instrumen yang terjatuh pada saat tindakan
hal penggunaan sarung tangan, didapatkan ekstraksi gigi sedang dilakukan. Berda-
hasil semua responden (100%) menggu- sarkan hasil tanya jawab, responden
nakan sarung tangan sebelum tindakan beralasan menggunakan sepatu tertutup
ekstraksi gigi dilakukan. Namun sayangnya membuat kenyamanan saat bekerja
sarung tangan yang digunakan hanya berkurang. Hal ini menandakan masih
merupakan sarung tangan periksa yang kurangnya pemahaman responden akan
tidak sesuai dengan tindakan yang akan bahaya tertusuk instrumen bekas pakai
dilakukan oleh responden. Berdasarkan apabila tidak menggunakan sepatu tertutup.
hasil tanya jawab, responden merasa tidak Selain itu, kurangnya pengawasan dari
perlu menggunakan sarung tangan bedah pihak rumah sakit membuat tindakan ini
steril pada saat sebelum melakukan seringkali diabaikan oleh responden.
tindakan ekstraksi gigi, karena tidak akan Hasil penelitian mengenai tindakan
bersentuhan langsung dengan mukosa pencegahan dan pengendalian infeksi
mulut pasien pada saat tindakan ekstraksi silang sebelum tindakan ekstraksi gigi
gigi. Hal ini menunjukkan masih kurang- dilakukan sebesar rata-rata 46,07% (Tabel
nya pemahaman responden akan bahaya 4). Hasil ini menunjukkan bahwa tindakan
infeksi silang yang tidak hanya dapat pencegahan dan pengendalian infeksi
terjadi melalui kontak langsung dengan silang sebelum tindakan ekstraksi gigi
pasien, namun juga dapat terjadi dengan hanya dilakukan sebagian kecil responden.
cara kontak tidak langsung, salah satunya Kondisi ini menunjukkan masih kurangnya
melalui instrumen bekas pakai yang akan pengetahuan responden yang mengaki-
bersentuhan langsung dengan tangan saat batkan belum maksimalnya upaya yang
melakukan tindakan ekstraksi gigi. dilakukan responden untuk mengurangi
Mokodompit, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian infeksi … 95

resiko terjadinya infeksi silang dengan cara ja, yaitu menutup jarum suntik setelah
penggunaan alat perlindungan diri sebelum tindakan anastesi sudah dilakukan oleh
melakukan tindakan ekstraksi gigi. semua (100%) responden. Namun yang
Pencegahan dan pengendalian infeksi patut diperhatikan, tindakan menutup jarum
silang selama tindakan ekstraksi gigi meli- suntik yang dilakukan semua (100%)
puti tindakan asepsis pada pasien, responden belum menggunakan teknik satu
pencegahan kecelakaan kerja dan pence- tangan. Menutup jarum suntik dengan
gahan penularan infeksi melalui operator. teknik satu tangan sendiri bertujuan untuk
Hasil penelitian ini mendapatkan rerata menghindari tertusuknya jarum suntik ke
59,52% responden yang melakukan tindak- tangan responden secara tidak disengaja.
an pencegahan infeksi silang selama Hal ini menandakan masih kurangnya
tindakan ekstraksi gigi (Tabel 5). Hasil ini pengetahuan responden akan bahaya jarum
menandakan bahwa tingkat kesadaran dan suntik bekas pakai yang dapat menjadi
kewasapadaan responden mengenai bahaya media penularan infeksi silang apabila
infeksi silang saat sedang melakukan secara tidak sengaja tertusuk di tangan
tindakan ekstraksi gigi belum maksimal. responden. Kurangnya pengetahuan res-
Dari hasil penelitian, apabila diperhatikan ponden menyebabkan responden kurang
lebih lanjut terdapat salah satu tindakan waspada akan bahaya infeksi yang dapat
yang sama sekali tidak dilakukan menular melalui jarum suntik bekas yang
responden, yaitu tindakan asepsis pada sudah terkontaminasi diantaranya ialah
pasien berupa berkumur dengan larutan infeksi virus Hepatitis B dan HIV.
antiseptik. Hasil ini sebanding dengan Hasil penelitian untuk upaya menghin-
penelitian yang dilakukan Ramadhani et al9 dari tertusuknya instrumen tajam bekas
mengenai tindakan pencegahan dan pakai dengan meletakkannya di tempat
pengendalian infeksi pada perawatan yang aman sudah dilakukan oleh semua
periodonsia. Pada penelitian tersebut dida- (100%) responden. Dari pengamatan
patkan hasil tidak ada responden yang penulis, pada saat sedang melakukan
menginstruksikan pasien berkumur dengan tindakan ekstraksi gigi, responden akan
larutan antiseptik. Berkumur dengan larut- menempatkan instrumen tajam yang telah
an antiseptik bertujuan untuk mengurangi selesai digunakan di baki terpisah sehingga
jumlah mikroba di mulut sesaat sebelum dapat menghindari bahaya tertusuk instru-
melakukan tindakan ekstraksi gigi. Dari men tajam bekas pakai tersebut.
pengamatan penulis, responden hanya Hasil penelitian mengenai tindakan
menyuruh pasien berkumur-kumur dengan pencegahan penularan infeksi melalui
air mineral sesaat sebelum tindakan responden (operator) yaitu tangan respon-
ekstraksi gigi dilakukan. Berdasarkan hasil den tidak menyentuh lingkungan kerja yang
tanya jawab dengan responden didapatkan tidak steril, didapatkan hasil 57,14%
keterangan bahwa tidak tersedianya larutan responden melakukannya. Berdasarkan
berkumur antiseptik di Poliklinik Gigi pengamatan penulis, saat sedang melaku-
Rumah Sakit Pancaran Kasih membuat kan tindakan ekstraksi gigi tangan respon-
responden memilih tidak melakukan den masih sering menyentuh area-area
tindakan ini. tidak steril seperti tombol-tombol dental
Selanjutnya untuk tindakan pemberian unit ataupun mengatur posisi lampu
desinfektan sebelum insersi jarum suntik pencahayaan dental unit. Responden
sudah dilakukan oleh semua (100%) seringkali tidak memanfaatkan tenaga
responden dengan menggunakan larutan asisten operator yang ada untuk membantu
povidon iodine yang dioles menggunakan responden bekerja sehingga dapat fokus
cotton pellet pada daerah kerja di rongga melakukan tindakan ekstraksi gigi saja. Hal
mulut yang akan menjadi tempat insersi ini tentunya dapat meningkatkan resiko
jarum suntik. terjadinya infeksi silang kepada pasien
Tindakan pencegahan kecelakaan ker- karena tangan responden yang melakukan
96 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

tindakan ekstraksi gigi sudah tidak steril tempat penyucian alat untuk dilakukan
lagi karena sebelumnya sudah menyentuh dekontaminasi pada instrumen bekas pakai.
area-area yang tidak steril. Selanjutnya hasil penelitian mengenai
Pencegahan dan pengendalian infeksi pemindahan instrumen yang terkontaminasi
silang setelah tindakan ekstraksi gigi terdiri tidak melewati daerah yang steril tidak
dari perlindungan pribadi, penanganan dilakukan oleh semua (100%) responden.
instrumen bekas pakai dan penanganan Berdasarkan pengamatan penulis di
sampah medis. Hasil pengamatan mengenai Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado tidak
perlindungan pribadi operator dan asisten ditentukan alur akses atau jalur pemin-
operator yaitu mencuci tangan setelah dahaan instrumen yang terkontaminasi
sarung tangan dibuka, didapatkan hasil sehingga responden ketika melakukan
rata-rata 85,71% untuk operator dan tidak pemindahan instrumen yang terkontaminasi
ada satupun asisten operator (0%) yang bebas lalu-lalang di satu jalur saja. Hal ini
melakukannya. Dari pengamatan penulis, tentunya dapat meningkatkan risiko terjadi-
setelah tindakan ekstraksi gigi dilakukan nya infeksi silang yang berasal dari kontak
asisten operator akan segera melakukan dengan alat/instrumen yang sudah terkonta-
tindakan mencuci instrumen bekas pakai minasi darah dan saliva pasien ke asisten
tanpa melepas sarung tangan. Proses operator, tenaga kesehatan lain atau
pencucian instrumen bekas pakai ini sendiri pengunjung yang lalu lalang di rumah sakit.
dilakukan asisten operator tanpa menggu- Hasil penelitian untuk pembersihan
nakan sarung karet tebal. Hal ini sebanding instrumen bekas pakai dengan air, sikat dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh deterjen sudah dilakukan oleh semua
Ramadhani et al9 mengenai tindakan pence- (100%) responden. Hal ini menandakan
gahan dan pengendalian infeksi silang pada responden sudah memahami pentingnya hal
perawatan periodonsia. Pada penelitian tersebut untuk dilakukan sebagai salah satu
tersebut didapatkan hasil tidak ada upaya pencegahan dan pengendalian infek-
responden yang menggunakan sarung si silang setelah tindakan ekstraksi gigi.
tangan karet tebal pada saat mencuci Selanjutnya dalam hal penanganan
instrumen bekas pakai. Berdasarkan hasil sampah medis yang terbagi atas sampah
tanya jawab dengan responden, responden infeksius, sampah jarum suntik atau
beralasan tidak tersedianya sarung tangan instrumen tajam bekas pakai dan sampah
karet tebal untuk digunakan sebelum non infeksisus, menunjukkan hasil semua
mencuci instrumen bekas pakai membuat responden (100%) sudah menempatkan
responden lebih memilih menggunakan sampah-sampah tersebut pada tempat
sarung tangan yang dipakai saat tindakan sampah sesuai dengan jenisnya. Namun
ekstraksi gigi untuk mencuci instrumen yang perlu menjadi perhatian untuk tempat
bekas pakai. Hal ini tentunya berbahaya sampah infeksius dan non infeksius
karena sarung tangan yang digunakan ialah hanyalah tempat sampah berwarna sama
sarung tangan periksa yang tipis dan mudah yang diberi label berbeda yaitu tempat
sobek sehingga meningkatkan isiko sampah infeksius dan non infeksius sebagai
terjadinya infeksi silang melalui luka pembeda. Menurut pendapat penulis,
tusukan instrumen bekas pakai pada saat tempat sampah infeksius dan non infeksius
penggunaanya dalam mencuci instrumen sebaiknya diganti dengan tempat sampah
bekas pakai. yang berbeda warna yaitu warna kuning
Pada penanganan instrumen bekas untuk sampah infeksius dan warna hitam
pakai, yaitu pemindahan baki instrumen untuk sampah non infeksius untuk lebih
dari daerah kerja ke daerah dekontaminasi memudahkan operator ketika akan mem-
dalam keadaan tertutup sudah dilakukan buang kedua jenis sampah tersebut.
oleh semua (100%) responden. Asisten Secara umum hasil penelitian menun-
operator akan membawa baki instrumen jukkan rerata 76,19% responden melakukan
bekas pakai dalam keadaan tertutup ke tindakan pencegahan dan pengendalian
Mokodompit, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian infeksi … 97

infeksi silang setelah tindakan ekstraksi dalian infeksi di poli gigi Rumah Sakit
gigi (Tabel 6). Hasil yang diperoleh Umum Daerah Tobelo Kabupaten
menunjukkan belum maksimalnya pelaksa- Halmahera Utara. Jurnal Kesehatan.
naan tindakan pencegahan dan pengen- 2017;2(4):3-5
dalian infeksi silang setelah tindakan 2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar Nasional
ekstraksi gigi. (Riskesdas) 2013. Jakarta, 2013; p. 8-9.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
SIMPULAN Standar pencegahan dan pengendalian
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat infeksi pelayanan kesehatan gigi dan
disimpulkan bahwa pencegahan dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan.
pengendalian infeksi silang pada tindakan Jakarta, 2013; p. 12-36.
ekstraksi gigi di Poliklinik Gigi Rumah 4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Sakit Pancaran Kasih Manado secara Profil kesehatan provinsi sulawesi utara
umum belum maksimal. 2016. Manado, 2016; p. 64-5.
Bagi institusi terkait, diharapkan 5. Wheeler M, Castellsague X. Cross infection
type, causes and prevention. Lancet.
meyelenggarakan kegiatan-kegiatan pela-
2008;13(1):100-10
tihan atau seminar untuk meningkatkan 6. Epidemiology of nosocomial infections. In:
pengetahuan tenaga kesehatan gigi Ducel G, Fabry J, Nicolle L, editors.
mengenai tindakan pencegahan dan Prevention of Hospital Acquired
pengendalian infeksi. Institusi rumah sakit Infections, A Practical Guide (2nd ed).
wajib menyiapkan standar prosedur opera- Malta: World Health Organization,
sional untuk tindakan pencegahan dan 2015; p. 4-8.
pengendalian infeksi di rumah sakit 7. Siampa A. Penerapan proteksi dokter gigi
termasuk di poliklinik gigi disertai penga- sebagai upaya pencegahan terhadap
wasan dan evaluasi yang ketat guna infeksi silang [Skripsi]. Makassar:
memberikan pelayanan kesehatan yang Fakultas Kedokteeran Gigi Universitas
Hasanuddin; 2015.
bermutu bagi masyarakat. Tenaga kese-
8. Wibowo T, Parihsihni K, Haryanto D.
hatan gigi dan penyedia pelayanan kese- Proteksi dokter gigi sebagai pemutus
hatan gigi agar lebih mengoptimalkan rantai infeksi silang. Jurnal PDGI.
tindakan pencegahan dan pengendalian 2009;58(2):6-9.
infeksi silang untuk meningkatkan mutu 9. Ramadhani WR, Kepel BJ, Parengkuan
pelayanan kesehatan. WG. Tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada perawatan
DAFTAR PUSTAKA periodonsia di RSGM PSPDG FK
1. Paparang FS, Rampengan S. Analisis Unsrat. eG. 2015;3(2):409-15.
penerapan pencegahan dan pengen-

Anda mungkin juga menyukai