Anda di halaman 1dari 8

KONFLIK AGAMA YANG TERJADI DI MESIR

Untuk memenuhi Mata Kuliah : Geobudaya dan Geopolitik Timur Tengah

Dosen Pengampu : Dr. Siti Mutiah Setiawati, M.A.

Moch Safieqni Hananta Putra

20/467042/PSA/19725

PROGRAM STUDI MAGISTER KAJIAN BUDAYA TIMUR TENGAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAHMADA

2020
Konflik Agama Yang Terjadi Di Mesir

Abstract : The perspective of religion by pleacing religion as a source of conflict has led to
various attempts to reinterpret and then find common ground at a certain level with the hope
to reduce conflicts among religious communities if there is mutual tolerance. On the exoteric
level, religions are different, but on the esoteric level, religions are not similar. All religions
are viewed as equally valid paths to God. However, in many ways, the reality shows that the
tension between the religious communities is closely related to factors that are beyong the
scope of religion. This is an important matter for all religious believers to keep the peace
among them.

Abstrak : Cara pandang terhadap agama dengan menempatkan agama sebagai sumber
konflik, telah menimbulkan berbagai upaya menafsirkan kembali ajaran agama dan kemudian
dicarikan titik temu pada level tertentu, dengan harapan konflik diantara umat beragama akan
redam jika antar pemeluk agama saling toleran. Pada level eksoteris (syariat) agama memang
berbeda, tetapi pada level eksoteris (budaya) semuanya sama saja. Semua agama kemudian
dipandang sebagai jalan yang sama-sama sah untuk menuju kepada Tuhan. Namun, dalam
banyak hal, realitas menunjukkan bahwa ketegangan yang terjadi di antara umat beragama
justru berkaitan erat dengan faktor-faktor yang berada di luar lingkup agama itu sendiri. Ini
merupakan problem penting bagi semua pemeluk umat beragama untuk menjaga kedamaian
dalam beragama.

A. PENDAHULUAN

Konflik agama dapat terjadi karena perbedaan konsep ataupun praktek yang dijalankan
oleh pemeluk agama melenceng dari ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan oleh syariat
agama, dan disitulah biasanya awal mula terjadinya konflik. Munculnya stereotype satu
kelompok terhadap kelompok lain yang berbeda agama biasanya menjadi pemicu konflik
antar umat beragama yang diikuti oleh saling serang, saling membunuh, membakar rumah-
rumah ibadah dan tempat-tempat bernilai bagi masing-masing pemeluk agama.

Konflik antara umat beragama yang akan dibahas kali ini akan berfokus pada konflik
agama di negara Mesir. Agama di Mesir mengontrol beberapa aspek kehidupan sosial dan
diurus oleh hukum. Orang mesir yang mayoritas beragama islam dengan jumlah meliputi
88% dari populasi dari sekitar 80juta warga Mesir, dimana kebanyakan dari mereka
menganut islam Sunni. Dan yang lainnya berjumlah antara 10% dan 20% populasi,
kebanyakan menganut Gereja Ortodoks Koptik Alexandria dan Gereja Katolik Koptik. Total
jumlah umat Kristen di Mesir berkisar antara 15% dan 20% dari total populasi 80 juta orang
Mesir. Di Mesir, Muslim dan Kristen hidup bertetangga, walaupun tidak selalu dalam
keadaan damai karena terjadi beberapa konflik agama diantara Muslim dan Kristen di Mesir.

B. PEMBAHASAN

Konflik agama yang terjadi di Mesir tidak hanya terjadi pada saat 2016 silam di Gereja
Koptik Ortodoks di daerah Abbasiyah Kairo Mesir, namun sudah banyak kejadian yang
dialami antara kedua agama yaitu Muslim dan Kristen akibat konflik agama. Insiden paling
menonjol dari kekerasan sektarian terhadap orang Koptik dimulai pada tahun 1972, di
lingkungan Al-Khanka di Kegubernuran Qalyubia, sebelah utara ibu kota Kairo. Beberapa
orang membakar dan menghancurkan gedung perkumpulan Kristen yang sedang dibangun
untuk gereja. Peristiwa lain menyusul, terutama di Assiut Governorate, di selatan Mesir.
Dimana hubungan Paus Shenouda III (3 Agustus 1923 – 17 Maret 2012), dengan mendiang
presiden Mohamed Anwar Sadat (1918-1981), dimulai dengan hubungan persahabatan ketika
mereka bekerja sama dengan surat kabar Al-Jumhuriya pada tahun 1953 M, namun hubungan
tersebut tidak bertahan lama dan perselisihan antara Presiden Sadat dan Paus Shenouda
berlanjut dan perpisahan tetap ada sampai kepergian Presiden Sadat. Rahasia kemarahan
Sadat pada Shenouda dimulai dengan ketidaksepakatannya dengan Presiden Sadat, yang
memutuskan untuk meresmikan negara yang jauh dari semangat nasional Mesir, terutama
hukum kemurtadan, yang membuat marah para pendeta dan anggota Sinode Suci. Peristiwa
Khanka pada tahun 1972 adalah bahan bakar yang menyulut krisis antara Paus Shenouda,
terutama setelah persellisihan sektarian dan Muslim, dan Sadat berpidato di Majelis Rakyat
dimana ia berbicara tentang ambisi politik Paus, yang bekerja untuk menjadi pemimpin
Koptik di Mesir, dan berusaha mendirikan negara bagi Koptik di Mesir Hulu, ibu kota nya
adalah Assiut. Selain itu, yang membuat marah Sadat terhadap Paus adalah karena Sadat
meminta Paus untuk mengirim delegasi Kristen untuk mengunjungi Yerussalem sebagai
bagian dari upaya Sadat untuk mengaktifkan perjanjian Camp David, tetapi Paus Menolak
untuk mengirim delegasi ke Yerussalem.

Pada September 1981, mendiang Anwar Sadat memutuskan untuk membatalkan


keputusan Partai Republik untuk meyetujui pemilihan Paus Shenouda III sebagai Patriark.
Dia diberhentikan dan ditunjuk sebagai komite lima tahun untuk menjalankan gereja, dan
kediamannya di biara. Dan ketika masalah Konstantinus yang terkenal terjadi pada bulan
Desember 2004, beberapa orang koptik yang marah berdemonstrasi di dalam katedral selama
pertemuan mingguan Paus, dan ada gelombang penangkapan secara acak terhadap pemuda
yang pergi ke pertemuan tersebut, sehingga Paus Shenouda marah atas apa yang terjadi, dan
mengumumkan bahwa dia tidak memberikan ceramah mingguannya. Paus terus
menghentikan pertemuan sampai para pejabat berjanji untuk membebaskan pemuda koptik,
sehingga Paus Shenouda kembali ke berceramah pada tanggal 22 Desember untuk menemui
jamaat dan mereka bersorak menyambut kembalinya Paus, sehingga Paus tidak dapat
menahan air matanya karena sambutan hangat para jemaat koptik.1

Pojok Merah 1981

Banyak yang menganggap peristiwa Al-Zawiya Al-Hamra, pada tahun 1981, di ibu
kota Mesir, Kairo, sebagai salah satu insiden sektarian terbesar, yang menyebabkan kematian.
Mantan presiden Mesir, Mohamed Anwar Sadat, telah menolak untuk menggambarkan
peristiwa ini sebagai "perselisihan sektarian," dengan mengatakan bahwa itu adalah
perselisihan antara tetangga Muslim dan Kristen. Tetapi catatan lain menunjukkan bahwa hal
itu terjadi sebagai akibat dari penolakan Muslim untuk membangun gereja Koptik tanpa izin
di daerah tersebut, dan itu berkembang menjadi bentrokan dengan senjata.

Peristiwa yang sangat mengerikan ini terjadi pada tanggal 17 Juni 1981, kekacauan
terjadi dalam wujud pembunuhan dan pembakaran toko-toko yang dilahap habis oleh si raja
merah. Semua berada di luar batas kendali dan nalar, operasi penjarahan, pembunuhan, dan
perampokan tanpa kehadiran polisi atau keamanan setempat. Pertengkaran pribadi berubah
menjadi pertempuran bersenjata di lingkungan Al-Zawiya Al-Hamra, dan sekali lagi
permulaan pertengkaran adalah upaya ilegal untuk membangun gereja.

Peristiwa ini berlangsung dalam suasana politik yang berapi-api yang dibayangi oleh
kebanggaan sekertariat antara umat Islam dan Kristen, sehingga mencapai klimaksnya pada
saat Presiden Sadat menyampaikan fakta-faktanya dalam pidatonya di hadapan Majelis
Rakyat dan Dewan Syura pada tanggal 5 September 1981, hal tersebut disampaikan oleh Dr.
Sherif Darwish Laban dan Asma Fouad Mahfouz dalam penelitiannya yang berjudul «‫قراءة‬
‫اهرة‬OO‫ الق‬- ‫ات‬OO‫وث والدراس‬OO‫ربى للبح‬OO‫ز الع‬OO‫»موضوعية فى تاريخ الفتنة الطائفية وواقعها المعاصر فى مصر» عن «المرك‬.
Sadat mengatakan bahwa pada tanggal 12 Juni 1981 ia menginformasikan kepada pabrik
pakan di Al-Zawiya Al-Hamra yang berafiliasi dengan organisasi umum Mesir untuk
melakukan perluasan di dalamnya dan untuk mendirikan musala bagi para pekerja; dan
1
https://www.albawabhnews.com/1829620
perselisihan ini diselesaikan dengan Resolusi Administratif No.6 tanggal 13 Juni 1981 yang
dikeluarkan dari Kairo Utara.2

Strategi yang diikuti oleh mendiang Presiden Anwar Sadat sebagian besar didasarkan
pada pemanggilan Ikhwanul Muslimin dan memposisikannya kembali di ranah publik,
mengingat keinginannya untuk menghapus kebijakan dan kecenderungan Abdel Naseer yang
bersifat sosialis, yang menurutnya memerlukan kebangkitan gerakan sayap kanan, seperti
Jamaat Ikhwan. Dengan bangkitnya Ikhwanul Muslimin pada umumnya, setelah bertahun-
tahun dilarang, dan dalam konflik politik yang intens yang membingungkan panggung
politik, menjadi jelas bahwa masalah benar-benar terkoyak, dan beberapa formasi jihadis
muncul dari mantel organisasi, dan kelompok Islam adalah manifestsi yang sangat menonjol,
dan dalam suasana yang penuh dengan retorika polarisasi situasi keagamaan yang parah,
situasi sektarian adalah mata rantai terlemah, dan yang paling mungkin meledak, mengingat
ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kepala rezim dan Patriark Politik.

Sengketa perdagangan 1999

Desa Kosheh di Kegubernuran Sohag, Mesir selatan, menyaksikan salah satu insiden
sektarian paling sengit antara Muslim dan Kristen pada Desember 1999. Itu menewaskan 21
orang dan melukai 33 lainnya, dan terjadi sebagai akibat dari perselisihan perdagangan.
Meski ada upaya untuk mengatasi krisis, bentrokan meletus lagi pada tahun 2000, sebelum
pasukan keamanan mengambil kendali atas situasi tersebut.

Keuskupan Nag Hammadi, 2010

Sebuah serangan terhadap Keuskupan Nag Hammadi, di Kegubernuran Qena, Mesir


selatan, mengakibatkan terbunuhnya enam orang Koptik dan seorang penjaga keamanan
Muslim, dan sejumlah luka-luka, setelah orang-orang tak dikenal menembaki mereka ketika
mereka meninggalkan Misa di Keuskupan Agung. Pada malam Natal tanggal 6 Januari 2010
terjadi penembakan terhadap umat kristiani di dekat Gereja di Nag Hammadi. kejadian
tersebut mengakibatkan 7 orang meninggal dunia dan 10 orang luka-luka, termasuk umat
Islam dan Kristen, setelah pelaku melepaskan tembakan secara acak di jalan Port Said di
pusat kota dan di sebelah Deir Al-Anba. Dan di desa Zleitin, terjadi ledakan setelah serangan

2
https://www.youm7.com/story/2017/6/17/%D8%B3%D8%B9%D9%8A%D8%AF-
%D8%A7%D9%84%D8%B4%D8%AD%D8%A7%D8%AA-%D9%8A%D9%83%D8%AA%D8%A8-
%D8%B0%D8%A7%D8%AA-%D9%8A%D9%88%D9%85-17-%D9%8A%D9%88%D9%86%D9%8A%D9%88-1981-
%D9%81%D8%AA%D9%86%D8%A9-%D8%B7%D8%A7%D8%A6%D9%81%D9%8A%D8%A9/3287381
pertama di Gereja Nag Hammadi. Dugaan terjadinya kejadian ini dengan tujuan
pembunuhan, dan karena tidak adanya pengamanan di sekitar Gereja. Kyrollos menambahkan
bahwa tidak ada pejabat gereja yang datang untuk memberi ucapan selamat natal, sebagai
pembenaran upaya untuk membunuh mereka. Dia mengaitkan hal ini dengan tuntutannya
yang konstan untuk “hak” koptik dan kesamannya terhadap serangan terhadap mereka, dan
menuduh dinas keamanan lalai dan gagal melindungi mereka. Pernyataan ini juga
diumumkan oleh Anba Kyrollos di depan kerumunan besar orang Koptik diantara keluarga
para korban di rumah sakit Nag Hammadi. Sedangkan bukti yang diperoleh dari investigasi
menegaskan bahwa motif dari serangan kriminal tersebut terkait dengan balas dendam atas
insiden pemerkosaan seorang gadis Muslim dibawah umur 12 tahun ditangan seorang
pemuda Kristen yang berumur 21 tahun, dan dia adalah seorang kriminal yang terdaftar
berbahaya. Krisis diperparah oleh fakta bahwa penjahat melarikan diri dari kantor polisi
tempat dia di tahan. Upaya rekonsiliasi antara kedua belah pihak yang seharunya berakhir
sebelum perayaan natal gagal karena tidak adanya kesepakatan mengenai kompensasi yang
harus dibayarkan kepada meraka yang terkena dampak peristiwa setelah pemerkosaan.3

Ledakan di Abbasiyah 2016

Sebuah ledakan di Gereja Patriark yang berdekatan dengan St. Mark di daerah
Abbasiyah di pusat kota Kairo tengah menewaskan 29 orang dan 49 lainnya luka pada
Desember 2016. Korbannya diyakini banyak perempuan dan anak-anak. Saat itu, Presiden
Mesir Abdel Fattah El-Sisi menyatakan berkabung dan berduka atas para korban kecelakaan
itu. Dan ledakan ini merupakan kejadian pengeboman yang pertama yang terjadi di Gereja
ini.

Ledakan ini terejadi saat jemaat sedang melaksanakan ibadah misa. Bom yang berisi 12
kilogram militan TNT meledak di bagian jemaat perempuan. Sesaat setelah ledakan terjadi,
jalanan di sekitar gereja dipenuhi kendaraan lapiss baja dan pengunjuk rasa.

3
https://www.marefa.org/%D8%AD%D8%A7%D8%AF%D8%AB%D8%A9_%D9%86%D8%AC%D8%B9_%D8%AD
%D9%85%D8%A7%D8%AF%D9%8A_2010
C. KESIMPULAN

Salah satu penyebab lahirnya konflik disebabkan oleh stereotype satu kelompok terhadap
kelompok lain yang berbeda agama. Beberapa kasus yang diikuti oleh upaya saling serang,
saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah dan tempat-tempat bernilai bagi masing-
masing pemeluk agama telah terjadi dimana-mana di muka bumi ini. dalam beberapa dekade
terakhir ini, banyak umat agama lain memberikan stereotype kepada umat Islam sebagai umat
radikal, tidak toleran, teroris, fundamentalis dan sangat subjektif dalam memandang
kebenaran agama lain. Sementara umat Kristen dipandang sebagai uamt agresif dan ambisius,
bertendensi menguasai segala aspek kehidupan manusia.

Tendensi-tendensi umat beragama dalam menyebarkan pesan agama dengan tanpa


memperdulikan kebesaran agama lain telah melahirkan konflik baru dalam beragama. Dari
beberapa kasus yang tendensius adalah serangkaian kejadian yang terjadi pada peristiwa-
peristiwa di Mesir diatas, seperti peristiwa Al-Khanka 1972, Pojok Merah 1981, Sengketa
perdagangan 1999, Keuskupan Nag Hammadi 2010, Ledakan di Abbasiyah 2016 dan lain
sebagainya.

Namun di luar dari konflik agama yang terjadi, pada April, 28 2017 Paus Fransiskus
terbang ke Kairo. Kunjungan itu berselang sebulan usai tragedi bom menghantam gereja
koptik dua kota di Mesir yang menewaskan 45 orang.

Paus sendiri berharap kunjungannya menjadi semacam pelipur lara, dan dorongan untuk
umat Kristiani di Timur Tengah. Selain itu, ia ingin memperbaiki dialog dengan Islam.

Paus telah menghadapi banyak penolakan, mulai dari tokoh agama Kristen konservatif
dan politikus. Keamanan Mesir pun telah diperketat, dan Kepolisian telah melakukan
pemeriksaan di tempat kunjungan Paus di Kairo.

Juru bicara Vatikan, Greg Burke mengatakan, Paus tidak terlalu khawatir dan tidak akan
menggunakan mobil lapis baja. Langkah itu sama seperti yang telah dilakukan para
pendahulunya saat melakukan kunjungan ke luar negeri.

Puncak kunjungan dua hari ini adalah saat Paus mengunjungi Al Azhar, institusi ribuan
tahun yang begitu dihormati di dunia Islam. Paus akan bertemu Imam Besar Syeikh Ahmed
el Tayeb dan ikuti konferensi perdamaian internasonal.
Inilah bukti bahwa pembesar diantara dua agama berusha menciptakan perdamaian diatas
bumi ini.

D. DAFTAR KEPUSTAKAAN

https://www.albawabhnews.com/1829620

https://www.youm7.com/story/2017/6/17/%D8%B3%D8%B9%D9%8A%D8%AF-
%D8%A7%D9%84%D8%B4%D8%AD%D8%A7%D8%AA-%D9%8A%D9%83%D8%AA
%D8%A8-%D8%B0%D8%A7%D8%AA-%D9%8A%D9%88%D9%85-17-%D9%8A
%D9%88%D9%86%D9%8A%D9%88-1981-%D9%81%D8%AA%D9%86%D8%A9-
%D8%B7%D8%A7%D8%A6%D9%81%D9%8A%D8%A9/3287381

https://www.marefa.org/%D8%AD%D8%A7%D8%AF%D8%AB%D8%A9_
%D9%86%D8%AC%D8%B9_%D8%AD%D9%85%D8%A7%D8%AF%D9%8A_2010

Anda mungkin juga menyukai